You are on page 1of 107

1.

Recovery, Evacuating (Vacuum), and Charging




LANGKAH 1:
Mendinginkan Tangki Penyimpan Refrigeran untuk Proses Persiapan Recovery
1. Pasang power plug pada recovery ke jala2 listrik yg sesuai lalu Buka katup V5, V6, V8 dan V9
2. Hidupkan power recovery. Perlahan atur V6 sehingga didapat perbedaan tekanan sekitar 7 bar
(102 psi). Lakukan proses ini sekitar 5 sampai 10 menit sehingga temperatur tangki menjadi turun
2. RECOVERY REFRIGERAN CAIR (LIQUID RECOVERY)
LANGKAH 2:
Refrigeran dalam bentuk cair dari sistem dimasukkan dalam tangki penyimpan tanpa perlu
menghidupkan mesin recovery.
1. Hubungkan flexibel hose seperti dalam gambar.
2. Pasang power plug pada Pompa Vakum ke jala2 listrik yang sesuai.
3. Pastikan V5 dan valve pada sistem yg akan di-recovery dalam keadaan tertutup rapat.
4. Buka V1, V2, V3, V4 dan V10. 5. Hidupkan pompa Vakum.
Langkah 1-4 berfungsi untuk membuang udara yang terperangkap dalam flexible hose sehingga
menjamin kebersihan proses recovery.
6. Setelah proses Vakum selesai, tutup V1, V4 dan V10. 7. Matikan pompa Vakum.
8. Buka katup liquid pada sistem (jika tersedia) jika tdk biasanya terdapat access valve . lalu Buka
Pada saat V5 diposisikan ke LIQUID refrigeran cair dari sistem akan mengalir ke tangki
penyimpan (storage tank)
3. RECOVERY REFRIGERAN GAS (VAPOUR RECOVERY)

LANGKAH 3:
Setelah refrigeran cair berhasil di recovery, maka langkah selanjutnya adalah menarik sisa refrigeran
yang tertinggal dalam sistem yg sebagian besar dalam bentuk gas /uap.
1. Buka penuh V1. 2. Buka penuh V5. 3. Hidupkan mesin recovery.
4. Setelah tekanan inlet pada recovery menunjukkan nilai dibawah nol segera tutup V5.
5. Matikan mesin recovery. 6. Tutup V5, V6 dan V8. Proses recovery selesai
Lakukan perbaikan pada sistem pendingin (misalnya perbaiki kebocoran yg terjadi / lakukan
4. VAKUM (EVACUATING/VACUUM)

Proses vakum berfungsi untuk mengeluarkan udara dan non-condensable gas dari dalam sistem
pendingin
LANGKAH 4:
1. Buka kedua valve pada sistem pendingin.
2. Buka V1, V2, V3, V4 dan V10 dan yakinkan V11 dalam keadaan tertutup rapat.
3. Hidupkan Pompa Vakum
4. Jika proses vakum telah selesai, tutup V4
5. PENGISIAN SISTEM DENGAN REFRIGERAN CAIR (LIQUID CHARGING)

LANGKAH 5:
1. Buka flexible hose yg terpasang ke Filter Drier 2. Pindahkan flexible hose yg terhubung ke Filter
Drier ke V11. 3. Pastikan valve pada sistem dalam keadaan tertutup rapat.
4. Pastikan V1, V2, V3 dan V4 dalam keadaan terbuka. 5. Hidupkan Pompa Vakum.
6. Setelah proses Vakum selesai, tutup V1, V3, V4 dan V10. 7. Matikan pompa Vakum.
8. Buka katup liquid pada sistem. 9. Buka katup pada tangki refrigeran (V11)
10. Buka V3 (refrigeran cair akan mengisi selang yg sudah divakum tadi.
11. Perhatikan timbangan refrigeran (refrigerant scale). Set timbangan refrigerant agar menunjukkan
nol. 12 Buka katup liquid line pada sistem.
Refrigeran mengalir ke dalam sistem, atur pengisian dengan cara membuka / menutup V3.
12. Perhatikan jumlah refrigeran yg masuk ke sistem.
13. Jika jumlah refrigeran yg masuk ke sistem sudah mencukupi, tutup V3.
6. PENAMBAHAN REFRIGERAN (TOP-UP REFRIGERANT)

LANGKAH 6:
1. Balik tabung seperti gambar diatas.
2. Buka katup V3 dan V11.
3. Buka perlahan V1, atur refrigeran yg masuk ke sistem dengan katup ini, jika penambahan
refrigeran sudah cukup, tutup V1.
Sistem Pendingin Ruang Akomodasi di Kapal Laut
Refrigerator / Kulkas



Peredam Getaran / Vibration Eliminator
I. Contoh Peredam Getaran (Vibration Eliminator)

.II. Contoh Pemasangan Peredam Getaran (Vibration Eliminator)

Pengisian Sistem dengan Refrigeran yang Memiliki Glide Temperature

Berbeda dengan single substance refrigerant, seperti R-123, R-22, R-134a yang hanya memiliki satu titik didih
(single boiling point). Pengisian refrigerant dalam bentuk gas ataupun cairan tdk menjadi masalah. Yg penting
diperhatikan hanya dimana harus mengisi refrigerant cairan dan dimana harus mengisi refrigerant dalam bentuk gas.
Sebagai contoh R-404A ..merupakan campuran dari R-125 (44%) + R-143a (52%) + R-134a (4%). Ketiga jenis
refrigerant tersebut memiliki titik didih (boiling point) yang berbeda2.
Pada tekanan atmosfir, titik didihnya adalah:
R-125 = -48.45 C
R-143a = -47.6 C
R-134a = -26.3 C
Dalam bentuk cairan ketiga jenis refrigerant penyusun R-404A bercampur dengan sempurna. Sehingga komposisi
refrigerant tdk berubah ketika keluar dalam bentuk cairan. Tetapi kalau refrigerant keluar dalam bentuk gas,
refrigerant yg memiliki titik didih yg paling rendah akan keluar terlebih dahulu, kemudian diakhiri dengan refrigerant
yg memiliki titik didih tertinggi, dalam kasus R-404A, refrigerant R-125 akan keluar terlebih dahulu, diikuti R-143a
kemudian R-134a, dengan demikian komposisi refrigerant akan berubah. Dalam sistem yg diisi R-404A dalam
bentuk gas, komposisi R-125 akan lebih besar (lebih dari 44%) dan dalam tabung yang tersisa, komposisi R-134a
akan lebih besar (lebih dari 4%). Akibatnya temperature-pressure relationship-nya ataupun thermal properties-nya
akan berubah. Yg kemudian bisa mengakibatkan turunnya performa mesin pendingin. Selain itu kita juga akan
mengalami kesulitan untuk menentukan titik kerja/ tekanan kerja pada sistem yg bersangkutan, dikarenakan terjadi
pergeseran hubungan antara temperatur dan tekanannya. Perhatikan dalam tabung refrigerant, biasanya terdapat anak
panah tertulis THIS END UP FOR GAS maksudnya jika bagian yg ditandai arah anak panah tersebut berada
diposisi atas maka refrigerant yg keluar dalam bentuk gas. Dan pada arah yang berlawanan tertulis THIS END UP
FOR LIQUID maksudnya jika bagian yg ditandai arah anak panah tersebut berada diposisi atas maka refrigerant yg
keluar dalam bentuk cairan.
Pengecekan Tekanan Refrigeran Pada Pendingin Udara Ruangan

Paling mudah lakukan pengecekan refrigerant pada saat peak load (siang hari) Pada saat cuaca panas, karena mesin
pendingin akan bekerja pada titik puncak. Sistem pendingin ruangan (Air Conditioner) pada sisi tekanan rendah
(Evaporator) bekerja pada titik evaporasi 0-10 derajat Celcius. Maksudnya pada titik puncak (peak load), temperature
Evaporasi berada dititik 10 derajat celcius dan pada saat lowest load (beban terendah) tidak lebih rendah dari titik 0
derajat Celcius. Remember: Tekanan kerja system dipengaruhi oleh beban pendinginan, semakin besar beban
semakin tinggi kenaikan tekanan kerja system). Dari temperature evaporasi tersebut bisa dikonversi ke tekanan kerja:
Untuk R-22: (0 derajat C =3.97bar s/d 10 derajat C = 5.8bar)
Jadi rangenya dari 3.97 s/d 5.8bar
atau dalam satuan psig = 57.6 s/d 84.1psig
57.6 psig saat beban terendah dan 84.1 psig saat beban puncak
jika sistem bekerja dibawah tekanan 57.6 di evaporator akan terjadi frost (bunga es) yg terjadi akibat uap air di udara
membeku pada pipa2 di evaporator atau di bagian yg tekanannya dibawah 57.6psig.
Jika terjadi frost pada kompresor itu karena tekanan evaporasinya berada dibawah titik nol derajat, kemungkinan
penyebabnya:
1. Penyetelan superheat pada Katup Exspansi yg terlalu rendah
2. Evaporator yg kotor
3. Sistem kurang refrigeran (mula2 timbul bunga es diawal masuk pipa evaporator, es yg semakin menebal kemudian
menghambat aliran udara, pada akhirnya refrigerant cair yg tdk berevaporasi di evaporator kemudian masuk ke jalur
pipa suction dan bisa sampai ke kompresor, jika terjadi evaporasi di bagian suction kompressor maka bunga es akan
muncul disekitar kompresor tersebut)
4. Filter udara yg sudah tersumbat.
5. Penyetelan LPC cut-out yg terlalu rendah.
6. Penyetelan temperatur ruangan yg terlalu rendah.
Jika sistem bekerja diatas 84.1 psig, system bekerja ekstra yg bisa menyebabkan overload. kalaupun tdk terjadi
overload, umur kompressor tdk bisa bertahan lama dan konsumsi arus listrik menjadi lebih boros. Penyebabnya
biasanya kapasitas unit pendingin lebih kecil dari beban pendinginan, atau bisa juga sistem mengalami overcharge.
Pastikan juga tekanan di high side-nya. ada bebrapa kemungkinan:
kondenser kotor, kompresi kompresor yg sudah bocor, terjadi restriksi di jalur refrigerant.
Pengecekan Superheat
Pemasangan Reversing Valve

Multiple Compressor

Kebanyakan digunakan pada sistem yang memiliki range operasi yang panjang, misalkan pada aplikasi temperatur
rendah. Dimana kapasitas pendinginan akan bervariasi dalam range yang lebar, dgn sistem stagging maka kapasitas
pendinginan diatur agar bisa mengikuti kondisi beban dinginan. Multiple Compressor juga sering di pakai di sistem
yang memiliki multi chamber. Kemampuan total semua kompressor harus bisa mengcover beban pendinginan.
Mesin Pembuat Es Skala Kecil (Domestic Ice Maker)

Ada empat dasar cycle pada ice maker:
1. proses pengisian air di water reservoir: dengan menggunakan limit switch / timer, air dari luar
akan dimasukkan ke dalam reservoir (sebuah solenoid digunakan mengatur buka tutup air).
2. proses pembersihan / pelepasan es yg terbentuk dan menempel pada cetakan / evaporator.
3. proses pembentukan es: kompresor bekerja melalui siklus normal sehingga es terbentuk sesuai
dgn cetakan di evaporator.
4. proses pelepasan es yg terbentuk di evaporator/cetakan:
Ada beberapa cara / metoda untuk pelepasan es ini:
- menggunakan electric heater / hot gas defrost + mechanical untuk mendorong / menjatuhkan es.
-menggunakan electric heater / hot gas defrost dan es jatuh karena pengaruh gravitasi.
Bentuk evaporator bisa dibuat seperti gambar diatas (lihat insert photo). Penampung air digerakan
oleh servo motor yg dikontrol dgn menggunakan 2 buah limit switch untuk menentukan posisi atas
dan bawah. level air bisa dikontrol dgn timer, menggunakan input sensor dari hambatan air.
lamanya proses hot gas defrost dikontrol menggunakan temperatur sensor di evaporator.
lama pembuatan es (menentukan besar /kecilnya es) bisa menggunakan timer.
Marine Refrigeration Provision Room
Sistem Refrigerasi untuk Ruang Penyimpan Makanan di Kapal Laut
.

klo cara kerja sistemnya sama dengan refrigerasi umumnya, bagaimana dengan perawatanya?
apakah masih sama? lalu dengan efek pendinginannya juga?
cara kerja, perawatan dan efect pendinginan tidak jauh berbeda dgn sistem refrigerasi pada
umumnya. Pada marine air cond. Perbedaannya sistem refrigerasi pada aplikasi marine
meminimalisir long black-out/shut down yg terlalu lama pada saat perbaikan/perawatan
sehingga hampir setiap komponen, memiliki isolating valve (manual shut-off valve). Dan juga
pada condenser dibagian sisi water coolernya umumnya dipasang zinc anodyze yg perlu
Marine Accommodation Air Cond.
Jenis Relay kulkas & Penyambungan Kelistrikannya

Relay Starter yang biasa digunakan pada Kompresor untuk Refrigerator / Kulkas
A. Potential Relay: bekerja berdasarkan ggl induksi yg terjadi di koil stator / auxiliary winding). Kontaknya
Normally Closed (NC)
B. Current Relay: bekerja berdasarkan induksi medan magnet yg timbul pada saat motor di start
(memanfaatkan lonjakan arus start untuk mengangkat / menghubungkan kontak start pada relay).
Kontaknya Normally Open (NO)
C. PTC/ Solid State Relay: Terdapat sebuah disc / piringan yg peka terhadap perubahan temperatur. Pada
saat awal temperatur disc dingin dan hambatannya kecil sehingga arus bisa mengalir ke kumparan bantu,
tetapi setelah dilewati arus temperatur disc menjadi naik dan tahanannya pun naik sehingga arus menjadi
Air Dryer



Oil Trap and Riser



Pada sistem refrigerasi berkapasitas sedang dan besar biasanya menggunakan air sebagai media pendingin
Kondenser. Hal ini dikarenakan air memiliki kemampuan memindahkan kalor yang lebih baik daripada udara,
sehingga dengan menggunakan air sebagai pendinginnya ukuran Kondenser dengan kapasitas yang sama bisa
menjadi lebih kecil dibandingkan dengan yang berpendingin udara .
Kondenser berpendingin air berdasarkan cara kerjanya diklasifikasikan menjadi 2 bagian,yaitu:
1. Sistem air buang (Waste Water System)
Air dingin masuk ke Kondenser kemudian keluar dan langsung dibuang.
2. Sistem air sirkulasi (Recirculation)
Dalam sistem ini air yang keluar dari Kondenser didinginkan kembali di Menara Pendingin (Cooling Tower)
kemudian disirkulasikan kembali ke Kondenser.
Cara Kerja Cooling Tower:
Setelah melalui kondenser, temperatur air akan naik karena menyerap sejumlah kalor dari refrigerant di kondenser
tersebut. Air panas ini kemudian masuk melalui hot water inlet port pada cooling tower untuk seterusnya naik
kebagian atas cooling tower tersebut. Air kemudian keluar melalui lubang2 yang ada pada sprinkler. Sprinkler akan
berputar sambil melepaskan air dan mendistribusikannya secara merata di bagian atas cooling tower. Air yang keluar
dari sprinkler ini kemudian masuk ke water column dan bersinggungan dengan aliran udara yang arahnya berlawanan
(air panas turun ke bagian bawah cooling tower, sementara udara masuk dari bagian bawah untuk seterusnya keluar
dari bagian atas). Pada saat persinggungan antara air dan udara ini, sejumlah kalor akan dilepaskan dari air yang
bertemperatur lebih tinggi ke udara yang bertemperatur lebih rendah. Akibatnya temperatur air akan turun.
temperatur air yang sudah dingin ini kemudian ditampung di bagian bawah cooling tower (basin) untuk kemudian
disirkulasikan lagi menuju ke kondenser agar bisa menyerap kalor lagi.
Pada saat persinggungan antara air dan udara, sejumlah air akan ikut terbuang ke udara, sehingga volume air akan
berkurang, dan untuk mengatasinya, maka make-up water yang dihubungkan dengan jalur air domestik (PAM)
dengan dilengkapi pelampung akan tetap menjaga agar level air di penampung tidak berkurang.





Evaporator berfungsi untuk menyerap kalor untuk kemudian dibuang di Kondenser.
Besarnya kalor yang diserap di Evaporator = Qe
Untuk memindahkan kalor yang diserap di Evaporator diperlukan daya/tenaga dari luar/external yaitu
Kompresor.
Besarnya daya untuk memindahkan kalor dari Evaporator ke Kondenser = W
Kondenser berfungsi untuk membuang/melepaskan kalor yang diserap oleh Evaporator.
Besarnya kalor yang dibuang di Kondenser =Qc
Daya external untuk menggerakkan Kompresor tidak semuanya menjadi tenaga tetapi sebagian lagi
menjadi panas akibat adanya gesekan antara bagian-bagian yang bergerak di Kompresor saat proses
kompresi.
Kemana kalor yang timbul akibat gesekan itu harus dibuang agar proses bisa berlangsung terus menerus?
Jawabannya ya di Kondenser.
Persamaannya Qc = Qe + W
Jadi terlihat jelas bahwa ukuran Kondenser akan lebih besar daripada Evaporator karena harus bisa
membuang kalor yang diserap di Evaporator ditambah dengan kalor yang timbul selama proses kompresi
Evaporasi
Seperti terlihat pada gambar diatas, proses ini bermula dari titik 4 dan berakhir di titik 1, pada proses ini
terjadi kenaikan enthalpy karena refrigeran menyerap sejumlah kalor dari udara/beban pendingian yang
melalui Evaporator.
Kompresi
Proses ini terjadi di Kompresor yaitu dari titik 1 dan berakhir di titik 2, dimana kalor yang diserap di
Evaporator harus dipindahkan agar proses penyerapan kalor di Evaporator bisa terus berlangsung.
Secara natural kalor mengalir dari zat yang bertemperatur tinggi ke zat yang bertemperatur lebih rendah.
Tetapi kalor juga bisa mengalir dari zat yang bertemperatur lebih rendah ke zat yang bertemperatur lebih
tinggi dengan syarat ada media pembantunya, yaitu sebuah pompa kalor. Dalam sistem refrigerasi,
Kompresor digunakan sebagai pompa kalor.
Kenapa harus dikompresikan?
Sebab pada proses pembuangan kalor harus terjadi secara natural juga, dalam arti temperatur refrigeran
harus dinaikkan diatas temperatur media pendingin kondenser agar terjadi proses pelepasan kalor.
Kompresor bekerja untuk memompa dan menaikkan tekanan refrigeran sehingga temperatur
kondensasinya berada diatas temperatur media pendingin Kondenser.
Ketika proses kompresi terjadi gesekan-gesekan diantara bagian-bagian yang bergerak di Kompresor juga
kalor yang timbul akibat pembebanan refrigeran yang dipindahkan tersebut. Jumlah kalor yang dibutuhkan
untuk proses kompresi ini menjadi penambah kalor yang harus dibuang di Kondenser.
Kondensasi
Proses ini terjadi di Kondenser, berawal dari titik 2 dan berakhir di titik 3, dimana kalor yang diserap di
Evaporator dan kalor yang timbul selama proses kompresi harus dibuang sehingga kondisi refrigeran bisa
dikembalikan ke kondisi awal proses Evaporasi untuk menjaga kelangsungan siklus refrigerasi.
Ekspansi
Dengan menggunakan sebuah komponen penghambat aliran/pengatur aliran, refrigeran yang sudah
kembali ke kondisi awal diturunkan tekanannya untuk memulai lagi proses Evaporasi.
Pada proses ekspansi ini tidak terjadi penambahan/pengurangan kalor (secara teoritis).
Proses ekspansi dimulai dari titik 3 dan berakhir di titik 4.
Siklus berulang terus selama semua komponen bekerja dengan normal dan ukurannya sesuai.
Effisiensi Mesin Pendingin Effisiensi sebuah mesin pendingin sering dinyatakan dengan istilah COP
(Coefficient Of Performance) ataupun EER (Energy Efficiency Ratio).
COP didapatkan dari perbandingan antara Kapasitas Pendinginan Qe (kW) dengan Daya Input
Kompressor (kW)
COP = Qe (kW) /W (kW) atau EER yaitu perbandingan Kapasitas Pendinginan (Btu/h) dengan Daya
Input Kompressor (w)EER = Qe(Btu/h) / W (w)
Semakin besar nilai COP atau EER semakin effisien sebuah mesin pendingin.

Berarti benar-benar aman jika kompresor ini sudah memakai alat proteksi?
Hal yang harus diperhatikan adalah saat penggantian kompresor. Rangkaian elektronik ini bisa saja menyatakan
bahwa urutan phase sudah benar, tetapi bagaimana jika pada saat penggantian kompresor, pemasangan kabel ke
kompresor salah? Jika anda memiliki alat untuk mendeteksi urutan phase (Phase Sequence Indicator) anda akan
dengan mudah memasang kabel ke terminal motor di kompresor dengan benar. Jika tidak memiliki alat ini,
pasangkan sesuai urutan aslinya, tetapi jika kompresor penggantinya berbeda dan tidak memiliki marking (1-2-3
atau R-S-T, atau L1-L2-L3) maka langkahnya pasangkan saja 3 kabel phase tersebut ke terminal kompresor,
kemudian jalankan sebentar, apabila tidak ada kompresi atau terdengar suara yg keras (biasanya suara yang
ditimbulkan akibat terbalik phase akan terdengar kuat dan terdengar kasar suara mekanik kompresornya). Segera
matikan power ke kompresor dan balik salah satu phase yang masuk ke kompresor (R ke S dan S ke R, R ke T
dan T ke R, atau S ke T dan T ke S)
Pump-Down
Semakin dingin temperatur maka semakin baik pencampuran pelumas dengan refrigerant (walaupun ada
batasannya).

Pada saat kompresor berhenti, temperatur body kompresor akan turun menuju temperatur sekitarnya.

Pada saat start-up, refrigerant yang bercampur dengan pelumas dalam ruang crankcase (low side) karena terjadi
penurunan tekanan yang tiba2, maka refrigerant akan mendidih dengan cepat, sehingga dengan mudah masuk ke
ruang cylinder. Jika hanya refrigerant saja yang masuk ke dalam cylinder, tidak menjadi masalah, tetapi karena
refrigerant bercampur baik dengan pelumas, maka pelumas akan ikut terangkat masuk ke cylinder. Akibatnya,
komponen yang rentan rusak adalah reed valve pada kompresor.

Semakin banyak pelumas yang terangkat masuk, semakin besar kemungkinan terjadi kerusakan reed valve. Ini
sama halnya dengan kejadian liquid hammering.

Untuk mengurangi pencampuran refrigerant dengan pelumas pada saat kompresor off, maka dipasanglah
crankcase heater yang berfungsi untuk menjaga agar temperatur body kompresor tidak turun jauh dari temperatur
kerjanya.

Tetapi perlu diingat juga, dengan diaktifkannya crankcase heater pada saat kompresor off bukan berarti pelumas
bisa terbebas dari pencampuran refrigerant.

Kenapa kompresor jenis sentrifugal tidak perlu off-pump down?

Seperti telah disebutkan diatas, hal yang dikhawatirkan jika system tidak menggunakan off-pump down adalah
naiknya pelumas dalam konsentrasi yang berlebihan ke dalam cylinder kompresor yang memiliki reed valve / jenis
positif displacement pada saat start-up. Terlihat jelas yang harus diberi perhatian terutama kompresor jenis
piston/reciprocating yang memiliki dua reed valve utk setiap cylindernya (rotary atau scroll hanya satu di bagian
discharge).

Dan untuk kompresor jenis sentrifugal naiknya pelumas tidak menjadi masalah yang besar karena termasuk non-
positif displacement compressor. Kompresor sentrifugal hanya mempercepat aliran fluida untuk menaikkan
tekanannya sehingga tidak memiliki reed valve, berbeda dengan positif displacement yang harus melalui proses
kompresi.

Satu hal lagi, kompresor sentrifugal juga bisa didesign tanpa perlu pelumas (oil less kompresor), dengan
menggunakan magnetic bearing crankshaft kompresor ditahan melayang (levitation) ditengah2 magnetic bearing
tsb, seperti yang digunakan pada beberapa jenis chiller merk "Y".

Jika tekanan kerja di bagian low side adalah positif,maka sebaiknya pump down pressure dibuat cut-off pada
tekanan sedikit diatas tekanan atmosfir. Tujuannya untuk menghindari masuknya udara jika terjadi kebocoran di
daerah low side.

DOL Starter adalah metoda starting motor dengan memberikan tegangan penuh dari jala-jala secara langsung.
Starter jenis ini biasanya digunakan untuk motor-motor listrik yang berukuran kecil. DOL Starter digunakan apabila
penurunan tegangan saat motor dihidupkan (starting) tidak menjadi masalah atau tegangan jatuh tidak melewati
batas toleransi yang diijinkan mengingat arus starting motor jenis ini bisa 4-7 kali lebih besar dari arus nominalnya.
Sebagai contoh jika motor dalam kondisi running arusnya sekitar 4 ampere, maka ketika starting bisa mencapai 16
s/d 28 ampere.
DOL Starter umumnya digunakan untuk starting motor dengan kapasitas dibawah 10 kW.

Ada beberapa jenis DOL Starter:
1. Mechanical/Manual Operated
Cara kerja: Pemberian tegangan pada motor langsung melalui hubungan operator melalui kontak mekanik. Tidak
ada hubungan kontrol otomatis untuk starter jenis ini.
Mechanical/Manual Operated DOL melewatkan jalur utama yang masuk ke motor melalui switch. Kerugiannya
pemasangan switch harus sedekat mungkin dengan motor sehingga faktor kerugian tegangan bisa dihindari. DOL
Starter jenis ini hanya digunakan untuk motor-motor yang berkapastias kecil.

2. Electromagnetic Operated
Pemberian tegangan pada motor melalui sebuah kontak elektromagnetik. Posisi saklar bisa jauh dari
motor yang dikontrol. Starter jenis ini bisa dihubungkan dengan rangkaian otomatis untuk
pengontrolan/safety motor.

3. Solid State Relay Operated
Pemberian tegangan pada motor melalui sebuah rangkaian/komponen elektronik. SSR digunakan untuk
menghindari percikan bunga api yang biasanya terjadi pada kontak listrik secara mekanik maupun
electromagnetik. Starter jenis ini hanya digunakan untuk motor-motor yang berkapasitas kecil.




Sistem Refrigerasi untuk mesin pembuat es kapasitas kecil
Pada saat awal proses, water solenoid valve akan membuka untuk mengisi air di bak penampung air di
Evaporator. Setelah air terisi maka solenoid akan menutup. System refrigerasi bekerja mendinginkan air di
bak penampung. Air disekitar Evaporator kemudian akan membeku dan semakin lama semakin tebal. Untuk
Ice Maker seperti gambar diatas, ketebalan es hanya diatur oleh sebuah timer. Jadi kalau mau es yg lebih
tebal, waktu untuk proses cooling diperpanjang.
Setelah waktu pendinginan/pembekuan es tercapai, kompresor tetap bekerja dan hot gas bypass solenoid
valve akan membuka, sehingga yang tadinya gas panas dari kompresor masuk ke kondenser untuk di buang
kalornya ke udara dengan bantuan kipas/fan, maka gas panas ini dilewatkan langsung ke evaporator dan
membuang kalor di sekitar evaporator. Akibatnya temperatur evaporator akan naik diatas titik beku air. Jika
temperatur evaporator sudah melewati titik beku air maka Es yg terbentuk di sekitar evaporator akan
terlepas dan jatuh ke bak penampung Es








R-134a Quick Coupler


pada pendingin AC Daikin VRV piping Diagram di atas kami ingin tahu lebih banyak tentang cara
pengisian Freon yang menggunakan R22, karena pada dasarnya kami kesulitan untuk mengisi freon (R22)
dan terus terang kami belajar dari REEFER Container dengan set temperature -20C dan -60C, untuk itu
kami mohon saran dan bantuan dari anda.,
Untuk proses pengisian refrigerant adalah sangat baik dengan menggunakan timbangan (scale). Anda
tinggal mengikuti berat/jumlah refrigerant yg harus diisi ke dalam sistem (lihat di name plate).
Pengisian dilakukan dari liquid line dalam bentuk refrigerant cair.
tapi disesuaikan dulu dengan panjang pipa yang digunakan waktu pengisian freonnya ntuk jenis vrv


Mode Operasi Pada Penyejuk Udara
Fan Mode > Hanya Indoor Fan yg hidup (Air Cond. berfungsi hanya seperti kipas angin biasa).
Cool Mode > Indoor Fan hidup terus menerus dan Kompressor bekerja sesuai dengan penyetelan
temperature
Heat Mode > Pada Mode ini Indoor Unit akan mengeluarkan udara panas yg berfungsi untuk
menghangatkan ruangan. (Untuk kelas Tropikal..Mode ini tdk tersedia)
Dry Mode > berfungsi untuk mengurangi kelembaban udara dalam ruangan yg dikondisikan/ didinginkan.
Indoor Fan bekerja sebentar kemudian mati, sehingga uap air disekitar evaporator akan mengembun dan
kemudian mencair, Fan kemudian hidup sebentar dan kemudian mati kembali, siklus ini berulang terus.
Energy Saver Mode > berfungsi untuk menghemat pemakaian listrik, Ketika Air Cond dihidupkan, sistem
akan bekerja normal, pada saat temperature tercapai, Indoor Fan akan mati juga. Pada saat kompresor mati,
Indoor Fan akan bekerja dan berhenti berdasarkan timer. Biasanya sekitar 2-3 menit.

Panasonic Inverter (Untuk Single CSE, CSXE, dan multi CSME)
H11> Communication Failure (Faulty Wiring or other problem with ID to OD communication)
H12> ID/OD Compatibility Problem (Over or Under indexed multi system)
H14> Indoor Air Sensor Faulty (Sensor Disconnected, Faulty or Contacts Dirty)
H15> Compressor Sensor Faulty (Sensor Disconnected, Faulty or Contacts Dirty)
H16> Current Transformer Problem (Power Transistor Module or Outdoor PCB Faulty. Very Low Gas)
H19> Indoor Fan Motor Locked (Fan Motor of Indoor PCB Failure)
H21> Float Switch Operated (Check Drainage)
H23> Indoor Pipe Sensor Faulty (Sensor Disconnected, Faulty or Contacts Dirty)
H27> Outdoor Air Sensor Faulty (Sensor Disconnected, Faulty or Contacts Dirty)
H28> Outdoor Pipe Sensor Faulty (Sensor Disconnected, Faulty or Contacts Dirty)
H30> Outdoor Discharge Sensor 1 Faulty (Sensor Disconnected, Faulty or Contacts Dirty)
H32> Outdoor Discharge Sensor 2 Faulty (Sensor Disconnected, Faulty or Contacts Dirty)
H33> Incorrect Connection Voltage (Indoor or Outdoor Voltage Incorrect/Faulty Wiring)
H34> Outdoor Heat Sink Sensor Faulty (Sensor Disconnected, Faulty or Contacts Dirty)
H36> Outdoor Gas Sensor Faulty (Sensor Disconnected, Faulty or Contacts Dirty)
H37> Outdoor Liquid Sensor Faulty (Sensor Disconnected, Faulty or Contacts Dirty)
H39> Abnormal Indoor Operation (Incorrect Piping or Expansion Valve Problem)
H41> Abnormal Wiring or Piping (Wiring or Piping Crossed on a Twin System)
H97> Outdoor Fan Failure (Outdoor Fan Motor or PCB Failure)
H98> Indoor Coil Overheat (Heat Mode) (Dirty Filters or Indoor Coil. Very High Room Temperature)
H99> Indoor Coil De-Ice (Cool Mode) (Dirty Filters or Indoor Coil. Low Gas Charge or Low Ambient Temp)
F11> Reversing Valve Failure (Faulty Reversing Valve, Coil or Outdoor PCB)
F17> Standby Units Freezing (Multi Only. Expansion Valve Leakage)
F90> PFC Failure (Problem with Inverter or Compressor)
F91> Refrigeration Cycle Problem (Low Gas or Blockage)
F93> Compressor Abnormal Revolution (Compressor Running Incorrectly)
F95> Outdoor Coil Overheat (Cool Mode) (Dirty Condensor Coil, low gas or blockage)
F96> IPM or Compressor Overheating (Excess or Low Gas Charge or dirty heat exchanger)
F97> High Discharge/Compressor Temp (Low Gas Charge or Failed Compressor)
F98> Overcurrent Protection (Outdoor Heat Exchanger Problem. Excess Gas)
F99> DC Overcurrent Protection (Outdoor PC, Power Transistor or Compressor Failure)

isi freon (refrigerant) dan juga ampere (konsumsi arus) tergantung design, besarnya
kapasitas, dan juga jarak antara indoor dan outdoor sebuah mesin pendingin.
Pengecekan Tekanan Refrigerant Pada Pendingin Udara Ruangan
Paling mudah lakukan pengecekan refrigerant pada saat peak load (biasanya saat siang
hari) tpi jgn lagi hujan ^_^
Pada saat cuaca panas, mesin pendingin akan bekerja pada titik puncak.
Sistem pendingin ruangan (Air Conditioner) pada sisi tekanan rendah (Evaporator)
bekerja pada titik evaporasi 0-10 derajat Celcius. Maksudnya pada titik puncak (peak
load), temperature Evaporasi berada dititik 10 derajat celcius dan pada saat lowest load
(beban terendah) tidak lebih rendah dari titik 0 derajat Celcius. Remember: Tekanan
kerja system dipengaruhi oleh beban pendinginan, semakin besar beban semakin tinggi
kenaikan tekanan kerja system). Dari temperature evaporasi tersebut bisa dikonversi ke
tekanan kerja:
Untuk R-22: (0 derajat C =3.97bar s/d 10 derajat C = 5.8bar)
Jadi rangenya dari 3.97 s/d 5.8bar
atau dalam satuan psig = 57.6 s/d 84.1psig
57.6 psig saat beban terendah dan 84.1 psig saat beban puncak
jika sistem bekerja dibawah tekanan 57.6 di evaporator akan terjadi frost (bunga es) yg
terjadi akibat uap air di udara membeku pada pipa2 di evaporator atau di bagian yg
tekanannya dibawah 57.6psig.
Jika sistem bekerja diatas 84.1 psig, system bekerja ekstra yg bisa menyebabkan
overload. kalaupun tdk terjadi overload, umur kompressor tdk bisa bertahan lama dan
konsumsi arus listrik menjadi lebih boros. Penyebabnya biasanya kapasitas unit
pendingin lebih kecil dari beban pendinginan, atau bisa juga sistem mengalami
overcharge.
Sedangkan untuk discharge (high side) tekanan kerjanya ada pada kisaran 15-20 derajat
diatas temperatur media pendinginnya (untuk kondenser berpendingin udara).








Pipa air pendingin berada dibagian dalam dan pipa refrigerant berada di bagian luar, sehingga refrigerant selain
mendapat pendinginan dari air juga mendapat pendinginan secara konveksi dari udara sekitarnya.
Refrigerant dalam bentuk gas panas bertekanan tinggi masuk ke bagian atas dari Kondenser dan keluar dari bagian
bawah dalam bentuk cairan. Sedangkan air pendingin bisa masuk dari bawah (counter flow[1]) atau dari atas (parallel
flow[2]).
Sistem aliran berlawanan lebih effisien dibandingkan dengan sistem searah karena antara air pendingin dan
refrigerant akan selalu terdapat perbedaan temperatur yang lebih memudahkan kalor dari refrigerant mengalir ke air
pendingin.
Kondenser jenis ini untuk unit berkapasitas kecil sampai dengan unit berkapasitas 35kW, Kondenser terbuat dari
pipa tembaga yang dibentuk menjadi koil (coiled tube in tube condenser). Pembuatannya mudah tetapi lebih sulit
untuk membersihkannya.
[1] arah aliran air dan refrigerant berlawanan












Display akan menampilkan error code, kalau terjadi kerusakan:
EE = parameter memory failure
E1 = Room sensor failure
E2 = Evaporator sensor failure

You might also like