Ini bukan lagi sekadar terror. Ini teror yang sudah bisa dikategorikan mengarah ke pembunuhan. Tidak dalam bentuk tindak kekerasan secara langsung, tapi dalam bentuk serangan jantung. Ari tidak mau menunggu lama. Dua mata sembab pagi itu melekat kuat di dalam kepala dan terus menyiksanya. Karenanya, selama sepasang bibir itu belum menjelaskan penyebabnya, dirinya tidak akan pernah bisa tenang. Dan Ari sudah terkenal tidak akan berkompromi terhadap siapa pun yang membuat dirinya tidak tenang. ari ini, dua hari setelah menerima !"! ancaman dari Ari, Tari terdiam di ruang kelasnya yang langsung kosong begitu bel istirahat berbunyi lima menit yang lalu. Dia belum mendapatkan petunjuk apapun kecuali rasa cemas dan sederet tanda tanya tanpa ja#aban. Tiba$ tiba ponselnya di saku kemeja bergetar. Tari terlonjak. Dikeluarkannya benda itu. !"! masuk, dari %io. Tar, bruan. !oto lo kburu dingin nih. !"! kak ari smntra gak ush dipkrin dulu deh. Tari langsung ingat, tadi dia meminta %io memesankan semangkuk soto ayam dan berjanji akan segera menyusul. Tari berdiri dan bergegas ke luar kelas. Tapi belum sampai dua meter ditinggalkannya pintu kelas, langkah$langkah cepatnya sontak terhenti. &ji melompat dari tepi koridor, tempat co#ok itu berdiri dengan punggung menyandar di dinding, entah sejak kapan, lalu berdiri tepat di tengah$tengah koridor. !etelah beberapa detik menatap kaki tangan Ari itu dengan keterkejutan, Tari balik badan. Tapi kali ini lebih parah. Kakinya bahkan belum sempat melangkah,untuk kedua kalinya tubuhnya menegang. Tak jauh di depannya, 'idho berdiri menjulang. Tari menelan ludah. Dia melangkah mundur sampai punggungnya menyentuh tembok pagar pembatas koridor. (Kakak berdua kenapa sih)* Tanya Tari, berusaha tetap terlihat tenang. Tak satu pun dari kedua co#ok yang saat ini sedang memblokir jalannya menja#ab. Keduanya menjalankan aksi mereka tanpa bicara. &ji menghalangi jalan dengan sikap berlebihan. Kedua tangannya terentang lebar$lebar. +yaris menyentuh lebar koridor dari ujung ke ujung. !eolah$olah Tari adalah buronan berbahaya yang paling dicari dan selama ini punya catatan sebagai tukang kabur. !edangkan 'idho, meskipun terlihat santai, hanya memblokir dengan tubuhnya, kedua tangannya bahkan terlipat di depan dada. Tari tahu dengan pasti, separuh lebih jarak koridor yang terbuka lebar itu sama sekali bukan jalan bebas hambatan untuk lari. Tari berdecak kesal. !eketika dia urungkan niatnya untuk ke kantin, karena memang tidak mungkin bisa dicapainya tempat itu. Dia melangkah cepat menuju pintu kelas. Tapi mendadak pintu itu terayun lalu menutup rapat. Tari terperangah. !eketika langkahnya terhenti. Ternyata selama ini daun pintu itu menyembunyikan Ari di baliknya. Tari menelan ludah. ,erlahan kedua kakinya melangkah mundur, bersamaan dengan kedua kaki Ari melangkah mendekatinya. Tari terus mundur, sampai tembok pagar koridor menghentikan usahanya merentang jarak, dan langkah$langkah Ari kemudian menelan habis sisa jarak yang terentang diantara mereka berdua. -enar$benar habis karena Tari bisa merasakan kedua ujung sepatunya bersentuhan dengan kedua ujung sepatu Ari. .e#ek itu menempelkan punggungnya rapat$rapat ke tembok di belakangnya, usaha terakhir yang bisa dilakukannya untuk menciptakan rentang jarak. Ari menatap ce#ek di depannya. Dengan senyum di kedua matanya, tapi tidak di bibirnya. (Jadi, siapa yang udah bikin lo nangis #aktu itu) Angga bukan) Kok gue belom denger pengakuan elo nih)* tanyanya, menciptakan desir ha#a dingin yang membuat tubuh Tari menggigil. Tari mengatupkan kedua bibirnya rapat$rapat. !ebenarnya dia pengin teriak, memerintahkan Ari agar enyah dari hadapannya. Tapi dipaksanya untuk menahan diri, karena ada dua alasan Tari malas jadi pusat perhatian. ,ertama, perutnya lapar. Kedua, banyak pikiran. -ukan hanya karena hari ini ada banyak ulangan$tiga mata pelajaran/$tapi juga karena !"! ancaman dari monyet di depannya ini. dan belum juga Tari menemukan solusinya, orangnya keburu nongol di hadapan. (Kenapa) mm0)* Tanya Ari lagi, setelah menunggu beberapa saat dan kedua bibir seksi ce#ek di hadapannya ini tidak juga terbuka. 1ang menja#ab adalah sepasang mata Tari yang seolah meletupkan nyala api. (2o takut ngaku) Atau lo lagi ngarang cerita untuk pengakuan itu) Atau lo emang nggak mau ngaku)* diberinya Tari multiple choice. Tapi argument yang kemudian mengikutinya membuat darah Tari tambah mendidih. (1ang pertama, #ajar. Emang harus gitu. 2o harus takut sama gue karena gue kan penguasa sekolah. 1ang nggak takut sama gue, berarti nantang. 1ang kedua, kalo lo berani ngarang$ngarang cerita bohong, berarti lebih dari nantang. 2o ngajak ribut. Dan yang ketiga0,* Ari menggantung kalimatnya. Kedua matanya menyipit tajam. (Dan yang ketiga, kalo emang bener begitu0* lagi$lagi Ari menahan kalimatnya. Kali ini diikuti dengan dia tundukkan kepalanya rendah$rendah, membuat Tari re3le4 menarik kepalanya jauh$jauh ke belakang. (2o cari mati/* 'idho menahan senyum. 5ntuk Ari, melakukan kekerasan 3isik terhadap ce#ek adalah pantangan. ukumnya mutlak. Tapi untuk kekerasan 6erbal, batasannya sangat bias. Ari akan menempatkan ce#ek di posisi yang sejajar dengan co#ok kalu menurutnya tuh ce#ek ndableg. !etelah mengucapkan ancaman itu, Ari kembali mengakkan kepalanya. (7aktu lo tiga hari. Terhitung mulai hari ini.* Kemudian sang pentolan sekolah itu mundur selangkah dan meninggalkan Tari. Kedua sobatnya langsung menyusul. Tari menatap ketiga co#ok itu dengan gigi$gigi gemeretak. (2o kira lo bisa maksa gue/)* desisnya. (2o salah orang/* ,onselnya di saku kemeja menjeritkan ringtone. "enyentakkan kedua mata Tari dari sosok Ari yang semakin jauh. Dikeluarkannya benda itu dari saku kemeja. %io memanggil. (Tar, soto lo keburu dingin nih. +gapai aja sih) 5dah gue bilang0* kalimat %io mendadak terhenti. (Ada Kak Ari/* bisiknya kemudian dengan nada tegang. (!ama jongos$jongosnya. 7aduh, kayaknya ga#at nih/* (Iya, emang ga#at. "akanya buruan lo pergi dari situ.* 888 (Tiga hari, terhitung dari hari ini. berarti lusa dong)* gumam %io. Tari mengangguk. "ukanya cemberut. (Terus rencananya lo mau bikin pengakuannya kapan) "aksud gue, pagi sebelom pelajaran dimulai, pas jam istirahat, atau pas pulang sekolah) Terus, di mana lokasinya) !aran gue sih, setelah pulang sekolah aja, Tar. Tapi jangan di sekolah. Di luar aja. !oalnya yang ekskul suka pada sampe sore. !ampe malem malah.* (Emangnya siapa yang mau ngaku sih)* kontan Tari memelototi %io. (+gapain jug ague mesti ngaku sama dia) Emang dia siapa gue) ,acar bukan. 9ebetan bukan. -apak gue, jelas bukan. Kakek gue apalagi/ Dan dia juga nggak bayarin !,, gue. Dia juga nggak ngasih gue uang jajan. Terus, apa urusannya gue mesti ngaku)* %io menghela napas lalu mengembuskannya kuat$kuat. Dilanjut dengan garuk$garuk kepala. -ukan karena gatal, tapi karena sene#en. (Kalo sama Kak Ari tuh nggak perlu alasan, lagi. !emua tindakannya malah bisa dan boleh tanpa alasan.* (-odo/ ,okoknya gue nggak bakalan ngaku.* Tekad baja yang Tari banget. Karenanya, Ari bisa membacanya dengan mudah. Keesokan paginya, jam enam le#at sedikit, pentolan sekolah itu sudah nongkrong santai di atas motor hitamnya yang diparkir di tempat biasa. Dikeluarkannya ponsel dari saku celana. (Ji, dapet nggak)* (Dapetlah. Tapi kayak begitu doang.* (!esuai sama kriteria yang semalem gue sebutin, kan)* (Iya.* (-agus.* (+ggak pa$pa nih, 'i)* suara &ji berubah cemas. (+ggak pa$pa. paling$paling tu ce#ek pingsan doang.* (1ah, itu maksud gue. ,asti bakalan gempar lagi deh. Apalagi di koridor utama. "endingan di koridor depan kelasnya aja. Kayak kemaren. 9imana)* (+ggak seru, tau/ 2o kenapa sih) Tumben cere#et banget)* Di seberang, &ji nyengir kuda. !adar dirinya sudah melanggar batas hierarki. (9ue .uma takut tu ce#ek ntar kenapa$ kenapa.)* (9ue yang tanggung ja#ab kalo ntar dia kenapa$kenapa.* Tegas Ari tapi dengan nada kalem. (Apa kata lo deh,* akhirnya &ji pasrah. (1a emang harus gitu. -uruan lo. +tar keburu tu ce#ek nongol duluan.* (Iya. Ini juga udah ote#e.* sepuluh menit setelah &ji sampai di sekolah, Tari memasuki gerbang. -aik Ari maupun &ji, keduanya langsung bergerak. (9ue duluan0* &ji melangkah cepat menuju koridor utama. (&ke/* Ari mengacungkan jempol kanannya. -ibirnya mengembangkan senyum lebar. "elihat itu, &ji pergi sambil geleng$geleng kepala. Tari berjalan memasuki gerbang sekolah masih dengan tekad sekuat baja, meskipun dalam hati dia ketar$ketir juga. Akan dihadapinya ancaman Ari. Karena menurutnya itu sudah penindasan dan penjajahan terhadap kebebasan pribadi. "asa orang harus lapor ke dia, pacaran sama siapa. Enak aja/ !ayangnya Ari tahu dengan pasti bagaimana cara melunakkan baja itu. -ahkan menghancurkannya sama sekali. Dengan cara yang sudah bisa dimasukkan dalam kategori sadis, karena mampu mengosongkan sekolah dari semua isinya yang bergender ce#ek. -aik sis#i, sta3 administrasi, maupun guru$guru. Tapi bagusnya, tidak bisa dikategorikan sebagai tindak kekerasan. Karenanya Ari merasa aman. !adis, tapi aman/ Ari tersenyum tipis. Dengan kedua tangan berada di dalam saku celana, dia melangkah perlahan meninggalkan area parkir motor. !ementara itu Tari berjalan memasuki koridor utama tanpa ke#aspadaan terhadap sekelilingnya. -enaknya disesaki seribu strategi untuk menghadapi peperangan besok. -esok dirinya akan datang mepet #aktu. Kalau perlu satu detik menjelang bel. Dan selama dua kali jam istirahat, dia akan menyembunyikan diri di gudang. "akanya besok mau nggak mau harus ba#a bekal. Jadi begitu bel istirahat berbunyi, dia bisa langsung kabur ke gudang. +ggak perlu beli logistic dulu ke kantin, karena itu berbahaya banget. -esok setiap detiknya akan benar$ benar berbahaya dan menentukan keselamatan. +ggak #aspada sebentar saja akan menjadi kekalahan total, berupa penjajahan, minimal satu tahun ke depan. (Dateng pas udah mau bel. -erarti besok gue berangkatnya agak siangan aja. Atau nongkrong dulu di halte. Kak Ari kan naik motor. Jadi kecil kemungkinan bakalan ketemu dia di halte,* gumam Tari sambil berjalan menapaki lantai koridor utama. (Terus, bekalnya gue minta "ama masakin apa ya) Atau gue beli roti aja)* Tiba$tiba kedua mata Tari berbinar. (Ah, iya/ 9ue minta "ama masakin sambel goreng ken0* (III111///* :isual lauk ter3a6orit Tari, sambal goring kentang, seketika lenyap dari dalam kepalanya. Digantikan pemandangan paling mengerikan yang pernah dia saksikan. -esar. 9emuk. Abu$abu gelap bebercak$bercak. 2unak. Dan menggeliat/ Jarak yang teramat dekat ditambah dengan geliat yang menandakan itu cicak hidup, cicak betulan, dan bukan cicak jadi$jadian apalagi cicak dalam khayalan, membuat Tari hanya bisa terperangah. 2angkahnya seketika terhenti dan dia membeku di tempat, dengan mulut ternganga, mata terbelalak, dan mka pucat pasi. Tari tak mampu menjerit karena binatang paling menjijikkan itu berada terlalu dekat. Kurang dari satu meter. !eketika tubuhnya jadi lemas. Ari, yang langsung membayangi dalam jarak yang hanya dua meter di belakang Tari begitu ce#ek itu memasuki koridor utama tadi, segera menangkap tubuh lemas itu dengan kedua tangan. Diikutinya gerak tubuh yang kemudian meluruh jatuh itu. Dengan menyangga tubuh Tari, Ari melemahkan gaya gra6itasi yang mencengkeram Tari dalam tarikannya. ingga kerasnya lantai koridor yang menyambut kemudian tidak sampai melukai ce#ek itu. ati$hati Ari mendudukkan Tari di lantai. Kemudian Ari berlutut di sisi Tari, menyangganya dengan tangan kirinya. Ari langsung memajukan tangan kirinya hingga lengan atasnya membentuk sudut, untuk memaksimalkan 3ungsi tubuhnya sebagai penyangga, karena bisa dia rasakan tubuh Tari benar$benar lemas. !eperti tanpa satu ruas pun tulang di dalamnya. &ji ikut berlutut, tidak jauh di depan keduanya,. Kelima jari tangan kirinya mengurung seekor cicak besar, hingga tak seorang pun melihat penyebab utama Tari kehilangan kekuatan tubuhnya. (Kasar lo, Ji, bercandanya,* tegur Ari. (ehehe0* &ji meringis terta#a. (Kan -os yang nyuruh)* (Emang gue yang nyuruh)* Ari belagak mikir. (&h, iya, betul. 9ue yang ngasih perintah tadi malem ya.* Ari mengangguk$angguk, belagak baru ngeh. -erdiri di antara kedua sobat karibnya, 'idho geleng$geleng kepala sambil keta#a pelan. (Anak orang tuh, kalo kenapa$napa, lo berdua mau ngomong apa ke emak$ bapaknya)* Kali ini 'idho emang nggak terlibat. Kemarin itu pun dia nggak bisa dibilang terlibat. Karena tujuan utamanya adalah soto ayam di kantin kelas sepuluh. Kebetulan aja rute menuju ke sana mele#ati kelas Tari. Dan Tari seenaknya aja narik kesimpulan bah#a 'idho terlibat. ,adahal kemarin kalau Tari mau kabur, bisa kok. +ggak akan dihalangi. Dengan catatan, kaburnya bukan ke arah &ji apalagi Ari. ,embicaraan selanjutnya antara kedua sahabatnya itu tambah bikin 'idho geleng$ geleng kepala. (!emalem -os malah nyuruh pake tokek atau nggak kadal. Ini udah gue kecilin -os. Jadi pake cicak. .oba kalo beneran pake tokek atau kadal, bisa$bisa sekarang ni ce#ek udah mati, kali.* (1a yang kecil aja. Anaknya, gitu.* (Anak kadal sama cicak juga masih gedean anak kadal, -os.* (Itu juga udah gue kecilin, Ji. Tadinya malah gue mau nyuruh elo pake komodo atau buaya.* (Kalo dua itu mah namanya bukan ngerjain lagi, -os/* &ji melebarkan kedua matanya. (Tapi ngumpanin/* Ta#a geli 'idho meledak. (!adis lo berdua/* Dia geleng$geleng kepala lagi. Tari siuman. ,embicaraan barusan seketika menyadarkan Tari, orang yang sedang melindunginya saat ini adalah orang yang juga memerintahkan ini terjadi. Tari bergerak ingin bangkit, tetapi tangan Ari yang sejak tadi menyangga punggung Tari langsung bergerak. "elintang di ba#ah kedua bahu Tari, tangan kiri itu menarik tubuh Tari sampai merapat ke tubuh Ari kembali. Tangan kanan Ari yang sejak tadi menganggur diam ikut bergerak saat dia rasakan tubuh yang saat ini tengah dipeluknya dengan paksa itu melakukan pemberontakan. Kesepuluh jari Tari langsung mencekal kedua lengan Ari kuat$ kuat, berusaha melepaskannya, tapi pelukan Ari justru semakin menguat. Ari menekan tubuh Tari semakin rapat ke tubuhnya sendiri. Kemudian co#ok itu menundukkan kepalanya ke satu sisi kepala Tari, rendah$rendah. (9ue dapet 3irasat, kayaknya besok lo bakalan buron,* bisiknya. ,emberontakan Tari langsung terhenti. Ari menatap pelipis, ujung alis, dan keseluruhan sisi #ajah Tari. Kemudian dia dekatkan bibirnya ke telinga Tari. (-etul, kan)* bisiknya lagi. Tari menggigit bibir. Dia jauhkan kepalanya, karena hangat napas Ari betul$betul terasa. Tapi kepala Ari mengejarnya. .o#ok itu tersenyum tipis. Dia kerucutkan bibirnya, lalu ditiupnya telinga Tari. Tari tersentak. !erentak dia menoleh dan menatap Ari dengan mulut ternganga terperangah dengan tindakan Ari barusan. !atu dari dua mata di #ajah yang begitu dekat itu justru memberinya kedipan lambat. "encipta rona merah yang kemudian menjalari keseluruhan #ajah Tari. -uru$buru ce#ek itu memalingkan muka kea rah lain, satu$satunya usaha menghindar yang masih bisa dilakukannya. "elihat kelakuan Ari, 'idho geleng$geleng kepala. 'idho kemudian membungkukkan punggungnya rendah$rendah, menyejajarkan mukanya dengan muka Tari. ("endingan lo ngaku aja deh, Tar,* sarannya. (!oalnya ni orang0,* ditunjuknya Ari dengan dagu, (psycho0* setelah mengatakan itu, dia tegakkan kembali punggungnya. (Dengar apa yang 'idho barusan bilang)* bisik Ari. (Dia termasuk orang yang paling tau gue.* Tari tidak menja#ab. Dia tundukkan kepala rendah$rendah. -erusaha menyembunyikan mukanya yang merah padam dari pandangan begitu banyak mata yang saat ini tengah menatap mereka dari segala penjuru. Tak ayal, untuk kali yang tak terhitung lagi, keduanya kembali menjadi sesuatu yang manis untuk dilihat. Adegan itu seketika membekukan semuanya. !aat itu juga menghentikan langkah siapa pun di tempat mata mereka menangkapnya. Tari yang lemas dan pucat pasi. Dan Ari yang menyangganya dengan seluruh tubuh dan rentang kedua tangannya. -enar$benar pemandangan yang menghangatkan pagi. %io langsung terbirit$birit keluar kelas dan lari turun begitu +yoman memberitahu 6ia telepon. anya %io yang tahu pasti, pemandangan yang dilihat +yoman sama sekali tak seindah yang terlihat. -ahkan bisa dipastikan bertolak belakang. ,asti, lagi$lagi ini bentuk (penganiayaan* Ari terhadap Tari. !ayangnya, seperti semua orang yang terpaku menatap pemandangan itu, %io tidak bisa menemukan penyebab Tari ada dalam pelukan Ari, selain apa yang terlihat jelas oleh mata, yang kemudian disimpulkan oleh otak. Dan semua otak yang menyaksikan peristi#a itu menarik kesimpulan yang benar$benar sama. Tari kayaknya lagi nggak 3it pagi ini, tapi maksain diri masuk sekolah. Ternyata dia nggak kuat terus mau pingsan. Dan Ari yang kebetulan ada dibelakangnya seketika melompat untuk menolongnya. Tapi .uma otak di dalam kepala %io yang menyadari bah#a (kebetulan* itu diikuti tanda tanya. !#eet banget/ -ener$bener bak potongan 3ilm romantis/ (Ada apa ini)* -u !am muncul mengoyak adegan itu. Dipandanginya Ari dengan sorot curiga. (Tari sakit, -u,* Ari menja#ab dalam atmos3er malaikat. -ukan .uma dalam suara, tapi juga ekspresi #ajah dan bahasa tubuhnya. (-egitu)* ucap -u !am dingin. Jelas dia tidak percaya. Apalagi kalau .herubim dan !eraphim pendamping Ari model 'idho dan &ji. 1ang datangnya dari neraka. &ji bergegas berdiri lalu memberi salam dengan sikap hormat. !ementara 'idho langsung kabur. Dia ogah ditanya$tanya. !egera %io melihat kehadiran -u !am sebagai kesempatan untuk menyelamatkan Tari. Dengan menyeruak sana sini, buru$buru dihampirinya teman semejanya yang masih dipeluk Ari itu. (!ini, Kak. !aya ba#a Tari ke kelas.* !epasang mata Ari yang bergerak kearah %io langsung menatapnya tajam. %io nggak peduli. Ada -u !am. Aman. (,aling$paling dia .uma kecapekan. !oalnya minggu ini kelas kami emang banyak banget tugas. Temen sekelas juga banyak yang lagi nggak enak badan kok,* %io beralasan. (-iar dia yang ba#a Tari ke kelas/* perintah -u !am dengan nada tak terbantah. Ari berdecak lalu mendesis pelan. Kedua matanya yang menatap %io menyorot semakin tajam, melontarkan peringatan. -erusaha untuk tidak melihat kearah kedua mata hitam itu, %io mengulurkan kedua tangannya. (1uk, Tar0* Tari menarik napas lega. Kepalanya lalu menoleh ke belakang, berusaha melihat Ari le#at sudut mata, tapi tidak berhasil. (A#as tangan lo/* desis Tari tajam, tertuju pada Ari. Tapi Ari justru mengetatkan pelukannya. .o#ok itu kemudian berdiri, dengan menarik serta Tari bersamanya. ,ada tiga detik #aktu yang dibutuhkan mereka berdua untuk berdiri tegak, tanpa kentara Ari berbisik tajam di satu telinga Tari, (-esok/* kemudian dia lepaskan pelukannya. !etelah menganggukkan kepala kepada -u !am, ditinggalkannya tempat itu. -u !am menatap punggung yang menjauh itu sambil geleng$geleng kepala. Ketika adegan yang seperti diambil dari potongan 3ilm romantis itu berakhir, para penonton ikut bubar. !ebagian pergi begitu saja, sebagian sambil berkasak$kusuk membicarakannya. 8888 !umpah, Ari sadis banget/ !aat jam istirahat pertama, Tari masih agak pucat. Tu ce#ek sampai nggak berani masuk gudang, dan memilih membicarakan situasinya yang ga#at di dalam kelas, dengan risiko dicuri dengar. !oalnya ruang kelas jarang sekali dalam keadaan benar$benar kosong. !elalu ada satu$dua kepala yang memilih tetap bercokol di dalam. !elama ini memang belum pernah cicak nongol di gudang, tapi dari ruangannya yang lembap, berdebu, dan penuh tumpukan bangku, meja, dan barang$ barang rusak yang lain, nggak perlu tebak$ tebakan, di situ udah pasti banyak banget cicak. "au berdiri di koridor depan gudang, tari merasa kedua kakinya masih lemas. Dan untuk pertama kalinya juga tu ce#ek berpikir untuk mencari pertolongan. Tari tidak lagi yakin dirinya bisa dan sanggup mengatasi masalah ini sendirian. !etelah beberapa saat menunduk dalam$dalam, serius mencoreti selembar kertas di atas pangkuannya hingga lembaran putih itu penuh dengan garis$garis hitam, Tari mengangkat kepala. Ditatapnya %io, yang juga jadi nggak tega untuk meninggalkan kelas. (9imana kalo gue ngomong ke Ata aja)* Tanya Tari dengan suara lirih. %io langsung menarik napas lega. (9ue baru mau ngomong gitu,* ja#ab %io dengan suara sama lirrihnya. (Iya, Tar. "endingan lo cerita sama Ata. Kali aja dia bisa bantu cari solusi.* Kemudian %io berdecak pelan sambil geleng$geleng kepala. (Kak Ari tuh gila banget deh. Kalo lo punya penyakit jantung, cara dia tadi pagi itu bisa bikin lo mati di tempat, Tar.* (Tadi pagi malah gue piker gue udah mati, tau/* Tari mendengus. -egitu melihat Tari dan %io bicara bisik$bisik, .hiko salah seorang yang masih tinggal di kelas, langsung bangkit dari bangkunya dan tergopoh$gopoh menghampiri. (Apaan) Apaan) 1ang tadi pagi, ya)/* serunya dengan suara bersemangat dan langsung menjatuhkan diri di bangku di depan Tari. Tari dan %io menatapnya dengan pandang kesal. (Elo kenapa nggak jajan ke kantin sih)* tanya Tari dingin. .hiko menyeringai. (+ggak laper,* ja#abnya pendek. (9ila lo, Tar. ,eluk$pelukan di koridor utama. Tapi0,* dia acungkan jempol kanannya, (kereeeeeen/* (!iapa yang peluk$pelukan sih)* %io bereaksi. Dipelototinya .hiko tajam$tajam. Tari sendiri nggak peduli. !etelah peristi#a tadi pagi, semua godaan teman$temannya jadi kelihatan kecil dan nggak penting banget buat diurusin. (.erita dong, Tar,* .hiko tak memedulikan pelototan galak %io. (9imana ceritanya tuh, elo bisa dipeluk Kak Ari gitu) Tadi pagi lo sakit, ya) Katanya lo mau pingsan) Kak Ari tuh 3eeling$nya bagus juga ya, tau aja lo mau pingsan. -isa udah siap di belakang lo gitu.* .hiko berdecak sambil geleng$geleng kepala. Tari langsung cemberut. (-erisik lo/* sentaknya kesal. Kemudian dia bangkit berdiri. (1uk, %i. "ales banget gue, ada orang ba#el.* Tari berjalan cepat keluar kelas. %io bergegas menyusul. .hiko mengikuti kepergian keduanya dengan ta#a geli. Tari berjalan cepat ke arah koridor di depan gudang. Tak dipedulikannya tatapan$tatapan yang tertuju padanya. ,eristi#a tadi pagi sudah pasti masih segar bersarang di dalam kepala setiap orang. Dan semua juga pasti berpikir persis sama seperti .hiko tadi. Karena memang itulah kesan yang tertangkap oleh semua mata. Tadi pagi &ji memperlihatkan cicak itu hanya dalam hitungan detik. Dalam genggaman kelima jari tangan kirinya, kemudian dia menyembunyikan binatang menjijikkan itu dari pandangan semua mata. Tapi posisi tangan kiri dan kelima jari itu memastikan Tari, cicak itu bisa mencelat kapan saja. !esampainya di depan gudang, Tari menempelkan punggungnya di dinding pembatas koridor. !ambil mengeluarkan ponsel dari saku kemeja, dilihatnya berkeliling. "emastikan tidak ada seorang pun$selain %io$yang dapat mendengar pembicaraannya. (alo, Ata0* (Iya, Tar. Apa)* (Ta, bisa ketemuan nggak)* (Kapan)* (ari ini.* (+ggak bisa kalo hari ini.* (1aaaaaah,* tari langsung mengeluh panjang. (-isain dong. ,leeeeease.* (Ada apa sih) Kok mendadak banget)* (,enting banget.* (Iya, apa)* (,okoknya penting banget deh. 9ue nggak bisa cerita di telepon.* Terdengar Ata menghela napas. (9ue hari ini ada ,". Kalo besok aja, gimana)* (-esok udah terlambat. 9ue udah keburu mati.* (2o tuh ya, bercandanya suka kele#atan.* (Ini nggak bercandaaa/* seru Tari tertahan. +yaris ingin menangis. (Kalo nggak percaya, lo telepon gue besok deh. +i nomer pasti udah nggak akti3 lagi. Kalopun masih akti3, yang ngangkat kalo nggak bokap ya nyokap gue, atau adik gue. Dan tiga$tiganya lagi pada histeris. Dan tersangka pembunuh gue, jelas sodara kembar lo itu. Jadi sekarang terserah elo deh. Kalo mau dia dipenjara, ya udah, kita nggak usah ketemu nggak pa$pa.* (&ke deh. &ke.* Akhirnya Ata mengalah. (Elo tuh ya, makin dibiarin malah makin kele#atan dramatisasinya0* Ata terta#a pelan. (+anti begitu bel, gue langsung cabut. Kira$ kira satu jam sampe Jakarta. 2o nunggu dimana) Jangan di sekolah ya.* (1a nggaklah. +tar gue ngomong sama %io dulu deh. Enaknya kita ketemuan dimana.* (&ke. Kabarin gue kalo udah nemu lokasinya ya.* (Iya0* Tari langsung lega. !enyum lebar mengembang di bibirnya. ("akasih ya, Taaaa,* ucapnya manis. (Iyaaa0* Ata membalas dengan suara yang jelas terdengar dia juga sedang tersenyum lebar. 8888 5raian panjang Tari selesai. !esaat Ata terdiam, kemudian menarik napas panjang. (9ue udah tau lo pasti nggak sendirian. +ggak mungkin sendirian. ,asti ada orang lain di depan lo. &rang yang ngelindungin elo dari Ari.* 9anti Tari menarik napas panjang, seiring kepalanya yang bergerak menunduk. (Kadang$kadang gue nyesel sih,* keluhnya. (.oba hari itu gue nggak dating telat. Jadinya kan nggak kejebak ta#uran. Jadinya juga nggak bakal kenal Angga. Jadinya juga hari$hari gue nggak bakalan jadi ribet kayak gini.* Tari lalu terdiam. Keheningan tercipta diantara ketiga orang yang duduk mengelilingi satu meja itu. (Kadang$kadang0,* Tari meneruskan kalimatnya, (gue juga nyesel kenapa #aktu itu Kak Ari pilih berdiri di depan gue.#aktu dia dating telat pas upacara. ,adahal ada banyak alternati6e. Dia bisa berdiri di depan %io, atau De6i, atau0 siapa ajalah ce#ek yang berdiri sejajar sama gue #aktu itu. Ada tiga orang selain gue. Atau nggak, di kelas sebelah, sepuluh$delapan. Ada empat ce#ek juga yang berdiri sejajar sama gue. Ada banyak banget alternati6e deh. Kenapa juga sih dia pilih berdiri di depan gue) Kalo dia nggak berdiri di depan gue, kami juga nggak akan saling kenal0* Tari terdiam lagi. Tapi kali ini sepertinya dia serius tenggelam dalam penyesalannya itu. Karena raut mukanya jadi murung. %io tertegun. -egitu mengatakan deretan penyesalannya, kepala Tari terus menunduk, jadi Tari tidak melihat itu. %io lah yang menyaksikan sepasang mata Ata terus terarah pada #ajah tertunduk Tari, memandang lembut. %io bahkan nyaris yakin, dia bisa membaca keinginan Ata untuk memeluk Tari dalam cara kedua mata itu menatap. Aduh, makin runyam nih/ Desis %io dalam hati. (Takdir, Tar0,* suara pelan Ata memecahkan kebisuan di Antara mereka. (Emang kita harus ketemu. Elo, Ari, gue, Angga. "eskipun gue nggak tau apa 3ungsi Angga di sini. Tapi pasti ada sesuatu yang mengaitkan dia sama kita.* !etelah lama menunduk, Tari mengangkat kembali kepalanya. Ditatapnya Ata. (Elo kok bisa ngomong gitu)* tanya Tari dengan nada lesu. Ata tersenyum. (&rang$orang yang lahir pada sore hari, pas matahari terbenam, kalo dikumpulin bisa ribuan. Jutaan bahkan. +ggak usah jauh$jauh deh. Temen$temen gue atau orang$orang yang gue kenal, yang lahir pas matahari terbenam, itu aja udah banyak banget. Tapi, lo tau nggak)* Ata mengangkat kedua alisnya. (+ggak ada satupun yang namanya "atahari. Apalagi !enja, apalagi Jingga. Apalagi gabungan tiga kata itu. Elo satu$satunya. Dan nggak tanggung$tanggung. Kalo gue sama Ari .uma gabungan dua dari tiga kata itu, lo menyandang tiga$tiganya. Karena nama a#al lo kan !enja "atahari. Elo menyandang nama kami berdua.* Ata geleng$geleng kepala. Ada sorot takjub di kedua matanya yang menatap Tari. (!atu lagi yang bikin gue yakin, kita emang akan dan harus ketemu adalah0,* Ata menghentikan sesaat kalimatnya, (karena ortu lo ngasih lo nama itu. "atahari. Kenapa mereka nggak ngasih nama yang lain) Ada banyak padanan kata untuk matahari. !unny, atau 'ere, pengulangan untuk nama De#a "atahari "esir Kuno, De#a 'a. Atau kalo mau kata yang asli Indonesia, "entari. Karena lo ce#ek. "entari lebih pas. 2ebih kedengeran 3eminism. "atahari itu maskulin, karena dia pasangan bulan. Jadi sebenarnya kurang pas kalo dipake buat nama ce#ek. Tapi ortu lo tetep ngasih lo nama itu. Karena kalo nama lo bukan "atahari, berarti lo nggak ditakdirkan untuk ketemu kami. Jadi nggak ada yang perlu disesalin.* (Iya juga ya)* Tari memangdang Ata dengan terpukau. Karena terus terang, dia belum pernah berpikir sampai sejauh itu. (Kalo dipikir$pikir aneh juga ya)* (+ggak juga. Takdir Tuhan, udah diatur begitu,* ucap Ata halus. Kemudian dia menarik napas panjang. (!ekarang kita balik ke permasalahan. Terus, rencana lo apa)* (&h0* 7ajah Tari langsung jadi keruh lagi. (Kalo pas jam pelajaran sih udah pasti aman. Ada guru. Di luar itu yang bahaya. ,agi sebelum bel, dua kali jam istirahat, sama jam pulang. -esok sih rencananya gue mau berangkat mepet #aktu. Kalo bisa sampe sekolah pas banget sama bel masuk bunyi.* Ata keta#a geli. (Emang bisa) 9imana ngaturnya)* (1ah, liat besok deh. Kalo kecepeten, y ague nunggu di halte.* (Terus, pas jam istirahat)* tanya Ata. Kedua matanya memandang Tari dengan penuh minat. "eskipun begitu, bibirnya tersenyum geli. (Kalo itu rencananya0* Entah kenapa mendadak Tari berpendapat, gudang sama sekali bukan tempat ngumpet yang aman dan nggak bakal ketauan. Kelau Ari nggak menemukan dirinya di kelas, di kantin, bahkan di toilet ce#ek, alternati3 terakhir jelas tinggal mencari di gudang. -ahkan bisa jadi tu co#ok akan langsung menuju gudang begitu sampai di area kelas sepuluh. Karena .uma ce#ek bego yang akan tetap tinggal di kelas atau kabur ke kantin setelah mendapatkan ancaman berturut$turut. ,ikiran itu membuat Tari serta$merta menoleh ke %io. (Jangan di situ deh, %i. Kayaknya bakalan langsung ketauan.* (Terus di mana)* tanya %io bingung. ("mm0* Dengan kedua mata menatap langit$langit dan jari telunjuk kanan mengetuk$ngetuk bibir, Tari berpikir keras. Ata menatap kedua ce#ek itu dengan bingung. (Ah, iya/* seru Tari kemudian. (9ue mau kabur ke koperasi aja deh. Kan deket sama ruang guru tuh. +tar kalo Kak Ari berani macem$macem, gue tinggal jerit$jerit deh. -odo amat bikin heboh,* sesaat dia terdiam. (-egitu bel istirahat bunyi, gue langsung ngekorin guru, turun ke ba#ah sampai koperasi. 9ue mau numpang ngumpet di pojok ruangan, di samping lemari besi0* Tari terdiam sesaat lagi. Tampak memikirkan betul$betul rencana barunya yang muncul mendadak itu. (!ip/ !ip/* tak lama kemudian dia mengangguk$angguk. (&ke/* Ata keta#a geli. Kedua bahunya sampai berguncang. (Elo kenapa nggak cabut aja sih) !ehari gitu,* sarannya setelah ta#anya habis. ("aunya sih gitu. Tapi besok banyak tugas yang kudu dikumpulin.* (!trategi lo itu nggak meyakinkan, tau/ 9ue nggak yakin lo bakalan selamet meskipun tu ruang koperasi deket ruang guru.* 5capan Ata membuat Tari menoleh. (9ue baru sadar, gue ngajak lo ketemuan tuh supaya lo bisa bantu nyariin solusi buat besok. Jadi besok bagusnya gimana)* (Elo kelar cerita juga belum ada setengah jam, Tar. 9ue belum sempet mikir lah0* Tari berdecak. (Kayaknya nggak guna deh ngajak elo ketemuan.* (Jangan gitu dooong. +tar gue pikirin di rumah deh. -ener. !oalnya ini kudu tenang mikirnya. +ggak bisa sambil panik. Tapi supaya bisa mikir begitu, gue harus tau situasi lo yang pasti tuh sekarang kayak apa.* Ata memajukan duduknya sampai dadanya menmpel di meja. Kesepuluh jarinya saling bertaut. "eskipun sikapnya tetap terlihat tenang, kedua mata itu kini menatap Tari lurus$lurus. (2o sendiri gimana)* tanyanya. !uaranya pelan, tapi ada nada menuntut di dalamnya. (Apanya)* Tari menatapnya dengan bingung. (Elo lebih merasa kehilangan bodyguard atau0)* Ata menggantung sejenak kalimatnya. Kedua matanya semakin lurus menatap ce#ek di depannya itu. (0 gebetan)* Tari tersentak. !ontak mukanya memerah. (Apa sih maksud lo)* (!oalnya tampang lo sedih banget tadi, #aktu cerota bagian Angga mutusin untuk mundur karena dia tau sekarang ada orang lain yang berdiri di depan lo, gantiin posisi dia.* (Elo nggak usah sok tau deh.* (Kok sok tau) "ata gue dua$duanya normal nih. +ggak minus apalagi katarak. Apalagi posisi lo sekarang persis di depan gue gini. Jadi amat sangat nggak mungkin gue salah tangkep ekspresi lo tadi.* (Elo tuh sebenernya mau bantuin nggak sih)* Tari jadi kesal. Ata tersenyum. (Kan tadi gue udah bilang. 9ue perlu tau dengan jelas situasi lo sekarang. !upaya gue bisa nyari solusi yang tepat.* "asih dengan senyum, Ata lalu menaikkan kedua alisnya. (-odyguard0,* ja#ab Tari kemudian, agak ketus. (,inter lo ja#abnya.* !enyum Ata melebar. (Tapi tenang aja. Akan gue anggap emang begitu.* Tari ternganga. (Elo tuh0* dia hentikan kalimatnya. !adar akan membahayakan dirinya sendiri. (+tar lo gue telepon.* Ata memundurkan kursi yang didudukinya. (-alik yuk. 9ue kudu ikut ," nih.* (Tari menatapnya dengan bingung. (Jadi, besok gimana dooong)* (1an tar lo gue telepon. 9ue pikirin di rumah atau nggak ntar di mobil. "ikirnya nggak bisa instan, kalo udah menyangkut kembaran gue itu. ,asti gue bantuin. 2o tunggu telepon gue. &ke)* Ata tersenyum menenangkan. Ditepuknya satu bahu Tari. Kemudian dia berdiri. "au tidak mau Tari dan %io ikut berdiri. Ketiganya lalu keluar dari kedai ayam bakar pinggir jalan itu. Karena gentingnya masalah$setidakya bagi Tari$ketiganya hanya memesan segelas jus jeruk. Tidak ada keinginan untuk makan. Ata langsung menytop taksi kosong yang pertama le#at. !eperti kebiasaannya selama ini, diletakkannya selembar uang untuk ongkos di atas pangkuan Tari, dilanjutkan dengan pesan untuk berhati$hati, baru kemudian ditutupnya pintu. "alamnya, sampai menjelang pukul sepuluh, Ata belum juga menelepon. -ahkan ketika Tari berusaha menghubungi, panggilan teleponnya nggak diangkat. (Tu orang gimana sih)* Tari memelototi ponselnya. (Ternyata beneran nggak guna gue ngajak ketemuan dia tadi.* Dengan kesal dilemparnya ponsel itu ke dekat bantal. Disusul dia membanting diri ke tempat tidur. Ditatapnya langit$langit kamar. ,adahal dia sangat membutuhkan bantuan Ata. +ggak ada jalan lain. Terpaksa dia harus kembali ke rencana a#al. 'encana satu$satunya. Tiba$tiba ponselnya menjerit. Tari langsung melompat bangun dan menyambarnya. Tapi detik itu juga dia mendesah kece#a. Karena panggilan itu dari %io. (Ata udah nelepon) Apa rencananya)* tanya %io langsung. (-elum,* ja#ab Tari kesal. (-elum)* ucap %io heran. (7ah, berarti dia juga bingung tuh.* (Kayaknya.* (Jadi gimana) -alik ke rencana a#al)* (Iyalah. 9ue kan nggak punya rencana lain.* %io menarik napas panjang. (1a udah kalo gitu. %ight ya, Tar,* .uma itu yang bisa dia ucapkan. (Thanks,* Tari menyahut lemah. Kemudian diletakkannya ponselnya kembali di sebelah bantal. (Ata ngeselin/ +ggak berguna/* gerutunya sambil memejamkan mata. 8888 ari pengakuan/ Tari berangkat dari rumah sepuluh menit lebih lambat, dilanjutkan dengan bengong di halte selama lima menit. Alhasil, dia mendarat di halte dekat sekolah pada #aktu yang direncanakan. !etengah tujuh kurang lima menit/ (9ila pas banget/* desisnya sambil mengambil ancang$ancang di pintu bus. !ekilas melalui tubuh$tubuh penumpang yang berdiri menyesaki bus, dilihatnya halte itu dalam keadaan kosong. !eperti yang hampir selalu terjadi setiap kali jarum jam akan mendekati posisi setengah tujuh. -egitu kendaraan umum ber#arna oranye itu berhenti di depan halte tujuannya setiap pagi, Tari langsung melompat turun. Dia sudah bersiap akan berlari dengan kecepatan paling maksimal, tapi re3leks seketika membekukan geraknya dan membuatnya diam di tempat. alte itu ternyata tidak benar$benar kosong. !ebuah motor hitam terparkir di sebelahnya. !ang pemilik sedang bersila di salah satu bangku besi di halte. Duduk santai dengan bibir mengepulkan asap rokok. -egitu melihat Tari, co#ok itu berdecak sambil geleng$geleng kepala. (.k ck ck. 5saha banget lo ya. !ampai segitunya biar gak ketemu gue.* Tari terperangah. Tak bisa mempercayai penglihatannya. "elihat ekspresi Tari, Ari jadi tidak bisa menahan ta#a gelinya. .o#ok itu lalu bangkit berdiri. Dimatikannya rokoknya dengan cara menekannya ke salah satu pilar besi penyangga atap halte, lalu menyentilnya ke tong sampah yang berada tidak jauh dari tempat itu. Kemudian dihampirinya Tari dan berdiri di depannya dalam jarak bahkan kurang dari selangkah. Ta#a Ari menghilang. Ditatapnya Tari dengan senyum dikedua matanya tapi tidak di bibirnya. !eketika muka Tari emmerah. !enyum di kedua mata itu membuat peristi#a kemarin pagi tak ayal muncul jelas$jelas di memori kepalanya. (9ue jemput lo biar gak telat,* ujar Ari lembut. ("asih ada lima menit.* Tari mengangkat tangan kirinya. "enyejajarkan jam tangannya dengan muka Ari. (Jarumnya baru aja bergerak. Jadi sekarang tinggal empat menit,* Ari langsung meralat. Ditunjuknya jam tangan Tari dengan jari. (Kalo gue lari, sampai gerbang .uma dua menit. "asih ada dua menit lagi. Jadi gak telat,* balas Tari. Ditatapnya Ari dengan ekspresi puas. Ari tersenytum tipis. ( ari ini yang jaga gerbang ,ak 'ahardi,* ucapnya kalem. !eketika kedua mata Tari terbelalak. (9ak mungkin/ -ohong lo/ 2o sengaja nakut$ nakutin gue, kan)* (2o liat aja,* ja#ab Ari, tetap dengan nada kalem. .o#ok itu balik badan lalu berjalan menghampiri motornya. Tari langsung panik. !ebenarnya sih dia gak takut telat. Terlambat mah jamak. !iapapun pasti pernah terlambat. Tapi yang jaga ,ak 'ahardi. Ini yang jadi masalah. 9ila aja datang telat di depan hidung kepala sekolah. !ementara ,ak 'ahardi itu selalu udah ada di depan sekolah paling siang jam setengah tujuh kurang lima belas menit. +anti ,ak 'ahardi ngira Tari tukang dateng telat, lagi. Ari segera mengakhiri kepanikan Tari. Tapi cara bicaranya tetap santai. !eolah$olah apa yang dibicarakan bukan sesuatu yang berdampak serius nantinya. (!ekali nama lo kecatet di buku piket, seterusnya lo bakal jadi perhatian. 9ue juga gak paham, gimana caranya dateng telat dijadiin tolak ukur kalo tuh sis#a ada kemungkinan bakalan bermasalah juga di kelas. Kemungkinan dia juga tukang ribut, tukang nyontek, jarang nyatet, jarang ngerjain tugas, dan sederet pelanggaran lain.* 5ntuk sis#a model Tari, yang punya basic character taat peraturan, penjelasan Ari itu jelas membuatnya tambah panik. Ari mengangkat bahu dengan ringan. (2o boleh gak percaya, tapi itulah kenyataannya,* ucapnya sambil menaiki motornya, memasukkan kunci, lalu menghidupkan mesin. (Kalo gue yang telat sih, gak bakal dicatet. !oalnya jatah kolom untuk nama gue udah gak muat. Kepenuhan dari kapan tau. Itu juga udah disempilin disana$sini, sampe gak ada space kosong lagi. !pace kosong yang masih sisa tinggal muat untuk bikin titik doang,* ucapnya yang disusul bdengan ta#a geli. .o#ok itu lalu memundurkan motornya hingga ke tepi trotoar. (!ekarang pasti gerbang udah ditutup setengah. !oalnya udah tinggal tiga menit.* Ditatapnya Tari dengan kedua alis terangkat tinggi. !eketiks Tari lupa dengan rencana a#alnya. Juga luoa dengan keheranannya karena mendapati Ari di halte. ,eristi#a kemarin pagi bahkan ikut lenyap dari dalam kepalanya. -uru$buru dihampirinya Ari. Ari menatap lurus$lurus ke depan. Dikatupkannya kedua bibirnya rapat$rapat, mencegah agar ta#a gelinya tidak muncrat keluar. Kesepuluh jarinya segera melepas setang saat dirasakannya satu tangan Tari mencengkeram lengan kirinnya dan tangan yang lain memegang bahunya kuat$kuat. Diraihnya kedua tangan itu lalu dilepaskannya dari lengan dan bahunya. Dengan tatapan yang tetap lurus ke depan$ tapi tatapan itu menyorotkan ta#a geli dan bibir yang tersenyum lebar karena tak bisa lagi menahan ta#a$Ari menggegam kesepuluh jari Tari lalu mengulurkan kedua tangannya ke belakang. Dibantu ce#ek itu, yang susah payah berusaha duduk di boncengan motor yang memang tinggi. Tari melakukannya sambil bersungut$sungut. (,ak 'ahardi ada$ada aja deh. ,engin turun pangkat, kali ya) Jangan$jangan dia gak sanggup mikul tanggung ja#ab jadi kepala sekolah.* ampir aja ta#a Ari menyembur. (5dah)* tanyanya lembut. (e$eh,* Tari mengangguk. (&ke. ,egangan yang kuat ya. "au ngebut nih. !oalnya udah tinggal dua menit.* Tari buru$buru memegang tepi jok kua$kuat dengan kedua tangan. "otor hitam itu kemudian meluncur cepat meninggalkan halte. -egitu mendekati gerbang sekolah, Tari langsung memalingkan mukanya, lurus$ lurus menghadap ke punggung Ari. "otor hitam Ari melesat menerobos gerbang sekolah yang bhakan kini telah menutup duapertiga. !aat mele#ati gerbang, Tari memberanikan diri melirik ke tepi jalan tempat guru piket biasa berdiri. !eketika kedua matanya melebar, diikuti kepalanya yang langsung menoleh saat itu juga, semakin lama semakin ke belakang, karena motor terus melaju sementara objek tatapannya tetap di tempat. -egitu Ari menghentikan motornya di tempat biasa, Tari langsung melompat turun. (-ukan ,ak 'ahardi/* serunya berang. (-ohong lo/* Ari terta#a geli. -erkali$kali pada pagi ini. (Emang lo pikir dia segitu kurang kerjaan, apa) !ampe$sampe jagain gerbang,* ucapnya kalem. "ulut Tari sudah terbuka lebar, tapi dia gak menemukan kalimat yang tepat untuk membalas kata$kata Ari barusan. Akhirnya bibirnya terkatup 6dan membentuk cemberut. Ta#a Ari menghilang. -erganti dengan senyum dan tata yang lembut yang bagi Tari lebih menjengkelkan, karena tatpan lembut itu tetap menyimpan sorot geli dan kemenangan. "asih duduk di ats motor hitamnya, lalu Ari mencondongkan tubuh. Dibungkukkannya punggungnya untuk menyejajarkan #ajahnya dengan #ajah Tari. Dalam sekian detik yang membuat sekeliling jadi terasa mengabur, Ari emnatap kedua mata Tari lurus$lurus. (.ukup satu kali aja lo nangis gara$gara dia, ya)* ucapnya pelan, tapi tajam. (!ekarang lo liat orang yang ada di depan lo aja. &ke) Ini peringatan serius. Jadi lo juga jangan main$main.* Tari tertegun. Kedua matany aseperti terkunci dalam pekatnya kedua bola mata Ari. -el masuk menjerit nyaring. "enghancurkan cengkeraman keterpanaan Tari dan menyentaknya kembali ke alam nyata. Ari melepaskan cekalan tangannya di lengan Tari. .o#ok itu kemudian turun dari motor besarnya. Dengan mata sesaat mengarah ke mulut koridor utama, tempat sis#a$sis#a ynag datang mepet #aktu berlarian memasukinya dengan suara gemuruh langkah kaki berlari yang gaduh, Ari berdiri tepat di depan Tari. (Ada yang mau gue kasih tau ke lo,* nada suaranya kembali santai. (ari ini lo gak perlu repot$repot ngumpet. !oalnya hari ini gue .uma sampai jam keempat saja. "au cabut. Jadi gak bisa gangguin lo. Kecuali kalo ntar jam istirahat pertama lo bersedia turun ke koridor utama, gue bisa gangguin lo sebentar.* Ari mengatakan itu dengan intonasi seolah$ olah mengganggu Tari adalah ke#ajibannya, dan hari ini dengan amat menyesal dia tidak bisa menjalankan ke#ajibannya itu dengan baik. "ulut Tari sampai mangap saking syoknya mendengar kalimat itu. "embuat Ari meledak dalam ta#a. .o#ok itu sampai tidak bisa menahan diri untuk tidak mengulurkan tangannya lalu mengacak$ acak rambut Tari. (5dah bel. Kita jalan sendiri$sendiri aja ya. !oalnya telat. 'unyam ntar kalo lo datang telat bareng gue.* "asih dengan sisa$sisa ta#anya, Ari lalu berjalan menuju koridor utama. "eninggalkan Tari yang masih ternganga di tempatnya. 888 -el istirahat berbunyi. Tari menyambar ponselnya dari alam laci dan langsung berlari keluar kelas. %io buru$buru mengikutinya. -egitu sampai di depan gudang, Tari langsung mencari nama Ata di da3tar kontak. (,asti Ata. .uma dia satu$satunya oknum tersangka,* ucapnya dengan nada geram. (9ak diangkat/* desisnya kenudian dengan berang. !ekalib lagi ditekannta tombol bergambar garis hijau. (iih//* kali ini Tari mengentakkan satu kakinya keras$keras ke lantai. (Ke mana sih tuh orang)* Ditekannya tombol yang sama sekali lagi. 2alu bsekali lagi dan sekali lagi. %io yang menyaksikannya jadi ikut geram. (-erarti bener.,.,* Tari menghentikan usahanya. (Dia yang ngasih tau Kak Ari.* (1a iyalah,* %io jadi tersinggung. (1ang tau rencan lo kan .uma dia sama gue. Kalo bukan dia yang bocorin, masa iya gue gitu)* (-ukan gitu, %i. "aksud gue, kok dia tega gitu lho. -ukannya bantuin, malah ngejerumusin. ,antes aja Kak Ari ada di halte tadi pagi. Terus gue kena tipu,* sambil mengeluh Tari menyandarkan punggungnya ke dinding pagar koridor. (1A lagian lo bego juga sih. +gapain juga ,ak 'ahardi jagain gerbang) Emangnya gak ada guru ytang bisa disuruh, apa) 2agian tiap hari kan ada guru piket. ,asti udah ada jad#alnya, kan)*) (1a kali aja dia pengin kayak pejabat$pejabat gitu. "eninjau rakyat sampe ke ba#ah.* (1aah, meninjau juga gak harus sampai berdiri di depan gerbang, kali. Dari koridor utama juga tuh gerbang keliatan. %ull. !ampe ke engsel sama roda$rodanya.* (9ue gak mau gambling. Kalo beneran ,ak 'ahardi, gimana)* Tari menoleh lalu menatap %io dengan kedua alis terangkat. (Dari dulu tuh gue paling pantang dateng telat di depan kepsek. Di depan guru$guru masih gak papa deh. "au guru paling galak kek, gue udah pernah. Tapi gak di depan kepsek.* (-ego lo. Justru mending dateng telat di depan kepsek, tau/ 9ak bakalan tau dia kita kelas berapa. Kalo guru$guru mah masih ngenalin, lagi. "asih bisa tau lo kelas berapa. Apalagi kalo tu guru ngajar kelas lo, bisa langsung ketauan, kan) Kepsek mana tau)* %io lalu geleng$geleng kepala. (Trus lo ngobrol apa aja sama Kak Ari, selama boncengan berdua dari halte ke sekolah)* (9ak ngobrol apa$apa lah. Aneh deh lo nanyanya,* ja#ab Tari kesal. (1a kali aja gitu, lo begonya gak nanggung$ nanggung.* Tari cemberut. -ibirnya sampai membentuk kerucut. %io geleng$geleng kepala lagi. Kali ini sambil menarik napas panjang. (9ue gak tau ini konyol atau ironis. 2o sengaja dateng mepet #aktu biar gak ketemu Kak Ari. Tapi ternyata malah dijemput dia di halte terus boncengan motor ke sekolah. !etelah kejadian kayak kemaren pagi pula.* !ekali lagi %io geleng$geleng kepala. ( Aaah/* Dia menjentikkan jari tangannya keras$keras. (9ue udah menemukan kata yang tepat banget.* %io mengangguk tajam. (Tragis/* Dia mengangguk$angguk. (Iya, bener. Tragis/* (Apa lo kata deh,* desah Tari. ,asrah dengan celaan %io. !etelah sekali lagi menekan tombol bergambar garis hijau dan lagi$lagi panggilannya gak direspon bahkan sampai ujung bunyi ringtone. Tari akhirnya pasrah dalam usahanya mengontak Ata. Dimasukannya ponselnya ke saku sambil menghela napas. (2o mau makan gak) 9ue ba#a bebto tuh.* ("au/ "au/* ja#ab %io langsung. (2auknya apaan)* (Tau apaan. 2upa.* (2o gak makan)* (9ak laper.* 888 Jam istirahat kedua, Ata lebih dulu menghubungi. Tari langsung berlari keluar menuju koridor depan gudan. %io bergegas mengikuti. (Tar, ada apa) !orry tadi gak bisa ngangkat. 2agi rapat &!I!.* (2o ngomong apa ke Kak Ari)* suara tari langsung menajam. (ah)* Ata tersentak. (&ooh,* dia langsung sadar. ( 2o gak apa$apa, kan) Aman)* tanyanya kemudaian dengan nada cemas. (2o denger gak sih apa yang gue tanya tadi) 2o ngomong apa ke Kak Ari)* Tari nyaris membentak. Ata tidak langsung emnja#ab. Tari bisa mendengar co#ok itu menghela napas berat. (9ue bilang ke Ari, ;'i, lo seharusnya gak usah terlalu keras. 9ak perlu terlalu maksa. Kalian kan satu sekolah. !etiap hari ketemu. Dari jam setengah tujuh pagi sampai jam dua siang0* Ata menerangkan dengan nada sabar. (Terus)* tanya Tari tajam. (9ak usah gak ngaku deh. 9ak mungkin lo .uma ngomong segitu.* Ata menghela naps lagi. Kali ini diikuti keterdiaman yang cukup lama. Tari yang justru memecahkan keheningan sambungan telepon itu. (2o boleh diam lama. 9ak usah kha#atir. 9ue baru isi pulsa. +tar kalo pulsa lo habis, gue langsung kontak balik.* 2agi$lagi Ata menghela napas. 2ebih panjang dri dua kali sebelumnya. Kemudian dia bicara dengan nad alambat. (9ue bilang, ;"ulai sekarang lo gak punya ri6al, tuh co#ok udah mundur0<* Tari terperangah. "ulutnya menganga lebar. !ekian detik hanya itu reaksi yang mampu keluar sebelum kemudian dia menjerit keras. (A,AAA///)* %io, yang tadinya hana berdiri dalam menemani dalam jarak yang terjaga, langsung mendekat. Dengan halus didorongnya Tari, benar$benar sampai ke tepi koridor. Di tengah 3okusnya meledakkan seluruh emosinya ke Ata, Tari memandang %io dengan tatapan bertanya. Tanpa bicara, dengan dagu %io menunjuk ke arah lain koridor. Jeritan Tari tadi telah menyebabkan semua mata sekarang terarah padanya. Tetap dengan posisi ponsel menempel di satu telinga, Tari memutar tubuh untuk membelakangi. !ementara %io segera berdiri pad aposisi yang emmbuat teman semejanya itu terhalang dari semua mata yang emnatap ingin tahu. (9ue kece#a banget ama lo,* desis Tari dengan nada pahit. (9ue pikir gue bisa percaya lo. 9ue lupa, darah tuh lebih kental daripada air/* (Tar, denger dulu. 9ue0* Tapi Tari sudah tidak ingin mendengar lagi. Ditekannya tombol bergaris merah di ponselnya kuat$kuat. !uara Ata yang meminta, seketika terputus. Detik itu juga ponselnya berdering. Dengan pandang dingin Tari emnatap layar ponselnya lalu ditekannya tombol on=o33. ,onselnya langsung membisu. Kemudian ditatapnya %io lurus$lurus. (!elesai. 9ue gak kenal dia/* (Tar, mendingan lo dengar du0* (9ue gak pernah kenal Ata/ Tari mengabaikan kalimat %io. (1ang ada Jingga "atahari. 9ue. 9ak ada "atahari Jingga/* Tatapan Tari ke %io kemudian menajam. "enunjukkan kebulatan tekad. (Akan gue hadapin sendiri tu "atahari !enja/ Dia kira gue takut, apa)* !elesai mengatakan itu, Tari balik badan dan pergi. %io menghela napas. 8888 5ntuk pertama kalinya Tari marah pada Ata. Di matanya kini, co#ok itu benar$benar pengkhianat yangtak termaa3kan. Ata bahkan lebih buruk daripad saudar kembarnya. !emenjak pembicaraan terakhir itu Tari tidakl lagi memedulikan setiap panggilan telepon Ata. !"!$!"! dari Ata juga langsung dihapusnya tanpa dibaca. Keesokan paginya, sambil menanti bel masuk berbunyi, Tari mengganti ringtone yang selama ini digunakan khusus untuk Ata dengan salah satu lagu '>- 3a6oritnya, Killa. Jadi pada saat masuk panggilan telepon dari Ata, bukannya diangkat, Tari akan mengangguk$anggukkan kepala. "enikmati lagu itu sampai Ata mengakhiri usahanya. Dan ketika lagi itu berhenti, , dengan puas dipandanginya ponselnya sambil berkata, (usaha aja terus lo. 9ak bakal gue angkat/* Kalaun kelas sedang kosong, Tari akn bereaksi lebih kejam lagi. Dia joget$joget. Keesokan harinya Tari mengganti Killa dengan !ho# "e The "oney. Angguk$ angguk kepala dan joget$joget berlanjut lagi. Tapi begitu lagu itu berhenti, ungkapan ras apuasnya jadi ganti. (!ho# m# the money and I<ll 3orgi6e you/ ahaha/* %io mengikuti setiap tingkah Tari itu dengan rasa prihatin. Dia nelangsa tapi gak bisa apa$apa, karena dia juga merasa Ata telah melakukan kesalahan. !etelah selama dua hari rentetan usahanya untuk mengontak Tari di reject, Ata mengalihkan usahanya ke %io. ,agi hari ketiga, sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi, %io menjauhkan diri dari kerumunan saat layar ponselnya memunculkan nama Ata. Tak lama dia kembali. Ditepuknya lengan tari pelan, meminta Tari untuk menjauh dari kerumunan. (Ata,* ucap %io pelan sambil menyodorkan ponsel. Tari langsung melengos. ("ales/* (Katanya, lo gak bisa diajak ngomong, dia mau nongol di sekolah.* (1ee, ngancemeem))* Tari memelototi ponsel %io. (+ongol aja. Emangnya yang punya masalah siapa)* semburnya. %io menghela napas. Didekatkannya ponselnya ke telinga. (Katanya lo nongol aja0* (Iya. 9ue denger,* Ata memotong. !uaranya terdengar berat. 9anti co#ok itu yang kemudian menghela napas. (&ke deh. Thanks ya, %i.* Akhirnya Ata menutup pembicaraan. !iangnya pad jam istirahat pertama, Ata kembali mengontak %io. (9itu)* %io melirik orang di sebelahnya. (Tapi gue nyampein aja ya. Dia mau apa gak, gue gak bisa apa$apa.* (Iya. 2o sampein aja ke dia. 9ue tunggu di tempat yang #aktu itu. +tar dua jam terakhir, gue cabut. -iar bisa sampai sana on time.* (&ke deh.* %io mengangguk. Diakhirinya pembicaraan. Kemudian dia menoleh dan berkata dengan suara pelan. (+tar siang Kak Ata nunggu di tempat yang #aktu itu. Dia cabut dua jam terakhir.* Tari tak mengacuhkan in3ormasi %io itu. !ambil mengunyah kacang bogor yang diba#anya dari rumah, kedua matanya tetap ter3okus ke lembaran$lembaran majalahremaja edisi terbaru yang dipinjamnya dari "aya. %io menghela napas. (,okoknya udah gue kasih tau ke lo ya, Tar.* 5capnya sambil mengambil segenggam kacang bogor lalu mengunyahnya sambil ikut membaca majalah itu. Ketika siang harinya mereka telusuri jalan aspal menuju gerbang sekolah, %io sudah kehilangan semangatnya untuk mengingatkan Tari bah#a Ata sedang menunggu. 2ima meter menjelang gerbang, tiba$tiba &ji menghadang. Dipandanginya Tari dengan seksama. Tari, juga %io, membalas dengan sorot #aspada. (Jangan digodain, Ji. Dia lagi patah hati.* !eketika kedua mata Tari bergerak ke arah datangnya suara yang sudah amat sangat dikenalnya itu. Ari tengah berdiri dengan punggung bersandar di dinding pos sekuriti. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Disambutnya tatapan Tari dengan kedua alis terangkat. Dengan kedua mata yang membalas tatapan garang itu, dia teruskan godaannya. (+tar dia nangis sampe matanya bengkak parah lagi, lo mau tanggung ja#ab)* &ji menoleh. !esaat ditatapnya Ari dengan kening berkerut. Kemudian pandangannya kembali ke Tari. Tiba$tiba Ari emmbuka kedua lengannya. (9imana kalo lo nangisnya di dada gue aja)* ta#arnya dengan nada manis. (9ak akan gue biarin lo nangis lama$lama. +anti lo akan gue peluk kuat$kuat, biar air mata lo cepet kering. Jadi mata lo gak akan bengkak kayak #aktu itu.* &ji langsung mengiringi ta#aran mesra Ari untuk Tari itu dengan siulan panjang dan nyaring pula. ("au aja,* kata &ji dengan nada memaksa. (2o bakalan jadi ce#ek pertama, Tar. Kalo co#ok sih udah banyak yang dia peluk.* Kontan Tari memelototi Ari tajam$tajam. Kemudian dia menatap ke sekeliling le#at ekor mata. -erharap tidak ada yang mendengar kalimat sinting Ari itu kecuali dirinya sendiri, %io, dan jongos Ari yang menghadang jalannya ini. arapan yang jelas gak mungkin banget, karena bel usai sekolah belum lama berbunyi. 'uas jalan itu justru sedang padat$padatnya. Tari berdecak pelan. Dia berusaha menghindari tatapan$tatapan yang saat itu sedang tertuju padanya. Dengan kasar didorongnya tubuh &ji yang menghalangi jalannya. -uru$buru ditinggalkannya tempat itu. %io bergegas mengikuti. Ari menatap kepergian Tari dengan senyum tipis. Tari yang tadinya gak ingin menemui Ata, biar aja tu co#ok nunggu sampai lumutan, langsung berubah pikiran. -egitu keluar dari gerbang, ditariknya %io menepi. (-eneran sekarang Ata lagi nunggu,* bisiknya pelan. (Katanya gitu,* %io mengangguk. (Kenapa) 2o mau nemuin dia)* (Kalo dia beneran datang.* (1audah. 2o kontak gih sana.* (2o aja ah. "alesngonong di telepon sama dia. 9ue maunya ngomong sambil melototin #ajahnya.* %io menghela napas. Dikeluarkannya ponselnya dari tas. Tak berapa lama0 (Ada. 5dah dateng dari satu jam yang lalu malah.* Keduanya lalu berbelok ke kiri. Ke arah yang berla#anan dengan halte. (2o pacaran sama Angga/)* Tari dan %io nyaris terlonjak. &ji sudah ada di depan mereka lagi. 2agi$lagi menghadang jalan. Kedua matanya memelototi Tari. (Iya/)* cecar &ji. (Emang apa urusan lo sih) 9ue mau pacaran sama siapa kek, terserah gue/* Tari membalas pelototan itu. (-erarti lo pengkhianat/* !esaat tari ternganga. 2angsung dibalasnya kata$kat a&ji. (,engkhianat tu kalo gue pindah ke "alaysia, jai #arga negara sana, terus gue bilang0 ;9anyang Indonesia/< Itu baru pengkhianat/* %io menggigit bibirnya rapat$rapat. "encegah agar senyumnya tidak tercetak disana. !etelah mengatakan itu dan setelah sekali lagi membalas pelototan &ji, Tari melangkah pergi. %io buru$buru membuntuti. ketika Tari dan %io sampai di satu$satunya percangan jalan yang ada, mereka agk terkejut karena Ata memarkir mobil hitamnya yang cukup mencolok mata itu tidak jauh dari mulut pertigaan. Tapi co#ok itu tidak terlihat diman pun. Tari dan %io memandang berkeliling. -ingung. 2alu mereka melongok ke dalam mobil. Kosong. (Tu orang ke mana sih)* ucap Tari pelan. Tanyanya terja#ab tak lama kemudian. !ebuah taksi muncul dari tikungan dan berhenti tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ata keluar dari kursi belakang. Kedua matanya tertutup lensa hitam. !ementara sebuah bandana hitam melingkari kepala dan menutupi sebagian rambutnya. Tari dan %io ternganga. Dengan penampilan seperti itu Ata terlihat lebih garang daripada Ari. .o#ok itu lalu melepas kacamata hitamnya lalu menghampiri Tari dengan tatapan lurus. (ampir aja gue tarik paksa lo dari depan sekolah tadi,* ucapnya pelan. Tari tertegun. Ata membuka pintu kiri depan dan tengah mobil hitamnya. (1uk, cepet. Keburu ada yang mergokin.* "aih setengah tertegun, Tari naik. %io, yang menunggu reaksi Tari$karena dia tidak tahu Tari bersedia ikut atau memaksa bicara di tempat ini saja$buru$buru naik ke jok tengah dan menutup pintu. Ata memasukkan kunci lalu menghidupkan mesin. Dia menoleh dan memandang Tari. (9ue minta maa3,* ucap Ata sungguh$ sungguh. Tari tidak menja#ab. .e#ek itu menatap lurus$lurus ke depan. Ata tersenyum tipis. Diulurkannya tangan kirinya dan sesaat diusap$usapnya kepala Tari. (2o boleh marah$marah nanti,* ucapnya lunak. !etelah mengatakan itu Ata kembali megenakan kacamata hitamnya. E6erest hitamnya itu pun meninggalkan tempatnya selama beberapa saat terparkir diam. 888 ;Kak Ata tadi ada di depan sekolah)* %io bertanya dengan nada tak percaya. (mm0* Ata mengangguk. (9ak ada kabar. Komunikasi putus pula. 9ue pikir, kayaknya gak ada cara lain nih. Terpaksa gue culik atau apapun namanya, yang bisa bikin teman semeja lo ini ada di sebelah gue dan buka mulut.* (Kok kami gak ngeliat)* (9ue di dalam taksi. 9ue gak bisa ngebayangi kegemparan yang bakal terjadi kalo gue nongol terang$terangan. Kalo konsekuensinya .uma ke gue sih gak apa$ apa. 9ak liat tadi ada taksi parkir di seberang jalan)* ("m0* %io mengingat$ingat. !amar dia memang melihat sebuah taksi diparkir di tepi jalan seberang sekolah. (Iya sih. Kenapa gak pake mobil sendiri aja)* ("encolok, %io. 2agi pula gue perlu bantuan. +yulik orang kayak temen semeja lo ini kan gak bisa .uma sendirian.* !elama pembicaraan itu kedua mata Ata terus terarah pada Tari. .e#ek itu tidak juga bersuara sejak mereka tiba di gerai donat ini. Tari sibuk mengaduk$aduk capuccino dinginnya, atau memotong$motong donat kejunya, atau memperhatikan pengunjung di meja$meja lain, atau jalanan di depan mereka, karena mereka memilih untuk duduk di teras. Ata menghela napas. (Kan tadi gue udah bilang, lo boleh marah$ marah,* dia mengingatkan dengan nada lembut. -aru kedua mata Tari bergerak. Ditatapnya Ata dingin. (Ini gue lagi marah, tau/ !aking gue marah banget sama lo nih, gue sampe gak pengin ngomong,* ucapnya pedas. Ata menghela napas lagi. Akhirnya dia lemparkan (bom moloto6* agar kemarahan Tari meledak. Demi agar masalah ini bisa terurai. (2o diapain Ari tadi)* 5sahanya berhasil. Kedua mat dingin itu kontan menyala. (9ak diapa$apain,* Tari tersenyum sinis. (.uma disenyum$senyumin. !ekarang dia kan pegang kartu As gue. Jadi biarpun .uma senyum$senyum doang, dia udah ngerasa menang banget tuh. Tadi sih dia na#arin gue nangis di pelukan dia. -iar nangis gue gak lama$lama, katanya. Jadi mata gue juga gak bakalan bengkak$ bengkak amat kayak #aktu itu.* Dengan kedua mata yang tetap tertancap pada co#ok yang duduk lurus di hadapannya itu, Tari meneruskan kalimatnya. (!#eet banget0* Tari mengangguk$ anggukkan kepala. (Kayaknya harus mulai gue pertimbangkan bener$bener ta#aran Kak Ari tadi.* Kalimat Tari itu membuat Ata menundukkan kepala. Dia berdecak pelan. Ketika kemudian dia angkat kembali #ajahnya, tatapannya langsung tertuju pada %io. (Tolong tukar tempat, %i* ucapnya pelan. %io langsung berdiri. Tari menatap co#ok yang sekarang berada di sebelahnya itu, kembali dengan pandangan dingin. (9ue ngela#an dia abis$abisan dan lo malah nagsih dia amunisi,* desis Tari. (,adahal gue bener$bener percaya sama lo.* Ada nada kece#a yang benar$benar pahit dalam suara Tari, dan dia tahu co#ok di sebelahnya ini bisa merasakan dengan jelas. ("aa3,* ucap Ata dengan suara pelan. (9ue pikir lebih baik Ari ditenangin. Dengan gitu lebih gampang dihadapin juga. (Ditenangin atau dimenangin)* tanya Tari tajam. (Ditenangin,* Ata menja#ab lembut. ("aksud lo ditenangin, tapi yang ada dia merasa menang, tau gak)* (1ang penting lo aman, Tar.* (1a jelas aja gue aman. 9ue kalah/* seru Tari dongkol. (1ang lo anggap menang tuh yang kayak apa sih) Dia co#ok lho. 2o ce#ek. Kalo dia main 3isik gimana) Itu yang gue pikirin. Kalo perang mulut, perang emosi, oke lah. 2o masih punya kemungkinan menang.* (,okoknya gue bakalan ngela#an dia abis$ abisan/* Tari tetap ngotot. Ditatapnya Ata tajam$tajam. Ata menghela napas. Dia empaskan punggungnya ke sandaran kursi. (Tadi kenapa lo diem aja)* ditatapnya Tari lurus$ lurus. ("aksud lo)* (2o bilang lo akan ngela#an dia abis$abisan. Tapi yang gue liat tadi, lo gak ngela#an sama sekali. 2o .uma diem.* (-uat apa lagi) Dia udah tau.* (Kalo dia belum tau)* (Dia udah tau. 9ue malas berandai$andai.* (Kalo gitu biar gue yang berandai$andai.* Ata memajukan tubuhnya hingga menempel di meja. Ditatapnya Tari tepat di manik mata. (Taruhlah lo berhasil ngumpet nih, sesuai rencan lo. !eharian lo meringkuk di tempat persembunyian, sampe petugas koperasi pun lupa kalo ada lo. -ahkan sampe laba$ laba bikin sarang di badan lo.* (9ak usah hiperbolis deh. 9ue0* (arus hiperbolis/* Ata memotong ucapan Tari. ( Taruhlah hari itu lo berhasil lolos. "enghindar dengan sukses. Emang besok gak ada hari lain)* (Eh, gue tuh bukan cuman kabur atau menghindar dri Kak Ari ya. 9ue tuh sambil mikir, tau/cari jalan keluarnya gimana.* (!elagi lo mikir, lo gak akan sampe pintu gerbang kayak tadi. 9ue bahkan gak yakin lo bisa ngele#atin pintu kelas.* (9ue gak sebego itu, tau/ 2o tuh ngeremehin gue banget ya)* Tari jadi tersinggung. (2o emang gak bego. 2o .uma polos. +ai3. Karena cara mikir lo sederhana.* Keduanya lalu terlibat adu argumentasi hebat. Tari dengan tekanan suara yang makin lama makin tinggi, sementara Ata tetap datar. -ahkan beberapa kali co#ok itu berhenti bicara. !engaja membiarkan Tari ,eluapkan emosinya. %io menatap kedua orang di depannya bergantian. "engikuti arah datangnya suara. !ama sekali gak berminat ikutan buka mulut. Doia bahkan kemudian diam$ diam pindah duduk saat pembicaraan dengan 6oltase tinggi itu mulai menarik perhatian. 5ntungnya mereka memilih meja di luar, di tempat terbuka. 5dara mengurai setiap nada emosi yang keluar dari mulut Tari, hingga tidak tertangkap terlalu jelas. Tarik urat yang penuh titik didih dari salah satu pihak itu kemudian diakhiri dengan Tari menggebrak meja dengan kedua tangan keras$keras. Ata sampai terperangah. (9ue selesai sama lo,* desis Tari dengan gigi gemeretak. Kemudian dia berdiri. +yaris melompat, Ata menyambar kedua tangan Tari dan dengan paksa membuatnya duduk kembali. (!ekarang lo mau nempatin gue di posisi yang sama kayak Ari) Iya)* untuk pertama kalinya suara Ata meninggi. (&ke, gak papa.* Dia mengangguk. (2o akan ngela#an Ari di dalam sekolah dan ngehadapi gue di luar sekolah. -isa)*< Tari terperangah. Kedua matanya yang emnatap Ata terbelalak lebar. (2o ngancem/)* desisnya tajam. (Iya/* Ata menja#ab sama tajamnya. Kembali Tari jadi terperangah, (2o pikir dong, emangnya yang salah tuh siapa)* (9ue yang salah. "akanya gue minta maa3, kan) -erkali$kali. Kurang)* Keterperangahan Tari berubah menjadi ketidakmengertian. Ditatapnya Ata dengan kedua mata yang kini jadi menyipit. Ata menghela napas. (2o tuh gak sadar situasi ya) ah) 9ak sadar)* tanya co#ok itu dengan nada agak membentak. Tari tak menja#ab. Tari masih terpukau karena ternyata Ata bisa juga galak. Ata menghela naps lagi. 7ajah galaknya melunak.. dia lepaskan kedua tangannya yang mencekal kedua tangan Tari, dan kembali ke posisi duduk semula. (2o tau gak apa yang bikin gue bingung) !ebenernya masalahnya tuh apa sih) Emang kenapa kalo lo ngaku aja, Tar)* (Iya, bener,* %io mengangguk, setuju. Dia berdiri dan kembali ke kursinya semula. (9ue sependapat sama lo, Kak. +agku aja. Emang kenapa)* (9ue gak seneng, tau gak) Dia pingin tau semua urusan gue. Emangnya dia siapa gue) +gapain juga apa$apa gue mesti lapor ke dia)* Tari menja#ab dengan muka cemberut. (+tar kalo ngue ngaku, iya gue nangis gara$gara Angga, ntar dia marah, algi. 9ak terima. +tar dia bilang, ;gak bisa/ 2o gak boleh naksir angga. 2o harus naksir gue. Jadi lo .uma boleh nagis gara$gara gue/< 9itu pasti dia ntar. !akit ji#a kan tu orang)* Ata terta#a pelan. (1akin lo, Ari akan begitu)* (1akin banget. !odara kembar lo tuh kan gak jelas gitu orangnya. 9ue udah tau banget.* Ta#a Ata menghilang. (Kenapa)* tanya Tari ketika dilihatnya Ata kemudian menatapnya dengan sorot yang aneh. .o#ok itu tersenyum. (2o sadar gak) "eskipun teriak$teriak lo benci dia, sebenernya tuh lo justru ngerti banget gimana dia0* Tari tertegun. 888 !etelah pertemuan itu, Tari sedikit melunak. Tapi dia merasa tak bisa lagi mempercayai Ata sepenuhnya. Karena itu sekarang Tari jadi agak malas mengangkat panggilan telepon Ata. Dan ketika hari ini diangkatnya panggiloan itu, setelah selama dua hari tidak dia pedulikan, Tari langsung mendengar desah napas lega Ata lebih dulu dari sapa pembukanya. (Akhirnyaaa0* (Ada apa)* Tari bertanya dengan nada tak bersalah. (Jangan ngambek terus dong, Tar. 9ue jadi 3eeling guilty nih.* (!iapa yang ngambek sih) 9ue marah, tau. Kalo gue ngambek mah gampang. 2o beliin balon, gue juga baik lagi.* (7aktu itu kan gue udah minta maa3)* (1aaah0* Tari menarik napas. (-ukan marah sih. "asih agak dongkol aja ama lo.* 9anti Ata yang menarik napas. (Ketemuan yuk)* Kedua alis Tari kontan terangkat. (9ue lagi sibuk,* ja#abnya pendek. (5dah ya. 5dah mau bel nih.* Tanpa menunggu ja#aban Ata, Tari langsung menutup telepon. -erikutnya, lagi$lagi baru dua hari kemudian Atri mengangkat panggilan telepon Ata. (Tar, gue kan udah minta maa3. Kok lo masih marah sih)* (!iapa juga yang masih marah) 9ak, lagi.* (Terus, kenapa lo baru angkat telepon gue sekarang)* (9ue sibuk.* Terdengar Ata menghela napas. Tari gak peduli. (Ketemuan yuk)* ajak Ata kemudian. (-ukannya gue gak mau ketemuan, Ta. Tapi gue lagi sibuk banget nih. -ener deh. !umpah.* (Tapi %io gak sibuk$sibuk amat tuh)* (%io sama gue beda, lagi.* !ahut Tari enteng. (Kalo dia emang gak sibuk$sibuk amat, ya udah lo ketemuan sama %io gih. +tar juga dia cerita kok sama gue,* lanjutnya. Tetap dengan nada ringan. Kembali Tari mendengar Ata menghela napas. Tapi tetap dia gak peduli. Jujur, di dalam hati masih tersisa sedikit ganjalan. Dia masih belum tahu sampai seberapa jauh Ata bisa dipercayai sekarang. (&ke deh,* ucap Ata akhirnya. (9ak papa kalo lo gak bisa diajak ketemuan. Tapi telepon gue tolong diangkat, ya)* (Kalo gue lagi gak sibuk, ya.* Tari meringis. (&ke) Daaah.* Tari langsung emnutup telepon sebelum Ata sempat menja#ab. 888 9agal membujuk Tari untuk memperbaiki pertemanan mereka dengan Ata yang jadi rusak itu, %io mendapati Ata kemudian berusaha mendekati teman semejanya itu le#at dirinya. ("m0 gimana ya) "asalahnya lo kan sekarang udah dianggapnya pengkhianat. +tar kalo gue bantuin lo, gue jadi pengkhianat juga dong)* (2o yakin setelah Ari tau penyebab Tari nangis #aktu itu, si Angga, maslah udah selesai)* (1a gak lah. "alah makin runyam nih kayaknya.* (+ah, itu lo tau. Terus sekarang dia mau minta tolong siapa) Ada co#ok yang mau terlibat kalo urusannya udah sama Ari)* (Iya sih,* %io terpaksa membenarkan. (Tapi mendingan lo tunggu aja deh, Kak. +tar dia juga baik lagi. Tari tuh kalo marah gak lama kok.* (Kalo selama gue nunggu dia diapa$apain Ari, lo bisa bantu)*< (+g0* %io meringis. (9ak sih. ,aling$paling bantu doa doang.* Di seberang, Ata terta#a pelan. (Doa tuh eksekusinya di tangan Tuhan, %i.* (Iya sih.* %io mendesah. (Tapi tetep, mendingan Kak Ata tunggu aja deh. -ener kok, Tari itu kalo marah gak lama.* (-uktinya sama sodar kembar gue lama banget) !ampe sekarang belum bisa damai juga tuh)* (1a jelas aja. !odara kembar lo gila/* Ata terta#a geli. (Dia bukan gila. Dia .uma punya cara pikir yang beda aja sama kebanyakan co#ok lain.* Kemudian Ata menghela napas. ("asalahnya, %i, semalem Ari nelepon gue. Dan lo tau apa yang dia bilang)*< (Apa)* tanya %io seketika. (Ta, lo gantiin Angga gih. 9ak seru nih kalo gak ada la#an.* (Kak Ari ngomong gitu/)* %io memekik tanpa sadar. (Iya. Tantangan langsung buat gue tuh. 9ak mungkin gak gue ja#ab.* (9itu lon bilang dia gak gila)* Ata .uma terta#a. (Jadi gimana)* ("mm0* %io menggigit bibir. (Iya deh.* Akhirnya dia setuju. 2ebih karena dilihatnya memang .uma Ata satu$satunya penolong yang kehadiran dan uluran tangannya bisa diharapkan se#aktu$#aktu. ,enolong yang lain, yaitu kepsek dan guru$ guru, hanya eksis selama jam sekolah. Di luar area sekolah adalah rimba yang ganas untuk Tari. Apalagi setelah Angga memilih mundur. (Tapi gue gak janji dalam #aktu dekat ya. 9ue pikirin dulu caranya yang gak bikin Tari curiga,* ujar %io pelan. (Iya, gue ngerti. Tapi jangan lama$lama.* (e$eh.* (&ke, gue tunggu kalo gitu. Thanks, %i.* ,embicaraan berakhir. %io menghela naps lalu garuk$garuk kepala. (,using deh gue,* desisnya. %io semakin pusing karena kemudian, setiap tiga panggilannya gak diangkat oleh Tari, Ata akan langsung mengontaknya. Dan kalimat yang langsung terdengar adalah0 (Tari lagi ngapain sih, %i) "asuk, kan)* -ete banget gak sih) Apalagi kalau objek pertanyaannya ada pas di depan muka. Dan jeda #aktu yang tidak sampai lima detik antara berakhirnya bunyi ringtone ponsel Tari dengan ringtone ponsel %io yang ganti berbunyi membuat Tari tahu Ata memindahkan target kontaknya. Tari .uma nyengir setiap kali %io kemudian meraih ponselnya itu sambil memandanginya dengan tatapan kesal. 888 -elum lagi %io berhasil mencari cara untuk membantu Ata memperbaiki hubungannya dengan Tari, hari$hari kacau keburu datang. "uncul mendadak seperti badai padang pasir. 'entetan peristi#a tak terduga terjadi dan berlalu, tanpa terprediksi. "emaksa Tari berlari dari yang satu dan mencari perlindungan pada yang lainnya. 888 -E2 masuk berbunyi. Tari dan semua temannya yang masih berada di koridor melangkah masuk kelas menuju bangku masing$masing. .e#ek itu langsung mengeluarkan buku tugas kimianya dari dalam tas dan meletakkannya di atas meja dalam posisi terbuka. !eseorang yang tidak tercatat di kelas itu ikut melangkah masuk. 2angsung menuju bangku %io dan menjatuhkan diri di sana. Tari terperangah. (Apa nih)* Tanpa mengacuhkan tatap terperangah itu Ari menarik buku di depan Tari. (&h, tugas kimia.* (Apaan sih)/* 'e3leks Tari berusaha menarik kembali bukunya. (9ue mau liat lo bener nggak ngerjainnya.* (+ggak usah sok pinter deh.* (9ue emang pinter, lagi. Jadi nggak perlo sok.* Ari menyeringai. (2iat/* Dalam lima menit #aktu sebelum -u ,ur sampai, dalam hening yang langsung tercipta begitu kemunculan sang pentolan sekolah itu disadari seisi kelas, dalam atmos3er ketegangan karena mereka sadar selalu akan terjadi sesuatu, teman$teman sekelas Tari menyaksikan satu pertempuran, atau bisa juga dikatakan satu penindasan atau unjun senioritas, terserah masing$ masing mata yang memandang. Tari yang berusaha keras untuk merebut kembali buku tugas kimianya dan Ari yang ngotot? memaksa untuk mengoreksinya. Dengan tangan kirinya, co#ok itu mematahkan setiap usaha Tari. !ementara tangan kanannya dengan cepat mengoreksi nomor demi nomor. (Ini salah... 1ang ini apa lagi, salah banget/ +ah, kalo yang ini baru bener...* 5ntuk ja#aban Tari yang benar, Ari membuat tanda centang di tengah$tengah ja#aban. Dengan stabilo ber#arna hijau, hasil meminjam paksa milik De6i. 5ntuk ja#aban yang penggunaan rumusnya benar tapi perhitungannya salah, Ari membuat gabungan tanda centang dan tanda silang. "enggunakan stabilo #arna shocking pink. asil pinjam paksa juga. Kali ini milik &kta. !ementara ja#aban yang salah, tanpa ampun Ari langsung membuat tanda silang dengan spidol merah. asil pinjam paksa punya Jimmy. !e#aktu menyerahkan spidol itu pada Ari, #ajah Jimmy penuh ekspresi rasa bersalah kepada Tari, tapi co#ok itu sadar dia nggak bisa berbuat apa$apa. 5dah bikinnya pas di tengah$tengah ja#aban, tuh tanda silang ukurannya nggak kira$kira pula. Dan seakan belum cukup, di ba#ah tanda silang itu Ari menulis kata ;salah< dengan ukuran yang bisa bikim orang buta aksara langsung jadi melek huru3/ Tari ternganga melihat penampilan buku tugas kimianya kini. -egitu semarak dengan #arna. -egitu cheer3ul dan ceria. ,anik, dia berusaha semakin keras menyelamatkan buku tugas kimianya itu. (Kak Ari apaan sih/)* bentakannya mulai di#arnai getaran. Dengan kasar dia berusaha mengenyahkan tangan Ari yang memegang spidol merah itu jauh$jauh dari bukunya. !ekarang teman$teman sekelas Tari benar$ benar menyaksikan sebuah pertempuran. Tepatnya pertempuran ilmu silat tangan kosong. Dengan posisi o33ense dan de3ense. !atu menyerang membabi buta, sedangkan yang lain hanya mengambil sikap bertahan. !atu di#arnai gelagak kemarahan, sementara yang lain menganggapnya sebagai permainan yang menyenangkan. Tari mengulurkan kedua tangannya dengan posisi kesepuluh jari terarah lurus ke tubuh Ari. !elain dia berusaha mencegah agar tugas kimianya tidak berubah menjadi tugas menggambar taman bunga, dia juga berusaha mencubit, mencakar, menjambak rambut, atau mencabik seragam Ari. Targetnya emang kacau. 1ang penting kena/ !ebenarnya sambil menyerang secara 3isik, Tari juga sangat$sangat ingin menyerang Ari secara 6erbal. "enghujaninya dengan caci maki dan sumpah serapah. Tapi dalam keadaan terlibat adu 3isik pun dia tahu dengan pasti bah#a dirinya sudah menjadi pusat perhatian seluruh mata yang ada. Jadi tidak perlu semakin mempermalukan diri dengan menambahnya dengan histeria. Karena itu terpaksa dikatupkannya kedua bibirnya erat$erat. Tapi tak urung beberapa kali ce#ek itu akhirnya tak mampu menahan diri. -entakan, jeritan, cacian, keluar dari mulutnya. !ayangnya itu justru membuat Ari malah tambah bersemangat menggodanya. Kemarahan yang benar$benar sudah sampai di puncak kelapa membuat Tari beberapa kali nyaris mampu menembus pertahanan Ari. "engakibatkan co#ok tiu akhirnya dengan tegas menunjukkan posisinya dalam hierarki sis#a di !"A Airlangga. -ah#a dirinya ada di puncak piramida/ Ari meletakkan spidol merah yang dipegangnya dan dengan kedua tangan dihabisinya perla#anan Tari. Dicekalnya kedua tangan ce#ek itu tepat di pergelangan kemudian ditekannya di atas permukaan meja kuat$kuat. Dan berakhirlah sudah... ,ertempuran silat tangan kosong itu hanya berlangsung tidak lebih dari dua menit/ Keduanya saling tatap. Kedua bola mata hitam Ari mengunci bening cokelat tua kedua manik mata Tari. Dibalasnya bara kemarahan yang meletup di kedua mata itu dengan sorot lembut. -aginya ce#ek ini selalu menyenangkan apa pun reaksinya. (Kimia lo parah banget. 2ain kali kalo ada tugas lagi, kasih tau gue ya. +tar gue ajarin,* ucapnya. Dengan suara selembut sorot kedua matanya. Teman$teman ce#ek sekelas Tari langsung klepek$klepek. Di mata mereka?sumpah demi Tuhan/?Kak Ari emang keren abis. T#o thumbs up deh/ anya %io, yang duduk berimpitan berdua +yoman di bangku +yoman, satu$satunya ce#ek yang tetap bisa memandang Ari tanpa terlalu terkagum$kagum. Kembali Ari mengoreksi tugas kimia Tari. Dan tu co#ok kayaknya emang jago kimia, karena dia mengoreksi dengan cepat. anya dengan satu tangan, karena tangan kirinya mencekal kedua pergelangan tangan Tari kuat$kuat di atas meja, kembali dibuatnya tanda centang, silang, dan silang$ centang dengan stabilo #arna$#arni di buku Tari. Tapi ternyata masih ada tindakan Ari yang lebih parah lagi. (1ang ini ngaco banget. Ja#aban asal. .k, ck, ck.* .o#ok itu menggelengkan kepala sambil berdecak. Dan untuk ja#aban yang menurutnya ngaco banget itu, langsung dia urek$urek. Kata yang berasal dari bahasa Ja#a untuk gerakan mengarsir heboh. 1ang sampai menutupi sebuah objek di atas kertas. Tari sampai nyaris menangis, melihat buku tugas kimianya yang sekarang terlihat bak lukisan abstrak hasil karnya seorang maestro. -uat yang nggak paham lukisan, hasil ulah Ari itu kelihatan mirip karya Ashile 9orky deh. Atau Jackson ,ollock. Atau pelukis$pelukis aliran abstrak yang lain. 1ang hasil karya mereka di mata banyak orang memang lebih sering terlihat seperti gambar urek$urek tanpa objek yang jelas. -u ,ur memasuki ruangan dengan tatapan heran, karena tidak biasanya para murid bisa tenang tanpa kehadiran guru di kelas. Tak lama dia tahu penyebab suasana di ruang kelas itu begitu tertib. !eketika ekspresi #ajahnya menjadi kaku. (Kenapa kamu di sini)/* Ditatapnya Ari dengan pandang dingin. (,endalaman materi, -u.* !eperti biasa, Ari menja#ab dengan nada santai. Apalagi ibu guru satu ini masuk dalam kategori jajaran guru$guru yang sama sekali tidak dia takuti. .o#ok itu melepaskan cekalan tangannya di kedua pergelangan tangan Tari. Ekspresi muka Tari yang seperti menahan tangis menbuat guru muda itu kemudian menghampiri meja salah satu murid #alinya itu. !eketika dia terpana mendapati kondisi buku Tari. !epertinya dia juga sependapaat bah#a hasil ulah Ari itu di mata a#am sekelas pelukis$pelukis abstrack ecpressionism. (!aya bantuin Ibu. Tugas Tari baru aja selesai saya periksa. +i anak kimianya parah banget, -u,* Ari menjelaskan dengan nada seolah$olah dengan melakukan itu -u ,ur akan meluluskan permintaannya. -u ,ur pilih untuk tidak mengacuhkan ucapan Ari itu. (Kalau mau ikut ,", kamu cari ,ak !ugi sana,* -u ,ur menyebutkan nama seorang guru kmia kelas sepuluh yang lain, yang memang mengurusi masalah pedalaman materi untuk sis#a kelas dua belas, khusus untuk mata pelajaran kimia. (9aring, -u, kalo gurunya co#ok. +ggak bikin semaangat. -ukannya jadi inget lagi sama pelajaran kelas sepuluh, yang ada saya malah lupa total nanti. !ama Ibu aja deh. Kalo sama Ibu saya pasti semangat. ,asti langsung inget lagi. Jadi Ibu neranginnya juga nggak perlu lama$lama.* "eskipun mereka sudah terlalu sering mendengar dan melihat langsung sepak terjang sis#a yang paling bermasalah sekaligus paling berkuasa di sekolah ini, tak urung teman$teman sekelas Tari ternganga$ nganga menyaksikan itu. 'aut #ajah -u ,ur semakin kaku. !ejak dulu sis#a satu itu memang sudah menjadi momok baginya. !etelah beberapa detik yang memang sengaja dia biarkan berlalu, memberikan kesempatan kepada -u ,ur untu membalas kata$katanya dan ternyata ibu guru ini bungkam, dengan senyum tipis Ari bangkit berdiri. -atas toleransinya untuk menggoda -u ,ur memang sampai di sini. .ukup sampai membuat #ajah guru lajang yang cantik ini?dan betisnya indah pula?dingin dan kaku. !oalnya, -u ,ur sebenarnya nggak galak. Dia .uma sok galak karena tuntutan pro3esinya. Juga karena ibu guru cantik ini, perbedaan usianya dengan para muridnya tidak mencapai sepuluh tahun, sudah terlalu sering jadi sasaran godaannya dulu?saat dua tahun yang lalu beliau ketiban sial menjadi #ali kelas Ari. anya dengan senyum tipis itu, tanpa kata sama sekali, Ari membungkukkan punggungnya sedikit lalu melangkah keluar kelas. Diam$diam -u ,ur menarik napas lega. Dengan suara ber#iba#a, tanpa merasa #as#as lagi #iba#anya itu akan ada yang menggerogiti, diperintahkannya murid$murid di depannya, yang sebagian besar masih ternganga$nganga menatap tempat Ari menghilang, untuk membuka buku masing$ masing. 888 Kemunculan Ari di kelas dan tugas kimianya yang berubah menjadi lukisan abstrak penuh #arna, membuat Tari?untuk pertama kalinya setelah pertemanannya dengan Ata memburuk?mengontak co#ok itu lebih dulu. -egitu bel istirahat berbunyi, Tari menyambar ponselnya dari dalam laci dan bergegas keluar kelas menuju koridor depan gudang. -egitu Ata mengangkat panggilannya, pengaduannya langsung meluncur deras, dengan intonasi seolah$ olah Ata mempunyai andil terhadap apa yang dilakukan Ari terhadapnya tadi pagi. !eperti biasa, Ata mendengarkan dengan sabar. !etelah rentetan pengaduan penuh emosi dan amarah itu akhirnya selesai, baru Ata buka suara. (Kita ketemu, ya)* ajaknya (+ggak ah. 9ue masih kesel banget nih. 5bun$ubun gue masih berasep/* Tari langsung menolak. (Kak Ari tuh, kalo aja badannya segede gue, udah gue banting$ bantung, kali/* Ata terta#a geli. ("akanya kita ketemuan, untuk ngebahas ini. 1a)* bujuknya dengan suara lembut. (+ggak. +ggak penting.* (Kalo nggak penting kenapa lo telepon gue)* ("au ngasih tau aja.* !etelah mengatakan itu, Tari langsung menutup telepon. (Kembar ngeselin/* gerutunya sambil memasukkan ponsel ke dalam saku. !etelah telepon pengaduannya yang lebih tepat disebut telepon protes keras itu, yang dia tujukan kepada orang yang tidak bersalah?karena jika dia tujukan kepada oknumnya langsung Tari tahu dengan sangat jelas dia hanya akan mengundang serentetan bencana datang mendekat? kembali ce#ek itu tidak memedulikan panggilan telepon Ata. 1ang penting dia sudah meluapkan emosinya sampai puas. Kalau dibilang salah alamat, seperti yang dikatakan %io, Tari sama sekali nggak merasa dia sudah salah alamat. Ata kan kembaran si biang kerok itu, jadi #ajar banget kalo dia kena imbasnya. !iapa suruh jadi sodara kembarnya@ 888 Dua hari kemudian, saat jam istirahat pertama, %io mengerutkan kening ketika layar ponselnya memunculkan nama Ata, karena sebelumnya dia tidak mendengar ponsel Tari bersuara. .e#ek itu bangkir berdiri lalu berjalan menjauhi kerumunan. (alo)* (Tari masuk, %i)* tanya Ata langsung. ("asuk.* (2agi ngapain dia)* (+gobrol aja sama temen$temen.* (Tolong bilangin dia dong. Tolong angkat telepon gue. Ada yang mau gue omongin. ,enting. ,lease banget. !ekali ini aja kalo emang dia udah nggak mau ngangkat telepon gue lagi. -ilang gitu, %i.* (&ke deh.* %io mengangguk (Thanks banget, %i. !ori ngerepotin elo terus.* Ata menarin napas lega. (+ggak pa$pa. !antai aja.* !ambil memandang Tari, %io menekan tombol bergambar telepon merah. (Tar,* panggilnya. Tari menoleh. (!ini bentar deh.* Tari bangkit berdiri lalu menghampiri %io dengan kening berkerut heran. (Apa)* (Ata barusan telepon. Dia mau telepon elo. Tolong diangkat, katanya. !oalnya penting banget.* (Ada apa sih)* nada suara Tari langsung terdengar malas. (1a mana gue tau lah. Dia .uma ngasih tau itu. Angkat deh, Tar. Kali aja emang ada yang penting.* (Akal$akalan dia aja paling, bilang ada yang penting.* (Dia bilang, ini yang terakhir. Kalo emang lo udah nggak mau ngomong lagi, ini yang terakhir dia telepon elo. Katanya gitu tadi.* Tari terdiam sesaat. (Iya deh,* ucapnya akhirnya. -aru saja Tari selesai ngomong, ponselnya menjeritkan ringtone bah#a Ata menelepon. Dikeluarkannya benda itu dari saku kemeja. (Apaaa...)* tanyanya dengan nada malas. (Tar, gue udah tau di mana rumah Ari/* bisik Ata. Tari tersentak. (ah/) !erius lo/) Di mana/) Di mana/)* Tari langsung berseru histeris. !emua kepala yang ada di kelas seketika terangkat, menatap Tari lurus$lurus. .e#ek itu tersedar. -uru$buru dia berlari keluar kelas, menuju koridor di depan gudang. %io bergegas mengikuti. -egitu sampai sana, Tari langsung menempelkan kembali ponselnya ke telinga. (Apa, Ta) 5langin dong. Tadi gue ada di kelas.* (Jangan sampai ada yang denger, Tar/* seketika Ata berseru cemas. ("akanya gue kabur duluan. Aman sekarang. 9ue ada di koridor depan gudang. +ggak bakalan ada yang bisa nguping.* (9ue udah nemu rumahnya Ari.* (Di mana/)* (9ue nggak tau nama daerahnya. Tapi gue tau lokasinya.* (Kok lo bisa tau) 9imana ceritanya)* (Kemarin gue kuntit Ari, pas pulang sekolah.* (Jadi lo kemaren di Jakarta) Kok nggak ngabarin gue)* (2o bukannya masih marah)* goda Ata telak. !ontak muka Tari jadi merah meskipun co#ok itu nggak ada di depannya. (+ggak ah. 2o aja yang terlalu berprasangka.* (2o kan sekarang nggak mau ngangkat telepon gue lagi.* (2o kan tadi telepon ke %io, bukan gue. +ggak mungkinlah gue ngangkat telepon orang. +ggak sopan, tau. .oba tadi lo langsung telepon gue, pasti bakalan 3ue angkat deh. +ggak perlu minta tolong %io dulu,* ucap Tari panjang lebar, sambil meringis. %io mencibirkan bibirnya. (Dasar/ -isa banget lo ngelesnya ya.* Ata terta#a pelan. (ehehe,* Tari menyuarakan ta#anya dalam bentuk suku kata. (Terus) Terus) 'umahnya gimana) Eh, maksud gue, kenapa dengan rumahnya sih) Kok sampe nggak ada satu orang pun yang dia biarin tau, gitu.* (+ggak kenapa$kenapa. "aksud gue, nggak ada yang aneh sama rumahnya. 9ue juga nggak ngerti. "akanya ntar gue mau ajak lo ke sana. -arangkali aja ada yang lolos dari mata gue. !oalnya yang ketemu dia hampir setiap hari kan elo.* (&h ,gitu) &ke/ &ke/* Tari langsung setuju. (+tar siang begitu bel, lo langsung cabut ya. ,ake taksi aja. Tunggu gue di depan mal yang #aktu itu. Di pinggir jalan aja. +ggak usah masuk.* (Jauh amat)* (Ke rumah Ari deketan dari situ daripada dari sekolah lo. 2agian berisiko kalo gue jemput elo di sekolah.* (9itu ya) &ke deh. +tar siang gue langsung jalan.* ,embicaraan mengejutkan itu berakhir. Tari menatap %io dengan sepasang mata berkilat. (Ata berhasil nemuin di mana rumah Kak Ari/* desisnya pelan. (!erius/) !umpah lo/)* seru %io tertahan. Kedua matanya sontak terbelalak lebar. (Iya/* Tari mengangguk kuat$kuat. (+at siang dia ngajakin gue ke sana.* Kedua matanya kembali berkilat. (Jadi pengen tau, apa sih yang diumpetin tu orang/* (Kayaknya bakalan makin ru#et urusannya nih/* desis %io melihat kilatan sepasang mata itu 888 -egitu bel pulang berbunyi dan guru meninggalkan ruangan, Tari dan %io langsung berlari keluar kelas. "ereka turuni anak tangga dua$dua sekaligus. Di empat anak tangga terakhir mereka bahkan melompatinya dan langsung berlari ke arah koridor. (-renti, Tar/ -renti/ -renti/* seru %io tertahan. .e#ek itu menghentikan larinya dengan mendadak. Disambarnya tubuh tari dan langsung ditariknya ke balik tembok. (Ada Kak Ari/* bisik %io tegang. Tari terkejut. ,erlahan dia mengintip ke arah koridor utama. -enar saja. Ari sedang berjalan diapit 'idho dan &ji. Ketiganya sedang terlibat pembicaraan serius yang dilakukan sambil berjalan. Terpaksa mereka menunggu sampai ketiga co#ok itu berlalu. Tapi pembicaraan serius itu kemudian membuat ketiganya berhenti melangkah. !etelah beberapa saat berdiri dengan posisi saling berhadapan, ketiga co#ok itu kembali ke arah semula. (Kok mereka malah nggak jadi pulang)* bisik Tari saat melihat ketiganya menghilang ke koridor yang menuju tangga ke area kelas dua belas. (Ah, bodo amat. -ukan urusan gue. 1uk, %i. -uruan kabur.* Keduanya bergegas meninggalkan dinding tempat mereka sembunyikan tubuh. Dengan langkah$langkah cepat, nyaris setengah berlari dan sambil menyeruak sana$sini karena bel usai sekolah yang belum lama berbunyi membuat koridor dan jalan yang menuju gerbang jadi penuh manusia, keduanya berusaha secepatnya keluar dari area sekolah. "ereka hentikan taksi kosong yang pertama le#at dan langsung meloncat ke dalamnya. !ampai di tujuan ternyata Ata sudah menunggu. .o#ok itu berdiri gelisah di sebelah E6erest hitamnya, yang diparkirnya di pinggir jalan di seberang mal. Dua lensa gelap menutupi kedua matanya. -egitu sebuah taksi berhenti di seberang jalan, paralel dengan mobilnya, co#ok itu bergegas menyebrang. Dibukanya pintu di sebelah Tari. (Aman)* tanyanya langsung. Tari mengangguk. (Tadi sih nyaris aja papasan sama Kak Ari. Tapi kami buru$buru ngumpet. Tu orang sekarang masih di sekolah. !ama sohib$sohibnya yang rese juga.* (-agus deh. -erarti ada kemungkinan dia nggak langsung pulang.* Ata mengulurkan tangan kirinya, meminta Tari untuk keluar dari taksi dengan bahasa tubuh. Tari menyambut uluran tangan itu. -egitu Tari telah keluat, Ata membungkukkan tubuh. Ditatapnya %io. (Ada yang mau gue omongin ke elo, %i.* !esaat kedua mata %io menyipit. Dia batal turun. Ditutupnya kembali pintu taksi yang sudah dibukanya. (&ke.* %io mengangguk kecil. "enja#ab dengan nada seperti sudah menduga. Ata menggandeng Tari menyeberangi jalan menuju mobilnya diparkir. (2o tunggu sini bentar, Tar. Ada yang mau gue omongin sama %io,* ucapnya setelah Tari masuk mobil dan duduk di jok kiri depan. (Ada apa sih)* Tari bertanya heran. Ata hanya tersenyum, tidak menja#ab. Ditutupnya pintu di sebelah Tari lalu dibukanya pintu tengah. Dari atas jok, diambilnya sebuah tas kresek putih. Dengan bingung Tari memperhatikan Ata yang menyeberangi jalan sambil menenteng tas plastik itu, lalu menghilang ke dalam taksi tempat %io masih duduk di dalamnya. %io menyambut kedatangan Ata yang senyum tipis. (9ue udah tau lo mau ngomong apa,* ucapnya kalem. (&h, ya)* Ata melepas kacamata hitamnya,terlihat surprise. (Apa)* tantangnya. !enyum %io melebar. (bertiga emang keramean sih.* !eketika kedua bola mata Ata yang sehitam saudara kembarnya, menajam. Ditatapnya %io dengan kekaguman. (Ternyata lo pinter ya,* ucapnya jujur. (!ori banget, %i.* (!antai aja, lagi. 9ue udah ngira kok. 5dah lama.* (+ih buat elo.* Ata mengangsurkan tas plastik yang diba#anya. (Apaan nih)* %io menerima dengan penuh rasa ingin tahu. Dari aroma yang menguar serta kotan cantik di dalamnya, dia sudah bisa menduga$duga. Tapi tetap saja ketika dibukanya kotak itu, ce#ek itu berdecak dan kedua matanya sontak berbinar$binar. !ebuah cake keju yang benar$benar yummy. -ikin liur nyaris menetes saat itu juga. Dari tiga barus tulisan kecil di salah satu sisi luar kotak, diketahui cake itu buatan hotel bintang lima ternama di Jakarta. Jadi mendingan jangan tanya berapa harganya. %io berdecak dalam hati. 7ah, kalo cara ngusirnya begini sih nggak bakalan ada orang yang bisa tersinggung apalagi sakit hati. 1ang ada malah pada seneng dan jadi berharap sering$sering diusir. (Kalo ada yang lagi lo pingin, bilang aja, %i.* (Kalo ada yang lagi gue pingin)* %io mengangkat muka. Ditatapnya Ata dengan kening berkerut. (Apa nih maksudnya) Jadi selain ni kue, ada lagi, gitu)* (Itu kan gue ambil gampangnya aja. Kebanyakan ce#ek kan doyan banget sama keju dan semua yang berbau$bau keju.* (-erarti boleh dong kalo gue minta yang mahal) !oalnya yang lagi gue pingin harganya mahal.* (-oleh aja,* Ata menja#ab santai, (kalo lo nggak ngerasa kayak udah ngejual temen.* !eketika %io meringis lebar. (-isa banget lo,* ucapnya. Kemudian dia menggeleng. (Ini udah cukup kok. .ukup banget. 1a udah, pergi sana. Kalian kan lagi buru$buru.* (Thanks banget. 2o emang bener$bener temen the best.* Ata mengulurkan tangan kirinya. Ditepuk$tepuknya bahu %io sesaat. !eperti kebiasaannya, co#ok itu meninggalkan sejumlah uang untuk ongkos taksi baru kemudian keluar. Ditunggunya sampai taksi itu pergi baru diseberanginya jalan, menuju mobilnya diparkir. Tari, yang karena bingung melihat tindakan Ata jadi terus memperhatikan lekat$lekat dari tempat duduknya, langsung bertanya begitu co#ok itu masuk mobil. (%io kenapa pulang)* (9ue yang nyuruh.* (Kenapa)* (-ahaya.* (-ahaya gimana) Kita kan .uma mau liat rumah Kak Ari. -ukan mau bertamu ke sana.* Ata mengenakan seatbelt lalu menghadapkan tubuhnya ke Tari. (2ebih sedikit yang tau, lebih baik. .ukup buat %io, dia tau lo tau rumah Ari. 9itu aja. Dengan gitu dia nggak nanggung risiko apa pun.* (Iya sih.* Tari terpaksa membenarkan kalimat Ata itu. (Tapi nggak pa$pa tuh dia lo suruh pulang gitu) Dia nggak marah, kan)* (+ggak. ,ersoalannya, gue nggak bisa ngelindungin dua ce#ek sekaligus. !atu aja udah kerepotan.* ("aksud lo gue, gitu) Emang sejak kapan lo ngelindungin gue) 1ang ada juga gue hadapin Kak Ari sendirian. !ok pahla#an deh lo.* Tari mencibir. Ata menyeringai. (!eatbelt,* ucapnya pendek. Kemudian dikenakannya kembali kacamata hitamnya lalu diputarnya kunci. E6erest hitam itu pun bergerak meninggalkan tempat itu. -egitu mobil bergerak, Tari langsung tegang. (Jauh nggak)* (Dua puluh menitlah kira$kira.* (Deket dong)* Dia terbelalak. Ata mengangguk. ("akanya gue pilih nunggu di sini daripada jemput lo ke sekolah.* Tak sampai dua puluh menit, mobil memasuki ka#asan perumahan me#ah. !ebuah jalan aspal yang diapit tanaman hias di kiri$kanan bahkan sudah menyambut jauh sebelum mobil mele#ati gapura megah bertuliskan nama perumahan itu. Dan tanaman$tanaman itu terlihat jelas ditangani oleh orang$orang yang mempunyai keahlian di bidang pertamanan. (Di sini)* tanya Tari. Tanpa sadar jadi berbisik. Ata mengangguk. (2o ha3alin nama perumahannya.* Tari langsung menengadahkan kepala. !ebuah kata asing terpahat di gapura megah itu. Dengan bentuk huru3 yang penuh dengan ukiran cantik yang rumit tapi harus diakui, sangat cantik. !I!TI+E. (Apa tuh artinya)* tanyanya bingung. (+ama ce#ek, ya) Kayak .hristine, gitu)* Ata menggeleng. "ukanya terlihat tegang. (-ukan. 9ue udah bro#sing di internet. Itu diambil dari salah satu mahakarya "ichelangelo -uonarroti. Kapel !istine. 2ukisan di langit$langit. ,ernah denger nggak)* (+ggak.* Tari geleng kepala. (1ang bikin patung Da6id.* (&oooh,* Tari ber$oh panjang. (Dia)* tanyanya takjub. (Iya.* (.k, ck, ck. 5dah kayak nggak ada nama Indonesia yang pas aja,* Tari berdecak sambil geleng$geleng kepala. (Kalo namanya aja udah diambil dari karya seni superngetop gitu, rumah di sini pasti harganya mahal$mahal ya.* (!iap$siap/ !iap$siap/* Ketegangan membuat Ata tanpa sadar jadi bicara dengan suara berbisik. "ereka telah memasuki ka#asan perumahan me#ah itu. Tari terpukau. Takjub. ,ersis seperti dugaannya. Deretan rumah yang dile#atinya benar$benar me#ah. Arsitekturnya beragam. -ahkan tidak ada dua ruamg yang punya model yang sama. !etiap rumah berbeda/ ampir setiap rumah juga memiliki petugas sekuriti pribadi. Dengan model pos jaga yang juga sama kerennya dengan rumah sang majikan. (!iap$siap, Tar/* bisik Ata. (Di depan nanti kita belok kanan. +ggak jauh dari situ. 'umah ketiga atau keempat. 9ue lupa. Dindingnya bata krem. ,agarnya item.* (&ke.* Tari menarik napas. Ketegangannya ikut memuncak. E6erest hitam itu kemudian berbelok ke kanan dengan gerakan tajam. Tari sampai berpegangan kuat$kuat ke sandaran jok dengan kedua tangan. (Kiri atau kanan)* bisiknya. ("mmm...* !esaat Ata kehilangan daya ingatnya. (Kanan/* Tari langsung menghadapkan tubuhnya ke kanan. ,unggungnya tegak. Dia siagakan kedua matanya. (,agar item. Temboknya bata krem,* gumamnya. Juga langsung menyiagakan konsentrasinya. Keempat ban E6erest hitam itu berputar cepat. !atu detik yang seperti satu kedipan mata. -enar$benar sekilas. -etul$betul sekelebat. Dan itulah dia. Tempat paling misterius di bumi/// Tari nyaris tersedak napas kekagetannya sendiri. (2agi/ 2agi/* serunya tertahan. (,uter balik/* Ata menginjak rem. Diputarnya mobil. .o#ok itu lalu mengambil sikap seperti akan melakukan start di arena reli. !atu tindakan yang jelas dilakukannya tanpa sadar. (!iap, ya/)* desisnya. (!iap/ !iap/* Tari mengangguk kuat$kuat. Kembali, satu detik yang seperti satu kedipan mata. Tapi karena kali ini rumah itu berada di posisi kirinya dan ada jarak yang berkurang selebar satu ruas jalan ditambah satu setengah meter pembatas yang ditanami pepohonan, Tari bisa melihat rumah itu lebih jelas. !eketika dia terpaku. "embeku takjub. Terpukau dalam kejut pesona. Kedua bibirnya bahkan sampai ternganga. 'umah itu... tidak ada kata yang tepat yang bisa digunakannya untuk menggambarkan rumah Ari itu. Keren banget. !umpah/ Ada sebuah taman di halaman depannya. 1ang meskipun tidak terlalu besar, lagi$lagi sumpah, bagus banget. ,enuh dengan bunga aneka jenis dan #arna. Indah, tertata. Jelas terlihat, pemilik rumah mempekerjakan orang yang ahli di bidang pertamanan. Karena selain terbentuk harmoni dalam #arna, juga tercipta keselarasan dalam bentuk dan tata letak dari setiap jenisnya. Tapi yang membuat Tari terpukau dan kedua matanya lansung terkunci di objek itu adalah, adanya satu jenis bunga yang mendominasi taman itu. Tegak dengan angkuh di tengah bunga$bunga lain yang sepertinya memang sengaja dipilih dari jenis$jenis yang tidak terlalu tinggi. -unga itu adalah bunga matahari/ ampir dua ratus meter jauhnya, baru Ata menginjak rem. (Itu/)* Tari bertanya dengan suara mendesis. Dengan mulut yang masih ternganga dan kedua mata terbeliak lebar. (Itu rumahny/)* desisnya lagi. (Iya.* Ata mengangguk. "enja#ab dengan suara lirih. "ukanya pucat. Tari bukannya tidak menyadari pucatnya #ajah Ata itu. Dia nggak yakin mukanya sendiri masih baik$ baik saja sekarang. !epertinya pucat juga. (2iat lagi dong, Ta.* (2agi)* Ata mengangkat kedua alisnya tinggi$tinggi. (,enasaran nih. 2o nyetirnya cepet banget sih.* (2ast time, ya)* Tapi Tari tidak mendengar ucapan Ata itu. Kembali Ata memutar mobilnya. Kembali satu detik yang seperti satu kedipan mata. +amun kali ini Tari menggunakan satu detik itu dengan sebaik$baiknya. Dia memaksimalkan kekuatan konsentrasinya. Dia memaksimalkan 3ungsi penglihatan kedua matanya. ingga ketika E6erest hitam yang dikemudikan Ata itu kembali melesat di depan rumah me#ah saudara kembarnya, Tari berhasil merekam dalam memorinya, hampir semua detail tampak depan rumah Ari yang terle#at dalam dua kali pengamatan sekelebat sebelumnya. Dua patung laki$laki berukuran kira$kira enam pulih sentimeter dan bergaya 1unani klasik menghiasi pintu gerbang rumah me#ah Ari. Di bagian atas, kiri dan kanan. "embuat kedua mata Tari seketika melebar, berusaha melihat lebih jelas. !ayangnya itu tidak mungkin dilakukan pada saat mobil dalam keadaan terus bergerak cepat. (-renti bentar, Ta,* pintanya. (2o cari mati, ya) +ggak/* Ata langsung menolak mentah$mentah. .o#ok itu bahkan kemudian menghentikan mobilnya lebih jauh lagi dari tempat dia memutar tadi. (Ada patung di pintu gerbang. Dua,* desah Tari takjub. (Itu 9erbang elios,* ucap Ata dengan suara berat. (Ada namanya)* Tari menoleh lalu menatap Ata dengan kedua alis terangkat tinggi$ tinggi. (.k, ck, ck. 9erbangnya aja dikasih nama.* (-ukan gerbangnya yang pake nama. Itu nama patungnya. Karena ada dua patung elios itu, makanya pintu gerbangnya disebut 9erbang elios.* (&oooh,* Tari ber$oh panjang. Kedua bibirnya sampai maju. (Kenapa patungnya dikasih nama elios) -ukan nama yang lain, gitu) !ecara patung aja dikasih nama, ya)* Ata memutar kedua bola matanya. (-ukan patung yang dikasih nama,* ucapnya dengan sabar. (Itu emang patung 3igur elios. elios itu De#a "atahari 1unani Kuno.* (&oooh,* sekali lagi Tari ber$oh panjang. Kali ini dengan sorot kagum di kedua matanya yang menatap Ata. (Kok elo tau)* (1a taulah. Itu udah pasti proyek bokap gue. 1ang pemuja matahari tuh dia. -ukan +yokap.* (&oooooh.* Kembali Tari ber$oh panjang. Kali ini sambil mengangguk$anggukkan kepalanya. (-alik lagi dong, Ta. Jadi pingin liat tu patung lebih jelas.* (9ila lo. Kita udah tiga kali bolak$balik, tau/* ("asa sih) Iya, ya) Kok gue nggak sadar)* (Jelas aja. 2o sibuk terkesima sama rumah Ari.* (Abis bagus banget sih.* (Kita cabut aja, Tar. ,erasaan gue nggak enak nih. Takutnya Ari mendadak nongol. Kalo soal elios, lo bisa bro#sing di internet. Ketik aja elios. Atau "itologi 1unani, pasti ada. Kalo nggak, ntar gue pinjemin bukunya. Tapi bahasa Inggris. "itologi 1unani 2engkap.* (&ke deh.* Tari langsung mengangguk. !eketika Tari sadar, mereka bukan sedang melakukan kunjungan #isata yang santai dan tanpa risiko. Ini kunjungan diam$diam, tanpa undangan dari pemilik rumah. Jadi justru amat sangat berisiko. Ata menginjak pedal gas. E6erest hitam itu segera melesat meninggalkan kompleks perumahan me#ah itu. Di tepi sebuah jalan yang lengang, co#ok itu menepikan mobil. Keheningan segera menyelimuti. Ata dan Tari sama$sama duduk diam dengan pandangan lurus ke depan tapi tanpa 3okus. Ata yang memecahkan keheningan itu beberapa saat kemudian. Dia menoleh. Ditatapnya Tari yang terdiam di sebelahnya. (Kaget)* tanyanya lunak. (-anget,* desah Tari. (9ila ya rumahnya. Keren banget.* Kemudian dia menggeleng$ geleng. (9ue rasa karena itu dia nggak mau ada yang tau di mana rumahnya. 'umah keren banget gitu. !iapa juga yang nggak bakalan jadi keranjingan dateng)* Tari berspekulasi. (9itu, ya)* Ata tersenyum, agak geli. (Iyalah. 9ue juga kalo punya temen yang rumahnya keren abis kayak gitu, terus boleh dijadiin tempat nongkrong, atau nggak bakalan mau pulang, kali.* Ata terta#a pelan. (Jadi menurut lo, itu alasan Ari nggak mau ngasih tau siapa pun di mana rumahnya)* (Iya.* Tari mengangguk. (,asti itu.* Ata mengangguk$angguk. Tiba$tiba dia berseru kaget. Di susul satu tangannya menepuk dahi. (1ah, lupa kan/* -ur$buru dia memutar kunci, menghidupkan mesin mobil. (9ue ada bimbel sore ini, Tar.* (2o tuh rajin banget, ya) -imbel melulu. Kak Ari gue liat nyantai$nyantai aja tuh.* Ata terta#a pelan. (Dari kecil kami emang udah banyak banget bedanya. .uma sama di 3isik aja.* Ata segera memba#a mobilnya meninggalkan tempat itu. Tari takjub bah#a ternyata co#ok itu mengenal baik jalan$jalan di kota Jakarta. (2o tau banget jalan$jalan di Jakarta, ya)* Keheranannya terlontar juga. (!ebaik gue tau jalanan -ogor.* Ata menoleh sekilas. (Jakarta kan deket sama -ogor. 2agi pula gue emang sering ke sini karena temen$temen gue di sini banyak.* Kedua alis Tari menyatu saat kemudian Ata menghentikan mobilnya tepat di mulut jalan kecil yang menuju rumahnya. ,adahal ketika co#ok ini dulu bertanya di mana rumahnya, Tari ingat hanya dia menyebutkan alamat yang tidak terlalu detail. ("au tau gimana cara gue bisa tau rumah lo)* Ata menoleh lalu tersenyum lebar. (9imana)* tanta Tari seketika. (Kemaren #aktu gue kuntit Ari, dia le#at sini. Terus berenti di sini. Tepat di sini.* Kedua mata Tari sontak melebar. (!erius lo)* tanyanya tak percaya. (Iya. Dia ngeliat ke situ.* Ata menunjuk jalan kecil di sebelah kirinya dengan dagu. (Dia berenti di sini, ngeliat ke jalan itu. 2umayan lama. Ada kali lima menitan. 9ue langsung nebak, jangan$jangan rumah lo di sini. Ternyata bener.* "elihat ekspresi muka Tari yang kaget, cemas, dan takut berbaur jadi satu, ta#a geli Ata meledak. (!ori. Kalo soal dia nongkrongin elo, gue nggak bisa bantu apa$apa, Tar. Itu hak dia,* ucapnya meminta maa3. Kemudian co#ok itu mengulurkan tangan kirinya dan menepuk satu bahu Tari dengan lembut. (!ori banget, Tar. -ukannya ngusir, tapi beneran gue lagi buru$buru.* (&h/* Tari tersadar. (!ori, lupa.* -uru$buru dilepasnya seatbelt lalu dibukanya pintu di sebelahnya. ('umah lo jauh nggak)* tanya Ata dengan nada kuatir. Dia tundukkan kepala, melihat ke ruas jalan menuju rumah Tari itu. (+ggak gitu jauh kok. Kira$kira dua ratus meter deh,* ja#ab Tari sambil melompat turun. (9ue tuh pantang nurunin ce#ek di tengah jalan.* (2o kan lagi buru$buru. 2agian ini di pinggir jalan kok. -ukan di tengah.* Tari menutup pintu. Kalimatnya membuat Ata terta#a. (5dah buruan pergi. -ogor lumanyan jauh lagi.* (!ori banget ya, Tar. !oalnya jalannya kecil banget. Kayaknya bakalan ribet kalo mau muter mobil. Apalagi mobil gede kayak gini,* ucap Ata, sama sekali nggak bermaksud menyombong. (&ke.* Tari tersenyum manis. Dia acungkan jempol kanannya. (1a udah, lo pergi duluan. 9ue liatin dari sini.* Tari menurut. (Daaaah/* dia lambaikan tangan lalu balik badan. Ketika sepuluh langkah kemudian dia menoleh, mobil Ata masih di tempat. .e#ek itu tersenyum lebar. Dia lambaikan tangannya lagi. Ata membalas lambaian tangan itu dengan senyum. -aru ketika Tari menoleh untuk kedua kalinya, saat dirinya sudah berdiri di depan pintu pagar rumahnya, dilihatnya E6erest hitam Ata telah menghilang. 888 -egitu masuk rumah, seraya mengucapkan salam Tari langsung berlari ke kamarnya. !ambil mengeluarkan ponselnya daro dalam tas, ditutupnya pintu kamar dengan punggun. Kemudian dilemparnya tasnya ke atas tempat tidur dan langsung dikontaknya %io. (a...* %io bahkan belum sempat menyelesaikan sapa pembuka baku yang .uma satu kata itu, Tari sudah langsung nyerocos dengan heboh dan berapi$api. Tanpa jeda dan titik$ koma. Tentang betapa megahnya rumahnya Ari. Tentang 9erbang elios$nya yang 1unani Klasik banget. Tentang taman di depan rumahnya yang cantik banget dan didominasi bunga matahari. Tentang dinding bata kremnya yang keren banget. Tentang kompleks perumahannya yang bernama unik dan isinya yang benar$benar hanya rumah me#ah dengan arsitektur yang beragam. (-ener$bener nggak ada rumahn yang modelnya sama, %i. !emuanya beda$beda. Dan unik gitu bentuk$bentuknya. 7ah, gila deh pokoknya/* Tari mengakhiri in3ormasi hebohnya dengan tarikan napas panjang. "engisi paru$ parunya yang kekurangan oksigen karena cerita hebohnya itu membuatnya tak sempat menarik napas terlalu lama. Di seberang %io ternganga$nganga. Terkesima mendengar cerita Tari. Tapi dia kesulitan membayangkan kemegahan rumah Ari itu di dalam kepalanya. Keesokan paginya di koridor depan gudang, pembicaraan itu berlanjut. Dengan topik pengulangan topik kemarin sore. Tari bahkan sampai memba#a salah satu buku tulisnya. Di atas salah satu lembar kosong dibuatnya sketsa kasar rumah Ari, untuk memberikan gambaran secara 6isual pada %io, meskipun sketsa kasarnya itu dengan kenyataan jauh banget. (Ternyata ada yang lebih parah dibandingin gue sama nyokap gue, soal segala sesuatu yang berhubungan sama matahari.* Tari geleng$geleng kepala. ("enurut gue sih sama parahnya,* bantah %io dengan nada kalem. (Kalo nyokap lo punya duit sebanyak bokap Kak Ari, gue nggak tau deh kayak apa bentuk rumah lo. !ekarang aja isinya udah matahari doang gitu. !eprai gambar matahari. 9orden moti3 matahari. Jam dinding bentuk matahari. 1ang gue heran, nyokap lo nemu aja, gitu,* ganti %io geleng$geleng kepala. (Iya sih.* Tari terta#a geli. (2o juga. ampir semua barang$barang lo berbentuk matahari atau gambar matahari, atau #arna matahari. 9ue sampe bosen ngeliatnya.* Ta#a geli Tari makin menjadi. (Tapi tetep, pemenangnya bokap Kak Ari.* Jam istirahat lagi$lagi kedua ce#ek itu membicarakan rumah Ari. "ereka batal mengisi perut di kantin karena %io teringat bah#a dia memba#a bekal. -eberapa potong cake keju pemberian Ata kemarin. !etelah membeli dua air meneral gelas, keduanya bergegas melangkah keluar kantin. Kembali keduanya becokol di koridor depan gudang. Karena hanya di situ satu$ satunya tempat yang paling aman untuk ngomong tanpa kekuatiran bakalan dicuri dengar. %io membuka kotak bekalnya. (Dari Ata kemaren. Kompensasi karena gue kudu pergi, selain ongkos taksi.* Tari mengambil sepotong. (9ila/ Enak banget/* deisisnya. (Iyalah. -ikinan dapur hotel bintang lima nih. 9ue baca di kotaknya kemaren. Kotaknya aja cakep banget.* !ambil menikmati potongan$potongan cake kehu itu dengan sepenuh penghayatan? soalnya itu cake keju pualing uenak yang pernah mereka makan?keduanya mulai membahas rumah Ari. Kali ini mereka saling melempar hipotesis penyebab Ari merahasiakan tempat tinggalnya yang me#ah banget itu. Dan sesaat sebelum bel tanda #aktu istirahat berakhir berbunyi, keduanya mencapai kesepakatan resmi. ,enyebab Ari merahasiakan rumahnyajelas karena tu rumah me#ah banget. Dan rumah sekeren itu jelas 3asilitasnya juga lengkap. -isa jadi stok makanan juga melimpah ruah. Alhasil, sekali orang masuk ke dalamnya, kayaknya dia nggak bakalan bisa disuruh keluar lagi. Jadi mendingan Ari cari aman, nggak usah ngundang orang untuk datang. 8888 ampir setengah jam duduk di depan meja belajarnya, Tari mendapati dirinya tidak bisa konsen sama sekali. -uku di depannya terbuka tanpa terbaca. !ejak dilihatnya rumah Ari dua hari yang lalu, bangunan megah itu jadi mengisi sebagian besar ruang di dalam kepalanya. Dengan kesal akhirnya ce#ek itu meletakkan bolpoin yang sedari tadi hanya dipegangnya, tanpa digunakan sama sekali. Disambarnya ponselnya. Dengan gerakan terlatih, karena terlalu seringnya satu nama itu muncul di layar ponselnya, Tari menekan nama Ata. Dan seperti biasanya, dia tak perlu menunggu terlalu lama. (1a, Tar)* (2iat rumah Kak Ari lagi, yuk)* (2iat lagi)* (Iya.* (Kapan)* (!abtu ini.* ening di seberang. Tari berusaha sabar. Dia sadar sudah merepotkan Ata. -ogor$ Jakarta bukanlah jarak yang dekat. (Ke sana !abtu emang nggak bahaya) Takutnya tu anak ada di rumah.* (1a nanti kita le#atnya cepet lagi. Kayak #aktu itu. 9ue .uma mau mau merhatiin detail yang terle#at aja kok. Kan kalo taman udah. 9erbang elios juga udah. Dindingnya yang cakep banget juga udah. 9ue mau merhatiin yang terle#at. "isalnya pintu, jendela, terus balkon di lantai dua. Terus lampu taman. Kayaknya #aktu itu sekilas gue liat bentuk lampu tamannya unik ju3a deh. "akanya jadi penasaran. Terus kalo nggak salah di taman itu juga ada pancuran,* Tari menjelaskan panjang lebar. -erharap dengan begitu Ata jadi bisa memahami permohonannya. (Elo tuh sengaja nyerempet bahaya, ya)* Ata tetap terdengar keberatan. (Abis gue penasaran banget. Jadi kepikiran terus nih. 1a, Ta) Ayo doooooong. ,leaseeee....* pinta Tari, setengah merajuk. (Terus, lo mau bilang apa ke ortu lo) ,ergi hari !abtu gitu. ,acaran) Emang udah boleh)* goda Ata. !eketika Tari merasa mukanya memanas. (-okap$nyokap gue pergi. Tapi gue udah bilang kok, mau pergi sebentar.* (,antes lo ngajaknya !abtu.* (Jadi gimana) "au, ya)* bujuk Tari lagi. Kembali hening di seberang. Kembali Tari berusaha menunggu dengan sabar. (&ke deh,* ucap Ata akhirnya, membuat Tari nyaris bersorak. (Apa pun lah, kalo elo yang minta. Daripada ngambek lagi kayak kemaren. !usah banget dibujuknya.* (ehehe.* Tari terta#a geli dan me#ujudkannya dalam satu kata. (Tapi gue bisanya sore ya, Tar. !iang ada bimbel. Jadi sampe tempat lo paling cepet jam empatan. -erarti ada kemungkinan kita pulang malem. Jam malem lo sampe jam berapa)* (1a asal jangan malem$malem aja.* (Jangan malem$malem aja tuh jam berapa)* (Jam delapan setengah sembilanan gitu deh.* (&ke, cukup.* !abtu sore, jam empat le#at sepuluh, E6erest hitam Ata berhenti tepat di depan pintu pagar rumah Tari. Tari yang sudah siap sejak setengah jam lalu langsung berdiri dan menghampiri dengan langkah$langkah cepat. (9ue muter dulu deh. Kayaknya bakalan ribet nih. Ada puteran gak di sini)* tanya Ata. (+umpang aja di halaman rumah orang yang pagernya lagi kebuka. Di sini udah biasa gitu kok. Jadi nyantai aja.* (&ke deh. 2o tunggu bentar ya.* +gomongnya sih bakalan ribet, tapi Tari melihat Ata sama sekali tidak kesulitan memutar mobilnya yang berbadan besar itu. (Ayo/* .o#ok itu mengangguk sambil membuka pintu penumpang. Tari buru$buru naik. (+ggak susah$susah amat, kan)* ucap ce#ek itu. (Ada tetangga lo yang lagi ngablakin pager lebar$lebar, jadi ya nggak susah. Kalo semua pager pas lagi ketutup, terpaksa gue mundur.* Kemudian co#ok itu menarik napas panjang. (!iap, ya) 'isikonya gede nih. !oalnya hari libur.* (!iap. !iap.* Tari langsung mengangguk kuat$kuat. (Dasar. Emang udah niat banget sih ya.* Ata geleng$geleng kepala. Ata segera memba#a mobilnya meluncur menuju rumah Ari. Tiga puluh menit kemudian kembali Tari melihat jalan masuk yang tertata rapi itu. Disusul gapura megah bertuliskan !I!TI+E di kejauhan. Tak bisa dicegah, jantungnya langsung berdegup kencang. Tak dia sadari punggungnya yang tadi bersandar dengan nyaman sekarang berdiri tegak. (!iap/ !iap/* ja#aban Tari nyaris tak terdengar. "obil berbelok ke kanan. Tari nyaris tak bernapas saat pagar hitam rumah Ari tampak di kejauhan dan kedua patung elios itu membentuk siluet yang berimpitan. Tapi ternyata rencananya gagal total. Ari ada di rumah/ "otor hitamnya terparkir di carport samping taman. ,intu depan rumah me#ahnya terbuka sedikit. "enampakkan sekilas isi ruang tamunya. Ata langsung menginjak pedal gas kuat$ kuat. E6erest hitam yang dikemudikannya melesat seperti anak panah terlepas dari busur. ,emandangan yang jelas sangat ganjil mengingat begitu lengangnya jalan$ jalan di kompleks perumahan me#ah itu. !etiap orang yang sedang berada di halaman depan rumah mereka atau di mana pun, di tempat kelebat E6erest hitam Ata yang melesat cepat itu secara tak sengaja tertangkap mata, pasti segera berlari keluar ke tepi jalan. !emuanya menatap dengan bingung dan tak mengerti, karena mereka tidak menemukan penyebab E6erest hitam itu melaju seperti desingan peluru begitu. Di dalam mobil Tari mengikuti setiap gerakan nyaris dengan seluruh kesadaran yang lumpuh dicengkeram kepanikan. !ementara di belakang setir, sebagian konsentrasi Ata terpusat pada jalanan di depannya. -erusaha mencari jalan keluaar secepatnya. !ementara sebagian lagi dicurahkannya untuk ce#ek yang duduk di sebelahnya. 1ang karena man6er mobil yang dibuatnya, tubuh Tari jadi tersentak ke sana kemari. !esuai dengan 3ungsi dan tujuan benda ini menjadi bagian dari desain mobil, seatbelt sebenarnya sudah cukup mengamankan. Tapi tetap saja Ata kuatir. !ebentar$sebentar tangan kirinya terulur. "emegang bahu Tari atau mencekal lengan kanannya. Atau menahan bagian belakang kepalanya saat gerakan mobil menyebabkan ce#ek itu terempas ke belakang. "eskipun sandaran jok tidak akan menyebabkan benturan yang berakibat 3atal, tetap saja Ata terlihat sangat cemas. Akhirnya mereka temukan jalan keluar. !ebuah gapura megah bertuliskan !I!TI+E. Jelas bukan gapura yang mereka masuki jika dilihat dari komposisi tanaman hias yang mengapit jalan itu di kiri$kanan. Ata tetap melarikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. -aru setelah merasa mereka sudah benar$benar aman, co#ok itu menepikan mobil. Keheningan langsung menyita setiap ruang kosong yang ada.hanya suara desah napas Ata yang memburu. ,erlahan kemudian dia mulai menenang. Ketika telah benar$benar tenang, co#ok itu menarik napas panjang. (ampir saja/* desisnya. -eberapa saat kemudian Tari mendesiskan kata yang sama. (ampir/ ampir/* Dia menepuk$nepuk dada. Ditariknya napas panjang, lalu diembuskannya kuat$kuat. Ata menoleh. (Ada yang sakit nggak)* tanyanya cemas. Tangan kirinya terulur. Disibaknya poni Tari yang menutupi sebagian mukanya. .e#ek itu menggeleng tanpa suara. "ukanya yang benar$benar pucat membuat Ata menatapnya dengan sorot ganjil yang luput tertangkap. Tiba$tiba co#ok itu mengulurkan kedua tangannya dan memeluk Tari. (!ori tadi ya,* bisiknya. (!ori banget.* Tari terkesiap. !eketika tubuhnya menegang. -aru saja akan dilepasnya pelukan itu dengan paksa, Ata telah lebih dulu menguraikan kedua lengannya. (5dah ya, nggak usah ke sana lagi. 'isikonya ga#at. -ukan gue yang gue pikirin. Elo. Karena elo yang satu sekolah sama dia. Elo yang ketemu dia setiap hari. 2ain ceritanya kalo gue juga satu sekolah. 5rusan dia sama gue. 2o tinggal nonton aja.* (Iya, ngerti.* Tari mengangguk, mengiyakan dengan suara lirih. "ukanya tidak lagi sepucat tadi. ,elukan Ata telah menyingkirkannya dengan memberikan semburat merah yang halus. (Kira$kira tadi dia ngeliat kita le#at nggak ya)* tanyanya kemudian. .emas, tapi pelukan Ata tadi membuatnya jadi tidak berani menoleh untuk menatap co#ok itu secara langsung. (+ggak tau deh.* Ata menggeleng. ("au nggak mau lo harus nunggu sampe !enin pagi. 2iat gimana reaksinya.* Tari terdiam. (-aru jam lima le#at dikit.* Ata melihat jam tangannya. (Jalan yuk)* (Ke mana)* .o#ok itu tersenyum. (2o pasti suka,* ja#abnya pendek dan langsung injak pedal gas. Ata mengarahkan mobilnya ke pusat Jakarta. Di sebuah pusat perniagaak besar, co#ok itu membelokkan mobilke area parkir yang bertingkat. Di lantai ketiga, dicarinya tempat kosong yang dekat dengan pintu masuk. (2o tunggu sini bentar ya,* ucapnya sambil membuka pintu di sebelahnya. (Emang kita mau ke mana sih)* Tari menatapnya dengan bingung. Ata .uma tersenyum. (2o tunggu sini sebentar. 9ue nggak lama.* Dia menolak menja#abnya. Ternyata co#ok itu memang pergi tak lama. 2ima belas menit kemudian dia kembali. !ebuah tas plastik putih bertuliskan nama sebuah gerai donat ditentengnya di tangan kiri. Ata meletakkan tas plastik itu di pangkuan Tari kemudian menghidupkan mesin. (Apaan nih panas$panas)* Tari mengangkat tas plastik itu lalu mengusap$usap pahanya. (Kopi ya) Apa cappuccino)* (.okelat panas.* (Emang kita mau ke mana sih, pake ba#a bekal gini)* (Ke momen 3a6orit,* ja#ab Ata pendek. .o#ok itu kemudian memundurkan mobil. Tari mengira mereka ajan pergi dari situ, tapi ternyata Ata mengarahkan mobilnya ke area parkir paling atas. !ebuah tempat terbuka yang langsung beratap langit. Ata memilih tempat yang menghadap ke langit. Tari langsung menyadari apa momen istime#a itu, karena baginya itu juga selalu menjadi momen yang istime#a. !ang matahari, yang dalam banyak peradaban kuno dianggap sebagai per#ujudan de#a utama, sedang beranjak menuju peraduannya. !emberat #arna jingga yang megah memenuhi seluruh langit barat, mengiringi kepergiannya, namun tetap tak mampu menandingi kemegahan sang raja langit itu. Tari terpukau. !elalu, meskipun pemandangan itu sudah ribuan kali disaksikannya. Dia terpesona karena matahari tenggelam tetap terlihat indah di langit Jakarta yang mempunyai tingkat polusi sangat tinggi. (-agus banget ya,* desahnya. (,adahal langit Jakarta tuh polusinya parah banget.* .e#ek itu lalu menceritakan sebuah 3oto yang pernah dilihatnya di majalah, +ational 9eographic. A#ab hitam tebal?karena polusi, bukan mendung?menggantung di langit Jakarta. (Tapi tetep indah banget.* (2o belom pernah ngeliat matahari tenggelam di langit yang masih pera#an, ya)* tanya Ata dengan suara pelan. ("aksudnya kayak di ,uncak, gitu)* (Tempat yang jauh dari peradaban maju. 9ue pernah ngeliat matahari terbenam di pedalaman ,apua.* (-elom.* Tari menggeleng. (,antes.* (,asti bagus banget, ya)* (-ukan bagus lagi,* desah Ata. ("atahari tenggelam yang ini sih kayak kita ngeliat dari balik kelambu yang udah sepuluh tahun nggak dicuci.* Dengan kedua mata tertancap ke langit barat, menyaksikan pergerakan sangat lambar yang nyaris tidak disadari, keduanya mengantar kepergian sang raja langit untuk menerangi belahan dunia yang lain. 1ang semakin jadi menarik karena Ata menceritakan pengalamannya menyaksikan matahari tenggelam di banyak tempat. Tari terpesona sekaligus iri mendengar semua cerita Ata itu. "atahari tenggelaam di Kuta, matahari tenggelam di !enggigi, di 5jung Kulon, di puncak "erapi, bahkan matahari yang tenggelam di balik ,iramida, negeri pada 3iraun sana. 1ah, Ata tajir sih. Jadi mau ngeliat matahari tenggelam di mana aja ya bisa, ucap Tari dalam hati. !ang raja langit telah benar$benar pergi. "emberikan kegelapan pekat pada langit yang ditinggalkannya. Dengan demikian para bintang bisa muncul untuk memperlihatkan diri mereka. Ata melihat jam tangannya. (!etengah tujuh kurang. "au balik atau jalan)* (-alik aja deh,* ja#ab Tari langsung. ,elukan tadi masih membayang dan dia jadi tidak ingin berlama$lama berdua Ata. "alu. (+ggak makan dulu)* (+ggak usah. Takut ortu gue balik duluan. +tar mereka ngira gue suka man3aatin kesempatan.* (&ke.* Ata mengangguk mengerti. Diputarnya kunci, E6erest hitam itu pun meninggalkan tempat itu, kemudian berhenti di mulut jalan kecil yang menuju rumah Tari. (5dah ya, jangan ke sana lagi,* Ata mengulangi permintaannya sebelum Tari turun. (e$eh.* Tari mengangguk. (!ori tadi. !ori banget.* .o#ok itu mengulurkan tangan kirinya, mengusap$ usap puncak kepala Tari. "embuat pelukan tadi seketika kembali membayang. Tari buru$ buru membuka pintu di sebelahnya lalu melompat turun. ("akasih ya. Ati$ati di jalan.* .e#ek itu tersenyum jengah. -eruntung malam menyembunyikan roma merah di #ajahnya hingga tak tertangkap mata Ata. (&ke.* Ata membalas senyum itu. (Kalo mau kemana$mana, telepon aja. 9ue siap nganter, tapi bukan ke sarang Ari.* (&ke. Daaah/* Tari tersenyum lagi, balik badan, dan langsung berjalan cepat menuju rumahnya. 'asa malu dan jengah membuatnya tak sanggup menunggu sampai Ata membalas salam perpisahannya, seperti biasa. 88888 !enin pagi. Tari memasuki halaman sekolah dengan perasaan #as#as. Jantungnya langsung berdegup kencang. !epasang matanya memindai seluruh area depan sekolah sampai ke setiap sudut, dengan ketajaman mata seekor elang. "ukanya sontak memucat saat mendapati motor hitam Ari terpakir di tempat biasa. Kedua mata Tari semakin nyalang memindai setiap sudut. .e#ek itu menarik napas lega ketika sosok yang paling ditakutinya saat ini ternyata tidak terlihat sama sekali. Kemungkinan Ari berada di area kelas dua belas atau di kelasnya sendiri. !ebenarnya Tari merasa harus melihat Ari untuk memastikan apakah kehadirannya dan Ata di rumah Ari !abtu sore kemarin diketahui, dan apakah co#ok itu tahu bah#a lokasi rumahnya sekarang sudah tidak lagi menjadi satu misteri, namun Tari lebih memilih untuk tidak melihat co#ok itu. Tari langsung mempercepat langkah. "enjelang sampai di kelasnya, kembali ce#ek itu dicekam ketakutan. Kembali jantungnya berdegub kencang. -erbagai macam dugaan muncul di kepala. Apakah Ari sedang bercokol di bangkunya, duduk menunggunya) Atau co#ok itu tidak terlihat, tapi salah seorang teman sekelasnya langsung menyambutnya dengan in3ormasi bah#a Ari mencarinya) Tapi ternyata tidak terlihat tanda$tanda kehadiran Ari, juga tidak ada in3o apa pun. Kembali Tari menarik napas lega. !etelah meletakkan tasnya di bangku, buru$buru dia berlari keluar kelas menuju koridor depan kantin. Dia harus tahu secepatnya, Ari tahu atau tidak dirinya dan Ata le#at di depan rumah co#ok itu kemarin sore. Dengan begitu jadi bisa diketahui dengan jelas situasinya. Jadi bisa disiapkan antisipasinya pula. %io, yang sampai di kelas tak berapa lama kemudian segera menyusul begitu melihatnya Tari sedang berdiri di koridor depan kantin dengan tubuh menghadap ke area depan sekolah. %io sudah tahu apa yang sedang dicari teman semejanya itu, karena !abtu malam Tari meneleponnya dan dengan kalut menceritakan apa yang sudah terjadi. Dan dirinya sependapat dengan Ata. Tidak ada yang bisa dilakukan sampai !enin pagi. ("otornya ada, tapi gue nggak ngeliat orangnya,* ucapan %io membuat Tari menoleh kaget. (Eh, elo/ +gagetin gue aja.* Kembali pandangan Tari terarah ke area depan sekolah. (9ue juga nggak ngeliat.* Keduanya terpaksa menunggu dengan sabar. %io bahkan kemudian pindah ke koridor di depan kelas, menga#asi koridor utama di ba#ah. 2ima belas menit sebelum bel, dari arah koridor yang menuju tangga ke area kelas dua belas, muncul sekelompok sis#a kelas dua belas. !egera %io menangkap sosok Ari di tengah gerombolan sis#a itu. -ukan hanya karena co#ok itu memang selalu mencolok mata di mana pun dia berada, tapi juga karena hari ini dia mengenakan celana jins biru. Dan jind biru yang dipakainya menjadi satu$satunya #arna berbeda di tengah dominasi abu$abu, membuat co#ok itu semakin mencolok lagi. %io ternganga dengan napas tersentak. !eketika dia berlari pontang$panting ke tempat Tari berdiri. (Dia ada/ 9ue barusan ngeliat di koridor ba#ah/* lapornya dengan napas terengah. -aru saja kalimat %io selesai, gerombolan co#ok itu muncul di mulut koridor utama. "ereka kemudian pecah menjadi dua kelompok. !atu kelompok segera mengisi lapangan 3utsal, sementara kelompok yang lain langsung merajai lapangan basket. Ari ada di lapangan basket. Tari dan %io langsung mengamati Ari lekat$ lekat. "eskipun jarak yang terbentang lumayan jauh dan mustahil bisa melihat ekspresi muka Ari, Tari berharap bisa mendapatkan petunjuk le#at bahasa tubuh co#ok itu. Ketegangan Tari mulai menurun saat dilihatnya Ari begitu menikmati permainan basketnya. .o#ok itu bahkan terlihat rileks. (Kayaknya dia nggak tau kalo rumahnya udah ketauan, Tar,* bisik %io. (Kayaknya,* Tari balas berbisik. Kepalanya mengangguk$angguk tanpa sadar. (!yukur deh. !yukur...* Tari mendesah lega sambil menepuk$nepuk dada. Tiba$tiba Ari mendongak dan menatap ke arah mereka. !erentak Tari dan %io melompat mundur, menjauh dari tepi koridor. (Dia ngeliat nggak/)* desis Tari. 2angsung panik. (Kayaknya ngeliat/* %io mengangguk, ikut deg$degan. (Kabur/ Kabur/ -uruan/* Tari balik badan dan langsung berlari menuju kelas. %io buru$ buru mengikuti. (Emang aman)* tanyanya tak yakin. Karena memang sekolah tidak ada tempat yang aman dari Ari, kecuali kantor kepsek dan ruang guru. !ayangnya kedua ruangan itu berada nun jauh di ba#ah sana. (-entar lagi bel dan kita kan mau ulangan matematika.* !ama sekali bukan keyakinan, tapi Tari .uma berharap ulangan matematika akan membuat ,ak 1akob mengambil tindakan tegas terhadap Ari. Itu pun kalau Ari memang muncul. !atu meter menjelang sampai pintu kelas, satu sosok berkelebat mele#ati Tari. !eketika ambang pintu kelas bukan lagi sebuah ruang kosong yang hanya terisi oleh udara dan gampang untuk dilalui. !esosok tubuh telah menempatkan diri menjadi barikade di sana. Tari langsung mengerem laju kedua kakinya kuat$kuat. +yaris saja ditabraknya Ari. .e#ek itu mundur selangkah. 'aut mukanya yang menatap Ari lurus$lurus tertarik tegang. (Ada apa lo ngeliatin gue tadi)* tanya Ari langsung. (!iapa juga yang ngeliatin elo) +ggak usah segitu sok ngetopnya deh. Tadi di lapangan kan banyak banget orang,* Tari langsung membantah keras. Ari menyeringai. Dia mengangkat kedua alisnya, tapi tidak bicara apa$apa. -ikin Tari jadi se#ot. (9ue nggak ngeliatin elo, tau/* bantah Tari lagi. Kedua matanya melotot bulat$bulat. (Di ba#ah tadi banyak orang, bukan .uma elo. 2agi pula eko segitu jauh, gimana juga bisa keliatan)* (Kalo lo emang nggak lagi ngeliatin gue, gimana lo bisa tau gue segitu jauh) +ggak ngeliatin tapi lo bisa ngitung jaraknya ya) ebat/* balas Ari telak. !eketika Tari merasa mukanya memanas. Ari tersenyum geli. (5dah, ngaku ajalah. 9ue emang selalu diliatin ce#ek kok. Jadi gue bisa mastiin, lo tadi emang lagi ngeliatin gue.* (Iya. +gaku aja lo. -os gue ganteng banget gini, jelas aja diliatin ce#ek melulu,* sambung satu suara di belakang Tari. &ji. +o #onder. Dia emang jongos Ari yang paling setia. (2o nggak perlu pura$pura nggak tertarik deh, Tar. -asi, tau/ +ggak bakalan ada yang ketipu.* !ontak Tari menatap &ji dengan mata membara, sementara senyum geli Ari pecah jadi ta#a. ,ara penonton yang bisa mendengar ucapan &ji itu ikut terta#a. -ela masuk yang sebentar lagi akan berbunyi memang membuat setiap sis#a berada di dalam atau di sekitar kelas masing$masing. "enciptakan, secara otomatis, jumlah penonton yang melimpah ruah. "ereka segera memenuhi koridor dari ujung ke ujung begitu melihat kemunculan Ari tadi. Apalagi setelah melihat co#ok itu memotong langkah$langkah cepat Tari dan menghadangnya di pintu kelas, jumlah penonton yang memenuhi koridor jadi semakin padat lagi. ,anggilan dari teman yang berada di luar atau bahasa tubuh mereka membuat sis#a$sis#a yang berada di dalam kelas jadi tertarik dan bergegas keluar. anya di sekitar Ari dan Tari, serta dua pemain pembantu, &ji dan %iom tercipta sedikit ruang kosong. -eruntung, ,ak 1akob muncul. !atu tangannya mengapit lembaran kertas. Disusul bel masuk kemudian berbunyi. Tatapan guru itu langsung tertuju pada Ari. .o#ok itu menyingkir sekitar satu meter dari ambang pintu. (,agi, ,ak.* Ari mengangguk memberi hormat. ,ak 1akob tidak menja#ab. Tatapannya berubah dingin. (!udah bel,* katanya mengingatkan. (-apak mau ngadain ulangan, ya)* Ari menunjuk lembaran kertas di satu tangan ,ak 1akob. (!aya ikut ya, ,ak) -uat pedalaman materi. !oalnya saya kan udah kelas dua belas.* Tatapan ,ak 1akob semakin dingin. !ementara &ji terlihat mulai menahan$ nahan senyum. (Dilarang memakai jins di sekolah/* tegur ,ak 1akob dengan nada tajam. (7ah, saya nggak akan pake cara kayak gitu, ,ak,* ja#ab Ari seketika. (Kalo nggak bisa ja#ab, saya lebih baik nyontek. Tanya temen kiri$kanan$depan$belakang. Atau buka buku catetan kecil di laci. Atau saya nyontek &ji, meskipun ja#abannya lebih banyak yang ngaco daripada yang bener. +ggak bakalan saya tanya$tanya sama jin. Itu kan dosa, ,ak. Apalagi belom tentu juga jin bisa matematika.* Ari menjelaskan dengan sikap serius. ,anjang lebar pula. !eketika &ji menundukkan kepalanya dalam$dalam, menyembunyikan cengiran yang benar$ benar nggak bisa dia tahan. !ecepat mungkin kemudian dia berusaha melenyapkan cengiran itu dari mukanya. -ukan apa$apa, ,ak 1akob ada pas di depan mukanya. +yengir di depan muka guru, gara$gara temen bikin ulah pula, sumpah, itu kurang ajar banget. !ama sekali nggak hormat sama guru/ !ementara itu senyum lebar dan ta#a tertahan seketika juga bermunculan di #ajah penonton yang bisa mendengar ucapan Ari itu. "ereka menatap dengan ekspresi semakin tertarik. !ama sekali tak peduli bel masuk yang sudah berbunyi. (Ehem,* &ji berdehem pelan. ("aksudnya celana jins, -os. -ukan jin yang cs$annya dukun atau jin yang suka nongkrongin pohon,* &ji menjelaskan dengan sikap serius juga. (&oooh.* Ari berlagak baru ngeh. Kemudian dia menundukkan kepala, memandangi celana jins birunya. Ketika co#ok itu mengangkat kembali kepalanya, senyum lebar menghiasi bibirnya. Kontras dengan bibir kaku dan pandangan kedua mata ,ak 1akob yang semakin dingin. !ementara itu -u !am, yang mendapat laporan bah#a Ari melakukan pelanggaran lagi?memakai celana jins ke sekolah, ber#arna biru pula?sudah sejak tadi mencari$cari salah satu anak didiknya itu. !ebuah penggaris kayu yang siap dia pukulkan tergenggam di tangan kanan. -egitu dilihatnya koridor kelas sepuluh begitu penuh dengan para sis#a padahal bel masuk sudah berbunyi, -u !am langsung tahu di mana dia bisa menemukan murid paling bermasalah itu. 9uru penegak peraturan itu bergegas melangkah menuju tangga. Dinaikinya anak tangga dua$dua sekaligus. !esampainya di koridor kelas sepuluh, dengan ujung penggaris kayu diketuk$ketuknya punggung sis#a yang berdiri paling belakang, meminta jalan dengan paksa. Dengan segera tercipta jalan untuk -u !am, karena sis#a yang punggungnya diketuk ujung penggaris tadi segera memberitahu teman$teman sekitarnya. "emunculkan pesan berantai yang bergerak cepat. "ata para penonton yang mengetahui kedatangan -u !am mengikuti guru itu dengan ekspresi semakin tertarik. Tanpa satu sama lain tahu, dalam hati mereka sama$sama berharap kejadian kayak begini bisa terjadi setiap pagi. 2umayan banget buat seger$segeran sebelum jam pelajaran panjang yang sering bikin 3rustasi. -egitu tercipta akses, dengan geram -u !am menghampiri Ari. ,enggaris kayu di tangan kanannya dalam keadaan siap untuk dihantamkan ke murid paling bandel itu, yang langsung dilakukannya begitu sang murid sudah berada tepat di depan mata. (AD5///* Ari memekik begitu penggaris kayu itu mendarat dengan keras di salah satu lengannya. !eketika dia menjauh dua langkah begitu tahu pukulan yang datang tiba$tiba itu berasal dari penggaris kayu tebal di tangan #ali kelasnya. (Ibu nanti saya laporinke Komnas Anak ya. !aya bilangin ke Kak !eto kalo Ibu udah melakukan penganiayaan terhadap anak$ anak.* (Anak$anak yang mana)* tanya -u !am dengan kedua mata melotot galak. (!aya kan bisa dibilang masih anak$anak.* (-angkotat begini bilang masih anak$anak)/* !aking kesalnya, -u !am sampai lupa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ta#a Ari kontan meledak. (Ibu kasar ih. +ggak memberikan teladan yang baik. Di depan anak$anak kelas sepuluh nih, -u.* (Kamu kira apa yang kamu lakukan sekarang ini memberikan teladan yang baik untuk adik$adik kelas)* ,enggaris kayu di tangan -u !am menunjuk celana jins biru yang dipakai Ari. (!ekarang salah siapa coba dong, -u) ,ihak sekolah kan .uma ngasih celana seragam dua potong. !aya tadi udah bilang ke ,ak 1akob, celana seragam saya kotor dua$duanya. -elum dicuci. "asa saya mesti pakai celana kotor ke sekolah) Kan bisa kena penyakit kulit. Kalau .uma panuan di kaki atau tangan sih nggak pa$pa. +ah, kalo aset saya yang kena, gimana) Kan bisa menghancurkan masa depan.* Tari ternganga. Emang bener$bener gila ni co#ok/ ucapnya dalam hati. +ggak hormat banget sama guru/ !ama seperti Tari, melihat sikap Ari itu tak urung para penonton yang seluruhnnya sis#a kelas sepuluh itu terpukau dengan cara mereka masing$masing. Ada yang berdecak sambil geleng$geleng kepala. Ada yang diam tapi kedua matanya menyorotkan kekaguman yang tak tersembunyikan. Ada yang tersenyum$senyum geli. Tapi ada juga yang menatap Ari dengan sorot tidak suka, karena menganggap tindak$tanduk co#ok itu sudah kele#atan. Tapi yang terakhir ini jumlahnya hanya segelintir. !ejak a#al -u !am sadar, percuma berdebat dengan Ari. anya akan membuat proses belajar$mengajar di semua kelas sepuluh terhambat. Dibantu ,ak 1akob dan semua guru kelas sepuluh yang mengajar pada jam pertama, -u !am memerintahkan semua sis#a kelas sepuluh yang memenuhi koridor itu untuk masuk ke kelas masing$ masing. !ambil memandang Ari dengan ekspresi puas, Tari melangkah menuju pintu kelas yang tadi musykil bisa dile#atinya karena dibarikade co#ok ini. Ari tersenyum lebar. Terlihat ta#a geli melihat ekspresi kemenangan Tari itu. "asih dengan senyum geli, kemudian ditinggalkannya tempat itu, karena -u !am mulai mengetuk$ngetukkan ujung penggaris kayu ke punggungnya. 888 -el pergantian pelajaran berbunyi. -egitu ,ak 1akob keluar ruangan, Tarilangsung merapatkan tubuhnya ke %io dan bertanya dengan suara berbisik. (9imana) "enurut lo Kak Ari tau nggak kalo rumahnya udah ketauan) %eeling gue sih nggak.* (Kayaknya nggak,* %io mengangguk. "enja#ab juga dengan bisikan. (Karena kalo dia tau, lo udah dia cekek tadi. !ampe mati, kali.* (Iya sih. -ukan nggak mungkin.* (Iyalah. 9ue rasa itu rahasianya yang terbesar setelah 3akta kalo dia punya kembaran. "akanya nggak ada yang berani coba$coba cari tau, kan) Jadi kalo ada orang yang berhasil tau, apalagi berhasil taunya karena usaha bukan karena nggak sengaja, gue rasa bakal langsung dia matiin tu orang.* ("ending kalo .uma dimatiin. 9ue rasa abis itu bakalan dimutilasi.* ,raduga yang sangat berlebihan itu membuat kedua mata ce#ek itu berpandangan lalu bergidik bersamaan. (Aduh, untung gue masih selamet,* desah Tari lega sambil mengelus$elus dada. ("akanya, Tar... 5dah deh, nggak usah ke sana lagi. Jangan cari gara$gara.* (Iya. 9ue juga nggak segitu nekatnya, lagi. Tapi jujur, gue masih penasaran sih. !ayang banget. ,adahal satu kali lagi aja cukup.* (5daaaah/* %io melotot. (jangan gila deh lo/* (Iyaaa. Iyaaa.* Tari meringis. !etelah memperoleh paling tidak persamaan dugaan bah#a situasi masih aman, Tari jadi tenang. -egitu bel istirahat berbunyi, dia bergegas keluar kelas menuju koridor depan gudang. (Aman, Ta. Kayaknta Kak Ari nggak tau kalo rumahnya udah ketauan,* lapornya langsung begitu telepon di seberang di angkat. (1akin lo)* tanya Ata ragu. (e$eh. !oalnya tadi pagi gue liat dia biasa$ biasa aja. +ggak kayak orang yang salah satu rahasianya udah kebongkar. Terus pas gue ketangkep basah lagi ngeliatin dia, dia juga .uma gangguin gue gitu aja. "asih lebih parah gangguan dia yang kemaren$ kemaren.* Di seberang, Ata sesaat terdiam. (2o pastiin lagi deh,* ucapnya kemudian. (9ue masih belom tenang kalo indikatornya .uma itu. .uma keran cara dia ngegangguin lo biasa$biasa aja.* (9ue juga niatnya gitu. "au mastiin lagi. +tar siang gue telepon lagi deh. ,ulang sekolah.* (&ke. Ati$ati ya.* (,astilah.* Tari memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu berjalan cepat ke arah kantin. !etelah membeli sepotong tahu isi dia segera berjalan keluar lagi, ke arah koridor. %io yang duduk bergabung bersama beberapa teman ce#ek sekelas langsung bangkit berdiri. Dengan memba#a serta piring gado$ gadonya, disusulnya Tari. Karena tadi pagi sudah kepergok, kali ini keduanya berdiri agak jauh dari pagar koridor. Dengan hati$hati mereka memindai area depan sekolah. -erganti$ganti posisi agar kejadian tadi pagi tidak terulang. +ihil. Ari tidak ada di sana. Jam istirahat kedua, in6estigasi keduanya berlanjut. Tetap tidak membuahkan hasil. Ari tidak terlihat sama sekali. Kemungkinan besar co#ok itu .uma bercokol di area kelas dua belas, di gedung selatan sana dan nggak berkeliaran ke mana$mana. !ebenarnya hal itu sudah menguatkan keyakinan Tari bah#a Ari tidak mengetahui tempat tinggalnya sudah ketahuan. Tapi ce#ek itu ingin kepastian yang benar$benar 6alid. !epuluh menit setelah jam pelajaran berikutnya berjalan, pada guru yang sedang mengajar Tari meminta iAin keluar kelas sebentar. Dengan alasan bolpoinnya habis, dia minta iAin ke koperasi. Dia tahu, dua jam terakhir jad#al kelas Ari adalah olahraga. -egitu sang guru mengangguk, Tari langsung berlari keluar kelas. 9ara$gara itu, bukan .uma sang bapak guru yang mengerutkan kening, tapi juga semua teman sekelas Tari kecuali %io. !oalnya, kalau hanya untuk ke koperasi membeli bolpoin, reaksi Tari tadi agak berlebihan. !eperti pelajar yang takut ketinggalan pelajaran. Dan itu nggak Tari banget. Tari berlari di sepanjang koridor dan tangga turun. Di depan salah satu pilar yang mengapit mulut koridor utama, baru langkah$langkahnya terhenti. !ejenak ce#ek itu berdiri diam untuk menormalkan nappasnya yang terengah. Kemudian dengan hati$hati dia mengintip ke arah lapangan. Ari ada di salah satu lapangan 3utsal. -ersama 'idho, &ji, dan tiga co#ok yang namanya tidak diketahui Tari. .e#ek itu langsung memaksimalkan kedua indra penglihatannya. -erusaha menangkap setiap detail ekspresi Ari dan bahasa tubuhnya. !eperti tadi pagi, Ari terlihat rileks. Dia bahkan begitu menikmati permainan 3utsal itu. -erkali$kali Tari melihatnya terta#a. !ekali bahkan dilihatnya Ari, sambil berangkulan dengan 'idho, terta#a terbahak$bahak. Tari jadi yakin, Ari memang tidak mengetahui tempatnya bersarang yang keramat banget itu sudah ketahuan. (.k, 3iuuuuuuuuh.* Tari menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Dia berbalik dan menyandarkan punggung ke pilar. (Aman gue,* desahnya lega. Koridor panjang di hadapannya yang benar$benar lengang segera menyadarkannya akan sesuatu. Dengan cepat dilihatnya jam di pergelangan tangan. (aaaaaahhh)/* Tari nyaris tersedak napasnya sendiri saat melihat jarum$jarum mungil itu dan ternyata lima belas menit telah berlalu. ("ampus deh gue/* desisnya dan langsung berlari pontang$panting menuju tangga. !ama sekali lupa mampir ke koperasi. 8888 B%i, udah dulu ya. Ata nelepon. ,okoknya besok gue jalan jam sepuluh teng. Daaah/B Tari mengakhiri pembicaraan dengan %io dan langsung diangkatnya panggilan Ata. B&nline sama siapa)B tanya Ata langsung. B%io. +egesin lagi besok jadi apa gak.B B-esok mau pergi)B Be$eh. .ari 3ilm korea.B B.e#ek$ce#ek kenapa pada maniak banget sama 3ilm korea sih)B B9anteng$ganteng, tau/B B"enurut gue cantik$cantik.B B.o#oknya, bukan ce#eknya.B BIya. 1ang gue maksud juga co#oknya. .antik$cantik.B B-anyak yang bilang gitu sih.B Tari terta#a. BAda apa)B B9ak ada apa$apa. ,ingin nelepon aja.B Kedua alis Tari menyatu mendengar itu. B-esok perginya jam berapa)B tanya Ata. B!epuluh.B BTerus kalian mau nyari di mana tu 3ilm$3ilm korea)B BDi mal yang itu lah. 2antai yang paling atas kan tempat penjualan D:D dan ",C. 2engkao banget. Kenapa lo nanya$nanya) "au gabung)B B,inginnya sih gitu. !ayang gue gak bisa.B B-imbel lagi nih) -imbel kok hampir tiap hari. Kebanyakan belajar malah jadi bego lho.B Ata terta#a pelan. B1a udah. "et berburu 3ilm kore deh. !alam buat %io ya.B Ata menutup pembicaraan. Tari meletakkan ponselnya dengan kening berkerut. BTumbet banget tuh orang. +elepon cuman ngomong gitu doang,B gumamnya sambil meletakkan ponsel di meja. Ketika dilihatnya jam dinding, ce#ek itu mengerang pelan. Jam setengah lima sore. 7aktunya menyapu lalu mengepel lantai. Dari !enin sampai JumDat ke#ajiban Tari adalah sekolah. Tapi pada hari libur seperti !abtu ini, ke#ajibannya adalah jadi !i Inem, alias membantu mamanya menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga. +yebelin/ 888 Keesokan paginya jam sepuluh kurang lima, Tari menutup pintu kamarnya. !etelah berpamitan pada kedua orangtuanya, ce#ek itu bergegas keluar. Dengan riang ditelusurinya jalan depan rumahnya menuju halte di pinggir jalan besar. %ilm korea, dengan co#ok$co#oknya yang sering bikin hati meleleh, memang selalu sukses membuatnya ceria. alte kosong. !ituasi yang #ajar karena sekarang hari "inggu dan pada jam tanggung pula. Tak sabar Tari menoleh ke ujung jalan. Dibenaknya muncuk deretan judul 3ilm seri korea. Kedua bibirnya kemudian mengeluatkan desah kece#a dengan suara pelan, karena uang yang ada di dompetnya hanya cukup untuk membeli dua judul. Demikian juga dengan %io, hanya bisa membeli dua judul. +anti mereka akan saling tukar. .uma empat judul. ,adahal judul$judul seri kore tuh bejibun. Dan semua ceritanya keren$keren. Jadi dia pingin banget bisa beli semuanya. Tari berdecak pelan. "ukanya langsung mendung berat. 5ntuk penggila 3ilm$3ilm korea yang agak di luar nalar seperti Tari, kenyataan itu jelas bikin patah hati. BKenapa mendadak jadi sedih gitu)B !uara itu membuat Tari menoleh kaget. !erentak #ajahnya memucat. Ari berdiri tidak jauh di belakangnya. Tapi sedetik kemudian ce#ek itu menarik napas lega, kemudian #ajahnya kembali merona. Di mulut jalan yang menuju rumahnya, sedikit moncong E6erest hitam yang sudah sangat dikenalnya menyembul. BTuh, kan)B Ata geleng$geleng kepala. BKenapa sih lo selalu ngira gue Ari) Kenapa gak langsung ngenalin gue pada detik pertama)B .o#ok itu memandang Tari dengan tatapan seolah$olah terluka. B!engaja tu mobil gue parkir ngumpet. 9ue pingin tau, siapa yang nongol pertama di kepala lo. Ternyata dugaan gue bener. Ari.B B"aa3, Ta. "aa3. "aa3/B Tari buru$buru menangkupkan kedua tangannya di depan dada. BKalo lo punya dendam kesumat, lo juga pasti bakalan kayak gue,B ucapannya membuat Ata terta#a pelan. Tari tersadar. BKok lo ada di sini) Katanya bimbel)B B9urunya minta break satu kali pertemuan. Ada urusan, katanya.B B9ue rasa dia capek tuh. Atau dia bosan.B BKayaknya sih begitu.B Ata mengangguk, tersenyum geli. B1a udah, lo ikut gue sama %io aja, hunting 3ilm korea/B Tari langsung berseru bersemangat. B!ori, Tar. -ener$bener dengan segala hormat nih, sama sekali bukan bermaksud menghina, gue geli ngeliat co#ok$ co#oknya. "ending lo temenin gue aja, jalan$jalan keliling Jakarta. 9imana)B B9ak bisalah. 9ue kan udah janjian sama %io.B B,aling tuh anak sekarang baru bangun. "alah bisa jadi dia masih tidur,B ucap Ata kalem. Kening Tari langsung berkerut. BKami udah janjian dari kapan tau. %io juga maniak 3ilm korea. Jadi gak mungkin dia lupa. "alah bisa jadi dia udah siap dari subuh.B Ata terta#a pelan. B1a lo telepon aja dia sekarang. Tanya, masih pingin pergi gak)B sarannya, tetap dengan nada kalem. Dengan kening yang kerutannya makin rapat, Tari mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong luar tasnya. .ukup lama dia menunggu sebelum panggilannya diangkat. !uara %io terdengar serak, pertanda dia belum lama bangun. Tepat seperti dugaan Ata. B%i, kita jadi pergi, kan)B tanyanya langsung. B9ak lah, Tar,B %io menja#ab dengan nada heran. Tari tercengang. BKok gak sih/)B serunya, langsung pingin marah$marah. B1a emang gak ada lagi yang bisa kita beli.B B"aksud lo)B !esaat hening di seberang, sebelum suara serak %io menja#ab pertanyaan itu dengan nyaris histeris. BKemaren sore Ata datang ke rumah gue. -a#a 3ilm korea banyak banget. Katanya karena hari ini dia pingin ngajak lo jalan, jadi kita terpaksa batal, Tar. 9antinya dia ba#a 3il korea banyak banget. "alah ada yang dari Aaman dulu juga, Tar/B Tari ternganga. !eketika kedua matanya menatap Ata. .o#ok itu cuma mengangkat kedua alisnya. BKok lo gak langsung ceriya sih, %i) .urang lo. "au lo tonton semuanya duluan, ya)B B9ak/ Kata Ata, jangan kasih tau lo. +tar biar dia aja yang ngomong. 1a udah gue nurut aja. !ecara dia yang ngasih gitu lho. Emang Ata belum cerita)B B&rangnya ada di depan gue sekarang nih. Dan dia gak ngomong apa$apa. 9ue cuma disuruh nelepon lo, tanya masih mau pergi tau gak.B B&h...B !uara %io terdengar bingung. B1ah, pokoknya gitu deh.B BEmang dia ngasih berapa banyak sih)B !aking suprisenya, Tari bertanya dengan intnasi seolah$olah dia yang dibicarakannya itu bukan Ata. "embuat orang yang dimaksud jadi menahan ta#a. B!AT5 KA'5+9///B seru %io dengan suara yang melengking gila$gilan. Tari sampai re3leks menjauhkan ponselnya satu rentangan tangan. B9ak deh. 9ak. -elebihan. Tapi pokoknya banyak deh, Tar. 7ah, lo kalo ngeliat pasti bakalan syok. 9ue aja sampe sekarang masih belom percaya nih. Dab dari semalem, pas shalat, gue terus berdoa mati$ matian semoga nyokap ngebolehin gue bolos sekolah pakibg gak semingguan. !oalnya gue pasti gak bakalan konsen belajar nih kalo ingat di rumah numpuk 3ilm$ 3ilm korea sampe bejibun banget gini.B Tari terdiam. !peechless. Dia tidak bisa membayangkan seberapa banyak 3ilm korea yang dibelikan Ata, tapi dari nada suara %io dan dari ketajiran Ata, jangan$jangan 3ilm korea satu konter diborong semua. BJadi...,B lanjut %io, Blo baik$baik sama Ata ya, Tar. !oalnya dia udah ngasih upeti. 9ak kira$kira pula upetinya nih. 2o harus nemenin kemana pun dia pingin pergi. Terus lo juga harus nurut apa kata dia. &ke) ,aham kan lo)B B2o kok ngomongnya kayak germo gitu)B %io terkekeh. B5dah ya, Tar. ari ini gue sibuk banget nih. Kudu nonton. ,okoknya lo inget pesan gue tadi. 2o mesti, kudu, harus, #ajib baik$baik sama Ata/B langsung ditutupnya telepon. Tari ternganga. B9ak sopan banget tuh anak/B gerutu Tari. ,erhatiannya langsung tertuju ke Ata. BIni ada apa sih) 9ue gak ngerti.B Kedua mata Tari menatap Ata dengan sorot menuntut penjelasan. Tapi sepertinya Ata malas bercerita panjang lebar. !ambil meraih satu tangan Tari lalu menggandengnya menuju mobilnya diparkir, Ata meceritakan hanya garis besarnya. BKarena hari ini gue 3ree, gak ada bimbel, gue pingin jalan. "akanya kemaren sore gue telepon lo. Ternyata lo udah punya planning. 1ah terpaksa tuh planning gue gagalkan. Dengan cara yang gak merugikan. Itu aja.B 888 -enar$benar nyarus keliling Jakarta/ "onumen +asional, "useum +asional, 9edung Arsip +asional, "useum %atahillah, dan beberapa masjid tua. "eskipun hanya sebentar berada di tempat$tempat yang meretas dari era prakolonial sampai kemerdekaan itu, Ata selalu tenggelam dalam keseriusan yang setara dengan turis$ turis asing yng hanya punya kesempatan sekali untuk mengunjungi tempat$tempat itu. ,elesiran yang mengusung salah satu tema pidato kenegaraan -ung Karno$BJas "erahB atau BJangan "elupakan !ejarahB$ benar$ benar membuat Tari takjub. ,ada masa kini, saat anak$ank menyambut dengan histeria segala sesuatu yang datang dari luar atau ngejogrok seharian di #arnet, pelesiran di jagat maya, kecenderungan Ata ke arah sejarah negerinya sendiri ini termasuk unik. 9ak biasa. Tari, yang sama seperti sebagian anak$anak muda negeri ini, tidak merasa punya ikatan emosi dengan bangunan$ bangunan saksi perjalanan bangsanya itu, untuk pertama kalinya memandang bangunan$bangunan tua itu dan segala isinya dengan mata yang berbeda. 2e#at penuturan Ata, Tari diajak muai menyadari bah#a semua bangunan itu miliknya juga. Dan milik semua orang yang merasa diriny orang Indonesia. "enjelang pukul lima sore, Ata mengakhiri acara pelesiran itu dengan memba#a Tari ke taman kota yang cantik. Tidak terlalu besar, tapi danau kecil yang dikelilingi rerumputan hijau dan beberapa batang pohon yang menjulang tinggi dengan dahan$dahan yang rimbun itu terasa seperti oasis di tengah JakartE yang mulai gersang. Keduanya lalu turun dan berdiri dengan punggung bersandar di badan mobil. "emperhatikan orang$orang yang ada di taman itu. Karena hari libur, suasananya begitu ramai. B"akan yuk)B ajak Ata. B2agi)B Taru terbelalak. BKita kan baru makan di depan "useum %atahillah tadi. "asa sih sekarang lo udah laper lagi)B B.uma mau nyobain. 9ue baru pertama kali ke sinu. Jadi sekalian #isata kuliner.B B&h gitu) &ke deh,B Tari mengangguk, jadi setuju. BTapi jangan yang berat$berat ya.B BKalo yang berat bisa sepiring berdua, kan)B Ata mengedipkan satu matanya. Tari menatapnya dengan pandang ngeri. B,lease deh. Dangdut banget, tau/B Ata keta#a geli. Diraihnya satu tangan Tari dan digandengnya menuju ke arah penjual gado$ gado. BItu makanan berat , lagi, Ta.B B'ame banget, Tar. ,asti enak gado$ gadonya tuh. Jangan$jangan itu yang bumbunya pake kacang mede, bukan kacang tanah. Tadi kan gue udah bilang, kalo berat kita sepiring berdua.B Tari mengira Ata bercanda. Ternyata co#ok itu serius. Ata benar$benar memesan sepiring gado$gado. !etelah meninggalkan Tari sekitar dua meter dari gerobak penjual gado$gado, dia menyeruak kerumunan pemesan yang mengelilingi gerobak dan menenggelamkan si penjual berikut asistennya dari pandangan. Tak lama Ata kembali ke sebelah Tari. !ementara menunggu pesanan datang, kembali keduany mengobrol ringan sambil memperhatikan orang$orang yang memenuhi seluruh area taman. Ketika pesanan gado$gadonya datang, Ata menerima dengan antusias dan segera mencoba sesuap. BIya, bener. -umbunya pake kacamg mede. .oba deh, Tar. Enak.B .o#ok itu menyodorkan sendok yang baru saja dipakainya menyendokkan gado$gado itu ke mulut. Tari menggeleng. "ukanya langsung pucat. B9ak ah. 2o aja deh. Abisin.B BKenapa sih) 9ue gak rabies kok. Apalagi AID!. Jauh. Aman. Tenang aja. Atau mau gue suapin)B Tari terperangah. Tapi tidak dilihatnya senyum di bibir Ata. !epertinya itu ta#aran yang benar$benar serius. anya kedua bola mata hitam Ata menatap Tari dengan senyum geli yang samar$samar. -erbaur dengan sorot hangat yang juga samar. Tak pelak, muka Tari sekarang jadi benar$benar merah. -uru$buru dia berpaling ke arah lain. Ketika #ajah merah padam itu berpaling ke arah lain, menolak untuk menatapnya lebih lama, baru ta#a Ata pecah. Ta#a pelan yang disertai tangan kiri yang terulur, meraih kepala Tari dan sesaat memba#anya ke dada. B!ori, bercanda,B bisik Ata. -ercanda kok kayak gini/ Tari mengerang dalam hati. B9ue udah lama denger ada gado$gado yang enak, soalnya bumbunya pake kacang mede. .umm gue lupa di mana lokasinya,B Ata berbicara dengan suara kembali normal. Kembali disuapnya sesendok gado$gado ke mulut. Tiba$tiba ponselnya berdering. Dengan tangan kirinya yang bebas, Ata mengeluarkan alat komunikasi itu dari saku depan celana panjangnya. !eketika mukanya menegang. Kedua matanya menatap lurus$lurus ke arah layar ponselnya. "ulutnya sampai berhenti mengunyah tanpa sadar. BAda apa)B tanya Tari. BAri/B desis Ata. BKenapa) Dia telepon) Atau !"!)B Tari langsung cemas. B.oba liat.B Tapi Ata menolak memperlihatkan layar ponselnya. Dia bergegas menghampiri gerobak penjual gado$gado, meletakkan piring yang isiny baru berkurang dua sendok itu, lalu menanyakan harga. Diserahkanny selembar uang dan langsung balik badan tanpa meminta kembalian. .o#ok itu menghampiri Tari dengan langkah cepat. Tapi belum lagi sampai, Tari menjeritkan ringtone tanda ada !"! masuk. Dikeluarkannya benda itu dari kantong luar tasnya. !ontak dia ternganga. 2ayar ponselnya memperlihatkan sebuah !"!, pendek namun sanggup memberikan e3ek yang sama seperti yang terjadi pada Ata. 7ajah Tari menegang seketika itu juga. ,crn di dpn g#. 9a sopan bgt lo bF. !ederet angka di ba#ah !"! itu membuat Tari kemudian mendingin. Ari/ BAda apa)B Ata, yang telah berada di sebelah Tari, bertanya dengan suara cemas. !aat itu juga geram amarah keluar dari mulutnya saat !"! saudara kembarnya itu terbaca kedua matanya. B-erarti dia gak jauh dari sini,B bisiknya. BDia bisa ngeliat gue gak mau ngasih liat !"! dia ke lo tadi. "akanya dia 3or#ard. Ini !"! yang tadi lo terima)B tanya Tari, tanpa sadar juga jadi berbisik. Ata mengangguk. Kembali ponsel Ata menjeritkan ringtone. "embuat sang pemilik, juga Tari, tersentak. Kembali !"! dari Ari. "akan sepiring bF pula ya. .kckck. Emang mesra. Tp dangdut/ .ari yang kerenan dong. -ikin orang mo muntah aja/ Kembali suara ringtone membuat keduanya tersentak. Kali ini berasal dari ponsel Tari. -isa ditebak. !"! dengan isi yang sama. B-ener dia gak jauh. Dia bisa ngeliat kita dngan jelas,B ucap Ata pelan. Kali ini suarana diliputi ketegangan. Tari langsung panik. BDimana/) Dimana dia/)B serentak tubuhnya berputar, menatap berkeliling. ,onselnya yang kembali menjeritkan ringtone nyaris membuat Tari menjerit. Kembali masuk !"! dari Ari. Knp crF g#) Di skul lo suka blagak ga liat/ Tak lama kemudian masuk satu !"!. !uruh Ata prgi. Drpd kami rbut. 9# males liat lo nangis di tmpt rame bgni. "elihat serangan Ari sekarang ditujukan langsung ke Tari, Ata segera mengambil tindakan. Dikontaknya saudara kembarnya itu. -eberapa detik yang terasa seperti berjam$jam, ketika panggilan Ata itu$pada usaha nonstop yang kelima$akhirnya direspon. BDi mana lo)B tanya Ata langsung. Kedua matanya menatap berkeliling dengan gerakan cepat dan tajam, berusaha secepatnya menemukan keberadaa saudara kembarnya. BDi dekat sini di mana/)B Ata nyaris membentak. Dengan kedua bola mata yang menatap Ata lekat$lekat, sarat dengan kecemasan dan ketakutan serta kedua bibir yang tergigit tanpa sadar, Tari mengikuti percakapan itu, tapi hanya bisa diikutinya secara terarah. Kata$kata Ari tidak bisa didengarnya dengan jelas. "eskipun begitu, bisa didengarnya suara tajam yang khas itu. "elihat ekspresi muka Ata, Tari sudah bisa menduga, pembicaraan itu pasti berlangsung dalam cara Ari. Kecuali ,ak 'ahardi sang kepala sekolah dan beberapa guru$itu pun lebih sering insidentil, tak terduga datang pertolongan entah dari mana$nyaris tidak ada seorang pun yang sanggup menekan pentolan sekolah itu. -eberapa menit kemudian, komunikasi yang nyaris hanya searah itu berakhir dengan tiba$tiba, karena Ata langsung berseru memanggil nama saudara kembarnya itu dengan geram. BDia putusin tiba$tiba. Kurang ajar tuh anak/B Dijauhkannya ponsel itu dari telinga dan langsung ditekannya salah satu tombol sebanyak dua kali berturut$turut. Didekatkannya kembali ponsel itu ke telinga. ,anggilannya tidak direspons, karena Tari melihat sekali lagi Ata menjauhkan ponselnya dari telinga lalu menekan tombol yang sama dua kali berturut$turut. !ekali lagi panggilannya tidak ditanggapi. -ertubi$tubi percobaan tanpa hasil itu membuat Ata jadi semakin berang. Dengan kedua rahang terkatup rapat, kini dipindainya seluruh area taman dengan tatapan setajam mata pisau. Tari memutar tubuh, ikut memperhatikan seluruh sudut taman. BDia bilang dia di mana)B Tari bertanya dengan kecemasan yang makin memuncak. BDi tempat dia bisa ngeliat kita,B ja#ab Ata pelan. BDengan jelas/B ,emindaian itu tanpa hasil. "ulut Ata mengeluarkan geraman pelan. "eskipun taman itu tidak terlalu luas, ada terlalu banyak tempat Ari untuk menyembunyikan diri. Ditambah lagi karena hari ini hari libur, taman itu lumayan ramai dengan pengunjung. 1ang artinya ada banyak pergerakan yang terjadi. Tiba$tiba ponsel Tari menjeritkan ringtone. Keduanya terlonjak. BKak Ari/B Tari memekik tertahan. Ditatapnya ponsel dengan kedua mata terbelalak. BJangan diangkat/B desis Ata seketika. !erentak satu tangannya terulur, mencengkeram pergelangan Tari yang menggenggam ponsel. B"ending gue aja yang angkat. Kali aja kalo gue yang ngomong, dia jadi agak cooling do#n,B usul Tari. BDari kemaren lo udah sering ngomong sama dia, kan) Ada hasilnya)B Ata menatapnya lurus$lurus. B-arangkali aja sekarang beda,B Tari berusaha mebujuk. !ebenarnya dia ngeri dengan usulnya sendiri ini. Tapi perkembangan masalah ini ke depan yang lebih dia takutkan, karena dirinya tidak mungkin tidak berangkat ke sekolah. B9ak akan/B tandas Ata. "elihat sepasang mata itu menatapnya begitu tajam, ditambah cemgkeram kelima jari Ata di pergelangan tangannya yang mengetat, ditambah lagi ini tempat umum yang sangat terbuka, Tari terpaksa mengalah. B&ke deh.B Dia mengangguk. ,anggilan itu berakhir. Tapi segera dilanjutkan dengan panggilan berikut. "asih dari nomor yang sama. BDiemin aja,B ucap Ata dengan kedua mata yang kembali memindai seluruh area taman. Kelima jarinya masih menggenggam pergelangan tangan Tari, tapi tidak sekuat saat ce#ek itu menyatakan usulannya tadi. ,anggilan kedua itu berakhir, tapi panggilan ketiga segera menyusul. -atas #aktu habis dan panggilan itu berakhir. ,anggilan keempat langsung terdengar. B!ini ponsel lo/B !ebelum sempat Tari menyadari, posel dalam genggamannya telah berpindah tangan. B1a/)B sentak Ata langsung. BTadi gue belum selesai ngomong... 9ue yang ngerebut ponselnya. 2o gak liat) Dan gue juga yang ngelarang dia ngangkat telepon lo. Kenapa) "au protes)B Dengan perhatian terpecah antar ponsel di telinga dan sepasang mata yang terus memindai setiap sudut taman dengn #aspada, Ata meraih satu tangan Tari. Ditariknya ce#ek itu rapat ke sebelahnya. ,embicaraan itu singkat. Kali ini Ata yang mengakhiri. Dengan nada suara menurun, dia meminta saudara kembarnya agar bersedia menyelesaikan masalah ini hanya berdua, tanpa melibatkan Tari. !ambil menghela napas Ata mengembalikan ponsel itu ke Tari. BKita balik aja, Tar,B ucapnya. Tari langsung mengangguk. Keduanya bergegas menuju E6erest hitam Ata diparkir. .o#ok itu menggandeng Tari erat$erat. !ambil terus memindai seluruh area taman dengan #aspada, dibukana pintu kiri depan. Dengan tangan kanan yang terentang mengikuti ayunan pintu mobil, Ata kemudian mengambil posisi berdiri yang membuat Tari terlindung dengan baik di balik punggungnya. Dia benar$benar mengantipasi kemungkinan saudara kembarnya muncul pada detik$detik terakhir dan nekat menyulut keributan terbuka. -egitu Tari sudah masuk ke mobil, Ata langsung menutup pintu setelah sebelumnya menekan tombol kunci. Dengan langkah$langkah cepat diputarinya mobil, membuka pinti di sebelah kemudi, dan segera melompat naik. Tak lama taman itu telah menghilang dengan cepat di belakang. Tapi dua menit kemudian Ata menepikan mobil lalu menoleh ke tepi jalan di sebelah kanan. BAda apa)B tanya Tari cemas. Dia mencondongan tubuh untuk mengetahui apa yang sedang dipandang Ata dengan sorot #aspada itu. !eketika tubuhnya menegang. Di seberang, di mulut sebuah jalan kecil yang rindang oleh sebatang pohon besar, Ari duduk di atas motor hitam pekatnya. Kedua tangannya, yang terbungkus jaket hitam yang biasa, terlipat di depan dada. Kepalanya yang tertutup helm terarah lurus$lurus ke arah Tari yang duduk bersebelahan dengan Ata. Kepala terselubung helm yang juga ber#arna hitam pekat itu kemudian menggeleng$geleng. 9erak gelengan itu pendek$pendek dan perlahan, ditambah rentang jarak dalam kisaran dua puluh lima sampai tiga puluh meter. +amun Tari bisa merasakan, bahkan dengan setiap pori$pori yang ada di tubuhnya, atmos3er bahaya kini tengah menghampiri dirinya dan Ata. BDia ngejar kita dari taman,B desis Ata pelan. Dikeluarknnya ponsel dari saku depan celana panjangnya, kemudian dengan cepat dipilihnya satu nama. Tanpa kedua matanya teralihkan, Ari mengeluarkan ponselnya dari saku depan celana jins birunya. Dia mematikan panggilan itu bahkam tanpa melihat ke arah ponselnya sama sekali. Dering nada tunggu yang keluar dari ponsel Ata seketika berhenti. B!ialan/B maki Ata pelan. Diletakannya ponselnya di dasbor. Tidak berusaha mencoba lagi karena sadar itu cuma usaha yang buang$buang tenaga. Dengan kedua lengan yang kini melintang di atas setir dan tubuh condong ke depan, dibalasnya tatapan yang tertutup kaca helm itu, dengan sorot mata yang sama tajamnya. "eman3aatkannya ruas jalan yang sesaat lengang, mendadak Ari menggas motorny dan melesat menyeberangi ruas kosong itu. Tangan kiri Ata langsung terulur untuk melindungi Tari, seakan dia tahu sesuatu yang buruk akan terjadi. !emua yang kemudian terjadi sungguh$sungguh dalam hitungan kejap. !ang pentolan sekolah itu berkelebat dengan cepat di sisi kanan mobil, mela#an arus. !ebuah hantaman yang keras menggetarkan badan mobil saat dia berada tepat di sebelah pintu pengemudi. Tari dan Ata terlonjak. 'e3leks Ata menggerakkan tubuhnya, menutupi Tari sepenuhnya. -elum lagi mereka sempat tersadar, terdengar bunyi berderak keras disusul denting pecahan kaca yang berjatuhan ke aspal jalan. !pion kanan mobil Ata hancur total, dihantamkan Ari ke badan mobil. 'angka spion itu kini melekat nyaris rapat di badan mobil dengan tiang yang patah dan kotak tempat kaca spion yang kini kosong dan retak parah. Tari pucat pasi. "embeku di joknya. !ementara Ata segera tersadar. BTu anak gila ya/)B Ata terperangah. Tidak memercayai tindakan saudara kembarnya. Tubuhnya sampai berputar seratus delapan puluh derajat, mengikui lesatan motor hitam itu sampai benar$benar lenyap dari pandangan. .epat$ cepat Ata melepas seatbelt, membuka pintu dan melompat turun untuk mengetahui seberapa parah kerusakan yang terjadi. Dengan mulut ternganga, Ata geleng$geleng kepala. B-ener$bener dia cari ribut/B desisnya ketika kembali masuk mobil. B9ue anter lo pulang dulu, Tar.B Dengan geram dipasangnya seatbelt, meraih persneling, lalu menginjak gas. !epanjang perjalanan keduanya nyaris tak berbicara. !ebagian perhatian Ata tercurah ke jalan raya yang digilasnya dengan kecepatan tinggi, sementara sebagian lagi jelas tersangkut pada peristi#a tadi. !etengah kesadaran Tari juga masih terkunci dalam peristi#a kekerasan yang dilakukan Ari tadi. Dia benar$benar cemas, akan separah apa lagi peristi#a tadi berimbas terhadap hubungan mereka bertiga. 2ima belas kemudian Ata menghentikan mobilnya di muluy jalan kecil yang menuju rumah Tari. Dia menoleh dan.melihat muka Tari masih pucat. B"ending lo ajak Kak Ari ngomong baik$baik aja deh, Ta,B ucap Tari pelan, tapi suaranya benar$benar kasat kekuatiran. BIni gue mau nyamperin dia karena gue mau ngomong baik$baik.B Ata tersenyum menenangkan. Kedua mata Tari menyipit. B9ue gak yakin.B .e#ek itu menggeleng. !enyum Ata pecah jadi ta#a tertahan. B-anyak hal di dunia co#ok yang sulit dipahami oleh ce#ek,B ucapnya lunak. Dilepaskannya seatbelt dari tubuhnya, disusulnya kemudian dilepasnya seatbelt yang melintang di tubuh Tari. .o#ok itu kemudian membuka pintu pengemudi dan turun, lalu memutari mobil dan membuka pintu di sebelah Tari. B1uk, gue antar lo pulang. Tapi sori, gak bisa sampe depan rumah.B Dengan tarikan yang lembut tapi tak bis dila#an, Ata menurunkan Tari dari mobilnya. Dengan langkah cepat kemudian menggandeng Tari sampai di separuh jalan menuju rumahnya, untuk memastikan Tari benar$benar aman dan untuk meyakinkan diri sisa jarak yang tidak sampai seratus meter itu tidak akan mengancam keselamatan Tari. B!ampe sini aja ya, Tar.B Ata melepaskan genggamannya. BJangan sampe ribut sama Kak Ari ya, Ta. Dia emang gitu. !uka kasar.B Tari menatapnya dengan cemas. Ata cuma tersenyum tipis, mengangkat kedua alisnya, balik badan lalu bergegas ke mobilnya yang pintu kiri depannya masih dalam keadaan terbuka. Tatapan Tari mengikuti Ata sampai masuk mobil. E6erest hitam itu kemudian melesat, hilang dari pandangan. .e#ek itu menghela napas lalu balik badan dan berjalan menuju rumahnya dengan pikiran yang kontan jadi stres. ari ini benar$benar hari yang aneh. Dibuka dengan suprise Ata yang bikin histeris, tapi ditutup dengan suprise Ari yang bikin miris. 888 Jam delapan malam. !etelah berkali$kali Tari mencoba menelepon dan Ata tak pernah mengangkat, akhirnya co#ok itu menelepon balik. Tari langsung melenting dari atas tempat tidur, tempatnya selama ini mengerjakan tugas biologi dengan posisi tengkurap dan dengan konsentrasi cuma setengah. Disambarnya ponselnya dari atas meja. Balo, Ta. 9imana) Kak Ari ngamuk ya) Kalian berantem) 2o dipukul)B langsung diberondongnya Ata dengan pertanyaan bahkan sebelum co#ok itu sempat bilang halo. BKetemu juga gak, Tar,B ucap Ata berat. BTelepon gue gak ada yang dia angkatn !"!$!"! gue juga gak ada yang dia bales. Ini gue masih di deket gapura kompleks rumahnya. 9ue gaj tau ke mana harus nyari dia, jadi gue tungguin aja dia di sini. +tar kalo dia nongol, tinggal gue.kuntit sampe mana gitu, terus gue samperin.B Ata menghentikan sejenak kalimatnya. Dia menghela napas. B9ak mungkin gue terang$terangan ngasih tau gue nunggu di deket gapura, karena dia masih ngira gak ada satu pun orang yang tau di mana dia bersarang. Termasuk lo dan gue.B BJadi gimana sekarang)B Tari jadi ingin menangis. Terbayang masalah ga#at yang menantinya di sekolah besok. Ata menghela napas lagi.B9ue udah bilang di !"!, gue yang maksa lo nemenin gue jalan tadi. Jadi kalo dia gak suka, silahkan marah ke gue.B BItu gak guna, lagi...B Tari jadi ingin benar$ benar menangis sekarang. BDaripada gue datengin rumahnya, malah tambah ga#at nanti. 2agi pul gue males ketemu -okap, Tar. Tolong ngertiin gue untuk yang soal yang satu ini.B Tari terdiam. Kalimat terakhir Ata menohoknya. ,ada a#alnya Ata memang pihak ketiga yang menerjukan diri ke dalam kancah pertempurannya dengan Ari. Tapi kini Ata punya medan pertempurannya sendiri. Dengan la#an yang juga Ari. BIya deh. Kita liat aja besok perkembangannya gimana,B ucap Tari akhirnya. B"udah$mudahan aja tadi ekspresi muka gue emang keliatan kayak muka orang yang dipaksa.B B9ue akan terua coba untuk ngontak dia. Doain aja dia mau ngangkat. Atau gak, dia mau bales satu aja !"!$!"! gue.B B"udah$mudahan,B Tari menja#ab dengn suara lirih dan muram. !uprise bahagia dan suprise bencana. ,ada akhirnya lagi$lagi Ari yang sepertinya akan jadi pemba#a tro3inya. 8888 Ari berdiri di ujung koridor lantai dua gedung selatan, tempat kelas dua berlokasi. Kedua tangannya tenggelam dalam saku celana, sementar matanya tertancap lurus pada gerbang besi hitam di depan sekolah. Tak lama orang yang ingin dilihatnya muncul di sana, berjalan mele#ati ambang gerbang. !ambil berjalan kepala Tari menoleh ke segala arah. "encari$cari dengan #aspada. Ari tersenyum tipis menyaksikan itu. 2o nyari gue) ucapnya dalam hati. B-elom #aktunya...B Kali ini bisikan lirih itu keluar mele#ati kedua bibirnya. +amun, bisikan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri itu lalu membuat kedua matanya meredul. !eiring penyesalan tipis yang perlahan mulai menyentuh hatinya. Dia tahu, suatu saat nanti penyesalan ini akan menebal dan terus menebal. !ampai mencapai tara3 yang tak akan pernah ada cara menembusnya. -ahkan mungkin dirinya tak akan pernah bisa dimaa3kan. +amun tak ditemukannya cara lain. anya ini. Kalaupun ada, sudah terlambat. !udah tidak ada lagi jalan untuk mundur, menganggap ini tidak pernah terjadi lalu mulai dengan cara yang baru. Jika siapa ditanya yang akan menderita, semua yang terkait dalam masalah ini akan menderita. Tetapi dirinya sudah mulai merasakan itu sejak berminggu$minggu lalu. Tari memasuki kelasnya dengan perasaan heran. Kok aman ya) desisnya dalam hati. !ambil meletakkan tasnya di lantai, di sebelah bangku yang kemudian didudukinya, dikeluarkannya ponsel dari saku kemeja. Dikontaknya Ata. BKak Ari udah nelepon)B B+ihil,B Ata menja#ab dengan suara berat. BIni gue msih terus nyoba mgontak dia, !"! juga. 9ak ada respons sama sekai. 2o ketemu dia) 2o udah di sekolah kan sekarang)B B5dah. -aru aja sampe. 9ue juga gak ngeliat dia sama sekali. Tapi motornya sih ada.B BDia gak telepon lo atai ngirim !"!)B B9ak sama sekali.B Keduanya terdiam. BJadi gimana nih)B tanya Tari kemudian dengan cemas. B9ue malah ngeri kalo gak kebaca gini.B Ata menarik napas panjang. B+unggu. 9ak ada cara lain. !elama dia gak mau ngangkat telepon gue, gue juga gak bisa apa$apa. 9ak mungkin kan, gue nyamperin ke rumahnya apalagi nongol di sekolah kalian) -isa kenapa$kenap lo nanti.B BJangan/B seru Tari serta$merta. B"akanya. 9ue juga malas ketemu -okap gue. Jadi ya kita cuma bisa nunggu Ari yang memulai kon3rontasi. 9ak ada lagi. 9ue gak mau ngambil tindakan karena gue kuatir akibatnya ke lo. Ini pun Ari udah tau gue #orry banget soal lo kalo situasinya kayak gini. ,asti tu anak sekarang lagi keta#a$ keta#a. 9ue yakin. Tapi masih mending begini daripada gue ngambil tindakan.B 9anti Tari menarik napas panjang. B1a udah kalo gitu.B Tari terpaksa setuju. 2ebih karena tidak bisa memikirkan alternati3 lain yang bisa diambil. Empat hari berlalu dalam suasana tenang yang aneh. Ketenangan yang justru memicu munculnya banyak kekuatiran dan prasangka di dalam kepala Tari. Ketenangan yang membuat kedua matanya selalu mencari$cari keberadaan Ari. Ketenangan yang membuat seluruh indranya selalu dalam kondisi siaga. Ketenangan yang membuat intensitas komunikasinya dengan Ata jadi melonjak tinggi. Dan.ketenangan yang semu karena pasti mempunyai jangka #aktu. Dan ternyata hari inilah ujung jangka #aktu itu. 2angkah Tari terhenti di depan undakan tangga menuju lantai dua. Ari berdiri di hadapannya. Di anak tangga terba#ah. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Tambahan dua puluh senti meter dari anak tangga yang dipijaknya membuat tubuh tinggi co#ok itu semakin menjulang. Ada ruas kosong di tangan kirinya, tapi Tari tidk berniat menerobos. Dia tahu, kedua ruang kosong itu adalah dinding yang tidak kasat mata. 1ang bahkan lebih susah ditembus daripada baja. Kedua manik hitam mata Ari langsung tertancap pada ce#ek yang memang sedang ditunggunya itu. Barus gue sebut apa tindakan lo nih) "akar) Kudeta)B tanyanya tajam. B,acaran sama sodara kembar gue sendiri.B Ari geleng$geleng kepala. B9ue gak pacaran sama dia. Kami cuma temenan.B B.uma beda cara nyebutnya. 2agian mata gue gak gitu nangkapnya.B B.uma temen/B Tari menegaskan dengan sentakan dalam suaranya. BTeman tapi mesra, ya)B BTerserah apa kata lo deh,B ucap Tari malas. Tapi dia langsung melanjutkan kalimatnya saat menyadari bah#a dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk sedikit mengangkat dagu di hadapan co#ok yang sok berkuasa ini. B"endingan akrab sama dia daripada lo, tau/B Ekspresi kaku di muka Ari menghilang. Tersapu sebuah senyuman lebar. B2o tuh senang banget ya kalo bisa ngela#an gue.B !enyum itu kemudian melembut. B9ue suka mulut lo. 9ak manis, tapi apa adanya.B Ari lalu berdeham. !esaat kedua tangannya yang terlipat di depan dada mengetat. "embuat kedua bahunya sesaat terangkat. B"endingan akrab sam Ata daripada sama gue,B dia menggumamkan kalimat terakhir Tari, dengan kedua mata terarah pada dinding kosong di sebelah kanannya. B9ue boleh tau alasannya)B ,andangannya kembali ke Tari. ,ijar kemenangan seketika muncul di kedua mata Tari. Tanpa kentara, hitam kedua bola mata Ari merekam pijar itu dan menyimpannya dalam memori. B9ue sebutin satu$satu. 2o pasang kuping baik$baik ya.B B&ke. B Ari mengangguk kecil, menahan senyumnya. BDia baik...B B9ue gak)B BItu lo bisa ja#ab sendiri.B B9ak, kayaknya.B Diikutinya permainan itu. BDia gak kasar kayak lo.B B9ak kasar kayak gue,B Ari mengulang kalimat Tari. Kedua matanya menyipit menatap langit$langit. B&ke. Itu emang harus gue akuin,B Ari mengangguk. BApa lagi)B BDia juga gak suka maksa$maksa apalagi ngancem kayak lo.B BJelas aja dia gak perlu maksa apalagi ngancem. 2o akan lari ke dia dengan sukarela.B Tari tidak mengacuhkan kalimat Ari itu. Dia teruskan deretan perbandingannya. BDia juga gak merokok.B Ta#a Ari hampir menyembur. BDia ngerokok,B ucapnya dengan nada kalem yang menyimpan kemenangan. B1a gak di depan lo lah. Kan untuk menciptakan perbedaan dengan gue.B Tari tertegun. B2o bohong. Ata gak ngerokok/B bantahnya kemudian dengan suara keras. B"au taruhan) mm) Dia ngerokok. ,arah juga, kayak gue,B Ari menegaskan. Dengan intonasi suara seakan$akan seperti mengatakan Bturut berbelasungka#aB. Keseriusan Ari saat itu kembali membuat Tari tertegun. Tapi tak lama ce#ek itu tersadar. Dia gelengkan sedikit kepalanya. !eperti sedang mengusir sebuah prasangka dari dalam kepala. B9ak masalah itu sih. ari gini semua co#ok pada ngerokok. ,aling gak, dia gak kayak lo. 5dah perokok parah, tukang ta#uran, lagi.B Kali ini ta#a Ari hampir menyembur. B.k, 3uuuh/B Ari menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. B2o sukses dikibulin sama dia.B .o#ok itu geleng$geleng kepala. B!ekarang gue buka ke lo semua tentang sodara kembar gue itu ya. Terserah lo mau bilang apa.B Ari terdiam. !eperti sedang mempersiapkan Tari untuk menerima semua in3o yang mengejutkan tentang Ata. !emua kebenaran yang menyangkut saudara kembarnya itu. BAta ngerokok. ,erokok berat, sama kayak gue. Dia juga tukang berantem. Kalo ini, terserah lo mau percaya atau gak, dia lebih parah dibandingi gue. Dia juga raja trek$ trekan. Kalo ini kami cuma beda tipis. Kalo lagi malas belajar, ya dia cabut. Dia gak masalah soal itu.B Tari ternganga. B-ohong lo/ %itnah/B serunya penuh emosi. BDia tuh bimbelnya aja rajin banget, tau/ Apalagi sekolah.B BItu kan katanya. Emang lo pernah ngeliat sendiri) 9ak, kan)B Ari mengangkat kedua alisnya tinggi$tinggi. BAda yang...B 5capannya mendadak terhenti. Tari menoleh ke belakang, mengikuti pandangan Ari. !eorang co#ok berdiri tak jauh di belakang Tari. "emandang Ari takut$takut tapi tida beranjak dari tempatnya. Kemudian dari arah koridor berbelok satu orang lagi. 2alu satu orang lagi. Dan satu orang lagi. Tak lama di depan tangga sudah bekumpul sekelompok sis#a kelas sepuluh. Ari berdecak. Dilihatnya jam di pergelangan tangan kirinya. !etengah tujuh kurang lima belas meniy. ,antas. !udah masuk jam sibuk. BKalian le#at tanga di kelas sebelas aja/B perintahnya. Anak$anak kelas sepuluh itu saling pandang. Dulu Ari juga pernah memblokir tangga. Akibatnya mereka harus menggunakan tangga lain yang berada di jantung area kelas sebelas itu. Akibatnya banyak dari mereka yang harus merogoh kantong, karena anak$anak tangga itu kemudian berubah jadi kayak jalan tol. "au le#at) -ayar/ Karenana sekarang sis#a$ sis#a kelas sepuluh itu bergeming, tetap berdiri di tempat masing$masing. Apalagi setelah mereka melihat separuh anak$anak tangga itu dipenuhi co#ok$co#ok kelas sebelas. !ebagian sedang asyik ngobrol, sebagian tenggelam dalam buku, sementara sebagian lagi sekedar membunuh #aktu. ,emandangan itu jelas$jelas semakin membuat anak$anak kelas sepuluh yang menyemut di depan tangga memilih untuk tetap berada di dekat sang pentan sekolah. Karena justru lebih aman. !atu lagi yang menarik dari Ari. Diasama sekali gak.hobi menggecet para juniornya. Kecuali kalau tu junior nyolot. Kalau kasusnua begitu, apa boleh buat. Terpaksa Ari membuat "&! susulan yang sedikit ala !T,D+. -iar tu junior bisa mencamkan dengan jelas di dalam tengkorak kepalanya, siapa yang berkuasa. Ari berdecak lagi. B!st, lo/B Tanpa bergeser dari tempatnya berdiri, Ari mengulurkan tangan kananya lalu menjentikkan jari ke arah seorang sis#a yang sedang melintas di koridor. B!ini lo.B Dia gerakkan jari telunjuknya. .o#ok itu mendekat dengan tampang bingung dan agak takut. BIya, Kak)B B2o kelas berapa)B B!ebelas, Kak.B B9ue udah tau kalo itu. Kalo lo kelas sepuluh sekarang lo pasti udah ikutan ngantre disini. !ebelas berapa)B B!ebelas I,A dua, Kak.B Ari mengangguk sedikit. B!uruh temen$temen lo ngosongin tangga. Anak kelas sepuluh mau le#at. Tangga yang ini udah gue booking,B perintahnya dengan nada tegas. BIya, Kak.B .o#ok kelas sebelah itu mengangguk pelan. BJangan sampe gue denger ada yang bikin ulah ya.B !uara Ari berubah tajam. BIya.B .o#ok kelas sebelah itu mengangguk lagi lalu balik badan. BKalian ikutin dia/B perintah Ari ke arah kerumunan sis#a kelas sepuluh yang menyemut di depannya. Tapi keremunan itu tetap diam di tempat. B.epet, ikutin/B !uara Ari meninggi, agak membentak. B9ue liatin dari sini/B -aru keremunan itu bergerak. "engekor di belakang sis#a kelas sebelas tersebut. Dengan kedua tangan yang kini berkacak pinggang, kedua mata Ari mengikuti dengan sorot tajam. "emastikan tidak ada seorang pun anak kelas sebelas yang berani coba$coba menggoyangkan otoritasnya. Tari ikut balik badan dan nalah mengikuti yang lain. B2o gak termasuk.B Dengan kedua mata tetap mengikuti barisan anak$anak kelas sepuluh itu, Ari meraih satu tangan Tari. Ditariknya kembali ce#ek itu ke hadapannya. B"asih ada yang harus lo denger.B B%itnah lo lagi)B tanya Tari sengit. B2o boleh pake kata apa pun.B !eorang sis#a melintas di koridor sambil menikmati sarapannya. !epotong roti yang dipegangnya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya memeluk tas tenteng yang tampaknya sarat dengan buku. Tas ransel yang digendongnya di punggung juga kayaknya sama beratnya dengan tas tentengnya. B2o yang lagi makan/B panggil Ari sambil menjentikkan dua jari tangan kanannya yang bebas. .o#ok itu menoleh. 2angsung berhenti melangkah dan mulutnya juga berhenti mengunyah. B2o berdiri disitu. Kosongin koridor. !uruh semuanya turun le#at taman. -ilang anak$ anak kelas sepuluh le#at tangga di kelas sebelas. Dan kalo ada yang berhenti buat nonton, lo gampar aja. ,aham)B ,aham gak paham, co#ok yang sepertinya kelas sebelas itu mengangguk dalam kebingungan yang terlihat sangat jelas di kedua mata dan ekspresi mukanya. BDan lo jangan coba$coba nguping.B B9ak, Kak.B .o#ok itu langsung menggeleng. Dengan seorang B,olantasB yang siap mengamankan arus di dekitar TK,, sekarang Ari nisa mencurahlan seluruh perhatiannya pada ce#ek yang masih dicekalnya dengan satu tangan ini. B-ossy banget sih lo,B ucap Tari dengan nada muak. Disentaknya tangan Ari dengan kasar saat kelima jari itu akhirnya melepaskan lengannya. BEmang,B ja#ab Ari tenang. BDi sekolah ini yang gak sadar posisi kan emang cuma lo.B BApa lagi yang harus gue denger)B BTinggal yang lo belom tau aja. 9ak banyak. 9ue ambil yang penting. 9ak tega mau ngasih tau semuanya. !ekarang aja tampang lo udah tampang ce#ek broken hearted gitu. Kalo gue diiAinin meluk sih gak papa.B Kalimat Ari itu membuat kedua bibir Tari mengatup kaku. Ari menarik napas lalu mengembuskannya dengan cara seperti sedang berusaha melegakan dirinya sendiri. BAta...,B ucap Ari sambil berjalan mundur ke arah dinding lalu menyandarkan punggungnya di sana. Kedua matanya menatap Tari lekat$lekat. !atu poin sebenarnya teramat sulit untuk diucapkan. Karenanya beberapa detik terle#at dalam keheningan sebelum akhirnya Ari kembali buka mulut. Dan suara yang keluar adalah suara terberat yang pernah di dengar Tari yang keluar dari mulut co#ok itu. BAta juga jago minum. 2o pasti tau apa yang gue maksyd di sini. Alkohol. !eberapa parah, lebih baik lo tanya sendiri ke orangnya. Tapi kalo cuma sebotol dua botol sih gak bakalan bisa bikin dia tepar.B -ibir kaku dan terkatup rapat di depan Ari seketika ternganga lebar. -ersamaan dengan sepasang mata Tari yang juga terbelalak maksimal. B2o kele#atan/B desisnya dengan gigi gemeretak. B9ue ngomong apa adanya,B ucap Ari tenang. !emangat dan keyakinan yang menyalakan kedua pijar di kedua mata Tari saat membicarakan Ata pada a#al tadi seketika hilang. Ari menyaksikan itu dengan nada sakit. In3o terakhir yang baru saja dia berikan akhirnya jadi in3o yang tidak bisa ditoleransi. Kedua mata Tari merebak. B2o keterlaluan. Jahat banget sama sod...B "ulut Tari langsung dibekap telapak tangan. B9ue ngomong apa adanya,B Ari menegaskan. Kali ini dengan bisikan. Tari mengenyahkan tangan yang menutupi mulutnya itu dengan kasar lalu bergerak menjauh. Dihapusnya air matanya dengan punggung tangannya. BKalopun semua omongan lo itu bener, gue yakin itu pasti gak bener. Dia tetep lebih baik daripada lo kemana$mana. Kalopun bener, dia pasti punya alasan kenapa begitu.B Tari menghapus habis air matanya. BDia gak jahat kayak lo/B ,embelaan itu menyalakan kembali pijar di kedua bola mata cokelat tua itu, meskipun tak secermelang kelip a#alnya. Ketika pijar itu kembali, Ari mendapati keseluruhan tubuhnya nyaris luruh dalam kelegaan yang sarat. !ebuah senyum lembut kemudian muncul di bibirnya. B9ue akan menganggap bah#a dalam alam ba#ah sadar lo, sebenernya itu buat gue.B ,andangan Ari beralih ke anak kelas sebelas yang diperintahkannya berjaga di depan koridor depan tangga. Anak itu masih melaksanakan tugasnya. Ari melirik jam tangan. !etengah tujuh kurang lima menit. B5dah mau bel,B ujarnya. Tari bergeming. Ditatapnya co#ok itu dengan pandang marahnya yang seperti mampu membakar apa pun yang berada di dekatnya. B,elototan lo gak bakal ngerubah 3akta,B ucap Ari dengan suara rendah. Dia mundur ke arah dinding lalu lagi$lagi menyandarkan punggungnya di sana. !etelah beberapa saat terle#at dan Ari tetap bergeming, tetap berdiri di tempatnya dengan punggung bersandar di dinding dan kedua tangan yang kemudian dilipatnya di depan dada, baru Tari bergerak. Tari sadar, semua gelagak marahnya untuk co#ok ini cuma nyala obor kecil di depan sebongkah gunung es, yang kekokohannya bahkan akan bertahan dalam perjalanan dari Antartika sampai Khatulisti#a. Dengan kedua mata yang sesaat tetap menatap Ari, didakinya anak$ anak tangga. "uncul kilatan di kedua bola mata hitam Ari saat Tari akhirnya memalingkan muka. -egitu tubuh ce#ek itu berbalik arah mengikuti bagian keua undakan anak tangga yang berubaj arah seratus delapan puluh derajat, Ari langsung bergerak. Dengan kecepatan yang nyaris seperti kelebat petir saat menciptakan ruang hampa. Di anak tangga keempat, kaki kanan Tari hanya menjejak dalam #aktu yang bahkan satuan #aktu terkecil tak mampu mencatatnya. !ebuah tangan tiba$tiba saja meraihnya dari arah belakang. -ahkan tidak tersedia cukup #aktu baginya untuk menyadari apa yang tengah terjadi. Tubuhnya sudah terjatuh ke belakang. Ari hanya meraih pinggang itu dengan gerakan ringan, lalu mendorongnya ke belakang juga dengan gerakan ringan. Tak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk menjatuhkan tubuh Tari ke arahnya. Ketidak#aspadaan ce#ek itu yang akan bekerja untuknya. 1ang harus dilakukannya hanya menangkap tubuh itu, menyelaraskan diri dengan hukum gra6itasi, lalu mendudukkan Tari dengan hati$hati di anak tangga terba#ah. !engaja di anak tangga terba#ah, bukan di lantai datar di dekatnya, karena Ari merasa saat ini dirinya tak punya cukup kekuatan untuk mempertahankan Tari agar tidak pergi. -ertolak belakang dengan ketenangan yang terlihat, jauh di dalam, pembicaraan tad sesungguhnya teramat melelahkannya. Karena itu dimintanya bantuan bumi untuk menahan kepergian Tari. Karena dirinya tk sanggup untuk saat ini. Ketika sedetik kemudian kesadarannya kembali, Tari mendapati dirinya duduk tak berdaya. !udut empat puluh lima derajat yang dibentuk oleh undakan$undakan anak tangga itu menenggelamkannya dalam kekuatan penuh gra6itasi. -agaimanapun ingin, bagaimanapun dia berusaha, dirinya tak bisa lari. -umi mencengkeramnya. -umi yang hangat. -umi yang berdetak. -umi yang mengulurkan kedua lengan dan kini mengurungnya dalam lingkaran. ,ada seseorang yang kejatuhannya telah ditangkapnya dengan kedua lengan dan kini tengah disanggahnya dengan seluruh keberadaannya, Ari menundukkan kepala. Dan dibunuhnya satu$satunya jarak yang tersisa. 2ingkaran itu kemudian menghilang. B9ue pingin banget meluk lo. 5dah gak inget lagi sejak kapan gue harus mati$matian menahan diri.B Tari membeku dalam bumi yang merengkuhnya. -umi yang menenggelamkannya. -umi yang membunuh jarak di antara mereka. -umi yang memberina bisikan itu. !edetik jeda diberikan Ari agar ce#ek yang sangat ini tengah dipeluknya mampu mencerna apa yang diucapkannya. 2embut kemudian ditariknya Tari sampai berdiri. ati$hati dia uraikan kedua lengannya..hati$hati pula disandarkannya tubuh Tari pada dinding kokoh di belakangnya. Kemudian co#ok itu berbalik dan pergi. "eninggalkan Tari dalam kebekuan yang membuatnya hanya bisa menatap punggung yang menjauh itu. -agi Tari, yang barusan terjadi itu antara ada dan tiada. -isikan itu hanya menelan sekejap #aktu. !egala yang terjadi bersamanya juga hanya sekejap #aktu. +amun, sekejap itu seperti menghentikan laju sang #aktu. !ekejap itu menyingkap yang tersembunyi. !ekejap itu tak terpahami. !ekejap yang seperti abadi. 8888 Jam istirahat pertama. Ari menunggu sampai ruang kelasnya nyaris kosong lalu berjalan menuju meja guru. Di sana, setelah mengeluarkan ponselnya dari saku celana, diangkatnya tubuhnya ke atas meja. Dengan punggung menghadap ke salah satu sudut kelas untuk memastikan tak seorang pun mendengarkan pembicaraannya, dikontaknya co#ok kelas sebelas yang tadi pagi diberinya tugas untuk jadi polantas. Di sebuah ruang kelas di area kelas sebelah, co#ok yang dihubungi Ari langsung mengubah sikap begitu tahu siapa pemilik nomor itu. B2o ke kelas sepuluh sembilan. A#asin ce#ek yang tadi pagi gue tahan di tangga,B perintah Ari. Tanpa prolog. Tanpa basa basi. .o#ok kelas sebelas itu sempat tertegun, sebelum kemudian dia sempat mengiyakan dengan nada patuh seorang junior terhadap senior yang paling berkuasa. !elembar uang kertas #arna biru yang tadi pagi diselipkan Ari tanpa kentara di saku kemejanya membuat makin tidak bisa menolak tugas baru itu. Apalagi dia juga jenis yang lebih suka menghindari masalah. Ari langsung memutuskan kontak. Tak sampai dua menit, ponselnya berbunyi. Ari memutuskan panggilan itu lalu langsung mengontak balik. Dia tidak ibgin kepentingan pribadinya menyulitkan orang lain. !etidaknya bukan dalam soal. 5ang. .o#ok kelas sebelas yang berganti tugas dari ,olantas menjadi agen rahasia itu langsung menyampaikan laporannya. Dia berdiri di koridor depan kelas Tari dengan salah satu sisi tubuh bersandar di dinding pembatas koridor. !epasang matanya menatap lurus$lurus ke ujung koridor, kantin kelas sepuluh ramai. Tapi 3okus sesungguhnya ada di ruang kelas di sebelah kanannya. Di luar kelas, dia ceritakan apa yang dilihatnya. Tari tidak keluar kelas. Tetap duduk di bangkunya. Kondidi Tari itu sempat membuat co#ok kelas sebelas itu kesulitan untuk memberikan gambaran yang tepat pada sang bos di ujung telepon. B"mm... 9imana ya) Dia tuh kayak orang lagi bengong gitu, Kak. Diem aja. Ditanyain sama temen$temennya dia juga diem aja, gak ja#ab sama sekali. Ekspresi mukanya tuh antara sedih, kesel, pengin marah juga,B jelasnya dengan suara pelan. BDia sendirian)B Ari harus mela#an cengkeraman sakit di dadanya untuk mengatakan itu. B9ak. Ditemenin sama temen semejanya. .e#ek juga.B !ang agen rahasia dadakan itu lalu meneruskan laporannya. Dia tak pernah tahu, di ujung telepon sana, senior yang paling berkuas dan paling ditakuti itu harus mati$matian mela#an dirinya sendiri. 2aporan itu mengirisnya dengan cara yang bahkan bisa dia rasakan setiap sayatan yang terjadi. Teman semeja Tari sempat keluar sebentar untuk membeli makanan ringan dan air mineral gelas di kantin. 1ang baru dilakukan setelah keadaan kelas benar$benar sepi. !ebelum kelas benar$benar sepi, sang mata$mata menyaksikan hampir setiap isi kelas menghampiri Tari lebih dulu sebelum keluar kelas. !emuanya melontarkan pertanyaan dengan ekspresi penuh ketertarikan. BKenapa lo), BAda apa sih, Tar)B, dan bentuk$bentuk pertanyaan lain yang intinya sama. Tak satu pun yang dija#ab. !eperti patung, Tari membeku tanpa ekspresi. %io lah yang merespons setiap pertanyaan itu. Dengan ancaman galak dan serius. B9ue itung sampe tiga lo gak pergi juga, gue gebuk pake kamus nih/ -eneran/B ucap Tari ketus. B2o pasti dijahatin Kak Ari lagi deh. Iya, kan)B Kalimat terakhir, yang menurut laporan sang agen rahasia diucapkan oleh seorang ce#ek, membuat Ari tersenyum lebar. -egitu ditinggal sendirian, Tari langsung menelungkupkan muakanya ke atas meja, beralaskan kedua lengan. !ang mata$mata berani menjamin, ce#ek itu menangis, karena kedua bahu Tari berguncang pelan dan segelintir teman sekelasnya yang masi tersisa, semuanya co#ok, lalu mengerumuninya dengan bingung. 2aporan itu membuat Ari memejamkan kedua matanya. Dia harus mengatupkan kedua rahangnya kuat$kuat untuk menahan kedua kakinya agar tidak berlari ke sana. B!ekarang...B B&ke,cukup.B Ari memotong laporan sang mata$mata itu dan langsung menutup telepon. Tangannya yang menggenggam ponsel perlahan terjatuh lunglai. !esaat kemudian helaan napasnya yang benar$benar berat merobek hening ruang kelasnya yang saat itu kosong. 'asa bersalah mencengkeramnya dalam belitan kuat, melontarkan sebuah teriakan menggila yang susah payah diredamnya. +amun teriakan teredam itu lalu menyiksa nurani tanpa ampun. "emunculkan, pada saat itu juga, permohonan maa3 yang benar$ benar dengan seluruh kesungguhan dan kerendahan hatinya. 5ntuk seseorang yang saat ini tengah menangis karena apa yang telah dilakukannya. B"aa3, Tar. 2o boleh bunuh gue nanti,B bisik Ari dengan kepala tertunduk. Jam istirahat kedua, kembali Ari mengontak co#ok kelas sebelas itu dan perintah yang sama turun lagi. B+g...B co#ok kelas sebelas itu terdengar ragu. -ukan apa$apa. ,erutnya melilit kelaparan. !isa jam istirahat pertama tadi tidak cukup untuk melahap sepiring nasi atau mi ayam atau makanan$makanan lain yang bisa menghentikan jeritan perut. Ari lanhsung paham. B"akan sambil jalan sama makan sambil berdiri plus nga#asin orang gak beda jauh lho. 2o pasti bisa.B Kalimat itu jelas. !aran sekaligus perintah. .o#ok kelas sebelas itu menyadari dengan cepat. BIya, Kak.B Dia langsung patuh. 2aporannya masuk beberapa saat kemudian. Tidak ada perubahan. Kondisi Tari masih sama. B&ke, cukup. Thanks,B ucap Ari begitu laporan singkat itu selesai. .o#ok kelas sebelas itu menarik napas lega saat kemudian Ari menutup telepon. Tidak seperti dugaannya, tugas kali ini selesai dalam #aktu kurang dari lima menit. Jadi dia bisa makan/ Keesokan paginya Ari berdiri di ujung koridor yang menghadap ke area depan sekolah. Dengan kedua tangan tenggelam dalam saku celana, ditatapnya pintu gerbang sekolah lurus$lurus. Ketika orang yang ditunggunya muncul di sana, kedua matanya segera mengunci sosok itu dalam 3okusnya. Tidak ada yang terle#at. Jarak sependek itu bukan tandingan untuk ketajaman kedua manik hitam itu. Jarak itu takkan mampu menyamarkan, apalagi mengelabui. Ari bisa melihat raut murung itu dengan jelas. -ahkan jika disipitkannya mata hingga apa yang terlihat tinggal segaris tipis cahaya, kemurungan #ajah itu tetap tinggal sebagai citra yang teramat jelas dan nyata. Dengan gerakan sangat perlahan, Ari menarik napas panjang. "engisi paru$ parunya yang seperti tak sanggup lagi bekerja karena sesaknya rasa bersalah. ,emandangan itu makin melukainya. Apa yang dikatakannya kemarin pagi adalah 3akta yang sebenarnya. Jauh di dalam hati dia amat sangat berharap Tari bisa menerima. Karena menerima semua 3akta tentang Ata berarti Tari akan bisa menerimanya juga. 888 Duduk bersila di lantai depan gudang, Tari menunduk dengan raut muka masih sehampa kemarin. ,onsel yang diletakkannya dalam lekukan rok kembali mendengarkan tanda ringtone Ata menelepon. -el istirahat pertama baru berbunyi lima menit yang lalu dan sekarang di layar ponsel Tari telah berderet sepuluh miscall dari Ata. Dua panggilan dalam rentang #aktu setiap satu menit. ebat/ !epertinya Ata telah menyadari, sesuatu telah menyebebkan Tari tak mau mengangkat penggilan$panggilannya itu. Kalau kemarin panggilan$panggilannya akan berhenti pada percobaan ketiga, hari ini, di luar jam belajar pastinya, ponsel Tari nyaris berdering tanpa jeda. Kesebelas kali/ BAngkat aja deh, Tar.B %io yang juga duduk bersila di lantai tepat di depan Tari, menyarankan dengan suara pelan. Tari menggeleng lemah. B9ue masih kaget. 9ue gak tau mesti bersikap gimana ke dia sekarang. 9ak tau mesti ngomong apa. Kalo dipaksain, omongan gue pasti garing banget deh ntar.B BTerus tuh telepon mau didiemin sampe kapan)B Tari makin menunduk. "emandangi ponselnya yang entah sudah berapa kali berganti posisi akibat getaran dari sebelas panggilan Ata yang tidak diangkatnya. B+gerokok, gue masih bisa terima deh. .abut juga. Ta#uran juga bukan masalah. Tapi mabok)B Tari menggeleng$geleng, bicara dengan suara lirih. BKak Ari malah bilang, Ata tuh jago banget minum. !ebotol$ dua botol sih gak bakalan bisa bikin dia ngegeletak hilang kesadaran.B B2o percaya)B !epasang mata %io menyipit. -ertanya dengan nada suara yang sama lirihnya. Tari mengangguk. BDari cara Kak Ari ngomong kemaren, gue tau dia gak bohong.B BTersus, lo mau diemin Ata sampe kapan)B B!ampe gue bisa ngira$ngira alasan dia gak mau ngomong kalo sebenernya dia gak beda sama sodara kembarnya.B 888 -el pulang berbunyi. Tari segera mengambil tasnya yang dia letakkan di lantai dekat kursi sebelah dalam. B-uruan balik yuk. 9ue mau tidur. ,using,B ucapnya sambil memasukkan semua buku dan alat tulisnya yang masih berantakan begitu saja ke dalam tas, tidak merapikannya lebih dulu seperti kebiasaannya selama ini. Terpaksa %io ikut beres$beres kilat. Keduanya lalu berjalan keluar kelas, meleburkan diri dalam jubelan tubuh$tubuh lelah yang berhamburan keluar dari pintu$pintu kelas. !eepuluh meter dari pintu gerbang sekolah... B2ebih baik yang terang$terangan daripada yang terselubung,kan)B -isikan itu benar$benar tepat di sebelah cuping telinganya. Tari terlonjak kaget dan menoleh seketika. Ari menegakkan punggungnya dan menyambut kekagetan itu dengan senyum tipis. B9ue pasti udah menghancurkan angan$ angan indah lo ya)B ucap co#ok itu pelan. BKalo gitu maa3 deh.B 'aut mukanya diliputi penyesalan. Tapi Tari yakin itu jelas penyesalan musang berbulu ayam. B!enang kan lo/) ,uas,kan/)B desis Tari sengit. B9ak sama sekali. 9ue sedih ngeliat lo begini.B Ada kejujuran dalam suara Ari yang rendah. Tapi Tari memilih tidak mempercayainya. Itu percakapan sensiti3. Tingkat satu pula. Dan terjadi opada saat semua ruang kelas baru saja memuntahkan isinya. Karenanya setelah membisikkan kalimat pertamanya tadi, yang membuat Tari terlonjak kaget, Ari langsung berdiri pada posisi yang mampu membuatnya menga#asi tiga arah sekaligus. Tepat dibelakangnya adalah pos sekuriti. Jadi dirinya tidak perlu kha#atir. Tidak ada satu orang pun yang bisa berjalan sampai ke belakang punggungnya tanpa terlihat dari sisi kanan atau pun kiri. si tengah padatnya arus sis#a$sis#i !"A Airlangga yang menuju pintu gerbang sekolah, posisi berdiri Ari itu lalu menciptakan sebuah lingkaran ruang kosong yang menempel pada pos sekuriti. Kondisi yang membuat isi pembicaraan itu jadi terjamin kerahasiaannya. !emua orang hanya akan menemukan sepasang mata Ari yang menatap Tari dengan penuh senyum dan goda. Tak lebih dari itu. anya Tari, yang tahu dengan sangat pasti, sepasang manik hitam pekat itu telah menghancurkannya kemarin pagi. !etelah beberapa saat terle#at dan Tari hanya menatapnya dengan sepasang mata yang kilatannya begitu menusuk, sementara kedua bibirnya rapat terkatup, Ari memutuskan sudah #aktunya mengakhiri pertunjukkan itu. Didekatkannya Tari lalu dia bungkukkan punggungnya di salah satu sisi. ,ada satu telinga itu lalu diberi bisikan yang bahkan apabila Ada seseorang yang berdiri bersama mereka saat ini, hanya dirinya dan ce#ek ini yang bisa mendengar. B9ak da kembar yang benar$benar beda. arusnya lo sadar itu dari a#al.B 5sai membisikkan dua kalimat itu Ari menegakkan kembali punggungnya. !etelah beberapa detik membalas tatapan menusuk itu tepat di sumber bara, dia balik badan dan pergi. "enentang arus manusia yang spontan memberinya jalan, menuju motornya diparkir. Dari tempatnya berdiri di sisi jalan, padatnya arus manusia yang menuju gerbang telah mendesak %io sampai ke tempat Tari. %io bergegas menghampiri sobatnya itu lalu merangkul bahunya. B5dah gak diliatin terus. 1uk pulang.B Dengan lembut diputarnya tubuh Tari yang tadi tanpa sadar berbalik arah mengikuti kepergian Ari. Tanpa mengacuhkan tatapan$ tatapan ingin tahu dari begitu banyak mata yang menyaksikan peristi#a itu, keduanya berjalan menuju pintu gerbang lalu melangkah lambat menyusuri trotoar menuju halte. 8888 alte sudah lama sepi. Tapi Tari dan %io masi duduk diam di salah satu bangku besinya. BKurang ajar banget tuh orang/B desisan Tari yang penuh emosi memecah kebisuan. BDia tahu, omongannya kemaren pasti udah bikin gue syok. Dia tadi pasti mau mastiin, hari ini gue masih syok atau gak. Dan ternyata masih...B !esaat kedua rahang Tari mengatup keras. B,asti bahagia banget tuh orang/B %io langsung menepuk$nepuk dengan lembut satu lengan Tari, menenangkan. B,ulang aja yuk/ Daripada lo mikirin Kak Ari, mending lo pikirin sampe kapan lo mau diemin sodara kembarnya.B 5capan %io langsung mengendurkan emosi Tari. .e#ek itu menghela napas lalu mengangguk lemah. -us yang biasa ditumpangi Tari muncul lebih dulu. BDateng tuh. Duluan gih sana.B %io meletakkan satu tangannya di punggung Tari lalu mendorong sobatnya itu agar berdiri. Tari berdiri dengan enggan. B1a udah. 9ue duluan ya,B pamitnya. Be$eh.B Jam pulang sekolah yang sudah lama berlalu membuat bus itu hanya terisi kurang dari separuh. Tari memilih duduk dekat salah satu jendela. !egera ce#ek itu tercabut dari realitas, tenggelam sepenuhnya dalam kekusutan hati dan isi kepalanya. !eperti umumnya angkutan umum, sebentar$sebentar bus itu berhenti untuk menaik$turunkan penumpang. 5ntuk kesekian kali, bus itu berhenti. Tiga orang penumpang melompat naik. !alah seorang memilih tempat kosong di depan Tari sementara seorang lagi mengempaskan diri di sebelahnya. Entakan itu memutuskan lamunan Tari dan membuatnya kesal. .e#ek itu menoleh dan seketika ternganga. B-us kesembilan,B ucap Ata pelan. !epasang mata hitamnya menatap mata Tari lurus dan tajam. BTurun yuk)B ajaknya kemudian. Ada nada memohon dalam suaranya yang lirih. Tari diserang kebimbangan. !ebenarnya cuma in3o co#ok ini ternyata mampu menenggak alkohol yang membuatnya syok. !isanya$ngerokok, bolos, dan ta#uran$bisa dia terima. "eskipun baginya itu juga udah parah banget. B1uk)B ajak Ata lagi. !orot memohon di kedua matanya membuat Tari jadi tak tega. 2agi pula, keru#etan ini memang harus secepatnya diselesaikan. Dia mengangguk. Ata terlihat lega. Dia bangkit berdiri. ,ada kondektur dimintanya untuk memberhentikan bus. -egitu bus berhenti, co#ok itu langsung melompat turun. Dia ulurkan tangan kirinya untuk membantu Tari turun. -ersisian, kini mereka berdiri di tepi sebuah jalan kecil yang lenggang. Ata melapaskan genggaman tangannya. Diam$diam Tari melirik le#at ekor matanya. .o#ok itu tengah menatap jalanan kosong di depan mereka. !epasang mata hangatnya kini tersaput selapis tipis kabut. Jikalau dihalaunya segala prasangka, Tari tetap merasa bersama Ata terasa menenangkan. !eperti kemarin$kemarin. Kembali Tari disergap kebimbangan. Jangan$jangan dirinya bereaksi terlalu berlebihan. Jangan$jangan in3o itu gak sepenuhnya benar. Terjebak berdua di tepi sebuah jalan kecil yang lengang, dengan taksi kosong yang mungkin baru akan le#at besok pagi bahkan bisa jadi minggu depan, tanpa sadar Tari mengeluarkan pengakuan a#al. B9ue...B BKita omongin nanti aja,B Ata langsung memotong ucapannya dengan nada lunak. BKita ambil mobil dulu. Tari tersadar. B&h , iya. Di mana mobil lo)B tanyanya, tanpa sadar menoleh dan menatap Ata. BTerpaksa gue tinggal gitu aja. Di pinggir jalan entah di mana tadi. Demi ngejar bus lo. "udah$mudahan aja tu mobil masih ada,B Ata menja#ab tanpa menoleh. !epasang mata Tari kontan terbelalak. B9ila lo/ +gacok banget/ Kalo ilang gimana/)B serunya. -aru Ata menoleh. Ditatapnya Tari lurus$ lurus. B"akanya lain kali angkat telepon gue ya. Jangan bener$bener dicuekin kayak sekarang. !upaya gue gak ngaco banget kayak gini, ninggalin mobil sembaranganmB Tari tersentak. !eketika mukanya memerah. BTadi juga gue hampir dipukul kondektur. 9ara$gara naik terus langsung turun lagi. -ikin sopir jadi ngerem mendadak. 2upa di bus keberapa,B lanjut Ata. Tari menggigit bibir. "ulutnya sudah terbuka akan menceritakan semuanya, tapi seruan pelan Ata membatalkannya. BAkhirnya/B .o#ok itu menarik napas lega dan mengulurkan tangan. !ebuah taksi kosong munculk di kejauhan. Ata ternyata benar$benar tidak tahu nama jalan tempat dia tinggalkan mobilnya begitu saja. 9antinya, kepada sopir taksi dia memberikan sederet intruksi. -elok kiri lalu ke kanan, kemudian ke kiri lagi, lurus lalu ke kanan, dan seterusnya sampai akhirnya mereka temukan lokasinya. .o#ok itu menarik napas lega saat dikejauhan dilihatnya E6erest hitamnya masih terparkir di tempat yang sama. Taksi berhenti di depan E6erest hitam itu. ,aralel dengan sebuah kios rokok yang berdiri tidak jauh di depan mobil. !etelah menyerahkan uang sebesar biaya argo ditambah tips, Ata membuka pintu di sebelahnya lalu turun. Ditutuonya pintu setelah Tari turun. BTau kenapa gue tinggalin mobil di sini)B tanyanya pelan. B+gejar bus gue kan lo bilang tadi)B Tari menja#ab dengan nada heran. Ata tersenyum tipis. B9ak sepenuhnya karena itu.B !edetik jeda lalu tercipta, dan Tari merasaka sesuatu yang aneh dan tak kasat mata seperti menyelinap dan berdiri di antara mereka berdua. BTadi gue ngutang rokok. Jadi sebagai jaminan gue pasti bayar, gak kabur, mobil gue tinggal.B !uara Ata menurun drastis. +yaris selirih bisikan. +yaris sehalus hembusan angin yang tak teraba tangan, namun sanggup membekukan Tari di tempatnya berdiri. B+gutang rokokB, satu in3o kecil dan sederhana. !epenggal kalimat yang teramat pendek dan biasa$biasa aja. Tetapi dia adalah sebilah mata pedang yang selama ini tersembunyi dari oandangan dan kini tiba$ tiba saja sedikit kilau tajamnya tertangkap mata. Tak menunggu kebekuan Tari berakhir, Ata balik badan. Dia melangkah menuju kios rokok. B-ayar rokok yang tadi, "asB ucapnya ke sang pemilik kios. Dia ulurkan selembar uang. 2aki$laki pemilik kios itu langsung mengakhiri keasyikannya membaca sebuah koran kuning terbitan ibukota. BDua bungkus lagi deh, "as. -uat stok,B lanjut Ata. !i pemilik kios mengulurkan dua bungkus rokok yang diterima Ata dengan tenang. !ementara menunggu uang kembalian, dengan kepal yang dia tolehkan sedikit, Ata menatap Tari lurus dan intens. Tari sendiri sepenuhnya tak menyadari tatapan Ata. Dengan pandangan nanar, Tari mengikuti setiap adegan yang terjadi tidak jauh di depannya itu. "emunculkan kesulitan yang teramat tinggi untuk memisahkan sosok Ata dari Ari. ingga ketika Ata telah selesai dengan urusannya lalu perlahan menghampiri, Tari bahkan belum mencapai seperempat jalan dalam usahanya untuk menerima. Dengan suara lendah dan lembut namun dengan penyesalan dan permintaan maa3 yang sungguh$sungguh dalam sepasang mata hitamnya, Ata membantu menerima 3akta baru itu. B!emua yang dibilang Ari... bener.B !uara dari alam lain. Terdengar tapi tidak bisa dimengerti. B!ekarang gue keliatan jadi kayak Ari,ya)B Kembali Ata mengeluarkan bantuan. Kali ini menarik paksa in3ormasi yang masih berada di dunia yang seperti dunia mimpi itu, tempat segala sesuatu yang tidak diinginkan bisa disangkal atau dianggap tidak pernah terjadi, ke dimensi realitas tempat sanggahan tidak lagi punya kesanggupan untuk bicara. 5saha co#ok itu berhasil. Dengan kedua mata yang masih menatap nanar, Tari menja#ab pertanyaannya dengan suara lirih dan terbata. B9ue...kaget... Kaget banget.B B9ue tau,B ucap Ata halus. Kemudian dia menghela napas. ,anjang dan berat. BKita cari tempat yang enak untuk ngomong,B bisiknya. Diraihnya satu tangan Tari dan dituntunnya ce#ek itu ke pintu kiri depan mobil hitamnya. Ketila kemudian E6erest hitam itu bergerak menyusuri jalan raya, untuk pertama kalinya jendela di sebelah Ata terbuka. 5ntuk pertama kalinya asap rokok hadir bersamanya. "embentuk kabut tipis. !esaat membumbung mengisi ruang kosong di dalam mobil, sebelum akhirnya lenyap dari pandangan. Di tempatnya duduk, Tari menatap sosok Ata yang betul$betul berbeda itu dalam ketidakmampuan total untuk mengekang diri. Dipandanginya co#ok itu benar$benar dalam ketertegunan yang mengaburkan seluruh latar. Tapi Ata tetap tenang. Dia mengisap rokoknya dalam ritme teratur. Diembuskannya asap dengan cara yang memperlihatkan bah#a dia menikmati setiap isapan, tak terganggu dengan adanya seorang penonton yang memandanginya benar$benar lekat dan intens. In3o Ari yang ditegaskan Ata dengan 6isual itu benar$benar menenggelamkan Tari dalam ketercengangan. ingga ketika Ata menghentikan mobil dengan sedikit sentakan, ce#ek itu tetap tal terlontar ke kesadaran. !ambil meletakkan kedua lengannya di atas setir, Ata menarik napas. Dia lalu menoleh dan menatap Tari dengan senyum pengertian. BKalo sekarang gue jadi keliatan kayak Ari, gue gak bisa apa$apa,B ucapnya lunak. Teri tersadar. Dia tergeragap dan seketika #ajahnya bersemu merah. B!ori, Ta, sori. Abis gue kaget banget.B Teri tersenyum dengan rasa bersalah dan buru$ buru memalingkan muka ke luar jendela. Ternyata mobil itu telah terparkir di sebuah taman kota. Tidak terlalu luas, tapi terasa sejuk karena rimbunnya pepohonan. !epertinya Ata menyukai taman dan kehijauan. Ata tersenyum lagi. Tapi kali ini nuansa sedih, yang luput tertangkap mata Tari, me#arnai senyum itu. B"esti gimana gue minta maa3 sama lo)B bisiknya. Tari menoleh. B2o ngomong apa)B Ata tak menja#ab. Dibukanya pintu di sebelahnya dan turun. Kedua mata Tari bergerak mengikuti saat Ata berjalan memutari bagian depan mobil lalu membuka pintu pintu di sebelahnya. BKenapa lo gak pernah cerita)B tanya Tari pelan. BKenapa lo gak pernah ngerokok di depan gue)B Ata masih tak menja#ab. Dia mengulurkan satu tangannya lalu dengan lembut menarik Tari keluar dari mobil. Kemudian ditutupnya pintu. B1uk,B ajaknya pelan. -ersisian mereka menapaki batu$batu pipih yang disusun membentuk jalan setapak yang membelah hijaunya rerumputan. Ata menenggelamkan kedua tangannya di saku celana. B7aktu gue maksa lo jalan$jalan minggu kemaren...,B dia memulai, Bgue udah niat mau cerita. !emuanya. Tentang gue. Tentang Ari juga, tapi sebatas yang gue tau. .uma keburu Ari bikin gara$gara. 9ue jadi lupa. !edangkan alasan kenapa gue gak pernah ngerokok depan lo...B Ata terdiam. .ukup lama. Dia menunduk memandangi langkah$langkahnya sendiri. !eperti ada ketentuan harus diciptakannya sekian langkah kaki sebelum diiAinkan untuk memulai kelimatnya kembali. Tari menunggu dengan sabar. !ejak detik pertama pertemuan mengejutkan di bus tadi, dia sudah merasakan suasana yang berbeda. "ereka sampai di tepi kolam kecil yang merupakan titik pusat taman itu. Tepat di tengah kolam berdiri patung seorang #anita memakai kebaya. Kedua tangannya memegang kendi air dalam posisi miring. Dari mulut kendi terseebut air tercurah. "enimbulkan suara gemercik yang terasa menenangkan. Ata masih belum membuka mulutnya. Tari memilih untuk juga tetap diam. "emilih untuk sabar menunggu kapan pun Ata siap untuk mengatakan. .ukup lama keduanya berdiri bersisian dalam diam. Di tepi kolam yang genercik airnya terdengar seperti senandung yang menenangkan. ,enghalau untuk pekatnya galau yang kini ikut berdiri bersama kedua orang yang bersisian di tepi kolam itu. !esaat kemudian Ata memulai ceritanya. Dengan helaan napas yang benar$benar berat dan panjang. Dengan tatap kedua mata yang tertuju lurus$lurus ke patung #anita berkebaya di tengah kolam. !eakan$ akan co#ok itu bercerita untuknya, dan bukan untuk ce#ek yang berdiri dekat di sebelah kirinya. BAlasan kenapa gue gak pernah ngerokok di depan lo adalah karena gue selalu menghargai saat$saat gue bisa bahagia. Karena saat$saat begitu jarang ada. !angat jarang malah...B Kembali Ata terdiam. Kembali ditarinya napas panjang. BKadang ada hal$hal yang pingin banget kita lupain tapi gak bisa. Tar. Dalam kasus gue, bukan kadang lagi. Ada banyak banget hal yang pingin banget bisa gue lupain. Kadanh juga, ada kenyataan$kenyataan yang pingin banget kita ingkarin. Tapi gak bisa juga. Dalam kasus gue, lagi$lagi ada banyak banget kenyataan yang kalo aja bisa, pingin banget gue ingkarin.B !ekali lagi Ata terdiam. Kedua matanya yang masih tertuju pada #anita batu berkebaya itu perlahan meredup. -alutan pertamanya untuk seluruh luka$lukanya mulai terbuka. B1ang bisa dilakukan cuma lari menjauh sebentar. Atau berusaha ngelupain untuk sementara. ,ergi sebentar ke negeri utopia. Jalan$jalan sebentar ke !hangri$2A. Ada banyak jalan untuk sampe ke sana, Tar. 9ue pilih yang cepet aja.B Ata menelan ludah. B-ukan berarti gue selalu mencoba untuk lupa atau selalu mencoba untuk lari. Kalo lagi kecapekan ja. !ayangnya, gue lebih sering kecapekan daripada gak. !ering gue berharap jadi orang yang apatis. 9ak peduli. 9ak punya emosi. Tapi yang gue punya tinggal hidup gue. .uma ini. 9ak ada lagi. +yia$nyiain berati mati. Jadi, yaaah...gue terpaksa bertahan. Dengan segala cara yang gue tau dan gue bisa.B Ata tersenyum. "asih ditujukan pada #anita batu berkebaya di tengah kolam. B7aktu kecil, setiap kali gak sengaja ngeliat bintang jatuh, gue selalu berdoa supaya keluarga gue bisa utuh lagi. Kumpul berempat kayak dulu. -egitu udah agak gede, gue sadar itu kayaknya gak mungkin. Dan doa gue berubah. 9ue cuma minta bisa bahagia. Terserah Tuhan mau gimana bentuknya. "au tanpa alasan juga gak apa$ apa.B Kembali Ata terdiam. Kalimat terakhirnya itu nyaris menyentuh titik pusat seluruh luka$ lukanya. +yaris saja meruntuhkan pertahanannya. Dia butuh diam agar retakan itu tidak menjadi patahan yang tidak bisa lagi ditegakkan. 2ara, Tari menatap co#ok itu tanpa bisa melakukan apa$apa. Ketika kemudian Ata menoleh dan menatapnya, Tari melihat kedua manik hitam itu hampir$hampir tanpa sinar di dalamnya. ampa. B,ernah gak lo bahagia)B co#ok itu bertanya lirih. ,embicaraan itu terlalu berat untuk Tari. Dia tak sepenuhnya mengerti. !ebagian besar nahkan tak mampu dipahami. 1ang sanggup dipahaminya hanyalah pembicaraan ini benar$benar menyedihkan. ,embicaraan ini menghancurkan. ,embicaraan ini berdarah/ "enyadari tidak akan ada ja#ab untuk pertanyaannya itu, kembali Ata mengarahkan pandangannya ke #anita batu berkebaya di tengah kolam. Bidup itu...cuma bisa nyanyi satu macem lagu saja. Elegi.B Kembali dia menoleh. BTau elegi itu apa)B Dengan perasaan amat sangat bersalah, Tari terpaksa geleng kepala. Ata tersenyum lalu menghadapkan mukanya ke tengah kolam. B2agu sedih. idup cuma bisa nyanyi lagu itu aja. Dia gak bisa nyanyi lagu lain untuk kami, Tar. Kadang kami punya kekuatan untuk ngedengerin. Kadang gak. "asalah muncul kalo kami lagi gak kuat. 9ak ada cara lain kecuali lari. 9ue lari sendirian. Ari lari sendirian. !eneng juga rasanya kalo bisa lari sama$sama. ,aling gak ada tangan yang bisa dipegang. 9ak terasa sendirian. !ayangnya gak begitu.B Ata terdiam. ening yang terasa mengiris tercipta setelah itu. BItu kondisi kami, Tar. 9ue dan Ari. Kami bertahan ngejalani hidup dengan senjata yang ternyata sama. 'okok. Alkohol, bikin huru hara, dan bikin bonyok orang kalo kebetulan tu samsak lagi tersedia.B 5ntuk kali yang tak terbilang lagi, Ata kembali terdiam. BDan kalo lo harus berangkat perang setiap hari, satu kai dua puluh empat jam, tanpa jeda, lo cuma bukan akan babak belur di satu sisi. !emuanya. %isik, hati, pikiran, emosi, akal sehat, semangat. 2o akan jadi orang yang mencari$cari 3atamorgana dan delusi.B !epasang mata Tari sedikit menyipit mendengar kata terakhir Ata itu. B9ue ngeliatnya lo gak kayak gitu deh, Ta,B bantahnya. B2o baik$baik aja. 2o kuat. Kalo Kak Ari emang bermasalah. Tapi itu juga gak separah orang lain. 1ang sampe kena narkoba atau tukang bikin rusuh gitu. Dia cuma trouble maker yang sering ngeselin aja. Tapi sebenarnya dia baik kok.B Ata tersenyum tipis. B9ue gak baik$baik aja, Tar. Karena lo gak pergi, lo ngeliatnya gue baik$baik ja. Kalo lo pergi, kalo posisi gue jadi kayak Ari...,B Ata menoleh, Blo akan kaget, karena gue akan mempertahankan lo dengan cara yang lebih keras daripada Ari.B Tari tertegun. B2o ngancem)B tanyanya pelan. B2o delusi) 2o gak nyata)B Ata bertanya sama pelannya. Dija#ab pertanyaannya sendiri itu karena sepasang mata Tari menatap tak mengerti. B!ama kayak Ari, gue kaget banget. Ternyata ada orang yang punya nama bener$bener sama dengan kami berdua. +ama a#al lo adalah nama Ari dan nama lo sekarang adalah nama gue. 'asanya kayak udah lama tersesat di kabirin dan tiba$tiba aja ada petunjuk di mana pintu keluar. Entah pintu itu menuju ke mana. "udah$mudahan ke tempat yang lebih menyenangkan.B B9ue gak yakin bisa ba#a kalian ke tempat begitu.B Tari langsung merasa menyesal. Ata tersenyum. B2o gak tau. !ama seperti kami.B Dalam sedetik jeda kedua matanya lalu mengerjap letih. BJadi jangan pergi...B Dia menoleh. BTolong,B bisiknya. Tari menatap pandang memohon itu. Digigitnya bibir ba#ahnya tanpa sadar. ,erlahan dia mengangguk. Dengan ancaman Ata tadi dan dengan semua yang dilakukan Ari selama ini, dirinya toh memang tak mungkin bisa pergi. Ata terlihat lega. -ibirnya mengucapkan terima kasij tanpa suara. Kemudian kembali dia memalingkan muka. "emandang #anita batu berkebaya di tengah kolam. .o#ok itu menarik napas panjang lalu mengembuskannya kuat$kuat. !uara yang menyertainya menorehkan pedih untuk Tari. Karena Tari tahu, suara tarikan dan embusan napas itu adalah sakit yang tak terucap. Aliran darah yang tak terlihat. .engkeraman BkematianB dalam hidup yang masih berjalan. Dan harapan yang mungkin telah sampai di ambang penyerahan. Tiba$tiba ponsel Ata menjeritkan ringtone tanda ada !"! masuk. .o#ok itu mengeluarkannya dari saku depan celana jinsnya. !eketika ekspresi mukanya jadi kaku. BAri,B ucapnya pendek sambil memperlihatnya layar ponselnya ke Tari. Dengan terkejut Tari mendekatkan mukanya. Di layar ponsel Ata, di ba#ah tulisan B"y T#inB yang diikuti sederet angka dan tiga angka lambang kegelapan terselip di antaranya. Terpampang sebuah kalimat pendek yang semuanya tertulis dengan huru3 kapital. 5DA +9AK5 -2&" 2&/) J9+ 9AK 1A/// !ambil menarik napas lalu mengembuskannya dengan kesal, Ata menekan sebuah tombol lalu mendekatkan ponsel itu ke telinga. B9ue udah ngaku/B tegasnya dengan nada tajam. B,uas lo sekarang) ... Dia biasa$ biasa aja ... Kenapa) 2o kece#a) 2o berharap dia marah terus dengan histeris ngatai gue tukang tipu, gitu) -elagak sok baik padahal sebenernya gue mirip lo. "aa3 kalo bikin lo kece#a. Tapi tadi gue udah bilang ke dia, kalo gue dan lo itu hampir sama.B Ata tersenyum untu saudara kembarnya di ujung lain sambungan. Dengan cemas Tari mengikuti percakapan di deepannya. "eskipun tidak bisa menangkap apa yang diucapkan Ari, nada$nada tajam dan tinggii di ujung sana itu bisa didengarnya dengan cukup jelas. B9ak. Dia sama sekali gak keberatan. 2o gak percaya) Anaknya ada di depan gue nih sekarang. "au ngomong)B Ata tersenyum. Kali ini untuk Tari. B!ekarang apa lagi yang lo mau gue akuin di depan Tari) mm) "umpung kami lagi sama$sama nih. alo) alo)B !epertinya Ari mengakhiri pembicaraan itu dengan tiba$tiba, karena beberapa saat Ata masih memanggil nama saudar kembarnya itu. Ata tersenyum sambil menjauhkan ponsel itu dari telinga. BKayaknya dia kece#a. ,erkembangnnya gak seperti yang dia harapkan. Dia pikir kita bakalan ribut dan hubungan kita akan berakhit sama kayak hubungan lo sama dia.B Dimasukannya ponselnya itu ke saku depan celana. Tari geleng$geleng kepala. BTu orang ya, hobi banget bikin huru hara.B Ata terta#a pelan. B2ega sekarang.B .o#ok itu menarik napas panjang lalu mengembuskannya dengan suara ringan. BJalan yuk)B ajaknya kemudian denganm suara pelan. BKe mana)B BDekat$dekat sini aja. 9ue baru pertama kali ke sini. 2e#at sih beberapa kali, tapi gal pernah berenti.B BAyo.B Tari mengangguk setelah sesaat melirij jam tangannya. !udah terlanjur pulang telat, mending sekalian aja. ,embicaraan tadi sepertinya menguras energi Ata, karena co#ok itu berjalan di sebelah kanan Tari dalam diam. Kedua tangannya terbenam dalam saku celana. Tari tak ingin mengusik, karena pengakuan Ata tadi juga menguras emosinya. Keduanya berjalan bersisian tanpa membuika mulut sama sekali. "enyusuri sebuah jalan aspal yang tak terlalu lebar, yang bera#al dari salah satu sisi taman tadi. Kira$kira tiga ratus meter jauhnya, langkah$ langkah dalam diam itu memba#a mereka ke tempat penjualan barang$barang bekas atau sering disebut pasar loak. Tidak seperti pasar loak pada umumnya yang cenderung kumuh, berantakan dan ra#an, pasar loak ini terlihat bersih dan rapi. Kios$kiosnya berjajar teratur. -arang$barang dagangan di setiap kios juga diatur dengan rapi dan terlihat jelas selalu dibersihkan. Tidak mengherankan. ,asar loak tersebuk memang bukan pasar loak sembarangan. Itu pasar loak yang masuk dalam da3tar tempat$tempat #isata yang dita#arkan kota Jakarta untuk turis$turis mancanegara. !eketika keheningan itu mencair. Tari menoleh ke Ata dengan kedua mata penuh binar ketertarikan. al yang sama ternyata juga ditemukan dalam sepasang mata Ata. !egera keduanya bergegas menghampiri deretan kios barang bekas itu. "ereka melangkah menyusuri trotoar lebar di depan kios$kios itu dengan penuh minat dan langkah$langkah yang jadi superlambat. Tetap tanpa bicara, tapi kali ini bukan karena beban pikiran, namun karena ada begitu banyak benda yang menarik, aneh, lucu, dan unik. -anyak dari benda$benda itu bahkan mereka tidak tahu kegunaannya dan baru pertama kali ini melihatnya. -ahkan di dalam satu kios. "endadak Tari berhenti. Tubuhnya menghadap ke dalam kios lurus$lurus. BEh, Ta. 2iat deh/ 2iat/B serunya penuh semangat. BApa)B tanya Ata bingung. BItu tuh. "esin jahit yang dipojokan.B !atu tangan Tari terangkat dan menunjuk lurus$ lurus ke sudut ruangan, ke sebuah mesin jahit tua yang diletakkan di antara dua mesin jahit lain yang berbeda model namun terlihat sama tuanya. B"irip banget kayak punya nyokap gue. +yokap kan buka usaha jahit di rumah. Daster$daster kodian gitu she. 5dah lama. "esin jahit pertamanya persisi kayak gitu. adiah dari "bah ,utri #aktu +yokap merit.B Tari langsung bercoloteh dengan sangat bersemangat. Dengan senyum merekah dan kedua mata yang berbinar. "esin jahit itu memang memberikan banyak kenangan manis pada masa kanak$kanaknya. Tentang mbah putri dan mbah kakungnya yang tinggal jauh di desa sana. Tentang desa itu sendiri. ,edesaan indah khas Ja#a. Dengan gunung, sungai, sa#ah, dan kebun$kebun pala#ija. "esin jahit itu menyimpan timbunan kenangan yang benar$benar berharga. !ekarang benda itu tersimpan di ruang jahit mamanya. Dalam semua lemari kaca. -ak benda pusaka. -egitu asyik dan bersenangatnya Tari bercerita, begitu tenggelamnya dia dlam lautan kenangan manis itu, hingga tak menyadari #ajah Ata pucat pasi. .o#ok itu terguncang hebat. Ata bahkan sampai terhuyung mundur. Tubuhnya nyaris kehilangan seluruh tenaga. !aat ini dia masih sanggup berdiri tegak karena tiang lampu jalan menopang punggungnya. Tari baru menghentikan celotehnya saat menyadari dia bicara sendiri. Tidak ada pendengar. .e#ek itu lalu menoleh, mencari$cari. !eketika dia tertegun. -ertumpu sepenuhnya pada tiang lampu jalan dengan seluruh tulang punggungnya, Ata telah menjadi seperti mayat yang diletakkan berdiri. .o#ok itu terlihat seperti tanpa aliran darah di tubuh. "ukanya benar$ benar pucat. Dan dia membeku sempurna. BTa, lo kenapa)B Dengan cemas Tari bergegas menghampiri. BAta, lo kenapa)B tanyanya lagi begitu sampai di depan co#ok itu. Tak ada ja#aban. !epertinya Ata juga telah kehilangan 3ungsi indra pendengarannya. Dalam kebekuannya yanh benar$benar total, kedua matanya menatap lurus$lurus pada satu titik. Tari menoleh ke arah tatapan kedua manik hitam itu tertuju, mencari$cari. Ada terlalu banyak barang bekas di dalam kios itu. -eberapa barang malah bisa dikategorikan sebagai barang antik. .e#ek itu tidak bisa memastikan benda mana yang sedang terkunci dalam 3okus tatapan Ata. 1ang telah BmematikanB co#ok itu. Alhirnya Tari mengguncang$guncang lengan Ata sambil berseru pelan. BAta/B Ata tersadar. Kedua matanya mengerjap kaget. Tubuhnya bergerak. B2o kenapa sih)B Tari menatapnya lekat$ lekat, benar$benar kuatir. Ata tak menja#ab. Dia terlihat seperti linglung. BKita pukang, Tar,B desisnya kemudian dengan suara tercekik. B2o tuj kenapaaa)B Kembali Tari mengguncang$guncang lengan Ata. 9emas karena co#ok itu tak juga menja#ab, sementara jantungnya nyaris berhenti berdetak melihat kondidi co#ok itu tadi. BKita pukang/B Ata tetap tak ingin menja#ab. Dia meraih satu tangan Tari lalu menarik ce#ek itu pergi dari tempat itu. "eskipun lini telah bergerak, Ata tetap pucat pasi. Dia tetap terlihat seperti mayat atau orang yang sakit dan kehilangan banyak darah. Dia juga kembali mendadak bisu. Tari berhenti bertanya. Terpaksa menelan seluruh kebingungannya untuk dirinya sendiri. !etidaknya untuk saat ini. Karena dia sadar, kedua telinga Ata kini juga mendadak kembali tuli. Terpontang$panting Tari mengikuti langkah Ata yang panjang dan tergesa. Tari bahkan nyaris setengah berlari karena Ata terus menggandengnya. Kelima jari co#ok itu menggenggam seperti cakar$cakar es. Dingin menggigitkan. Ketika E6erest hitam itu tampak di kejauhan, langkah$langkah Ata justru semakin cepat, seperti tak sabar ingin secepatnya pergi. Dan itulah yang dilakukannya begitu sudah berada di belakang kemudi dan Tari duduk di sisinya. E6erest hitam itu segera meninggalkan tempatnya diparkir dan bergabung dengan kendaraan$kendaraan lain di jalan raya. 2angsung terlihat mencolok karena Ata BmemangsaB setiap ruang kosong yang ada. Dia bahkan beberapa kali membuat gerak Aig$Aag tajam, memaksa beberapa kendaraan mengalah dan melambatkan laju mereka. .o#ok itu masih bisu. Dia juga masih tuli. "obil melaju cepat dengan keheningan di dalamnya. Dan Tari memilih untuk mengikuti. Dia duduk diam dengan pandangan lurus ke depan. Kedua tangannya mencengkeram tepi jok kuat$ kuat. Ditelannya ketakutannya tiap kali mobil membuat manu6er tajam. Dia juga sama sekali tak berusaha bahkan untuk sekedar mencuri lihat dengan lirikan cepat. !epuluh menit kemudian Ata menepikan mobil. Dia menoleh dan menatap Tari dengan permintaan maa3. B!ori, Tar. 9ue gak bisa nganter sampai rumah,B ucapnya pelan. Kemudian co#ok itu membuka pintu di sebelahnya turun. B1uk, gue cegatin taksi.B Dia mengangguk kecil lalu menutup pintu. Dengan kebingungan yang makin memuncak, Tari membuka pintu di sebelahnya dan turun. Tapi dia sudah bertekad akan menggunakan kesempatan menunggu talsi kosong itu untuk berusaha mendapatkan ja#aban penyebab perubahan Ata ini. 1ang begitu mendadak dan drastis. !ayangnya arus lalu lintas di depan mereka cukup ramai. Tak sampai setengah menit taksi kosong muncul di kejauhan. Ata langsung mengulurkan tangan kirinya untuk menghentikan. Dibukanya pintu belakang. Tari terpaksa menekan lekece#aannya, tapi yang terutama, kecemasannya. Dia masuk ke dalam taksi. Tidak seperti biasanya, setelah meletakkan selembar uang di pangkuan Tari dan memberi tahu sopir ke mana sang penumpang itu diantar, Ata langsung menutup pintu. Dia tidak mengucapkan pesan$pesan perpisahan yang selalu diucapkannya selama oni. ati$hati di jalan, telepon atau !"! kalo sudah sampai rumah, bilang kalau ongkosnya kurang. -egitu pintu penumpang di belakangnya menutup, sopir taksi langsung menginjak gas, seperti perintah terakhir Ata. !ekali lagi Tari melihat kejanggalan. -iasanya Ata selalu menunggu sampai taksi yang ditumpanginya menghilang di ujung jalan atau tikungan, baru dia pergi. Tapi le#at kaca spion, Tari melihat co#ok itu langsung melangkah menuju mobilnya begitu telah menutup pintu taksi. Dan tak lama, dengan cara mencondongkan moncong mobilnya ke tengah jalan untuk memaksa kendaraan$kendaraan lain berhenti, E6erest hitam itu berputar arah seratus delapan puluh derajat, kembali ke arah semula. Tari tercengang. !ebyah dugaan langsung berkelabat di benaknya. !eketika, nyaris di luar kesadaran, ditepuk$tepuknya punggung sandaran jok supir kuat$kuat. B,ak/ ,ak/ -erhenti, ,ak/B -apak sopir menghentikan mobilnya dengan kaget. BAda ap...)B B,utar balik, ,ak/ Ikutin mobil item yang tadi/B !eruan bernada genting Tari memotong pertanyaan heran pak sopir. "elihat bapak sopir taksi itu cuma menatapnya dengan bingung, kembali Tari menepuk$nepuk punggung jok yang diduduki si sopir. Kali ini lebih keras. B.epetan, ,aaak/ 9a#at banget urusannya niiih/B serunya tak sabar. B9ak jadi dianter ke tempat yang dibilang anak tadi)B B9ak/ 9ak/ Tolong cepet kejer moboil item yang tadi, ,ak/B "elihat Tari yang seperti akan menangis, bapak sopir taksi itu buru$buru memutar kemudi. Taksi itu berbalik arah. Tapi E6erest hitam Ata sudah tak terlihat. B!aya tau dia pergi ke mana. -apak lurus aja. +anti ada perempatan, belok kanan,B Tari langsung memberikan pengarahan. Dugaannya tepat. E6erest hitam itu terlihat di area parkir kecil tak jauh dari deretan kios barang$barang bekas itu. "elihat posisinya, terlihat jelas mobil itu diparkir terburu$buru. B!to sin aja, ,ak/B seru Tari tertahan. Taksi itu berhenti. "asih dua ratus meter jauhnya dari area parkir itu. Tari menyerahkan selembar lima puluh ribuan dari dua lembar yang tadi diletakkan Ata di pangkuannya. Tanpa menunggu kembalian, dia membuka pintu dan bergegas turun. "engambil tempat di seberang jalan, Tari berlari dari perlindungan satu pohon pelindung jalan ke pohon berikutnya dengan cepat. !aat jarak yang tersisa tinggal sekitar lima puluh meter, baru Tari berhenti. Dia melekatkan diri rapat$rapat pada batang pohon di sebelahnya. ,erlahan dan hati$ hati, kemudian diintipnya ke seberang jalan. Ata berdiri beku di depan kios barang bekas yang belum lama mereka tinggalkan itu. Tubuhnya terlihat menegang. !ama seperti tadi, kedua matanya menatap lurus$lurus ke dalam kio. Ke sebuah benda yang tidak dapat ditemukan Tari. Ketika sepuluh menit kemudian kios itu juga kios$kios yang lain tutup$karena #aktu telah menunjukkan tepat pukul lima sore$Ata tetap bergeming. Tetao berdiri membeku di tengah trotoar yang kini kosong dan lengang. Tetap memandang ke benda itu meskipun kini benda itu tak lagi terlihat dalam 3okus oandangan. Terhalang sebuah kerai besi yang sepuluh menit lalu diturunkam oleh sang pemilik dagangan. 2unglai, Ata bergerak mundur perlahan. Tetap dengan kedua mata yang tertancap ke benda itu yang kini terhalang dari pandangan. ,unggungnya lalu membentur tiang lampu penerang jalan, menghentikan langkah$langkah lunglai itu. Tari melihat pemandangan yang membuat hatinya nelangsa sekaligus makin dililit tanda tanya. Ata meluruh di sana. Jatuh terduduk. Dengan kedua kaki yang terlipat dan punggung yang kini sepenuhnya disangga oleh tiang lampu jalan, co#ok itu kembali membeku. !ambil menggigit bibir Tari bergegas mengeluarkan ponsel dari dalam kantong luar tasnya. Dia benar$benar tidak mengerti apa yang sebenarnya sudah terjadi. Tapi kalau tidak bertanya, dirinya tidak akan pernah tahu ja#abannya. Dengan ceopat diketiknya sebuah !"! pendek. -ertanya ada apa dan bah#a dia benar$benar kuatir dengan perubahan Ata yang tiba$tiba. 2angsung dikirimnya !"! itu begitu selesai. !ayup, Tari bisa mendengar ponsel Ata meneriakkan ringtone. .ukup keras untuk ukuran situasi di jalan kecil yang lengang itu. !"!$nya telah sampai di tujuan. Tari tercengang ketika ternyata ringtone itu tak mampu menghancurkan beku yang membelenggu Ata. .o#ok itu tetap terjerat kuat di dalamnya. Tari menyaksikan kenyataan itu dengan mulut ternganga. -erati sesuatu yang serius telah terjadi. !ayangnya dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, apalagi terus menemani meskipun hanya dari jauh dan tak tersadari begini, karena hari telah beranjak gelap dan dia tidak tahu sampai kapan Ata terpuruk di depan kios itu. Dengan perasaan yang benar$benar berat, terpaksa Tari meninggalkan tempat itu. 888 !ituasi sekarang berbalik. Tari duduk bersila di atas tempat tidurnya dengan bibir tergigit dan kedua mata menatap layar ponselnya lurus$lurus. Entah sudah berapa lama #aktu yang dile#atinya dengan cara begitu. Kecemasan makin mengimpit, nyaris membuatnya tidak mampu melakukan apa$apa. Dua belas panggilan telepon dan tujuh buah !"!. Darinya untuk Ata. +amun, tak satu pun mendapat tanggapan. Ata membisu di seberang sana. Entah dia telah berada di rumah ataukah masih terpuruk di depan kios di jalan kecil yang lengang itu. "alam itu Tari nyaris tidak bisa memejamkan mata. -ayangan Ata yang pucat pasi dan berdiri membeku di depan kios barang bekas itu benar$benar menyiksa Tari. Keesokan paginya, Tari berangkat sekolah dengan mata yang masih setengah mengantuk dan hati yang semakin disesaki kecemasan serta tanda tanya. al yang pertama langsung dilakukannya begitu membuka mata setengah jam sebelum subuh tadi adalah mengecek ponsel. Dan layarnya tetap kosong. Ata masih membisu. B"enurut lo apa yang dia liat)B tanya %io pelan. Tari menggeleng muram. B9ak tau. Di situ tuh ada banyak banget barang bekas. -anyak yang udah kuno banget malah. Ada benda aneh yang gue gak tau itu apa atau buat apa.B .e#ek itu menggeleng lemah. B9ue sama sekali gak punya dugaan apa yang diliat Ata kemaren, sampe dia berubah jadi drastis begitu.B Bp$nya akti3)B BAkti3. Tapi dia gak mau ngangkat. !"!$ !"! gue juga gak ada yang dia bales.B BKenapa ya dia)B gumam %io. Keduanya lalu terdiam. "enatap jalan raya yang sibuk di kejauhan. Tenggelam dalam lautan tanda tanya yang sama. !ekali lagi dinding$dinding di sekitar koridor depan gudang menjadi saksi diam rahasia$rahasia tentang Ari dan semua hal yang berhubungan dengan co#ok yang paling berkuasa di sekolah itu. -el masuk berbunyi. Tari dan %io balik badan dengan gerakan lambat lalu berjalan menuju kelas. Kembali Tari mengirimkan sebuah !"! untuk Ata. -erharap saat jam istirahat pertama nanti akan terjadi keajaiban. 888 -erkilo$kilo meter dari langkah Tari yang lunglai, di trotoar seberang deretan kios barang bekas itu, Ari duduk di atas jok motornya bahkan sejak hari masih gelap. !ejak kepingan masa lalu itu mendadak dihadirkan, co#ok itu nyaris tak sanggup melakukan apa pun. Keseluruhan dirinya seketika tersedot ke masa$masa sebelum perpisahan yang tiba$tiba itu. ,ikiran, energi, emosi, hati. ingga yang dilakukannya adalah benar$benar terjaga menunggu pagi. !ejak malam Ari merenung di teras kamarnya. Dan ketika #aktu menunjukkan pukul lima pagi, co#ok itu langsung berdiri dari duduk diam seopanjang malamnya. Dan di sinilah dia sekarang sejak pukul setengah enam tadi. Duduk di atas jok motornya juga dalam diam. Kedua matanya terus menatap ke seberang jalan. ,ada salah satu kios dari banyak kios berjajar di sana yang masih tertutup rapat. -erbatang$batang rokok habis terisap ketika kios itu akhirnya buka, sesaat menjelang pukul sembilan. !eketika Ari bangkit dari duduknya yang sudah berpindah dari atas jok motor ke bata trotoar. .o#ok itu berdiri tegang saat bapak pemilik kios tempat kedua matanya tak pernah teralihkan mulai mengangkat kerai kiosnya. 2ogam berlipat yang mulai berkarat itu meneriakkan derit tajam saat dipaksa untuk bergerak naik. "emantik detak jantung Ari. "enciptakn rentetan dentam yang menggetarkan rongga dadanya. Ketika akhirnya kerai itu sepenuhnya terbuka, dia membekukan co#ok itu seutuhnya. Tidak hanya tubuh, tapi nyaris seluruh kesadarannya. Di sanalah benda itu. -enda kecil. -erusia tua. Kusam. Tak berharga. Teronggok di sudut. Terlupakan, namun sangat ingin diraih dan dipeluknya. Diseberanginya jalan raya dengan langkah setengah berlari. Dihampirinya toko itu lalu berdir tepat di depannya. Di tengah$tengah trotoar. Kini jarak Ari dengan benda itu tak lebih dari tiga meter. +amun tiga meter itu kemudian merentaskan masa lalu ke hadapan. "engenyahkan masa kini. !akit sehitam jelaga seketika mencengkeramnya erat. !ama sekali tak diduganya, banyak kenangan ternyata masih tersimpan rapi dalam salah satu sudut benak dan alam ba#ah sadarnya. Dan semua itu kini menyeruak keluar seperti putaran cepat sebuah jentera. -anyak rasa yang selama ini dipaksanya untuk tertidur, kini juga terjaga. "enggeliat dan menggila. +yaris menggilas kesadarannya. Ari mendekati bapak pemilik kios dengan langkah gamang. B,ak...,B ucapnya dengan suara lirih dan serak. B"esin jahit yang itu harganya berapa)B -apak sang pemilik kios menghentikan kesibukannya membersihkan barang$barang dagangannya dengan kemoceng. B1ang mana)B tanyanya, menjahit ketiga mesin jahit dagangannya satu per satu. B1ang di tengah.B B7ah, kalau itu gak dijual, +ak. !udah dibayar orang.B Ari merasa sesuatu dalam dirinya dicabut paksa. Dan dia tahu apa sesuatu itu. arapan. Detik ini juga alam ba#ah sadarnya meneriakkan perla#anan. B!aya bayar dua kali lipat, ,ak.B -apak itu menggeleng, tersenyum minta maa3. B9ak bisa, +ak. Ini bukan soal uang. "esin jahit ini sudah milik orang. -ukan milik -apak lagi.B Ari tidak mau menyerah. B!aya ba#a pulang sebentar ya, ,ak. +anti -apak saya kasih alamat rumah saya. +omor telepon juga. Kalo orang yang beli mesin jahit ini dateng, -apak telepon saya. +anti kangsung saya anter ke sini. Kalo saya gak datang, -apak ambil paksa aja ke rumah.B B"aa3, +ak. 9ak bisa. !oalnya itu udah bener$bener dibayar lunas.B B!aya betul$betul janji, ,ak. +anti kalau orang yang beli itu dateng, langsung saya anter ke sini lagi. Kalo orang itu marah, nanti saya jelasin.B Ari nyaris saja akan berlutut saat mengucapkan kata$kata itu. Dengan ekspresi muka menyesal, -apak itu kembali menggeleng. B"aa3, +ak. -apak betul$betul minta maa3. "esin jahit itu sudah dilunasi dan orangnya bila titip dulu di sini. +anti mau diambil, begitu katanya. Dia juga bilang, titipnya gak lama. &rang yang beli itu datangnya juga belum lama kok. Kamu cuma telat sedikit aja.B arapan meredup di kejauhan. B!aya bayar tiga kali lipat, ,ak/ !aya bayar sekarang/B Ari berseru tanpa sadar. 9etaran hebat menyertai seruan itu. -apak pemilik kios itu tertegun. ,ada dua manik hitam pekat di hadapannya, dia melihat bukan hanya permohonan yang amat sangat. "ata tuanya tahu, anak laki$ laki ini telah melalui banyak hal menyedihkan. Dan mesin jahit tua itu sepertinya benda yang punya arti sangat penting untuknya. !ayangnya dia tidak bisa membantu. ,erlahan kepalanya menggeleng. Ari melunglai. B!aya boleh lihat)B pintanya kemudian dengan suara lirihn setelah beberapoa saat terdiam dengan kepala menunduk. BKalau cuma liat, boleh. !ebentar ya, -apak ambil.B -apak itu beranjak ke dalam. Diambilnya mesin jahit itu lalu diba#anya ke hadapan Ari. -apak itu meletakkan mesin jahit itu di atas sebuah meja kuno di depoan Ari. Kedua mata Ari mengerjap pelan. ,erlahan dia duduk bersimpuh di depan mesin jahit itu. "enatapnya namun dengan 3okus yang terbentang teramat jauh ke #aktu$#aktu yang hilang. Disentuhnya mesin jahit itu dengan gerakan yang benar$benar perlahan. !eperti takut benda itu adalah khayalan. Disentuhnya setiap detainya dengan jari$jari gemetar. !etiap detailnya adalah nyanyian. +amun setiap detailnya juga tangisan. !etiap detail juga seribu tanya dalam kepanikan dan keputusasaan. !etiap detail juga hardikan ayahnya dalam putus asa karena ketidakmampuan memberikan ja#aban. !etiap detail adalah ta#a, canda, tangis, dan pertengkaran. !etiap detail adalah pelukan dan rangkulan. !etiap detail adalah bahagia dan cinta. !etiap detail adalah usaha pencarian yang tak kenal letih. !etiap detail sebenarnya adalah harapan yang tal kenal habis. +amun, setiap detail adalah pertahanan yang jatuh bangun dan makin menipis. Entah berapa lama #aktu yang sudah terle#at. Dengan penuh pengertian sang bapak pemilik kios membiarkan Ari duduk membeku di depan kiosnya, dengan pandangan tak sedetik pun terlepas dari mesin jahit itu. -eberapoa saat kemudian Ari berdiri. !etelah sekali lagi menatap mesin jahit itu, dihampirinya bapak pemilik kios. BTerima kasih, ,ak,B ucapnya dengan suara yang benar$benar tidak terdengar. Kalau saja gerak bibirnya tidak terbaca, bapak pemilik kios bitu tidak akan tahu apa yang diucapkannya. Dia mengangguk dengan menyesal. B"aa3 ya, +ak.B BIya, ,ak. 9ak papa. Terima kasih.B !ekali lagi Ari mengangguk. Kemudian dia balik badan dan meninggalkan kios itu dengan langkah cepat menuju motornya yang diparkir di seberang jalan. Dan langsung ditinggalkannya tempat itu. !esak cekikikan masa lalu yang ditahannya mati$matian kimi tumpah. "e#ujud dalam bening air mata yang tak sanggup lagi ditahan. B!ialan/B desis Ari. .epat$cepat diusapnya kedua matanya dengan salah satu lengan baju. Dirutukinya kebodohannya. Tak sadar dia tidak menggunakan helm saat pagi tadi bergegas meninggalkan rumah demi benda tua itu. Ari kemudian menggas motornya gila$gilaan. "enuju sebuah danau, sejauh yang bisa diingatnya, terletak tidak begitu jauh. !ampai di tujuan, motor hitam itu berhenti di tepinya dengan suara decitan karena tali rem yang ditarik mendadak. Ari turun. Dengan gerakan sangat cepat, co#ok itu melepaskan kausnya dan meletakannya di atas jok, bersamaan dengan kedua kakinya melepaskan sepatu kets yang dipakainya, bergantian. Kemudian dia berlari menuju danau dan menceburkan diri ke dalamnya. &rang$orang menoleh kaget. -eberapa re3leks berlari ke arah suara mencebur keras itu, yang menimbulkan cipratan air yang cukup tinggi juga gelombang dan riak. "engira sesuatu yang buruk telah terjadi. Tapi tak lama mereka berhenti, karena melihat Ari berenang hilir$mudik dengan berbagai gaya. !uatu saat dia menukik ke dalam beningnya danau, kali lain dia telentang dengan tenang dan berenang lambat. &rang$orang itu lalu pergi sambil menggerutu, meneruskan akti6itas masing$ masing yang sempat tertunda. "ereka dongkol dan mengira Ari cari sensasi. "ereka tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Ari sedang meminta pada danau kecil itu untuk menerima air matanya. !ebagaimana danau itu juga telah selalu menerima air mata langit yang kini beriak dalam peluknya. 2ima belas menit kemudian Ari menepi. Kedua matanya memerah, tapi dia terlihat sedikit lebih tenang. Dikenakannya kausnya kembali. Tak peduli dengan celana jins yang basah kuyup dan terus meneteskan air, co#ok itu menaiki motornya. Dan langsung meninggalkan tempat itu. 888 'umahnya selalu sunyi dan mesin jahit itu membuat kesunyian rumah ini semakin berat untuk dihadapi. Ari memasuki rumah dengan langkah cepat. Jinsnya yanhg basah kuyup meninggalkan jejak berupa titik$titik air. .o#ok itu langsung berjalan menuju kamarnya. Tidak menoleh ke kiri atau kanan, karena memang tidak ada yang perlu diliat apalagi disapa. Dengan cepat dilepaskannya seluruh pakaiannya lalu dilemparkannya begitu saja ke sudut kamar. !ambil berjalan ke arah lemari, diliriknya jam di dinding. Jam pelajaran bahas Jepang sedang berlangsung. -u "iyati pasti sedang sibuk mengoceh di depan kelas. Ari tersenyum sendiri. Dadanya sedang sesak dan dirinya harus melakukan sesuatu agar sesak ini berkurang. Akan dibantunya -u "iyati mengoceh dalam bahasa negeri matahari terbit itu. -edanya, -u "iyati mengoceh dalam bahasa Jepang yang baik dan sudah pasti benar, sedangkan dirinya akan mengoceh dalam bahasa Jepang yang setahunya benar. Dua puluh lima menit kemudian, kelas GF I,A C hening senyap. -u "iyati sedang me$ re6ie# tata bahasa Jepoang yang diberikannya pada minggu pertama sis#a$ sis#i di sepannya ini duduk di kelas dua belas, dalam bentuk percakapan perorangan. !atu orang kebagian jatah menja#ab dua pertanyaan. Dan kegitan itu stuck pada sis#a yang baru saja datang pada lima meniy menjelang jam pertama mengajarnya selesai/ -u "iyati sampai mengajukan lima pertanyaan dan Ari menja#abnya dengan kalimat yang tata bahasanya bisa membuat murka "enteri ,endidikan Jepang. "eskipun niatnya memang membuat kacau, Ari bukan sengaja. Kelemahannya memang pada bahas aksaranya yang berbasis simbol/ -ukan latin. Karena suasana hatinya sedang sangat buruk, ditambah tuduhan -u "iyati bah#a dirinya sengaja mengacaukan jalannya pelajaran, akhirnya co#ok itu mempersilahkan sang ibi guru yang sedang cemberut berat itu untuk mengajukan pertanyaan berikut. Dan dia berjanji akan menja#abnya dengan baik dan benar secara tata bahasa. ,ermintaannya dituruti. !eisi kelas langsung menyimak dengan konsentrasi supertinggi, karena seriusnya #ajah Ari biasanya menandakan sesuatu akan terjadi. -u "iyati mengajukan sebuah pertanyaan, tentu saja dalam bahasa Jepang. Ari meja#abnya dengan benar, secara arti dan tata bahasa, tapi dalam bahasa Ja#a/ 9ak tanggung$tanggung. Karena dilihatnya -u "iyati tercengang, Ari sampai menjelaskannya di #hiteboard, lengkap dengan aksara Ja#a yang dia latinkan/ o no co ro ko $ do to so #o lo $ po do jo yo nyo $ mo go bo to ngo. Dua puluh aksara Ja#a itu terpampang besar$besar di #hiteboard, dalam bentuk huru3 asli dan 2atin/ !eisi kelas kontan terpukau. "ereka menatap tulisan asing di #hiteboard itu, yang bahkan baru pertama kali ini mereka lihat, dengan mulut ternganga. Terlebih lagi karena Ari yang menuliskan. !ama sekali mereka tak menyangka, co#ok tukang bikin onar itu ternyata menguasai bahasa yang bagi mereka seasing bahasa El3$nya The 2ord o3 the 'ings. BItu bukan huru3 India ya, 'i)B tanya 'ina. B-ukan,B tandas Ari. B9imana sih lo) 2o kan juga orang Ja#a.B !elama lebih dari lima menit kemudian, meman3aatkan ketercengangan -u "iryati, Ari memberikan sesi pelajaran bahasa Ja#a kepada teman$teman sekelasnya plus ibu gurunya yang notabene juga orang Ja#a tapi buta bahasa daerahnya sendiri. B-uat saya, -u,B ucap Ari sambil meletakkan spidol di meja guru, Bbahasa nasional itu pertama. Kedua, bahasa yang jadi akar identitas diri, maksud saya suku atau etnis. -aru deh abis itu kita pelajari bahasa orang. +egara kita lagi krisis identitas nih, jadi perlu kembali ke akar. 5ntuk mencegah disintegrasi. Jadi Ibu gak perlu marah$marah cuma karena saya gak bisa bahasa Jepang. arusnya Ibu malu. -isa bahasa Jepang, tapi gak bisa bahasa Ja#a.B !eisi kelas kontan bertepuk tangan riuh dan gegap gempita, membuat kesadaran -u "iyati kembali. !egera ibu guru itu berusaha membuat kontrol kembali. Ditegurnya Ari dengan keras. Dengan segera Ari menegur balik karena memang ini yang sedang dia butuhkan. !eorang la#an untuk melepaskan sesak di dadanya. !ebenarnya yang paling dia butuhkan saa ini adalah la#an baku hantam. -erhubung sekarang masih jam belajar, terpaksa dia harus menunggu sampai nanti siang, selesai jam belajar. Jadi saat ini la#an tarik urat cukuplah. "enit berikutnya seisi kelas Ari menyimak dengan senang hati perdebatan seru yang terjadi di antara dua kubu, Ari dan -u "iyati. -era#al tentang bahasa, kemudian merembet ke masalah nasionalisme, dan segera berpindah ke topik$topik lain. Debat itu menghabiskan #aktu dan ketika akhirnya -u "iyati terdiam dalam kekalahan, dengan muka merah padam, #aktu mengajarnya tinggal tersisa sepuluh menit. Ibu guru yang terobsesi dengan segala sesuatu yang berbau Jepang itu kemudian melangkah ke luar kelas dengan marah. -el istirahat berbunyi. ,enghuni kelas Ari nyaris utuh. !emuanya mendadak jadi tertari belajar bahasa Ja#a. 2ima menit kemudian, Alma, ce#ek kelas sebelah datang lalu berteriak keras di pintu. BAri, lo dipanggil kepala sekolah. !EKA'A+9///B 8888 -el istirahat pertama berbunyi. Tari langsung mneyambar ponselnya dari dalam laci. !eketika kedua bahunya melunglai saat didapatinya layar ponselnya tetap kosong. "asih tidak ada reaksi dari Ata. "asih tidak ada kabar apa pun. !esuatu yang seharusnya diketahui ce#ek itu dengan baik, karena sejak ponsel itu diletakkan dalam laci tiga jam lalu, benda itu tidak pernah mengeluarkan getaran. !ama sekali/ Jam istirahat kedua, hal yang sama terjadi. Tercenung, Tari memendangi layar ponselnya yang tak juga memunculkan nama Ata. Dihelanya napas panjang. Dengan lesu ce#ek itu bangkit berdiri lalu berjalan keluar kelas dengan langkah lambat menuju koridor depan gudang. Di sana, dengan kedua mata menera#ang ke kejauhan, akhirnya ce#ek itu sampai pada satu kesimpulan. Dia akan berhenti mencecar Ata dengan tanya, meskipun itu murni karena dirinya kuatir. Dia akan berhenti bertanya kenapa Ata mendadak diam dan menghilang di luar sana. Dia juga tidak akan lagi ingin tahu apa yang menyebabkan Ata pucat pasi #aktu itu. !esuatu telah terjadi dan mungkin itu memang tidak bisa dibagi. anya milik co#ok itu sendiri. 888 Dua menit setelah bel pulang berbunyi, Tari dan %io membaur dalam kepadatan arus sis#a yang berjalan menuruni tangga menuju koridor utama. -egitu mele#ati mulut koridor utama, Tari melihat terjadi kemacetan total di ruas jalan di sebelah lapangan basket. !emua orang berhenti dan berdiri berdesakan di sepanjang tepi lapangan basket. Tari dan %io saling pandang sesaat lalu bergegas menghampiri kerumunan itu. Dengan paksa mereka menyeruak sampai mendekati tepi lapangan, penasaran ingin tahu apa yang sedang terjadi sampai semua orang batal pulang. !eketika Tari ternganga dengan ngeri. Di depannya sedang berlangsung permainan basket paling brutal yang pernah dia lihat. Three on three. Dengan dua sis#a kelas sebelas dan satu sis#a kelas sepuluh$ ketiganya berbadan besar$yang tadi terpilih oleh jari telunjuknya untuk jadi tim la#an, Ari mengubah lapangan basket jadi ajang olahraga setengah gladiator. -ukannya basket three on three, yang terjadi di lapangan basket itu lebih tepat diebut rugbi one on three, karena Ari yang menguasai lapangan dan seluruh jalannya permainan. Jika Tari baru menyaksikan kekacauan Ari siang ini, 'idho dan Aji telah menyaksikannya sejak tadi pagi. -ermula pada pelajaran bahsa Jepang dan berlanjut ke jam$jam pelajaran berikutnya. -ukan cuma terhadap -u "iyati, Ari membuat marah hampir semua guru pada jam$jam pelajaran berikutnya. !ampai$sampai dia dua kali dipanggil ke kantor kepsek. Dua$ duanya terjadi pada jam istirahat, karena itu 'idho dan &ji terus membayangi Ari. Termasuk siang ini. 'idho dan &ji lebih mem3ungsikan diri sebagai penga#as dan pelindung dibandingkan teman satu tim. ,enga#as untuk setiap tindak tak terkendali Ari dan pelindung untuk ketiga junior yang dipaksa masuk lapangan itu. Karena selain mengubah gaya permainan basket menjadi cenderung rugbi dan gladiator, beberapa kali juga Ari membuatnya jadi terlihat seperti gulat bebas bahkan smackdo#n. Kalau begitu, 'idho terpaksa turun tangan. "enarik junior yang jadi sasaran Ari ke belakang punggungnya, dan gantinya dia mengumpankan dirinya sendiri. Akibatnya siang itu area depan sekolah jadi ramai, karena banyak yang jadi menghentikan langkah untuk menyaksikan olahraga aneh itu. Termasuk Tari. -ersama %io, ce#ek itu mengikuti setiap adegan yang terjadi di lapangan basket dengan kebingungan dan tanda tanya yang semakin ru#et di kepalanya. Akhirnya Tarui menggamit lengan %io. Tak tahan melihat adegan yang terjadi di depannya. B,ulang yuk/B bisiknya. %io langsung mengangguk. -elum jauh keduanya pergi, tiga guru laki$laki muncul dan mengakhiri dengan paksa pertandingan basket paling aneh itu. Keenamnya lalu digelandang menuju ruang guru. B9ila/B desah Tari. BItu basket paling sadis yang pernah gue liat.B BIya.B %io mengangguk setuju. BKak Ari kenapa ya)B BItu dia. 9ue juga bingung. Ata jadi aneh. Kak Ari juga jadi aneh.B Tari menghela napas. B&o &o& o&, iya/B Tari tersentak. B9ue mau kasih tau Ata ah.B -uru$buru dikeluarkannya ponselnya dari saku kemeja. Konsiten dengan keputusan yang telah diambilnya, Tari mengirimi Ata !"! yang isinya hanya berisi tentang Ari. Dia tidak lagi bertanya tentang co#ok itu sendiri. Isi !"! itu benar$benar hanya tentang Ari. Tentang permainan basket yang brutal. Tentang dugaannya bah#a Ari sedang dalam masalah. Tentang kecemasannya karena sepertinya kali ini masalah yang di hadapi Ari cukup berat. -aru pada akhir !"! Tari menyinggung tentang Ata. Itu pun berupa doa semoga co#ok itu baik$baik saja. 888 Jam delapan malam, Tari nyaris melejit dari tempat tidur, tempat dia sedang mengerjakan tugas$tugas sekolah dengan posisi tengkurap. Ata menelepon/ BTa, lo...B .e#ek itu lkangsung menghentikan a#al dari berondongan pertanyaannya. Dia teringat komitmennya untuk tidak lagu mencecar Ata dengan pertanyaan$pertanyaannya. BKok diem)B tanya Ata lunak. B"au nanya apa)B B"m.. 2o kenapa)B tanya Tari kemudian dengan nada rendah dan hati$hati. Tak lama redaksi kalimatnya tadi langsung dia ganti, karena sadar itu terlalu ingin tahu. B2o baik$ baik aja, kan)B BKalo yang lo maksud dengan baik itu gue gak sakit, gue baik.B B!yukur deh kalo gitu. "mm... Ta, sebenarnya ada apa sih)B Tari mendengar Ata menarik napas panjang. BKayaknya gue udah ngasih hantaman yang terlalu keras buat Ari. "eskipun maksud gue sama sekali bukan begitu.B B"aksudnya)B tanya Tari tak mengerti. Kembali Ata menarik napas panjang. B"esin jahit yang lo tunjuk #aktu itu, yang lo bilang mesin jahit pertama nyokap lo...,B Ata terdiam sesaat, Bsama persis dengan mesin jahit nyokap kami. "esin jahit dia yang pertama juga. adiah perka#inan dari "bah ,utri juga.B Tari ternganga. B1a ampun. Kok bisa samaan gitu ya)B B"akanya gue juga kaget. !yok malah ngeliatnya.B Kening Tari mengerut. Ada yang aneh. BTapi kan lo tinggal sama nyokap lo)B Keheranan Tari terlontar juga. Karena menurutnya, aneh kalau Ata sampai kaget melihat benda milik ibunya sementara sang ibu tinggal bersamanya. BEmang. Tapi tu mesin jahit gak keba#a. 1ang ninggalin rumah kan +yokap dan gue. -ukan -okap sama Ari. 9ak tau kenapa begitu deh. asil perjanjian kali, ya. 1ang harus keluar dari rumah tuh malah +yokap. -ukan -okap.B B&ooh.B Kini Tari paham. BJadi gue telepon Ari, ngasih tau dia. 9ue tanya, tu mesin jahit masih ada gak) Kalo gak, masin jahit yang #aktu itu kita liat, mau gue beli.B BTerus, apa kata Kak Ari)B BEntah di mana, katanya. "ereka kan udah lama banget ninggalin rumah yang lama. 'umah kami #aktu kecil dulu. Katanya #aktu masuk rumah yang baru, yang sekarang mereka tempatin itu, masing$ masing dari mereka cuma ba#a dua tra6el bag. .uma barang$barang pribadi. -arang$ barang yang lain, maksudnya kayak perabotan, gak tahu sama -okap dikemanain.B B&oooh.B Tari mengucapkan BohB dengan suara sangat lemah. +ada sedih yang tertangkap jelas dalam suara Ata membuatnya tanpa sadar ikut merasa sedih juga. B"ungkin Kak Ari ngeliatnya tadi pagi, ya)B B"ungkin. 9ue ngasih tau dia semalem.B B,antes aja Kak Ari tadi keliatan kacau banget. .ara dia main basket sadis banget, Ta.B B5dah gue duga.B BIyalah. 2o aja...B !erentak Tari menutup mulutnya dengan satu tangan. ampir aja/ -ego banget sih gue/) makinya dalam hati. B9ue kenapa)B tanya Ata. B1aaah...B Tari menggigit bibir sesaat. BKemaren lo pucat banget. "endadak, lagi. 9ue sampe takut banget. "akanya gue cuma nelepon lo sampe berkali$kali. !"!$ !"! berkali$kali juga.B B!ori, Tar,B ucap Ata dengan nada menyesal. BEh, tapi ada yang gue gak ngerti nih. Kenapa Kak Ari kacaunya sampe parah banget gitu sih)B Tak sadar pertanyaannya goblok dan gak berperasaan. Apalagi setelah didengarnya Ata menghela napas. Tapi ada yang tidak dia mengerti. Toh ibu kedua kembar itu masih hidup. "asih bisa ditemui kalau Ari mau. Jarak Jakarta$-ogor juga gak jauh$ jauh amat. Dan dari cerita$cerita Ata selama ini Ata sdelama ini, dirinya menarik kesimpulan ibu mereka belum menikah lagi sampai sekarang. -egitu juga dari kabar yang santer beredar di sekolah, Ari cuma hidup berdua dengan sang Ayah. Jadi meskipun terpisah, 3ormasi mereka masih tetap sama. Tetap berempat. -elum ada orang baru yang masuk. Jadi belum ada orang asing yang kehadirannya mau gak mau harus mereka terima sebagai anggota keluarganya. !ikap Tari itu bisa dibilang #ajar. Anak$anak dari keluarga yang utuh memang cenderung sulit memahami apa yang duirasakan oleh anak$anak dari keluarga yang berantakan. B-uat gue maupun Ari, mesin jahit itu nyimpen banyak kenangan #aktu kami masih tinggal sama$sama, Tar. "asa$masa kami kecil. 7aktu keluarga kami masih utuh, kayak keluarga$keluarga yang lain. 7aktu anggotanya masih lengkap. -elum ada kemarahan yang kami gak ngerti. -elum ada kebencian yang kami gak pahami juga.B BTapi kalian kan masih bisa saling ketemu. Iya, kan)B BEmang. "asih. Tapi #alaupun keluarga kandung, Tar, kalo udah pisah rumah, rasanya udah dak sepenuhnya kayak keluarga kandung lagi. 'asanya jadi kayak setengah keluarga gitu deh. Karena ada hal$ hal tentang mereka yang kita gak tau lagi. 7aktu masih satu rumah kita kan selalu tau orangtua kita atau adik$kakak kita ngerjain apa saja, sehat atau gak. Kalo udah pisah, apalagi lumayan jauh, yang kita tau tinggal garis$garis besarnya aja. ,adahal yang bikin keluarga jadi deket itu kan justru hal$hal yang kecil, yang sepele, yang gak penting banget, yang gak keliatan dari luar. 1ang hanya jadi milik orang$orang di dalam keluarga itu sendiri.B BIya sih,B Tari mengangguk dan berucap pelan. Jadi merasa bersalah. B"aa3 ya, Ta..,B ucapnya lirih. B"aa3 untuk apa)B tanya Ata heran. B1ah, coba #aktu itu gue gak nunjukin mesin jahit itu ke lo. 9ak akan ada kejadian kayak gini. 9ue gak akan bikin lo jadi sedih, gue juga gak akan bikin Kak Ari jadi kacau banget gitu.B Dari cara Ata menarik napas, Tari tahu co#ok itu tersenyum. B-ukan salah lo,B ucap Ata kemudian dengan nada lembut. B2o juga gak tau, kan) Ini bukan kemauan lo, bukan kemauan gue juga, apalagi kemauan Ari. Emang harus begini. "ungkin mesin jahit itu memang ada di sana untuk diliat sama kita.B BIya sih. Tapi tetep aja gue ngerasa bersalah.B B5dahlah. 9ak papa. 9ak usah dipikirin. Ini takdir, Tar. -ukan salah siapa$siapa.B BIya sih.B Tari menarik napas. BEh, nyokap lo sekarang masih jahit)B B"asih. Kenapa)B B,asti udah sukses banget ya. !ampe bisa beli mobil bagus buat lo. Kalo nyokap gue sih usahanya masih gitu$gitu aja dari gue masih kecil. Tapi itu karena dia emang pinginnya cuma sekedar nambah$nambah uang belanja. 9ak pingin jadu usaha#an yang sampe gimana gitu.B !esaat senyap di seberang, sebelum kemudian Ata menja#ab dengan nada yang seperti tidak ingin membahas. B"ungkin karena tak ada lagi yang ngasih dia na3kah. Dan ada anak yang harus dia hidupin, kan)B BIya sih.B BEh, udah dulu ya, Tar. 9ue bentar lagi mau...B B-imbel)B potong Tari. BTepat/B Ata terta#a pelan. B,asti deh. &ke. "akasih ya udah nelepon.B B9ue makasih juga karena lo udah selalu care. !ama gue, sama sodara kembar gue.B Ata menutup telepon. 888 Keesokan harinya, jam istirahat pertama, Tari dan %io berjalan keluar kelas menuju kantin, tapi tidak ada niat sama sekali untuk makan. Kekacauan Ari dan penjelasan Ata semalam membebani pikiran Tari dan membuat selera makannya hilang. %io terpaksa melupakan keinginannya untuk melahap makanan berat. Dibelinya sepotong roti untuk sekedar menggajal perut. Tari langsung berjalan ke arah koridor yang menghadap ke area depan sekolah. %io sudah tahu, pasti Tari ingin membahas lagi soal kekacauan Ari dan telepon Ata. Karena sejak pagi cuma itu yang dibicarakan Tari. Tari yang sedang menatap lurus ke area depan sekolah$sambil melupakan minuman di tangannya$membuat %io bergegas menghampiri. !egera dia tahu apa yang tengah ditatap Tari dengan begitu serius. Ari. -erdiri bersandar di pagar sekolah yang terlindung di panas matahari, pentolan sekolah yang kemarin siang membuat orang banyak jadi bingung, heran, dan ngeri itu sekarang terlihat amat sangat berbeda. -erdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada, pandangannya terarah lurus ke depan. Ke arah teman$teman sekelasnya yang sedang mengisi #aktu istirahat dengan bermain 3utsal. Tapi dari jauh pun Tari bisa melihat, 3okus tatapan Ari tidak tertuju pada kesepuluh orang yang sedang berada di laopangan itu. Ari berdiri diam. Diam yang beku. Diam yang tidak lagi menyadari sekelilingnya. -ahkan ketika tendangan bola salah satu temannya melenceng ke luar lapangan dan menghantam pagar tidak jauh di sebelahnya, Ari tetap tak tersentak apalagi terlontar dari belenggu lamunannya. Dia tetap terkunci di dalamnya. Tetap membeku sempurna. Kesepuluh temannya jadi terheran$heran melihat itu, tapi kemudian memutuskan untuk membiarkannya begitu. B-eda banget sama kemarin, ya)B desah Tari. BKemaren tuh gue ngeri banget. !ampe gue kira tiga co#ok yang jadi la#annya bakalan mati begitu tu pertandingan basket brutal selesai.B -uru$buru Tari mengeluarkan ponselnya dari saku kemeja lalu mengirimi Ata sebuah !"!. "enceritakan keanehan itu. Tidak ada respons dari Ata. Tapi sejak pembicaraan semalam, Tari mengerti. Dua hari belakangan ini adalah hari$hari yang berat bagi kedua kembar itu, karena itu sejak a#al Tari tidak berharap Ata akan merespons !"!$nya. 1ang penting co#ok itu tahu perkembangan terakhir yang terjadi pada saudara kembarnya. Istirahat kedua, Ata menelepon. BKenapa dia)B tanya Ata langsung. !uaranya masih sama seperti semalam, tak lagi bersemangat seperti sebelum kejadian mesin jahit itu. Bari ini dia aneh, tapi gak kayak kemaren. Tadi gue liat dia diem gitu. -ener$bener diem kayak patung. 9ak bergerak sama sekali.B Tari lkalu menceritakan apa yang dilihatnya saat jam istirahat pertama tadi. B9ak apa$apa kalo cuma begitu. -agus malah. Dia gak bikin celaka orang,B ucap Ata setelah cerita Tari selesai. BIya sih.B Tari mengangguk. BTapi gue malah kuatir kalo Kak Ari kacaunya diem begitu. "ending kayak kemaren deh. Emang sih serem banget ngeliatnya. Tapi masih mending begitu. Ketauan. Kalo diem gitu kan jadi gak ketauan. +tar tau$tau dia mabok$mabikan, lagi. Atau ba#a motornya ngebut, atau trek$trekan. "alah bahaya, kan)B Ata terta#a pelan. Ta#a yang bagi Tari tidak jelas maksudnya. B2o kuatirin gue juga dong. Jangan Ari melulu. 9ue juga kacau nih.B BKalo lo sih gue gak begitu #orry. 9ak kacau$kacau amat. .uma kacau sedikit. Apalagi ada nyokap lo. +yokap lo tiap hari di rumah, kan) .uma keluar sesekali doang. Kak Ari tu yang kasian. Dari in3o yang gue denger nih, bokapnya tuh sering tugass keluar kota sama keluar pulau. Keluar negeri juga malah. -isa sampe berhari$hari. -erati dia di rumah sama siapa ya) Terus makannya gimana) Emang sih duitnya banyak. -isa makan di mana aja. Tapi tetep, makan di rumah tuh paling enak. -areng sama keluarga.B Kata$katanya membuatnya terenyuh sendiri. Tari menghela napas. B-okapnya Kak Ari tuh mikirin anaknya gak sih) !ering ditinggalin gitu kan kasihan. ,antes aja tuh anak jadi badung banget.B Ata terta#a lagi. "eskipun tetap pelan, kali ini terdengar geli. B2o pake kata DbokapnyaD, udah kayak bokapnya Ari tuh bukan bokap gue aja.B BEh)B Tari teradar. B&h, iya, ya)B Tari terta#a malu. Ata menghela napas. B"au Ari kacaunya kayak apa, biarin aja, Tar. Dia harus ngele#atin ini. !ama kayak gue harus ngele#atin ini juga.B BIya sih,B desah Tari berat. B2agian gue juga gak bisa bantu apa$apa kok.B BDengan lo sebentar$sebentar lapor ke gue, itu udah amat sangat membantu. 9ue terima kasih banget.B Tari terdiam. BTa, maa3, ya,B ucapnya kemudian lambat$ lambat. BKalo #aktu itu gue galk nunjukin mesin jahit itu, pasti gak ada kejadian kayak gini.B BKayaknya semalem gue udah ngomong deh.B BIya. Tapi gue 3eeling guilty banget nih. -eneran.B B!aran gue, mending lo makan aja deh. 2o pasti belom makan, kan)B Ata mengucapkan sarannya itu dengan suara lembut. BKok lo tau)B Kedua mata Tari melebar. BTaulah. Tadi jam istirahat pertama kan lo abisin buat nga#asin sodara gue.B BIya emang.B .e#ek itu tersenyum. B"akanya. 1a udah, sana makan dulu. +tar keburu jam istirahatnya abis.B B&ke deh.B Ata menutup telepon. Tlercenung, Tari menatap ponselnya yang kini bisu. ,erhatian Ata sampai ke soal makan tadi, yang bahkan dirinya sendiri tidak menyadari, makin membuatnya merasa bersalah. 888 ari ini Ari aneh lagi.Tapi kali ini keanehannya bikin heboh.-ikin histeris,terutama ce#ek$ce#ek. -egitu memasuki halaman sekolah,Tari melihat co#ok itu sedang berdiri di pinggir lapangan bersama 'idho dan &ji.Ari tampak serius dengan ponsel yg menempel disatu telinganya.Tiba$tiba kedua mata Ari menatap Tari.2urus,dan terus mengikutinya.'e3leks.Tari langsung bersikap #aspada.!ambil terus berjalan,dia balas menatap Ari lurus$lurus. Tiba$tiba co#ok itu menyerahkan ponselnya ke &ji dan segera berlari ke arah Tari..e#ek itu terkesiap.!eketika dia berhenti melangkah.Dia tak tahu apa tujuan Ari.1ang jelas,itu pasti jelek.karenanya otak Tari juga langsung gerak cepat.memutuskan tindakan apa yg akan diambilnya begitu co#ok itu sampai di depannya nanti. Ternyata tujuan Ari sama sekali bukan Tari,melainkan ce#ek yg berjalan di depan Tari.Di sisa jarak,Ari melompat.Dia rentangkan tangan kirinya,tepat saat tubuh ce#ek di depan Tari itu terhuyung lalu luruh terjatuh. !esaat sebelum tubuh ce#ek tak dikenal yg melunglai itu membentur aspal,Ari menangkapnya.!ecara otomatis tubuhnya menysuaikan diri dengan gerak meluruh itu.Dan secara naluriah dipeluknya tubuh lemah itu,menjaganya dari kemungkinan terjatuh lalu membentur kerasnya aspal. !emua sontak terpana.!esaat hening tercipta sebelum kemudian gemuruh suara memenuhinya.!orak dan seruan riuh,tepukan tangan keras$keras dan jerit histeris ce#ek$ce#ek yg pingsan itu langsung membahana,menggetarkan area depan !"A Airlangga pagi ini. -erbeda dengan reaksi hampir seluruh sis#a yg menyaksikan peristi#a itu,Tari justru tertegun menatap pemandangan itu. Ari yang tengah berlutut dengan satu kaki menyentuh tanah.Dengan seorang ce#ek pingsan dalam pelukan yg direngkuhnya dengan kedua lengan. !ejak tadi Tari memang sudah heran dengan ce#ek yg berjalan tidak jauh di depannya itu.2ambat dan terlihat agak sempoyongan.Tapi sama sekali tak diduganya,dari begitu banyak manusia yg memenuhi area depan sekolah,justru Ari$lah satu$satunya yg bereaksi.!ang pentolan sekolah..o#ok yg menyandang begitu banyak predikat buruk. BElo berdua,B'idho menunjuk dua co#ok yg berdiri di kerumunan penonton terdepan.B-a#a dia ke ruang 5K!.B Kedua sis#a yg pasti bukan kelas dua belas itu segera mematuhi."areka menghampiri Ari lalu dengan hati$hati mengambil alih ce#ek yg sedang pingsan itu. Ari berdiri.Dia bersihkan kedua kaki celana panjangnya.Kerumunan pun bubar. Tanpa sadar Tari masih berdiri di tempatnya."asih menatap Ari."asih tertegun.Ada torehan yg tercipta saat itu jg.Terlalu tiba$tiba,hingga Tari sendiri tak langsung menyadarinya. 888 Tiba$tiba Ari menoleh.Tatapan tajam kedua bola mata hitam itu kini terarah lurus pada Tari..e#ek itu tersentak.!eketika dia tersadar dari ketertegunannya yg cukup lama.!ambil menelan ludah,buru$buru dipalingkannya muka dan ditinggalkannya tempat itu dengan langkah$langkah cepat yg sudah bisa dikategorikan sebagai berlari. Dengan kedua matanya,Ari terus mengikuti setiap langkah cepat Tari.!ampai ce#ek itu hilang ditelan karidor utama. Tari berlari menuju kelas.!etelah melempar tasnya ke meja dari jarak yg lumayan jauh,segera dia berlari kembali ke luar kelas,menuju karidor depan gudang.!ambil berlari ke sana,dikeluarkannya ponsel dari saku kemeja.Dan begitu sampai di sana,Ata sudah ada di ujung telepon. B1a,Tar)B BTa,masa pagi ini...B2aporan Tari terputus karena dia sibuk mengatur napas. BAneh lagi)BAta menyelesaikan kalimat itu. BIya.B B-ikin apa dia sekarang)B BItu...BTari terdiam."endadak dia menyadari,yg akan dia laporkan kali ini adalah keresahan hatinya sendiri/ BKok diem)B tanya Ata. B+ggak jadi deh,Bucap Tari dan langsung menutup telepon. .e#ek itu tercenung.-aru disadarinya dadanya berdetak dengan yg tidak #ajar,keras,cepat.Tapi bukan karena habis berlari.,eristi#a tadi ternyata telah mengguncangnya.,emandangan tadi ternyata telah menusuknya. Tiba$tiba ponselnya menjeritkan ringtone.Tari terlonjak.Kini ganti Ata yg menelepon. BAda apa)B .o#ok itu langsung bertanya begitu Tari mengangkat telepon. B&h,nggak ada apaa$apa kok.Itu,Kak Ari...)B B-ukan Ari.Elo/B potong Ata seketika. BEeeh...gue)B tanya Tari dengan nada bingung.BEmang gue kenapa)B BJustru itu yg tadi gue tanya,kan)Elo kenapa)B B9ue nggak apa$apa)B Be$eh.Emang kenapa)B B+ah,itu berarti lo tau.Ari kan emang harus nangkep tu ce#ek karena tu ce#ek pingsan.Daripada kepalanya kebentur aspal,bisa geger otak.Kasian,kan)B Tari sontak terperangah. BK&K E2& TA555555///)B jeritnya langsung. B1a ampun/ -isa pecah nih gendang kuping gue/B desis Ata. BKok elo bisa tau sih/)B seru Tari. BTadi gue lagi nelepon Ari.2agi ngomong sama dia.Tiba$tiba jadi ganti suaranya &ji.&ji yg cerita.2aporan langsung dari lokasi peristi#a.Dan kata &ji,ada satu lagi ce#ek yg mukanya pucat.Kabur dari situ.Elo,kan)B BApa/)B Tari tergagap.B+ggak/ -ukan/B!eketika dia menyangkal,dengan intonasi yg tidak disadarinya...terlalu penuh penekanan. ening di seberang. Tari ingin memulai pembicaraan,tapi kalimat terakhir Ata menghantamnya tepat di sasaran. BTar,B ucap Ata kemudian dengan suara lunak,Bmulai sekarang tolong lo pikirin ya.B BApanya)B tanya Tari. Tak ada ja#aban karena Ata telah menutup telepon. 888 Ari melihat jam tangannya. Dua menit menjelang bel. (9ue cabut, Dho,* ucapnya sambil meraih ransel dan jaket hitamnya. (-ercanda lo/* 'idho terbelalak. (Kita mau ulangan matematika.* Ari tak peduli. !etelah menepuk pelan bahu 'idho, dia melangkah keluar kelas. Tak jauh dari tangga turun dia berpapasan dengan &ji. ("au ke mana lo)* &ji langsung bertanya dengan nada heran. (Kalo gue udah begini menurut lo mau ke mana) mm)* Ari sedikit merentangkan kedua lengannya. Ditatapnya &ji dengan kedua alis terangkat tinggi. (.abut)* &ji menja#ab dengan bego. (-ener. ,inter0* Ari tersenyum. Ditepuk$ tepuknya puncak kepala &ji. (-elajar yang rajin ya, biar tambah pinter.* 5capnya langsung balik badan menuruni anak tangga tiga$tiga sekaligus. (Apaan sih tu orang) +ggak jelas banget,*&ji menggumam sambil geleng$ geleng kepala. "enyusuri koridor utama dengan langkahlangkah cepat. Ari bisa merasakan hatinya terbelah dua. "asing$masing berjalan kearah berla#anan. Ke kematian dank e kehidupan. Tidak ada yang bisa di lakukannya dengan hatinya yang tengah berjalan ke kematian. anya yang tengah berjalan ke kehidupan, akan dia perjuangkan dengan segala cara. Jikalau nanti pada akhirnya bagian hatinya ini juga berjalan ke arah kematian, dia sudah tidak bisa apa$apa lagi. (A'I///* sebuah suara yang sudah amat sangat di kenalnya terdengar di belakang punggungnya. !ambil mempercepat langkah, Ari balik badan. ("au ke mana kamu)/* tanya bu !am galak. Ari .uma tersenyum. Tak menja#ab. 2angkahnya yang kini mundur, bergerak semakin cepat. (,agi, -u.* Dia anggukan kepala dan langsung balik badan. Dengan sekali lompat dihabisinya undukan tangga pendek di mulut koridor dan langsung berjalan ke arah motor hitamnya. -u !am hanya bisa geleng$ geleng kepala. 88888 Ari berdiri diam di depan pintu pagar rumah Tari sejak lima belas menit yang lalu. !uara pertama yang menyambut kedatangannya dan masih terdengar saat ini, yang membuatnya nyaris terjatuh dari motor tadi lalu mematung seperti ini, adalah suara yang mendominasi hari$hari masa kecilnya. Di tariknya napas dalam$dalam. "empersiapkan hati, baru saja akan di bukanya mulut untuk mengucapkan salam, sebuah gerobak sayur mendekat lalu berhenti tidak jauh di sebelah kanannya. (-550/ !A1555555''''///* sang penjual teriak keras$keras, sambil melirik Ari dengan pandangan curiga. Ari menelan ludah. -ersamaan dengan kedua matanya yang perlahan terpejam. Ini juga suara yng hilang !embilan tahun yang lalu. !uara mesin jahit itu berhenti. Tak lama pintu di ruangan kecil di sebelah ruang tamu terbuka. (A'I)/* "ama Tari terlihat kaget, melihat yang berdiri di depan pagar rumahnya pagi ini bukan hanya tukang sayur langganannya. Ari menganggukkan kepala. +yaris terlontar dari mulut mama Tari pertanyaan kenapa pada jam sekolah Ari keluyuran, namun beliau mengurungkannya begitu melihat #ajah Ari yang keruh. (Kok nggak masuk)* tanya mama Tari sambil membuka pintu pagar. (Ayo masuk. !ebentar ya, Tante belanja dulu.* (Iya, Tan.* Ari mengangguk sambil tersenyum lalu melangkah memasuki halaman kecil di depan rumah Tari. Dengan sabar, di tunggunya mama Tari di teras. !epuluh menit kemudian #anita itu sudah selesai dengan rutinitas paginya. (Ayo,* ajaknya. Ari mengira mama Tari akan memba#anya keruang tamu. Tapi ternyata #anita itu mengajaknya ke ruangan kecil di sebelah ruang tamu itu, tempat tadi dia keluar. !aat pintu itu terbuka, seketika itu pula Ari terlempar ke masa lalu. Tanpa peringatan. Tanpa persiapan. Kalau mesin jahit tua itu adalah alat yang telah melemarnya ke masa lalu, maka ruangan ini adalah masa lalu itu. Tumpukan baju dan daster menggunung di salah satu sudut ruangan. 9untinganguntingan kain bertebaran di lantai. Di atas meja, sebuah mesin jahit yang terletak tidak jauh di depannya, menahan sehelai daster batik pada jarum jahitnya. !ementara mesin jahit itu, mesin jahit yang sangat mirip dengan punya mamanya, terletak di dalam lemari kaca. ,emandangan itu seperti pukulan telak yang datang beruntun dan menghantam tepat pada pusat penyangga kekuatannya. Tubuh Ari menegang langkahnya seketika terhenti di ambang pintu. "ama Tari yang tidak menyadari perubahan it uterus berjalan ke ruangan dalam dan berbicara tanpa menoleh. ("aa3 ya, 'i, tempatnya berantakan.* Ari tidak mendengar. +anar kedua matanya menatap ke seisi ruangan. Dan tetep di situ sampai mama Tari muncul beberapa saat kemudian, dengan segelas the manis hangat dan sepiring kue. 7anita itu terkejut mandapati #ajah Ari yang pucat. (Kamu kenapa)* tanyanya cemas. (!akit)* (Eh) &h, nggak kok, Tan. +ggak pa$pa.* seketika Ari tersadar dari keterpanaan. .epat$cepat dia menggeleng sambil memaksaakan diri tersenyum. (Ayo masuk/* mama Tari meletekkan piring dan teeh manis itu di depan meja. (Iya, Tan. Terima kasih.* Ari melangkah menuju sebuah so3a panjang. !atu$satunya tempat duduk yang ada di ruangan itu. (Tante nerima jahitan)* suaranya mulai di #arnai dengan getaran. Karena tanya yang kinoi dia lontarkan langsung bersentuhan dengan masa kanak$kanaknya. (Iya. 2umayan untuk nambah$nambah uang belanja,* mama Tari menja#ab pertanyaan itu smabil meraih setumpuk daster. 7anita itu kemudian duduk di lantai di depannya. "elihat itu re3leks Ari bangkit berdiri. (5dah, nggap apa$apa. +ggak usah ikutan duduk di lantai. Tante udah biasa begini.* (+ggak ah, Tan. +ggak sopan.* Ari bersikeras duduk di lantai. Tidak jauh dari mama Tari. (Di makan kuenya, itu tante yang bikin lho.* (Itya, Tan. Terima kasih.* Ari mengangguk dan berucap dengan suara lirih. Tidak ada percakapan setelah itu. "ama Tari begitu sibuk dengan perkerjaan yang memang sudah menumpuk. ingga tidak menyadari tamu yang tadi di undangnya masuk saat ini sedang terperangkap dalam badai emosi paling hebat yang pernah dia alami. Ari menundukkan kepalanya dalam$dalam. Di telannya ludah susah payah. Di basahinya tenggorokannya yang terasa sakit. Tapi dia kangen suara$suara ini. !uara$suara yang telah lama hilang. !uara mesin jahit yang sedang bekerja, suara gunting yang membelah kain, dan suara$suara lain yang begitu serupa. -agitu 3amilier dan begitu membuatnya merasa seperti telah kembali pulang. 1ang dilakukan mamanya dulu. "enerima jahitan untuk menambah penghasilan. Dan rutinitas masa kecilnya, yang baginya kemudian menjadi kenangan yang paling berharga, adalah menemani mamanya menjahit. !eperti yang di lakukannya saat ini. Kadang dengan sebuah buku cerita di pangkuan, kadang dengan sebuah buku gambar dan sekotak krayon, kadang dengan satu set permainan puAAle atau permainan$ permainan lainnya, atau dengan sepiring cemilan. !ementara mama sibuk menjahit, memotong kain, memasang kancing dan menyusun daster$daster batik yang sudah selesai dalam susunan kodian. Tanpa sadar kepala Ari menunduk semakin dalam. Kabut bening perlahan muncul dan menghilangkan n3okus kedua matanya dalam temaram. Teramat tipis namun setelah bertahun$tahun berhasil menekannya sampai kesudut yang gelap, ini adalah luapan emosi pertama yang tidak sanggup di redamnya. !ebagian dari ji#anya yang tertahan pada usianya delapan tahun, yang selama ini dipaksanya untuk tidur, kini berontak hebat. -angkit dari mati surinya yang panjang dan memaksa keluar. Ari merasa harus pergi secepatnya, karena tidak yakin akan sanggup menangangi dirinya sendiri jika ji#anya yang tertahan pada usia delapan tahun berhasil keluar. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukannya terhadap mama Tari. Tanpa sadar meringkuk dengan kepala di pangkuan seperti saat$ saat kecil dulu, atau$lagi$lagi tanpa sadar$ merengek meminta #anita itu mengusap$ ngusap kepalanya. !eperti yang dulu dilakukan mamanya jika dirinya mulai mengantuk. Ari mengangkat kepala. Diletakkannya gelas teeh manisnya ke meja, sementara kue yang sedari tadi hanya di pegangnya, utuh, di kembalikannya lagi ke piring. Kemudian dia bangkit berdiri. (Tante, saya pamit.* "ama Tari sedang sibuk di depan mesin jahitnya menoleh kaget. (Kok buru$buru)* (2ain kali saya mampir lagi, Tan. Terima kasih kue dan minumannya.* Karena tidak mampu lagi menyembunyikan kelamnya kepedihan yang panjang, Ari menganggukan kepala lalu cepat$cepat melangkah keluar. !esaat kedua matanya sempat terpejam. Jika saja bisa, jika saja dimungkinkan, dia tidak ingin pergi. Tapi rumah ini bukan rumahnya. Dan #anita yang ada di dalam sana juga bukan ibunya. Tidak ada alas an untuk tetap tinggal, meskipun dia merasa seperti pulang. anya lima belas menit Ari sanggup bertahan. +amun lima belas menit kebersamaan itu nyaris menghancurkan pertahanan diri yang susah payah dibangunnya selama bertahun$tahun, dan akhirnya menyakinkan Ari bah#a dia memang harus mengambil tindakan tegas terhadap saudara kembarnya. 888 alte yang terletak tidak jauh dari jalan menuju rumahnya telah terlihat di kejauhan. Tari berdiri lalu melangkah menuju pintu depan bus. -egitu busa berhenti, ce#ek itu bergegas turun, karena sopir angkutan umum sudah terkenal tidak sabaran. -aru saja dia akan melangkah pergi, sudut matanya menangkap sosok seseorang. (Ata)* serunya tertahan. Tidak percaya medapati co#ok itu berdiri di halte yang saat itu kosong dan lengang. Ata tersenyum. Dia terlihat letih. (+gapain lo di sini)* Tari bergegas menghampirinya. (+ungguin elo,* (Kok nggak kasih tau)* Ata tidak menja#ab. Dia hanya tersenyum. Dengan heran Tari mengamati penampilan co#ok itu. (2ecek amat sih lo) Tumben)* (ard times,* Ata menja#ab pelan. Kembali sebuah senyuman muncul di bibirnya. (Ada apa, Ta) Ada apa)* Tari langsung cemas. (2o berantem lagi sama kak Ari)* (-anyaklah. 2o kan tau hidup gue emang banyak masalah. Tapi gue kesini bukan mau ngomongin itu.* (Terus, lo mau ngapain)* (+geliat elo,* !eketika kedua alis Tari menyatu. (+ggak paham.* .e#ek itu menggeleng. (+ggak perlu.* Ata ikut menggeleng. Tari mengerutkan kening, bingung. 2ebih bingung lagi saat kemudian Ata, sambil melipat kedua tangannya di depan dada, menatap lurus$lurus padanya. Tatapan yang tidak dia mnegerti. 2embut namun membentangkan jarak. !edih, namun sarat terima kasih. ,enuh percik dan gejolak, namun dia juga diam. Dan ada keinginan memeluk sekaligus tidak ingin pelukan itu nantinya akan mendekatkan. (Ada apa sih, Ta)* Ata tidak menja#ab. anya diam. anya menatap. (Ata, lo kenapa siiiiiiih)* akhirnya Tari bertanya dengan kesal. (2o kesambet, ya) Apa kebanyakan bimbel)* mendadak dia teringat kalimat terakhir Ata di telepon tadi. (&h, iya. Tadi pagi apa tuh maksudnya) Apa yang harus mulai gue pikirin) Kalo ngom0* +amun, ja#aban yang di berikan Ata benar$ benar di luat dugaan. .o#ok itu mengulurkan kedua tangannya lalu memeluk Tari. ,elukan yang benarbenar erat. ,elukan dengan keseluruhan rentang kedua tangan. ,elukan yang memutuskan pertanyaan itu. ,elukan yang benar$benar menenggelamkan Tari di kedalam emosi. anya sesaat. Dan sebelum Tari menyadari apa yang terjadi sebenarnya, co#ok itu telah menguraikan pelukannya. "enatapnya dengan tatapan yang tak terpahami itu, balik badan lalu melangkah menuju E6erest hitamnya diparkir. (A0* E6erest hitam itu sudah meluncur pergi. "embiarkan tari ternganga dengan sisa ucapan yang tersangkut di pita suara. 888 "endadak Ata menghilang. ,onselnya sudah tidak akti3 lagi. -erkali$kali Tari mencoba menghubungi, tapi selalu berakhir dengan suara monoton operator yang memintanya meninggalkan pesan. !elama ini Ata selalu ada, selalu menghubunginya, selalu mengangkat panggilan teleponnya$pengecualian dalam kasus kemarin, itu pun tak lama dan Ata kembali menghubunginya$ jadi Tari tidak sama sekali terpikir untuk menanyakan alamat rumah co#ok itu. Ata muncul dari antah$berantah dan menghilang di antah$ berantah juga. Tari benar$benar tidak mengrti apa yang sebenarnya terjadi. 1ang menyebabkan Ata melakukan tindakan ini. Tapi selama co#ok itu tidak mengakti3kan ponselnya, tidak akan pernah ada ja#aban untuk pertanyaannya. Tidak ada cara lain bagi Tari untuk menunggu. 5ntuk menjaga agar dirinya tidak melemah, Tari terus mengirimi Ata !"!. 1ang semakin lama menggunung. "enanyakan kabar co#ok itu lalu menceritakan hari$harinya sendiri. Dari cerita nggak penting seperti terlambat berangkat kesekolah gara$gara keasyikan baca komik sampai le#at tengah malam, keisengan yang dilakukannya dan teman$temannya, sampai kabar tentang Ari. asil dari pengamatan selintas saat dilihatnya co#ok itu di mana pun di area sekolah. Karena, hanya itulah yang selalu di tanyakan Ata. !"!$!"! itu selalu ditutup dengan permohonan Tari agar Ata mengakti3kan kembali ponselnya. -utir$butir kata yang masih kasatmata itu mengembara di udara. Entah kapan sampai di tujuan dan terbaca. 888 ari kelima Ata menghilang. Tari memasuki gerbang sekolah dengan #ajah muram dan langkah lunglai. Dari balik tanaman hias di koridor lantai dua gedung selatan, Ari berdiri diam. Kedua matanya mengikuti Tari di antara celah helai$helai daun. Tak perlu berdiri dari jarak dekat, kesedihan itu terlihat jelas bahkan dari cara ce#ek itu berjalan. Kepala Tari menunduk dan pernak$ perniknya yang tidak lagi didominasi #arna oranye. 7arna kuning lembut dan putihlah yang kini menggantikannya. Ari menarik napas dalam$dalam. ,emandangan yang selama lima hari terakhir telah memberinya guratan rasa sakit. !ama seperti dienyahkannya Angga dulu, kali ini pun dirinya yang telah melenyapkan Ata. "eskipun untuk alas an yang sama sekali berbeda. "elihat kondisi Tari, %io mengajukan usul yang menyeramkan, tapi sayangnya hanya itu satu$satunya jalan. (Tanya dia)* kedua mata Tari membelalak lebar. (Iya. abis mau tanya siapa lagi)* (&gah ah/ Kan gue udah cerita sama elo, masih syok nih kak Ari datang ke rumah dan ketemu +yokap minggu lalu.* Tari menatap %io dengan ekspresi yang membuat %io terenyuh. (9ue yakin dia nggak bakalan mau ngasih tau. Itu juga kalo dia tau. 1ang ada malah kesempatan banget, dia bisa gangguin gue.* %io menghela napas. Terpaksa membenarkan. "asalahnya sekarang, tinggal itu satu$satunya jalan. (,aling nggak kita udah nyoba, Tar. !iapa tau ada in3o yang bisa lo dapet. Kalo nggak, baru kita cari cara lain.* 9anti Tari yang menghela napas. !etelah sesaat terpekur diam, akhirnya dia mengangguk. (+tar aja ya neleponnya, istirahat kedua. 9ue nyiapin mental dulu. -erurusan sama kak Ari, buntutnya tuh pasti bakalan runyam banget. -isa jadi huru$hara malah.* %io mengangguk. !angat paham. 8888 Jam istirahat kedua. Tari dan %io mengurung diri di dalam gudang. Tari menekan tombol $ tombol ponselnya, mencari nama Ari di da3tar kontak. !etelah bertemu, selama beberapa saat ce#ek itu menatap satu nama di layar ponselnya. !etelah menarik napas yang sangat amat panjang, dengan bibir tergigit dan sepasang mata yang tanpa sadarjadi menyipit. Tari menekan tombol bergambar garis hijau dengan sangat perlahan. .ara6ansary, satu lagu lembut milik Kitaro, ring backtone yang sangat aneh untuk si3at Ari yang cenderung tempera mental, kemudian terdengar dari ujung sana, seketika melejitkan ritme jantung Tari pada detak maksimal. %io yang menyaksikan itu kontan ikutan tegang. Di koridor depan kelasnya, Ari menatap nama yang muncul di layar ponselnya. Kemudian didekatnya ponsel itu ke telinga. DDTumben lo nelpon gue)DD tanyanya langsung, tanpa rasa perlu mengucapkan sapa pembuka DD"mm....itu...Kak Ari tau nggak ... Ata ke mana)DD Akhirnya terucap juga meskipun dengan susah payah. DDTernyata/DD !uara Ari langsung menajam DD2o nelpon gue cuma untuk nanyain dia)DD Tari langsung mendapat 3irasat usaha ini hanya akan sia$sia DD"mm... Iya.DD ja#abnya lirih DD9ue nggak tau,* Ari menja#ab dengan nada datar. DD+g...DD Tari menggigit bibir. Tidak tahu mesti bicara apa lagi. DD1a udah kalo gitu. Terima kasih ya,Kak.DD Akhirnya cuma itu yang terucap dari bibir Tari. DD!ori nggak bisa bantu elo,DD ucap Ari, dan langsung ditutupnya telpon. Tangan Tari menggengam ponsel terjatuh lunglai ke pangkuan. DDDia bilang dia nggak tau,DD. Desahnya putus asa. DDDia bohong/DD cetus %io langsung. Tari mengangguk. DD9ue juga tau dia bohong. "asalahnya, kita nggak bisa maksa dia untuk ngomong.DD -el tanda istirahat telah berakhir berbunyi. Tapi Tari dan %io bergeming. Tetap diam di tempat masing$masing, sampai kemudian Tari mengangkat kepala, menatap %io DD!ekarang gimana)DD -elum sempat menja#ab, tiba$tiba pintu gudang diketuk dari luar. Keduanta saling tatap DDItu pasti +yoman. ,asti dia mau ngasih tau kalo ,ak 1akop udah datang.DD %io beranjak menuju pintu dan membukanya. Detik itu juga %io mematung. Ari berdiri didepannya/ .o#ok itu kemudian melangkah masuk, membuat %io re3lek menepi, memberinya jalan. Terkesima, Tari mengandahkan #ajah. "enatap tubuh menjulang yang kini berhenti tepat dihadapannya. DD,ak 1akop udah datang %i,DD ucap Ari tanpa menoleh. %io langsung mengeri. Dengan bingung dia menatap Tari. DD+anti gue nganter dia ke kelas,DD sahut Ari. DD&h...DD %io mengangguk. DD1a udah kalo gitu. !aya duluan ya Kak. 1uk Tar.DD Dengan cemas tapi tidak bisa bernuat apa$apa, sesaat %io menatap Tari sebelum kemudian dia menghilang di luar. -egitu %io pergi, dengan mata pada terarah pada Tari. Ari menutup pintu gudang. Diraihnya sebuah kursi lalu diletakkannya tepat di depan ce#ek itu. Kemudian dia duduk dan melipat kedua tangannya di depan dada. Ditatapnya #ajah kehilangan di depannya. 1ang bahkan bisa tetap terlihat jelas meskipun dipejamkannya mata. Diam$ diam Ari menghela napas panjang. Ada perasaan hangat,namun terselip juga rasa bersalah DD2o kuatir karena Ata ngilang tanpa berita)DD tanyanya lunak Tari menunduk lalu menggelengkan kepala. DD!ebenernya gak gitu. .uma aneh aja. !oalnya selama ini dia tuh nggak pernah matiin ponsel. Apalagi sampai$sampai berhari hari gitu.DD ja#abnya jujur. Tari memang tidak terlalu mengha#atirkan Ata. idup bersama sang mama sepertinya membuat co#ok itu punya emosi yang lebih stabil dibanding saudara kembarnya ini. DDEmang sih terakhir kali kami ketemu dia kelihatan agak kacau. ,enampilannya juga agak berantakan. +gomongnya juga agak aneh. Tapi so 3air dia baik$baik aja sih. "alah masih lebih kacau Kak Ari ke mana$ mana.DD Detik berikutnya Tari langsung tersentak. -ibirnya sontak ternganga. !erentak tangan kananya bergetar dan menutup mulutnya yang ternganga itu, bersamaan dengan kepalanya bergerak menunduk. 1a ampun/ 9ue ngomong apa sih) Desisnya dalam hati. 'ona merah segera menjalari mukanya. Tak sanggup dicegahnya. Tari bahkan bisa merasakan mukanya juga memanas. 1a ampuuuuuuun/ Kok goblok banget sih guee/) -isa kelepasan ngomong gini. Di depan orangnya lagi/ Kembali Tari memaki dirinya sendiri di dalam hati. Ari menataoa mata merah itu. ,ada seribupencarian yang dilakukannya dengam melibatkan seluruh emosi, yang sedikit dari begitu banyak barisan tanda tanya akhirnya gugur dan tumbang,dirinya mendapati justru sakitlah yang ada di barisan depan. Darinya..... Dan untuk gadis ini. .o#ok itu menelan ludah, dengan susah payah karena tersa sangat menyakitkan. !ementara itu, dengar gerakan yang benar$ benar sangat perlahan,Tari mengangkat kepala. Dilepaskannya telapak tangannya yang membekap mulutnya yang sudah kelepasan bicara itu. DDKak Ari tau nggak, Ata kenapa)DD "alu dan tak bisa berlalri pergi atau sembunyi, dia bertanya dengan suara sehalus embusan angin. Ari tidak menja#ab pertanyaan itu. Dia justru mengucapkan sesuatu yang sangat mengejutkan. DD9ue akan jadi Ata. 5ntu elo. Tapi cuma untuk hari ini,DD ucapnya lirih !ontak Tari terperangah. Ditatapnya Ari dengan mulut ternganga, Ari tidak mengacuhkan kekagetan Tari itu. Dia berdiri, mengulurkan tangan kanannya dengan lembut menarik Tari sampai berdiri. DD5dah bel dari tadi. 9ue antar lo ke kelas.DD 888 !edetik setelah bel berbunyi,ponsel Tari bergetar. DD"au gue jemput di kelas atau gue tunggu di ba#ah aja)DD tanya Ari langsung. !ejak Ari mengetahui keberadaanya di gudang jam istirahat tadi dan pembicaraan singkat mereka, Tari tahu percuma berlari. DD"mm... Diba#ah aja deh.DD ja#abnya pelan DD&ke... 9ue tunggu lo dikoridor ya,DD begitu Tari muncul di ujung tangga bersama %io Ari langsung meninggalkan dinding tempat disandarkannya punggung sejak lebih dari sepeuluh menit yang lalu. .o#ok itu memaklumi lamanya #aktu yang diperlukan Tari untuk jarak yang sebenrnya bisa ditempuh dalam #aktu hanya satu menit. Ketiganya berjalan dalam diam,sampai kemudian Tari dan %io harus berpisah didepan mulut koridor utama. %io lurus ke pintu gerbang, sementara Tari ke kiri, ke area parkir. DD9ue duluan ya,Tar,DD suara pelan %io sarat kecemasan. Tari mengangguk. %io mengalihkan tatapannya ke Ari. DD!aya duluan,Kak Ari.DD pamitnya, Ari mengangguk. !etelah sesaat menatap teman semejanya itu, %io balik badan dan berjalan ke arah gedung. Diikuti tatapan heran dari sis#a$sis#a !"A Airlangga yang memenuhi area depan sekolah. Tari mengikuti langkah Ari menuju tempat parkir. Keningnya berkerut bingung saat Ari menuju area parkir untuk mobil dan langsung menghampiri sebuah sedan putih. (,unya 'idho,* Ari menja#ab keheranan tak terucap Tari itu. (Ata nggak pernah ba#a motor, kan) "akanya gue pinjem mobil 'idho.* Dibukanya pintu kiri depan dan langsung ditutupnya kembali begitu Tari sudah berada di dalamnya. !edan putih itu kemudian meninggalkan gerbang sekolah dan melaju dalam keheningan. Tari terus$ menerus menggigit bibir. Tak sanggup menghalau perasaan tegang, karena ini untuk pertama kalinya dia pergi berdua Ari atas kemauannya sendiri. !ampai kemudian sedan putih itu berhenti di tepi hutan kota. Ari membuka pintu di sebelahnya lalu turun. Tari mengikuti. .e#ek itu mentap berkeliling. Tempat ini memang nyaris seperti hutan. ,enuh dengan pepohonan tinggi. 'ibuan helai daun membentuk kenopi di atas mereka, menghalau teriknya matahari. Kesejukan yang tercipta sangat mendamaikan, setelah menyusuri jalan$jalan kta Jakarta yang semakin gersang. Kesejukan itu juga sngat melegakan setelah keheningan konstan di dalam mobil yang benar$benar menyesakkan. Ari sama sekali tidak membuka mulutnya, membuat Tari juga jadi menguncirapat$rapat bibirnya. Tari tidak tau, Ari membutuhkan keheningan itu untuk menenangkan dirinya sendiri. !ekaligus menyiapkan mental dan hati. (5dah makan)* tanya Ari tiba$tiba. Tari tertegun. -ukan saja karena ini adalah suara pertama sejak mereka meninggalkan tempat parkir sekolah, tapi juga karena kalimat itu adalah kalimat yang sering di ucapkan Ata pada setiap a#al pertemuan mereka. Ari mengerti apa yang berputar di kepala Tari. (TAdi istirahat kedua lo ngurung diri di gudang. !ementara istirahat pertama di kantin biasanya penuh banget.* (&h,* Tari bergumam pelan. Argument yang masuk akal. Tapi bukan itu penyebab dirinya belum makan. !aran %io untuk menelpon co#ok inilah yang membuat na3su makannya hilang. (,asti belom,* ucap Ari lunak. !ambil tersenyum tipis, diliriknya Tari sekilas. Tiba$tiba segerombolan anak kecil muncul dari tikungan jalan tak jauh di belakang mereka. "elaju cepat di atas sepeda masing$masing, saling berlomba untuk jadi yang terdepan. 'e3leks, Ari meraih Tari dan mundur ke belakang. Tapat sebelum salah satu di antara mereka menabraknya. (ei/ Ati$ati dong/* seru Ari. +yaris di #arnai bentakkan. ("AA%, KAKAAAAK/ KA"I 2A9I -A2A,A+ +I/* mereka berseru bersamaan. -eberapa anak sambil menoleh ke belakang. -eberapa lagi dengan tatapan tetap lurus ke depan. (+ggak apa$apa)* Ari menundukkan kepala. Dengan cemas di tatapnya TAri yang tanpa sadar di peluknya dari belakang dengan kedua tangan. (+ggak. +ggak pa$pa.* Tari menggeleng. "enja#ab dengan suara yang benar$benar hanya dirinya sendiri yang bisa mendengarnya. Kedua lengan yang melingkari bahunya dari belakang ini, dan tubuh di belakangnya yang jadi rapat tak bercelah akibat tarikan kuat kedua lengan tadi, bukan saja membuat detak jantungnya jadi berantakkan, tapi juga menyebabkan pita suaranya tidak ber3ungsi sepenuhnya. Tak berapa lama dari arah tikungan itu muncul seorang anak laki$laki kecil. !endirian. !epertinya dia tertinggal. Dia mengayuh sepeda kecillnya sekuat tenaga. Ari melepaskan pelukannya pada Tari. Di tariknya ce#ek itu mundur lebih ke belakang lagi. !epertinya takut kejadian tadi terulang. Kemudian disapanya pengemudi sepeda itu. (Kenapa nih) Kok ketinggalan)* (Tadi rantainya lepas,* di sela$sela napasnya tersenggal, anak kecil itu menja#ab. "ukanya cemberut. 7alau di kayuh sekuat tenaga, sepedanya melaju lambat karena rantainya memang tidak terpasang dengan benar. (-erenti. -erenti/* Ari menghentikan sepeda kecil itu dengan menyambar setang kemudinya. (Kakak, lepas dong/ !aya sudah ketinggalan jauh banget nih/* anak itu kontan protes keras. Dia menolak berhenti. (Kalo rantainya nggak di benerin, kamu semakin ketinggalan. !ini, di benerin dulu.* (2ama nggak)* (+ggak.* Anak itu menurut. Dia berhenti lalu turun dari sadel. Ari memba#a sepeda itu ke tepi lalu mulai membetulkan rantainya yang longgar. Anak kecil itu mengikuti Ari lalu berjongkok di sebelahnya. (Di mana 3inish$nya)* (Di depan,* (Deket gerbang yang ada tulisan nama hutan kota itu)* (Iya..* (2umayan jauh dong.* ("akanya..* anak kecil itu seperti ingin menangis. (adiahnya apa sih) Kayaknya ngotot banget pengen menang.* (.D ,!. -agus, kak. -anyak permainan serunya.* (-eli kan bisa)* (+ggak boleh sama mama. Tapi kalo dapet hadiah menang balapan sepeda kan mama nggak bisa marah.* (-alapan sepedanya dalam rangka apa) -ukan hari libur begini.* (+ggak dalam rangka apa$apa.* (2ho)* sesaat Ari menoleh ke anak kecil itu. (Terus hadiahnya siapa yang ngasih)* (Kakak tadi ngeliat anak yang pake baju biru) 1ang badannya gede)* (e$eh.* (+amanya 'udi. Dia punya .D ,! banyak banget, kak. Kalo udah bosan suka di kasih$ kasih gitu. Tapi ngasihnya nggak gratis. Kayak gini. -alap$balapan naik sepeda. 7aktu itu yang dapet .D yang paling banyak ngumpulin biji saga.* (-uat apa biji saga)* kembali Ari menoleh. Kali ini di tatapnya anak kecil yang berusia sekitar tujuh tahun itu dengan heran. ("amanya 'udi kan suka bikin bunga. -uat dijual gitu. Ada yang dari plastic, ada juga yang dari kain, macem$macem. 5nganya suka di kasih hiasan biji saga.* (&h, gitu.* Ari mengangguk$anguk. (+ah, selesai/* serunya kemudian. Ari bangkit berdiri. Dia gerakkan sepeda itu maju$mundur untuk mengetes rantai tersebut. (!ip. +ggak bakal lepas lagi. 1uk/* Dengan cepat di tuntunnya sepeda itu keluar dari jalan hutan kota yang terbuat dari sususan bata, menyusuri rerumputan. (2ho) Kok/)* anak kecil itu berseru heran. !erentak dia bangkit berdiri. (5dah kejauhan. +ggak bakal kekejar. arus pake strategi/* Ari balik berseru. !ambil menuntun sepeda di tangan kanan, dia berlari ke tempat diparkirnya mobil 'idho tadi. Dibukanya bagasi lalu dimasukkannya sepeda itu ke salamnya. Kemudian dibukanya salah satu pintu di belakang. (Ayo cepet/* serunya. Anak laki$laki kecil itu sekarang mengerti maksud Ari. !eketika dia bersorak gembira. Dia menoleh ke arah Tari lalu menghampirinya. (Kakak .akep kok bengong aja sih) Ayo/* Tari$ yang sejak #ajah lain Ari tersibak seketika terperangkap dalam ketersimaan$ kaget saat mendadak tangan kirinya disambar. Dia tersadar. Dilihatnya Ari berjalan cepat ke arahnya. (.epetan/* co#ok itu berseru tak sabar. (Ini nih, kakak .akep bengong aja. Di tarik$ tarik nggak mau jalan.* (-iar dia sama Kakak aja. Kamu duluan ke mobil. !ana, cepet/* Anak laki$laki kecil itu melepaskan genggaman tangannya lalu berlari ke mobil. (Kok bengong sih, Tar) Ayo cepet/* Ari merangkulnya. Tari tersentak. 2agi$lagi seperti kejadian tadi, rangkulan itu datang begitu tiba$tiba dan tak terduga. 5ntuk yang kedua kalinya, detak jantungnya berdetak tak beraturan. Diikutinya langkah$langkah cepat Ari lebih karena lengan yang merangkulnya itu memaksanya berjalan, bukan karena kemauannya sendiri. (.epet/ .epet/ .epet/* anak laki$laki itu menepuk$nepuk kaca jendela dengan kedua telapak tangannya. Ari membuka pintu kiri depan. Di dorongnya Tari hingga jatuh terduduk di jok$ jenis dorongan lembut tapi tak bisa di la#an$ dan langsung ditutupnya pintu. !edan putih itu kemudian meleset, memutari hutan kota itu di lingkaran terluar dan berhenti di belakang bangunan rumah yang sepertinya pemilik pengurus hutan kota itu. Ari langsung membuka pintu di sebelahnya dan turun. Anak laki$laki itu bergegas mengikuti. Atmos3er ketegangan bercampur semangat itu kini juga menghiggapi Tari. Dia langsung ikut turun. !ekali lagi Ari memeriksa kondisi rantai sepeda. (&ke, aman/* Di serahkannya setang kemudi. Anak laki$ laki kecil itu menerimanya dengan semangat meluap. (Terima kasih, Kakak/* ucapnya sambil naik sepeda. !etelah beberapa saat mengayuh sepedanya dengan posisi kepala menengok ke belakang $nyengir lebar ke arah dua orang penolong sambil melambaikan satu tangan$ anak laki$laki kecil itu memalingkan mukanya ke depan. Kayuhan sepedanya mendadak jadi cepat. Tatapannya ter3okus ke titi 3inish. Di depan batu hitam besar bertuliskan nama hutan kota itu, dia lalu menghentikan laju sepedanya dengan tarikan rem mendadak. !epedanya berhenti saat itu juga, dengan roda belakang sempat terangkat. Dengan penuh gaya anak laki$laki kecil itu lalu berdiri di sebelah sepedanya. Tangan yang satu bertolak pinggang, sementara yang lain memegang setang. Di angkatnya kaki kanan lalu di jejekkannya di atas roda belakang. Ari terta#a geli melihatnya. (Keren kan gayanya)* Ari menoleh dan mentaap Tari. Tiba$tiba co#ok itu mengulurkan tangan kirinya lalu mengacak$ acak rambut di puncak kepala Tari. Tubuh ce#ek itu seketika menegang. Di lirinya co#ok di sebelahnya dengan perasaan kikuk. Tapi sepertinya Ari tidak menyadari telah melakukan tindakan itu, kareena perhatiannya sudah kembali ke anak laki$ laki kecil itu lagi. Tak lama dari salah satu jalan area dalam hutan kota, muncul serombongan anak kecil bersepeda yang di kayuh kencang$kencang. 'ombongan yang sama yang nyaris menyerempet Tari tadi. "elihat satu teman mereka yang tertinggal sangat jauh di belakang sudah ada di titik 3inish, semuanya berseru kaget. (K&K 5DA DI !I+IIII///)* (1E!/ 1E!/ "E+AAA+9///* anak laaki$laki kecil itu melompat$lompat girang. Tak peduli sepedanya jadi terbanting ke aspal karena mendadak kehilangan penyangga. !udah sejak tadi kegembirannya itu terpaksa ditahannya karena menunggu datangnya para pecundang ini. Dia lalu menghampiri 'udi dan menadahkan kedua tangannya. ("ana .D ,!$nya)* (+ggak. ,asti kamu curang deh,* 'udi menolak. (,asti tadi le#at jalan yang deket.* (Kan bilangnya tadi .uma dulu$duluan sampe depan. Aku malah udah le#at jalanan yang paling jauh. Tuh, le#at jalanan aspal yang untuk dile#atin mobil. Tanya aja sama kakak$kakak itu.* 'udi menoleh. Ditatapnya Ari, yang saat itu tengah melangkah menghampiri kerumunan anak kecil itu sambil menggandeng Tari. (-etul. Tadi dia le#at jalan aspal.* Ari langsung mengangguk membenarkan. Terlihat keraguan di #ajah 'udi dan semua anak lain. Tapi posisi mobil yang terhalang bangunan membuat mereka tidak bisa menemukan keganjilan. (Tuh kaaan)* anak laki$laki itu tersenyum puas. ("ana sini .D ,!$nya)* 'udi meraih tas plastic yang tergantung di setang sepedanya lalu menyerahkannya dengan #ajah cemberut. Anak laki$laki kecil itu menerimanya dan langsung melompat$ lompat girang. (Asyiiiik/ Asyiiikk/* serunya. !enyum lebar membuat #ajahnya terbelah dua. Ari terta#a, pelan tapi geli. Kelompok anak kecil berusian tujuh tahun sampai sepuluh tahun itu kemudian bubar. -ersama$sama dalam bentuk kon6oi sepeda, mereka meninggalkan hutan kota. (KAKAK +A+TI KE '5"A AK5 1A/ KITA TA+DI+9 ,!/ DAAAA///* anak laiki$laki kecil itu berseru keras pada Ari. Dilambaikannya satu tangan tinggi$tinggi. (&KEEE///* sambil tersenyu lebar, Ari mengacungkan kedua ibu jarinya. Juga tinggi$tinggi. Di tunggunya sampai anak itu menghilang baru dia turunkan kedua tangannya. (Emangnya kita tau rumahnya di mana)* Ari menoleh. Ditatpnya Tari dengan mimic lucu. (+amanya siapa aja kita nggak tau. -aru inget tadi nggak sempet kenalan sama dia.* .o#ok itu memalingkan kembali #ajahnya ke tempat anak$anak kecil tadi menghilang. (-ego jug ague/* dia menggelengkan kepala sambil terta#a. Tari menatapnya. Ari terlihat rileks. !eperti terlepas dari semua beban. -erkalikali pada hari ini, co#ok yang berada di sebelahnya ini membuatnya terpengarah. (&h, iya. Kita belom makan ya. !ekarang bukan hari libur sih. Jadinya sepi begini. +ggak ada orang jualan. .oba kita lihat kesebelah sana.* Ari menoleh sekilas. Dia mengulurkan tangan kirinya dan meraih tangan kanan Tari, lalu menggandengnya. !atu tindakan yang lagi$lagi Tari yakin tak sepenuhnya Ari sadari. (Kalo hari libur, pedagang makanan biasa ngumpul di sana,* Ari menunjuk ke arah kanannya. (.oba kita lihat ke sana.* Ditariknya Tari ke arah yang tadi ditunjuknya. !epertinya dia tidak menyadari, sejak tadi Tari lebih banyak diam. Tidak sanggup membuka mulut. Terpukau dalam kekagetan, juga pesona. !egalanya seperti mengabur. Ari dan Ata. Ata dan Ari. Keduanya seperti menyatu. Timbul$tenggelam. Datang dan hilang. Tari menggelengkan kepala. ,ening. Kalau Ari benar$benar ingin menjadi Ata, meski hanya untuk hari ini, co#ok itu melakukannya dengan sempurna. +anar, ditatapnya punggung lebar di depannya. Ari adalah hati yang penuh retakan. Dia adalah senyum yang di baliknya tangis telah menunggu begitu lama untuk bisa keluar. Dia adalah punggung tegak yang bisa runtuh dengan hanya satu sentuhan pelan. Dan dia adalah pemain drama yang hebat, karena hidup telah membentuknya dengan bertubi$tubi tekanan. ,erlahan, baying$bayang Ata memudar. Tiba$tiba saja muncul ketenangan dan Tari tidak lagi ingin bertanya apa$apa. Karena hati kecilnya telah mengenali. Ini adalah Ari yang sesungguhnya. Kini di ikutinya tangan yang terus menggandengnya itu dengan keikhlasan. !esampainya di tempat yang di maksud, ternyata tidak ada siapa$siapa. (Iya, bener. 'amenya kalo libur aja,* Ari mendesah kece#a. (1a udah. Kita cari makan di tempat lain aja deh. +i hutan kalo hari kerja suasananya ternyata beneran kayak di hutan.* "ereka kembali ke arah semula. "endadak tari tersadar. ,ergi dari hutan kota ini ada kemungkinan Ari kembali mengenakan (topeng dan jubah*$nya. -ertahun$tahun mengenakannya membuat (topeng dan jubah* itu seperti berji#a. !ecara otomatis akan di lindungi sosok itu begitu kerapuhannya sedikit saja terbuka. (Kak Ari kalo capek istirahat aja.* Ari menoleh dan menatap Tari dengan tanya. Tari menyambutnya dengan senyuman. (!aya nggak laper kok. +ggak usah nyari makan. Kita di sini aja. Kalo kak Ari capek, istirahat aja. Kita udah jauh dari sekolah. +ggak aka nada yang ngeliat.* !eketika tubuh Ari membeku. 9enggaman tangannya pada kelima jari Tari terlepas. Ada jeda beberapa saat sebelum kemudian perlahan co#ok itu membalikkan tubuhnya menghadap Tari. (Istirahat0* ucap Tari. 2irih, namun sarat pengertian. (2o tau apa yang baru aja lo bilang/)* desis Ari dengan suara bergetar. Tari mengangguk. Ari memandangnya dengan pandangan nanar. Detik itu juga (topeng dan jubahnya* segera melindunginya. !ayangnya, sudah terlambat. Dia telah terguncang, karena dia sangat amat mengerti apa yang di maksud Tari dengan (capek* dan (istirahat*. !esuatu yang jauh lebih dalam daripada makna har3iahnya. (!ialan/* maki Ari pelan dan langsung balik badan. Dadanya bergolak hebat. Kedua kakinya melangkah menjauh dengan cepat. Tari menatapnya. .emas, karena sadar dia telah menyentuh titik tera#an. !ejak mengucapkan kedua kata itu, yang tidak di sadari Tari adalah bah#a dia telah juah menembus benteng pertahanan Ari. Akibatnya, co#ok itu sontak limbung. Kepanikan dan seketika itu juga Ari berusaha keras membangun kembali reruntuhan benteng itu. +amun sia$sia, karena Tari telah sampai pada tahap memahami. Kalaupun reruntuhan itu berhasil tegak kembali dan dirinya kembali bersembunyi di baliknya seperti selama ini, tidak ada gunanya lagi di depan gadis ini. Kesadaran itu menampar. Kembali Ari terguncang. Kali ini lebih hebat, karena setengah dari kesadarannya telah menghilang/ Ari balik badan. Tertegun, Tari menatap #ajah co#ok itu yang kini benar$benar pucat. !emua keceriaan dan sikap lepasnya tadi lenyap. 2ebih cepat dari gerak tercepat kesadaran Tari mampu mencerna, Ari menghampirinya. Di raihnya Tari dengan seluruh jangkaun kedua lengan dan ditenggelamkannya gadis itu di kedalaman pelukanya. Tari terkesip. !atu$satunya reaksi yang mampu di keluarkannya, karena dia segera terkurung. Tubuh dan kesadaran. ,elukan tiba$tiba dan tak terduga itu segetika membuat Tari kehilangan keseimbangan. Tari terhuyung limbung ke arah pelukan itu datang. Tak ayal tubuh Ari terdorong mundur dan membentur sebatang pohon yang tegak tidak jauh di belakngnya. Keduanya luruh di sana. Ari mengabaikan kasarnya permukaan batang pohon yang menggurat dan merobek baju seragamnya lalu memberikan perih di punggung telanjangnya. 2embut rerumputan kemudian menyambut keduanya dengan lengan$lengan mereka. Tidak ada satu katapun yang keluar dalam pelukan membingungkan itu. anya ada lingkaran dekapan kuat kedua lengan Ari pada gadis yang menyandang nama yang sama dengan dirinya dan seseorang yang pernah berbagi rahim sang mama dengannya. Dan hanya ada gemuruh detak jantung yang menembus jauh ke dalam telinga. "embekukan Tari seutuhnya. Karena bisa dirasakannya dengan jelas0 Ari melakukan pelukan ini dengan hati. 88888 ,asca pemelukan itu Tari sebenarnya benar$ benar malu. 'asanya dia nggak ingin ketemu Ari lagi. +amun, pelukan tanpa kata itu juga telah membuatnya merasa seperti mengenal co#ok itu lebih dari sekedar (Ari tuh sebenarnya baik*. Karenanya, dila#annya rasa malu itu. "ungkin kalau mereka bisa lebih dekat lagi, aka nada akhir gangguan$gangguan Ari padanya. Akan ada ja#aban menghilangnya Ata. Akan ada jalan keluar permasalahan dua orang kembar itu. Dan yang paling penting di atas segalanya, aka nada ujung untuk perpisahan mereka. Tapi ternyata setelah peristi#a itu, bukan .uma Ata yang tetep menghilang, Ari juga ikut lenyap. Tari melihat motor hitam Ari terparkir di tempat parkir, tapi sama sekali tidak dilihatnya co#ok itu dimanapun di area sekolah yang bisa di datanginya. 7alaupun telah di tajamkannya 3okus mata bahkan sampai ke sudut$sudut yang paling tersembunyi. -ahkan pada ketika jam tengah pelajaran Tari meminta iAin pada guru untuk ke kamar kecil, karena dia ingat hari itu kelas Ari ada jad#al olahraga yang dilakukannya adalah langsung berlari le#at tangga di depan kantin begitu iAin di berikan. Tidak ditemukannya co#ok itu di antara teman$ teman sekelasnya yang memenuhi empat lapangan olahraga di area depan sekolah. Ari ada di sekolah, namun Tari merasa sekolah ini sengaja menyembunyikannya co#ok itu di kelas atau di tempat$tempat lain yang tidak bisa dijangkaunya. 888 ,asca hari ketika dia memutuskan untuk menjadi saudara kembarnya demi seraut #ajah murung dan kehilangan itu, kembali Ari jadi kacau, karena kenyataan yang tak terduganya, juga keputusan yang harus dengan cepat diambilnya. Keputusan yang sama sekali tidak bisa dipastikannya pada ujungnya. Kehilangan dan pintu itu tertutup selamanya. Atau memang gadis itu ternyata adalah ja#aban atas doa$doa panjangnya yang sarat teriak kemarahan dan rasa putuh asa. -erbeda dengan sebelumnya, ketika kekacauan Ari tertangkap jelas di semua mata. Kali ini hanya &ji dan 'idho yang hanya bisa melihatnya, karena tampak luar kekacauan itu hanya berupa Ari yang jadi sangat mencintai ruang kelasnya dan terus mendekam di dalamnya. Dia hanya keluar saat alam memanggil. Ke kantin atau ke kamar kecil. !uatu hari saat jam istirahat pertama, setelah menunggu sampai kelas benar$ benar sepi di tinggal para penghuninya, 'idho menghampiri Ari. Ari sedang serius dengan game di ponselnya. 'idho kuatir. Karena untuknya, kekacauan dalam diam lebih berbahaya daripada kekacauan yang dimani3estasikan dalam bentuk tindak kekerasan atau kemarahan. &ji langsung mengikuti. Keduanya mengambil tempat duduk di depan Ari. Ari langsung menghentikan permainannya karena tahu gangguan ini akan menghilangkan keasyikannya. !etelah sesaat menatap Ari dalam diam, tanpa kedua matanya beralih dari kedua manik hitam di depannya itu, 'idho langsung ke inti permasalahan. (2o kenapa)* (+ggak apa$apa.* Ari menolak bicara. Tapi 'idho, benar$benar karena merasa cemas, memaksanya untuk bicara. Akhirnya Ari menja#ab desakan itu. Di tatapnya kedua ka#an karibnya itu bergantian. Juga tepat di kedua manik mata mereka. (!ebentar lagi gue harus matiin orang.* !ontak, 'idho dan &ji terperangah. Ari bangkit berdiri dan meninggalkan kedua temannya yang masih terperangkap syok hebat akibat ucapannya tadi. !eperti tersengat, 'idho dan &ji melompat dari kursi masing$masing dan segera mengejar Ari yang sudah berada di koridor. Ari menghentikan langkahnya dan balik badan, membuat 'idho dan &ji juga menghentikan lari mereka. Kini mereka menghampiri Ari dengan langkah cepat. (,embunuhannya bukan di sekolah. Tenang aja. Dan dia juga bukan orang yang lo bedua kenal.* ('i0, lo serius/)* ucapan 'idho sampai berjeda saking syoknya. (+ggak ada pilihan. Dia yang mati0 atau gue/* ("mm.. ini0)* 'idho kehabisan kata. Ari tersenyum tipis. Ditepuk$tepuknya satu bahu temannya itu. (+ggak sehoror yang lo berdua kira. Jadi nggak usah panik.* Ari balik badan dan pergi. Kali ini 'idho dan &ji tidak berusaha mengejarnya lagi. ,ercuma. Karena tidak akan menja#ab kebingungan mereka. Tari sedang berjalan menuju ke kelas bersama teman$temannya, saat Ari menyeruak kerumunan itu. Kerumunan itu tercerai$berai dalam kekagetan dan memisahkan Tari dari semuanya. Ari langsung mendesak ce#ek itu ke arah dinding kemudian mengurungnya dalam rentangan kedua tangan. -ingung, tidak mengerti, juga takut, Tari menatap #ajah di depannya. 7ajah yang berhari$hari hilang dan tidak bisa dia temukan. 7ajah Ari, sang pentolan sekolah, tanpa sisa$sisa dari #ajah sesungguhnya yang tersibak di hutan kota itu. (Ata harus pergi. Tapi gue iAinin dia pamit sama elo,* bisik Ari. Tari makin tak mengerti. (,ergi ke mana)* ("ati/* Tari ternganga seketika. ("aksud kak Ari apa sih)*tanya itu lirih namun getaran hebat menyertainya. Ari menatapnya. Keterkejutan itu mungkin sama pekatnya dengan kepedihan di hatinya saat ini. (9ue gantiin tempatnya. 2o lupain dia.* Di saksikan oleh seluruh mata yang ada, terbelalak dari ujung koridor yang satu sampai ujung koridor yang lain, Ari lepaskan kurungan tangannya. Di peluknya Tari dalam sekejap #aktu yang dia butuhkan untuk sekali lagi mengulangi permohonanya. ,ermohonan sungguh$sungguh dan harus, namun sayangnya dia tak ingin menjelaskan. Karena realisasi dari permohonan itu nantinya akan teramat sarat dengan luka. "enjalaninya tanpa di dahului kata mungkin akan jauh lebih baik. Karena tak ada apa pun yang akan sanggup meringankan sakit dari luka itu nantinya. (2upain dia/* bisiknya. Darinya dan hanya untuk gadis yang saat ini di peluknya. Ari melepaskan pelukannya, menatap Tari dengan kabut tipis di kedua matanya. Kemudian co#ok itu balik badan dan pergi. Diringi tatap$tatap penuh tanda tanya, yang tak mengerti apa yang sebenrnya terjadi tadi. ,ara sis#a yang berkerumunan itu hanya tahu, dia yang pergi dan dia yang ditinggalkan sama$sama pucat pasi. 888 alte sudah sepi sejak setengah jam yang lalu, tapi Tari dan %io masih duduk terpekur di salah satu bangku besi di sana. (+ggak bakalan mati yang bener$bener mati, Tar. 2o nggak usah terlalu cemas deh.* (Iya, gue juga tau. Tapi tetep aja gue kepikiran banget nih. 1ang dimaksud Kak Ari mati tuh apa. ,asti sesuatu yang parah deh. +ggak mungkin dia .uma mau bikin Ata lecet$lecet.* (9ue nggak ada bayangan.* %io geleng kepala. (!ama.* Tari mendesah berat. (5dah deh. ,ikirinnya besok lagi. 5dah mau jam tiga nih.* Keduanya bangkit berdiri dengan lambat. -us Tari lebih dulu datang. Dia lambaikan tangan dengan gerakan lemah pada %io kemudian naik. -elum sempat bus bergerak, satu sosok berkelebat. "enyambar pinggang Tari lalu menurunkannya dengan cepat. (+ggak jadi, -ang. "aa3,* sosok itu meminta maa3 pada kondektur yang terlongo$longo menyaksikan peristi#a itu. -us kembali bergerak. Tari berbalik cepat dan sontak terbelalak. (Ata/)* pekiknya. Ata menyambut keterkejutan itu dengan senyuman. (2o ke mana aja sih)* Ata tidak menja#ab. Dia menoleh ke arah %io yang juga masih terlongo$longo. "ulai dari E6erest hitam itu mendadak muncul lalu berhenti rapat di belakang bus, di susul Ata melompat turun sampai co#ok itu memeluk Tari dari belakang lalu menurunkannya dari pintu bus, mungkin hanya memakan #aktu tiga puluh detik. Adegan yang $sumpah/$ heroik banget/ (.ari taksi di jalan aja, %i. Danger area nih.* 5cap Ata sambil menuntun Tari ke mobilnya. %io tersadar. -uru$buru di hampirinya mobil Ata. (2o ke mana aja sih, Ta) 9ue cemas banget, tau. 2o juga lecek banget gini sih. -erantakan. Ada apa)* tanya Tari beruntun. "eskipun pemba#aanya tenang, Ata memang terlihat lelah. !eperti sedang menghadapi persoalan yang lumayan berat. ("ana dulu yang harus gue ja#ab nih)* Ata tersenyum tanpa menoleh. Tari menghela napas. (Kak Ari ngomongnya ngeri banget deh, Ta.* (&h ya) +gomong apa dia)* (Katanya dia mau matiin elo. Tapi dia kasih iAin elo untuk pamit sama gue.* (9itu ya)* Ata tersenyum lagi. (Kapan dia ngomong gitu)* (Dua hari yang lalu. Apa sih maksud tu orang)* (1a matiin gue.* (2o jangan becanda deh. 2o tau nggak sih, gue sampe stress banget mikirinnya)* (1a jangan dipikirin. Daripada dipikirin, mending lo ikut gue aja.* (Ikut ke mana)* (1ak e mana Ari mau gue pergi.* Tari, yang posisi duduknya menyamping, sekarang benar$benar menghadap ke Ata. (-isa nggak sih lo ngomong yang jelas) +ggak kak Ari, nggak elo, seneng banget ngomong muter$muter. Jauh lagi, muternya.* Ata terta#a pelan. Tapi baik Tari maupun %io bisa merasakan ada beban berat dalam ta#a itu. Ata tidak menja#ab. Dia tepikan mobilnya. !ementara tangan kanannya membuka pintu di sebelahnya, tangan kirinya terulur. Diusap$usapnya puncak kepala Tari. Tari tertegun. Juga %io, yang menyaksikan itu dalam diam. Karena bersama dengan tindakannya itu, #ajah Ata mengelam. (%io0,* Ata yang sudah turun dari mobil memanggil pelan. (!ori.* (&h.* %io tersadar. -uru$buru dibukanya pintu. (9ue duluan, Tar.* 5capnya lalu turun. Tari mengangguk. !ebuah taksi kosong menepi dan %io segera menghilang di dalamnya. Ata kembali ke mobil. Ditatapnya Tari sambil menutup pintu. (Ada yang mau gue omongin, Tar.* 888 (.epat atau lambat kalian emang harus ketemu untuk ngomong sih,* Tari mengangguk. Dia lalu menghela hapas. (Tapi lo udah bilang ke Kak Ari)* (5dah,* (Terus0)* (Kata dia, ;dateng aja0 kalo lo mau mati.<* (a/)* Tari terperangah. !eketika teringat lagi ucapan Ari yang aneh itu. ("ati tuh nggak harus jadi ar#ah, lagi, Tar. Eh, tapi bisa juga sih kalo Ari yang ngomong.* (2o jangan nakut$nakutin gue dong/* seru Tari kesal. Ata terta#a pelan. ("akanya, temenin gue ke sana, ya)* (Terus kita mati berdua, gitu)* (Iya lah. Keren, kan) +tar lo gue peluk deh. -iar mirip ending 'omeo$juliet.* (ehehe0* Tari terta#a dengan nada memaksa. (Kayaknya lebih keren kalo kalian berdua aja yang mati peluk$pelukan deh. 2ebih dramatis dan mengharukan. Apalagi kalo pake diceritain kisah hidup kalian berdua. 7ah, bakalan banyak yang nangis terharu tuh. ,ercaya deh.* Ta#a Ata meledak. Tari manatapnya. -ukan hanya pada saat tersenyum, bahkan saat terta#a seperti ini pun, kelam di #ajah dan kedua matanya tidak terusir sedikit pun. Ketika ta#anya habis, Ata menarik napas panjang. (Ada yang mau gue omongin ke dia, Tar. ,enting banget. Dan nggak bisa le#at telepon. !oalnya gue .uma di kasih #aktu paling lama lima menit. -iarpun gue lagi ngomong, kalo udah lima menit, langsung dimatiin sama dia.* (Emang kalo lo ngajak gue, dia jadi mau ngomong) -ukannya malah ngamuk tu orang ntar)* (Itu maksud gue. &rang ngamuk masih bisa di ajak ngomong daripada orang yang nggak mau buka pintu.* ("mm0 gimana ya)* Tari menggigit bibir. Ini benar$benar ajakan yang mengerikan. (,lease, Tar. !oalnya penting banget. Dan gue pikir, masalah ini harus diselesaikan secepetnya.* (Iya sih. Emang kapan rencana lo mau ke sana)* (Jumat. !abtu$minggu kan libur. Jadi kalo jumat gue kenapa$kenapa, bonyok taruhlah, gue punya dua hari buat reco6ery.* (Jumat itu kan tiga hari lagi/)* seru Tari kaget. (Kalo kelamaan, semangat juang keburu ilang. 2agi pula kalo ditunda$tunda juga nggak bikin situasinya jadi tambah baik kok.* (Iya sih.* Tari berdecak pelan. 2alu dia menarik napas panjang dan menghembuskannya kuat$kuat. (Kenapa mesti sama gue sih)* (Emang ada kandidat lain)* (Kenapa nggak kalian berdua aja, gitu) Ini kan masalah intern keluarga.* Ata tak langsung menja#ab. Ditatapnya Tari tepat di manik mata. (,intu rumahnya akan terbuka kalo dia ngeliat elo,* ja#abnya lunak. 9anti Tari yang terdiam. .ukup lama. (&ke deh,* ucapnya kemudian dengan nada berat. Kesediaannya itu sempat membuat Ata mematung. (Thanks banget, Tar.* Ata terlihat benar$ benar lega. (-alik yuk. 5dah sore.* Tari mengangguk. "ereka tinggalkan co33ee shop kecil itu. Ketika Ata menepikan mobil di mulut jalan kecil yang menuju rumahnya, Tari tidak langsung turun. (9ue boleh tau nggak kenapa lo ngilang hampir seminggu ini)* Tari menatap Ata tepat di manik mata. (-oleh.* Ata mengangguk. (Kenapa)* Ata tak langsung menja#ab. Dia mengulurkan tangan kirinya dan mengusap$ usap kepala Tari sesaat. (5ntuk ini.* Dia tersenyum. !enyum yang kelam. 888 !ejak pembicaraan itu, Tari dicekam kecemasan. ari$harinya jadi tak tenang. Jauh tidak tenang dibandingkan saat Ari jadi kacau atau saat Ata menghilang. Tari lagi$lagi kehilangan selera makan. .e#ek itu melahap makanan kalau perutnya sudah melilit kelaparan. %io pun terpaksa membatalkan makan makanan berat. 9antinya, dia membeli empat potong pastel dan dua gelas air mineral. Kemudian disusulnya Tari yang sedang termenung di koridor dapan gudang, manatap arus lalu lintas jalan raya di kejauhan,. Tapi lagi$lagi temen semejanya ini menolak makan. ("akan deh, Tar. Dikit aja. +tar sakit lho.* (2agi males gue. "inumnya aja sini.* !ambil menghela napas, %io menyerahkan salah satu air mineral gelas yang tadi dibelinya. ("asalah yang sebenarnya tuh apa sih)* tanyanya lagi. (+g0* Tari mendesah, panjang dan berat. (Ada sesuatu , .uma gue nggak tau apa. Dan nggak bisa nebak juga. .uma gue udah ngerasain lama. Ada something yang Ata nggak mau cerita ke gue. Apalagi kak Ari, nggak mungkin banget dia mau ngasih tau gue. Dan mereka berdua sama$sama tau. Emang sih #aktu dia jemput kita it uterus kami ngomong berdua, dia tetep kelihatan santai. Tapi gue tau, masalah yang mau dia omongin ke Kak Ari serius banget.* (Terus, apa hubungannya sama elo) -esok elo juga kudu ada di antara mereka, gitu)* (1ah, itu juga yang gue nggak tau. Kan tadi gue udah bilang sama elo, ada sesuatu, .uma gue nggak tau apa.* (Ah, jangan$jangan dugaan gue #aktu itu bener/* !eru %io tertahan. (Inget kan lo) 9ue pernah bilang, tujuan kak Ata itu mau ngedeketin elo ke kak Ari. Kalo gagal, karena dia liat lo sama kak Ari udah kayak anjing sama kucing, ya sementara..* (Iya , gue inget,* potong Tari. (Tapi masa iya sih, Ata kejem gitu)* (Kejem kan standar elo. !tandar dia sih itu tindakan #ajar, lagi. 7alaupun mereka musuhan, tetep aja mereka sodara kandung. Kembar pula.* Tari menoleh lalu menatap %io dengan kedua alis menyatu rapat. (Terserah deh, lo mau bilang gue ngarang, ngasal, atau ngaco.* %io langsung memasang tampang siap dicela. (Tapi 3eeling gue ngomong gitu.* Tari terdiam. Kalau mau jujur, meskipun Ata memperlakukannya dengan manis, selalu perhatian, selalu ada di ujung telepon, selalu hadir setiap kali dibutuhkan, kecuali dua kasus dia mneghilang itu, Tari memang merasa co#ok itu membentangkan pembatas. Tipis, tapi bisa dia rasakan dengan jelas. Ata hadir dan menempatkan diri sebagai teman, atau penyeimbang untuk semua tindakkan Ari, atau pelindung Tari dari ulah$ ulah Ari meskipun lebih sering perlindungan Ata itu tidak memberikan e3ek apa pun, atau hanya sekedar tempat Tari curhat. Tidak pernah lebih daripada itu. Kalaupun ada pernyataan, pernyataan$pernyataan Ata selalu buram dan bisa diartikan dalam banyak kata dan tujuan. !emntara pernyataan$pernyataan Ari selalu gamblang. (Ah, tau deh. ,using/* Tari menggelangkan kepala kuat$kuat. (-esok kak Ata jemput lo di mana)* (9ue yang jemput dia. -esok dia nggak ba#a kendaraan. Jadi gue disuruh langsung naik taksi. Dia nunggu di depan mal yang sering kita datengin itu. Kalo ke rumah kak Ari kan le#at situ. Eh, besok gue titip buku sebagian ya. -iar kalo ada apa$apa larinya gampang.* (-esok, ya)* %io menggumam. (e$eh.* Tari mengangguk. Dengan kedua tangan terlipat di atas besi pagar koridor, keduanya sama$sama memandang jalan raya di kejauhan lalu menghela napas bersamaan. (5dah serasa kayak mau berangkat perang nih gue,* desah Tari. (9ue doain lo pulang selamat deh,* ucap %io sungguh$sungguh. Keduanya saling pandang lalu terta#a bersamaan. Ta#a ketidakpastian. 888 Jumat !ejak dibukanya mata dari tidur malamnya yg tak tenang, kegelisahan Tari sudah memuncak. "embuatnya kehilangan konsentrasi terhadap apa pun. Jam pertama sampai jam terakhir pelajaran sukses dile#atinya dengan melamun, bengong, atau berpikir keras, tapi tentu saja sama sekali bukan tentang pelajaran. Akibatnya hari ini Tari jadi sis#a yang paling sering kena tegur para guru. Dan ketika bel pulang menjerit, ce#ek itu nyaris melejit dari bangkunya. Tidak seperti hari$hari sebelumnya, rasanya hari ini bunyi bel pulang seratus kali lebih melengking dibanding biasanya. %io menatap teman semejanya itu. ampir lima belas menit berlalu sejak manusia terakhir selain mereka berdua meninggalkan ambang pintu kelas. BJadi pergi nggak lo)B tanya %io pelan. BJadi lah,B Tari menyahut lemah. B1a udah buruan. Kasian Kak Ata nungguin. !ini buku$buku lo. 9ue ba#a semunya aja. -esok atau "inggu gue anterin.B Tari mengeluarkan buku$bukunya dari dalam tas lalu memberikan kepada %io. Dengan gerakan lambat ce#ek itu kemudian bangkit berdiri. Dengan langkah$langkah lambat pula, dia meninggalkan ruang kelas. %io mengerti dilema yang sedang dihadapi teman semejanya itu. Karenanya dia ikuti langkah$langkah lambat Tari tanpa protes, yang juga berlanjut di sepanjang koridor sat menuruni tangga. Tidak jauh dari mulut koridor utama mendadak Tari menghentikan langkah. 2alu dengan gerak re3leks yang sangat kontradikti3 dengan langkah$langkah lambatnya sejak dari kelas tadi, tiba$tiba ce#ek itu berhenti dan melejit ke balik salah satu dari dua pilar yang menjepit mulut koridor utama. %io menatap bingung. Dia julurkan leher untuk melihat penyebabnya. Kedua matanya seketika melebar. Ari sedang berdiri di tepi jalan menuju gerbang sekolah. Dengan posisi tubuh membelakangi koridor utama, menghada ke lapangan basket, co#ok itu terlihat sedang bicara serius di telepon. B.k,B Tari berdecak pelan. B+ggak lucu banget kalo mau nemuin dia bareng Ata, tapi gue udah duluan ribut sama dia.B B1a udah. Kita tunggu aja kalo gitu,B bisik %io. BDia mau nelepon berapa lama sih.B Keduanya lalu berdiri diam di belakang pilar sambil sesekali mengintip ke tempat Ari berdiri. Tapi tunggu punya tunggu, tu co#ok nggak selesai$selesai juga. Dengan dongkol Tari sampai menerka$nerka siapa yang dikontak atau mengontak Ari, dan apa yang mereka bicarakan sampai butuh #aktu lama begitu. !ampai ia mendengar ponselnya menjeritkan ringtone tanda Ata menelpon. -uru$buru dikeluarkannya benda itu dari saku kemeja. B2o udah sampe mana)B tanya Ata langsung. B"asih di sekolah nih.B B"asih di sekolah)B BIya. Ada Kak Ari. ,as di pinggir jalan yang mau ke gerbang, lagi. Kan nggak lucu, mau nemenin elo ketemu dia tapi pemanasannya gue justru berantem sama dia.B Ata terta#a pelan. BApa gue samperin ke situ aja)B BJangan/B ja#ab Tari seketika. B9ila lo, gue udah stres banget nih,B Ata terta#a lagi. B-ercanda, Tar,B ucapnya lembut. B&ke deh, gue tunggu.B B2o udah sampe)B B-aru aja.B B1a udah. Tunggu ya. "udah$mudahan bentar lagi Kak Ari kelar nelepon terus pergi.B B+ggak pa$pa. !antai aja. Kan kita mau mati berdua, jadi nikmatilah momen$momen terakhir hidup ini.B BAduh, iya bener. 9ue lupa/B desis Tari. Ata terta#a lagi. ,elan tapi geli. B-ye/B ucap co#ok itu disela ta#a dan langsung diakhirinya pembicaraan. !esaat Tari menatap ponselnya sambil menghela napas. Kemudian dimasukannya kembali benda itu ke saku kemeja. Kedua matanya segera mengintip, dengan hati$hati, ke tempat Ari berdiri. .o#ok itu masih sibuk bicara di telepon. Tapi kali ini dia sudah pindah posisi, di ba#ah bayang$bayang tiang ring basket. "atahari memang sedang berada tepat di atas kepala. Terlalu lama berada langsung di ba#ahnya, tanpa pelindug, dijamin badan bisa mengering segaring kerepuk. Tapi dengan begitu sekarang co#ok itu jadi berada cukup jauh dari jalan. Tari melihat peluang dia bisa segera meninggalkan sekolah. B1uk, cepet/ .epet/B bisiknya. Dengan langkah agak berjingkat, kedua ce#ek itu segera menuruni tangga koridor. Tanpa meninggalkan bunyi, keduanya melangkah cepat, hampir berlari. Tapi Ari ternyata memang sedang serius dengan ponsel di telinganya. Dia tidak menyadari kemunculan Tari. Tidak tahu siapa yang ada di ujung telepon dan apa yang dibicarakan sampai sebegitu seriusnya. Tari hanya sempat mendengar sedikit penggalan percakapan Ari itu. BKira$kira tiga puluh menit lagi... iya... nggak usah, tinggal aja... aman banget.B "eskipun sudah keluaEg dari area sekolah, di sepanjang trotoar menuju halte keduanya terus berlari. Tari menyetop taksi kosong yang pertama le#at dan langsung masuk ke kursi belakang. B9ood luck ya, Tar,B %io berpesan dengan nada cemas. B+ggak yakin.B Tari menggeleng. B1a udah. Ati$ati aja deh.B B+ah, kalo itu sih masih bisa gue usahain.B Tari meringis. BDaaah/B ucapny sambil menutup pintu. BDaaah/B %io membalas dengan ekspresi muka semakin cemas. Taksi segera melesat pergi. !endirian, tanpa teman yang bisa diajak bicara untuk mengalihkan kegelisahan, membuat persoalan itu jadi terlihat puluhan kali lebih mengerikan. -erkali$kali Tari menghela napas. !ampai bapak sopir taksi bertanya ada apa. B+ggak ada apa$apa, pak,B Tari menja#ab sambil tersenyum, tapi senyum lesu. "enjelang sampai tujuan, dari kejauhan dilihatnya Ata berdiri di trotoar. !ama seperti dirinya, kegelisahan co#ok itu juga terlihat jelas. .o#ok itu melihat jam tangan, lalu berjalan ke tepi trotoar dan melihat jalan raya di depannya ke dua arah bergantian, tak lama dia balik badan dan berjalan ke tepi lain trotoar. Di sana dia dongakan kepala, memandang deretan poster 3ilm tanpa minat apalagi keseriusan. Kemudian dia balik badan dan berjalan kembali ke tepi trotoar yang lain, yg belum lama ia tinggalkan. 2agi$ lagi dia menoleh ke dua arah dari jalan raya di depannya, disusul kemudian dilihatnya jam tangan. -egitu taksi yang ditumpani Tari berhenti di depannya, co#ok itu langsung menarik napas lega. Tari tertegun. Ata terlihat pucat. !angat pucat. 'ambutnya berantakan. Tingga kancing teratas kemejanya tidak dikaitkan. Dua lensa gelap menutupi kedua matanya. .o#ok itu segera membuka pintu belakang. B!iap)B tanyanya langsung. Tangan kanannya melepas kacamata hitam yg dipakainya sementara tangan kirinya menutup pintu. BKayaknya elo deh yang nggak siap.B Tari menatapnya dengan cemas. Apalagi setelah dilihatnya kantong mata co#ok itu menghitam, pertanda dia kurang tidur. B9ue akuin, gue emang nggak siap,B desah Ata. BTapi gue nggak mau mundur lagi.B BTapi muka lo pucet banget. -ener. 2o ngaca deh.B BEmang lo nggak)B ucap Ata lunak. B2o juga pucet banget.B BDari tadi pagi semua juga udah ngomong gitu.B Tari tersenyum. !enyum yang maknanya complicated. Kemudian dia menarik napas panjang lalu menghembuskannya kuat$kuat. B1a udah kalo gitu,B sambungnya. BAyo, kita hadapin Kak Ari. "eskipun dia bilang dia mau matiin elo, gue rasa dia yang bakalan mati duluan ntar. Dua la#an satu. ,asti yang menang dua lah.B Ata terta#a pelan. B-uat dia, lo tuh nggak perku diitung, lagi.B BKok gitu)B Tari sontak melotot. B2o tuh ya, udah gue bantuin juga.B Ata terta#a lagi. Ta#a yang tetap tak mengusir sedikit pun kelam kedua matanya. Ketika ta#a itu berakhir, ganti dia yang menarik napas panjang dan menghembuskannya kuat$kuat. Tiba$tiba co#ok itu mengulurkan tangan kanannya lalu memeluk Tari erat. anya sesaat. Tari terkesiap. Tak sempat bereaksi apa pun. Ketika Ata melepaskan pelukan eratnya yang sungguh$sungguh hanya sesaat itu, kelam di kedua matanya telah mematikan kerlip sedikit sinar yang masih terisa. BJalan, ,ak,B ucapnya kemudian kepada sopir taksi dengan suara berat. 888 Ada sepetak tanah kosong terjepit di antara deretan rumah me#ah di seberang rumah Ari. Di sana alang$alang liar tumbuh tak terusik. Tinggi. "embuat siapa pun yang berada di antaranya utuh tenggelam dalam lengan$lengan hijau dan bunga$bunga putih dan cokelatnya. 2etaknya yang tidak tepat berada di seberang rumah Ari semakin menjadikannya tempat mengintai yang sempurna. Di sanalah Ata dan Tari duduk meringkuk setelah menyelinap keluar dari taksi yang mereka tumpangi, hampir setengah jam yang lalu. -eralaskan tangkai$tangkai ilalang yang direbahkan Ata di atas tanah, mereka terus memperhatikan rumah dua lantai berdindin bata ber#arna krem itu. Ata melirik jam tangannya. B2ima menit lagi duduk di sini, kayaknya di pantat gue bakalan tumbuh akar nih.B Tari terta#a, tanga berani menoleh ke Ata. ,elukan sesaat dan tak terduga serta sarat tanda tanya di taksi tadi telah menghadirkan atmos3er asing yang tidak bisa diabaikan karena kehadirannya begitu terasa. Kini, dalam #aktu yang bersamaan Tari merasa tetap dekat sekaligus telah tercipta jarak dengan co#ok yang duduk dekat di sebelah kanannya ini. BKalo gue kayaknya malah udah.B 9anti Ata terta#a. Tangan kirinya terulur secara otomatis, mengusap$usap puncak kepala Tari. Tari berusaha menepiskan satu lagi tanda tanya yang seketika muncul dalam hatinya. BKayaknya Kak Ari nggak di rumah deh. !oalnya tadi gue lihat dia lagi serius nelepon, di pinggir lapangan pas pulang sekolah. Katanya setengah jam lagi deh, gitu. Jangan$jangan dia janjian pergi sama siapa.B B9itu)B Ata menoleh dan menatap ce#ek yang duduk di sebelahnya itu. BKayaknya sih. Tapi gue juga nggak yakin.B BKalo gitu samperin aja deh.B BJangan/B Tari langsung geleng kepala. BIya kalo dia bener pergi. Kalo nggak)B BKita ke sini kan emang mau nemuin dia. Kalo terus duduk di sini sama aja bohong. Apalagi kalo ternyata dia emang beneran nggak di rumah. !ia$sia kita ngumpet di sini.B BIya sih. Tapi....B -elum selesai kalimat Tari, Ata sudah bangkit berdiri dan langsung melangkah keluar dari perlindungan rumput$rumput liar itu. Tari terkesiap. BAta/ 2o mau ngapain/)B serunya. Ata tidak mengacuhkan, terus melangkah menyeberangi jalan. BAta/ 2o jangan nekat deh/B Tari bangkit berdiri dan langsung mengejar Ata yang pada saat itu sudah sampai di depan pintu pagar rumah Ari. BAta, elo.../B B!ssst/B Ata menempelkan telunjuk kirinya di bibir, mengisyaratkan Tari untuk diam. Kemudian ditekannya bel yang terdapat di sisi kiri pintu pagar itu. Tak lama satu bunyi melengking merobek keheningan. "enghentikan aliran darah Tari dan membuatnya seketika membeku tegang. Tapi tak seorang pun keluar dari dalam rumah besar itu. !ekali lagi Ata menekan bel, diikuti teriakannya yang keras. B,E'"I!III/ !E2A"AT !&'EEE/B B2o gila/B Tari terkesiap. Dia segera melompat ke belakang punggung Ata, mencari perlindungan. BKenapa lo) &rangnya belom keluar, juga.B Ata meliriknya. Tari tidak menja#ab, membuat co#ok itu tersenyum. B1a, udah. 2o ngumpet di belakang gue aja. 9ue jamin lo aman.B Kemudian Ata kembali mengarahkan perhatiannya ke rumah di depannya. Tangan kirinya terulur ke belakang punggung dengan posisi telapak tangan membuka keatas. Tari menatap telapak tangan yang terbuka itu. Ini yang selalu tidak bisa ia pungkiri. Ata selalu memberinya rasa aman. !ementara Ari lebih sering membuat sara3 re3leknya dalam kondisi siaga dan alam ba#ah sadarnya membunyikan alarm tanda bahaya. B"ana tangannya)B Ata menggerakan kelima jarinya. Tari mengulurkan tangan kanannya. "ukanya memerah tanpa bisa dicegah. Ata tetap mencurahkan seluruh perhatiannya pada rumah di depannya, tapi begitu dirasakannya jari$jari Tari mendekat, segera ditangkapnya tangan ce#ek itu dan digenggamnya erat. Tanpa dia tahu itu menyebabkan ce#ek di belakangnya itu jadi salah tingkah dan mukanya semakin pucat. B,E'"I!III/B teriak Ata lagi. Kali ini dengan suara gila$gilaan. Tari memejamkan mata. B"ampus deh gue hari senin di sekolah/B desisnya. "eski situasi sedang genting. Tari sempat ternganga$nganga mengagumi dua patun elios tak jauh di atas kepalanya. !udah lama kedua patung ini membuatnya sangat penasaran. !etelah berhasil mengamatinya dari jarak dekat begini, harus di akui, kedua patung itu benar$benar bagus. Indah. Artistik. BJangan$jangan tu anak emang nggak di rumah,B desah Ata pelan. B2o tunggu sini bentar.B !ebelum tari sempat membuka mulut, Ata sudah melepaskan genggamannya. .o#ok itu memanjat pagar di depannya lalu melompat ke dalam. BAda, Tar,B ucapnya pelan. B,agernya nggak dikunci.B B9ila lo/ .epet keluar/B desis Tari panik. Ata tak mengacuhkan. Dengan hati$hati co#ok itu menarik gerendel atas dan ba#ah. 2alu dengan gerekan amat sangat perlahan, mengantisipasi kalau$kalt pagar besi itu mengeluarkan bunyi deritan, dibukanya pintu pagar. ,intu gerbang di depan Tari, yang diapit dua elios di atas kiri$kanan, kini terbuka. B.epet masuk,B bisik Ata. Tari menelan ludah. B"ati beneran deh kita, Taaa...B kepanikan Tari makin menjadi. Ata seperti tak mendengar. Diraihnya satu tangan Tari lalu digandengnya ce#ek itu memasuki halaman. ,elan$pelan, ditutupnya kembali 9erbang elios itu. Kalau tadi sedikit perhatian Tari masih bisa dicurahkannya untuk mengagumi kedua patung elior itu, sekarang ce#ek itu benar$ benar dalam kondisi siaga satu. Jauh lebih serius daripada saat diterjangnya kelas Ari dulu, ini adalah tempat sang pentolan sekolah itu bersarang. Ini adalah tempatnya yang paling pribadi, yang bahkan tak seorang pun mengetahui. Kalau sampai co#ok itu mencabiknya karena telah melanggar bukan hanya #ilayah pri6asi tapi juga semua rahasianya yang selama ini terjaga rapat tanpa seorang pun berani mengusik, hukum apa pun$apa lagi hukum rimba$akan membenarkan apa pun tindakan Ari terhadap mereka. Ata menggandeng Tari menuju teras. Tanpa sadar Tari membalas genggaman tangan Ata lebih keras daripada genggaman co#ok itu padanya. !epasang matanya menga#asi keadaan sekeliling dengan #aspada. Keduanya kemudian berdiri diam di depan pintu. 'umah itu masih lengang. Tidak terdengar suara apa pun dari dalam. Di depan pintu kayu berornamen rumit yang terlihat angkuh dan dingin, keduanya seperti merasa sedang berdiri di ujung perjalanan. Kesepuluh jari yang saling menggenggam itu mendingin perlahan. !eperti saling menguatkan untuk sesuatu yang akan terjadi dan takan terelakkan. Kelima jari Ata lalu membimbing Tari kebelakang punggungnya. .e#ek itu dengan lega menuruti. Jujur, yang paling dia takuti saat ini adalah pintu di depannya terbuk dan Ari berdiri di hadapannya. Keheningan masih menyelubungi. Kali ini dengan kepenatan yang terasa menakutkan. !ejak dile#atinya 9erbang elios tadi, Tari merasakan jantungnya tak lagi yang tidak bisa di pahaminya, seperti yang dirasakannya di dalam taksi tadi, muncul kembali. Tiba$tiba pintu dihadapan mereka terbuka. Tari ternganga. B+ggak dikunci)B tanya Tari dengan suara tercekat. Ata menggeleng. BKan gue udah bilang, orangnya ada di rumah.B -ersamaan dengan terbukanya pintu kayu itu, kelima jari Ata yang selama ini menggenggam jari Tari melemas. 9enggamannya terlepas. .o#ok itu melangkah memasuki ruangan di depannya. Tari terperanjat. BAta/ 2o jangan gila deh/ .epet keluar/B serunya tertahan. Ata tak mengacuhkan. "aju selangkah sampai benar$benar di ambang pintu. Kembali Tari berseru tertahan, memanggil Ata yang berdiri memunggunginya. BAta, cepet keluaaaaaar///B Ata tetap bergeming. Dengan gemas Tari mengulurkan tangan kanannya panjang$ panjang, berusaha menjangkau lengan kiri Ata, sementara tangan kirinya berpegangan pada bingkai pintu. Ketika berhasil terjangkau, dicekalnya lengan Ata kuat$kuat lalu ditariknya ke belakang. Tapi bukan Ata yang berhasil ditariknya keluar, justru co#ok itu yang berhasil menyeretnya ke dalam. Tertakjub$takjub, Tari memandangi ruangan besar yang baru saja dimasukinya itu. -enar$benar seperti sebuah galeri seni. 2ukisan, ukiran, patung, tembikar. Tanpa sadar kesepuluh jarinya melepaskan lengan Ata yang dicekalnya. Kemudian dipandanginya sekeliling ruangan itu dengan penuh ketertarikan. 'uangan ini jelas$jelas ditata oleh seorang desainer interior, karena setiap benda benar$benar diletakan pada tempat yang tepat. 'uangan ini juga bertema, karena setiap benda seperti mempunyai ikatan terhadap benda lainnya. -aik desain, moti3, #arna, maupun tata letak serta pencahayaan diatur dengan cermat. B.k, ck, ck. 9ila ya,B Tari menggumam pelan. Dia maju beberapa langkah lalu terlongo$longo di depan replika patung De#a 'a yang berukuran cukup besar, yang sepertinya merupakan titik pusat ruangan ini. BIni apa)B tanya Tari. BIni siapa. -ukan apa,B suara berat Ata meralat kalimat Tari. B"aksudnya) Ini...)B Dengan bingung Tari menunjuk patung itu. !eekor burung, sepertinya dari jenis elang atau raja#ai, sedang duduk dengan kaki terlipat di depan tubuh, dengan posisi tampak samping. Ada sebuah bulatan melekat di atas kepala patung itu. BDia 'a. De#a "atahari orang$orang "esir Kuno. Jadi meskipun penampilannya begitu, dia de#a. Termasuk salah satu dari de#a$ de#a utama. Jadi yang sopan lo ngomognya ya. -iar nggak kena kutuk.B B1a ampuuun. Jadi dia ini de#a)B Tari membelalakkan kedua matanya. .e#ek itu lalu menundukan kepala dan membungkukkan sedikit punggungnya. B"aa3 ya, 7a. !aya nggak tahu. !ecara saya juga nggak percaya de#a sih. "usyrik, kata agama saya.B Ata jadi tersenyum mendengar itu. !etelah sempat sesaat lupa dengan masalah yang sebenarnya, Tari tersadar kembali. Dia tersentak kaget. B1a ampun. 9ue lupa ini rumah orang/B desisnya. -uru$buru dia melangkah mundur lalu balik badan. Terkejut dia mendapati pintu dibelakangnya telah menutup. 888 BKenapa lo tutup pintunya)B Tari bergegas menghampiri Ata lalu bertanya dengan bisikan tajam. Ata tak menja#ab. Dengan kedua mata mentap Tari lurus$lurus, co#ok itu melangkah mundur. Tari membalas tatapan itu dengan bingung. Ata terlihat menelan ludah dengan susah payah. Tangan kanannya merogoh saku depan sebelah kanan celana jinsnya. Dikeluarkannya sebuah ponsel lalu diletakannya di atas sebuah meja berukir. Tari mengenali dengan baik ponsel keluaran terakhir dari sebuah merk ternama. Tangan kanan Ata berpindah ke saku depan sebelah kiri. Dikeluarkannya sebuah ponsel lain. Juga keluaran terakhir dari sebuah merk ternama, tapi berbeda merk dengan ponsel yang sebelumnya. Diletakannya ponsel itu di sebelah ponsel pertama. "ulut Tari sudah terbuka ketika dia menyadari sesuatu. ,onsel kedua. Dia juga mengenali ponsel kedua dengan baik. "ilik Ari/ !epasang mata Tari yang menatap kedua ponsel itu lurus$lurus perlahan menyipit. ,erlahan pula, 3akta yang tercetak buram dalam 6isual kepalanya menjadi jelas. !ontak dia ternganga. Diangkatnya kepala. BElo..../)B B+ggak pernah ada Ata.B .o#ok di depannya bicara dengan suara lirih yang bahkan dalam deru badai pun akan bisa terdengar, karena dia bicara dengan seluruh sesal. !eluruh luka. !eluruh sakit. +amun juga dengan seluruh kesabaran dan harapan. ,ada akhirnya, dia melakukan semua itu juga dengan seluruh cinta. 5ntuk kedua orang yang hilang pada masa lalu dan untuk seseorang yang saat ini hadir dalam hidupnya. Tari nyaris lumpuh. Kedua matanya terbelalak menatap Ari. B+ggak mungkin/ +ggak munkin///B kepalanya lalu menggeleng kuat$kuat, menolak kata$kata itu. B2o pasti janjian sama Kak Ari ngerjain gue. Kalian pasti nggak lagi berantem/B Kembali Ari menelan ludah dengan susah payah, membasahi bukan saja tenggorokannya yang jadi terasa sangat sakit, tapi juga seluruh hatinya. -eberapa saat kedua rahangnya mengatup keras. B+ggak pernah ada Ata,B dia mengulangi. Tetap dengan suara lirih yang sanggup mengalahkan deru badai itu. BDia udah lama pergi. 9ue nggak pernah ngeliat dia lagi. 9ue nggak pernah tau dia ada di mana. 9ue nggak tau kabar apa pun tentang dia.B Tari terhuyung mundur. ,ucat pasi. ,intu berornamen rumit di belakang menyambut saat terbentur punggung lemahnya. Tari tak lagi merasakan sakit gurat ukiran$ukiran kayu itu. +anar, ditatapnya sosok di depannya. -enar$benar tak sanggup percaya bah#a mereka ternyata satu orang yang sama. "ereka satu orang yang sama/ B2o... bohong/ 2o pasti bohong/B seru Tari dengan suara bergetar hebat. Ari terdiam. Tak sanggup lagi bicara. Kondisi Tari akibat dua kali pengakuannya tadi telah memberi pedih yang sama dalamnya seperti sembilan tahun lalu. !aat mendadak dirinya ditinggalkan dan jadi sendirian. 9adis di depannya ini kemungkinan juga akan pergi dan lagi$lagi dirinya akan ditinggalkan. 2agi$ lagi akan sendirian. B+ggak mungkin/ +ggak mungkin/ 2o pasti bohong/B Kepala Tari menggeleng kuat$kuat. +amun suaranya yang melemah menyangkal gelengan kepala itu. Ari tetap diam, karena memang tidak ada lagi yang bisa dikatakan. Kedua matanya meminta maa3 dalam redup penyesalan. Keterdiaman Ari itu $cara kedua matanya memandang$ adalah teriak kebenaran yang paling lantang dan tak lagi bisa disangkal. Tari terguncang. Tangisnya pecah. .e#ek itu langsung menutup mulutnya dengan satu tangan. Tangan lainnya bergegas meraih hendel pintu dan membukanya. !eketika itu juga, nyaris di luar kesadaran, Ari melompat, menutup kembali pintu yang sudah sempat terbuka itu. BJangan keluar dalam keadaan begini,B pintanya. Tari menelan tangisnya. BApa peduli lo/)B ditatapnya Ari dengan mata yang dipenuhi air. -ara kebencian menembus butiran bening itu, membuat Ari merasa sebagian hatinya mulai dipaksa untuk mati. B9ue mau pulang/B BTar....B B9ue nggak mau dengar apa$apa. 9ue mau pulang/B Tari menutup kedua telinganya rapat$rapat dengan kedua telapak tangan. Ari mengangguk$angguk. B9ue nggak akan ngomong apa$apa,B bisiknya. B9ue anter lo pulang. Tapi nggak dalam kondisi begini.B B9ue mau pulang/ 9ue mau pulang/ 9ue mau pulaaaang///B Tari menjerit histeris. Dengan menahan sakit di dadanya mati$ matian, Ari terpaksa mengabaikan jeritan itu. Dengan mengerahkan seluruh tenaga, Tari berusaha keras mengenyahkan lengan Ari. Tapi kedua lengan itu membatu. Tidak bisa disingkirkan. Dan mengurungnya tanpa jalan keluar. Kehabisan tenaga, ce#ek itu berhenti meronta. Kini dia meringkuk diam. Dalam pelukan seseorang yang telah memberinya sayatan dalam. .oba meredam tangisnya dengan satu tangan. Ari menundukan kepala.tangis ini menghancurkannya. ,erlahan, direbahkannya kepala Tari di pusat segala rasa sakitnya selama ini. 'ibuan luka yang nyeri di dadanya. BKenapa..)B Tari bertanya dengan suara lirih dan serak karena tangis. BKenapa lo jahat banget sama gue)B Kenapa) Ari mengulang tanya itu dalam hati. Tak ingin menja#abnya saat ini, karena sembilan tahun kehilangannya tidak bisa dikatakan hanya dalam satu$dua kalimat. !ama sekali bukan karena dia ingin membela diri atau ingin dipahami. Dia hanya tidak tahu mana ja#aban yang tepat dari begitu banyak ja#aban yang diberikan sembilan tahun itu untuk satu kata tanya pendek yang baru saja disodorkan. Ketika satu$satunya pertanyaan tak terja#ab, Tari sudah tak ingin bertanya apa$ apa lagi. !atu lengan menyangga Tari dan Ari menemukan satu lengannya yang lain tengah bersusah payah menyangga dirinya sendiri. Keduanya tersesat. Ini adalah senyap paling pekat yang pernah dirasakan keduanya. -erdua yang seperti sendirian. !atu yang tidak diketahui Tari, kebohongan yang dilakukan Ari bukan hanya menyakitnya, tapi juga menyakiti co#ok itu sendiri. Tari baru terlukai pada saat pengakuan itu terjadi, sepuluh menit yang lalu. !ementara Ari sudah terlukai pada saat dia memutuskan untuk melakukan kebohongan itu. Dan makin menjadi setiap kali kebohongan baru demi kebohongan baru tercipta dan tidak ada jalan untuk mundur kembali. !esaat setelah tangis Tari mereda, Ari menguraikan pelukannya. Ditunggunya sampai tangis ce#ek itu benar$benar reda, kemudian diulurkannya tangan. B9ue anter lo pulang,B ucapnya pelan. Ari memapah Tari keluar, lalu dengan hati$ hati mendudukkan ce#ek itu di kursi taman. BTunggu sebentar di sini,B bisiknya. ,erlahan dilepaskannya pegangan kedua tangannya pada Tari. .o#ok itu kemudian melangkah menuju garasi. Dibukanya salah satu pintu. "otor hitam dan E6erest hitam/ +apas Tari nyaris terhenti. Dia merasa tubuhnya benar$benar kehilangan seluruh kekuatan. ,ada E6erest hitam itu tersimpan banyak kenangan yang manis dan menyenankan. ,ada motor hitam itu juga bukan selalu hal$hal yang menyakitkan. Tapi saat hadir bersamaan, keduanya adalah gelap yang meluluhlantahkan. !etelah membeku dengan sesak yang melumpuhkan, mendadak Tari menemukan kekuatannya kembali. !erentak dia bangkit berdiri dan segera berlari keluar halaman. Ari menoleh kaget. BTari/B panggilnya. -ingung, tapi tak lama dia segera tahu apa yang telah menjadi pemicu. B1a Tuhan/B desisnya. -enar$benar lupa dia telah memarkir motornya tepat di sebelah E6erest hitam itu semalam. Ari langsung menutup kembali pintu garasinya. Tanpa sadar dengan bantingan. !egera dikejarnya Tari, tapi jalan di depan rumahnya telah kosong. !atu ide berkelebat. .o#ok itu melesat ke dalam rumah dan segera berlari keluar lagi. !aat ponselnya menjeritkn ringtone, Tari terlonjak dan nyaris terjerembap karena tetap berlari tanpa melihat jalan lagi. -uru$ buru dikeluarkannya benda itu dari saku kemeja. Ata/ Tari ternganga. !eketika nama itu menyentakkan tangisnya kembali ke permukaan. Telah begitu banyak hal yang amat sangat menyakitkan dan co#ok itu masih juga menganggapnya kurang. Terburu$buru, Ari salah menyambar ponsel. Dan ketika sadar, rumahnya sudah berada jauh dibelakang. B!ialan/ 9oblok banget sih gue/B desisnya. -enar$benar marah pada dirinya sendiri untuk Dsebilah belatiD yang kembali diambilnya untuk Tari ini. Dengan menekan kecemasannya mati$ matian, co#ok itu menatap ke sekeliling dengan cepat. Kosong. Tari tidak ada di mana pun. Terpaksa dan dengan hati yang ikut sakit, kembali ditekannya tombol kontak pada ponsel yang selalu digunakannya saat mengambil nama saudara kembarnya, namun justru saat$saat dia kembali menjadi dirinya sendiri. Ari membombardir ponsel Tari dengan panggilan. !ementara ibu jari tangan kirinya terus menekan tombol kontak tiap kali panggilannya yang tak terja#ab terputus secara otomatis, co#ok itu menajamkan kedua pendengarannya. -erusaha menangkap di mana panggilan$panggilan tak terja#abnya mengirimkan sinyal posisi ponsel tujuan. Dalam keadaan normal, tombol on$o33 itu begitu mudah dioperasikan. Tapi dalam kondisi genting seperti ini, membanting ponsel itu sepertinya tinggal satu$satunya cara untuk membuatnya diam. !ambil terus berlari dan mencari$cari tempat sembunyi $dengan tangan kiri yang berganti$ ganti antara menutup mulut untuk meredam tangis dan menyeka air mata yang turun dan tangan kanan yang menekan tombol on$o33 dengan seluruh kekuatan$ Tari terus berlari. Tiba$tiba ce#ek itu menghentikan langkahnya. !alah satu rumah di sebelah kirinya sepertinya tak berpenghuni karena rerumputan tampak tumbuh tinggi. -eberapa tanaman hias yang dulu pasti selalu dipangkas dalam bentuk$bentuk yang indah, kini bebas mengekspresikan diri dalam bentuk$bentu yang mereka kehendaki. !egera Tari menyurukkan tubuh ke balik sebuah batu pipih yang diletakan berdiri, dengan sebatang cemara tegak disebelahnya. Kembali dicobanya untuk mematikan ponselnya. 5sahanya belum berhasil, tapi ponselnya mendadak diam. Jeritan ringtone itu terhenti. .e#ek itu menarik napas lega. Dengan kedua tangan dihapusnya air matanya. Kelegaan itu hanya sesaat. Tak lama Tari tahu kenapa ponselnya mendadak diam. Karena orang yang membombardirnya dengan panggilan kini berdiri di hadapannya. Ari menatap ce#ek yang terpuruk di depannya itu dengan kedua mata yang berkabut. Tari sudah dalam keadaan tak lagi sepenuhnya sadar, ketika kemudian perlahan Ari berlutut di depannya lalu merengkuhnya dalam pelukan. +amun dalam ketiadaan jarak, ternyata justru terdapat ketidakterbatasan jarak. !alah satu memeluk kuat$kuat, namun seperti tidak ada siapa pun di dalam pelukannya. 1ang lain terkurung dalam pelukan rapat, namun tidak lagi dikenali milik siapa kedua lengan ini. Ari$kah) Atau Ata) Dia adalah keduanya, tapi juga bukan salah satunya. ,elukan kedua lengan yang mendingin pada tubuh yang juga beranjak mendingin. "ereka, keduanya, sore ini, perlahan DmatiD bersama. 888 5ntuk kali yang sudah terhitung lagi, %io memaksa sopir taksi untuk meningkatkan kecepatan taksinya. 2ima belas menit yang lalu, dengan nomor telepon Ata, Ari menelponnya dan memintanya menjemput Tari. %io langsung dilanda panik. Kesimpulan yang langsung muncul dalam kepalanya: Ata telah kalah dalam pertarungan ini. Entah dalam kondisi bagaimana. Taksi berhenti di depan rumah megah namun kosong dan tak tera#at itu. BKak A...)B %io tidak bisa mengenali siapa yang saat ini berdiri di depannya. Ari menghela napas. B+ggak pernah ada Ata.B ucapnya berat. Kedua alis %io terangkat. Ari sudah kehabisan tenaga. Kejadian ini telah menghabiskan seluruh emosinya. Tidak ada lagi yang tersisa baginya untuk bisa menjelaskan masalah ini pada %io. "eskipun itu hanya berupa kalimat yang singkat. Karenanya dengan gerakan lemah, dia perlihatkam ponsel di tangannya. BJadi...)B suara %io tercekat di tenggorokan. BIya.B Ari mengangguk lemah. %io terhuyung. +yaris saja jatuh kalau saja Ari tidak buru$buru menyambar salah satu lengannya. Ditatapnya co#ok itu dengan mulut ternganga maksimal. B9ue bener$bener minta maa3, %i. Akan gue jelasin apa pun yang lo tanya. Tapi nanti. !ekarang tolong anter Tari pulang dulu.B %io tersadar. Kepalanya lalu menoleh mencari$cari dan berhenti dengan napas tersentak pada Tari yang meringkuk di balik batu pipih itu. BTar/B serunya tercekat dan bergegas menghampiri. BTar, lo nggak apa$apa, kan)B tanyanya cemas. Tari cuma menggeleng lemah. %io memeluknya sementara kedua matanya kembali menatap Ari. BDia nggak mau gue anter,B sahut co#ok itu. -erlaksa pertanyaan muncul di kepala %io, tapi dia sadar yg terpenting saat ini adalah memba#a Tari pergi secepatnya dari tempat ini. Karenanya, tepaksa ditekannya keinginan hatinya untuk memberondong Ari dengan pertanyaan. Dibantunya Tari untuk berdiri, lalu dipapahnya menuju taksi. Kedua tangan Ari terkepal kuat saat ce#ek yang telah dilukainya tanpa ampun itu berlalu di hadapannya. "ati$matian ditahannya hati dan kedua lengannya untuk tidak meraih lalu menahannya dalam pelukan. Taksi itu pergi, dengan kedua mata terbelalak milik %io yang menatap Ari dari balik kaca jendela, dan Tari yang tak terlihat karena terhalang tubuh %io. Taksi itu telah hilang, namun Ari masih terus menatap jalanan kosong di depannya. "asih di tempatnya semula berdiri. Di depan batu pipih itu. Tempat kehilangan terbesar kedua dalam hidupnya telah terjadi. 888 %io memba#a Tari memasuki rumahnya le#at pintu samping. Kedua adiknya ada di ruang tamu dan kondisi Tari pasti akan memauat mereka langsung ribut bertanya ada apa. ,ada mamanya yang kebetulan sedang berada di dapur, %io langsung mengedipkan kedua matanya dan menggeleng samar. 7anita itu segera paham. Dibalasnya salam Tari yang serak dan pelan dengan ucapan apa kabar, dilanjut dengan mempersilahkan masuk, tanpa menoleh. !eolah$olah pekerjaannya sedang sangat menumpuk hingga sekedar menoleh pun dia tak sempat. al pertama yang dilakukan Tari begitu sudah berada di dalam kamar %io adalah menelungkupkan diri di tempat tidur dan langsung menangis. %io menyaksikan itu sambil menghela napas. Dikeluarkannya ponselnya dari dalm tas, lalu tanpa menimbulkan suara dibukanya pintu kamar dan berjalan keluar. Di teras belakang rumah, dengan suara pelan, %io menelpon mama Tari. BTan, Tari sekarang lagi di rumah saya. Kayaknya nginep, Tan.B B2ho) Ada apa, %i)B mama Tari langsung bertanya heran, karena saat berangkat sekolah tadi pagi, putrinya itu hanya mengatakan akan pulang sangat terlambat. B"mmm.....B %io menggigit bibir. B-egini, Tan...B Dengan perasaan tidak enak, cemas, dan takut dituduh bukan teman yang baik karena membiarkan itu terjadi, %io menceritakan apa yang telah terjadi. "ama Tari terdiam. B1a udah. +ggak apa$apa kalau dia mau nginep,B ucap mama Tari. !uaranya yang sarat pengertian membuat %io menarik napas lega. BTapi besok tolong suruh dia pulang ya, %i. !iang atau sore lah.B BIya, Tan.B -egitu telepon ditutup, mama Tari berdiri tercenung. Ada perasan bersalah karena membiarkan hal ini terjadi. "ebiarkan Tari begitu bahagia bercerita tentang sosok kembaran Ari yang bernama Ata. Tapi Ari memang membutuhkan pertolongan. Dan dia bukan orang jahat. Dia anak yang baik. Dan Tari juga tahu itu. 888 7aktu telah menunjukan hampir pergantian hari. %io menatap Tari yang tergolek di tempat tidurnya. Tertidur dengan muka disurukkan di ba#ah bantal, Tari masih mengenakan seragam sekokah yang kali ini telah kusut masai tidak keruan. %io bersyukur teman semejanya ini telah tertidur, karena isak tangisnya tak bisa dihentikan. Dia belum mengetahui dengan pasti apa yang sebenarnya sudah terjadi, karena kata$kata yang terucap di antara isak hebat itu terputus$putus dan antara satu kata dengan kata berikut sering kali tak berhubungan. -ahkan banyak karena tertelan isak atau terucap tanpa suara. Karenanya %io bener$bener lega Tari sekarang sudah terlelap. "udah$mudahan Tari mendapatkan mimpi yang membuatnya bisa sedikit saja gembira esok hari. !ambil menghela napas, %io berjalan menuju jendela kamarnya yang masih terbuka. Ditariknya tirai. Tapi gerakannya sontak terhenti. Di depan pagar rumahnya, sebuah E6erest hitam terparkir. Entah sejak kapan. 888 Ditemani %io, Tari meninggalkan rumah sobatnya itu keesokan harinya menjelang jam sebelas malam. %io mengambil inisiati3 itu karena E6erest hitam yang semalam dilihatnya terparkir tepat di depan rumahnya kini terparkir dalam posisi sudut tiga puluh derajat di seberang jalan sejak hari masih jauh dari siang. Dan masih, Ari adalah Ari. Dia tidak menyembunyikan kehadirannya yang hanya sedikit menyerong dari rumah %io. Dan %io tahu kenapa Ari tidak memarkir mobilnya seperti semalam lagi, karena mobil hitamnya yang berbadan besar itu menghabiskan banyak ruang dan bisa membuat seluruh penghuni rumahnya tertahan, tidak bisa keluar. Dan hari ini jendela kamar %io tertutup seharian. 888 "inggu sore. BKok "ama nggak bilang)B Tari menatap mamanya dengan mata terbelalak maksimal. -enar$benar tak menyangka mamanya sejak a#al curiga bah#a Ari dan Ata adalah satu orang. !ang mama menatapnya dengan rasa bersalah. BKarena pasti ada alasan kenapa dia nekat begitu. Jadi dua orang dengan pribadi yang benar$benar beda itu berat, Tari.B BAlasannya karena tu orang nggak punya perasaan. !eenaknya sendiri. Jahat. Egois/B BKasihlah dia kesempatan untuk menjekaskan,B ucap mama Tari dengan sabar. BDan dengarkan semua apa yang dia bilang dengan kepala dingin.B B+ggak/B sahut Tari serta$merta. B+gapain) "ama aneh deh. 5dah jelas$jelas dia bohongin Tari habis$habisan, udah nipu, ngapain juga Tari mesti dengerin. -ohong ya bohong. +ipu ya nipu/B BKamu sering bilang dia baik. -erapa kali kamu ngomong begitu sama "ama. DKak Ari itu sebenarnya baik.D Dan mama ngeliatnya juga begitu. Jadi pasti ada alasan kuat kenapa dia tega begitu sama kamu.B BTari salah, "a...B Tari menatap mamanya dengan sorot terluka. BDia nggak baik. Dia jahat. Jahat banget/B !etelah menatap mamanya dengan pandangan kesal, Tari berjalan ke kamar. Kepalanya menggeleng$geleng. +ggak menyanka, mamanya ternyata ibu paling aneh sedunia/ %io yang hari itu datang lagi dan mendengarkan perdebatan itu, entah kenapa, setuju dengan mama Tari. ,asti Ari punya alasan kuat. ,erdebatan itu berujung panjang. Keesokan harinya, !enin pagi, Tari menolak masuk sekolah. B"ales ketemu Kak Ari. ,asti dia udah nunggu. -ahkan bisa jadi sekarang dia udah berdiri di pintu gerbang. ,asti mau ngasih penjelasan panjang lebar.B Tari tersenyum sinis. -ukan untuk siapa$siapa, tapi untuk situasi yang saat ini sama sekali tak berpihak padanya. "ama Tari hanya bisa diam mendengarkan. B-uat Tari, apa pun yang mau dia omongin, bukan penjelasan. ,embelaan diri. -iar dia nggak ngerasa udah jahat$jahat amat sama Tari. -ahkan bisa jadi supaya dia nggak keliatan jahat$jahat amat, dia bakal nipu Tarh lagi/B Tanpa menunggu reaksi mamanya, ce#ek itu menyambar sepotong roti bakar lalu memba#anya ke kamar bersama segelas susu. %in dan mama Tari saling pandang. 'aut murung namun sarat kemarahan di #ajah Tari membuat #anita itu terpaksa meluluskan kemauan putrinya. %io terpaksa mengikuti, karena jika dia masuk sekolah, tak ayal dirinya yang harus menghadapi Ari. !ebagai kurir, juru bicara, juru runding, penasihat, dan sederet tugas lain untuk menjembatani putusnya komunikasi ini. -ukannya tidak ingin membantu. %io hanya merasa untuk menyelesaikan masalah ini, yang paling tidak bisa dibutuhkan oleh kedua orang itu adalah hadirnya orang ketiga. 8888 ,agi itu koridor di depan kelas Tari sepi karena Ari bercokol di bangku panjang yang terdapat di sana. Keruhnya #ajah Ari membuat semua juniornya bisa merasakan co#ok itu sedang berada dalam kondisi emosi yang nggak bagus. Karenanya semua penghuni kelas Tari jadi enggan keluar. Duduk membentuk titik$titik kelompok, mereka berkasak$kusuk dengan suara pelan. "elontarkan pada satu sama lain, dugaan penyebab pentolan sekolah itu sudah muncul bahkan sejak Jimmy $orang yang paling rajin datang pagi$ belum tiba. -ercokolnya Ari itu juga menyebabkan sis#a kelas sepuluh yang terbiasa sarapan di kantin terpaksa lari ke koperasi. !edangkan sis#a yang urgent ke kamar kecil terpaksa memohon kepada pega#ai sekretariat agar diperbolehkan menggunakan kamar kecil mereka. "engatakan permisi pada #ajah angker Ari meskipun itu dengan intonasi yang bahkan paling merendah dan sopan, sepertinya tetap akan membuat satu$dua jotosan melayang. ,ukul setengah tujuh kurang satu menit. Ari hopeless. Dia yakin Tari nggak mungkin datang. 5ntuk kesikian kali di kontaknya &ji, yang dimintanya untuk berjaga di pintu gerbang. BAda, Ji)B B+ggak ada, -os,B B%io)B B+ggak ada juga.B Ari menghela napas. B1a udah, lo balik deh. -entar lagi bel.B B+ggak ditunggu sebentar lagi) Kali aja dia telat.B BKayaknya nggak masuk.B B9itu) 1a udah.B Ari menutup telepon. Dihelanya napas. !esak karena rasa bersalah semakin mengimpit, sampai rasanya ingin dihantamnya daun pintu tak jauh di sebelahnya. Kemudian dia berdiri, menghampiri sis#i yang bangkunya paling dekat dengan pintu depan. +yoman. B-erapa nomer , lo)B +yoman menatap Ari dengan bingung. B-erapa nomer , lo) -engong, lagi.B B&h/B +yoman tersadar. -uru$buru dia sebutkan nomer ponselnya. Tak lama terdengar ringtone panggilan masuk dari dalam laci meja. !egera +yoman meraih ponselnya itu. BItu nomer gue. Kalo Tari dateng, langsung telepon gue. +gerti)B BIya, Kak.B +yoman mengangguk patuh. B+ama lo)B B+yoman.B Ari mengangguk. BJangan lupa ya, +yoman,B katanya, lalu balik badan dan meninggalkan kelas Tari dengan rasa bersalah dan kecemasan yang terasa semakin menggantung berat. 888 Keesokan harinya, Tari kembali berangkat sekolah. Terpaksa. ,enginnya sih di rumah aja. !oalnya kalo sekolah pasti ketemu Ari. Dirinya belum siap. -ukan belum siap ketemu co#ok itu, tapi belum siap mengatasi rasa marah dan semua emosi karena kebohongan itu. Jangankan berhadapan langsung, begitu ingat lagi pengakuan itu, rasanya pingin.... pingin..... Tari menghela napas lalu menggelengkan kepala kuat$kuat. "engenyahkan dari dalam kepalanya deret 6isual tindakan sadis yang sangat ingin dilakukannya terhadap Ari. Di halte, %io yang sudah menunggu sejak lima belas menit yang lalu bergegas menghampiri Tari begitu melihat sahabatnya itu turun dari bus. 2angsung digandengnya teman semejanya itu. &ji, yang sama seperti kemarin $diminta Ari untuk menga#asi di pintu gerbang$ langsung memberikan laporan begitu dilihatnya Tari berjalan di kejauhan bersama %io. !etelah itu ditinggalkannya gerbang karena tugasnya sudah selesai. -egitu mendekati gerbang sekolah, baik Tari maupun %io langsung menga#asi sekeliling, mencari$cari keberadaan Ari. Tari dengan kemarahan, sementara %io dengan kecemasan. Keduanya sama$sama menarik napas lega ketika telah menapaki tangga$ tangga terakhir menuju lantai tempat kelas mereka berada dan Ari tidak terlihat sama sekali. Tapi kelegaan itu seketika sirna karena Ari ternyata berada di tempat yang menjadi tujuan mereka. Tepat di depan pintu kelas/ 5ntuk semua mata, Tari hanya terlihat seperti kurang sehat. Tapi tidak untuk kedua mata Ari. Dari jauh pun dia sudah tahu kondisi Tari saat ini adalah murni akibat tindakannya. !eketika langkah Tari terhenti. Tubuhnya menegak kaku. Keduanya saling tatap. Dua pasang mata itu bertemu. 1ang melukai dan yang dilukai. Ini adalah untuk pertama kalinya Ari melihat Tari lagi setelah pengakuan itu. Dan kondisi ce#ek ini semakin memperdalam torehan sakit di atas rasa bersalahnya. ,erlahan, Ari memperpendek jarak. "encoba mendekat. Tapi baru satu langkah, Tari langsung memberinya peringatan dengan gigi gemeretak. B"inggir lo/B 2angkah Ari terhenti. anya terhenti. Dia sama sekali tidak berniat menyingkir seperti peringatan itu. Kedua matanya tetap terarah lurus pada Tari. Ditelannya ludah saat disaksikannya bara berpijar di kedua mata itu. -erkilat dan menyala. "emberinya keyakinan, akan sangat sulit untuk meraih kembali ce#ek ini. B"inggir dari depan pintu kelas gue/B bentak Tari. Kali ini suaranya mulai naik satu okta3. BKalo nggak, ntar gue teriak kenceng$ kenceng nih. -iar semua tau kalo elo tuh aktor/B BTeriak aja. +ggak pa$pa kalo itu bisa bikin elo lega,B ucap Ari halus. Kedua bibir Tari mengucup kaku. Kalimat Ari itu membuatnya makin mendidih. !ok #ise/ ,adahal itu cuma caranya biar nggak terlalu ngerasa bersalah/ -erbeda dengan Tari yang seketika jadi DbutaD, %io bisa melihat dengan jelar penyesal Ari dan permohonan maa3nya. Karenanya le#at sorot mata, dimintanya Ari untuk pergi. Tapi co#ok itu sama sekali tidak mengacuhkan. "elihat Ari tetap tegak di depannya, tidak juga menyinkir, akhirnya Tari menjerit. -enar$benar keras seperti ancamannya tadi. B"I+99I' +99AK, 2&/) "I+99I'/ "I+99I'/ "I+99III'///B Ari tertegun. Apa yang baru disaksikannya sudah tidak bisa dikategorikan sebagai kemarahan. Ini histeria/ Jeritan Tari seketika melejitkan seluruh teman sekelasnya dari tempat mereka duduk. !ebagian lalu bergerombol berdesakan di depan pintu, sementara sebagian lagi berdesakan di deretan kaca jendela. al yang sama juga terjadi di kelas GH$I $kelas yang bersebelahan dengan kelas Tari$ karena peristi#a itu terjadi tidak jauh dari pintu belakang kelas mereka. 'uang kosong di ambang kedua pintu yang berdekatan itu kini penuh dengan tubuh$ tubuh manusia yang menatap Ari dan Tari dengan penuh rasa ingin tahu. Dengan sorot mata yang kini panik, %io benar$benar memohon agar Ari mau pergi. Diam$diam Ari menarik napas panjang. Dia terpaksa mengalah. Karena jika tidak, dirinya akan membuat semua kelas sepuluh keluar dari kelas masing$masing dan berkumpul di sekeliling mereka bertig. !ambil menatap Tari, Ari bergerak mundur tiga langkah, balik badan kemudian pergi. Tari menyaksikan kepergian Ari dengan kedua bibir yang dikatupkannya rapat$rapat sampai nyaris ber#arna putih, menekan gelegak kemarahannya agar tidak berubah menjadi tangis. B5dah, nggak usah diliatin terus,B bisik %io. Direngkuhnya bahu Tari kemudian diba#anya memasuki kelas. 888 !iang sepulang sekolah, Ari kembali mencoba menekati Tari. Kali ini di koridor utama, bersama &ji. -ukan karena Ari mencari sekutu atau bantuan, tapi karena ketika melihat Ari sedang berdiri bersandar di dinding tidak jauh dari tangga menuju area kelas sepuluh, &ji langsung menghampiri tanpa pikir lagi. B+ungguin dia)B tanya &ji. Ari mengiyakan dengan menggerakkan kedua alisnya. -erbeda dengan pagi tadi $langsung menghadang langkah Tari$ kali ini Ari lebih berhati$hati. Ketika dilihatnya ce#ek itu, tetap tidak ditinggalkannya dinding tempat disandarkannya punggung sejak sepuluh menit yang lalu. !ekarang ganti &ji yang melakukan itu. &ji berdiri tepat di tengah$ tengah koridor, membuat semua juniornya baik kelas sepuluh maupun kelas sebelas seketika menyingkir. "ereka turun dari koridor, ke taman kecil di sebelahnya. Tari dan %io baru saja akan melakukan hal yang sama saat mereka menyadari &ji akan menghadang kemana pun mereka belokkan langkah. Apalagi setelah le#at ekor mata, mereka melihat keberadaan Ari. "ereka makin yakin lagi, bahkan jika meninggalkan tempt itu dengan berlari, &ji pasti akan langsung mengejar dan menyeret mereka kembali. Terutama pada Tari. Akhirnya keduanya berhenti. !elain 'idho, &ji memang orang yang paling memahami Ari. Tak mungkin Ari berdiri di tempat ini tanpa tujuan. Tapi &ji tidak peduli apa tujuan itu. 1ang jelas itu pasti berkaitan erat dengan Tari. Dan itu berarti hanya satu, harus di hentikan ce#ek itu. Ari melipat kedua tangannya di depan dada saat dilihatnya &ji berhasil menghentikan langkah Tari dan %io. Tidak beranjak dari tempatnya berdiri, dia#asinya ketiga orang yang berdiri tidak jauh itu, terutama Tari. BKak &ji ngapain sih) Kami buru$buru nih,B ucap %io dengan nada kesal. B+gapain buru$buru) Jam segini bus pada penuh,B balas &ji. B!ok tau. Emang pernah naik bus, apa)B Tari berdecak pelan. "ulai jengkel dengan berikade itu. B"inggir nggak lo dari depan gue) Tampang lo itu bikin males, tau/B bentaknya. Dipelototinya &ji tajam$tajam. BElo..../)B &ji kontan melotot balik. B1ang sopan kalo ngomong. -aru kelas sepuluh juga/B -entakan Tari itu seketika membuat Ari menegakkan tubuh. Kedua matanya semakin mengunci Tari dalam 3okus tatapannya. BApa/)B Tari tambah melotot. Kali ini tubuhnya ikut condong ke depan. BJangan cari gara$gara deh/ "inggir nggak lo, bego/ 9ue lempar pake cutter nih/B ancam Tari. !egera dibukanya ritsleting kantong depan tasnya. Kembali Ari memutuskan untuk mengalah, karena ini di koridor utama. -ukan cuma murid semua angkatan, guru$guru dan semua pega#ai sekolah juga melalui koridor ini. Dan bentakan Tari tadi menarik keingintahuan, karena beberapa pasang mata mulai menatap ke arah mereka. B&ji/B panggil Ari. B"undur. Kasih dia le#at.B BTapi lo bilang...B B"undur/B &ji menatap Ari dengan ekspresi bingung, karena nggak biasanya Ari bersikap lunak. Tapi diturutinya juga perintah itu. &ji menyingkir dari depan Tari dan %io, lalu menghampiri Ari dan berdiri di sebelahnya. Jalan di depannya tidak lagi terhalang, tapi Tari tidak bergegas pergi. Ditatapnya Ari dengan bara kebencian yang benar$benar meletup. "embekukan Ari. !ementara di sebelah Ari, &ji menatap sepasang mata yang sarat percik kebencian itu dalam ketertegunan. Kali kedua setelah usia delapan tahunnya terentang begitu jauh di belakang, kembali Ari dikoyak rasa 3rustrasi. ,erasaan ditolak dan tidak diinginkan. !esuatu yang kuat tapi tak dipahaminya kala itu. +amun masih di kenalnya rasa sakit ini. Karena rasa inilah yang telah memicunya untuk DmematikanD dirinya sendiri. idup demi saudara kembarnya demi satu harapan, entah bagaimana caranya, akan memba#a dua orang yang mendadak hilang dari hidupnya itu kembali. Ketika bertahun kemudian disadarinya harapan itu absurd, mengambil pribadi Ata ternyata telah menjadi cara untuk bertahan. !ampai kemudin muncul gadis ini. 9adis yang menyandang nama yang sama dengan saudara kembarnya. !eketika gadis ini menyulut lagi harapan itt. "embangkitkan kenangan. "enyalakan kerinduan. !ekaligus mematikan logika dan akal sehatnya. Tidak ada yang salah dengan harapan yang terus digenggamnya kuat$kuat itu. 1ang salah adalah, dirinya yang terlalu 3okus dengan hatinya sendiri. ingga dikupakannya bah#a gadis ini juga punya hati. ingga tak pernah terlintas bah#a pada akhirnya ini akan melukai. BKenapa masih belom pergi)B tanya Ari pelan. %io yang bereaksi lebih dulu atas suara putus asa Ari itu. B1uk, Tar,B ajaknya pelan. Digamitnya satu lengan Tari. Tari menolak. "agma kemarahan sudah bergolak, dan kalau tidak dimuntahkan dirinya tidak akan puas. B9ue benci banget sama elo/B desisnya. Akhirnya pernyataan itu menghancurkan Ari. Dengan kedua mata yang tidak lagi bisa menyamarkan itu, Ari mengikuti setiap langkah menjauh Tari. !ampai gadis itu hilang ditelan kerumunan sis#a !"A Airlangga yang memenuhi area jalan menuju gerbang. al yang sama dilakukan &ji, tapi dengan ekspresi bingung. BTuh ce#ek kenapa sih) !egitu kalapnya,B tanyanya. Ari pura$pura tidak mendengar. Dia meninggalkan tempat itu, kembali menuju kelas, mengambil tas dan jaket lalu pergi. ,ergi ke mana saja hatinya yang patah siang ini menuntunkan arah. 888 2etih $baik pikiran, emosi, dan hati$ membuat keduanya akhirnya terpuruk, tanpa satu sama lain tahu. Tari kehilangan seluruh konsentrasinya pada pelajaran. Empat puluh lima menit kali seluruh pelajaran yang sudah terle#ati menghasilkn catatan yg berantakan. -ahkan setelah dibaca ulang, Tari yakin ada banyak bagian yg tertinggal, tidak tercatat. !eluruh soal yg diberikan, baik latihan di sekolah maupun ,' di rumah, dija#abnya dgn kacau bahkan asal$asalan. Teguran$teguran mulai diterima Tari dari para guru. -u ,ur bahkan memerintahkannya untuk menemui -u !ati, guru -,, setelah gagal mengorek dengan cara halus penyebab salah satu anak didiknya itu kacau hampir di seluruh mata pelajaran. Di tempat lain, di kelasnya sendiri, Ari melampiaskan dengan cara berbeda. Dibuatnya suasana kelas jadi ricuh dan ingar$bingar. ampir di semua jam pelajaran, ide$idd konyol yang sebenarnya mani3estasi dari kepedihan dan rasa 3rustasi bermunculan di kepalanya. .o#ok itu makan bak#an dengan sambal kacang ekstra pedas, tanpa minum, pada saat pelajaran ,ak !itanggang, guru matematika yang terkenal pemarah. "akan kerupuk kulit pas pelajaran -u Ida yang terkenal selalu hening senyap. !ementara kerupuk kulit dagangan "pok Jaenab di kantin itu sudah terkenal supergaring. -unyi DkresD$nya kalo digigit udah kayak mercon. +yaring banget. !ampai konser dangdut akapela, yang dilakukan pada saat jam kosong. Dimeriahkan dengan kontes goyangan$ goyangan hot di depan kelas. Dari goyang gebor Inul Daratista, goyang ngecor 5ut ,ermatasari, goyang patah$patah Anisa -ahar, sampai, goyang gergaji ala De#i ,ersik. !ebagian dilakukan oleh co#ok$co#ok yang emang udah lama dikenal gila dan cacat anatomi, nggak punya urat malu. Dan sebagian lagi oleh co#ok$co#ok yang kemungkinan karena salah asuh dari ibu masing$masing. Ta#a$ta#a histeris seketika membahana dari kelas GF I,A C itu, membuat dua orang guru yang mengajar di dua kelas yang bersebelahan sampai meninggalkan kelas masing$masing, lalu berteriak marah di pintu kelas yang berisi sis#a pentolan sekolah itu. Teguran dari para guru yang merasa kesal karena ulah Ari sangan mengganggu jalannya pelajaran, sampai panggilan dari kantor kepsek, tidak berhasil menghentikan ulah Ari. !emua tantangannya memang selalu mendapatkan sambutan sangat antusias dari hampir seisi kelas, karena Ari selalu menyediakan doorpriAe menggiurkan untuk setiap peserta yang paling berani malu. 5ang/ +amun, ketika semua itu ternyata tidak memberikan kelegaan sedikit pun untuk sesak yang menghimpitnya, Ari berhenti menciptakan hura$hura. Diputuskannya untuk terbang ke -ali besok pagi$pagi sekali. Di pulau eksotis itu ada banyak tempat untuk menenangkan pikiran dan hati, dan ada banyak tempat juga untuk lupa diri. ,ada detik akhirnya Ari kelelahan dan memutuskan untuk pergi. Tari juga telah sampai pada batas akhir pertahanannya. -erangkat dari rumah sudah dalam kondisi letih dan kacau, dia tidak berhasil berkonsentrasi pada pelajaran bahkan sejak jam pertama baru saja dimulai. Ketidak hadiran %io karena harus menemani mamanya untuk satu urusan keluarga semakin membuat Tari merasa berat, karena hanya %io yang tahu keseluruhan cerita. Jadi hanya pada teman semejanya itu Tari bisa berkeluh kesah. "eskipun itu keluhan yang selalu sama dan untuk yang kesekian juta kalinya. Jadi, hari itu yang dikerjakan Tari adalah mencatat apa yang harus dicatat. "endengarkan apa yang harus didengarkan, meskipun kemudian semua penjelasan itu menguap tanpa sisa dari dalam kepalanya. "engerjakan apa yang harus dikerjakan, meskipun hampir selalu kacau atau salah total. ,ara guru, yang tadinya menegur atau mengomel, akhirnya pasrah saat menyadari anak didik mereka itu memang sedang berada dalam kondisi Dmati suriD. 'aganya berada di tempat, tapi ji#a, semangat, dan pikirannya entah terbang ke mana. Teman$ teman sekelas Tari juga menyadari betapa kacaunya ce#ek itu. !ejak berhari$hari lalu. Tapi kali ini tak seorang pun yang sampai hati untuk bertanya. !atu yang mereka tahu dengan pasti, itu berkaitan dengan Ari. ,asti/ "emasuki pelajaran keempat, Tari menyerah. -ukan cuma letih mental dan emosi, dia juga merasa tubuhnya muli tidak bisa diajak kompromi. Akhirnya, pada guru yang sedang mengajar, Tari minta iAin untuk istirahat sebentar di ruang ,"', karena ruang 5K! terletak di gedung yang berbeda. !egera iAin untuk meninggalkan kelas diberikan oleh guru yang bersangkutan. Di ruang ,"' tampak seorang sis#i kelas sebelas $yang menjadi pengurus eskul ,"'$ sedang berjaga. .e#ek itu sedang pelajaran olah raga, tapi sudah minta iAin pada guru olahraganya untuk tidak ikut tanding basket ataupun jadi penonton. .e#ek itu langsung mengiAinkan Tari menggunakan salah satu dari tiga ranjang yang ada. !ama sekali tanpa bertanya kenapa atau ada apa atau sakit apa. !iapa juga yang nggak kenal Tari) -ersama Ari, mereka adalah duo yang paling sering menciptakan kehebohan dan hura$hura. !ementara itu di kelas Ari suasana begitu hening, karena -u Ida baru saja mengeluarkan ancaman mautK sekali lagi Ari menyulut ingar$bingar seperti yang terjadi minggu lalu, dia tidak akan lagi memasuki kelas itu sampai lulus$lulusan/ Keheningan itu kemudian dipecahkan oleh suara pintu dibuka. &ji, yang sepuluh menit lalu diminta -u Ida mengambil bukunya yang tertinggal di ruang guru, kembali. !etelah meletakan buku itu di meja guru, &ji melangkah kebangkunya. B'i, si Tari kayaknya sakit,B bisiknya. Ari menoleh serta$merta. Ditatapnya &ji lurus$lurus. B9ue tadi ngeliat dia masuk ruang ,"',B bisik &ji lagi. Ari langsung berdiri dan berjalan keluar kelas dengan langkah tergesa. Tak dihiraukannya bentakan -u Ida yang menyuruhnya kembali. Disusurinya koridor dengan langkah cepat, nyaris setengah berlari. Di tangga turun bahkan dilompatinya tiap tiga anak tangga sekaligus. 2angkah$langkah tergesanya terhenti tepat di depan pintu sekretariat ,"'. Dia mematung di ambangnya. Dia akui keegoisannya. "elukai dengan seluruh kesadaran, lalu mengejar dengan segala cara agar maa3 diberikan. +amun kini tidak lagi. Akan diterimanya seluruh caci maki dan semua hal yang memang pantas diterimanya. Tanpa bunyi, kemudian dimasukinya ruangan itu. Kedua matanya seketika tertancap pada salah satu dari tiga tempat tidur yang ada, terletak paling tepi dan tertutup tirai. !eorang sis#i kelas sebelas, anggota ,"' yang kebagian tugas jaga di ruangan itu, mendongak dan sontak terkejut mendapati siapa yang berdiri di depannya. BTolong lo keluar,B ucap Ari pelan. !egera ce#ek itu mematuhi perintahnya. -egitu ce#ek itu mele#ati ambang pintu, Ari segera menutupnya. Tanpa suara. ,erlahan dihampirinya tempat tidur itu. Di dapan tirai tipis putih pekat yang menutupinya rapat, langkah itu terhenti. ,erlahan Ari menarik napas panjang lalu mengembuskannya dengan gerak yang lebih perlahan lagi, berusaha meredam gemuruh detak jantungnya yang menggila, tapi sia$sia. !eperti seribu detik habisnya #aktu sejak dia ulurkan tangan sampai tirai itu akhirnya tersibak pelan. Dan Ari membeku. Di depannya, dalam jarak yang teramat dekat, terbaring seseorang yang telah menjadi korban dari begitu banyak tindakan egoisnya. !eseorang yang sebenarnya tidak tahu menahu. !eseorang yang sebenarnya tidak bersalah sedikit pun. !eseorang yang sebenarnya tidak harus bertanggung ja#ab atas apa pun yang telah terjadi dalam hidupnya, namun dengan paksa telah diseretnya masuk ke dalam hidupnya yang hanya berisi pusaran badai. 7ajah dengan kedua mata tertutup pucat. Ari menelan ludah. !etelah semuanya, masih berapa banyak lagi yang ingin dimintanya dari ce#ek ini) Tiba$tiba dua kelopak tertutup itu membuka. !epasang mata redup di baliknya seketika terbelalak. Keduanya saling tatap. 5ntuk pertama kalinya di luar dua tempat Ari merasa aman untuk merasa letih dan putus asa $kamar tidurnya di rumah dan saung di lereng gunung itu$ dia biarkan seseorang melihat seluruh luka dan kesakitannya, seluruh kerapuhan, juga setiap usahanya yang kerap terlatih untuk bertahan. Telanjang. Transparan. Apa adanya. Tanpa topeng dan tanpa keinginan untuk menjelaskan lagi. !ering kali hening memang lebih mampu mengungkapkan banyak hal daripada ribuak kata. Dan sering kali pula mata lebih mampu menyampaikan apa yang hati ingin bicara, lebih daripada bibir sanggup mengatakannya. +amun, maa3 bukanlah satu tindakan yang bisa dilakukan tiba$tiba. Ada pengertian panjang sebelumnya. Ada pemahaman. Ada keikhlasan. 1ang pasti, yang dibutuhkan adalah #aktu dan yang tidak dibutuhkan adalah amarah. !ayangnya, saat ini satu$satunya yang ada adalah apa yang justru tidak dibutuhkan. Tanpa mengangkat kepala dari bantal, Tari mendongak ke arah bangku tempat sis#i anggota ,"' yang tadi sedang berjaga. BKakak...B panggilan seraknya langsung terhenti, karena dilihatnya bangku itu sekarang kosong dan pintu telah tertutup. !ekilas Tari sadar, hanya ada dirinya dan Ari di ruangan itu. !eperti tersengat, Tari langsung bangkit. !eperti tersengat juga, Ari bergerak lebih cepat. Ketika pada detik berikutnya kedua tangannya terulur, Ari sudah tidak lagi kondisi sepenuhnya sadar. Ketika kemudian dicekalnya kedua bahu Tari, menahan ce#ek itu dalam posisi terbaring, itu sudah satu bentuk tindakan alam ba#ah sadar. Ketika kemudian dia bungkukkan tubuhnya begitu rendah, penyesalanlah yang kini ganti memintanya. Dan ketika akhirnya air matanya jatuh, itulah #ujud penyesalan yang sepenuhnya. Tari memejamkan kedua matanya, karena air mata itu jatuh tepat di dalamnya. -erbaur dengan air matanya sendiri dan mengalir bersama. Ari menatap bening yang mengalir turun itu. "iliknya, dan milik gadis ini. Kembali sesal yang pedih menyelinap, dan akhirnya membunuh seluruh kesadarannya yang tersisa. Dia rentangkan kedua lengan dan diraihnya seluruh keberadaan Tari dalam kedalaman lingkarannya. Dilenyapkannya sisi jarak di antara mereka. ,elukannya itu kemudian memecahkan tangis, mengalirkan lebih banyak lagi air mata. +amun itu tak terasa meringankan, karena setiap isak lirih memberi perih yang baru untuk luka$lukanya. Dan sekuat apapun pelukan untuk "atahari ini, bisa dia rasakan jarak kembali menyelinap. Tak bisa dihambat. Tak bisa dihentikan. Keberadaan gadis ini seperti meluruh dan semakin jauh. Kepergiannya terasa pasti. Ari bisa merasakan, keputusasaan mulai memeluknya kini. -agi Tari sendiri, sudah sejak hari itu pelukan ini tak lagi bisa dikenali. angat dekapan yang justru terasa menggigilkan. Ketiadaan jarak yang terasa menyesakkan. Dua lengan asing. Detak jantung seseorang tak bernama. Karena itu, kemudian dia berusaha keras menguraikan pelukan itu. Diletakkannya kedua telapak tangannya pada belah dada Ari tempat jantung co#ok ini berada. "enyakitkan. Karena ketika semua terasa seperti diam, hingga apa yang telah terjadi bisa dianggap cuma mimpi, detak$detak jantung itu keras menyangkal. !ekuat tenaga Tari lalu berusaha mendorong dada itu, namun pelukan itu membatu. Tak terurai. -ukan karena Ari tak mendengar, tapi karena pinta dalam lirih suara bercampur isak itu tak lagi tercerna. &taknya berhenti bekerja. Ari hanya tak ingin Tari lepas dari dekapnya, karena seterusnya mungkin gadis ini tak akan pernah bisa teraih lagi. Kehabisan tenaga, akhirnya Tari berhenti meronta. Kedua tangannya melunglai, terlipat di antara tubuhnya dan tubuh Ari. Kedua mata Ari mengerjap lambat. Dibiarkannya detik$detik berlari. "enghadirkan hening yang mengisi setiap ruang kosong yang ada. !ampai dirinya yakin tubuh yang dipeluknya ini tak akan mencoba pergi. ,erlahan, co#ok itu kemudian melepaskan dekapannya. "enyisakan ruang yang tetap tak mungkin bagi Tari untuk melepaskan diri. !epenggal jarak itu ditatapnya dengan kedua mata berkabut. BKalo gue bilang..., gue nyesel #aktu harus jadi Ata..., lo percaya)B Tari memalingkan muka. Tak dija#abnya tanya yang diulurkan Ari dengan suara lirih dan terputus$putus itu. B2o nggak percaya,B dengan bisikan, Ari menja#ab sendiri pertanyaan itu. B2ebih dari nyesel... 9ue ancur.B Ari tidak bohong. Dia jujur. Dia menyesal berkali$kali. Dia hancur berkali$kali. !ayangnya, dia hanya bisa bicara untuk dirinya sendiri. 5ntuk ruang kosong di antara dirinya dan ce#ek dalam peluknya ini. 5ntuk rasa hampa yang perlahan hadir. Tari ada jauh di luar alam raya. Karenanya Ari tidak ingin lagi membuka mulutnya. Apa pun yang dikatakannya tak akan pernah sampai. itam kedua bola matanya lalu berusaha menembus pekatnya nanar 3okus mata. ,ada #ajah yang sejak tadi menolak untuk menatapnya. ,ada sisa$sisa jejak air mata. ,erlahan jari$jari tangan kirinya mendekat. Dihapusnya sisa butiran bening itu dengan sangat hati$hati, seakan jejak$jejak air mata itu adalah luka. Tari menggigit bibir. !emakin dia palingkan mukanya. !ebelah pipi itu menyadarkan Ari betapa pucat #ajah Tari. "enghentikan, saat itu juga, gerak jari$jarinya. Dia mematung. Telah diletakannya seluruh sakit yang mencengkeram dadanya ketika kemudian ditundukannya kepala. "emberi, pada pipi pucat itu, satu cium. 1ang dilakukan dengan lembut seakan$akan pipi pucat itu juga adalah luka. !atu cium yang bukan hanya berasal dari seluruh sesal yang ada, namun juga dari sesuatu yang tidak bisa disadarinya. !eluruh hati yang dimilikinya. Tari kerkesiap. !eketika jadi kalap. Dengan kekuatan yang entah datang dari mana, didorongnya tubuh Ari, sampai tercipta jarak yang cukup baginya untuk bisa melepaskan diri. B2o ngomong aja sama yang lain/ 9ue nggak percaya apa pun yang keluar dari mulut lo/ ,ergi lo/ Jangan ada di depan gue lagi/B desisnya dengan suara serak. ,erlahan Ari menegakkan punggung. Ditatapnya gadis yang meringkuk rapat$ rapat di sudut kaki tempat tidur itu dengan sepasang mata yang semakin berkabut. ,erlahan, dia melangkah mundur. -el istirahat berbunyi. "enegaskan keberadaan dinding tak terlihat di kesadaran Ari. "engukuhkan jurang tak terjembatani di antara dirinya dan gadis di depannya itu kini. Dengan gerakan lemah dikeluarkannya ponsel dan 'idho jadi orang pertama yang dikontaknya. BDho, tolong ke ruang ,"' sekarang. -a#ain jaket gue sekalian.B Dijauhkan ponsel dari telinga, lalu dicarinya nama %io di da3tar kontak. B2o nggak masuk) 1a udah kalo gitu.B Ari langsung menutup telepon. !ekali lagi dibukanya da3tar kontak. B+yoman, ba#a tas Tari ke ruang ,"' sekarang.B +yoman sampai lebih dulu. !eketika dia tertegun mendapati kondisi Tari. "ulutnya sudah terbuka untuk bertanya, tapi langsung dia urungkan begitu sadar siapa yang terlibat di sini. Akhirnya, tanpa sedikit pun mulutnya terbuka, +yoman melangkah menghampiri Tari dan duduk di sebelahnya. 'idho, yang tiba tak lama kemudian, bereaksi sama persis dengan +yoman. BTolong anter dia pulang.B Ari melemparkan kunci motornya. 'idho menangkap kunci itu lalu menghampiri sang pemilik. B2o apain dia/)B bisiknya tajam. Kedua rahang Ari terkatup keras. Tak menja#ab. 'idho meraih tangan Ari, bersama jaket dikembalikannya jaket itu. BKenapa bukan lo sendiri)B kecamnya. Ari berjalan menuju lemari di sudut ruangan. Diletakkannya jaketnya di atasnya. Kemudian dengan kedua mata menatap 'idho, co#ok itu menghampiri Tari lalu berlutut di depannya dengan satu kaki menyentuh lantai. ,osisi yang harus diambilnya karena sejak tadi Tari terus menundukkan muka dan tidak mengeluarkan suara. B9ue aja yang nganter pulang, ya)B Ari mena#arkan diri dengan nada yang benar$ benar merendah, karena dia bersungguh$ sungguh dengan permintaan itu. !eketika Tari menatapnya dengan sorot yang membuat 'idho dan +yoman jadi yakin, daripada diantar Ari, tuh ce#ek pilih mati/ Ari menegakkan tubuh lalu menatap 'idho dengan kedua alis terangkat. 'idho menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. B+ganter pulangnya ntar abis jam istirahat, kan)B BKalau bisa sekarang, ya mending sekarang.B B+ggak bisa lah. Jangan gila deh lo. Jam istirahat gini di lapangan depan pasti banyak orang. 2o mau dia jadi tontonan)B Ari agak tersentak. B!ori, gue lupa,B desahnya berat. 'idho geleng$geleng kepala. B9ue ke kantin dulu deh. 2aper,B katanya sambil berjalan keluar. B-eliin teh manis anget,B pinta Ari. Bmm.B Jam istirahat adalah jam ruang sekretariat ekstrakurikuler selalu dipenuhi oleh para anggotanya yang berkumpul. !etelah membuat empat orang anggota junior ,"' tersentak kemudian langsung keluar ruangan dan mengusir dua yang lain, Ari mengeluarkan ponselnya sambil berdecak kesal. Dikontaknya 'ina, ketua ,"' yang kebetulan teman sekelasnya. B'in, gue pinjem ruangan lo sebentar.B 'ina baru akan bertanya untuk apa, tapi detik berikutnya dia sadar, terhadap co#ok satu ini lebih baik tidak terlalu banyak bertanya. B&ke. ,ake aja.B BThanks.B -egitu iAin dikeluarkan oleh otaritas yang paling ber#enang, Ari langsung menutup pintu. Kemudian ditariknya tirai jendela. anya setengah. .ukup agar Tari terhalang dari luar. 'idho kembali dengan segelas teh manis hangat dan seplastik gorengan. B-uat dia, kan)B sambil menatap Ari, digerakkannya dagu ke arah Tari. Ari mengangguk. 'idho menghampiri Tari, lalu mengulurkan gelas berisi teh manis hangat itu. B+ih, diminum. -iar lo agak enakan,B ucapnya tulus. Tari mendongak. Diterimanya gelas itu. BTerima kasih, kak,B ucapnya lirih. 'idho mengangguk. !esaat ditepuk$ tepuknya satu bahu Tari. Kemudian dia berjalan menuju satu dari dua meja yang ada dan mengangkat tubuhnya ke atasnya. +yoman pingin banget tanya, ada apa. Tapi dia ngeri karena ruangan itu begitu hening. !emua yang ada di luar, suara$suara, orang$orang, seperti tak terhubung. Juga karena Ari yang terus berdiri diam, bersandar di dinding dekat pintu. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Kedua matanya tenggelam dalam 3okus yang berada dalam kedalaman pikirannya. Kelamnya #ajah Ari itulah yang membuat +yoman tidak berani mengeluarkan sedikit pun suara. Akhirnya dia hanya duduk diam di sebelah Tari. !atu$satunya suara di dalam ruangan itu berasal dari akti6itas 'idho mengunyah semua gorengan yang dibelinya. !endirian. Karena dua orang yang dita#arinya $+yoman dan Ari$ satu langsung geleng kepala, sementara satunya dalam totalitas menjelmakan diri jadi arca. -el berbunyi. Jam istirahat berakhir. Ari bergerak dari gemingnya. 'idho melompat turun dari meja yang didudukinya. BJaket lo,B kata 'idho. Ari menghampiri lemari, mengambil jaketnya lalu melemparkannya ke 'idho. 'idho menangkapnya sambil berjalan mendekati Tari. BAyo, gue anter lo pulang.B ditepuknya pelan satu bahu Tari. Tari berdiri. Dia menyerahkan geles berisi teh manis yang sedari tadi dipegangnya ke +yoman. Kemudian dengan kedua tangan diusapnya kedua mata, membersihkn sisa$ sisa air mata. B+ih, pake.B 'idho mengulurkan jaket hitam Ari. !eketika kedua mata Tari menatap jaket itu dengan sorot akan dikoyaknya jaket itu jadi serpihan kalau sampai ada yang nekat memaksa. B&ke. +ggak pa$pa kalo nggak mau. +ggak usah emosi.B 'idho melemparkan jaket itu kembali ke sang pemilik. BDia nggak mau.B Ari menangkap jaketnya. Terlihat agak terpukul dengan penolakan tandas itu. B,ake mobil gue aja ya, 'i) Dia nggak mau pake jaket gitu. !oalnya udah mulai panas nih.B 'idho menatap sesaat ke langit di luar jendela lalu menoleh ke Ari. BJangan/B Ari langsung menolak. B"otor gue aja. -iar cepet.B dengan ayunan lemah dilemparnya kunci motornya. BTerseralah.B 'idho menangkap kunci itu. Dia lalu menoleh ke Tari. B1uk.B 'idho menganggukan kepala, mengajak Tari keluar. Tari meraih tasnya yang diketakkan +yoman di tempat tidur. B9ue duluan ya, "an,B pamitnya lirih. BAti$ati ya,B bisik +yoman. Tari mengangguk. Diiringi tatapan cemas +yoman, Tari lalu melangkah menghampiri 'idho yg saat itu sudah berdiri di ambang pintu, tak jauh dari tempat Ari berdiri. Tari sama sekali tidak menoleh saat dile#atinya pentolan sekolah itu. B"udah$mudahan aja gue nggak dibacok emaknya. Anaknya pulang matanya pada bengep gitu. "ana baru jam segini, lagi,B desis 'idho, melirik Ari sambil berjalan keluar. -egitu Tari diba#a 'idho pergi, +yoman buru$buru minta diri, B!aya duluan ya, Kak,B ucapnya, lalu balik badan langsung kabur. B+yoman/B panggil Ari tajam. !eketika +yoman menghentikan langkah$ langkah cepatnya. Dia balik badan, menghadap Ari dan langsung mengucapkan sumpah. B!aya nggak akan cerita ke siapa$ siapa soal yang terjadi di ruangan ini,B ucapnya tegas. Ari mengangguk$angguk, menekan senyumnya agar tidak muncul. Dihampirinya +yoman lalu berdiri tepat di depannya. BEmang lo pikir dia gue apain) mm) .e#ek kan emang doyan nangis.B !etelah mengatakan itu, Ari pergi begitu saja. +yoman balik badan. Dikutukinya punggung yang menjauh itu dengan mulut ternganga. BDasaaar emang tu co#ok, brengsek banget/ Jelas$jelas #aktu pergi tadi Tari nggak kenapa$kenapa. !ekarang jadi kayak gitu. Kok bisa$bisanya dia bilang, DEmangnya gue apain)DB +yoman ngomel panjang, kemudian meninggalkan tempat itu sambil geleng$geleng kepala. 88888 'idho baru kembali setelah jam pelajaran bahasa Indonesia selesai dan jam olahraga sudah berjalan hampir setengahnya. Dua jam lebih. -egitu motor hitamnya memasuki gerbang, Ari langsung meninggalkan lapangan 3utsal. Konsentrasinya yang tak bisa disatukan akibat kegelisahan membuat permainan di lapangan itu jadi kacau dan asal$asalan. -aru akan dibukanya mulut untuk bertanya, 'idho sudah mendahului. B9ue masih nggak boleh tau)B tanya 'idho, pelan tapi tajam. Ari jadi menatap sahabatnya itu dengan kening sedikit berkerut. B!oal apa nih)B B9ue lo anggep apa sih, 'i)mm) Temen) Kayak gini)B BIni soal apa sih) Jangan bikin bingung orang dong.B suara Ari mulai meninggi. BKenapa lo baru balik sekarang) 2o anter dia langsung ke rumah, kan)B BDia histeris di tengah jalan/B geram 'idho, nyaris jadi bentakan. Ari terperangah. B"aksud lo)B BTu ce#ek nangis. -ukan jenis tangisan karena takut bakalan gue ba#a ke mana dulu baru gue pulangin ke rumah. Akhirnya kejadiannya malah begitu. Terpaksa dia gue ba#a ke mana dulu, baru gue anterin sampe rumah. Daripada gue yamg kena tuduh emaknya, cuma gara$gara ulah lo.B Ari terdiam. !epertinya masih belum bisa sepenuhnya mencerna in3o itu. 'idho menghela napas dengan tarikan tajam. Kemudian dia ulang ceritanya. Kali ini perinciannya. BDia nangis. Kenceng. "endadak. ,as motor lagi jalan. 2alu lintas juga lagi padet. 9imana gue nggak kaget) +ggak jadi panik) Tapi gue tau itu juga bukan kemauan dia nangis di tengah jalan begitu, karena dia tempelin mukanya rapet$rapet ke punggung gue.B suara 'idho kemudian melirih, namun sorot matanya yang terus menatap Ari justru menajam. BDia meluk gue/B Ari tersentak. !eketika kedua matanya yang juga terus menatap 'idho berkilat. 'idho tak peduli reaksi itu. Diteruskannya kalimatnya. B!etelah dia meluk gue, setelah dia ngomong susah payah, DKak 'idho, pinjem punggungnya ya, sebentar aja...D baru gue sadar.. ini pasti masalah serius/B BDia cerita apa)B suara Ari terdengar kering dan seperti tercekik di tenggorokan. BKalo dia cerita, gue nggak akan tanya elo sekarang, tolol/B desis 'idho gemas. Ari terlihat lega. 'idho jadi semakin kesal. BTerus lo ba#a ke mana dia)B B1a ke tempat dia bisa ganti gue peluklah. -ego bener pertanyaan lo.B !eketika kilatan tajam kembali muncul di kedua mata Ari. 'idho tetap tidak peduli. B!ekarang pikir pake otak. arus gue diemin aja kondisinya begitu) Iya) .oba kalo tadi gue anter pake mobil, kan gampang. Tinggal berhenti di pinggir jalan terus tunggu sampe nangisnya selesai. +ggak perlu ada kontak 3isik. Tapi karena pake motor, daripada dia jadi tontonan orang, terpaksalah gue ngebut nyari tempat sepi.B 'idho menghentikan ceritanya. Dia lalu geleng$geleng kepala sambil berdecak. BTu ce#ek asetnya emang gila ya) Dahsyat banget/B Kilatan tajam di kedua mata Ari seketika pecah jadi letupan bara. BElo.../B !eiring geraman itu, kedua tangan Ari serentak terulur, akan mencengkram kerah kemeja 'idho. 'idho segera menghentikan usaha kedua tangan itu dengan cepat sesaat sebelum berhasil menyentuh sasaran. Dicengkramnya kedua pergelangan tangan Ari kuat$kuat. +amun berla#an dengan itu, kedua matanya menatap sobat karibnya itu dengan ketenangan, dan diputuskannya untuk menggunakan lelucon. -erharap itu bisa meredakan kemarahan Ari. BEmang lo kira boncengin ce#ek terus tu ce#ek histeris di tengah jalan nggak berisiko, apa) 'isikonya gede, tau/ Kalo ada pejuang emansipasi radikal yang pas le#at, gue bisa digebukin abis$abisan. 1ang paling parah, gue bisa dituduh udah merkosa anak orang/ 9a#at banget kan tuh) 9ue bisa diciduk polisi, man. Terus masuk penjara deh.B Kemudian 'idho tersenyum. BJadi anggap aja itu re#ard buat gue. Jangan pelit$pelit, kenapa) Kalo nggak insidentil gitu, mana gue punya kesempatan sih) -eda sama elo.B Joke 'idho berhasil. -ara di kedua mata Ari agak meredup. Dengan kasar dia melepaskan cekalan 'idho di kedua pergelangan tangannya. Ekspresi muka 'idho kemudian jadi serius. B"asih nggak mau cerita)B tanyanya lunak. B9ue sebenarnya nggak mau maksa. 9ue tetep lebih suka nunggu lo cerita sukarela. "eskipun itu baru terjadi nanti, pas kita udah sama$sama mati dan kebetulan di ,adang "ahsyar kita ketemu terus masih saling mengenali. Dan akhirnya baru pada saat itu lo mau buka suara. DEh, Dho, #aktu kita masih hidup di dunia, sepertinya ceritanya begini..D +ggak pa$pa. ItDs 3ine. 9ue temen yang pengertian kok. Ari masih menatap sahabat karibnya itu tanpa sedikit pun suara. Kemudian dia balik badan pergi begitu saja. 'idho menatap kepergian sobatnya itu sambil menghela napas dan geleng$geleng kepala. Tapi tak lama Ari kembali. !eperti baru menyadari sesuatu. BDua jam lebih)B desis Ari dengan suara dingin. BEmang dia perlu nangis segitu lama) Kan bisa langsung lo anter dia pulang.B kalimatnya seolah$olah mengatakan, pelukan 'idho$lah yang menyebabkan situasinya jadi memburuk. 'idho menghela napas lagi. Kali ini lebih berat dan lebih panjang. Karena kembalinya Ari itu ternyata bukan untuk menja#ab pertanyaannya, justru menuduhnya telah memperkeruh keadaan. BEmang tadi lo ngasih tau gue di mana rumahnya)B kedua alis 'idho terangkat. B9ue nyantai karena gue pikir ntar aja tanya orangnya langsung. !usah$susah amat. Ternyata orang yang harus gue anter sampai rumah itu nangis hebat sampai nggak bisa ditanyain,B jelasnya dengan nada tajam. B+angisnya lama. Ini gue ngomong jujur sama elo. 9ue sampe kelimpungan tadi. +ggak tau mesti ngapain. 1ah, terpaksa...,B 'idho tersenyum memohon maa3, Bgue peluk dia. !ampai nangisnya bener$bener selesai.B Dengan gerakan tajam, Ari melirik dada kiri kemeja seragam 'idho, membayangkan Tari menumpahkan tangis di dada itu. B!ekali ini aja. 2o inget bener$bener,B ucapnya, selirih embusan angin tapi dengan ketajaman sebilah pedang. Kemudian Ari balik badan dan pergi begitu saja. 'idhn menatap Ari sambil geleng$geleng kepala, jadi tersinggung. .o#ok itu lalu balik badan dan melangkah menuju lapangan 3utsal. B7oi, oper bolanya ke gue/ .E,ETA+///B serunya. !uaranya yang sarat kemarahan membuat kesembilan temannya yang berada di lapangan 3utsal menatapnya keheranan. 888 Keesokan harinya Ari nggak masuk. -erkali$ kali 'idho mengontaknya, tapi sejak usahanya yang pertama $pukul enam pagi tadi$ sampai dengan saat ini, istirahat kedua, ponsel Ari tetap nggak akti3. BJangan$jangan kemaren gue udah salah ngomong.B 'idho mendesah pelan. Dimasukkannya ponselnya ke saku celana lalu berjalan keluar kelas menuju kantin. !esampainya di sana langsung dihampirinya &ji dan duduk di sebelahnya. BJi, beneran lo nggak tau rumah Ari)B tanyanya pelan. BEmang ada yg tau, apa)B sambil mengaduk$aduk nasi campurnya &ji melirik 'idho. B!i Tari kira$kira tau nggak ya)B B+ggak tau deh. 2o tanya aja. Emang ada apa sih) !ehari ini udah tiga kali lo nanya gue soal itu. ,ake kalimat yg sama pula.B 'idho menghela napas. .o#ok itu meraih gelas es teh ta#ar &ji dan meneguknya sampai tandas. &ji sudah akan meneriakkan protes, tapi langsung dia urungkan, sadar ada yang jauh lebih pentin daripada sekedar es teh ta#arnya yang ludes. B2o kenapa sih) !eharian ini gue liat lo kusut banget.B BKemaren gue nganter Tari pulang. Ari yang minta.B 'idho menuturkan dengan suara pelan. +amun suara pelan itu sanggup menghentikan keasyikan &ji menyantap nasi campurnya. Kemudian &ji benar$benar berhenti makan dan memusatkan perhatiannya total pada 'idho. !etelah cerita 'idho selesai, &ji menghela napas. B9ue juga ngerasa ada yg aneh sih. -iasanya Ari kan nggak peduli. -iar si Tari udah ngejerit$jerit, udah sampe nangis malah, tetep aja digangguin. Tapi udah beberapa hari ini kaln dia lihat Tari mulai nunjukin gejala$gejala histeris, Ari langsung mundur.B BItu dia,B desah 'idho berat. B9ue kuatir sama tu anak.B B"au gimana lagi)B &ji mengangkat bahu. BTerpaksa kita tunggu sampe dia mau sukarela cerita.B Keesokan paginya 'idho mendapati motor hitam Ari terparkir di tempat dia biasa memarkir mobilnya. !ang pemilik duduk mencangkung di atasnya. Dari penampilannya yang terlihat letih dan berantakan, sepertinya Ari nggak pulang ke rumah sejak pembicaraan terakhir mereka dua hari yang lalu. Ari langsung turun dari motornya dan menghampiri sisi mobil tempat 'idho duduk. B"au nemenin gue cabut)B -eberapa detik kontak mata, 'idho mendapati $lebih dari sekedar letih dan kurang tidur$ sobat karibnya ini seperti tidak berji#a. B&ke.B 'idho langsung mengangguk. BThanks,B ucap Ari lirih dan langsung berjalan ke arah motornya. B&ji nunggu di jalan deket rumahnya,B katanya tanpa menoleh. 2ima belas menit kemudian 'idho menghentikan sedan putihnya di tepi sebuah jalan. &ji naik dengan kedua mata menatap penuh tanya. 'idho cuma geleng kepala. 2angsung diinjaknya pedal gas karena Ari langsung melarikan motornya begitu dilihatnya &ji sudah berada di dalam sedan 'idho. ,agi belum lagi menyentuh pukul setengah tujuh. Jalan$jalan raya di Jakarta padat oleh mereka yang bergegas berangkat kerja. !etengah mati 'idho berusaha agar Ari tidak sampai hilang dari pandang matanya. BTu anak/B desisnya. BDia kayaknya lupa gue ba#a mobil.B 'idho meraih tongkat persneling. &ji buru$buru membetulkan letak duduknya. Tak lama sedan putih itu meliuk tajam. -erusaha keras mencari jalan di antara padatnya lalu lintas pagi Jakarta. 'idho benar$benar mengerahkan seluruh kemampuannya. Diman3aatkannya setiap celah yang terbuka. Dipotongnya laju beberapa mobil, menciptakan ruang klakson kejengkelan bahkan kemarahan. Tapi beberapa saat setelah keluar dari Jakarta dan lalu lintas tak lagi terlalu padat, laju motor Ari jadi semakin menggila. 'idho mulai ke#alahan. !ampai beberapa saat kemudian Ari benar$benar menghilang dari 3okus kedua matanya, tak terkejar. B!ialan tu anak. -eneran dia lupa.B 'idho buru$buru menepikan mobil. !egera dikeluarkannya ponsel dari saku kemeja. B9ue pake mobil, kuya/B makinya begitu Ari mengangkat telepon. B!ori/ !ori/B Ari tersadar. "asih dengan ponsel menempel di telinga, dia lalu menoleh ke belakang. !edan putih 'idho tak terlihat sama sekali. BDi mana posisi lo sekarang)B B+ggak usah sekarang. Dari setengah jam yang lalu gue udah nggak tau posisi gue di mana. 9ue kan cuma ngebuntutin elo.B B9ue balik. 2o tunggu di situ,B ucap Ari dan langsung menutup telepon. !epuluh menit kemudian dia menemukan sedan 'idho diparkir di tepi sebuah jalan. B!ori. !ori. 9ue lupa kalo gue ngajak temen,B katanya begitu sampai di sebelah mobil 'idho. 'idho cuma geleng$geleng kepala. Diputarnya kunci kontak. B1a udah, buruan. 2anjut.B "ereka melanjutkan perjalanan. Kali ini Ari menjaga laju kecepatan motornya, memastikan 'idho tetap berada di belakangnya. !ampai akhirnya mereka tiba di tempat itu. 'idho dan &ji turun dari mobil dan menatap berkeliling. Dingin udara gunung segera memeluk keduanya. Dengan bingung keduanya mengikuti Ari yang sudah melangkah lebih dulu. "emasuki gapura batu yang tertutup rapat oleh tanaman merambat. -egitu mele#ati gapura tinggi itu, 'idho dan &ji kontan terpesona. Di depan mereka terbentang keindahan hasil kolaborasi tangan alam dan tangan manusia. !ambil menikmati bentang keindahan itu, keduanya berjalan menuju satu$satunya saung yang berada di antara bangunan$ bangunan yang terbuat dari bata terakota. Ari sudah duduk bersila di sana. "embelakangi mereka. 'idho dan &ji mendekati Ari dan berdiri di hadapan co#ok itu. "ereka baru akan membuka mulut untuk mengomentari tempat itu, namun saat mendapati kondisi Ari, detik itu juga mulut keduanya mengatup kembali. Ari pucat. !angat pucat. Dan seperti tidak berada di tempat. !esaat 'idho dan &ji saling pandang. Kemudian dengan gerakan perlahan dan hati$hati, keduanya mengambil tempat di sisi kiri dan kanan Ari. !edikit mundur ke belakang, karena Ari benar$benar duduk di bibir lantai kayu saung itu. !egera, hanya ada kesunyian di antara mereka. !ampai helaan napas Ari yang terdengar begitu berat sedikit memecah kesunyian itu. .o#ok itu membuka ritsleting jaket hitamnya dan mengeluarkan sebuah amplop cokelat dari baliknya. Tanpa menoleh dan tanpa mengeluarkan sedikit pun suara, dilemparnya amplop cokelat itu kebelakang. 'idho dan &ji saling pandang. ampir bersamaan, keduanya memundurkan posisi duduk hingga sejajar dengan posisi amplop itu terjatuh. !uara gemerisik saat amplop itu dibuka membuat Ari memejamkan kedua matanya. Ditelannya ludah susah payah. Antara menyesal, namun juga tidak. Antara ingin tetap menjaga rahasia terbesarnya ini, namun juga ingin mengakuinya. anya agar jika dirinya letih se#aktu$#aktu, tak perlu lagi berlari mencari tempat sembunyi. Agar teriak keputusasaannya terpahami. Agar rasa 3rustasinya dimengerti. Itu saja. Keheningan pekat segera tercipta di belakang punggungnya. Isi amplop cokelat yang terbagi dalam dua bagian itu menghantam 'idho dan &ji dengan talak. !yok, membekukan keduanya saat itu juga. Dengan kondisi terbelalak maksimal, kedua mata mereka tertancap lurus$lurus pada lembaran$lembaran 3oto itu. Tenggorokan mereka tercekat. Tak sanggup lagi mengeluarkan suara. Kenyataan itu terlalu mencengangkan untuk bisa diterima saat itu juga. -a#a Ari ternyata ada dua orang/ Tidak ada yang perlu di pertanyakan. !ama sekali. Karena lembar$lembar 3oto itu sudah bicara teramat jelas. !ecara 6isual, juga 6erbal. Karena di balik setiap lembar 3oto selalu ada keterangan. !ederet huru3 yang jelas ditulis dengan seluruh cinta, oleh perempuan yang pastL ibu dari 3okus semua 3oto itu. Dua #ajah manis yang begitu sama dan serupa. Ari dan Ata, 5lang Tahun ,ertama. Ari dan Ata, 5lang Tahun Kedu. Ketiga, Keempat, dan seterusnya. 5lang Tahun Kedelapan mengakhiri lembaran 3oto$3oto itu. !edangkan satu bagian yang lain berisi 3oto$ 3oto yang diambil tanpa latar belakang momen istime#a. %oto keseharian keduanya. Ata lebih sering berpose dalam kostum -atman. !edang berdiri bertolak pinggang, sedang menaiki sepedanya dengan posisi berdiri sambil nyengir lebar ke arah kamera. -ahkan sedang DterbangD. !etiap 3oto Ata selalu memunculkan senyum geli di bibir 'idho dan &ji. !ementara pose$pose Ari lebih sederhana. -erdiri dengan buku atau mainan di tangan dan tersenyum ke arah kamera. Atau duduk manis di atas sepedanya. !egera terlihat perbedaan jelas di antara keduanya. Ata yang ceria dan tak bisa diam. Dan Ari yang manis dan kalem. -eberapa saat 'idho dan &ji terpekur dalam tunduk mereka. !esuatu pasti telah terjadi, yang serius dan menyakitkan, sehingga #ajah mungil yang manis dan kalem itu bisa berubah menjadi sosok Ari yang sekarang ini. Ata. !atu kata itu seketi mengingatkan 'idho pada dua kata yang pernah didengarnya di toilet kelas sepuluh, ketika untuk pertama kali dilihatnya Ari terpuruk. "atahari Jingga/ Kini semuanya sudah jelas. &bsesi Ari terhadap Tari. Dan histeria Tari. !ambil memasukan kembali lembar 3oto$3oto itu ke dalam amplop, 'idho menatap punggung di depannya. Dua tahun lebih berteman dekat, meskipun baru kelas dua belas ini mereka sekelas, 'idho selalu bisa merasakan ka#an karibnya ini sebenarnya menyimpan tangis yang mengkristal. Di balik ketenangannya, Ari adalah magma berjalan. +amun jauh di balik kemarahannya yang mendidih itu, ada luka bernanah. 1ang akut. Ari sengaja terus membelakangi kedua ka#an karibnya itu. Dia tak ingin menoleh, karena inilah #ajahnya yang sebenarnya. Asap rokok mengepul tanpa henti dari bibirnya. !etiap kali satu batang habis terisap, saat itu juga batang berikutnya langsung menyusul. ,erlahan 'idho memajukan duduknya hingga sejajar dengan Ari. Dengan hati$hati diletakannya amplop cokelat itu di sebelah Ari. &ji melakukan hal yang sama, menyejajari Ari di sisi yang lain. 'idho bukan perokok. -ahkan bisa dibilang dia anti tembakau. Tapi beberapa kali demi Ari, disingkirkannya salah satu prinsipnya itu. !aat ini termasuk pengecualian itu. Diraihnya kotak rokol Ari lalu diambilnya sebatang. &ji melakukan hal yang sama, dengan rokok miliknya sendiri. ening. 9elombang pegunungan dengan hutan hijau di kejauhan menjadi 3okus tatapan ketiganya dalam diam. !ampai kemudian mengeluarkan suara. Dengan intonasi yang punya banyak makna. Empati. Jangan dija#ab kalau itu semakin melukai. Terpuruklah kalau memang batas akhir kekuatan itu di sini. Karena untuk hal$ hal itulah seorang ka#an dihadirkan. BKe mana dia)B Ari menelan ludah. ,erlahan kedua matanya terpejam. Ada jeda cukup panjang sejak tanya itu dengan hati$hati dihadirkan dan ja#abannya kemudian diberikan. 2irih, tersendat susah payah dan berulang kali terputus. 'idho dan &ji sampai mereka sedang melakukan penganiayaan dan penyiksaan terhadap Ari. +amun mereka juga tahu, pada akhirnya itu justru akan melegakan. .erita itu akhirnya usai. 'ahasia itu akhirnya terurai. -enteng pertahanan itu akhirnya runtuh. Ari semakin pucat, namun ada kelegaan besar yang dia rasakan. Juga perasaan ringan. !eakan seluruh bebannya selama ini hilang. .o#ok itu kembali memejamkan kedua matanya. Disangganya kedua lengan tempat kesepuluh jarinya saling bertaut, ditundukkannya kepala dalam$dalam. Ketika kemudian kepala itu terangkat, mulai ada rona di mukanya. Tidak lagi sepucat tadi. Dengan kepala sedikit dimiringkan, ditatapnya 'idho. BTerima kasih,B suara beratnya mengucap lirih, namun sungguh$sungguh. Kemudia ganti ditatapnya sahabatnya yg lain. BThanks banget, Ji.B Kedua karibnya tersenyum. -ersamaan mereka mengulurkan tangan dan merangkulnya. B1uk, balik,B ajak 'idho. BKita cari tempat cabut yang asyik. Tapi mending lo tidur dulu sebentar. Terserah mau di tempat &ji atau di rumah gue. ari ini lagi kosong.B BDi rumah gue aja deh,B kata &ji langsung. B9ue mau bikin puisi cinta. -uat -u !am. !oalnya kalo kita cabut bertiga barengan gini, kayaknya besok dia nggak bakalan berenti ngomel kalo kita belom pingsan.B 'idho terta#a, tapi tak lama ta#anya terhenti karena ada ta#a lain yang mendadak terdengar. Ta#a yang begitu geli, keluar dari mulut Ari. Kedua bahu Ari bahkan sampai berguncang. 'idho dan &ji saling pandang diam$diam. 2ega mendengar ta#a itu. !etelah ta#anya reda, Ari menarik napas panjang lalu mengembuskannya kuat$kuat. Ditatapnya kedua ka#an karibnya itu bergantian, dengan permintaan maa3. B!ori, besok gue nggak masuk. "au ngilang sebentar.B !esaat 'idho dan &ji terdiam, kemudian keduanya mengangguk bersamaan. BIya, lo mending pergi dulu. Ke mana gitu, biar agak tenang.B 'idho menepuk$nepuk bahunya. Diulurkannya satu tangannya. B!ini, gue ba#a motor lo.B Ari merogoh saku celana panjangnya. Diserahkannya kunci motornya ke 'idho. B2o ba#a mobil gue, Ji.B 'idho ganti melempar kunci mobilnya ke &ji. Kemudian mereka meninggalkan tempat itu. Di atas motor Ari, yang sengaja dibuatnya melaju dengan kecepatan sedang, sebentar$ sebentar 'idho menoleh ke belakang. Ketika dilihatnya Ari jatuh tertidur di sebelah &ji, kelegaan terlihat jelas di #ajah 'idho. &ji tersenyum dan mengacungkan jempol kanannya. 'idho membalas, juga dengan senyum dan acungan jempol kanan. Kemudian co#ok itu menurunkan kaca helm, memusatkan perhatiannya ke depan dan tidak menoleh ke belakang lagi. 88888 ari keberangkatan Ari ke -ali... Ari tidak ingat lagi sudah berapa lama dia berdiri di depan pagar rumah Tari. !etelah apa yg dilakukannya, dia merasa tidak pantas bahkan untuk sekedar mengucapkan salam agar kedatangannya diketahui. Karena itu dia memilih berdiri diam. "eskiptn itu bisa membuat kehadirannya baru diketahui berjam$jam kemudian, dia tidak peduli. Karena memang itulah yang pantas diterimanya. !etelah dua jam lebih berkutat di dapur, menyelesaikan salah satu ke#ajibannya, mama Tari beranjak menuju ruang jahit. 7anita itu tersentak kaget saat tanpa sengaja menoleh ke luar jendela dan mendapati Ari berdiri di luar pintu pagar rumahnya, di tepi jalan. .epat$cepat dibukanya pintu depan. BAri)B sapanya dengan intonasi yang sarat keheranan, sambil berjalan mendekat. B!ejak kapan kamu berdiri di situ) Kenapa nggak masuk)B Ari menatap #anita paruh baya itu, yang dalam beberapa hal begitu mirip dengan ibunya sendiri. Tenggorokannya mendadak tercekat. Ditelanny ludah susah payah. Ketika tak didapatinya sedikit pun kemarahan, dadanya jadi semakin ditikam rasa bersalah dan penyesalan. "ama Tari sudah akan menyuruhnya masuk, namun sorot kedua mata Ari seketika membuatnya membatalkan keinginannya. BTante... saya...B Ari menelan ludah. B!aya minta maa3.B !uara beratnya nyaris selirih bisikan angin. -ergetar hebat. -egitu susah payah terucap. Kedua mata Ari yang terus menatap mama Tari itu kini mulai terbungkus selaput bening. B!aya betul$betul minta maa3, Tan,B ucap Ari lagi, dengan suara tetap selirih embusan angin, namun dengar getar yang makin menghebat karena ketidakmampuannya untuk meredam. .o#ok itu kemudian menundukkan kepala, lalu membungkukkan punggungnya rendah$ rendah. "emberikan pada tanah yang dipijaknya bening dua tetes air mata. -entuk seluruh penyesalan atas semua yg telah dilakukannya. Kemudian ditegakkannya kembali punggungnya. -erbalik cepat. Dan pergi. "ama Tari mengikuti kepergian Ari dengan keprihatinan dan pengertian seorang ibu. Ada keinginan utuk menahannya agar tetap tinggal, tapi ditahannya karena dia sangat menyadari Ari harus menemukan jalannya sendiri. Dalam sebagian besar #aktu, Ari telah hidup dalam pusaran badai. Dikungkung oleh kegelapan dan terbutakan oleh kemarahan. Dia hanya ingin bisa keluar. !ama sekali bukan masalah salah atau benar. Anak laki$laki itu sama sekali tidak menghancurkan sebidang dinding. Dia hanya telah menemukan sebuah pintu. Kesalahannya adalah ketidaksabarannya untuk menunggu sampai pintu itu membuka dengan sendirinya. anya itu. 888 "enghilangnya Ari dari sekolah cukup ampuh untuk meredakan kemarahan Tari. ,erlahan$lahan sosok co#ok itu dan semua peristi#a yang berkaitan dengannya tidak lagi menempati sebagian besar ruang hati dan pikiran Tari. ,erlahan$lahan pula ritme hidup Tari kembali normal. anya di ruang kepses dan guru, menghilangnya Ari jadi bahan diskusi dan pembicaraan ramai. 'idho dan &ji, dua orang yang tahu di mana Ari berada, memilih bungkam. Ketika suatu siang keduannya melintas di depan ruang guru dan mendengar sebagian percakapan seputar usaha untuk mengetahui keberadaan sis#a paling bermasalah itu, 'idho dan &ji saling pandang sambil nyengir lebar. Tambah sepakat untuk diam. Karena percuma di kasih tahu juga. "enyeret Ari dari koridor ke kelas aja para guru itu lebih sering gagal. Apalagi manggil tu anak pulang dari -ali/ 888 Tuhan menegur umatnya dengan banyak cara. Dengan banyak cara juga Dia mengetuk kekerasan hati mereka dan meminta untuk memaa3kan satu sama lain. Tari terpaku di depan te6e sejak sepuluh menit yang lalu. Jarinya salah menekan nomer pada remote dan tiba$tiba saja di depannya muncul sebentuk #ajah. 7ajah tirus dan letih seorang pengamen kecil yang legam terbakar matahari, yang menatap ke arah kamera dengan takut$takut bercampur malu. Kamera lalu bergerak. !eorang reporter cantik berdiri di sebelah pengamen jalanan itu. !atu tangannya merangkul bahu si pengamen. Bari Anak +asional belum lama berlalu dan sebentar lagi kita akan merayakan hari kemerdekaan negara ini,B ucapnya ke arah kamera. B-erpuluh$puluh tahun yang lalu kita berhasil memenangi perang panjang mela#an penjajahan. !etelah tiga setengah abad, akhirnya kita menjadi bangsa yang merdeka. +amun ada perang yang lain. ,erang yang jika gagal kita menangi, kemerdekaan yang dulu kita raih dengan susah payah akan sia$sia.B 'eporter itu diam sejenak. BKemiskinan/B lanjutnya kemudian dengan penekanan. BKemiskinan telah menyebabkan anak Indonesia terdampar di jalan, atau menjadi pekerja anak diberbagai tempat.B Tari sama sekali tidak menyimak kata$kata reporter itu. ,erhatiannya tertuju pada anak laki$laki kecil itu. -erdiri canggung di sebelah reporter cantik yang tampak begitu cemerlang, anak laki$laki itu jadi semakin terlihat menyedihkan. B+amanya Toro,B ucap reporter itu. Dan bergulirlah kisah Toro. Asalnya diri kebumen, satu kota kecil di Ja#a Tengah. Kemiskinan telah mengubah sang ayah menjadi sosok emosional dan pemarah. Kerap kali sang ayah melampiaskannya justru kepada orang$ orang terdekat$keluarganya sendiri. Kekerasan dan penganiayaan panjang membuat sang istri tidak tahan dan akhirnya pergi dari rumah. ,erempuan itu kemudian memutuskan untuk mengadu nasib ke Jakarta, memba#a serta bayinya, tapi terpaksa meninggalkan anak pertamanya bersama sang nenek. 1ang tidak pernah diketahuinya, anak pertamanya, Toro, mendengar ucapannya dan langsung memutuskan untuk menyusul begitu dia tidak melihat ibunya selama dua hari berturut$turut. Dengan menumpang kereta api, tentu saja sebagai menumpang gelap, Toro nekat berangkat ke Jakarta. ,ikiran kanak$kanaknya begitu yakin dia akan berhasil menemukan ibunya, karena dulu sekali saat orangtuanya masih rukun, mereka pernah pergi ke Jakarta untuk mengunjungi salah seorang sanak 3amili. Dulu ada satu tempat yang mereka kunjungi sampai berjam$jam. "onas. Ke sanalah Toro kecil langsung menuju begitu kereta berhenti di stasiun !enen. Taman "onas. Ke sebatang pohon yang berdiri di tepi kolam air mancur. Tempat dulu sekalL ibunya pernah membentangkan selembar tikar lalu duduk berjam$jam menungguinya bermain. +amun tempat itu kosong. Kalaupun terisi, selalu bukan oleh orang yang dia cari. Toro kecil tetap menunggu. Dia belum mengerti, Jakarta bukan Kebumen. Jakarta amat sangat luas dan penuh dengan orang$orang yang tidak peduli. 'atusan anak terdampar di jalan$jalan ibu kota negara ini, hingga tambahan satu anak lagi sama sekali tidak akan menjadi perhatian. Dua tahun berlalu, jalan$jalan raya di sekitar "onas kini menjadi rumah bagi Toro. "engubahnya dari anak rumahan yang bersih dan tera#at serta masih punya masa depan menjadi anak jalanan lusuh yang terlantar dan tidak diacuhkan. +amun anak itu masih berharap, suatu saat nanti akan ada keajaiban. 'epoter cantik itu melepaskan rangkulannya kemudian berlutut di depan Toro. BToro mau bilang apa sama Ibu) "udah$ mudahan Ibu menonton acara ini,B ucapnya lembut. Toro menunduk. Tersendat tangis yang ditahan sebisanya, sederet kalimat kemudian keluar dari bibirnya. Kalimat yang di ucapkan dengan begitu lirih dan terbata$ bata, hingga reporter itu harus mendekatkan mikro3on sedekat mungkin ke bibir mungil di depannya. Kangennya pada sang ibu. arapannya untuk bisa kembali bertemu. Apa$apa saja yang ingin dilakukannya bersama ibunya seandainya mereka nanti bertemu. Kalimat Toro terputus. Ditelannya tangisnya dengan susah payah. Dengan kedua telapak tangan, dihapusnya air mata yang mengalir. "eninggalkan noda kotor di #ajahnya yang sudah kusam. Ketika kemudian dia lanjutkan kalimatnya, suaranya menjadi semakin lirih. B"udah$mudahan Ibu sekarang hidupnya seneng. "udah$mudahan Ibu sehat. "udah$ mudahan Ibu nggak sering nangis lagi kayak dulu. Dan mudah$mudahan Ibu nggak lupa sama Toro.B B!udah) Itu aja)B tanya reporter itu dengan suara yang semakin lembut, setelah menunggu beberapa saat dan tidak ada lagi suara Toro yang terdengar. BIya.B Toro mengangguk. Tari terpaku. !epasang matanya menatap nanar. 2urus pada layar tele6isi, seperti tidak bisa dialihkan. Kisah klasik. Terlalu sering terjadi. +amun bukan itu yang membuat Tari terpaku menatap tele6isi. 5sia Toro baru sepuluh tahun. "asih kecil. !aat ia tinggalkan rumah demi mencari sang ibu, usianya bahkan lebih kecil lagi. Delapan tahun. Ketika ibu dan saudara kembarnya dipaksa pergi, ketika mendadak ia ditinggalkan, Ari juga baru berumur delapan tahun. +amun karena tidak tahu kemana mesti mencari, Ari melakukan satu usaha yang menurut pikiran kanak$kanaknya pada saat itu akan membuat keduanya kembali. Dia memutuskan untuk menjadi Ata dan melakukan semua kenakalan seperti yang pernah dilakukan saudara kembarnya itu. !ama seperti Toro, yang menunggu bertahun$tahun hingga hari ini, Ari juga telah bertahun$tahun membekukan dirinya sendiri. "enjadi orang lain hingga hari ini. Keduanya memeluk erat harapan yang sama. -isa bertemu dengan ibu mereka kembali suatu saat nanti. Dengan bibir ba#ah tergigit kuat$kuat, Tari mematikan tele6isi. .e#ek itu kemudian bangkit berdiri dan berjalan ke kamar. Ditutupnya pintu di belakangnya perlahan. ,erlahan pula tubuhnya luruh ke lantai. Dipeluk keheningan, dalam kamar yang lampunya sengaja tidak ingin dia nyalakan, Tari meringkuk di lantai. 2ama, ce#ek itu duduk meringkuk memeluk lutut, bersandar pada pintu kamarnya. Toro, kegelapan, dan keheningan perlahan membuat Tari akhirnya mengerti, mengerti dengan sungguh$sungguh mengerti, hidup seperti apa yang selama ini di jalani Ari. !eketika itu juga dimatanya, Ari bukan lagi sang aktor autodidak dengan talenta cemerlang. ,erlahan pula Tari mengerti akan satu hal lagi. Ari kesepian. Dia tidak bisa menceritakan itu, atau mungkin juga tidak ingin. Karena menceritakan semuanya berarti akan meruntuhkan segala pertahanan diri. ,ertahanan yang di bangun bertahun$tahun, yang sebenarnya tidak terlalu kuat karena retak di sana$sini. !ekarang Tari juga mengerti, kenapa co#ok itu gemar sekali membuat keonaran di sekolah. obi memancing kekesalan bahkan kemarahan guru$guru. Karena satu bentakan atau teriakan marah dari seorang guru, siapa pun dia, jadi terasa sedikit meringankan beban kesepian itu, jadi sedikit mengikis sunyi dari lubang besarnya yang selalu menganga. Ketika sampai pada kesadaran itu, kemarahan Tari menguap. !etelah bertahun$ tahun menjadi Ata, kembali menjadi diri sendiri pasti akan teramat sangat sulit bagi Ari. "ungkin saat ini Ari sedang berlatih menjadi dirinya sendiri ditempat lain. Di depan orang$orang yang tidak mengenalnya, agar gagal atau berhasil bisa dengan pasti diketahuinya. Dugaan itu menguapkan sisa$sisa kemarahan Tari. "enghilangkannya sama sekali dan mulai menghadirkan rasa bersalah. BKenapa gue nggak coba ngerti ya)B bisiknya menyalahkan diri sendiri. B,adahal #aktu jadi Ata dia udah nyeritain semuanya.B Tari menarik napas panjang lalu mengembuskannya pelan$pelan. ,erlahan dia bangkit berdiri. Tangannya lalu meraba$ raba dalam gelap, mencari tombol lampu. Dengan sepasang mata menyipit karena ruangan yang mendadak terang benderang, ditatapnya jam yang tergantung di dinding. ampir menjelang pukul dua belas malam. .e#ek itu menduga$duga apakah Ari sudah terlelap atau masih terjaga. Diraihnya ponselnya yang menggeletak di atas meja belajar. Kemudian dengan gerakan perlahan, karena keraguan dan tekad yg saling berperang, dicarinya nama Ari di da3tar kontak. "enekan nama itu ternyata butuh kekuatan yang lebih besar lagi. Tubuh Tari nyaris mendingin saat kemudian diketiknya sederet huru3. !elesai. anya dua kalimat pendek. Tari menatap layar ponselnya. Tanpa sadar digigitnya bibir, seiring detak jantungnya yg mendadak jadi cepat. Dan saat di tekannya pilihan DKirimD, Tari melakukannya dengan kedua mata yang nyaris terpejam. Jari$ jarinya yang menggenggam ponselnya nyaris sedingin es. -eberapa detik kemudian..... Terkirim/ !atu kata itu membuat Tari jatuh terduduk di tempat tidur. 8888 !"! itu masuk di tengah ingar$bingar musik hip$hop. Dj pro3esional membuat dance 3loor jadi panas. Ari berada di sana. Di tengah musik yang mengentak, di ba#ah sorot lampu remang$remang dan dalam cengkeram alkohol. Di antara teman$teman -ali$nya yang juga sama$sama sedang dalam proses meninggalkan ambang kesadaran masing$masing. Ari bisa merasakan getaran di pahanya yang berasal dari ponsel di dalam saku. Ada !"! masuk, tapi dia sama sekali tidak punya keinginan untuk mengeluarkan benda itu dari sana. ,aling$paling dari Jakarta. !iapa pun sang pengirim dan apa pun isinya, dia sedang tidak ingin berhubungan dengan kota itu. Di Jakarta, di dalam kamarnya, Tari berada dalam tikaman kegelisahan yang benar$ benar menyiksa, yang membuatnya tak mampu melakukan apa pun selain duduk bengong di tempat tidur $atau berjalan mondar$mandir$ dengan napas yang sebentar$sebentar ditarik dalam$dalam lalu diembuskan perlahan. !ebentar$bentar ce#ek itu melakukan tindakan bodoh. "eraMh ponselnya lalu menatap layar dalam harap dan kecemasan, meskipun tahu dia tidak akan menemukan apa$apa di sana karena ponselnya terus membisu. !ampai jam dinding kamarnya berdentang satu kali, ponselnya tetap membistu. Tidak ada !"! masuk dari siapa pun, apalagi dari Ari. Ketika satu jam lagi telah terle#at dan tidak juga ada !"! balasan, dia merasa kece#a tapi juga lega, karena sejujurnya dia tidak siap menerima balasan. Tari berdiri dan mulai membereskan buku$ bukunya. Tengah malam telah lama le#at dan saat ini #aktu sedang menuju dini hari. Kalau tidak buru$buru tidur, besok pasti bangun kesiangan. +amun, ternyata Tari mendapati dirinya jadi dicekam kegelisahan. Kedua matanya tidak mau terpejam. Dan jauh di dalam hati, dia tidak bisa menyangkal, dia ingin ponselnya bergetar. "engirimkan balasan dari Ari yang sekarang entah di mana. Ketika akhirnya Tari jatuh tertidur, #aktu sudah menunjukan nyaris pukul tiga dinM hari. ,ada saat yang bersamaan, Ari baru saja meninggalkan ka3e tempatnya sejak beberapa jam lalu, melarikan diri dari kenyatan. Dia berjalan terhuyung$huyung di sepanjang trotoar. -erangkulan dengan teman$temannya dan tenggelam dalam eu3oria semu. anya 7ayam yang masih sepenuhnya sadar. -erjalan sendiri di posisi paling belakang, dia#asinya teman$temannya, terutama Ari. -ertahun$tahun mengenal Ari, 7ayan tahu dengan baik kapan dirinya bisa ikut$ikutan lupa diri dan kapan harus menjaga ka#annya yang satu ini. Keesokan paginya Tari baru terbangun setelah 9eo memukulnya dengan bantal keras$keras. BKebo banget sih)B 9eo menatap kakaknya dengan kesal. BAlamr ponsel, jam beker, sampe teriakan mamah, nggak ada yang mempan. 5dah jam setangah enam le#at, tau/B Tari tersentak dan langsung melompat turun dari tempat tidur. "endadak ia teringat apa yang telah membuatnya sulit memejamkan mata semalam. !eketika di sambarnya ponselnya dan raut kece#a langsung muncul begitu didapatinya layar ponselnya tetap kosong. -agusnya, bangun amat sangat terlambat membuat Tari tidak sempat lagi memikirkan kekece#aannya terlalu lb. -uru$buru dia berlari ke kamar mandi. !etelah mandi kilat dan segala akti6itarg rutin pagi hari yang juga dilakukan serba kilat, Tari langsung berlari keluar rumah tanpa sempat sarapan. anya seteguk teh manis hangat yang sempat diminumnya, setelah itu dia pamit pada kedua orangtuanya. +amun, tak urung ketiadaan respons dari Ari membuat ce#ek itu jadi murung. Akhirnya dia tidak tahan lagi dan pada jam istirahat pertama diceritakannya semuanya pada %io. BElo !"! lagi aja,B saran %io dengan nada hati$hati. Tari menggeleng lemah. B+ggak ah. 1ang semalem aja nggak di bales.B Keduanya lalu diam. ,ada #aktu yang sama, di Denpasar, Ari terbangun. Dia kontan mengerang. Dipeganginya kepalanya yang seperti dihantam palu keras$keras dengan kedua telapak tangan. 'asa mual yang benar$benar hebat kemudian memaksanya bangun dari tempat tidur. Terhuyung$huyung co#ok itu berlari ke kamar mandi dan muntah habis$habisan. Kemudian dia kembali ke tempat tidur dan melemparkan diri di sana. B,ada ke mana sih tu kuya$kuya)B gerutunya saat menyadari tak ada seorang pun di ruangan itu kecuali dirinya sendiri. B7&III/ A-I2I+ 95E "I+5"/B serunya parau. !epi. B!ialan, beneran nggak ada orang/B Akhirnya Ari pasrah mendapati dirinya hanya sendirian. Dengan kedua tangan, ditekannya tempurung kepalanya keras$ keras. -erusaha agar sakit kepala yang nyaris bikin gila itu bisa teredam sedikit saja. Ditatapnya langit$langit kamar dengan pandangan yang seperti berputar. !amar$samar dia teringat ada !"! masuk semalam. Dirabanya saku celana jinsnya dan dikeluarkannya ponselnya dari sana. !ederet dugaan muncul di kepala. &ji yang melaporkan kemarahan guru$guru, 'idho yang mengingatkan bah#a mereka ada janji tanding 3utsal, atau teman$temannya yang lain. Atau bisa juga ce#ek gembong The !cissors, :eronica, atau ce#ek$ce#ek lain yang selama ini berada di sekitarnya. 1ang tidak bosan memberianya perhatian. 1ang kadang membuatnya muak. Kalau saja memukul ce#ek bukan pantangan untuknya, rasanya ingin sekali diberinya mereka satu atau dua jotosan agar menjauh. +amun, ternyata yang tertera di layar ponselnya adalah satu nama yang tidak pernah di duganya akan muncul di sana. Tari. "atahari/ Ari terpana. !eketika dia bangkit dari posisi tidur dan dengan tergesa membuka !"! yang tidak terduga itu. 2o baikF aja kan) "aa3 ya. Ari tertegun. +anar ditatapnya kalimat sangat pendek itu. Kepalanya yang seperti di hantam palu karena hango6er berat seketika terlupakan. !eperti arca batu, co#ok itu duduk membeku. Kedua matanya menatap layar ponsel, lurus dan intens, meyakinkan diri bah#a !"! itu adalah nyata dan tidak akan berubah jadi ilusi begitu dia kedipkan mata. -eberapa menit kemudian Ari kembali ke realitas. +amun, kali ini dengan hati yang mendadak menghangat dan beban pikiran yang jadi ringan. "eskipun rasa sakit di kepalanya kembali menghantam, sama sekali tidak ada keinginan untuk kembali menggeletakan diri di tempat tidur, seperti yang selalu di lakukannya setelah mele#atkan malam dengan menegak alkohol. Ari malah merasa bersemangat. !ambil menekan puncak kepalanya dengan satu tangan, ditelopannya 7ayan. B&i, 1an.B ucapnya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. B&h, udah sadar)B sambut 7ayan. BTadi "ade aku suruh ngecek, katanya kamu masih pingsan.B B-arusan. 1an, tolong cariin tiket balik ke Jakarta ya.B BKapan)B B!ekarang.B B7hat/)B di seberang, 7ayan kontan memekik. BKita kan mau nyeberang ke +usa ,enida. Anak$anak lagi pada ngecek motor tuh. !emuanya udah siap. Tinggal nunggu penyandang dananya sadar aja. Ini usul kamu lho.B B9ue hango6er berat nih. Kayaknya nggak bisa jalan jauh. Apalagi ba#a motor,B Ari mencoba berkilah. BAlaaaah, gampang itu. +tar aku yang ba#a motor. Kamu duduk manis aja di belakang. ,egangan, jangan sampai jatuh.B B!ori banget. Tapi gue bener$bener harus pulang.B B"au ngapain sih) -apakmu itu kan nggak peduli anaknya ada dimana. "au sekolah) -esok sabtu.B B.k/B Ari berdecak. B-ukan soal -okap. Ada yang harus gue kerjain. +usa ,enida bisa besok$besok.B B-ukan +usa ,enida yang aku pikirin. Kondisimu itu.B B+anti siang juga udah mendingan.B B"aksudku bukan hango6er. Kamu ingat nggak, semalam itu habis berapa gelas, hah)B Jelas Ari tidak ingat. 1ang masih dia ingat dengan jelas cuma dia harus minum. "inum dan minum dan minum. BKalo nggak terlalu penting, nggak usah buru$buru,B suara 7ayan melunak. BAku cemas sama kondisimu. -esok aja. Aku cariin penerbangan yang paling pagi. Tapi janji, nggak ada alkohol/B Ari terdiam. anya satu !"! singkat. -erisi kalimat yang sangat biasa pula. Jadi memang lebih baik tidak mempertaruhkan hatinya yang sudah berantakan. ,ulang untuk sesuatu yang masih menjadi praduga, apalagi harapan. !etelah beberapa saat sambungan telepon seluler itu menggantung dalam keheningan, akhirnya Ari menyetujui usul 7ayan. B-ete#e, gue lo taro di mana nih)B B,enginapan. !ori, di rumahku lagi banyak tamu. "endadak banget datangnya. 1ang punya penginapan temenku kok. Jadi kamu santai aja di situ. Kalau mau keluar kamu bel aja si "ade, temenku itu. !emalam kamu aku kunciin dari luar. Takut macem$ macem.B Kalimat terakhir 7ayan kontan membuat Ari mengerut. BEmang gue ngapain)B BKalau aku ceritain, malu kamu nanti.B 7ayan terkekeh pelan BJadi, aku jemput jam berapa)B Bmm....satu jam lagi deh.B B&ke.B Akhirnya hari itu berlalu seperti rencana semula. 'encana yang disusun oleh Ari. Teman$teman -ali$nya hanya menyetujui, karena kekacauan Ari sudah terlihat jelas sejak mereka jemput co#ok itu di bandara hampir seminggu yang lalu. 2ama mengenal Ari, sama seperti 7ayan, membuat mereka tahu sangat baik bagaimana cara memperlakukan ka#an dari Jakarta yang hidupnya berantakan itu. +amun !"! Tari membuat Ari tidak 3okus melakukan apa pun. "enjelang sore keinginan Ari untuk pulang ke Jakarta sudah tidak bisa dicegah lagi. 7ayan dan semua teman yang menemaninya selama di -ali akhirnya menyerah. ,ukul FG.HH 7ITA, diantar teman$temannya Ari berlari secepat$cepatnya memasuki bandara. ,esa#at sudah boarding. Tinggal menunggu seorang penumpang yang memesan tiket pada detik$detik terakhir, yang berhasil mendapatkan tempat berkat koneksi 7ayan. Di pintu keberangkatan mereka berhenti. !ambil menepuk punggung teman$ temannya satu per satu, Ari mengucapkan terima kasih. Kemudian dia balik badan dan berlari masuk ke ruang chek$in. ,esa#at itu landing di -andara !oekarno$atta pukuk FG.CH 7I-. Ari langsung meninggalkan kursinya dan jadi orang pertama yang berdiri di depan pintu pesa#at, di sebelah seorang a#ak kabin. -egitu pintu terbuka, dituruninya anak tangga tiga sekaligus. "elompati empat sisanya dan berlari di sepanjang landasan menuju pintu kedatangan. .o#ok itu langsung menerobos masuk ke sebuah taksi yang berhenti tepat di depan pintu kedatangan, yang baru saja menurunkan seorang penumpang. Disebutkannya alamat Tari dan dimintanya sang sopir untuk ngebut. Di sepanjang jalan co#ok itu dicekam kegelisahan. 'asanya ingin diteriakinya si sopir taksi untuk melaju lebih cepat. +amun menjelang sampai tujuan, Ari baru menyadari dia tidak punya alasan kuat untuk menemui Tari. Apa yang harus dikatakannya untuk !"! dari ce#ek itu yang e3eknya melegakan) Ari tersentak. "endadak muncul rasa cemas dan ketakutan. 9imana kalau ternyata itu !"! salah kirim) Karena sampai saat ini, hampir dua puluh tiga jam sejak !"! itu dikirimkan, tidak ada !"! lagi. Dugaan itu seketita menyurutkan langkah Ari. Jam di pergelangan tangan membantunya memutuskan tindakan yang harus diambilnya. Dua puluh menit telah berlalu dari pukul sepuluh malam. Terlalu larut untuk bertamu, apalagi tanpa alasan kuat. Taksi berhenti di mulut jalan kecil menuju rumah Tari. .o#ok itu turun dan menuju ke rumah Tari dengan jalan kaki. Ada sebuah jalan kecil di samping rumah Tari, yang hanya bisa dilalui pejalan kaki. Ke sanalah Ari menuju. Dan langkah Ari terhenti. Di sanalah dia $ce#ek yang sangat ingin dilihatnya$ duduk di belakang meja belajar dengan kepala menunduk dalam$dalam. !erius mengerjakan sesuatu entah apa. Ari melangkah menuju sebatang pohon yang tumbuh di halaman samping rumah Tari yang tidak begitu luas. !etelah beberapa saat, Ari baru tahu apa yang dilakukan ce#ek itu. -ermain puAAle. "elihat keseriusan Tari mencermati setiap potongan sebelum meletakannya pada sebuah bidang tempat potongan$potongan yang tepat telah tersusun membuat Ari jadi yakin itu memang !"! salah kirim. Karena dilihatnya ce#ek itu begitu santai, rileks, dan lupa pada sekelilingnya. Ari tidak tahu, Tari penggila puAAle. !epuluh set permainan puAAle yang rumit tersimpan dalam sebuah kotak di ba#ah tempat tidurnya. Dan permainan itu selalu jadi caranya melarikan diri saat merasa gelisah, sedih, cemas, marah,dan perasaan apa pun yang membuatnya tak tenang. Tari bukan rileks. Dan Ari juga tidak tahu itu. Dia tidak menyaksikan kondisi Tari sebelum potongan$potongan puAAle itu berhasil mengambil alih semua kegelisahannya sejak tayangan tele6isi kemarin menjatuhkan kesadarannya secara tiba$tiba. Dalam enam puluh menit rentang #aktu yang terjadi dalam satu jam, yang dilakukan Tari adalah menghela napas panjang, berjalan mondar$mandir di dalam kamarnya yang tidak begitu luas, menyambar ponselnya lalu menatap layarnya dengan beban harapan yang makin lama terasa makin memberatkan hati dan pikiran, serta menggeletakkan diri di atas tempat tidur dengan mata terbuka lebar atau menatap langit dari ambang jendela. !edangkan 6ariasi tindakan lain selain tindakan$tindakan itu adalah menelepon %io lalu menanyakan dugaan teman semejanya itu di mana kira$kira Ari berada, apa yang sedang dilakukannya, kapan kira$kira dia akan muncul di sekolah lagi, apakah co#ok itu sehat$sehat saja, dan dugaan$dugaan lain yang semakin lama didiskusikan, da3tarnya semakin panjang dan sama sekali tidak membuat perasaannya jadi lebih baik. -erdoa adalah 6ariasi tindakan yang lain lagi. Entah sudah berapa kali Tari berdoa sejak kesadaran itu datang. Doa yang sungguh$sungguh tulus. 5ntuk Ari, di mana pun co#ok ini saat ini berada. !emoga dia sehat, semoga cepat pulang, semoga saat ini dia tidak sendirian, semoga jika bertemu lagi mereka masih bisa saling bicara. !emoga segalanya masih bisa diperbaiki. :ariasi tindakan Tari yang lain adalah menatap nama teman sekelasnya, +yoman, di da3tar kontak ponselnya. Disusul DiyaD dan DjanganD yang berperang hebat di dalam kepalanya saat keinginan melemparkan saran, barang kali melalui teman$teman sebelas +yoman yang seabrek banyaknya bisa didapatkannya nomer telepon 'idho atau &ji. Dua orang yang terdekat dengan Ari itu pasti mengetahui di mana co#ok itu berada. ,ada akhirnya, DjanganD$lah yang selalu menang. !edangkan tindakan 6ariasi Tari yang paling emosional adalah meringkuk di antara tempat tidur dan dinding, melipat kedua lutut lalu menyembunyikannya mukanya di sana, saat emosi beban dan pikiran memuncak dan rasanya dia ingin menangis untuk melepaskan semuanya. Ari tidak menyaksikan semua itu. .o#ok itu baru datang setelah lima set permainan puAAle yang rumit dan dilakukan Tari secara maraton sejak berjam$jam lalu berhasil mengambil alih semua kegelisahan itu. !aat ini Tari sedang menyelesaikan puAAle ke enam, yang tersulit dari seluruh koleksi puAAle$nya. -ergambar pemandangan alam khas Eropa dalam bentuk lukisan, puAAle ini mempunyai kepingan sebanyak seribu buah/ "eskipun begitu, berkali$kali di tengah permainan, semua rasa itu berhasil menyeruak dan sesaat mengambil kembali semua kendali. !eperti yang kemudian disaksikan Ari, tapi sayangnya dia tidak mengetahui. Dengan kepala tetap menunduk, Tari menghela napas saat dugaan$dugaan itu itu kembali muncul. Ari pasti marah. Atau Ari pasti sudah tidak mau peduli lagi, karena urusan yang kemarin itu dianggapnya sudah selesai. Karena co#ok itu sudah minta maa3 berkali$kali tapi dirinya tidak juga mau memaa3kan. Ingat itu, Tari jadi menyesal. !eandainya saja dia tidak terlalu menuruti emosi dan mau memikirkan dengan lebih jernih alasan Ari melakukan kebohongan itu. Karena sebagai Ata, Ari telah menceritakan semuanya. "eskipun dengan banyak kiasan dan meta3ora yang membingungkan. BTapi udalah. 5dah telat,B bisik Tari. Digelengkannya kepala kuat$kuat, lalu dipaksanya konsentrasi yang sempat buyar itu kembali pada potongan puAAle yang berserakan di depannya. !ayangnya malam membuat Ari tidak bisa menangkap kesedihan itu. !ementara Tari tidak menyadari, seseorang yang menjadi sumber kesedihan dan sesalnya berada tidak jauh di luar kamarnya dan sedang di cekam kegelisahan yang sama. "enjelang pukul satu dini hari, Tari mengempaskan punggungnya ke sandaran kursi. Enam set permaiman puAAle yang sulit berhasil dia selesaikan. .apek, tapi sayangnya tidak seperti harapannya: matanya sama sekali belum mengantuk. Dan begitu perhatiannya tidak lagi teralihkan, kembali ingatan Tari melayang pada Ari. Ditatapnya ponsel yang dia taruh yang dia letakan tidak jauh dari potongan puAAle yang tadi berserakan, tanpa keinginan untuk meraihnya. Karena dia tahu, tidak akan dia temukan apa yang dia harapkan dilayarnya $!"! balasan dari Ari$ karena ponselnya itu terus membisu. Tampa semangat, Tari kemudian bangkit berdiri dan menyondongkan tubuhnya ke ambang jendela. Diulurkannya kedua tangan, meraih kedua daun jendela yang terbuka. Dia sama sekali tidak menyadari sebatang pohon yang tumbuh di halaman samping rumahnya menyembunyikan seseorang yang sangat ingin dia ketahui keberadaan dan kondisinya, di ba#ah gelap bayang$bayangnya. Tubuh Ari seketika menegak. Dia berharap menemukan ja#aban untuk keraguannya $apa pun bentuknya$ yang bisa memberikan kepastian bah#a !"! itu memang dikirimkan Tari untuknya. +amun, harapannya pupus saat kedua daun jendela itu menutup. "elenyapkan cahaya yang tadi menerangi sebagian halaman samping. Dan meninggalkan keremangan total. Ari menatap keremangan yang memeluknya dari segala arah itu. -ukan dengan mata, tapi dengan hati. !edih, nelangsa, dan merasa konyol. Kalau ingat bagaimana dia tinggalkan -ali dengan terpontang$panting demi sebuah !"!, dan demi harapan besar yang muncul karenanya, co#ok itu terta#a tanpa suara. ,ahit. !umbang. 9etir. Tiga puluh menit setelah Tari menutup jendela, Ari beranjak pergi. Ditinggalkannya kegelapan bayang pohon tempat diamatinya ce#ek itu selama tiga jam. Dengan kedua tangan tenggelam dalam saku celana, dia berjalan menembus malam yang hening dan akhir$akhir ini $karena anomali cuaca$ kerap kali terasa begitu dingin. 8888 !A-T5, jam tujuh pagi, Tari sudah berpakaian rapi. al yang langsung dilakukannya begitu membuka mata tadi adalah mengecek ponsel. "asih tidak ada balasan dari Ari, membuat kegelisahan ini terasa makin menekan dan dirinya nyaris tak tahan lagi. Dia harus keluar rumah dan melakukan sesuatu agar pikirannya bisa sesaat teralihkan. Tari sudah mengirimkan sebuah !"! singkat untuk %io. -elum ada ja#aban. ,asti teman semejanya itu masih tidur. Tari tidak peduli. Akan dibangunkannya %io dengan paksa dan begitu temannya itu membuka mata, dirinya akan langsung minta maa3 karena melakukan itu. !etelah itu dirinya akan langsung minta maa3 lagi karena, lagi$ lagi dengan paksa, meminta %io untuk menemanyi pergi. Ke mana saja. 888 !abtu, jam delapan pagi, Ari berdiri di depan pintu pagar rumah Tari dengan dada berdebar. !ebenarnya dia ingin berangkat lebih pagi, tapi mendadak dia sadari dirinya kehilangan keberanian. 5ntuk pertama kali dalam sejarahnya mengunjungi rumah seorang ce#ek, dirinya sampai membuat konsep. Apa yang akan dikatakan, apa yang akan ditanyakan, apa yang akan dilakukan, apa yang akan diceritakan. 1ang pasti dia berutang penjelasan pada Tari dan dirinya tidak akan mengingkari itu. B!inting/B desisnya pelan, jadi geli sendiri saat mengingat kertas berisi coretan konsep itu. Tapi harus diakuinya, persiapan itu membantu dirinya untuk sedikit lebih tenang. Dibukanya pintu pagar, lalu setelah melepas sepatu, co#ok itu berjalan menuju pintu. Diketuknya pintu itu. Ari sengaja tidak ingin memencet bel, karena itu akan mengagetkan dirinya sendiri dan membuyarkan ketenangan yang susah payah diperolehnya. ,intu didepannya terbuka. BAri)B "ama Tari terlihat surprise. BApa kabar kamu)B B-aik, Tan,B Ari menja#ab sambil menganggukan kepala dan membungkukkan sedikit punggungnya. BTante apa kabar) !ehat)B B!ehat. !ehat.B 7anita itu mengangguk$ angguk. B"m... Tari ada, Tan)B B7aaah, ke rumah %io. ,agi$pagi dia udah berangkat.B !eketika raut kece#a muncul di #ajah Ari. B!usul aja ke tempat %io,B mama Tari menyarankan dengan #ajah lunak. Ari menggeleng dan tersenyum. B+ggak usah deh, Tan. Kapan$kapan aja saya main ke seni lagi.B BKamu susul aja. ,aling di juga baru sampai.B Kembali Ari menggeleng. -ukan itu. "enyusuk adalah perkara kecil. Tapi ketiadaan Tari, pergi pagi$pagi sekali saat hari libur, sementara semalaman dilihatnya ce#ek itu begitu rileks dan tenang, mungkin itu sinyal bah#a dirinya berharap terlalu banyak. Kemungkinan benar, itu !"! salah kirim. BTerus kamu mau ke mana) "au pulang)B "ama Tari bukannya usil. Tapi dari cerita Tari, anak ini hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Itu pun sang ayah lebih sering tidak berada di rumah. ,asti dia kesepian. -ersama seorang teman atau lebih jelas lebih baik. B+ggak, Tan. "au ke tempat teman.B Ari langsung teringat &ji. 'umah &ji dan rumahnya punya kemiripan. -egitu sunyi, hingga pemakaman pun masiah terasa lebih ceria. 2ebih baik ditemaninya ka#an karibnya yang sering merasa kesepian itu. "umpung masih pagi, jadi &ji belum pergi. B&h. Di mana)B Ari menyebutkan alamat rumah &ji. B&h, kalo itu sih mendingan kamu le#at jalan potong. 2ebih dekat. Ini nih...B "ama Tari beranjak ke pintu pagar. Ari mengikuti di belakangnya. BKamu lurus aja, tapi nanti jangan belok kanan, jangan ngikuti jalan aspal. Kamu belok kiri.B BItu kan gang kecil, Tan)B tanya Ari heran. BIya memang. Tapi dari situ ke rumah teman kamu lebih dekat. +anti di dalam situ memang banyak jalan kecil. !emera#ut deh. Tapi kamu ikuti aja jalan yang banyak dile#ati motor. +anti tembusnya di jalan aspal kecil kayak ini. Dari situ tinggal kamu ikuti, nanti sampai di jalan besar. Dari situ ke tempat teman kamu itu tinggal lurus. 2ebih dekat, 'i.B B&h, gitu)B Ari mengangguk$angguk. BIya, deh. !aya coba. Terima kasih, Tan.B BIya.B !ebelum menaiki motornya, Ari menanyakan sebuah pertanyaan, sekedar untuk membuat hatinya sedikit lega. BTari sehat kan, Tan)B B!ehat. !ehat.B "ama Tari tersenyum menenangkan. B-agus deh.B Ari tersenyum lalu menganggukan kepala. B,ergi dulu, Tan.B BIya. ati$hati ya.B 888 ,ermukiman padat itu benar$benar semra#ut. ,enuh dengan labirin jalan kecil. Ari menuruti petunjuk yang diberikan mama Tari. "engambil sebuah jalan kecil yang memang kerap dile#ati motor. !etelah menyusuri jalan kecil itu di belakang beberapa motor yang lain, yang berkelok$ kelok seperti tak akan berujung, akhirnya Ari melihat sebuah jalan aspal. Tidak terlalu lebar seperti yang terbentang di depan rumah Tari. .o#ok itu menarik napas lega. Akhirnya/ Tangan dan kakinya sudah pegal karena sebentar$sebentar harus pemperlambat bahkan menghentikan laju motornya. ,ermukiman padat ini begitu penuh dengan anak$anak kecil yang berlarian ke segala arah. -egitu sampai di jalan aspal kecil itu, sepuluh meter setelah keluar dari mulut gang, Ari menghentikan motornya. Di lepasnya helmnya lalu ditariknya napas panjang. 9ang kecil panjang yang penuh kelokan dan anak$anak kecil berlarian, serta ketiadaan Tari, membuat Ari mendapati tubuhnya jadi semakin letih. Tiba$tiba kedua mata Ari terbelalak maksimal. Disusul mukanya yang sontak memucat. Tak jauh di depannya, tegak sebuah gapura. 9apura yang sudah sangat dikenalnya. 9apura kompleks rumah lamanya/ Terhuyung nyaris saja jatuh, Ari turun dari motor. Dia belalakan kedua matanya lebar$ lebar, meyakinkan diri bah#a itu memang gapura rumah lamanya. Tak salah lagi/ Dia ha3al bentuk gapura ini. Dia ha3al #arna hijaunya. Dia ha3al bentuk puncannya yang seperti kubah masjid. Dia ha3al bentuk portal di sebelahnya. -ahkan pos siskampling tak jauh dari gapura itu pun, yang dulu kerap jadi markas bermainnya bersama teman$ teman sebaya, masih pos siskamling yang sama/ Dengan mulut ternganga dan ketidaksadaran lagi terhadap sekelilingnya, Ari menatap gapura itu. ,ada masa kecil, nama perumahan yang tertera di sana sama sekali tidak berarti apa$apa untuknya. 2ebih sering diabaikan dan tak terbaca meski dilaluinya berulang kali dalam sehari. Kini, nama itu seperti Atlantis yang hilang dan baru saja ditemukan/ Dengan tubuh lemas dan gemetar Ari memaksakan diri menuntun motornya memasuki sebuah aspal kecil. Jalan ini bahkan belum berubah sejak sembilan tahun lalu. Jalan ini nanti akan berbelok. -erjarak dua rumah dari belokan itu adalah rumah lamanya. Dengan kedua kaki yang rasanya seperti tidak menjejak bumi, Ari menuntun motornya ke arah belokan itu, yang kini sudah mulai terlihat. "akin lama makin dekat. "akin dekat. "akin dekat. Dia belokan langkah seiring dengan detak jantungnya yang semakin menggila. Dan Ari ternganga, nyaris tersedak napasnya sendiri. Tubuhnya melemas dan seketika terayun limbung. -uru$buru disambarnya tiang listrik terdekat. "alang bagi motornya. Kendaraan besar dan berharga mahal itu tanpa ampun terbanting keras ke aspal. Itu rumah lamanya/ -enar$benar rumah lamanya/// Ari lumpuh. .o#ok itu jatuh terduduk di tepi jalan, di sebelah motornya yang rebah di aspal jalan. Kedua matanya tertancap pada rumah di depannya. Tidak bisa dialihkan. Tidak berubah. "asih sama. 'umah itu masih rumah yang sama. anya #arna cat dindingnya yang berubah. Dulu ayahnya mengecat rumah itu dengan #arna hijau. Kini rumah itu ber#arna putih. !elebihnya tidak ada yang berubah. -ahkan pohon jambu biji yang dulu ditanamnya bersama Ata dan ,apa masih ada. !ekarang sedang berbuah. -ahkan bingkai jendela di kamar belakang pun masih bingkai jendela yang sama. !isi ba#ah bingkai kayu itu retak. 5lah Ata saat dia mengamuk karena "ama tidak meluluskan permintaannya. Ari menelan ludah. "embasahi tenggorokannya yang mendadak kering dan sakit. BAri)B sebuah suara memanggilnya dalam keterkejutan hebat. Disusul suara langkah$ langkah kaki berlari. Ari tidak mendengar. !eluruh 3okus dirinya ada pada rumah di hadapannya. BAri)B seorang #anita paruh baya kini berlutut di depannya. "enatapnya lekat$ lekat dengan kedua mata yang segera berkaca. -aru Ari tersadar. BTante 2idya)B Ari terperangah. B1a ampun, Ari. Kamu ke mana aja) Tante sama &om kamu terus nyari$nyari. Kenapa nggak pernah ke sini)B Ari tak menja#ab. Terpana, kini seluruh 3okusnya ada pada #anita di depannya. "elihat lagi #anita ini benar$benar seperti melihat mama kembali. Karena baginya dan Ata, Tante 2idya sudah seperti mama kedua. BTan...te.... masih.... di sini)B tanyanya lirih. B"emangnya tante mau ke mana)B B"ama sama Ata... masih di rumah itu)B dengan gerakan lemah, ditunjuknya rumah lamanya. Tante 2idya merintih dalam hati. B7aktu kamu masih di situ, mamamu sama Ata kan udah pergi,B dengan nada sakit Tante 2idya mengingatkan. BIya sih.B Ari mengangguk. BKirain setelah saya sama ,apa pergi, "ama sama Ata balik ke rumah itu lagi.B Tante 2idya menggeleng. Tanpd sadar #anita itu mengulurkan tangan kanannya lalu mengusap$usap kepala Ari, seperti saat Ari masih kecil dulu. Tindakannya itu membuat Ari nyaris tidak sanggup menahan air mata. BTante tau, "ama sama Ata ke mana)B B"asuk dulu yuk)B ajak Tante 2idya dengan nada lembut. Ari seperti tidak mendengar. BTante tau, kenapa "ama dulu milih Ata) Kenapa "ama nggak milih saya) Tante kan tau, Ata tuh nakal banget. !ebentar$ sebentar berantem. !ebentar$sebentar bikin nangis orang. +ggak pernah berhenti usil. Kalo disuruh "ama beli apa ke #arung, nggak pernah mau. Ata juga nggak pernah bantuin "ama jahit apalagi ikut beresin baju$baju jahitan. !aya yang selalu bantuin "ama. !aya yang selalu nemenin "ama jahit. !aya yang selalu berangkat kalo "ama nyuruh apa$apa. Kenapa bukan saya yang diajak) Kenapa malah Ata) Kenapa saya yang ditinggal)B Air mata turun bersamaan dengan rentetan tanya itu. !elama bertahun$tahun, ini adalah pertanyaan yang paling ingin dia ketahui ja#abannya. ,ertanyaan yang menjadi sumber luka dan sakit hatinya. ,ertanyaan yang menjadi pemicu dirinya mengambil pribadi Ata dan DmembunuhD dirinya sendiri. Tante 2idya menatap Ari dengan pandang nelangsa. Kedua matanya langsung merebak. B1uk, masuk dulu. Kebeneran banget, hari ini Tante bikin bolu kukus, kue kesukaan kamu. 1uk,masuk.B Tante 2idya membujuk seolah$olah ini masih Ari yang dulu. Ari kecil yang manis dan penurut. ,enyeimbangan untuk Ata, saudara kembarnya yang pemberontak dan tak bisa diam. Ari menurut. Dia bangkit berdiri dengan sedikit limbung. Dibantu Tante 2idya, co#ok itu menegakkan motornya lalu menuntunnya masuk ke halaman sebuah rumah yang letaknya tepat bersebelahan dengan rumahnya dulu. Tante 2idya bergegas membuatkan teh manis hangat. -ersama sepirin bolu kukus, diletakkannya gelas teh itu di meja, di depan Ari yang sibuk memperhatikan ruang tamu rumahnya dengan sorot mata sarat kerinduan. 7anita itu lalu duduk di depan Ari. Dibiarkannya sesaat #aktu berlalu agar anak laki$laki ini sedikit tenang. Takjub dia mendapati, anak laki$laki yang dulu kecil itu sekarang sudah sebesar ini. !etelah Ari mengosongkan gelas teh manis hangatnya, baru #anita itu memulai penjelasannya. B-ukan mamamu yang milih. Tapi papa kamu,B ucapnya dengan suara pahit. B+ggak ada ibu yang bisa memilih, mana anak yang mau diba#a dan mana anak yang mau ditinggal. Dan jangan dikira juga, mama kamu nggak berusa nyari kamu. 7aktu dia ke sini dan ngeliat rumah kalian ternyata sudah kosong, mama kamu udah kayak orang gila, 'i.B Ari, yang mendengar penjelasan a#al tadi dengan muka menghap dinding, seketika menoleh. Ditatapnya Tante 2idya dengan kaget. B"ama kamu kerjanya cuma nangis. -egitu udah nggak sanggup nangis lagi, dia tiap hari pergi. -erangkat pagi pulang malam. Kalo Tante tanya, ja#abnya cuma satu. +yari Ari. Ata sampai terlantar...B sesaat Tante 2idya menghentikan ceritanya untuk menghela napas. B"ama kamu pergi ya pergi aja. Ata nggak di urus. Kadang nggak ditinggalin makanan. +ggak ditinggalin uang jajan. 5ntung #aktu itu ngontraknya nggak jauh. Jadi Tante bisa ke situ, nengok. Kalau sudah pulang, mama kamu juga lebih banyak diam. Tante lihat, lama$lama bukan cuma mamanya yang gila, anaknya pasti akan gila juga. Terpaksa, begitu mama kamu pergi untuk nyari kamu, Ata langsung ba#a ke sini. Tante nggak sanggup bayangin Ata sendirian di rumah kontrakan. Dari pagi sampai malam. !uka nggak ada makanan, lagi.B Ari tergugu. Tak bisa bicara. -enar$benar tak menyangka seperti ini cerita yang akan didengarnya. ,enjelasan Tante 2idya yang panjang lebar penuh dan penuh luapan emosL itu akhirnya menja#ab tuntas pertanyaan terpentingnya. 2ebih dari yang dia duga. B!ekarang "ama sama Ata di mana, Tan)B tanya Ari kemudian, dengan suara pelan. Tante 2idya tak langsung menja#ab. BDi "alang,B ja#abnya kemudian dengan nada lambat. B-iaya sekolah !"A di Jakarta mahal. "ama kamu nggak sanggu. Jadi terpaksa mereka pulang ke rumah kakek$ nenek kamu. -iar Ata bisa lanjut sekolah. -iaya sekolah di sana masih relati3 terjangkau. Dan banyak saudara yang bisa membantu.B Ari menatap #anita di depannya dengan pandang kaget. BEmang "ama...B B"asih menjahit kayak dulu.B Tante 2idya tahu apa yang ingin ditanyakan Ari. B-erapa sih penghasilannya) ,as$pasan. Itu juga sudah dibantu Ata kerja.B BAta kerja)B Ari semakin kaget. BKerja Apa)B B+anti kamu tanya sendiri aja ya. Tante takut salah ngomong.B ,erlahan kepala Ari tertunduk. Tepekur menatap lantai. In3ormasi itu benar$benar mengagetkannya. -enar$benar tidak dia sangka. Ata terpaksa kerja) Tante 2idya menghela napas diam$diam. Kemudian dia bangkit berdiri dan dengan lembut ditepuknya satu bahu Ari. B!ekarang kamu ke kamar tamu, terus buka lemari kayu yang di pojok ya,B ucapnya lunak. BAda apa, Tan)B BKamu buka aja. 2ihat isinya.B #anita itu tak ingin bicara banyak. Dengan bingung Ari bangkit berdiri lalu berjalan ke kamar tidur tamu. !etelah membuka pintu, dia langsung berjalan menuju sebuah lemari kayu disudut ruangan. Dibukanya salah satu pintu lemari. Isinya membuat co#ok itu mengerutkan kening. Tiga tumpuk kado yang belum dibuka. -ertumpuk$tumpuk baju dalam keadaan terlipat rapi dan sepertinya belum pernah digunakan sama sekali. Dua boks tanpa tutup berisi mainan dan benda$benda lain. Dengan bingung Ari meraih sebuah kado yang terletak paling atas dari tumpukan paling kanan. !ebuah amplop bergambar pesa#at direkatkan di kado tersebut. Tanpa prasangka Ari membukanya. !eketika dia terperajat. Tulisan rapi mamanya tertera di kartu ulang tahun di dalamnya. Ari, selamat ulang tahun yang kesebelas ya. Ari sekarang di mana) Ari sehat, kan) "ama dan Ata juga sehat. Ini "ama beliin puAAle. Ari kan suka puAAle. ,uAAle yang gambarnya mobil, "ama yang pilih. Kalau yang gambar pesa#at, Ata yang pilih. Ata titip salam. !elamat ulang tahun katanya. Ari mau titip salam selamat ulang tahun juga nggak buat Ata) !eperti kesetanan, Ari mengambil semua tumpukan kado itu. !emuanya untuknya/ Dari mama. Dari Ata. Dari Tante 2idya. !ejak usianya sembilan tahun hingga yang terakhir kali, tujuh belas tahun, dua bulan lalu/ 888 !esak oleh keterkejutan yang amat sangat, Ari meraih tumpukan baju. !emuanya masih baru. -ergambar tokoh$tokoh kartun 3a6oritnya, gambar mobil, gambar pesa#at, gambar tank, gambar truck. Dan di setip baju atau celana, dengan sebatang jarum pentul, selalu tertempel secarik kertas. 5ntuk Ari. Dari "ama, Ari sekarang di mana) Ari sehat, kan) "ama sama Ata juga sehat. !elalu begitu redaksinya. Ari meletakan tumpukan baju itu di tempat tidur. Tergesa diraihnya salah satu boks. Isinya benda$ benda pemberian Ata, untuknya. !elalu ada secarik kertas di setiap benda$benda itu, apa pun itu. Ditempelkan dengan selotip. Dia mengenali tulisan itu. Tulisan cakar ayam Ata pada masa$masa kecilnya. Dengan napas memburu, Ari meraih mainan robot$robotan. ,ada secarik kertas itu Ata menulis. Ari di mana) Ini tadi Ata dibeliin mainan sama Tante 2idya. -uat Ari aja. Dengan tenggorokan yang mulai terasa sakit, Ari meraih sebuah paket ulang tahun. -erisi #a3er cokelat, permen lolipop, dan banyak lagi. -entuknya sudah menciut, isinya pasti sudah jadi 3osil. ,ada secarik kertas Ata menulis... Ari, tadi +iko ulang tahun. Ata dikasih kue dua. Katanya yang satu buat Ari. Ata taro sini ya. Dengan tangis yang mulai mencapai pangkal tenggorokan, Ari meraih benda yang lain. Kali ini sebuah plastik berisi beberapa butir permen aneka rasa. Entah apakah permen$permen ini juga masih bisa dimakan. ,ada secarik kertas yang tertempe di plastik bagian luar, Ata menulis... Ari, Ata minta maa3 ya kalo suka nakalin Ari. +anti kalo kita ketemu lagi, Ari nggak akan Ata nakalin lagi deh. Ata janji. +ih, Ata kasih permen. -elinya pake duit Ata sendiri. +ggk minta sama "ama. Dan selembar kertas berisi deretan nomer telepon. ampir semua nomer dicoret, kecuali dua nomer terba#ah. !epertinya setiap muncul nomer baru, itu akan mencoret nomer telepon sebelumnya. +amun Ari sudah tidak sanggup melihat lebih banyak lagi. Tubuhnya terhuyung mundur dan membentur tembok dengan keras. Dia meluruh di sana. Dalam cengkeraman tangis yang benar$benar hebat. Tangis hebat yang pertama, setelah bertahun$tahun dia tak lagi mengeluarkan air mata. !etelah bertahun$tahun dia memutuskan untuk berhenti menangis dan mulai belajar menjalani hidupnya tanpa mama dan saudara kembarnya. -erdiri di luar kamar, Tante 2idya harus menekan mulutnya kuat$kuat dengan kedua tangan untuk juga meredam tangis dan sesak di dadanya. Entah sudah berapa lama Ari meringkuk di sudut kamar. "emeluk kedua lututnya dan menenggelamkan muka di antaranya. Entah sudah berapa lama dia menangis. Ketika tangis itu reda, co#ok itu menatap semua benda yang tersusun rapi dalam lemari kayu itu dengan kedua mata yang bengkak dan berkabut. -enda$benda yang jadi bukti nyata bah#a ternyata, sama seperti dirinya, mama dan saudara kembarnya tak putus mencarinya. +yaris kehilangan seluruh tenaga, Ari memegang dinding, tepi meja, dan semua benda yang bisa diraihnya dan dijadikan pegangan. Terhuyung$huyung dia berjalan menuju lemari kayu itu, dan dengan gerakan lemah meraih lembar kertas berisi deretan nomer telepon itu. -egitu kertas itu teraih, co#ok itu langsung jatuh terduduk seketika itu juga. Dengan gerakan pelan, dikeluarkannya ponselnya dari saku depan celana jinsnya, lalu ditekannya deret nomer terba#ah. +ada tunggu di seberang membuat tubuhnya gemetar. Balo..)B Ari tercekat. !uara itu masih sama/ !uara itu masih sama/// Ari menggerakkan mulutnya, tapi tidak ada suara yang bisa keluar. !ama sekali. Balooo)B suara lembut itu mengulangi sapaannya. Ari masih belum sanggup mengeluarkan suaranya. B!iapa, "a)B !atu suara terdengar di belakang. Kali ini bukan seperti suara yang tersimpan dalam kenangannya. !uara ini berat. Ari tersentak. Ata) B+ggak tau ini. "ama halo$halo diem aja.B B1a udah. Tutup aja, "a. &rang iseng, kali.B BIya, mungkin.B Dan kontak itu terputus. !eperti tersengat, Ari segera menekan tombol kontak. Balo)B suara lembut itu kembali terdengar. Ari menelan ludah dengan susah payah dan terengah. .epat$cepat dija#abnya sapaan itu sebelum dia menghilang lagi. B"ama.... Ini.... Ari....B !uara yang dikeluarkan Ari dengan mengerahkan seluruh tenaga di tubuhnya yang sudah lemah itu hanya berupa bisikan parau yang nyaris tak terdengar, namun seketika menimbulkan keheningan di seberang sana. Keheningan sedetik yang disusul bunyi seperti benturan keras dan kemudian hubungan terputus. Ari tersentak. B"a)/B panggilnya seketika. Tak ada sahutan. B"ama/) "ama/) Ini Ari///B ,onselnya yang menja#ab panggilan paniknya itu, dengan nada sibuk. !eperti kesetanan, benar$benar sudah tanpa kesadaran, Ari bergegas menekan tombol kontak. +omer itu kini tidak akti3. Dicobanya sekali lagi. Tetap tidak akti3. "enyentakkan tangis co#ok itu kembali ke permukaan. Di tengah usaha keras Ari terus menghubungi nomer itu, masuk sebuah panggilan. Dari nomer yang tidak di kenal dan bukan nomer yang tertera di selembar kertas itu. Diangkatnya panggilan itu. Balo)B suara lembut itu kini sudah bercampur tangis. Balo, Ari) -ener, ini Ari)B Ari tak mampu menja#ab. +omer pertama yang kini tidak akti3 itu melumpuhkannya. -eberapa saat co#ok itu berjuang keras mengatasi cengkeraman kekacauan tubuhnya. BIya,B ja#abnya dengan suara parau. ening sesaat. !ebelum kemudian... BAri)B telepon ternyata telah berpindah tangan. !uara berat itu. Ari tertegun. BIya,B sahutnya kemudian. BIni Ata)B Kembali hening. !ebelum kemudian suara berat itu menja#ab. Dalam getaran sangat hebat. BIya. Ini Ata.B Kemudian Ari mendengar Ata $dengan posisi ponsel dijauhkan dan suara yang masih bergetar$ bicara kepada seseorang. BIya, "a. Ini Ari.B 2angsung terdengar isak tangis, dan ponsel langsung berpindah tangan. BIni Ari) .... -ener, ini Ari) ... Ini "ama, 'i...B suara itu terputus$putus oleh tangis. BIya, "a. Ini Ari...B Kembali isak tangis pecah. !elama beberapa saat hanya suara tangis itu yang terdengar. Ari sendiri sudah tak mampu membuka mulutnya. Emosi menguras habis tenaganya. Dengan bersandar sepenuhnya ke lemari di sebelahnya, co#ok itu mendengarkan isak tangis sang mama di ujung sana. -etapa suara ini sungguh$ sungguh melegakannya dan mengangkat seluruh bebannya. Ketika telah berhasil menguasai tangisnya, mama Ari langsung bertanya, BAri, kamu sekarang di mana, +ak) "ama cari$cari nggak pernah ketemu.B BDi rumah Tante 2idya, "a.B Ari menja#ab, dengan suara yang lemah namun terasa ringan. B"ama sering ke situ tapi kok nggak pernah ketemu kamu) Tante 2idya juga bilang kamu nggak pernah datang)B B-aru hari ini, "a. Ari nyari$nyari udah lama, tapi baru ketemu hari ini/B BAri sehat)B B!ehat, "a.B Komunikasi yang kembali setelah terputus selama sembilan tahun itu baru berakhir setelah pulsa dari kedua belah pihak habis. Ari menatap ponselnya yang kini tak bisa lagi digunakannya untuk menelepon itu. !enyum lega dan bahagia tercetak dibibirnya. -aru dirasakannya, tubuhnya sangat lelah. .o#ok itu lalu menjatuhkan tubuh ke lantai. Kelelahan panjang, pikiran, dan emosi yang terus diaduk$aduk dan dikacaukan membuatnya tertidur tak lama kemudian. Dua jam kemudian, Ari membuka mata karena ponselnya meneriakan ringtone tanpa berhenti. !ederet nomer yang muncul dilayar membuat co#ok itu segera menyambarnya. "amanya. Tapi kali ini #anita itu tidak bicara banyak, hanya mengatakan bah#a sekarang di ruang tamu sudah berkumpul kakek$neneknya dan beberapa saudara. !emua ingin bicara padanya. &rang pertama yang diserahi telepon itu adalah "bah ,utri. BTole, ini 5ti, 2e. Kamu sehat)B anya satu kalimat itu yang sanggup dikatakan perempuan tua itu. !etelah itu Ari hanya mendengar isak tangis. Ari sampai harus menutup mulut rapat$rapat untuk menahan tangisnya sendiri. !etelah mama dan saudara kembarnya, "bah ,utri adalah sosok yang paling dia rasakan kehilangannya. "enyumbangkan banyak kesedihan dalam hari$harinya kemudian. Telepon segera diserahkan ke orang berikut, karena "bah ,utri sepertinya tidak akan sanggup bicara. Ari dan Ata adalah cucu$ cucu pertamanya. .ucu$cucu kebanggaannya. .ucu$cucu yang membuatnya takjub karena begitu sama dan serupa. Tidak bisa dibedakan. Kesalahan dalam memanggil nama, ketidaktepatannya dalam mengenali, yang sering terjadi berulang kali, selalu membuat bahu #anita tua itu terguncang$guncang dalam kekehan ta#a. Apalagi kalau #ajah kedua cucunya tersebut kemudian jadi cemberut karena bosan selalu salah dikenali, ta#a terkekeh sang nenek akan makin menjadi. ilangnya salah satu cucu kesayangannya itu seketika mencabut semangat hidupnya dan sempat membuat perempuan tua itu jatuh sakit dalam jangka #aktu cukup lama. &rang berikut di ujung telepon adalah "bah Kakung. Dengan suara serak dan bergetar, beliau menanyakan kabar. Apakah cucunya itu sehat) !udah sebesar apa) -agaimana sekolahnya) Dan sederet pertanyaan lain yang merupakan bentuk rasa syukur dan kebahagiaan yang sarat. !etelag "bah Kakung, berturut$turut para pakde dan budenya, disusul paklik dan bulik serta para sepupu. Dua jam berlalu. 'entetan telepon itu ditutup oleh seseorang yang selama sembilan bulan berbagi rahim sang mama dengannya. Ata. ,ercakapan itu canggun. Tak bisa disalahkan karena sembilan tahun bukanlah rentang #aktu yang pendek. 8888 "enjelang jam delapan malam, Ari pamit pulang. B"akan dulu ya, 'i. Tante sudah masakin makanan kesukaan kamu tuh. 1uk,B Tante 2idya bicara setengah membujuk. Ari menggeleng dengan perasaan bersalah. B+ggak usah, Tan. +anti saya makan di rumah aja. 2agi pula, saya benar$benar nggak laper. +ggak pengin makan. +anti juga kan saya pasti main ke sini lagi.B Tante 2idya mengangguk mengerti. Ari meninggalkan rumah Tante 2idya dengan sebuah kantong plastik dalam pelukan. -erisi sebagian benda$benda dari lemari kayu penyembuh luka itu. Kado ulang tahun yang dititipkan mamanya dan Ata di rumah Tante 2idya. -eberapa potong baju. -eberapa buku cerita. -eberapa mainan. !emua sudah jauh melampaui usianya. +amun Ari tidak peduli. !emua benda dalam pelukannya ini adalah benda$benda yang sangat berharga. 'umahnya gelap gulita, tapi kali ini Ari tak peduli. Dengan langkah$langkah ringan, dibukanya pintu pagar. Kemudian dimasukkannya motornya ke garasi. Dengan langkah$langkah ringan juga, co#ok itu lalu membuka pintu ruang tamu lalu menembus kegelapan pekat rumahnya. Dinyalakannya lampu di setiap ruangan, satu per satu. Dengan langkah$langkah cepat, seperti tak sabar, dan dengan sebuah senyum yang merekah tanpa dia sadari, Ari bergegas menuju kamar tidurnya. Diletakannya ba#aannya di depan sebuah lemari kayu di sudut kamarnya. 2emari kayu pesanan khusus, karena berornamen semua simbol matahari dari banyak legenda dan mitologi. !etelah melepas kausnya, dengan bertelanjang dada co#ok itu duduk bersila di depan lemari kayu yang terdiri atas susunan empat laci. Ari masih ingat dengan jelas apa isi tiap$tiap laci yang selalu di kuncinya dengan cermat itu. Keempatnya berisi barang$barang yang amat sangat berharga. !etelah bertahun$tahun, ini pertama kalinya dirinya memiliki keberanian untuk membuka kembali laci$laci tersebut. 2aci terba#ah adalah laci milik Ata. -erisi mainan$mainan Ata, baju$bajunya, topi, sepatu, kaos kaki, dan semua barang milik Ata yang berhasil diselamatkannya dari usaha DgenosidaD yang dilancarkan papanya saat laki$laki itu murka. 7alaupun belakangan papanya menyesal, Ari terlanjur sakit hati. Tidak ada jaminan ,apa tidak akan murka lagi pada lain #aktu. Ari membuka laci terba#ah. -enda yang terletak paling atas langsung membuatnya tersenyum geli. Jubah -atman kesayangan Ata. -atman adalah tokoh idola saudara kembarnya itu. 7aktu kecil dulu, Ata sering berkeliaran di sekitar rumah dengan jubah -atman$nya yang bejibun, membela kebenaran dan menegakkan keadilan menurut 6ersinya sendiri. Dan sering kali praktik$praktik superhero Ata itu berujung dengan rumah mereka didatangi ibu$ibu tetangga, dengan muka cemberut kesal bahkan marah, karena anak mereka dibuat menanis oleh Ata. "ama sampai sering kelimpungan menghadapi gelombang protes yang begitu kerap terjadi. !etelah mengenang masa$masa kecil saudara kembarnya dengan senyum geli, Ari menutup kembali laci itu dan menguncinya dengan cermat. Kemudian co#ok itu berdiri. Dibukanya laci nomer dua. Isinya semua benda milik mamanya. 2agi$lagi yang berhasil diselamatkannya dari usaha pembersihan yang dilakukan oleh ,apanya. Dan benda yang diletakannya paling atas adalah benda yang membuatnya selalu tersenyum saat laci ini ditariknya hingga terbuka. .etakan bolu kukus. Kue kesukaannya. !etelah memandangi cetakan kue itu beberapa saat, Ari menutup kembali laci itu dan menguncinya dengan cermat. Terakhir, Ari membuka laci ketiga. 2aci tempatnya meletakkan benda$benda pribadinya. Tentu saja benda$benda pribadi yang berasal dari masa kecilnya, saat keluarganya masih utuh dan tinggal bersama. Dimasukkannya semua benda yang diba#anya dari rumah Tante 2idya, kemudian ditutupnya laci itu dan dikuncinya dengan cermat. "alam itu, untuk pertama kalinya Ari tertidur pulas di kamarnya dengan perasaan tenang. +yaman. 2epas. Karena kesunyian rumahnya sudah tidak lagi menjadi hantu yang bahkan dalam keadaan terlelap pun bisa dirasakan kehadirannya. -erkuasa, absolut, dan kerap membuatnya takluk dalam kekalahan. 888 Ari membuka mata karena ponselnya terus menjeritkan ringtone, tanpa henti. Dengan lemah, karena masih setengah sadar, diraihnya benda itu. Dari mamanya. !eketika co#ok itu melompat bangun. BIya, "a)B ucapnya segera. !etelah sembilan tahun tidak bisa mengucapkan satu kata itu, rasanya Ari ingin terus$ menerus mengatakannya mengiringi setiap detik pergantian #aktu. Dengan kegembiraan yang meluap, mama Ari mengabarkan bah#a dirinya dan Ata akan terbang ke Jakarta sore nanti. Ari terpaku. B-etul) "ama betul mau ke Jakarta)B tanyanya terbata. BIya. Kamu sehat, kan)B BIya. Ari sehat, "a,B ja#abnya dengan suara yang langsung berubah serak. B-egitu aja ya, 'i,B mamanya mengakhiri pembicaraan singkat itu, setelah menyebutkan maskapai penerbangan dan jam keberangkatan. B"ama mau bantu 5ti dulu nih. Dia masakin banyak lauk. -uat diba#a ke Jakarta, katanya. -uat kamu. 1ang #aktu kamu kecil dulu sering dia masakin buat kamu itu. Ata lagi ikut Akung, beli oleh$oleh buat kamu. +anti "ama kabarin lagi kalo kami sudah mau berangkat ke !urabaya ya.B BIya, "a. Iya.B Ari menja#ab lirih, tak bisa menahan tangisnya. Ketika pembicaraan itu berakhir, co#ok itu jatuh terduduk di sisi tempat tidur. Tenggelam dalam cengkeraman isak tangis dan air mata. "ama dan Ata akan ke Jakarta/ !etelah tangisnya reda, dengan perasaan sedikit malu Ari bangkit berdiri. ari ternyata telah pagi. !inar matahari menerobos le#at sela$sela tirai. !ambil menghapus air matanya, co#ok itu bangkit berdiri lalu mematikan lampu dan membuka tirai serta jendela. al pertama yang langsung dirasakannya adalah, perutnya melilit kelaparan. -aru dia ingat, terakhir makan adalah kemarin pagi. Itu pun bubur ayam, dalam perjalanan ke rumah Tari. !etelah itu perutnya tidak kemasukan apa$apa lagi selain teh manis hangat dan sebuah bolu kukus di rumah Tante 2idya. .o#ok itu bergegas turun menuju dapur. -arangkali ada yang bisa digunakannya untuk mengganjal perut. Kulkas sudah seperti minimarket dalam bentuk lebih mini. !emuanya ready stock. -eberapa botol minuman ringan, buah dan sayuran, yang jika layu akan langsug diganti dengan yang segar oleh pembantu paruh #aktunya. -iskuit, cokelat, kacang$ kacangan. Ari menghela napas. Dia ingin makan nasi. Dibukanya 3reeAer. Kembali semuanya lengkap tersedia. -akso dan sosis beku. +ugget yang juga beku. Daging ayam dan daging sapi berbumbu yang juga beku total, yang kerasnya mungkin menyamai baja penopang jalan layang. Kembali co#ok itu menghela napas. BIni mah beruang kutub juga nggak doyan,B desahnya. Akhirnya dia menjerang sedikit air dan membuat segelas cokelat panas. Dengan gelas cokelat panas di tangan kanan, untuk pertama kalinya Ari melihau ruangan demi ruangan di rumahnya dan segala isinya tanpa kesigapan pertahanan diri terhadap kesunyian absolut rumah ini. Juga tanpa khayalan musykil, seandainya seluruh benda di ruangan ini bisa bicara. ingga dirinya punya teman dan tidak selalu sendirian. 5ntuk pertama kalinya juga co#ok itu menyadari, menyadari yang benar$benar menyadari, betapa indah dan megah tempat tinggalnya. Ketika dibukanya pintu depan, dia juga sempat terpukau dengan keindahan taman kecil di depan rumahnya. Ayahnya memang sudah menye#a ahli pertamanan untuk mengurus taman kecil di depan rumah ini dan semua ornamen penunjangnya, seperti lampu, air mancur, kursi, patung dan lain$lainnya. Juga pembantu paruh #aktu untuk membersihkan rumah dan membereskan segala tetek$bengek urusan rumah tangga, seperti mencuci, menyetrika dan lain$lain. Tadinya -u Asih, pembantu paruh #aktu itu, juga memasak. Tapi karena makanan$ makanan itu lebih sering ber3ungsi seperti sesajen buat hantu, alias jarang sekali di sentuh, akhirnya dia berhenti memasak. Alasannya simpel tapi masuk akal. "ubaAir. Dari tadinya datang setiap hari, -u Asih jadi datang dua hari sekali, atau tiga hari sekali, bahkan empat hari sekali, karena memang tak banyak tugas yang harus diselesaikan. 'umah sang majikan lebih sering terasa seperti rumah kosong daripada berpenghuni. BApa panggil 'idho sama &ji ke sini ya)B gumam Ari tanpa sadar. 9umaman tanpa sadar itu membuatnya seketika mematung. .o#ok itu meyakinkan diri bah#a pemikiran barusan bukan muncul karena dirinya sedang kelaparan dan sedang malas keluar. !ekarang era deli6ery. "akanan apa pun bisa diantar. B-ukan.B dia menggeleng. !elama ini dia merahasiakan rumahnya bukan karena tempat ini me#ah. Tapi lebih karena dia tidak ingin menja#ab ribuan pertanyaan yang pasti akan muncul. ,ertanyaan$pertanyaan yang sesungguhnya sederhana dan #ajar, tapi akan bere3ek hebat terhadap pertahanan mental dan emosinya. Tetapi sekarang sudah tidak perlu lagi, karena rumah ini sudah tidak lagi menjadi momok. Ari tersenyum, mendadak jadi bersemangat. Akan dibaginya tempat ini bersama dua sahabatnya. Juga kabar baik yang saat ini hampir membuat dadanya ingin meledak karena lega dan bahagia. Keputusan itu seketika membuat Ari meletakan gelas cokelat panasnya di kursi taman, lalu berlari masuk. ,ulsa ponselnya habis, tapi masih ada cukup banyak pulsa di ponselnya yang satu lagi, yang selama inM hanya digunakan untuk berkomunikasi dengan Tari. ,onselnya sebagai Ata. !enyum sesal muncul kala mengingat masa$masa itu, tapi Ari buru$buru mengenyahkannya. Ditekannya sederet angka yang sudah diingatnya di luar kepala. 888 !ebuah nomer tak dikenal muncul di layar ponselnya, 'idho mengangkat dengan kening berkerut. Balo)B BIni gue,B ucap Ari langsung. B&h, elo. 9anti nomer, ya) Emang kenapa sama nomer keramat lo)B B,ulsanya abis. Dho, lo bisa tolong ke sini, nggak)B -egitu Ari menyebutkan alasan dia menelpone, di seberang kontan hening. BDho) 2o denger, nggak)B ucap Ari setelah beberapa saat membiarkan 'idho terkejut. "asih tak ada suara. BDho) alo) alo)B BIya. Iya. alo,B 'idho menja#ab tergeragap. BElo serius nih)B B!erius. !ori ya, baru sekarang.B B+ggak. +ggak pa$pa. Di mana)B B+tar gue kasih tau kalo lo udah jalan. Jangan lupa beliin gue sarapan. 2aper banget. Kemaren seharian gue nggak makan.B BEmang kenapa sih) !akit lo ntar.B B+tar gue cerita banyak. 2o ke sini aja dulu.B BTerus, sarapannya apaan nih)B BApa aja lah.B B7arteg dekat rumah gue aja, ya) -iar gue bisa langsung ke tempat lo, nggak perlu mampir$mampir.B BApa aja. 1ang penting bisa buat ngisi perut.B B&ke. 9ue langsung jalan.B BThanks.B 888 !ebuah nomer tak dikenal muncul layar ponselnya. &ji mengangkatnya tanpa menduga. BJi, lo temanin 'idho gih/B ,erintah Ari yang selalu tak terbantahkan turun saat itu juga. BKe mana)B B2o telepon aja dia.B Ari langsung mengakhiri pembicaraan. Di seberang, &ji menjauhkan ponselnya dari telinga dengan kening mengkerut rapat. 2angsung dikontaknya 'idho. Ka#an karibnya itu menjelaskan dengan suara mengambang. &ji ternganga. B!erius lo)B tanya &ji dengan suara tercekat. BDia bilang begitu.B &ji terdiam. "asih dengan ponsel masing$ masing menempel di telinga, keduanya sama$sama terdiam. Ini memang sama sekali di luar dugaan. !ama sekali tidak mereka sangka. BDi mana.... rumahnya)B ganti suara &ji yang kemudian terdengar mengambang. B+anti dia kasih tau. !etelah kita udah jalan dan beliin dia makan. Dia minta tolong dibeliin sarapan.B B9ue ke tempat lo/B putus &ji seketika dan langsung ditutupnya telepone. Tak sampai setengah jam, sebuah taksi berhenti di depan pagar rumah 'idho. !edan putih 'idho telah terpakir di tepi jalan dan &ji melihat temannya itu sedang berdebat dengan mamanya di teras rumah. Debat itu jelas tanpa titik temu, karena &ji melihat 'idho balik badan dengan muka kaku dan melangkah cepat keluar halaman tanpa menghiraukan panggilan keras mamanya. BKalo dia, juga -okap, bisa pergi seenaknya dengan alasan kerjaan $ke luar kota bahkan ke luar pulau sampe berhari$hari$ kayak nggak punya segerombolan anak, kenapa gue nggak)B ucapnya dengan kesal sambil membuka pintu depan mobil. &ji cuma tersenyum tipis. Dia sangat mengerti karena situasi rumahnya sendiri juga seperti ini. Dengan perasaan tidak enak, dianggukkannya kepala ke arah mama 'idho yang sedang cemberut di teras, kemudian buru$buru masuk mobil. !edan putih itu segera melesat pergi. 2ima menit kemudian 'idho menepikan mobilnya di depan sebuah #arteg kecil di pinggir jalan. Dia turun sementara &ji tetap di mobil. Tak lama 'idho kembali dengan tas kresek hitam. !etelah meletakan ba#aannya itu di jok belakang, dikeluarkannya ponselnya dari saku depan jins biru pudarnya. Diketiknya sebuah !"! singkat untuk Ari. -reak3ast is ser6ed. Di teras rumahnya, Ari tersenyum tipis. Ditekannya tombol kontak. B5dah)B B1ap.B B2o sama &ji)B BAda di sebelah gue.B 'idho melirik &ji yang bisa mendengar percakapan itu dengan jelas karena 'idho menekan tombol loudspeaker. Ari menyebutkan lokasi rumahnya. !eketika di seberang tercipta keheningan. Dibiarkannya beberapa detik terle#at untuk memberikan kesempatan kepada kedua teman akrabnya itu untuk terkesima. B&ke, gue tunggu ya,B kata Ari kemudian. B.epetan. 9ue udah kelaperan banget nih.B -egitu Ari menutup telepone, 'idho dan &ji saling pandang. -ersamaan kedua pandangan mereka beralih ke nasi bungkus keluaran #arteg di jok belakang. B+ggak le6el.B kedunya menggeleng bersama lalu meringis lebar. B1a udah. 9anti.B B9ue nggak ada duit lagi, Ji. Tinggal buat bensin nih. Emak gue kalo lagi ngamuk kayak tadi, nggak bakal ngasih gue duit.B B1a udah. Tenang. Tenang. 9ue aja,B ucap &ji langsung. Ditepuk$tepuknya pundak 'idho. 888 Ari sengaja berdiri di tepi jalan depan rumahnya agar kedua temannya lebih mudah menemukannya. -egitu sampai, 'idho dan &ji tidak mampu menyembunyikan kekaguman mereka. Keduanya bahkan sudah langsung terlongo$ longo begitu mobil berhenti. Ari menghentikan ketakjuban keduanya dengan mengetuk$ngetuk kaca jendela di sebelah 'idho. B7oi, gue laper.B Keduanya tersadar. -uru$buru mereka turun. !etelah sesaat memandangi kedua patung elios dengn terkagum$kagum, keduanya memasuki 9erbang elios dengan sikap seperti undangan yang memasuki ruang acara grand opening sebuah galeri seni. Ari memba#a kedua teman akrabnya itu memasuki ruang tamu. Di sana 'idho dan &ji makin terlongo$longo lagi, karena ruangan itu penuh dengan benda$benda yang baru pertama kali itu mereka lihat. !etelah meletakan sarapan pesanan Ari di meja tamu, 'idho langsung menghampiri sebuah benda yang merupakan tema inti ruangan itu. ,atung De#a 'a. "eskipun 'idho tadi mengatakan akan membeli pesanan Ari di #arteg dekat rumahnya, yang sekarang tergeletak di depan Ari adalah paket sarapan keluaran sebuh restoran Jepang yang sudah punya nama. BTadi kayaknya gue denger lo bilang #arteg deh,B ucap Ari sambil mengeluarkan kotak makan pagi itu dari dalam tas plastik. B7arjep. !alah denger lo,B kilah 'idho ringan. &ji tersenyum. Tanpa sadar terintimidasi oleh lokasi rumah yang disebutkan Ari di telepon, 'idho dan &ji terlibat debat kecil di mobil tadi, tentang restoran T&, mana yang kira$kira le6elnya pas dengan rumah Ari. BKami boleh liat$liat)B tanya &ji. Ari mengangguk tanpa menja#ab, sibuk mengunyah makanannya. Kedua temannya segera berpencar. &ji nyelonong ke ruang dalam sementara 'idho menaiki tangga. !etelah selesai menghabisi setiap sudut rumah, setelah terkagum$kagum di depan setiap peralatan eloktronik yang memang tercanggih, setelah puas melototi semua benda yang menurut mereka aneh dan keren, atau nggak jelas itu apa, keduanya kembali menghampiri Ari yang saat itu telah menyelesaikan sarapan dan sedang menyulut sebatang rokok. Ada satu hal yang disadari keduanya dengan sangat jelas. Terlepas dari semua keme#ahan yang bisa ditemukan di hampir setiap sudut rumahK rumah ini dingin. Tak berji#a. Kosong. &ji bisa merasakan itu karena rumahnya juga seperti ini. !elalu sepi. !ementara 'idho tak selalu. Karena meskipun kedua orangtuanya juga sering berpergian, dia punya seorang kakak dan dua orang adik. B-okap lo ke mana) "inggu kerja juga)B tanya &ji dengan nada hati$hati. B+ggak tau,B Ari menja#ab dengan nada tak peduli. BDari sebelom berangkat ke -ali gue udah nggak ngeliat dia.B &ji mengangguk$angguk langsung paham. BAda apa, 'i)B Kalau &ji hanya berani menyinggung sisi terluar, 'idho langsung ke pusat lingkaran. Ari menatap #ajah salah satu sahabatnya itu, berusaha menahan luapan emosh yang sejak tadi ditahannya mati$matian. Kemudian dia menoleh dan menatap #ajah sahabatnya yang lain. B2o berdua tau) 9ue berhasil nemuin +yokap sama Ata.B suaranya langsung berubah serak dan ketenangannya segera lenyap. 'idho dan &ji terperangah. B-eneran)B bisik 'idho tak percaya. BKapan) Di mana)B BKemaren. 7aktu pulang dari rumah Tari.B Ketenangan Ari pecah. Ketenangan sang pentolan sekolah yang selalu sempurna itu luluh lantak. Dengan suara tersendat, kadang terdengar, kadang tidak, dengan susunan kalimat yang berantakan, dengan intonasi yang naik$turun, Ari menceritakan semuanya. Termasuk soal !"! Tari. Kedua sobatnya terpana. Diam tak bisa bicara. Dan Ari benar$benar tak sanggup lagi menahan luapan emosinya. -erkali$kali co#ok itu terpaksa mengusa kedua mata setelah gagal menahan agar kabut bening itu tidak mengalir turun. Kedua mata 'idho dan &ji ikut berkaca, karena hampir dalam sebagian #aktu, Ari menghabiskannya bersama mereka berdua. .epat$cepat keduanya mengerjapkan mata, mencegahnya mengalir turun. -ersamaan keduanya mengulurkan tangan lalu merangkul Ari dari kedua sisi, saat untuk yang sudah tak bisa di hitung lagi Ari kembali mengusap kedua matanya. BJangan bilang siapa$siapa kalo lo berdua pernah ngeliat gue nangis ya,B ancamnya, tapi dengan suara lemah. Kedua sobatnya terta#a pelan dan mengeratkan rangkulan bersamaan. B+ggaklah. Kami paham,B bisik 'idho. B2o udah bilang Tari)B Ari tersenyum, menggelangkan kepalanya. B2o pasti nggak percaya,B ucapnya sambil menatap 'idho. B9ue nggak berani.B Kedua alis 'idho sontak bertaut rapat, membuat Ari terta#a pelan. B!erius, gue nggak berani ngasih tau dia.B BKalo ngeliat dari !"!$nya, kayaknya dia ngerti, 'i.B BKayaknya itu !"! salah kirim. !oalnya sampe sekarang dia nggak kirim lagi.B B1a udah. +anti$nanti aja lo kasih tau dia.B 'idho mengangguk, mengerti salah satu sisi co#ok yang tidak diketahui ce#ek itu. Ari menarik napas panjang. 'asanya benar$ benar lega. -enar$benar ringan. Dilihatnya jam kayu jati berbentuk matahari di salah satu dinding ruang tamunya. B!ori, gue harus ke bandara.B B!ekarang)B 'idho mengangkat kedua alis. B"asih empat jam lagi pesa#atnya landing. Ini aja mereka belom berangkat.B Ari tersenyum tipis. B+yiapin mental,B ucapnya pendek. Tak ingin mengatakan yang sebenarnya. Dia cemas dengan pertemuan ini. Dia cemas jika ternyata mama dan saudara kembarnya sudah bukan lagi orang yang sama. Dia cemas sembilan tahun kehilangan itu telah menciptakan dinding yang kokohnya mungkin akan abadi. Ari tahu, sesungguhnya saat ini dirinya sangat membutugkan seorang teman. Tapi reputasinya selama ini membuatnya tak sanggup membiarkan seorang melihat kejatuhannya nanti seandainya semua kecemasan itu benar$benar terjadi, meskipun itu kedua sahabatnya sendiri. B"au kami temenin)B ta#ar 'idho, bisa membaca pikiran itu. Ari tersenyum tipis dan menggeleng. B9ue akan baik$baik aja, kalo itu yang elo takutin.B B1akin)B 'idho menatapnya lurus. BIya.B Ari mengangguk tegas, menyangkal kata hatinya sendiri. B&ke.B 'idho tak ingin memaksa. Ari bankit berdiri. B9ue siap$siap dulu,B ucapnya sambil berjalan ke kamarnya. 888 "ereka berpisah di mulut kompleks. -egitu motor Ari sudah hilang dari pandangan, 'idho segera menepikan mobilnya. Dikeluarkan ponselnya dari saku celana dan segera dicarinya satu nama di da3tar kontak. !atu nama yang secara cepat dan diam$ diam tadi dilihatnya dari ponsel Ari. Tari mengerutkan kening saat layar ponselnya memunculkan sederet nomer baru yang tidak dikenalnya. Balo)B sapanya dengan nada ragu. BIni gue, Tar. 'idho,B ucap 'idho langsung. B&h/B Tari terkejut. Kedua alisnya terangkat tanpa sadar. BIya, Kak)B BAlamat rumah lo di mana) 9ue lupa.B BEmang kenapa)B B9ue jemput lo sekarang.B Tari tercengang. BAda apa sih, Kak)B 'idho menceritakan dengan singkat. Tari terperangah. "ulutnya sampai ternganga lebar. !aking tak percayanya dengan berita yang disampaikan 'idho. B!erius) -eneran/)B serunya tertahan. B!erius. "akanya gue mau jemput lo sekarang. !iap$siap ya. Jadi nanti kita langsung jalan.B BIya. Iya.B -egitu 'idho menutup telepone, Tari mematung. -enar$benar tak mengira penantian dan pencarian Ari yang panjang dan menyakitkan akhirnya berujung. .e#ek itu buru$buru berlari ke kamar mandi. 888 'idho menghentikan mobilnya di terminal kedatanan domestik tempat maskapai penerbangan yang memba#a mama Ari dan saudara kembarnya nanti mendarat. 5ntuk tujuan inilah tadi dia $$seolah$olah sambil berlalu$$ bertanya pada Ari maskapai apa yang mereka gunakan. "engantar seseorang yang sesungguhya sangat dibutuhkan Ari saa ini, namun sahabat karibnya itu tak ingin mengtakan. BDi sini, Tar.B 'idho menoleh ke belakang, juga &ji. B&h.B Tari langsung bergerak, mengulurkan tangannya untuk membuka pintu. BKak 'idho sama Kak &ji nggak turun)B tanyanya heran. Kedua co#ok di depannya menggeleng bersamaan. BKalo dia mau kita temenin, pasti tadi udah ngomong.B ucap &ji. 'idho mengangguk membenarkan. BTolong jangan tinggalin dia ya, Tar,B pesan 'idho. Tari menatap kedua orang itu sambil menggigit bibir, kemudian mengangguk pelan. !etelah mengucapkan terima kasih, dibukanya pintu di sebelahnya dan turun. !esaat 'idho dan &ji mengikuti kepergian ce#ek itu, yang berjalan menyusuri koridor lapang terminal kedatangan dengan kepala menoleh ke segala arah, mencari$cari keberadaan Ari. 8888 "A!I tiga jam lagi pesa#at yang akan memba#a mamanya dan Ata dijad#alkan landing. ,esa#at itu bahkan belum take o33. "asih terpakir di -andara Juanda, !urabaya sana. Tapi Ari sudah duduk menunggu sejak setengah jam lalu. -ertahun$tahun jatuh$ bangun dalam begitu banyak usaha pencarian yang menguras emosi, menunggu, berharap, memohon dalam ribuan doa sampai akhirnya pasrah dan berusaha ikhlas, tiga setengah jam sama sekali tidak ada artinya. Duduk bersila di atas rumput, di ba#ah kerindangan sebatang pohon, co#ok itu memandangi setiap pesa#at yang terbang dan datang. "embayangkan tidak lama lagi sebuah pesa#at akan memba#a mama dan saudara kembarnya ke hadapan, membuat kedua matanya menera#ang dan senyumnya mengembang tanpa sadar. !enyum bahagia, pasti. +amun senyum cemas juga. Akankah mereka bisa kembali ke sembilan tahun lalu itu, ataukah mereka harus mulai saling belajar untuk menerima, bah#a saat ini mereka bukan lagi orang$ orang yang sama. 888 Tari menarik napas lega. !etelah mencari ke sana kemari, setelah ditelusurinya koridor terminal kedatangan yang luas nyaris dari ujung ke ujung, akhirnya Ari dia temukan juga. Jauh di luar area gedung terminal, co#ok itu duduk bersila di rerumputan dengan punggung bersandar pada sebatang pohon. %okusnya begitu tenggelam pada landasan. Dan Tari tahu mengapa. Karena landasan itu nanti, pesa#at yang memba#a mama dan saudara kembarnya akan mendarat. 1ang sebentar lagi akan datang bukan ibu dan saudara kembarnya, tapi Tari menemukan dirinya ikut dicekam kegelisahan. .emas, apakah pertemuan pertama setelah perpisahan bertahun$tahun ini akan seperti harapan Ari. arapan yang disimpannya selama bertahun$tahun dan tidak diceritakannya kepada siapa pun. Atau dia harus melihat co#ok itu kembali terpuruk. Jalan untuk bisa sampai pada ketenangan dan penerimaan bisa sangat panjang dan melelahkan. Jika pertemuan kembali harL ini benar$benar telah menjadikan ibu dan saudara kembarnya sebagai keping rekahan, Tari berharap Ari akan sanggup bertahan. !etelah beberapa saat menatap Ari di kejauhan, Tari balik badan sambil menarik napas panjang. Di ujung lantai koridor terminal kedatangan, pada posisi yang terhalang serumpun pepohonan dari posisi Ari duduk, ce#ek itu meletakkan tasnya lalu duduk. Ini #aktu milik Ari sendiri. "eskipun 'idho dan &ji memintanya untuk menemani, inilah cara dirinya menemani co#ok itu. .ukup dari jauh. 888 !etengah jam sebelum pesa#at yang ditunggunya mendarat, Ari bangkit berdiri. Tari buru$buru ikut berdiri dan langsung menyembunyikan diri di balik pilar terdekat. Kemudian $bersembunyi dari pilar ke pilar, atau bergabung di belakang serombongan orang$ diikutinya Ari diam$diam. !ampai co#ok itu berhenti di depan sebuah pintu kaca lebar, berbaur dengan banyak orang yang sepertinya juga menunggu kedatangan seseorang. Tari ikut berhenti lalu berdiri diam di balik pilar. !ambil sebentar$sebentaE mengucapkan kata DpermisiD, Ari menyeruakkan diri hingga posisi terdepan, di depan pagar besi pembatas. 2ima belas menit lagi, bisik hatinya dengan resah. Tanpa sadar kesepuluh jarinya menggenggam kuat besi pembatas. !epasang matanya menatap lurus ke dalam ruangan di depannya yang dibatasi kaca. !epuluh menit lagi, jantungnya berpacu. !embilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua.... Dan di sanalah/ -ergerak di balik kaca, timbul$tenggelam di antara puluhan orang yang juga sedang berjalan menuju pintu keluar, untuk pertama kalinya Ari melihat kembali dua orang yang pergi dari hidupnya bertahun$tahun lalu itu. "ama dan Ata/ !eketika co#ok itu membeku. -uku$buku jemari tangannya yang menggenggam besi pembatas kuat$kuat, memutih. Dikatupkannya kedua rahangnya kuat$kuat. !eluruh giginya saling menekan. -erusaha keras mengalahkan sesak di dada dan sakit di tenggorokan. Keduanya kini telah melalui pemeriksaan. Keduanya berjalan semakin dekat dan semakin dekat. BAriiii/)B "ereka kini tak jauh di hadapan/ "amanya mematung di ambang pintu setelah menyerukan satu nama itu dengan suara tertahan. Tak lagi sadar, Ari melompati pagar pembatas dan menghambur mendapati sang mama. Dipeluknya #anita itu kuat$ kuat. Dalam tangis. Dalam luap kerinduan. Dalam titik akhir pencarian. Ata segera melindungi keduanya dari tatapan orang. "eskipun ini bandara dan menangis adalah hal biasa, dia tidak ingin keduannya jadi tontonan. !ang mama membalas pelukan anaknya itu sama kuatnya. "atahari$nya yang lain. 1ang tenggelam bertahun$tahun lalu. 1ang nyaris saja mematahkan semangat hidupnya karena pencarian yang terus sia$sia. Ari menenggelamkan #ajahnya pada salah satu bahu mamanya. "enumpahkan air matanya di sana. "engiris batin dan membuat sang mama harus menekan kuat$ kuat luapan emosiny. .ara anak ini menangis masih sama seperti dulu. Dalam banyak hal, kedua "atahari$nya memang berbeda. Tangis Ata akan menenggelamkan suara apa pun di sekitarnya. !ementara Ari lebih sering tanpa suara. Ketika semua luapan perasaannya tuntas, Ari menguraikan pelukannya. !ambil tersenyum malu, co#ok itu menyeka sisa$ sisa air matanya dengan lengan baju. -aru disadarinya, mamanya terliha jauh lebih tua. Jadi lebih kurus. +amun ada yang tidak berubah, sorot kedua matanya yang sabar dan teduh. B"ama kurus,B bisik Ari pedih. !ang mama tersenyum. B1ang penting kan sehat,B ucapnya ari3. BIya, kan)B Ari mengangguk$angguk. Kedua matanya masih menatap mamanya lekat$lekat dan menyeluruh. B"ama sekarang kok jadi kecil)B tanyanya polos, membuat mamanya seketika tergelak. BKamu sehat)B tanyanya serak. B!ehat, "a.B Ari mengangguk. !ang mama menatapnya dengan pandang sedih, juga penyesalan. BAri sekarang udah gede. "ama nggak ngeliat. Tau$tau udah segini. "ama minta maa3. "aa3in "ama ya, +ak, nggak bisa nemenin.B Ari mengangguk$angguk lagi, tak sanggup menja#ab. Kalau dulu sang mama harus membungkuk untuk menyentuh kedua pipinya, kini ganti sang anaklah yang harus membungkukkan tubuh agar mamanya bisa menyentuh kedua pipinya. !etelah puas, setelah seluruh kerinduannya pada sang mama tertumpah, Ari balik badan. Ketika ditatapnya saudara kembarnya yang hanya sepuluh menit lebih tua itu, hal yang langsung terlintas dalam kepalanya adalah, Ata terpaksa harus bekerja. !eketika muncul rasa bersalah. Dirinya punya banyak uang dan lebih sering di gunakan untuk hal$hal yang tidak jelas. "embeli teman. "embeli perhatian. "engenyahkan kesepian. Ata balik menatap adik kembarnya itu. B-aik$baik)B bisiknya. Ari mengangguk. Keduanya saling tatap. !aling meneliti. 'asanya Ari tak bisa percaya ini adalah Ata yang dulu hobi berteriak$teriak jika keinginannya tak dipenuhi. Ata yang penegak keadilah dalam jubah hitam -atman$nya yang berkibar$kibar. Ata yang paling anti kalau disuruh "ama ke #arung beli garam apalagi terasi dan memilih diomeli. -agi Ata sendiri, nyaris tidak ada lagi yang tersisa dari Ari yang terus diingatnya selama sembilan tahun ini. Ari yang kalem. Ari yang anak rumahan. Ari yang penurut. Ari yang anak "ama. Dan Ari yang membuatnya sering cemas dengan semua si3at$si3atnya itu. !aat ini yang berdiri di hadapannya adalag Ari yang telah berhasil mele#ati segala kesulitan. Ari yang kuat. Keduanya tersenyum bersamaan, dengan 6isual tentang sang saudara kembar dalam masing$masing kenangan. B2o jadi beda,B ubap Ata. B2o juga.B Ata terta#a pelan. Dia rentangkan kedua lengannya dan dipeluknya Ari kuat$kuat, yang lalu membalas pelukan itu sama kuatnya. -erdiri di dekat keduanya, sang mama menyaksikan itu dalam tangis tanpa suara. 888 Dari balik salah satu pilar tempatnya menyembunyikan diri, Tari menatap pemandangan itu dengan mulut yang tanpa sadar menganga lebar. !embilah tahun terpisah dan keduanya masih tetap seperti saat kamera itu mengabadikannya dalam lembar$lembar kenangan. Keduanya tetap begitu sama dan serupa. !eperti benda dan bayangan. !eperti laut dan langit. Keduanya benar$benar sama tinggi. Entah dengan cara bagaimana alam menyampaikan kepadanya, Ata juga punya potongan rambut yang benar$benar sama dengan saudara kembarnya. !atu$satunya perbedaan yang mencolok hanya dalam penampilan keduanya. Ata terlihat sangat sederhana. !ementara Ari, meskipun gaya berpakaiannya memang kasual, semua bisa melihat setiap benda yang menempel di tubuhny bukanlah barang murah. Ketiga orang itu kini berjalan menjauhi pintu kedatangan. Tari menatap ketiganya dalam keharuan. "ama kedua kembar itu berjalan di tengah, diapit kedua anak kembarnya. !atu yang terpisah begitu lama dengannya, memeluk satu lengannya kuat$kuat. !ementara satu yang selama ini selalu bersamanya, sibuk dengan barang ba#aan yang begitu banyak. 888 Tari membasuh mukanya di #asta3el berkali$ kali. "encoba sedikit mengurangi sembab di kedua matanya. Ketika usahanya gagal, dengan putus asa ditatapnya pantulan #ajahnya di cermin di depannya. BAduh, gue pulangnya gimana nih)B desisnya pelan. !embab di kedua matanya begitu parah, sampai dia yakin orang akan bisa melihatnya dari jarak satu kilometer. Tapi ini bandara. Tempat orang berdatangan atau perpergian bahkan ke tempat terjuh di bumi. Tempat orang$orang bertemu dan berpisah. -eberapa mungkin hanya berpisah sementara, namun beberapa bisa jadi berpisah abadi. -eberapa adalah pertemuan yang pertama, sementara beberapa yang lain bisa jadi pertemuan yang terakhir. Jadi, sebenarnya sangat #ajar kalau seseorang menangis di bandara. Tari jadi sedikit tenang setelah menemukan alasan itu. "udah$mudahan saja saat bus Damri yang ditumpanginya nanti sampai di tempat dia harus turun, sembab di kedua matanya sudah berkurang. Dikeluarkannya kotak bedak padat dari dalam tas, lalu dengan cermat dibubuhinya mukanya dengan serbuk halus itu. -erharap mukanya yang pucat bisa terlihat sedikit lebih cerah. !etelah menghela napas panjang sambil menatap pantulan #ajahnya di cermin, Tari berjalan ke luar toilet dengan kepala menunduk. B"au pulang dalam kondisi begitu)B 2angkah Tari sontak terhenti. Dengan terkejut diangkatnya kepala. Ari berdiri tidak jauh di depannya. ,unggungnya bersandar di dinding luar toilet. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Tertegun, Tari menata kedua mata Ari yang sembab. Dalam keadaan begitu, co#ok ini jadi terlihat lebih manusia#i. "ulut Tari sudah terbuka, tapi dia tidak berhasil menemukan alasan yang tepat untuk keberadaannya di bandara pada saat yang bersamaan dengan kedatangan mama Ari dan saudara kembarnya. Ari tersenyum. B9ue udah ngeliat lo tadi,B ucapnya pelan. BDuduk ngumpet di balik pilar. +gumpet, tapi sebentar$sebentar ngintip.B !eketika kedua mata Tari melebar. Dan segera, mukanya dipenuhi rona merah. BKok bisa) Kayaknya elo nggak pernah nengok deh.B Ari tersenyum lagi. BKayaknya, kan)B Tari tertegun. B-erarti lo tau gue udah...B BTiga jam lebih di bandara)B potong Ari. BJelas tau lah.B .o#ok itu lalu menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Tatapannya pada Tari kini tak lagi dengan kata. Tak lagi ada suara. anya menatap. BAda apa)B tanya Tari bingung. Ari tak menja#ab. Tetap hanya menatap. BAda apa sih) 2o jangan aneh gitu dong,B kejar Tari lagi. Tetap tidak ada ja#aban. +amun kali ini sepasang mata Ari yang terarah lurus$lurus padanya itu mengerjap. Tiba$tiba Ari menguraikan kedua tanganny yang terlipat di depan dada. .o#ok itu lalu menghampiri Tari dengan langkah$langkah panjang. Dan sebelum Tari sempat menyadari, Ari sudah merengkuhnya. Ditenggelamkannya gadis yang telah menunjukan pintu keluar baginya itu dalam kedalaman dada dan kedua lengannya. Tari tersentak. Dia meronta, tapi dada dan kedua lengan ini kuat mengurungnya. Dia tak bisa bertanya, karena degup jantung Ari mengalahkan semua suara. Tak lama co#ok itu menundukkan kepala lalu berbisik lirih di satu telinganya. BTerima kasih.B bisiknya. Ari menguraikan pelukannya. Ditatapnya muka Tari yang kini merona. B-anyak yang mau gue bilang. Tapi sekarang cuma itu yang bisa gue bilang. Terima kasih banyak.B B9ue nggak ngerti...B Tari menggeleng. B+ggak pa$pa.B Ari ikut menggeleng. Kemudian di tariknya napas dan sikapnya kembali biasa. B1uk, gue kenalin lo ke nyokap gue sama Ata.B Tari langsung menolak. B+ggak ah, nggak enak.B B+ggak pa$pa. "ereka baik kok.B B9ue tau mereka baik. .uma momennya nggak pas aja. +anti$nanti aja deh. Kalian kan baru aja ketemu lagi.B Ari membungkukkan punggungnya, menjajarkan mukanya dengan Tari. BKalo ada orang kedua yang harus mereka temuin,B kedua matanya memancarkan sorot yang kontradikti3, lembut tapi tidak bisa ditolak, B.....itu elo.B BIya, tapi....B Ari sudah tidak lagi memedulikan penolakan Tari. Dirangkulnya ce#ek itu dan dengan paksa diba#anya ke tempat "ama dan Ata berdiri menunggu. BIni, "a. Kenalin,B ucap Ari dengan senyum lebar. !eketika kedua orang yang berdiri di dekatnya menatap Tari dengan tanda tanya. BEeh.... saya Tari, Tan,B ucap Tari. !ambil senyum kikuk, dia anggukan kepalanya. 7anita di depannya membalas senyumnya tapi tetap dengan ekspresi bingung. B!ebutin dong nama lengkap lo,B kata Ari. B"m.... nama saya Jingga "atahari, Tante, Kak Ata...B -egitu Tari menyebutkan nama lengkapnya, dua orang di depannya kontan ternganga. B1a ampuuun/B mama Ari berseru tertahan. BKok namanya kebalikan nama Ata)B BKaget kan, "a) Ari juga kaget banget. +anti kalo Ari ceritain cerita lengkapnya, "ama pasti makin kaget lagi.B B&h, ya) .erita apa)B tanya mama Ari seketika. BJangan$jangan dia jodoh gue)B sela Ata. Ari langsung menatapnya tajam. BKita baru ketemu nih. Jadi jangan ngajak berantem deh,B gerutunya. Ata terkekeh. B+anti aja. !ekarang "ama istirahat dulu deh. Tante 2idya udah nungguin. 5dah !"! Ari melulu nih. &ke, "a)B Ari mengacungkan jempol kanannya. B&keee.B "amanya mengangguk. !ambil terta#a geli karena kata DokeD tadi mengingatkannya pada masa kecilnya, Ari mengayunkan satu tangannya. !ebuah taksi langsung merespons. -egitu taksi itu berhenti di depannya, bersama Ata, Ari segera memasukkan barang$barang ba#aan yang begitu banyak itu ke bagasi. B+anti Ari nyusul, "a. "au nganter Tari dulu. &ke)B B&keee.B mamanya mengangguk. Dengan senyum lebar, Ari menatap taksi yang ditumpangi mamanya dan Ata sampai benar$benar hilang, kemudian dia balik badan. B2o utang penjelasan,B Tari langsung menyebutnya dengan nada menuntut. B9ue tau,B ja#ab Ari lembut. B9ue nggak bareng mereka bukan karena gue ba#a motor, tapi karena gue punya utang sama elo.B Kemudian dirangkulnya satu bahu Tari. B1uk, cari tempat yang sepi.B B+gapain)B tanya Tari langsung curiga. B1a biar nggak ada saksi lah. -uat jaga$jaga aja. !iapa tau ntar lo ngamuk terus gue dicubit atau dicakar. Atau lo jadi histeris terus jerit$jerit.B BEmang gue kayak gitu) 2o nggak usah ngarah deh,B ucapnya dengan muka yang langsung cemberut. BIya. 2o emang begitu.B Ari mengangguk. B2o pernah jerit$jerit di sekolah, kan) -erapa kali coba) -ikin rame. -ikin heboh.B BItu kan gara$gara elo/B sergah Tari seketika. B"akanya. !ekarang ini bakalan gara$gara gue lagi. "akanya harus nyari tempat yang sepi. "asalahnya, ini di bandara, orang$ orang nggak kenal kita. "ereka nggak tau kita emang doyan ribut. -eda sama di sekolah.B B+g....B Tari mati kutu. B+ggak bisa ngomong kan lo)B Ari mengedipkan satu matanya, tersenyum menang. Ditariknya Tari dari situ dan benar$ benar diba#anya ke tempat yang sepi, ke salah satu titik di ruang terbuka bandara yang begitu luas. Di balik rumpun tanaman hias yang tumbuh lebat dan penuh bunga. 888 Tari ternganga. Terja#ab sudah semuanya. Ari membayar seseorang untuk menjadi dirinya pada saat dia menjadi Ata. adir pada tempat yang sama untuk mengesankan bah#a Ata memang benar$ benar ada. Ari yang mengatur semuanya. !etiap kejadian. !etiap tindakan. !etiap dialog. !etiap respons. Juga #aktu dan tempat. Kode$kode digunakan agar semua berjalan sesuai skenario yang telah disusun. !"!$ !"! telah disimpan dalam 3itur dra3t dan tinggal dikirimkan sesuai urutan skenario atau pemberian kode. "asih dengan mulut ternganga, Tari menggeleng$gelengkan kepala. B2o hebat. ,inter. .erdas. !mart.B ,ujian itu tulus, tapi Ari benar$benar merasa bersalah. Ditatapnya Tari tepat di manik mata. B9ue minta maa3,B ucapnya sungguh$ sungguh. Tari menggeleng$geleng lagi. B!umpah, lo pinter banget. -isa ngatur semua itu.B Ari tersenyum. !enyum bersalah. B9ue dimaa3in)B tanyanya pelan. 9anti Tari tersenyum. BKalo nggak, gue nggak akan ngirimin lo !"!.B "endadak dia terdiam. B2o terima !"! gue nggak sih)B Ari terlihat kaget. Ditatapnya Tari lurus$lurus. BItu bukan !"! salah kirim)B tanyanya pelan. B1a nggak lah.B B1a ampun.....B Ari mendesah, bersamaan dengan kedua bahunya bergerak turun. B9ue kirain !"! salah kirim, Tar. Kenapa lo nggak ngirimin gue !"! lagi)B BKalo yang itu nggak dibales, ngapain gue ngirimin !"! lagi) 9ue kirain lo marah. +ggak mau maa3in gue. 5dah telat. !oalnya...B Tari terdiam. Kemudian suaranya melemah. B7aktu lo udah minta maa3 berkali$kali dan gue nggak mau denger.B BIya, sama. ,ertimbangan gue itu juga. 7aktu itu lo segitu marahanya, segitu bencinya ngeliat gue, jadi gue pikir nggak mungkin tu !"! buat gue. Kecuali kalo ada !"! susulan. Dan ternyata nggak.B Keduanya saling tatap. Tari hanya mampu bertahan sejenak. Kedua bola mata hitam yang menatapnya lurus$lurus kedalam manik matanya itu membuatnya jengah. Akhirnya ce#ek itu memalingkan muka ke arah lain. Ari jadi tersenyum geli. B"aa3 ya,B ucap Tari pelan, tapi dengan muka masih menata ke arah lain. Ari menahan senyumnya agar tidak berubah jadi ta#a. B2o minta maa3 sama siapa sih) ,ohon) Emang lo diapain)B Tari berdecak kesal. 7ajahnya kembali berpaling. B2o tuh emang suka cari gara$ gara deh.B Ta#a Ari meledak. !etelah ta#anya reda, kembali ditatapnya Tari dengan ekspresi serius. B9ue dimaa3in)B dia bertanya balik. B"akanya gue ngirim lo !"!,B Tari menja#ab manis. Ari tersenyum lebar. BElo emang pinter ngeles. Tapi...B kedua matanya menatap keseluruhan #ajah ce#ek di depannya itu dengan sorot menera#ang. BApa jadinya kalo elo nggak ada ya)B gumamnya lirih. BApa)B tanya Tari. B2o ngomong apa) 9ue nggak denger...B B+ggak.B Ari langsung geleng kepala. B1uk, pulang. 5dah sore.B Diraihnya satu tangan Tari dan ditariknya ce#ek itu sampai berdiri. 888 Ari menghentikan motornya di depan pagar rumah Tari. Dibantunya Tari turun dari boncengan motornya. B2angsung ke rumah Tante 2idya itu)B BIya.B Ari mengngguk. B"ama sama Ata tinggal di sana selama di Jakarta. 9ue penginnya sih ngajak ke rumah, tapi bokap belom tau.B BIya, jangan.B Tari mengangguk. B+anti malah kisruh. !atu$satu aja dikelarin.B Kalimat Tari itu membuat Ari menatapnya dengan sorot ganjil. BKenapa)B tanya Tari heran. Ari tak menja#ab. Tiba$tiba co#ok itu mengulurkan tangan kirinya, menyentuh belakang kepala Tari. !ambil menyondongkan tubuh, co#ok itu mendekatkan kepala Tari kearahnya. Dan sebelum Tari sempat menyadari, dia merasakan sebuah ciuman lembut di keningnya. !eketika ce#ek itu membeku. Ari menjauhkan kepalanya. 'ona merah padam di #ajah Tari dan ce#ek itu yang sekarang jadi sibuk menghindari tatapannya $tidak punya keberanian lagi untuk menatap langsung ke dalam matanya$ menghangatkan dada Ari. BIstirahat gih. 2o pasti capek. Tiga jam lebih nemenin gue di bandara,B ucapnya lembut. !ejenak diusap$usapnya kepala Tari. B9ue pamit dulu ya. !ampein salam gue buat nyokap lo.B "otor hitam Ari meluncur pergi. Tari terus memandang sampai motor itu menghilang, berbelok ke sebuah gang kecil di ujung jalan, dengan ciuman lembut yang terasa seperti tertinggal. 888 ,embicaraan itu menelan #aktu berjam$jam. -erpindah$pindah lokasi dari teras lalu ke ruang tamu, kemudian ke ruang keluarga dan berakhir di kamar tidur tamu. Di rumah Tante 2idya yang bagi kedua kembar itu adalah rumah kedua mereka. Dua anak tertua Tante 2idya $DKakak$kakakD kedua kembar itu dulu$ satu sudah bekerja, sementara yang satu kuliah di 1ogya. !ementara si bungsu, yang dulu masih tertatih$tatih berjalan, sekarang sudah duduk di bangku sekolah dasar. !epanjang pembicaraan itu, mama Ari nyaris tidak bisa mengalihkan tatapannya dari anak kembarnya yang baru saja berhasil dia temukan kembali. 1ang sembilan tahun lalu terpaksa harus dia tinggalkan. asil dari perjanjian yang berbelit, penuh dengan kemarahan dan pertengkaran hebat, serta benar$benar menguras emosi dan air mata. Tanpa sadar, bergantian, satu tangannya mengelus kepala Ari, merapikan rambutnya lalu mengacak$acaknya lagi, mengusap$ usap punggungnya. -ahkan berkali$kali #anita ini mencium dan memeluk anaknya yang dulu saat dia tinggalkan masih berupa anak laki$laki kecil, namun sekarang sudah menjadi laki$laki remaja. Tinggi besar seperti saudara kembarnya. !epanjang pembicaraan itu pula, Ari selalu berada di sebelah mamanya. !ebagian ji#anya yang tertahan pada usia delapan tahun keluar dan meretas sembilan tahun kehilangannya. "engengar sebagian ji#anya yang lain yang berkembang sesuai usianya. .o#ok itu duduk bersandar pada tubuh mamanya, tidak sadar bah#a sekarang sang mama lebih kecil darinya. "emeluk tubuh mamanya lalu meletakan kepala di salah satu bahunya. Ikut meminum teh manis hangat dari gelas yang sama meskipun untuknya sudah dibuatkan di gelas sendiri. "akan dari piring mamanya dan sendok yang dipakai mamanya pula. Dan semua hal$hal lain yang dilakukannya pada saat masih kecil dan mereka masih tinggal bersama. "enjelang pukul sebelas malam, Ari tertidur dengan kepala di pangkuan mamanya. Di sebelahnya, Ata sudah lebih dulu terlelap. 2elah dengan segala persiapan keberangkatan mendadak ke Jakarta ini, yang bahkan sudah dilakukan sejak kemarin siang. !ambil berkali$kali mengusap kedua matanya, mama Ari menatap kedua anak kembrnya yang tidur berdampingan itu. !etelah sekian lama, setelah begitu banyak usaha pencarian, air mata, keterpurukan dalam putus asa, doa$doa yang tak putus, akhirnya bisa dipeluknya lagi kedua anaknya ini. Akhirnya bisa melihat lagi keduanya tidur berdampingan. Kedua anaknya yang begitu sama dan serupa. Tak jauh dari tempat tidur, duduk di atas sebuah so3a yang sengaja ditarik dari ruang tamu, #anita yang menjadi sahabat karibnya bahkan sebelum kedua kembarnya ini hadir ke dunia, juga berkali$kali menghapus air matanya 8888 !E+I+ pagi, !"A Airlangga gempar. Kemunculan Ari bersama Ata seketika menggegerkan seisi sekolah. !emua mulut ternganga. !emua mata terbelalak selebar$lebarnya. -eberapa tetap berdiri di tempat mereka, dicengkeram ketersimaan. -eberapa membuntuti kedua kembar itu untuk meyakinkan bah#a memang betul$betul ada dua Ari, jadi ketidakberesan bukan terletak pada penglihatan mereka. -ahkan para guru, yang notabene sudah tahu sejak lama bah#a sis#a paling bermasalah itu memang mempunyai saudara kembar, sama syoknya. "ereka benar$benar tak menyangka bah#a sang saudara kembar itu ternyata begitu mirip dengan Ari. -ah#a keduanya ternyata benar$benar serupa satu sama lain. -enar$ benar sama/ Ketika Ari mengenalkan saudara kembarnya itu kepada setiap guru, sudah tentu dimulai dari kepala sekolah dan #akilnya, benar$ benar Ata harus berhenti cukup lama di depan setiap orang. Karena setiap guru, sambil terus menjabat tangannya erat$erat, menatapnya dengan ekspreri seolah$olah kembar adalah 3enomena alam yang amat sangat jarang terjadi, dan karanenya bisa dikategorikan sebagai keajaiban. Ata sampai kesal. B"ereka tuh belom pernah ngeliat anak kembar, ya)B bisiknya. Ari cuma tersemyum. B9ue balik deh. "ales banget. Diliatin terus, kayak tampang gue nggak mirip manusia aja.B B!ebentar lagi,B Ari langsung menahan. B2ima menit lagi bel upacara. 9ue belom ngenalin elo ke #ali kelas gue. 2o harus kenal dia.B BEmang kenapa)B Ari tak menja#ab. !eringai lebar tapi geli yang jadi pengganti ja#abannya membuat Ata memandangnya dengan curiga. :ero tidak sanggup menyembunyikan luapan kegembiraannya. Ata menatap dengan bingung saat ce#ek itu menyapanya dengn manis. BKenapa sih dia)B tanyanya pada Ari ketika :ero sudah pergi bersama gerombolannya. Ari cuma mengangkat alis dan menyembunyikan senyumnya. B2o tanya dia aja.B Ata cuma mendengus. -el berbunyi. Jam tujuh tepat. !eluruh sis#a keluar dari kelasnya masing$masing menuju tempat lapangan olahraga di depan sekolah. Ata pamit. -egitu banyak co#ok yang melambaikan tangan padanya atau menepuk bahunya. -egitu banyak ce#ek yang berdadah$dadah dengan ribut untuknya. "embuat Ata semakin mendapatkan kesan, Ari sepertinya selebriti di sekolah ini. -u !am datang terlambat. !atu hal yang cukup mencengangkan karena beliau sudah bisa dianggap sebagai pengganti jam, saking selalu on time untuk urusan apa pun. Dengan demikian ibu guru yang sangat militan untuk urusan ketaatan pada peraturan itu belum mengetahui perkembangan terakhir. "elihat Ata melenggang dengan santai di sepanjang trotoar depan sekolah, sementara semua sis#a yang lain bersiap$ siap mengikuti upacara bendera, sontak kedua mata -u !am melotot lebar. Tidak mengenakan seragam pula/ !egera dimintanya suaminya untuk menghentikan mobil. -egitu mobil berhenti, beliau langsung turun dan menghampiri Ata dengan langkah$langkah panjang. BAAK///B Ata berteriak keras saat sebuah telapak tangan memukul punggungnya keras$keras. Dia berbalik cepat. Jakarta memang sudah terkenal punya tingkat kriminalitas yang cukup tinggi. Tapi ini kele#atan. !eorang ibu menyerangnya dengan ganas tanpa alasan. Bebat kamu ya/)B -u !am berkacak pinggang. Dipelotntinya Ata tajam$tajam. B+ggak dengar kalau sudah bel/) Atau sengaja) Kalau kamu mau bolos kenapa datang ke sekolah) Kamu tuh emang senengnya nantang guru$guru, ya)B BIbu, saya..B Ata tidak punya kesempatan untuk bicara. Dengan geram -u !am mengulurkan tangan lalu mencubit satu lengan Ata keras$ keras. BAduuuh///B Ata memekik. ,ara sis#i yang berbaris di bagian belakang, tak jauh dari pagar sekolah, menyaksikan kejadian itu dengan ta#a geli. "uncul kesepakatan kolekti3 tanpa musya#arah untuk tidak memberitahu -u !am yang sebenarnya. -u !am menggelandang Ata, yang kiranya Ari, kembali ke sekolah. Dicengkeramnya satu lengan Ata kuat$kuat lalu ditariknya co#ok itu dengan paksa. BIbu, saya bukan Ari, -u. !aya Ata. !umpah demi Tuhan/B Entah sudah berapa kali Ata mengucapkan kalimat itu sejak dia diseret paksa dari trotoar depan sekolah tadi. -u !am tak mengacuhkan sama sekali. -eliau bukannya tidak mengetahui bah#a Ari punya saudara kembar. Tapi baik Ari maupun ayahnya tidak ada yang mengetahui keberadaan saudara kembar Ari itu dan ibu mereka sejak perpisahan itu. Jadi tidak mungkin dia ini bukan Ari. "emasuki gerbang, semakin banyak lagi senyum lebar dan ta#a geli yang menyaksikan adegan itu. ,ara guru tidak sempat menyelamatkan salah seorang kolega mereka itu. -u !am keburu menyeruak barisan kelas GF I,A C dari arah belakang. Diseretnya Ata ke barisan depan. Kali ini akan dibuatnya si -engal ini berdiri di baris terdepan, agar bisa tetap dia#asinya selama upacara berlangsung. "endadak langkah$langkah -u !am terhenti. 2e#at ekor mata, sepertinya dia melihat sosok yang sama. Dia menoleh dan seketika terperangah. Tak jauh di sebelah kirinya berdiri.... Ari juga/ Kali ini Ari tampil dalam balutan seragam putih abu$abu yang tersetrika rapi. -ukan jins biru belel dan kemeja putih lengan panjang yang digulung sampai siku seperti Ari yang tadi diseretnya. Tanpa sadar cekalan -u !am di lengan Ata terlepas. BTuh, kan) !aya nggak bohong, kan) !aya bukan Ari, -u,B ucap Ata kesal. Diusap$ usapnya lengannya yang terasa sakit. Ibu guru ini ternyata tenaganya kuat juga. Dengn #ajah masih terperangah, -u !am menatap Ari dan Ata bergantian. Dengan takjub dia harus mengakui bah#a nyaris tidak ada perbedaan 3isik di antara keduanya. -enar$benar serupa. !etelah berhasil menguasai diri, dengan terbuka -u !am meminta maa3 pada Ata. Juga memintanya untuk tetap di sekolah, menunggu sampai upacara selesai dengan alasan itu akan memberi e3ek yang baik untuk Ari. -egitu -u !am meninggalkan mereka, Ata langsung menoleh ke Ari. Ditatapnya saudara kembarnya itu dengan sorot tajam. B2o bermasalah, ya)B Ari cuma mengulum senyum. Dirangkulnya saudara kembarnya itu. ,agi itu upacara bendera tidak berjalan selancar biasanya, karena hampir semua mata sebentar$sebentar menatap bergantian ke dua sosok yang begitu sama dan serupa itu $Ari di lapangan dan Ata di depan ruang guru$ sehingga komandan upacara harus mengulangi intruksi le#at pengeras suara dengan suara keras pula. 8888 Epilog Tari keluar dari halaman rumahnya sepuluh menit lebih cepat dari pada biasanya. .e#ek itu nggak yakin dengan ja#aban$ ja#aban tugas kimia yang sudah dikerjakannya semalam. "akanya dia berangkat lebih pagi, supaya ja#abannya bisa dia cocokkan dengan ja#aban %io. BTari....B -ukan panggilan itu yang seketika menghentikan langkah Tari, tapi orang yang melakukan panggilan itu. Ditatapnya mulut gang sempit di sebelah kanannya, tempat panggilan itu berasal. "eskipun gaya berpakaian Ari sering kasual $celana jins dengan kaus atau kemeja$ semua orang bisa melihat seluruh benda yang melekat ditubuhnya berharga mahal. -erbeda dengan sosok ini. Dia terlihat kasual dalam arti yang sesungguhnya. !ecara keseluruhan pula. Juga karena $meskipun sosok ini begitu sama dan serupa$ ada atmos3er asing yang seketika begitu kuat. Detik itu juga Tari menyadari sosok ini bukanlah Ari. +amun, sama seperti pertemuan pertamanya dengan Ari dulu, ketika langsung di kenalinya sisi sebenarnya dari co#ok itu, kali ini hal yang sama juga langsung terjadi. 7ajah tanpa senyum tak jauh darinya bukan orang jahat. !ama sekali. Ata melangkah mendekati Tari lalu berdiri tepat di depannya. Dia tundukan kepala karena tinggi ce#ek itu tak melebihi bahunya. Kemudian ditatapnya Tari tanpa sedikit pun suara. Tatapan co#ok ini membuat Tari akhirnya berusaha merentang jarak dengan menjauhkan punggungnya ke belakang. Dengan kedua mata yang jadi menyipit karena bingung, dibalasanya tatapan kedua manik mata Ata yang sehitam saudara kembarnya. BKok kak Ata tau rumah gue)B B9ue tau dari Ari.B BAda apa)B tanya Tari pelan. BElo apes.B sebentuk senyum muncul di bibir Ata, mengiringi kalimat pendek itu. !ebentuk senyum yang bahkan apabila ditelusurinya semua kata yang ada di dalam kamus, tidak akan ada satu pun yang bisa digunakan untuk menjelaskan maknanya. !enyum ini tak terbaca. BApa maksud lo)B tanya Tari. Kedua matanya yang terus menatap Ata semakin menyipit. Ata tak langsung menja#ab. Dia menarik napas panjang lalu mengembuskannya dengan cara seperti sedang mencoba melepaskan sebongkah beban. B9ue akan, dengan sangat terpaksa, bikin lo sering nangis nanti,B ucapnya berat. Kedua mata Tari yang menyipit seketika membelalak lebar. BApa sih maksud lo)B desisnya, langsung jadi #as$#as. Ata tidak mengacuhkan pertanyaan itu. Dia lanjutkan ucapannya seolah$olah Tari tidak bertanya apa$apa. B"akanya gue mau minta maa3 dari sekarang.B BApa sih maksud lo)B ulang Tari dengan suara meninggi. Kedua matanya yang terus terarah lurus$lurus pada Ata kini di#arnai kebingungan, kecemasan, dan ketakutan. Ata tersenyum. !enyum tak terbaca itu lagi. B9ue bener$bener minta maa3,B bisiknya dengan nada sesal. BTapi apa pun yang gue lakukan ke elo nanti, kalo bisa gue perlunak, akan gue perlunak. Juga kalo bisa gue hindari, akan gue hindari. Tapi kalo nggak....B sepasang bola mata sepekat jelaga itu mengerjap lambat. BTolong lo inget, gue bener$bener terpaksa.B BAa.....B karena benar$benar bingung, Tari hanya sanggup membuka mulutnya tanpa kesanggupan lagi untuk mengeluarkan satu pun kata. Ata melihat jam tangannya. B!ebentar lagi Ari dateng. Dia mau jemput elo. Jangan bilang kalo elo ketemu gue. &ke)B Ditepuk$ tepuknya satu bahu Tari, kemudian balik badan dan pergi. Kesadaran Tari yang melayang langsung kembali. BKak Ata, apaan sih/)B serunya seketika. !eruannya sia$sia. 2angkah$langkah panjang Ata menelan jarak dengan cepat dan tikungan gang sempit itu pun segera melenyapkan tubuh tingginya. Tari menatap gang yang kini kosong itu dengan mulut yang kembali ternganga. Dia betul$betul tidak mengerti. 1ang pasti, pembicaraan tadi membuatnya betul$betul cemas. BTar....B ,anggilan yang benar$benar dari belakang punggungnya itu membuat Tari terlonjak kaget. !eketika dia memutar tubuh. Ternyata Ari telah berada tepat di belakangnya. Di atas motor hitamnya yang mesinnya menyala. BAda apa)B .o#ok itu langsung menyadari ada sesuatu yang tak beres. B"mm..... itu....B Dengan bingung Tari menoleh ke gang sempit tempat Ata belum lama menghilang, lalu kembali menoleh ke Ari, lalu ke gang sempit itu lagi, lalu kembali ke Ari lagi. ,ertemuan yang benar$benar tak terduga dengan kembar identik Ari itu, ditambah pembicaraan singkat mereka yang sungguh$ sungguh membingungkan, membuat Tari tak bisa menjelaskan apa$apa. !ama sekali bukan karena Ata telah melarangnya untuk bicara tadi. B+ggak. +ggak ada apa$apa.B Akhirnya dia gelengkan kepala. B1akin)B Ari bertanya dengan kedua mata sesaat terarah ke gang sempit itu. BIya.B Tari mengangguk. Tak lama keningnya mengerut. -aru benar$benar disadarinya kehadiran Ari di belakangnya. BEmang siapa yang minta di jemput sih)B Ari mengambil jaket putihnya yang dia letakan di atas tengki bensin. Diraihnya satu tangan Tari lalu diletakannya jaket itu dengan cara yang membuat Tari terpaksa membuka telapak tangannya. B1ang pegang komando itu gue. Jadi gue nggak perlu iAin,B ucapnya, santai tapi tandas. B,ake. Terus naik, cepet. 5dah jam setengah tujuh kurang dua puluh menit.B BElo tuh kebiasaan banget ya, suka merintah$merintah orang.B Tari menatapnya dengan pandang agak kesal. BKarena emang gue yang punya kuasa, kan) 2o lupa)B Ari mengangkat sedikit kedua alisnya. Tersenyum tipis. Tari berdecak. B1a udah, buruan berangkat deh. "ales banget dengernya,B gerutunya sambil menggunakan jaket putih itu. Ari tersenyum geli. Diulurkannya satu tangannya ke belakang untuk membantu ce#ek itu naik. !etelah keduanya pergi, Ata keluar dari balik dinding yang selama ini menghalanginya dari pandangan. Ditatapnya jalanan yang kini kosong. Dipaksa untuk menatap realitas hidup sejak bertahun$tahun lalu, dalam usia yang bahkan amat sangat belia, co#ok itu dengan cepat bisa merasakan akan datangnya badai. 'ekonsiliasi ini sama sekali bukan happy ending seperti dalam sinetron dan 3ilm$3ilm. ,ertemuan kembali ini mungkin akan jauh lebih menyakitkan daripada kebersamaan yang dipenggal mendadak sembilan tahun lalu itu. Akan ada banyak air mata yang jatuh. Akan ada sayatan untuk begitu banyak hati yang sudah lama tidak utuh. Akan ada letup emosi. Akan ada luap amarah dan caci maki. Dan akan ada teramat banyak tikaman luka dan sakit hati. Karena itu, seandainya bisa, benar$benar ingin dijauhkannya Tari dari semua itu. Karena empat orang sudah terlalu banyak. Karena jika tidak mampu untuk ikhlas, luka hati adalah kegelapan dan amarah adalah pedang. -uta, tak peduli mereka yang dihadapi adalah orang$orang yang pernah berbagi cinta dan ta#a. Dulu sekali. +amun, begitu diketahuinya Tari menyandang nama yang sama dengan dirinya, Ata segera menyadari dia harus melepaskan niatnya itu. 9adis itu telah termaterai. Dia ditakdirkan untuk terpuruk, dilukai, menangis, mencoba bangkit, terjatuh lagi, berkali$kali. ingga sampai di ujung nanti, yang entah akan menelan berapa banyak jam dan hari, bersama dirinya dan saudara kembarnya. NNN Kisah Ari, Tari, dan Ata belum berakhir. 888 .uplikan Jingga untuk "atahari Tari terus gelisah. Apa maksud Ata akan membuatnya lebih banyak menangis) .e#ek itu juga bingung, karena pada saat rasa sayangnya untuk Ari mulai tumbuh, Angga muncul lagi dan kembali mendekatinya. !ementara itu :ero, ketua 9eng The !cissors di !"A Airlangga, sepertinya nggak rela Tari hidup tenang. 2alu, terungkapkah apa yang menjadi alas an Angga begitu dendam pada Ari) Tunggu kelanjutannya dalam buku terakhir trilogi (Jingga dan !enja* Jingga untuk "atahari TA"AT