You are on page 1of 26

PRESENTASI KASUS

SEORANG LAKI-LAKI 60 TAHUN


DENGAN TETRAPARESE








Oleh:
Ferika Brillian S G99131084
Dicky Budi Nurcahya G99131032
Diwiasti F Yasmin G99131034
Antonius Bagus Budi G99131019
Annisa Budiastuti G99131017
Hanifah Astrid E G99131041
Nimas Ayu Suri P G99131057
Pratiwi Prasetya P G99131064
Irene Yunita P G99131043
Bobbi Juni S G99131024

Pembimbing:
dr. Suratno, SpS (K)


KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT SYARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2014
2

BAB I
STATUS PENDERITA

I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.P
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kambangrejo 03/02 Bedingin Sambit
Ponorogo Jawa Timur
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
No. RM : 01238305
Tanggal Masuk RS : 15 Januari 2014
Tanggal Pemeriksaan : 18 Januari 2014
Dokter yang merawat : dr. Nindy

B. Keluhan Utama
Kelemahan keempat anggota gerak

C. Riwayat Penyakit Sekarang
Tujuh bulan SMRS pasien terpeleset saat pasien membawa karung
pupuk dengan dipanggul pada tengkuk. Setelah kejadian, pasien
mengeluh leher kaku, kesemutan pada jari-jari tangan kiri yang
dirasakan semakin memberat dan disusul keluhan yang sama pada jari-
jari tangan kanan. Pasien masih bisa aktivitas.
Dua bulan SMRS pasien mengeluh kesemutan semakin bertambah
dan menjalar sampai telapak tangan, dan lengan bawah bagian
belakang. Kedua tungkai mulai terasa lemah terutama tungkai kanan
3

sehingga pasien berjalan dengan diseret. Antara tungkai kanan dan kiri
masih terasa kuat yang kiri.
Satu bulan SMRS pasien mulai tidak bisa menggerakkan kedua
tungkai dan kedua pergelangan tangan. Pasien Pasien juga
mengeluhkan tidak bisa BAB dan BAK sejak 1 bulan terakhir. Pusing (-
), mual (-), muntah (-), Kejang (-).
Pasien berobat ke poli saraf Dr Moewardi kemudin dilakukan
pemeriksaan MRI di RS DR Oen. merasa kebas mulai siku kanan kiri
ke bawah dan dada sampai ujung jari kaki kanan dan kiri.

D. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat tekanan darah tinggi : (+) sejak 10 tahun SMRS namun
tidak rutin kontrol dan minum obat.
2. Riwayat mondok : operasi Thyroid tahun 2007 di RSUD
Madiun
3. Riwayat penyakit gula : disangkal
4. Riwayat sakit jantung : disangkal
5. Riwayat stroke/ TIA : disangkal
6. Riwayat trauma : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat tekanan darah tinggi : (+) Ibu pasien
2. Riwayat penyakit gula : disangkal
3. Riwayat sakit jantung : disangkal

F. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat minum obat : disangkal
2. Riwayat merokok : (+) sejak 10 tahun terakhir, 1
bungkus rokok setiap hari
3. Riwayat minum alkohol : disangkal

4

G. Riwayat Gizi
Pasien makan 2-3 kali sehari. Pasien makan nasi dengan lauk pauk
tempe, tahu, ikan. Pasien jarang makan sayur dan buah-buahan.
H. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai pedagang dengan setiap harinya tidak menentu.
Pasien memiliki seorang istri, dua orang anak dan satu cucu yang
tinggal dalam satu rumah. Pasien berobat dengan menggunakan fasilitas
BPJS Kesehatan.

ANAMNESIS SISTEM
Anamnesis sistem dilakukan tanggal 18 Januari 2014.
a. Sistem saraf pusat : nyeri kepala (-), kejang (-)
b. Sistem Indera
- Mata : berkunang - kunang (-), pandangan dobel (-),
penglihatan kabur (-), pandangan berputar (-)
- Hidung : mimisan (-), pilek (-)
- Telinga : pendengaran berkurang (-), telinga berdenging (),
keluar cairan (-), darah (-), nyeri (-)
c. Mulut : sariawan (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-),
gigi tanggal (-), gigi goyang (-), bicara pelo (-)
d. Tenggorokan : sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-)
e. Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), batuk darah (-), mengi
(-) tidur mendengkur (-)
f. Sistem kardiovaskuler : sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-),
berdebar-debar (-)
g. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), tidak
bisa BAB (+), perut sebah (-), mbeseseg (-),
kembung (-), nafsu makan berkurang (-), ampek
(-)
h. Sistem muskuloskeletal : nyeri (-), nyeri sendi (-), kaku (+)
i. Sistem genitourinaria : mengompol (-), tidak bisa kencing (+),
5

j. Ekstremitas atas : luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-),
kesemutan (+/+), bengkak (-), kelemahan
(+/+), sakit sendi (-), panas (-) berkeringat (-)
k. Ekstremitas bawah : luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-),
kesemutan (+/+), sakit sendi lutut kiri (-),
kelemahan (+/+)
l. Sistem neuropsikiatri : kejang (-), gelisah (-), mengigau (-), emosi tidak
stabil (-)
m. Sistem Integumentum : kulit sawo matang, pucat (-), kering (-).

A. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : sakit sedang, gizi kesan cukup
Vital sign
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36,6 C
VAS : 4

Status Neurologis
a. Kesadaran : GCS E
4
V
5
M
6

b. Fungsi luhur : dalam batas normal
c. Fungsi vegetatif : retensi urine et alvi
d. Fungsi sensorik :
Level Dextra Sinistra
C5-S1 Hipoestesi Hipoestesi
e. Fungsi motorik dan reflek :
Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologis
3/4/4 4/4/3 N N +2 +2 - -

1/1/1 1/1/1 N N +2 +2 - -
6

f. Nervus Cranialis
1. N. I : dalam batas normal
2. N. II : dalam batas normal
3. N. III, IV, VI : refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm),
4. N. V : refleks kornea (+/+)
5. N.VII : dalam batas normal
6. N. VIII : dalam batas normal
7. N. IX : gag refleks (+)
8. N. X : gag refleks (+)
9. N.XI : dalam batas normal
10. N. XII : dalam batas normal

i. Meningeal Sign
- Kaku kuduk : (-)
- Tanda Brudzinski I : (-)
- Tanda Brudzinski II : (-)
- Tanda Brudzinski III : (-)
- Tanda Brudzinski IV : (-)
- Tanda Kernig : (-/-)

j. Provokasi test
- Laseque : (-/-)
- Patrick : (-/-)
- Contra Patrick : (-/-)







7

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium Darah 15 Januari 2014
16/11/2013 Satuan Nilai rujukan
Hb 11.0 gr/dL 13,5-17,5
Hct 33 % 33-45
AE 3.51 10
6
/ul 4,5-11.0
AL 9.0 10
3
/uL 4.5-11.0
AT 219 10
3
/uL 150-450
Golongan Darah A
GDS 111 mg/dL 60-140
SGOT 20 u/l 0-35
SGPT 29 u/l 0-45
Ureum 41 mg/dL 10-50
Kreatinin 0.9 mg/dL 0,9-1,3
Na
+
133 Mmol/L 136-145
K
+
4,0 Mmol/L 3,5-5,1
Cl
-
102 Mmol/L 98-106
HbsAg Reactive
Laju Endap Darah 1 jam 104 mm/jam 0-15
Anti Hbc Total Positif Negatif
Prostat Specific Antigen 13.20 ng/mL 0.00-4.50
CEA <0.50 ng/mL <3
AFP <0.50 IU/ml <5.81
Anti TB Negative negatif






8

2. Pemeriksaan EKG

Irama : sinus
Rate : 89 x/menit
Axis : normo aksis

3. CT scan cervical

Kesan: Tampak destruksi pada corpus V cervical VI
DD: Proses metastase / malignancy


9

4. MRI Cervical

Kesan:
Fraktur compresi corpus VC 6 disertai abscess epidural level VC 5 VC 7
mengakibatkan total stenosis spinal canal dengan extensi abscess ke neural
foramen C5-6 ; C6-7 serta infiltrasi abscess ke epidural level craniovertebral
junction dengan abnormality bone marrow corpus VC2; C4; C5; C6; C7; Th1
suspect spondylodiscitis TB. DD: Metastasis spine
Annular bulging diskus C3-4 dengan indentasi thecal sac spinal canal dan foramen
neuralis tak tampak iritasi radix. Suspect infark myelum level VC 4 sampai 6.
DD: edema myelum.







10

C. RESUME
Tujuh bulan SMRS pasien terpeleset saat pasien membawa karung pupuk
dengan dipanggul pada tengkuk. Setelah kejadian, pasien mengeluh leher kaku,
kesemutan pada jari-jari tangan kiri yang dirasakan semakin memberat dan
disusul keluhan yang sama pada jari-jari tangan kanan. Pasien masih bisa
aktivitas.
Dua bulan SMRS pasien mengeluh kesemutan semakin bertambah dan
menjalar sampai telapak tangan, dan lengan bawah bagian belakang. Kedua
tungkai mulai terasa lemah terutama tungkai kanan sehingga pasien berjalan
dengan diseret. Antara tungkai kanan dan kiri masih terasa kuat yang kiri.
Satu bulan SMRS pasien mulai tidak bisa menggerakkan kedua tungkai dan
kedua pergelangan tangan. Pasien merasa kebas mulai siku kanan kiri ke bawah
dan dada sampai ujung jari kaki kanan dan kiri. Pasien juga mengeluhkan tidak
bisa BAB dan BAK sejak 1 bulan terakhir. Pusing (-), mual (-), muntah (-),
Kejang (-). Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, tetapi
tidak terkontrol. Pasien juga memiliki riwayat operasi thyroid 7 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70mmHg, Nadi
78x/menit, RR 18x/menit, Suhu 36,6 C. Pemeriksaan kekuatan motorik terdapat
penurunan kekuatan motorik pada keempat ekstremitas atas dan bawah,
Pemeriksaan sensorik terdapat penurunan sensorik pada ekstremitas atas dan
bawah. Pemeriksaan nervus kranialis tidak terdapat parese.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan HbsAg reaktif, anti HbC total
positif. Pada CT scan cervical kesan tampak destruksi pada corpus V cervical VI.
Pada MRI cervical kesan fraktur compresi corpus VC 6 disertai abscess epidural
level VC 5 VC 7.

D. ASSESMENT
K: Tetraparese spastik UMN, retensi urine et alvi
T: Cervical
E: Destruksi vertebra cervical e/c susp. metastase bone disease dd spondilitis
TB
11

E. PENATALAKSANAAN
1. Infus NaCl 0.9% 20 tpm
2. Injeksi aminovel 1 flab/24 jam
3. Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam
4. Injeksi Vit B1 100mg/12 jam
5. Injeksi Dexamethason 5 mg/12 jam

F. PLANNING
Konsul rehab medik
Konsul bedah ortho

G. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
















12

FOLLOW UP
Tanggal 16 Januari 2014
Keluhan : tangan dan kaki masih terasa lemah
Status Generalis
Keadaan umum : sakit sedang, gizi kesan cukup
Vital sign : TD : 160/100 mmHg RR : 20 x/menit
Nadi : 88 x/menit Suhu : 36,5 C
Status Neurologis
Kesadaran : GCS E
4
V
5
M
6

Fungsi luhur : Dalam batas normal
Fungsi vegetatif : retensi urine et alvi
Fungsi sensorik : setinggi dermatom C-3
Fungsi motorik dan reflek :
Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologis
4/4/3 4/4/3 N N +2 +2 - -

1/1/1 1/1/1 N N +2 +2 - -

Nervus Cranialis
N. I : Dalam batas normal
N. II, III : pupil isokor (3mm/3mm), RCL (+/+), RCTL (+/+)
N. III, IV, VI : pergerakan bola mata dalam batas normal
N. V : refleks kornea (+/+)
N.VII : Dalam batas normal
N. VIII : Dalam batas normal
N. IX : gag refleks (+), Dalam batas normal
N. X : gag refleks (+), Dalam batas normal
N.XI : Dalam batas normal
N. XII : Dalam batas normal
Meningeal Sign
- Kaku kuduk : (-)
- Tanda Brudzinski I : (-)
13

- Tanda Brudzinski II : (-)
- Tanda Brudzinski III : (-)
- Tanda Brudzinski IV : (-)
- Tanda Kernig : (-)
Assesment
K : tetraparesis spastik UMN, retensi urine et alvi,
T : cervical
E : destruksi vertebrae cervical ec susp. Metastase bone disease dd
spondilosis TB
Terapi
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Injeksi aminofel 1fl/24jM
Injeksi ranitidine 50mg/12jam
Injeksi vitamin B
1
100mg/24jam
Injeksi dexametason 10mg/6jam
Injeksi streptomycin 1gr/24jam
Amitriptilin 2x12,5mg Per Oral
Amlodipine 1x10mg Per Oral
Rimfampycin 2x300mg Per Oral
INH 1x300mg Per Oral
Pirazinamid 1x1000mg Per Oral
Plan
USG Urologi dan Abdomen (prostat)
Konsultasi Rehap Medik

Tanggal 18 Januari 2014
Keluhan : sulit tidur dan kaki kesemutan
Status Generalis
Keadaan umum : sakit sedang, gizi kesan cukup
Vital sign : TD : 150/100 mmHg
Nadi : 60 x/menit
14

RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
Status Neurologis
Kesadaran : GCS E
4
V
5
M
6

Fungsi luhur : Dalam batas normal
Fungsi vegetatif : retensi urine et alvi
Fungsi sensorik : setinggi dermatom C-3
Fungsi motorik dan reflek :
Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologis
4/4/3 4/4/3 N N +2 +2 - -

1/1/1 1/1/1 N N +2 +2 - -

Nervus Cranialis
N. I : Dalam batas normal
N. II, III : pupil isokor (3mm/3mm), RCL (+/+), RCTL (+/+)
N. III, IV, VI : pergerakan bola mata dalam batas normal
N. V : refleks kornea (+/+)
N.VII : Dalam batas normal
N. VIII : Dalam batas normal
N. IX : gag refleks (+), Dalam batas normal
N. X : gag refleks (+), Dalam batas normal
N.XI : Dalam batas normal
N. XII : Dalam batas normal
Assesment
K : tetraparesis spastik UMN, retensi urine et alvi
T : cervical
E : destruksi vertebrae cervical ec susp. Metastase bone disease dd
spondilosis TB
Terapi
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Injeksi aminofel 1fl/24jM
15

Injeksi ranitidine 50mg/12jam
Injeksi vitamin B
1
100mg/24jam
Injeksi dexametason 10mg/6jam
Injeksi streptomycin 1gr/24jam
Amitriptilin 2x12,5mg Per Oral stop
Amlodipine 1x10mg Per Oral
Alprazolam 0-0-1 K/P
Plan
Tunggu rencana dari bedah orthopaedi

Tanggal 20 Januari 2014
Keluhan : -
Status Generalis
Keadaan umum : sakit sedang, gizi kesan cukup
Vital sign : TD : 140/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,5 C
Status Neurologis
Kesadaran : GCS E
4
V
5
M
6

Fungsi luhur : Dalam batas normal
Fungsi vegetatif : retensi urine et alvi
Fungsi sensorik : setinggi dermatom C-3
Fungsi motorik dan reflek :
Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologis
4/4/3 4/4/3 N N +2 +2 - -

1/1/1 1/1/1 N N +2 +2 - -

Nervus Cranialis
N. I : Dalam batas normal
N. II, III : pupil isokor (3mm/3mm), RCL (+/+), RCTL (+/+)
16

N. III, IV, VI : pergerakan bola mata dalam batas normal
N. V : refleks kornea (+/+)
N.VII : Dalam batas normal
N. VIII : Dalam batas normal
N. IX : gag refleks (+), Dalam batas normal
N. X : gag refleks (+), Dalam batas normal
N.XI : Dalam batas normal
N. XII : Dalam batas normal
Assesment
K : tetraparesis spastik UMN, retensi urine et alvi
T : cervical
E : destruksi vertebrae cervical ec susp. Metastase bone disease dd
spondilosis TB
Terapi
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Injeksi aminofel 1fl/24jM
Injeksi ranitidine 50mg/12jam
Injeksi vitamin B
1
100mg/24jam
Injeksi dexametason 10mg/6jam
Amlodipine 1x10mg Per Oral

Tanggal 22 Januari 2014
Keluhan : -
Status Generalis
Keadaan umum : sakit sedang, gizi kesan cukup
Vital sign : TD : 150/100 mmHg
Nadi : 60 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
Status Neurologis
Kesadaran : GCS E
4
V
5
M
6

17

Fungsi luhur : Dalam batas normal
Fungsi vegetatif : retensi urine et alvi
Fungsi sensorik : setinggi dermatom C-3
Fungsi motorik dan reflek :
Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologis
4/4/3 4/4/3 N N +2 +2 - -

1/1/1 1/1/1 N N +2 +2 - -

Nervus Cranialis
N. I : Dalam batas normal
N. II, III : pupil isokor (3mm/3mm), RCL (+/+), RCTL (+/+)
N. III, IV, VI : pergerakan bola mata dalam batas normal
N. V : refleks kornea (+/+)
N.VII : Dalam batas normal
N. VIII : Dalam batas normal
N. IX : gag refleks (+), Dalam batas normal
N. X : gag refleks (+), Dalam batas normal
N.XI : Dalam batas normal
N. XII : Dalam batas normal
Assesment
K : tetraparesis spastik UMN, retensi urine et alvi
T : cervical
E : destruksi vertebrae cervical ec susp. Metastase bone disease dd
spondilosis TB
Terapi
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Injeksi aminofel 1fl/24jM
Injeksi ranitidine 50mg/12jam
Injeksi vitamin B
1
100mg/24jam
Injeksi dexametason 10mg/6jam
Amlodipine 1x10mg Per Oral
18

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Dermatom
Dermatom adalah area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf
spinalis. Ada 8 saraf servikal, 12 saraf torakal, 5 saraf lumbal dan 5 saraf
sakral. Masing masing saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang
dipersarafinya ke otak. Sepanjang dada dan perut dermatom seperti tumpukan
cakram yang dipersarafi oleh saraf spinal yang berbeda. Sepanjang lengan dan
kaki, pola ini berbeda karena dermatom berjalan secara longitudinal sepanjang
anggota badan.
1. Manfaat Klinik
Dermatom sangat bermanfaat dalam bidang neurologi untuk
menemukan tempat kerusakan saraf-saraf spinalis. Karena kesakitan
terbatas dermatom adalah gejala bukan penyebab dari dari masalah yang
mendasari, operasi tidak boleh sekalipun ditentukan oleh rasa sakit. Sakit
di daerah dermatom mengindikasikan kekurangan oksigen ke saraf seperti
yang terjadi dalam peradangan di suatu tempat di sepanjang jalur saraf.
Virus yang menginfeksi saraf tulang belakang seperti infeksi herpes
zoster, dapat mengungkapkan sumbernya dengan muncul sebagai lesi pada
dermatom tertentu. Herpes zoster merupakan virus yang dormant di dalam
ganglion dorsalis, bermigrasi sepanjang saraf spinalis dan hanya
mempengaruhi daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf tempat virus
tersebut menetap. Gejala biasanya unilateral tetapi dalam keadaan
kekebalan tubuh menurun, mereka lebih cenderung menjadi bilateral dan
simetris, yang berarti bahwa virus ada pada kedua ganglia dari ganglion
dorsalis.




19

2. Peta Dermatom
a. Segmen Cervical 2 (C2) sampai Cervical 4 (C4)
Dermatom C2 meliputi tengkuk dan bagian superior cervical. C3
meliputi bagian inferior cervical hingga ke klavikula. C4 meliputi area
tepat di bawah klavikula.
b. Segmen Cervical 5 (C5) sampai Thoracal 1 (T1)
Dermatom ini semua terletak di lengan. C5 meliputi lengan bagian
lateral dansuperior siku. C6 meliputi lengan bawah dan radius (ibu jari).
C7 meliputi jari tengah, C8 meliputibagian lateral tangan, dan T1
mencakup sisi medial lengan bawah.
c. Segmen Thoracal 2 (T2) sampai Thoracal 12 (T12)
Segmen thoraks ini mencakup aksilla dan daerah dada.
d. Segmen Lumbal 1 (L1) sampai Lumbal 5 (L5)
Dermatom kulit yang mewakili daerah pinggul dan daerah inguinal
dipersarafi oleh L1. L2 dan L3 mencakup bagian anteriorfemur. L4 dan
L5 mencakup bagian medial dan lateral kaki bagian bawah.
e. Segmen Sacral 1 (S1) sampai Sacral 5 (S5)
S1 meliputi tumit dan kaki tengah bagian belakang. S2 menutupi bagian
belakang femur. S3 menutupi sisi medial dari gluteus dan S4-S5
meliputi daerah perineum.

Gambar 1. Dermatom Kepala dan Leher
20


Gambar 2. Dermatom Batang Tubuh

Gambar 3. Dermatom Ekstremitas Atas dan Bawah
21

B. Lesi Medulla Spinalis
1. Anatomi Medulla Spinalis
Medulla spinalis merupakan struktur berbentuk silinder yang
berdiameter kurang dari 2 cm dan terdiri dari bagian putih (substansia
alba) dan bagian abu-abu (substansia grisea). Medulla spinalis berada
dalam kanalis sentralis vertebra yang dikelilingi oleh collum vertebra.
Memanjang dari foramen magnum yang berada di dasar tengkorak sampai
setinggi L1-L2 yang disebut conus medullaris. Di bawah tingkat ini
lumbar sac (theca) hanya mengandung filamen serabut saraf yang disebut
cauda equina (Baehr et al., 2005).
Medulla spinalis diselubungi oleh 3 selaput meningen, yang
merupakan lanjutan dari selaput yang menyelubungi otak. Piamater
melekat pada medulla spinalis, duramater dan arachnoidmater (tanpa
pembuluh darah) memanjang secara kaudal sampai setinggi S5 yang
kemudian bergabung dengan fillum terminale membentuk ligamentum
coccygea.
Medulla spinalis menerima input melalui nervus perifer dari bagian
tubuh dan melalui traktus descenden dari otak kemudian memproyeksikan
output melalui saraf perifer ke bagian tubuh dan melalui traktus ascenden
ke otak (Noback et al., 2005).

Gambar 4. Medulla Spinalis
22

2. Etiologi Lesi Medulla Spinalis
Berdasarkan etiologinya, lesi pada medulla spinalis dapat dibagi
menjadi 2, yaitu lesi traumatik dan non traumatik.
a. Lesi Medulla Spinalis Traumatik
Tekanan mendadak yang menyebabkan fraktur, dislokasi, kompresi
pada tulang belakang dapat menyebabkan lesi traumatis. Tembakan
maupun luka senjata tajam juga dapat menyebabkan lesi traumatis pada
tulang belakang. Komplikasi trauma seperti perdarahan, pembengkakan,
peradangan dan penumpukan cairan di dalam atau dekat medulla spinalis
sering menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Trauma juga dapat terjadi
secara progresif (kronis) seperti mengangkat beban yang berat dalam
waktu yang lama.
b. Lesi Medulla Spinalis Non Traumatik
Lesi ini bukan disebabkan oleh gaya fisik eksternal. Faktor
penyebabnya mencakup penyakit motor neuron, myelopati spondilotik,
infeksi, inflamasi, penyakit vaskuler, neoplasma, kondisi toksik dan
metabolik, serta kelainan kongenital dan perkembangan.
1) Spondylitis
Spondylitis merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat
kronik destruktif. Penyebab yang paling sering adalah bakteri
mycobacterium tuberculosa. Gejala klinis yang timbul berupa:
- Nyeri pinggang atau punggung
- Nyeri tekan lokal disertai spasme otot
- Abses paravertebra
- Gibbus bila ada kompresi vertebra
- Parestesi dan kelemahan pada ekstremitas inferior
2) Hernia Nucleus Pulposus
Merupakan suatu keadaan dimana sebagian atau seluruh bagian
dari nukleus pulposus mengalami penonjolan ke dalam canalis
spinalis sehingga menyebabkan penekanan pada radiks spinalis
23

atau cauda equina. Tanda dan gejala yang dapat ditimbulkan
mencakup:
- Hipoestesi
- Nyeri tulang belakang
- Paresis
- Inkontinensia urin et alvi
3) Metastatik Bone Disease
Metastase tulang merupakan komplikasi yang sering
ditemukan pada penderita kanker, terutama disebabkan dari kanker
paru, payudara, dan prostat. Metastase tulang dapat menyebabkan
nyeri hebat, fraktur patologis, dan kompresi spinal cord yang dapat
mengancam jiwa.
Beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya metastase kanker
ke tulang yaitu:
- Aliran darah yang banyak pada sumsum tulang.
- Tulang merupakan sumber dihasilkannya faktor-faktor
pertumbuhan (transforming growth factor, insulin like growth
factor, fibroblast growth factor, platelet derived growth factor,
bone morphogenic protein, dan kalsium). Faktor-faktor ini
dihasilkan dan teraktivasi pada proses resorpsi tulang dan
merupakan tanah yang subur untuk pertumbuhan sel kanker
(seed and soil hypothesis).

3. Level Lesi Medulla Spinalis
Cedera tulang belakang bervariasi dalam lokasi dan tingkat
keparahannya. Level neurologis adalah segmen paling kaudal dari medulla
spinalis yang masih ditemukan sensoris dan motoris normal di kedua sisi
tubuh. Penentuan dari level cedera pada dua sisi adalah penting. Terdapat
perbedaan yang jelas antara lesi di bawah dan di atas T1. Cedera pada
segmen cervical di atas T1 menyebabkan tetraplegi dan bila di bawah level
T1 menghasilkan paraplegi. Level tulang vertebra yang mengalami
24

kerusakan menyebabkan cedera pada medulla spinalis. Level kelainan
neurologis dari cedera ini ditentukan hanya dengan pemeriksaan klinis.
Kadang-kadang terdapat ketidakcocokan antara level tulang dan
neurologis disebabkan nervus spinalis memasuki kanalis spinalis melalui
foramina dan naik atau turun di dalam kanalis spinalis sebelum betul-betul
masuk ke dalam medulla spinalis.
Tingkat keparahan lesi ini diklasifikasikan sebagai lesi komplit, yaitu
jika hampir semua gerakan dan sensasi di bawah tingkat cedera hilang,
atau lesi inkomplit, yaitu jika sebagian gerakan dan sensasi masih dapat
dirasakan.
a. Level Sensorik
Level sensorik ditentukan melalui dermatom dengan masing-masing
segmen medulla spinalis yang menginervasi bagian kulit spesifik.
Distribusi dermatom ini relatif mudah, kecuali pada tungkai. Di
lengan, serviks dermatom C5 ke T1 tersusun dari radial proksimal (C5)
ke distal (C6-8) dan medial proksimal (T1). Pada bagian kaki-kaki, L1
untuk L5 dermatom menutupi bagian depan kaki dari proksimal ke
distal sedangkan dermatom sakral menutupi bagian belakang kaki.
Level sensoris menunjukkan ke arah segmen bagian kaudal medula
spinalis dengan fungsi sensoris yang normal pada kedua bagian tubuh.
b. Level Motorik
Terdapat 10 kelompok otot yang merepresentasikan inervasi motorik
medulla spinalis segmen cervical dan lumbosacral. C5
merepresentasikan otot fleksor siku (musculus biceps), C6 untuk
ekstensor pergelangan tangan, C7 untuk ekstensor siku (musculus
triceps), C8 untuk fleksor jari-jari (musculus flexor digiti), dan T1
untuk abduktor kelingking (musculus abductor digiti minimi). Adapun
otot-otot kaki merepresentasikan segmen lumbal. L2 untuk fleksor
panggul (musculus psoas), L3 untuk ekstensor lutut (musculus
quadriceps), L4 untuk dorsifleksor pergelangan kaki (musculus tibialis
anterior), L5 untuk ekstensor jari telunjuk kaki (musculus hallucis
25

longus), dan S1 untuk fleksor plantar pergelangan kaki (musculus
gastrocnemius). Sfingter ani diinervasi oleh medulla spinalis segmen
S4-5 dan merepresentasikan akhir dari medulla spinalis. Sfingter ani
merupakan batas kritis dari pemeriksaan medulla spinalis. Level
motoris dinyatakan seperti sensoris, yaitu daerah paling kaudal di
mana masih dapat ditemukan motoris dengan kekuatan 3/5 pada lesi
komplit.




26

DAFTAR PUSTAKA

Kishner S and Ramachandran TS. 2013. Dermatomes Anatomy.
http://emedicine.medscape.com/article/1878388-
overview#showall (akses 22 Januari 2014)

Young, Wise. 2014. Spinal Cord Injury Level and Classification.
http://www.travisroyfoundation.org/resources/spinal-cord-
injury-levels-classification (akses 22 Januari 2014)

Noback CR, Strominger NL, Demarest RJ. 2005. The Human Nervous
System-Structure and Function. Sixth Edition. New Jersey:
Humana Press Inc

Baehr M, Frotscher MD. 2005. Tipical Diagnosis in Neurology. 4th
Edition. New York: Thieme

You might also like