You are on page 1of 33

PANDUAN LENGKAP SEMBAHYANG

Berwudhu
Berwudhu

• Yang praktis dan mencukupi


• Yang sebaik-baiknya
• Hikmah-hikmahnya

Cara atau jalan untuk membina mental dan rohani sungguh banyak sekali. Jalan
yang pasti ialah mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengekalkannya yang
disebut sebagai ibadah. Salah satu mata rantai ibadah itu adalah Wudhu'.

Kegunaan Air Wudhu

• Untuk segala macam solat hukumnya wajib.


• Untuk Thawaf di Ka'bah, thawaf apa saja, hukumnya wajib.
• Sewaktu hendak membaca Al-Qur'an hukumnya sunnat
• Sewaktu hendak tidur atau lain-lain perbuatan yang baik, hukumnya sunnat

Alat Yang Dipakai

Alat yang dipakai ialah air. Meskipun demikian, air yang digunakan untuk berwudhu'
adalah air yang suci lagi menyucikan (pengertiannya?), iaitu: Air hujan, Air Sumur,
Air Sungai, Air Laut, Air dari mata Air, Air Telaga, Air Danau, Air Ais, Air Ledeng.

Cara-caranya

Berniat dalam hati bahawa berwudhu' untuk..., lalu:

• Membasuh muka dengan air (cukup sekali asalkan merata ke seluruh muka)
• Basuhlan tangan hingga sampai dengan kedua siku (cukup sekali asal
merata).
• Sapulah sebahagian kepala, cukup sekali saja
• Basuhlan kaki hingga sampai dengan kedua mata kaki (cukup sekali asal
merata).
Bila dikerjakan seperti di atas, maka wudhu' sudah sah.

Berwudhu' yang lebih sempurna

Bila ingin berwudhu' lebih sempurna, yakni sempurna lahiriah dan sempurna pula
dalam ganjaran, maka kerjakanlah tabahan-tambahannya dengan cara sebagai
berikut:

1. Mulailah dengan mengucapkan Bismillaahir rahmaanir rahiim...

2. Menghadaplah kearah kiblat

3. Usahakanlah berwudhu' dengan tidak meminta bantuan orang lain, seperti


menimba, dan sebagainya.

4. Basuhlah jari-jari tangan dengan menyelat-nyelatinya. Dan bagi jari yang


bercincin, jam atau perhiasan yang dipakai di jari-jari lainnya, bukalah perhiasan
tersebut agar air dapat merata membasahi seluruh jari-jari.

5. Berkumur-kumur.

6. Masukkanlah air ke dalam hidung, lalu keluarkanlah kembali (istinsyaq).

7. Gosoklah gigi untuk menghilangkan sisa makanan dan bau mulut yang kurang
sedap.

8. Mulailah dengan anggota wudhu'yang sebelah kanan.

9. Ulangilah masing-masing sampai tiga kali (3X).

10. Ratakanlah air hingga membasahi seluruh anggota wudhu'

11. Ketika menyapu kepala, ratakan seluruhnya (letakkan ibu jari samping kiri dan
kanan kepala, lalu putarlah telapak tangan dari depan ke belakang, kemudian
kembali ke depan (cukup sekali).

12. Basuhlah telinga dengan memasukkan telunjuk ke lubang telinga, ibu jari
dibelakang telinga.

13. Bila selesai berwudhu', hadapkan muka ke arah kiblat dan berdoalah dengan
membaca:

Asyhadu an laa ilaaha illalaahu wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa


Rasuuluh, Allahummaj'alnii minat tawwaa biinaa waj'alnii minal mutathahhiriin.

Aku bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa
sesungguhnya Muhammad itu adalah hamba-Nya dan rasul-Nya. Ya allah ,
masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah
aku masuk ke dalam golongan orang-orang yang suci.
14. Lakukanlah solat sunnat wudhu' dua raka'at.

Hal-hal yang Membatalkan Wudhu'

1. Keluar sesuatu dari "dua pintu" belakang seperti buang angin (kentut), buang air
besar atau kecil, haid atau nifas, dan sebaganya.

2. Hilang akal (kerana sakit, mabuk, gila dan sebagainya) .

3. Bersetubuh.

Tayammum
"Manakala seorang muslim atau mukmin itu berwudhu, lalu ia membasuh mukanya,
maka keluarlah dari mukanya itu semua dosa yang dilihat oleh matanya bersama air
atau bersama titisan yang terakhir dari air. Manakala ia membasuh kedua
tangannya, maka keluarlah (terusir) semua dosa yang tersentuh oleh kedua
tangannya bersama air atau bersama-sama dengan titisan terakhir dari air.
Manakala ia membasuh kedua kakinya, maka sirnalah semua dosa yang pernah
dijalani oleh kakinya bersama air atau bersama titisan air yang terakhir, sehingga
keluar (selesailah) dalam keadaan bersih dari dosa-dosa." (Hr Imam Muslim dari Abu
Hurairah).

Air Wudhu

Wudhu merupakan salah satu ibadah yang khas yang dapat dipakai untuk solat,
thawaf, hendak tidur, jalan keluar rumah, serta memelihara jiwa dan raga dari
berbagai cacat.

Wudhu dengan air bersih dan murni bererti meniti kosmetik tradisional dan anti
biotik alamiah, kerana itu, Islam tidak membenarkan berwudhu dengan air
musta'mal (air bekas dipakai), air buah-buahan, akar-akaran atau air yang sudah
berubah sifat-sifatnya (warna, rasa dan baunya). Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, bahawa wudhu ialah membasuh muka, membasuh kedua tangan
hingga dua siku, menyapu kepala, dan membasuh kaki hingga dua mata kaki yang
diawali dengan niat dalam hati.

Almarhum Buya Hamka, melalui bukunya "Lembaga Hidup" menulis tentang wudhu
sbb:

"Lima kali sekurang-kurangnya sehari semalam disuruh berwudhu dan solat. Dan
meskipun wudhu belum lepas, sunnat pula memperbaharuinya. Oleh ahli tasawuf
diterangkan pula hikmah wudhu itu. Mencuci muka, ertinya mencuci mata, hidung,
mulut dan lidah, kalau-kalau tadinya berbuat dosa ketika melihat, berkata dan
makan. Mencuci tangan dengan air, dalam hati dirasa seakan-akan membasuh
tangan yang terlanjur berbuat salah. Membasuh kaki, dan lain-lain demikian pula.
Mereka perbuat hikmat-hikmat itu, meskipun di dalam hadis dan dalil tidak bertemu,
adalah supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja, padahal bathinnya
masih tetap kotor. Hatinya masih khizit, loba, tamak, rakus, sehingga wudhunya
lima kali sehari itu tidak berbekas diterima Allah, dan sembahyangnya tidak
menjauhkan dari pada fahsya (keji) dan mungkar (dibenci)".

Penulis "Lembaga Hidup" sengaja merangkaikan keutamaan wudhu dengan masalah


kesehatan badan dan kebersihannya, lalu dihubungkan dengan sabda Nabi
Muhammad s.a.w Tulisnya:

"Bukan kita hidup mencari puji, bukan pula supaya kita paling atas di dalam segala
hal. Meskipun itu tidak kita cari, kalau kita menjaga kebersihan, kita akan dihormati
orang juga". Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w: "Perbaguslah pakaianmu,
perbaiki tunggangan (kenderaan) mu, sehingga kamu laksana sebutir tahi
lalat di tengah-tengah pipi, di dalam pergaulan dengan orang banyak".

Allah s.w.t. menurunkan wahyu, memberi hidayah penuntun rohani dan jasmani
agar keduanya tetap berfungsi dan terpelihara.

Rasulullah s.a.w bersabda:

"Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah pergi ke kuburan, lalu memberi salam :


"Assalamu'alaikum Dara Qaumin (perkampungan orang mukmin) dan Insya Allah
kami akan menyusul kemudian, saya ingin benar melihat-lihat saudaraku." Berkata
sahabat: "Bukankah kami ini adalah saudaramu ya Rasulullah? "Ya, kamu adalah
sahabatku, dan saudara-saudaraku yang belum datang kini." Sahabat kembali
bertanya: "Bagaimanakah engkau dapat mengenal mereka yang belum datang kini
dari ummatmu ya Rasulullah?" Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bagaimana
pendapatmu jika seorang mempunyai kuda belang putih muka dan kakinya,
ditengah-tengah kuda yang semuanya hitam, tidakkah mudah mengenal
kudanya?" Para sahabat menjawab : "Benar Ya Rasulullah." "Maka itu ummatku
nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan kakinya sebagai bekas
wudhu, dan saya akan membimbing mereka itu ke Haudh (Telaga Syafa'at)"

Cahaya, Kebersihan dan Kehidupan

Dalam air wudhu yang sakral terdapat cahaya, kebersihan dan kehidupan. Air bekas
(mus'tamal) atau tersadur najis, akan menjadi sumber penyakit, buruk bagi fisik,
kimia, maupun biologis. Islam pun melarang berwudhu dengan air yang demikian.
Air sebagai keperluan vital kehidupan. Al-Qur'an memberi penjelasan bahawa
kehidupan dimulai dari air, seperti disebutkan dalam firmannya:

"Dan kami telah menciptakan segala sesuatu yang hidup itu dari air, apakah
mereka belum mau juga beriman?" (Al-Anbiya:30).

Hal-hal Yang Tidak Membatalkan Wudhu

Banyak sekali perbuatan yang dikira orang membatalkan wudhu, padahal tidak.
Misalnya, seorang pekerja yang berpalitan dengan oli dan minyak, mengira air
wudhunya sudah rosak dan wudhunya batal, padahal tidak; sementara yang
dianggap remeh ternyata justru membatalkan wudhunya. Beberapa hal yang tidak
membatalkan wudhu antara lain:

1. Bersentuhan antara pria dan wanita, sudah dewasa, tanpa lapis, selama tidak
mengandung niat yang nafsu dan tak senonoh. Dalam suatu hadis disebutkan:

"Aisyah r.a. berkata: Suatu malam aku kehilangan Rasulullah s.a.w. dari tempat
tidurku, maka terabalah oleh telapak tanganku pada kedua telapak kakinya yang
keduanya dalam keadaan berdiri; dan Rasulullah s.a.w. sedang sujud sambil
membaca: Allaahumma innii a'udzu biridhaaka, min sakhatika, wa a'uudzu
bimu' aafaatika min uquubatika, wa a'uudzu bika minka laa uhshiitsanaa'an
'alaika anta kamaa atsnayta 'alaa nafsika." (HR Muslim dan At Turmuzy).

Yang erti doanya: "Ya Allah, aku berlindung dengan ridhaMu dari murkaMu,
berlindung dibawah naunganMu; ringkasnya aku berlindung kepadaMu
daripadaMu. Tiada terhitung puja-pujiku untukMu. Engkau sebagaimana
pujianMu atas diriMu sendiri."

"Aku tidur dihadapan Rasulullah s.a.w., sedang kakiku berada di arah kiblat. Maka
apabila Ia sujud, dirabanya aku dan dipegangnya kakiku". Sementara dalam lafazh
yang lain disebutkan :"Maka jika ia akan sujud, kakiku, dirabanya". (HR Bukhary dan
Muslim, sumber Aisyah)

2. Keluar darah dari tempat yang lazim, seperti luka, bukan dari qubul atau dubur.

3. Kerana muntah

4. Kerana makan minum. Seperti disebutkan dalam hadits nabi:

"Manimunah r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. telah makan di rumahnya dengan


panggangan kambing, kemudian Rasulullah s.a.w. langsung solat tanpa
memperbaharui wudhu." (HR Bukhary dan Muslim).

5. Terkena segala jenis najis atau kotoran lainnya. Najis tidak menghilangkan
wudhu', hanya dia cukup dibersihkan saja.

6. Tersentuh kemaluan tanpa maksud yang lain. Seperti disebutkan dalam hadis:

"Bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang orang yang
menyentuh kemaluannya, apakah ia wajib berwudhu? Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidak, dia adalah sebagian dari tubuhmu sendiri". (HR Lima Ahli Hadits)

Perosak Tayammum

Tayammum merupakan pengganti wudhu atau mandi. Kerana itu, ia boleh rosak
atau batal apabila :

1. Langsung melihat air dan dapat menggunakannya (khusus bagi mereka yang
bertayammum kerana tidak ada air).

2. Segala sesuatu yang membatalkan wudhu'.

Hal-hal lain yang perlu diketahui ialah:


1. Satu kali tayammum dapat digunakan untuk beberapa solat atau thawaf, baik
yang wajib maupun yang sunat.

2. Apabila mendapatkan air, padahal solat sudah dikerjakan dengan tayammum,


maka solatnya tidak perlu diulangi lagi.
Tatacara Shalat
Solat Wajib dan Praktiknya
• Syarat-syarat Sah Solat
• Praktik Solat
o Berdiri Tegak Lurus
o Takbiratul Ihram
o Do'a Iftitah
o Ta'awwudz
o Al Fatihah
o Ruku
o I'tidal
o Sujud Pertama
o Duduk di Antara dua sujud
o Sujud Kedua
o Berdiri Pada Rakaat Kedua
o Ruku di Rakaat Kedua
o Bangun dari Ruku
o Sujud Petama pada rakaat kedua
o Duduk diantara dua sujud di rakaat kedua
o Sujud Kedua pada rakaat kedua
o Duduk tahiyyat
o Memberi Salam

Syarat-syarat Sah Solat

Apabila kita sudah mempunyai air wudhu bererti kita sudah siap untuk mengerjakan
solat. Kita boleh solat dimana saja asalkan di tempat suci. Suci disini maksudnya
adalah tidak bernajis. Boleh menggunakan alas seperti sajadah atau apa saja yang
bersih, sekalipun tidak memakai alas sama sekali, seperti di atas bumi. Meskipun
demikian, yang penting dipersiapkan sebagai persyaratan shalat ialah:

1. Menutup aurat bagi lelaki iaitu antara pusat dengan lutut. Aurat wanita,
seluruh badan, kecuali muka dan telapak tangan. Menutup aurat boleh
dengan apa saja asal suci, tidak tembus pandang seperti plastik bening atau
benda semacam lainnya.
2. Menghadap ke arah kiblat, yaitu Ka'bah di Makkah. Bila tidak memungkinkan,
misalnya di atas kereta api, kapalterbang atau tak diketahui sama sekali,
maka hadapkanlah wajah kita ke mana saja yang kita merasa condong
bahawa itu adalah kiblat.
3. Harus mengetahui dengan yakin sudah berada dalam waktu solat yang
hendak dikerjakan.
4. Yakin bahawa badan, pakaian, dan tempat solat suci dari najis.
5. Suci dari hadas besar dan hadas kecil.
Praktik Solat

Sesudah mempunyai air wudhu' dan siap untuk solat, maka kita segera dapat
memulainya dengan urutan sebagai berikut.

Berdiri Tegak Lurus

Berdiri tegak lurus dengan menghadap ke arah kiblat, disertai dengan niat: "Aku
solat...(zuhur, misalnya), wajib kerana Allah". "Usalli fardhu...(Zhuhrii), lillahii ta'ala"

Takbiratul Ihram

Takbiratul Ihram dilakukan dengan mengangkat kedua tangan sampai menyentuh


telinga diiringi dengan membaca:

Allahhu Akbar (Allah Maha Besar) (1x)

Ucapan "Allahhu Akbar" disebut Takbiratul Ihram (hukumnya wajib) kemudian pada
saat peralihan gerak atau sikap, sangat dianjurkan mengucapkan takbir "Allahhu
Akbar". Yang perlu diperhatikan, apabila takbir dilakukan dalam keadaan berdiri,
maka sebaiknya pengucapan takbir ini disertai dengan mengangkat kedua tangan
seperti pada sikap takbiratul ihram. Dan apabila perpindahan gerak atau sikap
terjadi dalam keadaan duduk, maka ucapan takbir tidak perlu disertai dengan
mengangkat kedua tangan. Semua ucapan takbir dalam shalat hukumnya sunnat,
kecuali takbir yang pertama yaitu takbiratul ihram.

Doa Iftitah

Selesai membaca takbiratul ihram, tangan langsung disedekapkan ke dada. Yang


kanan menghimpit tangan kiri, pergelangan sejajar dengan pergelangan. Kemudian
membaca doa iftitah (doa permulaan dan atau doa pembuka) yaitu:

Innii wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal ardha haniifan


musliman wamaa ana minal musyrikiin. Inna salaati wa nusukii wa
mahyaayaa wa mamaatii lillaahi rabbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wa
bizdaalika umirtu wa ana minal muslimin.

Aku hadapkan wajahku kepada Allah yang menjadikan langit dan bumi, dengan
keadaan suci lagi berserah diri; dan aku bukanlah dari golongan orang-orang
musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya semata-mata
bagi Allah, Tuhan Semesta alam. Tidak ada sekutu baginya, demikian akau
diperintahkan, dan aku adalah termasuk kedalam golongan orang-orang yang
berserah diri.
Membaca do'a iftitah hukumnya sunnat. (Selain doa tersebut di atas, masih ada
doa'a-do'a iftitah yang lain yang biasa juga dibaca oleh Rasulullah s.a.w.).

Ta'awwudz

Selesai membaca do'a iftitah, lalu membaca "ta'awwudz". Bacaan t'awwudz


hukumnya sunnat. Lafazhnya yaitu:

A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim

Aku berlinding kepada Allah dari kejahatan setan yang terkutuk.

Al Fatihah

Seudah ta'awwudz, lalu membaca surah Al Fatihah. membaca surah Al Fatihah pada
setiap rakaat solat (wajib/sunnah) hukumnya wajib.

Bismillaahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillaahi rabbil'aalamin


Arahmaanirrahiim Maaliki yawmiddiin Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin
Ihdinash shiraathal mustaqiim Shirathal ladziina an'amta alaihim gahiril
maghdhuubi'alaihin waladh dhaalliin Aaamiin

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Segala puji bagi Allah yang memelihara sekalian Alam Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang Yang merajai hari pembalasan Hanya kepada-Mu kami meyembah dan
hanya kepada-Mu saja kami mohon pertolongan Tunjukilah kami jalan yang lurus
Jalan mereka yang Engkau beri ni'mat, bukan jalan mereka yang engkau murkai dan
bukan pula jalan mereka yang sesat. Kabulkanlah permohonan kami,ya Allah!

Sesudah membaca Al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua pada solat wajib, kita
disunnatkan membaca surah-surah atau ayat yang lain. Pada rakaat selanjutnya
yaitu ketiga dan/atau keempat, kita hanya diwajibkan membaca Al Fatihah saja,
sedangkan pembacaan surah atau ayat lainnya tidak diwajibkan. Surah-surah atau
ayat-ayat Al Quran yang diinginkan dapat saja kita pilih diantara sekian banyak
surah dari Al Quran. Sebaiknya usahakanlah tetap membaca surah atau beberapa
ayat Al Quran sesudah al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua (pada solat wajib)
misalnya:

Wal ashri innal insaana lafii khusrin illaladziina 'aamanu wa'amilus


shaalihaati watawaashaw bil haqqi watawaashaw bis shabri (QS)

"Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang
beriman dan beramal saleh serta mereka yang berwasiat pada jalan kebenaran dan
mereka yang berwasiat pada ketabahan."

Ruku

Di dalam ruku membaca :

1. Subhaana rabbiyal azhim (3x) ("Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung")

atau

2. Subhaanakallahumma rabbanaa wa bihamdika allaahummaghfirlii ("Maha


suci Engkau ya Allah, ya Tuhan Kami, dengan memuji Engkau ya Allah, ampunilah
aku")

*Boleh dipilih salah satu di antara kedua do'a tersebut.

I'tidal

I'tidal atau bangun dari ruku seraya mengangkat kedua tangan membaca:

Sami'allaahu liman hamidah. Rabaanaa walakal hamdu. (Maha mendengar


Allah akan pujian orang yang memuji-Nya. Ya Tuhan kami, untuk-Mu lah segala
puji.")

Bagi orang yang telah lancar bacaannya, maka pujian bangun dari ruku dapat
diperpanjang dengan:

"Mil-ussamaawaati wa mil ul ardhi wa mil-umaa syi'ta min sya-in ba'du" (Untuk-Mu


lah segala puji sepenuh langit dan bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki.)

Sujud Pertama

Bacaan dalam sujud:

Subhaana rabbiyal a'la (3x) (Mahasuci Tuhanku Yang Maha Tinggi_

Atau boleh juga membaca pujian seperti pujian No. 2 dalam ruku yaitu:

Subhaanakallaahumma rabbanaa wa bihamdika Allaahummaghfirlii (Mahasuci


Engkau ya Allah, ya Tuhan kami, dengan memuji Engkau ya Allah, ampunilah aku)
Duduk Diantara Dua Sujud

Ketika duduk diantara dua sujud membaca:

Allaahummaghfirlii, warhamnii, wajburnii, wahdinii, warzuqnii (Ya Allah,


ampunilah hamba, kasihanilah hamba, cukupilah hamba, tunjukilah hamba, dan
berilah hamba rizki.)

Atau boleh juga membaca:

Rabbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'afinii,


wa'fu'annii. (Wahai Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupilah aku,
angkatlah derajatku, ber rizqilah aku, tunjukilah aku, sehatkanlah aku, dan
maafkanlah segala kesalahanku.)

[ kembali ke atas ]

Sujud Kedua

Bacaan dalam sujud kedua, sama dengan bacaan dalam sujud pertama yaitu:

Subhaana rabbiyal a'la (3x)(Mahasuci Tuhanku yang Maha Tinggi)

Bacaan-bacaan dalam ruku, i'tidal, sujud, dan ketika duduk diantara dua sujud
dalam solat, semuanya sunat (tidak wajib) yang amat dianjurkan.

Berdiri Pada Rakaat Kedua

Sikap berdiri pada rakaat kedua sama dengan sikap berdiri pada rakaat pertama,
yaitu dengan bersedekap tangan ke dada, yang kanan di atas yang kiri.

Mulai dengan membaca ta'awwudz:

A'uudzu billaahi minasy syaithaanirrajiim (Aku berlindung kepada Allah dari


kejahatan syaithan yang terkutuk.)

Kemudian diteruskan dengan membaca surah Al-Fatihah.

Sesudah membaca Al-Fatihah, kembali pada rakaat kedua ini dianjurkan untuk
membaca pula satu surah atau beberapa surah atau ayat-ayat suci Al Quran.
Kemudian kembali melakukan ruku.
Ruku di Rakaat Kedua

Sikap dan bacaan ruku di rakaat kedua ini sama dengan sikap dan bacaan pada ruku
di rakaat pertama.

Bangun dari Ruku

Sama dengan I'tidal pada rakaat pertama, bangkit serta mengangkat kedua tangan
seraya membaca do'a i'tidal.

Sujud Pertama pada Rakaat Kedua

Bacaan di dalam sujud ini sama dengan bacaan pada sujud di rakaat pertama.

Duduk Diantara Dua Sujud

Bacaan doa ketika duduk diantara dua sujud pada rakaat kedua sama dengan
bacaan pada rakaat pertama.

Sujud Kedua Pada Rakaat Kedua

Sikap dan bacaan pada sujud kedua pada rakaat kedua sama juga dengan sikap dan
bacaan pada sujud-sujud sebelumnya.

Duduk Tahiyyat

Sikap duduk pada tahiyyat pertama (Tawarruk, keadaannya sama ketika duduk
antara dua sujud menduduki kaki kiri, sedang kaki kanan tegak dengan jarijari kaki
menghadap kiblat). Lain dengan sikap duduk pada tahiyyat kedua atau tahiyyat
akhir (ifti-rasy, kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari kaki menghadap ke arah
kiblat).

Bacaan ketika tahiyyat ialah:

At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu waththayibaatu


Semoga kehormatan untuk Allah, begitu pula segala do'a dan semua yang baik-baik.

Assalaamu'alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh

Salam sejahtera untukmu wahai para Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya.

Assalaamu'alainaa wa'ala ibaadillahis shaalihiin

Salam sejahtera untuk kami dan untuk para hamba Allah yang saleh

Asyhadu anlaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa


rasuuluh

Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa
sesungguhnya Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya

Contoh di atas adalah praktek solat subuh 2 rakaat. Bila Anda solat Maghrib 3
rakaat, maka bacaan tahiyyat pertama rakaat kedua cukup samapai pada
"Allaahumma shalli 'alaa Muhammad" dan akhir rakaat ketiga bacaan tahiyyat
dibaca dengan sempurna samapi "hamiidun majiid". Setelah itu memberi salam.

Bila anda solat 4 rakaat, yaitu Zohur, Ashar, atau Isya, maka akhir rakaat kedua
persis sama dengan akhir rakaat kedua solat Maghrib. Pada akhir rakaat ketiga, tak
ada tahiyyat, dan pada akhir rakaat keempat barulah anda sempurnakan bacaan
tahiyyat hingga "hamiidun majiid", lalu memberi salam sebagai akhir dari shalat.

Allaahumma shalli 'alaa Muhammadin wa'alaa aali Muhammadin, kamaa


shallaita 'alaa Ibraahim wa'alaa aali Ibrahim, wa baarik 'alaa Muhammadin,
kama baarakta 'alaa Ibrahiima wa'alaa aali Ibraahima, fil 'aalamiina innaka
hamiidun majiid.

Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad,


sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim,
dan berilah berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana
Engkau memberi berkat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya
Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia.

Memberi Salam

Menoleh ke kanan dan ke kiri. Setelah selesai tahiyyat, anda memberi salam dengan
membaca:

Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh (Salam sejahtera


untukmu, rahmat Allah dan berkat-Nya.)

Sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.


Perhatian:

Ketika membaca tasyahhud (asyhadu..) dalam tahiyyat, telunjuk kanan digerakkan


ke atas bagai meyakinkan bahawa Allah itu hanya Esa.
Solat Jama & Qasar
Solat Jama

Yang dimaksud dengan solat Jama adalah penggabungan dua waktu solat dan
dikerjakan dalam satu waktu, misalnya solat Zhuhur dengan Ashar dan Maghrib
dengan Isya.

Bila solat Zuhur dikerjakan bersama-sama dengan Ashar di waktu Ashar, maka
dinamakan Jama Ta'khir. Sebaliknya bila solat Ashar dikerjakan bersama-sama
dengan Zuhur di waktu Zuhur disebut Jama Taqdin. Demikian juga bila solat
Maghrib dan Isya dikerjakan bersama-sama pada waktu Maghrib, ia disebut Jama
Taqdim, sebaliknya solat Maghrib dengan Isya dikerjakan bersama-sama pada
waktu Isya, ia dinamakan Jama Ta'khir.

Zuhur, Ashar, Isya dan Maghrib, rakaatnya tetap, 4,4,4, dan 3. Dalam solat Jama'
baik yang taqdim maupun takhir, maka solat yang didahulukan mengerjakannya
adalah solat yang lebih dulu waktunya. Jadi, bila selesai dengan shalat Zuhur,
harus dilanjutkan dengan solat Ashar; begitu pula dengan solat Maghrib dan Isya.

Solat Jama boleh dikerjakan oleh orang-orang yang:

• Kerana dalam perjalanan atau musafir, iaitu sejak ia berangkat hingga


kembali ke kampung
• Kerana sedang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat yang betul-betul sulit
ditinggalkan.
• Ataupun sebab-sebab lain yang seseorang tidak mampu menunaikan solat
tersebut tepat pada waktunya.

Harus ada niat dalam hati bahawa ia mengerjakan solat Jama'.

Shalat Qasar

Yang dimaksud dengan solat Qashar ialah mengerjakan solat yang empat rakaat
menjadi 2 rakaat sahaja, yakni solat Zhuhur, Ashar, dan Isya. Dalam Al Quran
disebutkan:

"Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu
mengqashar shalatmu jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya
orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu". (An Nisa 101).

Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud dari Yahya bin Mazid r.a.
katanya:

"Saya telah bertanya kepada Anas tentang mengqashar shalat. Jawabnya:


Rasulullah s.a.w. "Apabila ia berjalan jauh 3 mil atau 33 farskah (25,92 km), maka
beliau solat dua rakaat"
Dalam keterangan lain disebutkan bahwa Umar r.a. bertanya kepada Rasulullah
s.a.w. :"Apakah halnya kita, sedangkan kita telah aman".

Rasulullah s.a.w. menjawab: "Itu adalah sadakah yang diberikan Allah s.w.t.
kepada kamu, maka terimalah sedekahnya itu" (HR Ja'la bin Umayyah)

Solat Qashar boleh dikerjakan oleh seseorang yang tengah berpergian (musafir) baik
dalam keadaan aman, maupun dalam keadaan ketakutan; baik perjalanan wajib
atau biasa, asalkan perjalanan yang bukan maksiat. Dalam perjalanan Haji,
menuntut ilmu, berdagang, mengunjungi sahabat dan lain-lain, halal untuk
mengqasharkan solat.

Adapun solat qashar saja, maupun qasahar dan jama' yang dilakukan seseorang
selama masa perjalanan, maka setelah ia tiba dirumah kembali, solatnya tidak perlu
diulangi.

Seorang musafir, boleh mengerjakan jama' dan qashar sekaligus. Bila ingin
mengerjakan jama, dan qashar, jika ingin azan, maka azannya cukup satu kali saja
dan iqamahnya dua kali. Caranya, mula-mula azan, lalu iqamah dan solat. Bila telah
selesai ia iqamah sekali lagi untuk solat berikutnya. Solat qashar adalah
bagian dari ketetapan agama Islam.

Boleh jama' di dalam negeri

"Telah berkata Ibnu Abbas: Rasulullah s.a.w. pernah sembahyang jama' antara
Zuhur dan Ashar, dan antara Maghrib dan Isya, bukan diwaktu ketakutan dan bukan
di dalam pelayaran (safa). Lantas ada orang bertanya kepada Ibnu Abbas: "Mengapa
Rasulullah s.a.w. berbuat begitu? Ia menjawab: "Rasulullah s.a.w. berbuat
begitu kerana tidak mahu memberatkan seorangpun daripada umatnya". (HR Imam
Muslim)

Boleh Seketika, Tetapi Bukan Leluasa

Bila anda berpergian sebelum tergelincir matahari (yaitu sebelum Zuhur dan
ternyata Zuhur tidak dapat dikerjakan pada waktunya kerana ada kerumitan atau
halangan yang susah dielakkan), maka Zuhur dapat dikerjakan pada waktu Ashar,
bersama-sama dengan solat Ashar. Bila anda keluar sesudah tergelincir matahari,
yakni sudah dalam Zuhur, sedangkan anda sendiri memperkirakan tidak mungkin
ada kesempatan untuk mengerjakan solat Ashar tepat pada waktunya, maka Ashar
dapat anda kerjakan bersama-sama solat Zuhur di waktu Zuhur itu juga, demikian
halnya dengan solat Maghrib dan Isya.

Yang Penting Niat

Bagi seorang yang betul-betul sibuk dengan tugas yang tidak dapat ditinggalkan
(atau bila ditinggalkan dapat merosak), maka baginya ada keizinan/keringanan
untuk mengerjakan solat jama' (Zuhur dengan Ashar di waktu Zuhur atau Zuhur
dengan Ashar di waktu Ashar. Begitu juga Maghrib dengan Isya, sekali pun ia berada
di dalam kota atau negeri. Tetapi, cara yang demikian bukanlah untuk dijadikan
kebiasaan, namun dibenarkan bagi yang memang memerlukan, baik dalam solat
atau diluar solat.

Pada waktu sujud dianjurkan membaca:

Sajada wajhiya lilladzii khalaqahu wasyaqqa sam'ahu wabasharahu


bihawlihi waquwwatihi. (Aku bersujud kepada Allah yang menciptakannya,
memberikan pendengaran dan penglihatan dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya)

Catatan:

Bila diluar solat, pembacaan ayat yang ditentukan melakukan sujud tilawah, maka
pendengar (menyaksikan) dianjurkan ikut bersujud; bila mereka tidak ikut bersujud,
maka tidak akan berdosa.

Bila dalam solat jamaah, Imam bersujud tilawah, maka makmum wajib ikut
bersujud, bila makmum tidak bersujud, maka gugurlah kedudukannya sebagai
anggota solat berjamaah.
Solat Berjamaah
Solat berjamaah adalah solat yang dilakukan secara bersama, dipimpin oleh yang
ditunjuk sebagai imamnya. Solat-solat yang bisa dikerjakan berjamaah adalah:

1. Solat Lima Waktu: Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya


2. Solat Jum'at
3. Solat Tarawih
4. Solat Ied Fitri dan 'Idul Adha
5. Solat Jenazah
6. Solat Istisqa (Minta Hujan)
7. Solat Gerhana Bulan dan Matahari
8. Solat Witir

Cara Melakukan

Berniat dalam hati bahawa ia menjadi makmum atau iman. Adapun seseorang yang
pada mulanya solat sendirian, kemudian ada orang lain yang mengikuti di
belakangnya, baginya tidak dituntut sebagai imam.

Makmum tidak dibenarkan mendahului imam, baik tempat berdirinya maupun


gerakannya selama solat berjama'ah berlangsung. Makmum diharuskan mengikuti
sikap/gerak imam, tidak boleh terlambat apa lagi sampai tertinggal hingga dua
rukun solat.

Apabila makmum menyalahi gerakan imam (sengaja tidak mengikutinya) maka


putuslah arti jama'ah baginya; dan ia disebut mufarriq.

Antara imam dan makmum harus berada dalam satu tempat yang tidak terputus
oleh sungai atau tembok mati kerana itu berjamaah melalui radio atau
seumpamanya dalam jarak jauh, tidak memenuhi syarat berjamaah.

Imam hendaklah orang yang berdiri sendiri, bukan orang yang sedang makmum
kepada orang lain. Selain itu, imam hendaklah seorang laki-laki. Perempuan hanya
dibenarkan menjadi imam sesama perempuan dan anak-anak.

Solat berjamaah hukumnya sunnah muakkad yaitu sunnat yang sangat


dianjurkan. Perbedaan nilai solat berjamaah, 27 kali lebih baik daripada solat
sendirian (munfarid). Solat berjamaah paling sedikit adalah adanya seorang imam
dan seorang makmum.

Bila seseorang terlambat mengikuti solat berjamaah, hendaklah ia segera melakukan


takbiratul ihram, lalu berbuat mengikuti imam sebagaimana adanya. Bila imam
sedang duduk, hendaklah ia duduk, bila iamam sedang sujud iapun harus sujud;
demikian seterusnya. Apabila imam sudah memberi salam, hendaklah ia bangun
kembali untuk menambah kekurangan raka'at yang tertinggal dan kerjakanlah
hingga raka'atnya memenuhi.

Ukuran satu rakaat solat ialah ruku'. Bila seseorang mendapatkan imam ruku dan
dapat mengikutinya dengan baik, maka ia mendapatkan satu rakaat bersama imam.

Rasulullah s a.w. bersabda: "Apabila seseorang di antara kamu mendatangi


shalat, padahal imam sedang berada daam suatu sikap tertentu, maka
hendaklah ia berbuat seperti apa yang sedang dilakukan oleh imam". (HR
Turmudzi dan Ali r.a. )

Hikmah Berjamaah

Solat berjamah mengandung faedah dan manfaat yang bervariasi sesuai dengan
kepentingan umat dan zaman. Melalui jamaah, silaturahmi antar umat, disiplin, dan
berita-berita kebajikan dapan dikembangkan dan disebarkan luaskan.

Rasulullah s a.w. bersabda: Solat berjamaah itu lebih utama nilainya dari
solat sendirian, sebanyak dua puluh tujuh derajat" (HR Bukhari dan
Muslim).

Imam (Ikutan)

Imam adalah ikutan, demikian pengertiannya. Untuk menjadi seorang imam


diperlukan beberapa persyaratan yang mengikat. Misalnya memiliki usia yang lebih
tua atau dituakan, memiliki pengetahuan tentang Al Quran dan hadits Rasulullah s
a.w., memiliki keindahan bacaan dengan ucapan yang fasih (kalau di zaman
Rasulullah s a.w., peribadi-peribadi yang lebih dahulu hijrah diperhatikan untuk
menjadi imam.

Kerana imam adalah ikutan, maka pemilihan pribadi amat diperhatikan. Pro dan
kontra yang berlebihan atas seseorang imam kerana dosa besarnya yang menonjol,
pasti akan membubarkan jamaah. Adapun dalam kesalahan umum, maka semua
manusia tidak suci dari dosa. Seorang yang biasa menjadi imam, maka tidak ada
salahnya untuk sewaktu-waktu ia berada di belakang imam yang lain. Walau dia
sendiri mungkin lebih baik dari imam yang bersangkutan.

"Dari Abdullah bin Masud, dia berkata: Rasulullah s a.w. bersabda: "Menjadi
Imam dari suatu kaum ialah mana yang lebih baik bacaan Al Qur'annya. Bila
semuanya sama bagusnya, hendaklah imamkan mana yang paling alim
(banyak tahu) akan sunnah Rasul. Kalau semuanya sama alim tentang
sunnah Rasul, maka dahulukan mereka yang lebih dulu hijrah. Kalau
mereka sama dahulu hijrah, maka iammkanlah mereka yang lebih tua
usianya" (HR Imam Ahmad dan Muslim, dari Abdullah bin Mas'ud).

"Kalau mereka ada bertiga, hendaklah diimamkan seorang. Yang lebih


berhak menjadi imam ialah yang lebih banyak bacan (tahu tentang bacaan
Al Qur'annya)". (HR Imam Muslim, Ahmad dan Nasa'i dengan sumber Abi
Said Al-Khudry).

"Tidaklah halal bagi seorang mukmin yang imam kepada Allah s.w.t. dan
hari akhir yang mengimami sesuatu kaum kecuali atas izin kaum itu. Dan
janganlah ia mengkhususkan satu do'a untuk dirinya sendiri dengan
meninggalkan mereka. Kalau ia berbuat demikian, berkhianatlah ia kepada
mereka". (HR Abu Daud dari Abu Hurairah)

Keadaan Shaf

Solat salah satu ibadah yang menghubungkan peribadi kepada Allah s.w.t., dan
juga mengatur hubungan sesama manusia. Solat yang baik mendatangkan tamsil
yang indah dan berguna.

Shaf yang baik akan menghemat tempat, merapikan barisan dan kesatuan jamaah
serta mendatangkan nilai tambah bagi ibadah itu sendiri, bahkan menjadi cermin
disiplin kehidupan dan pergaulan.

Rasulullah s a.w. bersabda: "Aturlah shaf-shaf kamu dan dapatkanlah jarak


antaranya, ratakanlah dengan tengkuk-tengkuk". (HR Imam Abu Dawud
dan An Nasa'i disahihkan Ibnu Hibban dari Anan).

Sering orang mengira bahawa shaf yang baik adalah shaf yang dilakukan secara
santai-lapang. Tidaklah demikian sebenarnya.

Untuk Shaf yang Baru

Bila shaf terisi penuh, maka mulailah dengan shaf yang baru dari arah sebelah
kanan. Bila yang terbelakang hanya seorang diri, maka usahakanlah ia dapat masuk
shaf yang sudah ada; atau tariklah seorang anggota shaf yang ada untuk
menemaninya (yang ditarik pasti mahu, andaikan ia mengerti tata tertibnya).

Shaf Kaum Wanita

Shaf kaum wanita sebaiknya terletak di belakang shaf kaum lelaki, sementara shaf
anak-anak berada di tengah; demikian bila dimungkinkan. Bila tidak, shaf makmum
lelaki dan wanita bisa diatur secara sejajar; atau mungkin tercampur sama sekali,
bagaikan jamaah musim haji di masjidil Haram, Makkah. Shaf yang bercampur baur
sebenarnya kurang baik, bahkan mudah mengandung fitnah; sementara solat itu
sendiri mencegah kekejian dan kemungkaran, yang akan mendatangkan fitnah,
apalagi jika melakukan solat.

Rasulullah s a.w. bersabda: "Sebaik-bauknya shaf kaum lelaki itu di depan,


dan seburuk-buruknya ialah di bagian belakangnya, dan sebaik-baiknya
shaf kaum wanita itu ialah pada bagian akhirnya dan sejelek-jeleknya ialah
di bagian depannya". (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah).

Pengganti Imam

Bila solat berjamaah, sebaiknya orang yang di belakang imam adalah mereka yang
merasa dirinya siap sebagai pengganti, bila tiba-tiba imam mendapat halangan,
umpamanya batal, jatuh sakit, lupa ingatan, terlupa rukun dan sebagainya. Apabila
seseorang solat di sebuah masjid di luar asuhan atau daerahnya sendiri, maka dia
tidak boleh langsung bertindak menjadi imam, kecuali bila diminta. Mungkin saja
disana sudah ada jadwal imam tetap. Begitu pula bila ia bertamu, kerana yang
paling hak menjadi imam adalah tuan rumah sendiri, kecuali bila ia diminta.

Imam Yang Arif

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah s a.w. bersabda:


"Manakala seseorang di antara kamu solat bersama-sama orang banyak,
maka hendaklah ia meringankan (memendekkan) bacaan surat atau ayat-
ayatnya. Mungkin ada diantara jamaah yang tidak tahan lama berdiri, ada
yang sakit, atau ada yang sudah tua. Dan manakala seseorang dari kamu itu
solat sendirian, maka silakan ia memanjangkan bacaan sekehendaknya".
(HR Bukhari dan Muslim).

Khutbah dipendekkan dan solat diperpanjang, demikian petunjuk Rasulullah s a.w.


Di pejabat, pekerja dibatasi oleh waktu, maka khutbah yang pendek sangat tepat
dan bermanfaat. Khutbah yang seakan-akan cerita bersambung, membosankan,
akhirnya jama'ah berbual dan mengantuk.

Ringkasan

• Kalau solat di rumah, maka tuan rumah lebih berhak menjadi imam, kecuali
tuan rumah mempersilakannya.
• Orang yang bagus bacaan Al-Qurannya lebih diutamakan untuk menjadi
imam.
• Bila solat telah berlangsung, mereka yang datang belakangan terus saja
mengikuti imam yang sudah ada.
• Imam sedapatnya orang yang lebih disukai makmum, kerana iman itu dipilih
untuk diikuti.
• Imam sahabat rawatib, sebaiknya oleh imam yang biasa ditetapkan, kecuali
ada kesepakatan menunjuk orang lain sebagai imam.
• Imam yang fasih lebih utama, sebagai halnya seorang yang dituakan, baginya
amat layak menjadi imam dalam solat.
• Imam itu bertanggung jawab atas makmumnya, kerana itu seorang imam
harus tahu benar dengan kedudukannya.
• Orang makmum yang tepat berada di belakang imam, hendaklah seorang
yang amat tahu dalam masalah ibadah yang sedang dilakukan. Mereka harus
bertindak tepat pada saat imam batal, salah, lupa dan sebagainya. Bila perlu
ia berhak menggatikan imam, sekalipun imam berkebaratan atau tidak tahu
tentang kesalahannya.
• Seorang di belakang imam berlaku sebagai barometer, berhak meluruskan
baris atau shaf di kanan dan kirinya.
• Apabila selesai solat, imam segera duduk mengarah ke jamaah. Sebaiknya
imam berdzikir secara pelan dan kusyu, dan jamaahpun berdzikir atau berdoa
sesuai kata hatinya; demikian yang terbaik.
• Bila imam berdoa, diaminkan atau tidak diaminkan, doa imam sudah
membawa kepentingan jamaahnya.

Solat Sunnat Istikharah


Solat ini dilakukan untuk mendapatkan petunjuk, terutama bila seseorang dalam
keraguan memutuskan mana yang terbaik diantara dua perkara yang diragukan.

Sebelum seseorang mengambil keputusan ia dianjurkan solat istikharah dua rakaat.


Setelah selesai shalat, berdoa seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW:

Allaahumma inni astakhiiruka bi'ilmika , wa astaqdiruka biqudratika wa as


aluka min fadhlikal azhiim. Fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wata'lamu wa
laa a'lamu, wa anta allaamul ghuyuub.

Allaahumma inkunta ta'lamu anna haadzal amra khairun lii fii diinii
wama'aasyii wa 'aaqibati amrii, 'aajili amrii wa aajilihi faqdurhu lii wa
yassirhu lii tsumma baarikliifiihi. Wa inkunta ta'lamu anna haadzal amra
syarrun lii fii diinii wa ma'aasyii wa 'aaqibatu amrii 'aajili amrii wa aajilihi
fashrif annii washrifni 'anhu waqdur liyal khairahaytsu kaana tsumma
ardhinii bihi, innaka 'alaa kulli syai-in qadiir

"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon pilihan-Mu dengan ilmu-Mu, dan aku mohon
kepastian kepada-Mu dengan kekuasaan-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa,
Engakau Maha Tahu dan Maha Mengetahui segala yang gaib.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui urusan ini baik bagiku, untuk agamaku, untuk
penghidupanku dan akhir kesudahannya kelak, maka takdirkanlah dia bagiku dan
mudahkanlah dia bagiku, kemudian berilah dia berkah bagiku.
Dan apabila Engkau mengetahui pekerjaan itu buruk bagiku, untuk agamaku, untuk
penghidupanku dan akhir kesudahannya kelak, maka singkirkanlah dia daripadaku
dan hindarkanlah aku daripadanya. Takdirkanlah hal-hal yang baik bagiku dimana
kebajikan itu berada, kemudian berilah aku menyenanginya"

Tata Cara Shalat Istikharah

Tata cara solat istikharah sama dengan solat subuh, Hanya niatnya saja yang
berlainan, yaitu berniat solat istikharah. Bila mungkin laksanakan sesudah lewat
tengah malam, setelah bangun tidur. Solat ini sangat peribadi sifatnya. Sebab itu
harus dikerjakan sendirian. Solat ini tidak memakai azan atau iqamah.

Dalam berdoa sebaiknya menyebutkan permintaan yang ingin diberikan petunjuk


oleh Allah s.w.t. misalnya: "Ya Allah, jika Engkau mengetahui urusan
ini....(sebutkan namanya)"
Solat-solat Sunnat Lainnya
Solat Safar

Apabila seseorang hendak berpergian, sebelum meninggalkan rumah, ia dianjurkan


mengerjakan solat safar dua rakaat; demikian pula sesudah tiba di rumah kembali.
Caranya sama dengan mengerjakan solat subuh, hanya niatnya berlainan, yaitu
berniat solat safar sunnat kerana Allah s.w.t.. Selesai solat berdoalah agar
perjalanan diridhai, dimudahkan dan diselamatkan Allah s.w.t. dalam perjalanan,
baik pribadi, tugas maupun keluarga yang ditinggalkan.

Solat Tahiyatul Masjid

Bila seseorang masuk ke masjid, maka sebelum ia duduk atau melakukan sesuatu
yang lain, lebih dulu dianjurkan mendirikan solat tahiyatul masjid (menghormati
masjid) sebanyak dua rakaat. Caranya sama dengan solat sunnat yang lain, hanya
niatnya saja yang berbeda.

Solat Dhuha

Solat Dhuha dilakukan pagi hari antara jam 6.30 hingga jam 11.00 . Bilangan
rakaatnya sekurang-kurangnya dua rakaat dan sebanyak-banyaknya 8 rakaat.
Caranya setiap dua rakaat, satu salam.

Solat Thuhur

Solat ini dikerjakan sesudah mengambil air wudhu. Kalau di masjid, sebaiknya
dilakukan sesudah solat tahiyatul masjid. Caranya seperti mengerjakan solat sunnat
yang lainnya.

Solat Intizhar

Solat Intizhar (solat menunggu atau sunat Mutlaq) dapat dikerjakan pada setiap
saat; terlepas dari keterikatan seperti solat sunnat yang lain. Pada hari Jum'at
menjelang khatib naik mimbar, atau pada kesempatan yang hampir serupa. Solat
Intizhar tidak boleh dikerjakan lagi bila khatib sudah naik mimbar. Caranya seperti
mengerjakan solat subuh juga, setiap dua rakaat satu kali salam. Boleh dikerjakan
satu kali atau lebih.

Solat Syukur

Solat ini biasanya dikerjakan apabila setelah berhasil menaklukkan musuh,


mengerjakan pekerjaan besar, memperoleh keuntungan besar, seperti lulus ujian
dan sebagainya. Bilangan rakatnya boleh 2, 4, 6 atau 8 dan dikerjakan terus
menerus dengan hanya satu kali salam pada rakaat terakhir.

Solat Sunnat Jum'at

Selesai solat Jum'at, kita dianjurkan melakukan solat empat rakaat atau dua rakaat,
dengan niat solat sunat Jum'at.

Rasulullah s a.w. bersabda: "Apabila anda sudah selesai solat Jum'at maka
hendaklah kamu solat sesudahnya empat rakaat" (HR Imam Muslim dari
Abu Hurairah)

Dalam hadits lain juga disabdakan:

"Bahwa Rasulullah s a.w. tidak mengerjakan solat sunnat sesudah Jum'at sehingga
ia pulang ke rumahnya, maka beliau solat dua rakaat dirumahnya". (Hr Imam
Muslim dan Ibnu Umar r.a.)
Solat Sunnat Istisqa (Minta Hujan)
Pada musim kemarau panjang, kita dianjurkan melakukan solat Istisqa (solat
minta hujan). Seluruh anggota masyarakat, lelaki dan wanita, tua muda, anak-anak,
dan orang tua lemah pun kalau perlu didukung dan diikutsertakan; berkumpul di
satu kawasan lapang, semua berpakaian yang biasa dipakai kerja. Jama'ah dengan
rendah hati, khusyu, dan bersungguh-sungguh mengharap ridha Allah s.w.t.

Khatib naik mimbar atau berdiri di tempat ketinggian, lalu memulai berkhutbah
dengan puji-pujian kepada Allah s.w.t., dua kalimah syahadah dan shalawat kepada
Rasulullah s a.w.. Kandungan khutbah mengajak umat bertaubat dan
mendekatkan diri kepada Allah s.w.t, lalu mengajukan permohonan kepada-Nya,
semoga Dia menurunkan hujan. Sebaiknya beberapa hari menjelang solat istisqa
dilakukan, pemuka umat sudah berbuat menasihati, menginsyafkan umat serta
berpuasa bersama-sama selama empat hari berturut-turut dan mengajak berlumba-
lumba membuat kebajikan.

Doa meminta hujan:

Alhamdulillahi rabbil aalamiim. Arrahmaanirrahiim.


Maalikiyaumiddiin. Laailaaha illallaahu ya'alu maa yuriid. Allaahumma
antallaahu laa ilaahaa illallaahu antal ghaniiyyu wa nahnul fuqaraa-u anzil
alainal ghaytsa waj al maa anzalta lanaa quwwatan wa balaaghan ilaahiin.

"Segala puji bagi Alah, pemelihara alam semesta. Tuhan yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Tuhan yang memiliki hari pembalasan. Tidak ada Tuhan selain
Allah. Allah berwenang berbuat sekehendak-Nya.

Ya Allah, Engkaulah Tuhan, Tiada Tuhan selain Engkau yang Maha Kaya, dan kami
berhajat kepada Engkau. Curahkanlah hujan kepada kami, dan jadikanlah apa yang
Engkau turunkan itu menjadi kekuatan bagi kami hingga masa-masa selanjutnya".

Lalu khatib menadahkan kedua tangannya ke langit seraya membalikkan diri,


membelakangi jama'ah dan menghadap kearah kiblat, dengan segala kerendahan
hati ia memohon kepada Allah s.w.t., sementara jamaah mengaminkannya.
Kemudian khatib menghadap kembali kepada orang banyak, lalu turun dari mimbar
untuk melakukan solat dua rakaat dengan para jamaah. Solat ini tidak memerlukan
azan dan iqamah. Sebaiknya sesudah membaca Al Fatihah pada rakaat pertama,
imam membaca surat Al A'la dan sesudah Al Fatihah pada rakaat kedua, imam
membaca surah Al Ghasyiyah.
Shalat Sunnat Rawatib
Solat sunnat rawatib biasa juga disebut sunnat Qabliyah dan sunnat Ba'diyah.
Dinamakan demikian kerana solat sunnat ini dilaksanakan sebelum dan sesudah
solat wajib yang lima waktu, ia merupakan pendamping atau pelengkap bagi solat
yang bersangkutan.

Sebelum Zuhur kita dianjurkan (disunnatkan) mengerjakan solat Qabliyah dua


rakaat. Bila mungkin dan cukup waktu kerjakan dua rakaat lagi. Setelah selesai solat
Zuhur, dianjurkan pula mengerjakan solat Ba'diyahnya dua rakaat, bila mungkin,
kerjakan dua rakaat lagi. Jadi sunat rawatib bagi solat Zuhur; Qabliyah 2+2 dan
Ba'diyah 2+2 rakaat.
Adapun solat sunnat rawatib bagi shalat Ashar, Qabliyah (sebelum Ashar) empat
rakaat, sekurang-kurangnya dua rakaat (untuk Ashar tidak ada rawatib
Ba'diyahnya). Untuk solat Maghrib kita boleh melakukan solat sunnat Rawatib
Ba'diyah sebanyak dua rakaat (Maghrib tidak ada Rawatib Qabliyahnya).

Untuk Isya, dua rakaat Qabliyah dan dua rakaat Ba'diyah. Adapun untuk solat
Shubuh, hanya ada dua rakaat sebelumnya (Qabliyah).

Cara mengerjakan solat sunnat rawatib ini sama halnya dengan cara mengerjakan
solat Subuh, hanya niatnya yang berbeda. Untuk solat rawatib Zuhur, berniat
mengerjakan solat sunnat rawatib Qabliyah atau Ba'diyah dan dikerjakan dengan
cara sendiri-sendiri (Munfarid, tidak berjamaah).
Solat Sunnat Tahajjud dan Witir
Solat Tahajjud ialah solat malam, atau biasa disebut Shalatul Lail. Waktunya
lewat tengah malam, dan sebaiknya dikerjakan setelah tidur terlebih dahulu.
Bilangan rakaatnya sebelas rakaat; yakni 8 rakaat + 3 rakaat sunnat witir.

• Tahajjud dapat dikerjakan 2x4 rakaat, yaitu setiap 4 rakaat 1 salam, lalu
ditambah dengan witir 3 rakaat 1 salam.
• Atau dengan cara 4x2 rakaat, yaitu setiap 2 rakaat 1 salam, lalu ditambah
dengan 3 rakaat witir 1 kali salam.

Ayat-ayat yang dibaca sesudah Al Fatihah boleh dipilih sendiri. Biasanya ayat-ayat
yang dipahami maknanya akan lebih berkesan dan mudah dihafal. Bagi yang belum
hafal, dapat membaca pada rakaat pertama surat Al Ashar serta Al Kautsar; atau
ayat-ayat pendek lainnya.

Melalui solat malam, seseorang dapat meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah


s.w.t..

Firman Allah s.w.t.:

"Dan pada sebagian malam tahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan


bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat
yang terpuji". (Al Isra : 79).

Solat Witir

Witir artinya ganjil. Dinamakan Solat Witir, kerana bilangan rakaatnya yang selalu
ganjil; yaitu boleh 1 rakaat, 3, 5, 7, 9 atau 11 rakaat. Boleh dikerjakan dua-dua,
terakhir 3 rakaat 1 tahiyyat 1 salam.

Solat witir dilakukan setelah solat Isya hingga menjelang fajar (shubuh). Ia dapat
dikerjakan sebagai pelengkap solat Tahajjud atau solat Tarawih; ia layaknya sebagai
penutup segala solat yang dilakukan hingga menjelang Subuh. Misalnya seseorang
yang memperkirakan peribadinya tak akan terbangun mengerjakan solat Tahajjud
lagi, maka ia dapat mengerjakan solat witir langsung sesudah mengerjakan solat
Isya. Pada setiap rakaat solat witir, selain membaca Al Fatihah kita dapat pula
memilih beberapa ayat atau salah satu dari Al Quran.
Solat Tarawih
Solat Tarawih dalam bulan Ramadhan ialah solat Tahajjud atau shalatul lail
yang dilakukan pada malam-malam bulan lainnya. Sesudah membaca Al Fatihah
pada setiap rakaat, lalu membaca ayat-ayat atau surah dari Al Quran . Bilangan
rakaat shalat Tarawih sesuai sunnah Rasulullah s a.w. ialah 11 rakaat; terdiri dari
8 rakaat solat Tarawih dan 3 rakaat solat Witir. Sementara Umar bin Khatab r.a.
mengerjakannya 20 rakaat dengan ditambah witir 3 rakaat. Solat tarawih termasuk
sunnah muakkad, boleh dikerjakan dengan berjamaah boleh juga sendiri.

Menurut pendapat Al Ghazali, dalam bukunya "Rahasia-rahasia Shalat", walaupun


dapat dikerjalan sendiri tanpa berjamaah, solat Tarawih yang dilakukan secara
berjama'ah lebih afdhal, sama seperti pendapat Umar r.a., mengingat bahawa
sebagian solat nawafil telah disyariatkan dalam jama'ah, maka yang ini pun pantas
dimasukkan ke dalam kelompok tersebut. Sedangkan alasan kekhawatiran timbulnya
riya bila berjamaah, atau pun kemalasan bila sendirian, sudah jelas menyimpnag
dari tujuan keutamaan berkumpul dalam suatu jama'ah. Barangkali, orang yang
berpegang pada alasan tersebut ingin berkata bahawa melakukan solat lebih baik
daripada meninggalkannya kerana malas, dan bahawa kemalasan (bila sendirian)
lebih baik daripada riya (jika solat jamaah). Demikian menurut Al Gazhali.

Cara Mengerjakan

2x4 rakaat + Witir, yaitu setiap 4 rakaat 1 kali salam, ditambah dengan witir 3
rakaat 1 kali salam.

4x2 rakaat + 3 rakaat witir, yaitu setiap 2 rakaat 1 kali salam, ditambah dengan
witir 3 rakaat 1 kali salam.

Waktu solat Tarawih ialah sejak selesai solat Isya hingga terbit fajar
Solat Ied (Idul Fitri)
Islam memiliki dua hari raya iaitu Hari raya Fitri 1 Syawal dan Ied Adha 10
Dzulhijjah (Hari Raya Kurban atau Hari Raya Haji).

Cara mengerjakannya hampir sama dengan solat Jum'at yaitu dua rakaat. Bedanya,
pada solat Ied, takbir awal pada rakaat pertama sebanyak 7 kali, dan takbir pada
rakaat kedua sebanyak 5 kali, dan khutbah Ied dilakukan sesudah shalat.

Solat Ied & Idul Adha :

• Sebaiknya dilakukan di lapangan terbuka


• Disunatkan makan/minum sekedarnya menjelang pergi ke tempat solat.
(Kebalikan dari Ied Adha: menahan makan sampai turun khatib dari khutbah)
• Disunatkan pergi dan pulang dari solat Ied menempuh jalan yang berbeda
• Tak ada solat sunnat yang mendahului atau yang mengiringi solat Ied.
• Bagi mereka yang mengerjakan solat Ied di lapangan baginya tidak ada solat
sunnat Tahiyatul Masjid.

Bacaan setiap sesudah takbir

Subhaanallaah wal hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar.


("Maha suci Allah dan segala puji bagi Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah dan
Allah itu Maha Besar")
Sunnat memperbanyak lafaz takbir pada malam dan sepanjang Hari Raya Fitri. Pada
Ied Adha, lafaz takbir hanya dikumandangkan pada malam dan paginya menjelang
usai khutbah. Waktu-waktu berikutnya
dilakukan pada kesempatan solat fardhu termasuk pada hari-hari Tasyriq. Lafazh
berbunyi:

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu
akbar allaahu akbar walillaahil hamd. Allahu akbar kabiira walhamdulillahi
katsiira wa subhaanallaahi bukratan wa ashiila. Laa ilaaha illallaahu
wahdah, shadaqa wa'dah, wanashara 'abdah, wa hazamal ahzaaba wahdah.
Laa ilaaha illallaahu walaa na'budu illa iyyaahu mukhlishiina lahuddiina
walau karihal kaafiruun.

"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan selain
Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi Allah segala
puji, Allah Maha Besar, Maha Agung, dan segala puji bagi Allah sebanyak-
banyaknya, dan Maha Suci Allah pagi dan petang, tidak ada Tuhan selain Allah
sendiri saja, Maha Benar Janji-Nya, Maha Penolong akan hamba-Nya, dan
menghalau pasukan-pasukan musuh sendiri-Nya saja. Tidak ada Tuhan selain Allah,
dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya saja, mengikhlaskan agama bagi-Nya
sekalipun tidak disukai orang-orang
kafir ".

Bagi mereka yang terlambat tiba di tempat solat dan mendapati imam sedang solat,
ia jangan berbalik pulang, tetapi bergabunglah dan ikutilah, kemudian tambahilah
sebanyak rakaat yang tertinggal.
Apabila mereka mendapati jamaah telah selesai solat, maka kerjakanlah solat Ied
sebanyak dua rakaat; jangan ragu, jangan malu dan kerjakanlah hingga selesai. Bila
selesai solat Ied duduklah dan dengarlah khutbah dengan khidmat.

Disunnatkan mendengar khutbah dengan khidmat dan jangan meninggalkan


lapangan sebelum khatib turun dari mimbar, kecuali kerana hal-hal yang sangat
memaksa. Bagi kaum wanita yang dalam keadaan haid, mereka dianjurkan ikut ke
lapangan, ambil tempat di bagian pinggir, lalu mendengar khutbah, demi syiarnya
Islam.

Bacaan setiap sesudah takbir berbunyi:

"Subhaanallaah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar"


("Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha
Besar.")
Solat Sunnat Hajat
Solat hajat dilakukan untuk memperkuat cita-cita seseorang atau sekelompok orang.
Solat hajat boleh dikerjakan siang maupun malam hari. Malam hari, waktu tengah
malam, suasana lebih berkesan, lebih khusyu, sunyi dari segala hingar bingar
kehidupan. Ia boleh juga dikerjakan siang hari, istimewa bagi seseorang yang
memang sedang memerlukan bantuan .

Solat hajat boleh dikerjakan dua rakaat dan boleh pula lebih. Pada halaman ini akan
ditampilkan solat hajat yang berjumlah 12 rakaat.
Tersebut dalam buku Tuhfatudz Dzaakirin karangan Imam Al Ghazali, bahwa
Rasulullah s.a.w. menerangkan :

"Engkau solatlah dua belas rakaat siang atau malam, dan setiap dua rakaat bacalah
Tasyahud (Tahiyat dengan dua kalimah syahadat). Ketika engkau duduk yang
terakhir dalam solat itu panjatkanlah puja puji kepada Allah Ta'ala, lalau salawat
kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan kemudian bacalah takbir lalu sujud. Di dalam
sujud itu bacalah olehmu: Surah Al Fatihah 7 kali, Ayat Al Kursi 7 kali, Surah Al
Ikhlas 7 kali, dan lanjutkanlah dengan tahlil 10 kali.

Lafazh tahlil tersebut ialah:

Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu
yuhyii wa yumiitu wa huwa alaa kulli syai-in qadiir

"Tidak ada Tuhan selain Allah sendiri-Nya saja, tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-
Nya lah kekuasaan dan miliknya segala puji. Dia yang menghidupkan dan
mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala-galanya"

Setelah itu lanjutkan dengan membaca doa berikut ini:

Allaahumma innii as aluka bima aaqidil azzi min arsyika wa muntahar rahmati min
kitaabika, wasmikal a'zhami, wajaddikal a'laa, wa kalimaatikat tammah.

"Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kedudukan yang amat tinggi, rahmat serta
anugerah yang tiada henti-hentinya dari ketentuan-Mu, dan dengan nama-Mu yang
Maha Agung, dan kebesaran-Mu yang amat tinggi, serta firman-Mu yang Maha
Sempurna.

Setelah selesai membaca doa, bermohonlah kehadirat-Nya segala sesuatu yang


engkau kehendaki; baik kebajikan dunia maupun kebajikan akhirat.

Kemudian duduk kembali dan mengucapkan salam.


Solat Sunnat Gerhana
Kita mengenal gerhana matahari dan gerhana bulan. Zaman Rasulullah s.a.w.,
pernah terjadi gerhana matahari dan bertepatan dengan kematian putera beliau,
Ibrahim. Masyarakat berkomentar dan menghubungkan gerhana tersebut dengan
kematian putera tercinta Rasulullah s.a.w. Kerana pendapat yang keliru itu akan
membawa kesyirikan, maka Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya matahari dan bulan itu kedua-duanya adalah sebagian dari tanda-
tanda kebesaran Allah. Tidaklah terjadi gerhana karena matinya seseorang dan
tidak pula kerana lahirnya. Apabila kamu telah menyaksikannya maka berdoalah
kepada Allah dan solatlah kamu hingga cuaca telah terang kembali."

Cara Solat Gerhana

Ada beberapa cara mengerjakan solat gerhana pengamalan zaman Nabi


Muhammad s.a.w.:

1. Dikerjakan dengan 2 rakaat sebagaimana solat sunnat biasa


2. Dikerjakan 2 rakaat, yang pada setiap rakaat ruku'nya dilakukan dua kali, yaitu
sesudah membaca Al Fatihah dan surah, lalu ruku. Bangun i'tidal, lalu membaca Al
Fatihah dan surah lalu ruku yang kedua. Kemudian i'tidal lagi dengan tu'maninah
barulah melakukan sujud yang pertama, duduk antara dua sujud, lalu sujud yang
kedua, kemudian bangkit berdiri untuk rakaat yang kedua. Pada rakaat yang kedua
ini, ruku dilakukan dua kali seperti pada rakaat yang pertama. Kemudian diakhiri
dengan tahiyat.

Solat gerhana dapat dikerjakan secara berjamaah. Sebaiknya setelah solat dilakukan
khutbah seperti pada solat hari raya. Isinya diarahkan kepada hal-hal yang
bermanfaat, seperti anjuran taubat, sedekah, persatuan, amar ma'ruf nahi munkar;
dan jangan lupakan keterangan tentang gerhana itu sendiri.

"Abdullah bin Amr bin Ash r.a. berkata; "Ketika terjadi gerhana di masa Nabi
Muhammad s.a.w maka diserukan: "Ash-shalaatu jaami'ah (tegakkanlah solat
berjamaah)". Kemudian (di dalam solat) Nabi Muhammad s.a.w. ruku dua kali
dalam satu rakaat. Pada rakaat kedua Nabi Muhammad s.a.w ruku dua kali pula.
Kemudian duduk dan selesai. Matahari sudah terang kembali. Siti Aisyah berkata:
"Belum pernah saya sujud lama, seperti lamanya sujud solat gerhana itu". (Hr
Bukhari dan Muslim).

3. Dikerjakan dengan dua rakaat, tetapi pada tipa-tiap rakaat dilakukan 3 kali ruku
dan 2 kali sujud.

4. Dikerjakan 2 rakaat, tetapi tiap-tiap rakaatnya dilakukan 4 kali ruku dan 2 kali
sujud.

Gerhana Penuh

Gerhana itu ada yang penuh , ada yang separuh, dan ada yang hanya sedikit saja.
Untuk orang yang mengerti tentang susunan bintang atau ilmu falak, kejadian
gerhana sangat mudah dipahami secara ilmiah dan iman.
Bacaan-bacaan Sesudah Solat
Perlu diketahui bahawa semua bacaan (dzikir dan do'a) sesudah solat, hukumnya adalah sunat yang
dianjurkan (sunnat muakkad), bukan wajib.

Bacaan dzikir dan doa tersebut antara lain:

1. Astaghfirullaahal 'azhiim (3x)

Saya mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung

2. Allaahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam

Ya Allah, Engkau Maha Sejahtera, dan dari-Mu lah kesejahteraan, Maha Berkat Engkau ya Allah,
yang memiliki kemegahan dan kemuliaan

3. Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu, wahuwa 'alaa kulli syain
qadiir

Tidak ada Tuhan selain Allah saja, Dia Sendiri-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya lah kerajaan
dan pujian dan Dia berkuasa atas segala-Nya.

4. Allaahumma laa maani'a limaa a'thaita walaa mu'thiya limaa mana 'ta walaa yanfa'u dzal jaddi
minkal jaddu

Ya Allah, tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi pemberian-Mu, dan tak ada pula sesuatu yang
dapat memberi apa-apa yang Engkau larang, dan tak ada manfaat kekayaan bagi yang mempunyai,
kebesaran bagi yang dimilikinya, kecuali kekayaan dan kebesaran yang datang bersama ridha-Mu

5. Membaca tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil, yaitu:

Subhaanalaah (33x) "Maha Suci Allah"

Alhamdulillaah (33x) "Maha terpuji Allah"

Allaahu Akbar (33x) "Allah Maha Besar"

La ilaaha illallaahu wahdaahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syain
qadiir (1x)

Tidak ada Tuhan selain Allah, sendiri-Nya; tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah kerajaan dan pujian.
Dia Maha Kuasa atas segala-galanya.

6. Surah Al Ikhlas dan surah Al Mu'awwidzatain (yaitu surah Al Falaq dan An-Nas)

a. Surah Al Ikhlash:

Qul huwallaahu ahad ("Katakanlah : Allah itu Esa!")

Allaahush shamad ("Allah tempat meminta")

Lam yalid walam yualad ("Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan")

Wa lam yakun lahu kufuwan ahad ("Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya")

b. Surat Al Falaq

c. Surah An Nas

7. Ayatul Kursiy (Surah Al Baqarah 255)

Allaahu la ilaaha illa huwal hayyul Qayyum, la ta 'khudzuhu sinatun walaa naumun lahu maa
fissamaawaati wama fil ardhi, man dzal ladziiyasy fa 'u 'indahu illaa biidznih, ya 'lamu maa baina
aydiihim wa maa khalfahum, walaayuhiithuuna bisyai-in min'ilhimi illaa bimaa syaa-a, wasi'a
kursiyuhus samaawaati wal ardhi, walaa yauuduhu hifzuhumaa wa huwal'aliyuul 'azhiim.

Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-
Nya); tidak mengantuk dan tidak tertidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi.
Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang d
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kerajaan Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Dzikir-dzikir tersebut di atas boleh biasa digunakan setelah melakukan sOlat fardhu, atau dipilih
beberapa diantaranya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Atau, boleh juga dzikir-dzikir yang
lain, asalkan sesuai dengan malan Rasulullah SAW.

8. Do'a-do'a Sesudah SOlat

a. Allaahumma innii as-alukal jannah, Allahumma ajirnii minannaar (7x)

(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon surga kepada-Mu, ya Allah, bebaskan aku dari siksa neraka.)

b. Allaahumma ashlih lii diiniyallati huwa 'ishamatu amrii, wa ashlih lii dunyayallatii ja'alta fiihaa
ma'assyii

(Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang menjadi pegangan urusanku, dan perbaikilah bagiku
duniaku yang padanya Engkau jadikan penghidupanku.)

c. Allaahumma 'aafinii fii badanii, Allaahumma 'aafinii fii sam'ii, Allaahumma 'aafinii fii basharii,
Allaahumma innii a'uudzu bika minal kufri wal faqri, Allaahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabil qabri,
laa ilaaha illaa anta.

(Ya Allah, afiatkanlah badanku. Ya Allah, 'afiatkanlah pendengaranku. Ya Allah, 'afiatkanlah


penglihatanku. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kekafiran dan kefakiran.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari siksa kubur, tidak ada Tuhan selain
Engkau.)

d. Allaahumma inni a'uudzu bika minal bukhli, wa a'uudzu bika minal jubni, wa a'uudzu bika min an
uradda ilaa ardzalil 'umur, wa a'uudzu bika min fitnatid dunya, wa a'uudzu bika min 'adzaa bil qabri.

(Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan. Aku berlindung kepada-Mu dari
seburuk-buruk usia. Aku berlindung kepada-Mu dari bencana dunia. Dan aku berlindung kepadaMu
dari siksa kubur.)

e. Allaahummaghfirli dzunuubii wa khathaayaayaa kullaahaa. Allaahumma 'isynii, wajburnii, wahdinii


liahsanil a'maali wal akhlaaqi, innahu laa yahdi li ahsanihaa illa anta, washrif 'annii sayyi-ahaa innahu
laa yashrifu sayyiahaa illa anta.

(Ya Allah, ampunilah segala dosa dan kesalahanku. Ya Allah, segarkanlah badanku, cukupilah aku,
dan tuntunlah aku sebaik-baik amal dan akhlak, sesungguhnya tidak ada yang dapat menuntun kepada
yang terbaik melainkan hanya Engkau, dan hindarkanlah aku dari seburuk-buruk amal, kerana
sesungguhnya tidak ada yang dapat menghindarkanku dari seburuk-buruknya melainkan hanya
Engkau.)

f. Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinika

(Ya Allah yang membolak-balikkan hati, mantapkanlah hatiku dalam memeluk agama-Mu.)

Doa-doa di atas boleh dibaca semuanya sesudah solat, atau dipilih di antara doa yang disukai dan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Boleh juga membaca doa-doa yang lain, tentunya doa yang
terbaik ialah yang berasal dari Nabi Muhammad s.a.w. atau dari para Nabi Allah yang lain.

Bila ada keperluan dengan suatu hajat kepada Allah s.w.t. dan anda tidak mengerti doa aslinya, maka
tidak ada salahnya berdoa dengan bahasa yang difahami sendiri.

Sebaiknya setiap berdoa jangan meninggalkan kesempatan buat mendoakan ibu dan bapa kita sebagai
orang tua yang patut dihormati:

Rabbighfirlii wa liwaalidayyaa warhamnii warhamhumaakamaa rabbayaanii shaghiira.

(Oh Tuhan, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, kasihanilah aku dan sayangilah keduanya
sebagaimana mereka mengasihiku diwaktu kecil.)

Dianjurkan pula memintakan ampun bagi para sahabat, kaum keluarga serta kaum muslimin dan
muslimat, khususnya orang-orang yang pernah berbuat baik kepada kita.

Lebih lanjut, Nabi Muhammad s.a.w. menganjurkan supaya kita membaca doa sesudah tahiyyat,
sebelum salam, yang berbunyi:

Allaahummaghfirlii maa qaddamtu wama akhkharartu wa anta'alamu bihi minnii, antal muqaadimu wa
antal muakhkhiru, laa ilaaha illaa anta.

(Ya Allah, ampunilah dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, dan apa-apa yang aku rahsiakan
dan yang aku nyatakan. Engkau lebih mengetahuinya daripadaku. Engkaulah yang terdahulu dan
Engkaulah yang terakhir, tiada Tuhan selain Engkau.)

Dianjurkan sebagaimana diajarkan Rasulullah s.a.w. kepada Abdullah bin Mas'ud, supaya sesudah
tahiyyat dan sebelum salam meminta kebajikan dunia dan akhirat.

Fardhu dan Sunnah Solat


Membedakan antara Perbuatan Fardhu dan Sunnah Shalat

Semua hal yang telah disebutkan senelum ini mencakup hal-hal yang fardhu
(diwajibkan), sunnah (yang dianjurkan), adab dan hai-at (kesempurnaan bentuk).
Orang yang ingin melintasi jalan akhirat (dengan aman dan benar) selayaknya
memperhatikan itu semua.

Rukun-rukun shalat (Fardhu Solat)

1. Niat
2. Takbir
3. Berdiri
4. Membaca Al Fatihah
5. Menunduk dalam ruku', sehingga kedua telapak tangan mengentuh dua lutut.
6. Bertuma'ninah pada waktu ruku' dan sujud.Tumakninah ialah berhenti
sejenak sehingga seluruh anggota tubuh menjadi tenang dan mantap
sebelum melakukan gerakan berikutnya.
7. I'tidal (tegak kembali setelah ruku')
8. Sujud (dengan tuma'ninah)
9. Duduk kembali setelah sujud
10. Duduk untuk tasyahud akhir.
11. Membaca salawat untuk Nabi Muhammad s.a.w.
12. Salam yang pertama.

Adapun niat keluar dari solat (pada waktu telah selesai), tidaklah wajib. Demikian
pula segala sesuatu, selain yang tersebut di atas, tidak wajib dikerjakan, tetapi
hanya berupa sunnah serta hai-at.

Hal-hal yang Disunnahkan

Dikatakan sunnat atau sunnah, kerana ia baik untuk dikerjakan seperti teladan yang
diberikan oleh Rasulullah s.a.w. Bila hal tersebut tidak dikerjakan (ada halangan
atau sengaja ditinggalkan), maka tidak akan berdosa atau membatalkan solatnya.

a. Sunnah-sunnah yang berupa perbuatan atau gerakan

1. Mengangkat kedua tangan ketika Takbiratul Ihram

2. Melipat kedua belah tangan ke dada dengan meletakkan tangan kanan di atas
yang kiri ketika berdiri membaca Al Fatihah.

3. Ketika bergerak untuk ruku, dan

4 Ketika berdiri kembali setelah ruku.

5. Meletakkan kedua telapak tangan pada kedua lutut ketika ruku.

6. Duduk untuk tasyahud pertama.

Adapun perincian cara membuka jari tangan dan batas mengangkatnya, semuanya
itu termasuk hai-at (kesempurnaan bentu) yang bertalian dengan sunnah tersebut,
yakni pada saat takbiratul ihram, ruku dan i'tidal. Demikian pula, cara duduk dalam
tasyahud pertama dan terakhir (seperti telah diterangkan sebelum ini) adalah hai-at,
bertalian dengan duduk dalam solat. Menundukkan kepala dan tidak mendongak ke
kanan ke kiri termasuk hai-at, bertalian dengan fardhu berdiri dalam salat. Akan
tetapi duduk istirahat (antara dua sujud), menurut Al Gazhali dalam buku "Rahsia-
rahsia Solat" yang menjadi rujukan tulisan ini, tidak termasuk ke dalam pokok-pokok
sunnah dan perbuatan-perbuatan solat. Sebab, duduk istirahat tersebut hanya
merupakan semacam pelengkap dalam berpindah dari sujud ke berdiri. Kerana itu,
tidak disebutkan secara khusus dalam pokok-pokok sunnah.

b. Sunnah-sunnah yang berupa bacaan dan doa

1. Membaca Doa iftitah (Yaitu do'a sesudah takbiratul ihram, sebelum membaca Al
Fatihah).

2. Membaca Ta'awwudz (a'uudu billaahi minasy syaithaanir rajiim, sebelum


membaca Al Fatihah).

3.Mengucapkan amiin selesai membaca Al Fatihah.

4. Membaca surah-surah atau ayat-ayat dari Al Quran sesudah Al Fatihah. Selain itu,
mengeraskan bacaan Al Fatihah dan ayat-ayat atau surah-surah pada rakaat
pertama dan kedua pada shalat Maghrib, Isya, Subuh dan Solat Jum'at (termasuk
sunat muakkad) juga merupakan sunnah.

5. Mengucapkan takbir-takbir perpindahan (dari satu rukun shalat ke rukun shalat


lainnya). Yaitu "Allahu Akbar" ketika akan berpindah gerakan atau sikap dalam
shalat, kecuali ketika bangun dari ruku,.

6. Membaca tasbih dalam ruku' dan sujud, serta doa i'tidal dari ruku dan sujud.

7. Membaca tasyahud pertama.

8. Membaca salawat untuk Nabi Muhammad s.a.w. pada tasyahud pertama.

9. Membaca doa setelah tasyahud akhir

10. Membaca salawat Ibrahimiyah pada tahiyyat akhir. Yaitu

11. Salam yang kedua.

Sujud Sahwi

Semua yang tersebut di atas, kendati dihimpun ke dalam istilah "sunnah", namun,
masing-masing memiliki tingkatan yang berbeza, mengingat empat diantaranya, bila
tidak dikerjakan kerana lupa, boleh diganti dengan sujud sahwi. Sujud sahwi artinya
sujud kerana terlupa mengerjakan sesuatu yang sunnah atau hal yang salah lainnya
tanpa sengaja. Umpamanya lupa mengerjakan tahiyyat awal, lupa membaca ayat
atau surat pada rakaat pertama atau kedua, lupa tentang bilangan solat dan
sebagainya. Menurut Al Gazhali, empat hal yang dapat digantikan dengan melakukan
sujud sahwi tersebut yaitu satu di antaranya termasuk perbuatan dan tiga lainnya
termasuk bacaan.

Yang termasuk perbuatan ialah duduk (setelah dua kali sujud pada rakaat kedua
solat Zhuhur, Asar, Maghrib dan Isya') untuk membaca tasyahud. Duduk seperti ini
berpengaruh pada susunan bentuk solat bagi siapa yang menyaksikannya. Sebab,
dengan itu, dapat diketahui apakah solat tersebut ruba'iyyah (terdiri atas empat
rakaat) atau bukan. Tidak seperti sunnah mengangkat tangan ketika takbir,
misalnya, sebab hal itu tidak mempengaruhi susunan bentuk solat. Itu pula
sebabnya, sunnah ini (yakni duduk untuk tasyahud pertama) disebut ba'dh (kata
tunggal dari ab'adh) yang bererti bagian. Apabila seseorang tidak mengerjakan
ab'adh, dianjurkan dengan sangat agar ia menggantinya dengan sujud sahwi.

Adapun bacaan-bacaan sunnah dalam solat, semuanya tidak digantikan dengan


sujud sahwi, kecuali tiga (yaitu yang termasuk ab'adh):
1. Qunut
2. Bacaan tasyahud pertama
3. Salawat untuk Nabi Muhammad s.a.w. pada tasyahud pertama.

Tidak termasuk di dalamnya takbir-takbir perpindahan (dari satu ruku ke ruku


lainnya), bacaan-bacaan dalam ruku, sujud dan i'tidal dari kedua-duanya. Hal ini
disebabkan ruku dan sujud adalah gerakan yang memiliki bentuk khas, berbeda
dengan gerakan-gerakan biasa. Dengan mengerjakannya, dapat diperoleh makna
ibadah, walaupun tanpa membaca zikir apa pun dan tanpa takbir-takbir
perpindahan. Tanpa zikir-zikir itu pun, bentuk ibadah shalat - dengan melakukan
gerakan ruku' dan sujud - tetap tidak akan batal atau hilang. Lain halnya dengan
duduk untuk bertasyahud pertama. Ia tadinya merupakan gerakan biasa (yakni,
yang juga dilakukan di luar solat). Tetapi, kini, sengaja diperpanjang untuk diisi
dengan bacaan tasyahud. Maka, meninggalkannya akan menimbulkan perubahan
cukup besar dalam susunan bentuk solat.

Sebaliknya, meninggalkan bacaan doa istiftah, atau pun surah, tidak menimbulkan
perubahan, mengingat bahawa rukun berdiri dalam solat telah cukup diisi dengan
bacaan Al Fatihah, sehingga dapat dibezakan dengan berdiri secara biasa. Dengan
alasan itu pula, bacaan doa setelah tasyahud terakhir tidak digantikan dengan sujud
sahwi.

Bacaan qunut pun, pada dasarnya, tidak layak digantikan dengan sujud sahwi,
namun, disyariatkannya perpanjangan ruku i'tidal, pada solat Subuh, adalah semata-
mata untuk diisi dengan bacaan do'a qunut itu. Maka, sama halnya seperti rukun
duduk untuk tasyahud pertama. Ia adalah perpanjangan dari duduk istirahat, guna
diisi dengan bacaan tasyahud.

Cara melakukan Sujud Sahwi

Sujud sahwi dilakukan pada penghujung rakaat yang terakhir, yaitu sesudah tahiyyat
dan sebelum salam. Bersujud sambil mengucapkan "Allaahu Akbar" dan dalam
sujud membaca:

Subhaanalladzi laa yanaamu walaa yansaa (3x)

"Maha suci Allah yang tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa"

Bila yang terlupakan itu salah satu rukun soalat, yang tidak bisa dibetulkan seketika,
maka solatnya tidak sah, dan solatnya harus diulang kembali. Tetapi bila yang
terlupakan itu rakaat, misalnya solat Isya yang mestinya 4 rakaat , hanya 3 rakaat,
maka sesudah memberi salam, tanpa diselingi dengan atau perbuatan lain,
segeralah ia berdiri dan tambahlah rakaat yang tertinggal itu. Rakaat tersebut tetap
diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, kemudian anda lengkapi
dengan sujud sahwi.

Bila di dalam solat timbul keraguan tentang jumlah rakaat maka ambillah jumlah
rakaat yang sedikit lalu yakinlah dengan itu (Misalnya bila kita lupa apakah sudah
empat rakaat atau baru tiga rakaat, maka ambilah keputusan bahawa itu rakaat
yang ketiga. Lalu lanjutkan solat dan tambahkan yang kurang).
Terlupa Mengerjakan Solat

Bila seseorang terlupa mengerjakan solat, baik kerana tertidur atau kerana lain hal,
maka hendaklah ia segera mengerjakannya seketika tersedar. Misalnya, kerana
ketiduran, sehingga waktu solat subuh sudah habis. Maka ketika ia terbangun,
segeralah berwudhu dan tunaikanlah solat subuhnya. Solat tersebut bukan qadha
(membayar hutang), tetapi solat dengan sesungguhnya. Allah s.w.t. akan
memaafkan kerana ia terlupa. Begitu pula bila peristiwa serupa lainnya terjadi secara
tidak sengaja.

Sujud Tilawah

Sujud Tilawah dapat dilakukan apabila seseorang membaca ayat Al Qur'an dan tiba
pada tempat-tempat yang dianjurkan bersujud, baik dalam solat atau diluar solat.
Dalam sujud dianjurkan membaca:

Sajada wajhiya lilladzi khalaqahu wasyaqqa sam'ahu wabasharahu bihawlihi


waquwwatihi.

"Aku bersujud kepada Allah yang menciptakannya, memberikan pendengaran dan


penglihatan dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya".

Bila sujud tilawah dilakukan di luar solat, pembaca ayat yang ditentukan melakukan
sujud Tilawah, maka pendengar (menyaksikan) dianjurkan ikut bersujud; bila
mereka tidak ikut bersujud, maka tidak akan berdosa baginya.

Bila dalam solat berjamaah dan Imam bersujud Tilawah, maka makmum wajib ikut
bersujud, bila makmum tidak bersujud, maka gugurlah kedudukan sebagai anggota
solat berjamaah.

You might also like