You are on page 1of 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Kebijakan stuktur modal merupakan kebijakan tentang bauran dari

segenap sumber pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan.

Kebijakan struktur modal akan berpengaruh positif terhadap nilai saham

melalui penciptaan bauran atau kombinasi sumber dana (hutang jangka

panjang dan modal sendiri) sehingga mampu memaksimalkan nilai saham.

Dalam kondisi tertentu perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya

dengan mengutamakan sumber-sumber dari dalam perusahaan, akan tetapi

adakalanya juga dana sudah sedemikian meningkat karena pertumbuhan

perusahaan, dan dana Internal telah di gunakan semua, maka tidak ada

pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan

yang berupa hutang (debt). Penggunaan hutang dalam suatu perusahaan

akan menaikkan nilai saham, karena adanya kenaikan pajak yang

merupakan pos deduksi terhadap biaya hutang, namun pada titik tertentu

penggunaan hutang dapat menurunkan nilai saham karena adanya

pengaruh biaya kepailitan dan biaya bunga yang di timbulkan dari adanya

penggunaan hutang. Kebijakan deviden merupakan kebijakan tentang

berapa banyak bagian keuntungan yang dibagikan sebagai deviden.

Keputusan untuk menentukan berapa banyak deviden yang harus di bagikan

kepada pemegang saham, khususnya pada perusahaan yang go public, akan


memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercemin dari harga

saham. Jika perusahaan memiliki laba setiap tahunnya, maka perusahaan

tersebut akan berfikir apakah dari laba yang di perolehnya tersebut akan di

berikan semua atau sebagian atau seluruhnya di tahan untuk di investasikan

kembali. Persoalan ini sebenarnya bukan persoalan biasa, karena akan

mempunyai implikasi pada naik turunya harga saham perusahaan. Karena

berkaitan dengan itulah di perlukan adanya pengaturan yang matang

tentang bagaimana penentuan laba yang di peroleh di alokasikan pada

deviden dan laba yang harus dibayar.

Dampak kebijakan struktur modal dan kebijakan deviden terhadap harga

pasar saham merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh

perusahaan karena kebijakan struktur modal dan kebijakan deviden

menyangkut keputusan vinansial yang acap kali dilakukan oleh setiap

perusahaan dan lewat keputusan inilah nilai perusahaan yang nantinya akan

berpengaruh terhadap harga pasar saham perusahaan tersebut.

Seiring dengan pertumbuhan era globalisasi, pertumbuhan dunia

bisnis saat ini semakin berkembang pesat dengan meningkatnya mobilitas,

kualitas serta kuantitas arus ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

perusahaan dituntut untuk menyiapkan diri menghadapi perubahan

lingkungan yang cepat, dinamik, dan rumit. Dari segi bisnis, lingkungan

adalah pola seluruh kondisi atau faktor eksternal yang mempengaruhi

kehidupan dan perkembangan perusahaan. Lingkungan tersebut meliputi

kondisi ekonomi, politik, dan kebijakan pemerintah, pasar dan persaingan,


pemasok, budaya, sosial, serta teknologi. Dalam dunia bisnis, perubahan-

perubahan yang terjadi justru memberikan celah bagi perusahaan untuk

dapat memanfaatkannya menjadi peluang pasar.

Pada saat ini terjadi perkembangan lingkungan teknologi yang cepat

dalam tiga sektor utama yaitu : (1) teknologi transportasi (2) teknologi

informasi dan (3) teknolgi pemanufakturan

Perusahaan manufaktur sebagai salah satu sektor usaha yang ada dalam

suatu negara sangat perlu mengevaluasi keputusan-keputusannya guna

memaksimalkan nilai sahamnya. Mengingat bahwa perusahaan sektor

manufaktur yang telah mencatatkan dibursa efek, dan telah menghimpun

dananya dengan menerbitkan saham, dan perusahaan manufaktur

merupakan investasi jangka panjang yang penuh dengan resiko dan

ketidakpastian.

Salah satu perusahaan manufaktur yang terbesar di Inonesia adalah

Unilever. Perusahaan yang bergerak di bidang bisnis Hair Care, Oral Care,

Fabric Cleaning, Skin Cleansing dan Face Care.ini terusa mengalami

perkembangan yang pesat. Perseroan juga tetap melakukan investasi di

Indonesia di saat keadaan ekonomi tidak menentu. Perseroan

menginvestasikan Rp 1 triliun di tahun 2008, yakni untuk pembangunan

pabrik Skin Care baru di Cikarang, yang merupakan pabrik skin care terbesar

di Asia; memperluas kegiatan operasional pabrik yang sudah ada guna

memenuhi permintaan volume yang meningkat; dan implementasi sistem


SAP di seluruh lokasi kerja.

Investasi-investasi tersebut menempatkan Perseroan pada posisi yang

sangat siap untuk meraih pertumbuhan lagi dan Perseroan tetap

berkomitmen untuk terus berinvestasi dan menggunakan fasilitas

produksinya juga untuk tujuan ekspor. Perseroan juga telah memperluas

portofolio bisnisnya dengan mengakuisisi merek Buavita pada awal tahun

2008, dengan nilai akuisisi sejumlah Rp 400 miliar. Kinerja Perseroan yang

kuat selama tahun 2008 telah menghasilkan pembayaran dividen yang

tinggi. Perseroan membayar dividen interim Rp 95 per saham di Desember

2008, sementara dividen final sebesar Rp 220 per saham telah disetujui

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan untuk dibayarkan pada bulan Juli

2009. Dengan demikian, jumlah dividen untuk total yang dibayarkan menjadi

Rp 315 per saham, meningkat 22,5% dari tahun sebelumnya. Maurits

Lalisang, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk menjelaskan

bahwa pertumbuhan dua digit selama 15 tahun tercapai berkat strategi yang

berfokus pada konsumen, ditunjang dengan SDM yang handal, brand-brand

yang kuat dalam portofolio yang lengkap serta inovasi yang unggul untuk

memenuhi kebutuhan pasar. Hal-hal tersebutlah yang mendorong

pertumbuhan Perseroan, bahkan di masa sulit sekalipun.

Sementara itu Human Resources & Corporate Relations Director

Joseph Bataona menjelaskan bahwa kesuksesan Unilever untuk tumbuh di

Indonesia selama 75 tahun adalah berkat komitmennya untuk melakukan


bisnis secara bertanggungjawab yang terwujud dalam tata kelola

perusahaan yang baik / good corporate governance. Selama 75 tahun

Perseroan merangkai cerita kehidupan yang lebih baik dengan cara berbisnis

yang bertanggungjawab yang terwujud dalam good corporate governance

(tata kelola perusahaan yang baik) yang tetap menjadi unsur utama yang

dijunjung tinggi Perseroan.

Unilever Indonesia saham biasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ada 7 630 000 000 saham biasa dalam isu, masing-masing memiliki nilai

nominal Rp 10, -. Berikut struktur modalnya :

Struktur modal

• Modal: Rp 76 300 000 000

• Berlangganan modal: Rp 76 300 000 000

• Modal disetor: Rp 76 300 000 000

• Nominal per saham: Rp 10

Pemegang Saham

• Unilever Indonesia Holding BV - 6 484 877 500 saham (85%)

• Publik - 1 145 122 500 saham (15%)

Alasan penggunaan EPS adalah bahwa kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih per lembar saham merupakan indikator

fundamental keuangan perusahaan , yang seringkali dipakai sebagai acuan


untuk mengambil keputusan berinvestasi dalam saham. Namun tidak berarti

jumlah EPS tersebut akan didistribusikan semua bagi pemegang saham,

karena hal itu juga berhubungan dengan kebijaksanaan perusahaan dalam

pembayaran dividen.

Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran

pemegang daham. Kemakmuran pemegang saham dapat ditunjukkan

dengan harga saham. Jika nilai EPS meningkat, investor menganggap bahwa

perusahaan tersebut mempunyai prospek yang cerah untuk ke depannya

sehingga dapat meningkatkan harga saham. Hal ini juga mendorong investor

untuk menambah jumlah modal yang ditanamkannya pada perusahaan

tersebut. Maka dari itu, pengetahuan tentang EPS ini sangat penting untuk

melakukan penilaian mengenai perkiraan potensi pendapatan yang akan

diraih jika ingin berinvestasi saham di suatu perusahaan, dan juga

merupakan suatu indikator yang dapat berpengaruh terhadap harga saham.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk meneliti struktur

modal dan pengaruhnya terhadap Earning per Share (EPS) dengan judul :

“Pengaruh Struktur Modal Terhadap Earning per Share (EPS)”

(Suatu Kasus pada PT. Unilever)

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pembahasan utama dalam skripsi ini adalah mengenai pengaruh

struktur modal terhadap Earning Per Share (EPS) pada PT. Unilever.
Dalam keputusan pendanaan maupun keputusan investasi,

perusahaan dihadapkan pada masalah kebutuhan dana atau modal. Masalah

modal akan meliputi bagaimana modal itu didapat, disediakan, dan akhirnya

digunakan untuk kebutuhan perusahaan dengan cara yang paling efektif dan

efisien.

Struktur modal merupakan bagian dari keputusan pendanaan yang

mencerminkan pebandingan antara hutang jangka panjang dengan modal

sendiri. Masalah struktur modal sangat perlu mendapat perhatian dari

perusahaan, karena penentuan kebijakan struktur modal akan

mempengaruhi ruang lingkup kerja perusahaan misalnya keputusan

pembelanjaan perusahaan, keputusan capital budgeting, dan juga perolehan

laba.

Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap Earning per Share

(EPS), secara terperinci perumusan masalah tersebut dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan struktur modal pada PT. Unilever

2. Bagaimana perkembangan Earning per Share (EPS) pada PT. Unilever

3. Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap Earning per Share (EPS)

pada PT. Unilever

1.3. Maksud dan tujuan penelitian


Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan

data, mengolah, menganalisis, dan menyimpulkan tentang struktur modal

dan pengaruhnya terhadap Earning per Share (EPS) pada PT. Unilever

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perkembangan struktur modal pada PT. Unilever

2. Untuk mengetahui perkembangan Earning per Share (EPS) pada PT.

Unilever

3. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap Earning per

Share (EPS) pada PT. Unilever

1.4. Kegunaan Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini, penulis mengharapkan bahwa hasil

dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

yang lebih mendalam mengenai analisis laporan keuangan,

khususnya mengenai struktur modal dan Earning per Share (EPS)

2. Perusahaan, diharapkan dapat memberikan informasi serta bahan

masukan bagi perusahaan, terutama industri manufaktur dalam

menelaah struktur modal sehingga dapat meningkatkan Earning

per Share (EPS)


3. Investor, dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan,

sebelum membuat keputusan untuk turut serta dalam kepemilikan

suatu saham , terutama PT. Unilever, Tbk khususnya dan industri

manufaktur umumnya.

Pihak lain, sebagai tambahan pengetahuan dan membuka cakrawala

pembaca tentang struktur modal dan Earning per Share (EPS) pada PT.

Unilever khususnya dan industri manufaktur umumnya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

Seiring dengan pertumbuhan teknologi dan arus globalisasi, banyak

perusahaan yang semakin berkembang khususnya perusahaan manufaktur.

Perusahaan yang sedang berkembang tidak terlepas akan masalah modal.

Faktor modal memegang peranan yang sangat penting dalam setiap

perusahaan.

2.1.1. Pengertian Modal dan Struktur Modal

Setiap perusahaan tentunya membutuhkan modal yang cukup agar

kontinuitas perusahaan dapat berjalan dengan baik. Besarnya modal yang

dibutuhkan tergantung dari besar kecilnya perusahaan.

Pengertian modal menurut Lawrence J. Gitman (2006;326) adalah :

“ Capital is the long-term funds of a firm ; all items on the right hand

side of the firm’s balance sheet,excluding current liabilities.“


Hal yang sependapat dikemukakan oleh Ridwan S. dan Inge Barlian

(2002;240) yaitu :

“Modal, menunjukkan dana jangka panjang pada suatu perusahaan

yang meliputi semua bagian di sisi kanan neraca perusahaan kecuali

hutang lancar. “

Definisi modal menurut Horngren and Sundem (1990;794) yaitu :

“ Capital implies owner’s equity. Money generated by long term debt is

also called capital. “

Sedangkan Ross, Westerfield , Jaffe (1996 ; 46) mendefinisikan


modal sebagai :

“ The total stock of machines and equipment that are a society

possesses and uses to produce goods and services. “

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa modal

merupakan dana jangka panjang perusahaan yang digunakan untuk

mendanai kegiatan perusahaan yang terdapat di bagian sisi kanan neraca

(passiva) kecuali hutang lancar. Seperti yang kita ketahui, bahwa neraca

bagian kanan terdiri atas hutang lancar, hutang jangka panjang, dan ekuitas.

Pengelolaan passiva termasuk ke dalam keputusan pendanaan


perusahaan. Keputusan pendanaan menyangkut keputusan tentang bentuk

dan komposisi pendanaan yang akan digunakan oleh perusahaan. Struktur

keuangan merupakan keputusan pendanaan yang mengelola seluruh bagian

passiva yaitu hutang lancar, hutang jangka panjang, dan modal sendiri.

Sedangkan struktur modal hanya mencerminkan proporsi penggunaan

hutang jangka panjang dan modal sendiri. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa struktur modal hanya bagian dari struktur keuangan.

Seperti yang dikemukakan oleh Lawrence J. Gitman (2006;538)

tentang pengertian struktur modal yaitu:

“ Capital structure is the mix of long-term debt and equity maintained

by the firm.”

Hal yang sama dikemukakan oleh Scott, Jr, Martin, Petty, Keown

(1996 ; 520) tentang definisi struktur modal yaitu :

“ The mix of long term sources of funds uses by the firm. Basiccaly,

this concepts omits short term liabilities. “

Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr. yang

dialihbahasakan oleh Heru Sutojo (1998; 474) struktur modal adalah :

“Bauran (proporsi ) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan

yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa. “

Namun pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Ross,

Westerfield, Jaffe (1996;870) tentang struktur modal yaitu :


“The mix of the various debt and equity capital maintained by a firm.
Also called financial structure. The composition of a corporation’s securities
used to finance it’s invesment activities, the relative proportions of short
term debt, long term debt, and owner’s equity. “

Ross, Westerfield, Jaffe menyebutkan bahwa struktur modal juga

disebut struktur keuangan. Namun penulis lebih sependapat dengan

Lawrence J. Gitman bahwa struktur modal hanya bagian dari struktur

keuangan, yaitu perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri.

Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa

strukur modal menggambarkan perbandingan modal hutang jangka

panjang terhadap modal sendiri pada suatu perusahaan yang digunakan

untuk kebutuhan operasi sehari-hari perusahaan maupun untuk

mengembangkan perusahaan

Penggunaan dari masing-masing jenis modal akan memiliki dampak

berbeda terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Penggunaan modal

pinjaman akan menurunkan keuntungan perusahaan sebab harus

membayar bunga. Namun bunga sendiri juga dimanfaatkan sebagai

pengurangan pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Sedangkan modal

sendiri yang kompensasinya berupa pembayaran dividen diambilkan dari

keuntungan setelah pajak, sehingga tidak mengurangi pembayaran pajak.

Dengan demikian, ada perbandingan-perbandingan tertentu dari

perusahaan dalam mengatur perpaduan sumber modal mana yang akan


dipakai agar hasil dari perpaduan modal tersebut dapat optimal dalam

menghasilkan tingkat laba bersih perusahaan. Semakin tinggi laba bersih

yang dihasilkan perusahaan semakin tinggi pula laba yang diperoleh per

lembar saham. Hal ini dapat dicapai dengan cara perusahaan dapat

menentukan struktur modal mana yang optimal.

Seperti yang dikemukakan oleh Eugene F. Brigham dan Joel F.

Houston yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2001;45) yaitu :

“Struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari


utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Pada
saat tertentu, manajemen perusahaan menetapkan struktur modal yang
optimal, meskipun target tersebut dapat berubah dari waktu ke waktu.”

Sedangkan menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz,

Jr. yang dialihbahasakan oleh Heru Sutojo (1998;478), struktur modal yang

optimal adalah :

“Struktur modal yang meminimalkan biaya modal perusahaan

sehingga memaksimalkan nilai perusahaan.”

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Lawrence J. Gitman

(2006;564) yaitu :

“ Optimal capital structure is the capital structure at which the

weighted average cost of capital is minimized, thereby maximizing the firm’s

value. “

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

menetapkan kebijakan mengenai struktur modal selain harus


mempertimbangkan resiko dan pengembalian untuk memaksimumkan

harga saham, juga harus meminimalisir biaya modal perusahaan agar dapat

memaksimalkan nilai perusahaan.

2.1.2. Komponen Struktur Modal

Neraca pada perusahaan terbagi atas dua bagian yaitu aktiva dan

passiva. Keputusan investasi tercermin pada sisi aktiva sedangkan pada sisi

passiva merupakan keputusan pendanaan. Struktur modal merupakan salah

satu keputusan pendanaan perusahaan yang tercermin pada seluruh bagian

kanan neraca kecuali hutang lancar.

Adapun komponen-komponen struktur modal yaitu :

2.1.2.1 Modal pinjaman jangka panjang

Perusahaan umumnya menggunakan modal pinjaman jika kebutuhan

dana sudah semakin meningkat karena pertumbuhan perusahaan. Maka

perusahaan akan memilih sumber dana ekstern yaitu debt financing atau

equity financing.

Seperti yang dikemukakan oleh Lawrence J. Gitman (2006;326)

tentang pengertian hutang yaitu :

“ Debt capital includes all long-term borrowing incurred by a firm,

including bonds. “

Hutang menurut jangka waktu pembayarannya dibagi ke dalam dua


bagian yaitu hutang jangka pendek (current liabilities) dan hutang jangka

panjang (long term liabillities).

$L$a$wrence J. Gitman (2006;49) menyebutkan tentang pengertian

hutang jangka pendek yaitu :

“ Short-term liabilities, expected to be paid within 1 year or less. “

Sedangkan hutang jangka panjang menurut Lawrence J. Gitman

(2006 ; 49) adalah :

“ Long-term debt is debts for which payment is not due in the current

year.“

Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa, hutang

jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya lama, biasanya lebih

dari 10 tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk

membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari

perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi

jumlah yang besar.

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (1994 ; 403) yang

termasuk dalam utang jangka panjang adalah$$$ K$redit Investasi, Hipotek

(mortagage) , dan Obligasi.

a) Kredit Investasi

Jenis pendanaan ini disediakan oleh perbankan, dan masih banyak


dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan. Suku bunga kredit investasi di

Indonesia dinyatakan lebih rendah dari suku bunga kredit modal kerja.

b) Hipotek (mortgage)

Hipotek merupakan bentuk hutang jangka panjang dengan agunan

aktiva tidak bergerak (tanah, bangunan). Dalam perjanjian kreditnya

disebutkan secara jelas aktiva apa yang digunakan sebagai agunan.

c) Obligasi

Obligasi merupakan surat tanda hutang, dan umumnya tidak dijamin

dengan aktiva tertentu. Maka jika perusahaan bangkrut, pemegang obligasi

akan diperlakukan sebagai kreditor umum.

Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr. yang

dialihbahasakan oleh Heru Sutojo (1998;71) :

“ Obligasi merupakan instrumen jangka panjang yang dikeluarkan oleh


perseroan terbatas atau pemerintah. Obligasi yaitu sekuritas yang
membayar sejumlah bunga tertentu kepada investor secara berkala, hingga
akhirnya dihentikan oleh perusahaan penerbit. “

Obligasi dapat diterbitkan menurut dasar dengan jaminan atau tanpa

jaminan. Obligasi tanpa jaminan mencakup debentur (obligasi tanpa

jaminan), obligasi bernilai rendah (subordinated debentures) serta obligasi

penghasilan (income bonds) , sedangkan obligasi dengan jaminan umumnya

dalam bentuk obligasi hipotik.

2.1.2.2 Modal sendiri


Dalam mendanai kegiatan perusahaan, selain menggunakan modal

pinjaman, perusahaan juga menggunakan modal sendiri. Walaupun modal

sendiri yang kompensasinya berupa pembayaran dividen diambilkan dari

keuntungan setelah pajak, sehingga tidak mengurangi pembayaran pajak,

namun keuntungan dari penggunaan modal sendiri adalah ketergantungan

terhadap pihak lain akan berkurang.

Menurut Lawrence J. Gitman (2006;326) :

“ Equity capital is the long-term funds provided by the firm’s owners,


the stockholders. A firm can obtain equity capital either internally, by
retained earnings rather than paying them out as dividends to its
stockholders, or externally, by selling common or preffered stock. ”

Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa modal

sendiri dalam perusahaan didapat dari 2 sumber yaitu sumber internal dan

eksternal. Sumber internal berupa laba ditahan sedangkan sumber

eksternal yaitu menjual saham biasa maupun saham prefferen ke

masyarakat.

Lawrence J. Gitman (2006; 553) menyebutkan bahwa modal sendiri

dalam perusahaan terdiri atas :

“The two basic sources of equity capital are (1) preffered stock and (2)

common stock equity, which includes common stock and retained earnings.

a. Preferred Stock

Saham preferen memberikan para pemegangnya beberapa hak


istimewa yang menjadikannya lebih diprioritaskan daripada pemegang

saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapatkan dividen yang

tetap, baik dalam persentase maupun jumlah dalam satuan mata uang Jenis

dividen tergantung pada nilai nominal per lembar saham preferen yang

dimilki.

Lawrence J. Gitman (2006; 331 ) menyebutkan:

“ Par value preferred stock has a stated face value, and its annual

dividend is specified as a percentage of this value. No-par preferred stock

has no stated face value, but its annual dividend is stated in dollars. “

Saham preferen sering dipertimbangkan sebagai quasi-debt seperti

halnya bunga pinjaman yang menentukan pembayaran tertentu atas

dividen secara periodik. Kepemilikan saham preferen tidak mempunyai

tanggal jatuh tempo. Pemegang saham preferen umumnya tidak mempunyai

hak suara. Dalam hal distribusi pendapatan, pemegang saham ini memiliki

preferensi atas pemegang saham biasa. Jika dividen saham saham preferen

tidak dibayarkan oleh dewan direksi, maka pembayaran dividen kepada

pemegang saham biasa tidak diperbolehkan. Selain itu dalam distribusi

asset, pemegang saham jenis ini diberikan preferensi diatas pemegang

saham biasa dalam likuidasi asset jika perusahaan bangkrut, walaupun

mereka harus menunggu perusahaan melunasi hutangnya kepada para

kreditur. Lawrence J. Gitman (2006; 331)

b. Common Stock
Lawrence J. Gitman (2006; 327) mengemukakan bahwa para

pemilik perusahaan yang sebenarnya adalah pemegang saham biasa.

Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut residual owners karena

mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan

dan asset telah terpenuhi. Oleh karena itu pemegang saham biasa

mengharapkan kompensasi seperti dividen yang menguntungkan dan

terakhir laba kapital.

Kepemilikan saham biasa dapat berbentuk kepemilikan saham pribadi,

kepemilikan saham tertutup yang dimiliki sebuah grup investor kecil seperti

keluarga atau kepemilikan saham publik, yaitu saham biasa yang telah

dimiliki oleh publik.

Umumnya, tiap-tiap lembar saham dari saham biasa memberi hak atas

pemiliknya satu suara dalam pemilihan direktur dan pemilihan khusus

lainnya. Hak suara tersebut dimanfaatkan dalam pertemuan tahunan

pemegang saham (Rapat Umum Pemegang Saham).

Pembayaran dividen tergantung kepada kebijaksanaan dewan direksi

perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk kas, saham, atau barang

dagangan. Dividen kas adalah bentuk yang paling umum. Sebelum dividen

dibayar kepada pemegang saham biasa, tuntutan dari pemerintah, semua

kreditur, dan pemegang saham preferen harus dipenuhi terlebih dahulu.

c. Laba Ditahan (Retained Earnings)


Pengertian laba ditahan menurut Eugene F. Brigham dan Joel F.

Houston yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2001;41) adalah :

“ Bagian laba perusahaan yang telah disimpan dan tidak dibayarkan

sebagai dividen.”

Sedangkan Lawrence J. Gitman (2006; 590) menyebutkan

pengertian retained earning yaitu :

“ Earnings not distributed to owners as dividends ; a form of internal

financing. “

Adanya keuntungan akan meningkatkan retained earning yang

berarti akan menyebabkan semakin besarnya modal sendiri. Sebaliknya jika

perusahaan menderita kerugian maka akan menurunkan retained earning

yang dampaknya akan memperkecil modal sendiri. Dengan kata lain dapat

dikatakan bahwa adanya saldo laba akan memperbesar modal sendiri dan

adanya saldo kerugian akan memperkecil modal sendiri.

2.1.3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Suatu perusahaan dalam melakukan penentuan struktur modal perlu

mempertimbangkan beberapa faktor sebelum mengambil kebijakan

mengenai struktur modal,seperti yang dikemukakan oleh R. Agus Sartono

(2001;248) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal

adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran

kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan utang lebih besar

daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.

2. Jumlah Asset

Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah besar dapat

menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari

skala perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber

dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.

3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan

dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk

pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk

menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaliknya tidak

membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk

pembiayai investasi.

4. Profitabilitas

Profitabiltas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam

menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, pembiayaan

perusahaan akan mengutamakan penggunakan laba ditahan sebelum

penggunakan utang.

5. Skala Perusahaan
Perusahaan berskala besar akan lebih akan lebih mudah memperoleh

modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan berskala kecil. Karena

kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas

yang lebih besar pula.

6. Kondisi Intern Perusahaan

Perusahaan perlu menanti saat yang tepat untuk menjual saham dan

obligasi. Secara umum kondisi yang paling tepat untuk menjual obligasi

atau saham adalah pada saat tingkat bunga pasar sedang rendah.

Selain itu, struktur modal pun dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi,

seperti yang dikemukakan oleh Brealey, Myers, Marcus dalam

“Fundamentals of Corporate Finance” (2004;396) mengatakan bahwa

struktur modal dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, pada saat kondisi

ekonomi merosot (slump) maka penggunaan hutang akan menyebabkan

turunnya Earning Per Share, namun jika kondisi ekonomi normal maka akan

meningkatkan EPS.

2.1.4. Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan

struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dalam teori struktur modal

diasumsikan bahwa perubahan struktur modal berasal dari penerbitan

kembali saham biasa atau penerbitan saham baru. Apabila ada pengaruh
struktur modal terhadap nilai perusahaan, pertanyaan berikutnya adalah

bagaimana struktur modal yang optimal bagi perusahaan. Dalam analisis

struktur modal ini digunakan beberapa asumsi, yaitu:

1. Tidak ada pajak penghasilan.

2. Tidak ada pertumbuhan laba.

3. Pembayaran seluruh laba kepada pemegang saham yang

berupa dividen.

4. Perubahan struktur modal terjadi dengan menerbitkan obligasi

dan membeli kembali saham biasa atau dengan menerbitkan

saham biasa dan menarik obligasi.

Dalam menganalisis pengaruh perubahan struktur modal terhadap

nilai perusahaan menurut Martono dan D. Agus Harjito (2002;242) dapat

dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu:

2.1.4.1 Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income

Approach) Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa investor

memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang perusahaan.

Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang bersifat

konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan.

Dengan demikian diasumsikan bahwa:

1. Biaya hutang konstan.


2. Penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri

dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan.

Artinya apabila perusahaan menggunakan hutang yang lebih besar,

maka pemilik saham akan memperoleh bagian laba yang semakin kecil. Oleh

karena itu, tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri

akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan.

Dengan menggunakan pendekatan laba operasi bersih, dapat

disimpulkan bahwa peningkatan leverage ternyata mempengaruhi tingkat

keuntungan (return) yang disyaratkan. Tingkat return yang disyaratkan

meningkat secara linear dengan leverage keuangan (financial leverage)

yang diukur dengan perimbangan antara hutang dengan saham. Sedangkan

nilai total perusahaan dan harga saham per lembar tidak berubah walaupun

leverage keuangannya berubah.

2.1.4.2 Pendekatan Tradisional

Pada pendekatan tradisional diasumsikan terjadi perubahan struktur

modal yang optimal dan peningkatan nilai total perusahaan melalui

penggunaan financial leverage (hutang dibagi modal sendiri).

Kesimpulan yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan

tradisional adalah struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang

memberikan biaya modal keseluruhan yang terendah dan memberikan

harga saham yang tertinggi. Hal ini disebabkan karena berubahnya tingkat
kapitalisasi perusahaan, baik untuk modal sendiri maupun pinjaman setelah

perusahaan merubah struktur modalnya (leverage) melewati batas tertentu.

Perubahan tingkat kapitalisasi ini disebabkan karena adanya risiko yang

berubah.

2.1.4.3 Pendekatan Modigliani dan Miller

Franco Modligani dan MH. Miller (disingkat MM) menentang

pendekatan tradisional dengan menawarkan pembenaran perilaku tingkat

kapitalisasi perusahaan yang konstan. MM berpendapat bahwa risiko total

bagi pemegang saham tidak berubah walaupun struktur modal perusahaan

mengalami perubahan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pembagian

struktur modal antara hutang dan modal sendiri selalu terdapat

perlindungan atas nilai investasi, yaitu karena nilai investasi total

perusahaan tergantung dari keuntungan dan risiko, sehingga nilai

perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah. Asumsi-

asumsi yang digunakan MM adalah:

1. Pasar modal adalah sempurna, dan investor bertindak rasional.

2. Nilai yang diharapkan dari distribusi probabilitas semua

investor sama.

3. Perusahaan mempunyai risiko usaha (business risk) yang

sama.
4. Tidak ada pajak.

Pendapat MM didukung oleh adanya proses arbitrase, yaitu proses

mendapatkan dua aktiva yang pada dasarnya sama dan membelinya dengan

harga yang termurah serta menjual lagi dengan harga yang lebih tinggi.

2.1.5. Earning Per Share (EPS)

Data laba per saham seringkali dilaporkan dalam penerbitan

keuangan, dan telah digunakan secara luas oleh pemegang saham dan

investor dalam mengevaluasi profitabilitas perusahaan. Pengertian EPS

menurut Lawrence J. Gitman (2006;13) adalah :

“The amount earned during the period on behalf of each outstanding


share of common stock, calculated by dividing the period’s total earnings
available for the firm’s common stockholders by the number of shares of
common stock outstanding. “

Sedangkan menurut Donald E. Kieso , Jerry J. Weygandt and

Terry D. Warfield yang dialihbahasakan oleh Emil Salim (2002;424)

yaitu :

“Laba per saham (Earning per Share) menunjukkan laba yang

dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Jadi, laba per saham hanya

dilaporkan untuk saham biasa. “

Karena pentingnya informasi tentang laba per saham, maka sebagian

besar perusahaan diwajibkan melaporkan informasi ini dalam laporan rugi-

laba.
Menurut Kamus Istilah-Istilah Akuntansi (2000;320) pengertian

Earning per Share adalah :

“ Jumlah laba yang diperoleh selama satu periode tertentu --- biasanya
per kuartal atau per tahun --- untuk masing-masing saham dalam peredaran.
EpS dihitung dengan membagi total laba yang tersedia bagi pemegang
saham perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. “

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, EPS merupakan laba yang

diperoleh pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimilikinya. Oleh

karena itu informasi mengenai EPS sangat penting bagi investor, sebagai

bahan pertimbangan apakah investor tertarik untuk menanamkan modalnya

di perusahaan tersebut. Investor merupakan calon pemilik perusahaan

sehingga dengan mengetahui EPS suatu perusahaan maka investor dapat

menganalisis potensi keuntungan yang nantinya akan diraih.

2.1.6 Pengaruh Struktur Modal terhadap Earning Per Share (EPS)

Dalam memenuhi kebutuhan dana suatu perusahaan, selalu terdapat

perubahan-perubahan yang harus dipertimbangkan karena hal tersebut

dapat mempengaruhi harga saham. Seperti yang dikemukakan oleh

Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston yang dialih bahasakan oleh

Herman Wibowo (2001;19) yaitu :

“ Perubahan dalam utang akan mengakibatkan perubahan laba per

saham (EPS) dan, karena itu juga akan mengakibatkan perubahan harga

saham.“

Selain itu dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus


mencari pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi jika

perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal.

Me€nurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston yang dialih

bahasakan oleh Herman Wibowo (2001;23) bahwa :

“Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang

memaksimumkan harga saham perusahaan, dan ini memerlukan rasio utang

yang lebih rendah daripada rasio utang yang memaksimumkan EPS.“

Untuk mengetahui apakah sebaiknya perusahaan menggunakan utang

atau modal sendiri untuk memaksimalkan laba per saham adalah dengan

pendekatan EBIT-EPS seperti yang dikemukakan oleh Lawrence J. Gitman

(2006;565) yaitu :

“ EBIT-EPS approach is an approach for selecting the capital structure

that maximizes earnings per share (EPS) over the expected range of

earnings before interest and taxes (EBIT). “

Maximizing Value Versus Maximizing EPS

Dari penjelasan sebelumnya, sasaran dari manajer keuangan lebih

ditekankan pada maksimalisasi kekayaan pemilik dan bukan laba. Walaupun

terdapat hubungan antara tingkat laba yang diharapkan dengan nilai

saham, namun tidak ada alasan untuk meyakini bahwa memaksimalkan laba

akan selalu menghasilkan maksimalisasi kekayaan. Kekayaan pemilik

seperti dicerminkan dengan estimasi nilai saham yang dapat digunakan


sebagai kriteria untuk memilih struktur modal yang terbaik.

2.2. Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu

membutuhkan dana yang cukup agar kontinuitas perusahaan dapat berjalan

dengan baik. Disini peran seorang manajer keuangan sangat penting dalam

mengambil keputusan keuangan. Dalam perusahaan terdapat dua

keputusan keuangan yang utama yaitu keputusan pendanaan dan

keputusan investasi.

Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut keputusan tentang

bentuk dan komposisi pendanaan yang akan digunakan oleh perusahaan

yang dicerminkan pada sisi passiva. Kebijakan struktur modal merupakan

keputusan pendanaan, karena struktur modal mencerminkan proporsi

penggunaan hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

Seperti yang dikemukakan oleh Lawrence J. Gitman (2006;538)

bahwa :

“ Capital structure is the mix of long-term debt and equity maintained

by the firm.”

Untuk mendapatkan dana bagi perusahaan, terdapat dua sumber yaitu

pendanaan dari dalam perusahaan (internal financing) dan pendanaan dari

luar perusahaan (external financing). Sumber intern diperoleh dari laba

ditahan, dan akumulasi penyusutan aktiva. Sedangkan untuk pendanaan dari


sumber ekstern maka perusahaan akan menerbitkan aktiva finansial yaitu

selembar kertas yang mempunyai nilai pasar karena mempunyai hak untuk

memperoleh penghasilan, seperti saham dan obligasi. (Suad Husnan dan

Enny Pudjiastuti; 1994 ;6). Aktiva finansial ini akan diperdagangkan di

pasar modal.

Dana yang diperoleh kemudian akan diinvestasikan pada berbagai

aktiva perusahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan. Hal ini

berhubungan dengan keputusan investasi di perusahaan. Kegiatan

menanamkan dana mengakibatkan perusahaan memiliki aktiva riil yaitu

komposisi antara aktiva lancar dan aktiva tetap.

Dari kegiatan investasi tersebut, perusahaan akan memiliki dana untuk

membiayai kegiatan operasional perusahaan dan mengharapkan untuk

memperoleh hasil yang lebih besar daripada pengorbanannya. Dengan kata

lain, perusahaan akan mengharapkan pendapatan lebih besar daripada

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga menghasilkan laba.

Earning per Share (EPS) didapat dari jumlah pendapatan bersih dibagi

dengan jumlah saham yang beredar . Maka semakin besar nilai EPS

menunjukkan semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh

pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya. Dengan

mengetahui EPS suatu perusahaan maka investor dapat menganalisis

potensi keuntungan yang nantinya akan diraih. EPS juga merupakan suatu

faktor yang berpengaruh terhadap harga saham.


Setiap kebijakan yang diambil oleh perusahaan akan menghasilkan

suatu struktur modal bagi perusahaan yang bersangkutan. Setiap

perusahaan tentu mengharapkan struktur modal yang optimum dalam

mencapai nilai perusahaan yang maksimal.

Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara resiko

dan tingkat pengembalian yang diharapkan. Seperti dikemukakan oleh

Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston yang dialih bahasakan oleh

Herman Wibowo (2001;5) struktur modal yang optimal itu:

“Harus berada pada keseimbangan antara risiko dan pengembalian

yang

memaksimumkan harga saham.”

Dari konsep yang diutarakan diatas mempertimbangkan tingkat

pengembalian dan risiko agar dapat mengoptimalkan nilai perusahaan.

Jadi masalah struktur modal merupakan masalah yang penting karena

baik buruknya struktur modal akan berpengaruh pada tingkat efektivitas

perusahaan. Efektivitas perusahaan akan menentukan efisiensi atau

tidaknya penggunaan dana dapat diukur dengan melihat tingkat Earning per

Share (EPS) yang telah dicapai perusahaan. Dengan tercapainya struktur

modal yang optimum maka akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan

dalam bentuk peningkatan Earning per Share (EPS).

Pengaruh struktur modal terhadap EPS memiliki hubungan yang positif,

yaitu jika perusahaan menggunakan rasio hutang yang lebih besar maka
akan menghasilkan nilai EPS yang besar juga. Misalkan perusahaan

menggunakan rasio hutang 60 % , dan modal sendiri sebesar 40 %. Jika

modal sendiri lebih sedikit, maka perusahaan akan mengurangi jumlah

saham yang beredar. Sedangkan nilai EPS didapat dari Earning After Tax

dibagi dengan jumlah saham yang beredar, sehingga semakin sedikit jumlah

saham yang beredar maka akan semakin besar nilai EPS.

Sebenarnya tujuan dari keputusan keuangan adalah untuk

memaksimumkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan maka

semakin besar kemakmuran yang diterima oleh pemilik perusahaan yang

dalam hal ini adalah pemegang saham. Namun perusahaan juga harus

mempertimbangkan apakah akan memaksimalkan kekayaan pemilik atau

memaksimalkan laba perusahaan. Disini terdapat beberapa faktor yang

harus dipertimbangkan manajer keuangan untuk memilih kebijakan struktur

modal yang tepat bagi suatu perusahaan. Misalnya pertimbangan biaya,

manajer harus menghitung sampai seberapa besar perbandingan modal

sendiri dengan modal pinjaman tersebut dapat dilaksanakan agar hasil dari

penggabungan modal tersebut dapat optimal di dalam menghasilkan tingkat

laba bersih perusahaan setelah dikurangi segala kewajiban perusahaan

setelah dikurangi segala kewajiban perusahaan terhadap pihak pemberi

pinjaman. Semakin tinggi tingkat laba bersih yang dihasilkan, maka semakin

tinggi pula bagian yang menjadi hak bagi para pemegang saham. Sehingga

penulis dapat menyimpulkan bahwa keputusan struktur modal yang tepat

secara teoritis akan mampu meningkatkan EPS.


Kebijakan Struktur Modal

Hutang Jangka Panjang


Modal SendiriKeputusan Keuangan Perusahaan
Gambar 2.3

Bagan Kerangka
Keputusan Pendanaan Keputusan Investasi
Pemikiran

Struktur aktiva

Kegiatan Perusahaan
Modal
Hutang Jangka Panjang
Sendiri

Pendapatan Biaya

Jumlah saham beredar EPS Laba

2.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan hipotesis

sebagai berikut: “ Struktur Modal Berpengaruh Secara Positif Terhadap


Earning per Share (EPS).”

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode yang Digunakan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif verifikatif. Menurut Moh. Nazir (1998:64), metode penelitian

deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia,

suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas

pemikiran masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk

membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki.

Sedangkan disebut juga sebagai verikatif karena penelitian ini

melakukan uji hipotesis melalui pengolahan dan pengujian data secara

statistik, dalam hal ini yaitu menganalisis pengaruh dari struktur modal

terhadap earning per share sehingga dapat diperoleh gambaran yang

sistematis, faktual dan akurat untuk menemukan persoalan dan menarik

kesimpulan. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh struktur modal

terhadap earning per share dengan menggunakan 2 (dua) variabel , yaitu X


sebagai variabel independen (bebas) dan Y sebagai variabel dependen (tidak

bebas). Teknik pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan

menggunakan analisis rasio dan statistik. Analisis rasio keuangan dilakukan

terhadap setiap variabel penelitian dan analisis statistik dilakukan dengan

menggunakan analisis regresi dan determinasi, sedangkan pengujian

hipotesis dilakukan dengan menggunakan pengujian distribusi t.

3.2. Operasionalisasi Variabel

Untuk menguji hipotesis variabel-variabel yang akan diteliti perlu

diberikan batasan-batasan dan ditentukan indikator-indikatornya. Dalam

penelitian ini dilakukan penelaahan kumpulan data yang terdapat dalam 2

(dua) variabel yaitu :

1. Variabel bebas (independent variabel) adalah suatu variabel yang

keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain, bahkan

merupakan faktor yang mempengaruhi variabel lainnya. Dalam hal ini

adalah Struktur Modal (X). Data yang diambil adalah data tahunan yaitu

dari tahun 2002 sampai dengan 2009. Struktur modal dapat diketahui

dengan membandingkan antara hutang jangka panjang (long-term debt)

dengan modal sendiri (equity).

2. Variabel terikat atau variabel tidak bebas (dependent variabel) adalah

suatu variabel yang keberadaannya tergantung atau dipengarhi oleh


variabel-variabel lain. Dalam hal ini adalah Earning Per Share, yaitu

jumlah pendapatan bersih yang dapat dibagikan perusahaan untuk setiap

lembar saham yang beredar. Earning Per Share dapat diketahui dengan

membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham

yang beredar. Data yang diambil adalah data tahunan yaitu dari tahun

2000 sampai dengan 2006.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Ukura Skal


Indikator
Variabel n a

Struktur Proporsi hutang Perbandingan Persen Rasi


jangka panjang antara hutang se o
Modal dan modal jangka panjang
sendiri yang terhadap modal
(Variabel digunakan sendiri.
X) dalam
pendanaan LTD
perusahaan
Equity
Earning Hasil dari Rupiah Rasi
pembagian o
Per Share antara laba EAT
bersih dengan
(Variabel jumlah lembar Shares
Y) saham yang outstanding
beredar.

3.3. Sumber dan Cara Penentuan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data yang sudah diolah dan bisa diperoleh di media (buku, majalah, buletin,

laporan, dan internet), dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data

ini meliputi:

a. Data mengenai variabel yang terkait dalam penelitian ini, yaitu

data laporan keuangan perusahaan, yang meliputi neraca dan laporan

rugi laba.

b. Studi Literature. Data diperoleh melalui tulisan-tulisan yang

berhubungan dengan masalah yang dibahas serta berasal dari buku-

buku cetak, catatan perkuliahan, dan sumber referensi lainnya yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di pusat referensi pasar modal Bursa Efek

Jakarta (BEJ) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data tersebut
adalah laporan keuangan PT. Unilever yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

 Riset Kepustakaan (Library Research)

Cara ini dimaksudkan untuk memperoleh data atau fakta yang bersifat

teoritis yang berhubungan dengan penelitian ini, diperoleh dengan cara

mempelajari literatur-literatur, bahan dan sumber lain yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Data yang didapat berupa data sekunder yang

dijadikan pedoman untuk melakukan analisis terhadap masalah yang akan

diteliti. Dalam penelitian kepustakaan ini, dilakukan untuk lebih memahami

dan membandingkan antara kenyataan di lapangan dengan teori yang ada.

3.5. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

Pendekatan yang diterapkan dalam masalah ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan penekanan pada data yang bersumber dari laporan

keuangan perusahaan. Setelah data yang dibutuhkan diolah kemudian

dilakukan analisis.

Langkah-langkah dalam melakukan rancangan analisis dan uji

hipotesis adalah:

1. Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan atau menetapkan


hipotesa yang akan diuji, yaitu pengaruh struktur modal terhadap Earning

Per Share.

2. Kemudian memberikan batasan dari area atau scope penelitian yang

akan dilakukan dengan menentukan indikator-indikatornya, lalu menghitung

struktur modal dan Earning Per Share.

3. Langkah selanjutnya adalah merumuskan persamaan analisi regresi

sederhana untuk menguji besarnya pengaruh variabel X (struktur modal)

terhadap variabel Y (Earning Per Share).

4. Setelah itu dilakukan pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi

sederhana dengan menggunakan uji t.

5. Langkah terakhir adalah menetapkan kesimpulan atas hasil penelitian

yang telah dilakukan.

3.5.1. Analisis Regresi Linear

Analisis regresi digunakan untuk menganalisis hubungan antara

variabel satu dengan variabel yang lain secara konseptual, mempunyai

hubungan kausal atau fungsional (Sugiyono, 2004 ; 204) . Dalam penelitian

ini digunakan alat analisis statistik berupa ”trend” yaitu merupakan

komponen dari time series berjalan secara lambat mungkin

meningkat/menurun dari nilai-nilai jangka panjang, dimana syarat

minimalnya n = 5 unit data/observan . Dalam penelitian ini, jumlah data (n)


yang digunakan ditentukan dari perhitungan data tahunan selama 8 tahun.

Bentuk persamaan analisis regresi adalah sebagai berikut :

Y = a + bX

dimana,

Y : Dependent variabel yaitu Earning per Share (EpS)

a : Intercept persamaan regresi

b : Koefisien regresi yang menunjukkan besarnya perubahan Y akibat

adanya perubahan unit variabel X

X : Independent variabel yaitu Struktur Modal

Untuk mencari a (konstanta) dapat dicari dengan rumus:

∑ y. (∑ x2 ) −x ∑ xy ∑
a=
n. ∑ ( 2x) ( )
2
− ∑x

Sedangkan b ( koefisien arah regresi) dapat dicari dengan rumus :

n. ∑ x y ( − ) ( ∑x ) y ∑
b=
( − ) ∑x
2
n. ∑ x 2

Pada tahap awal sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas.


Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang

berdistribusi normal atau mendekati distribusi normal.

Dalam program SPSS, normalitas dapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data menyebar

di sekitar garis normal dan mengikuti arah garis diagonal maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

3.5.2 Analisis Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabel X dan variabel

Y, dilakukan perhitungan koefisien korelasi (r). Nilai koefisien ini berada


diantara -1 dan +1. Rumus Uji koefisien korelasi pearson (product-moment

coefficient of correlation) adalah:

n∑ xy − ∑ x ∑ y
r=
n∑ X 2 − ( ∑ X ) n∑ Y 2 − ( ∑ Y )
2 2

Nilai r yang mendekati nol berarti hubungan antara kedua variabel

dapat dikatakan sangat lemah atau nihil. Sementara, bila r mendekati +1,

maka hubungan keduanya sangat kuat dan positif. Demikian pula, bila r

mendekati -1, maka hubungan keduanya kuat dan negatif.

3.5.3. Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan suatu bilangan yang biasanya

dinyatakan dalam persen (%) yang diperoleh dari bentuk kuadrat koefisien

korelasinya yang menunjukkan besarnya pengaruh atau kontribusi variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

D =r 2× 100%

3.5.4. Uji Hipotesis


Setelah didapatkan hasil perhitungan koefisien determinasi maka perlu

diadakan pengujian terhadap arti dari koefisien tersebut. Hipotesis yang

akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh

variabel X terhadap variabel Y.

Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan Hipotesis

Ho : βi ≤ 0 Struktur modal tidak berpengaruh secara positif terhadap

Earning Per Share (EPS)

Ha : βi > 0 Struktur modal berpengaruh secara positif terhadap Earning Per

Share (EPS)

2. Penetapan tingkat signifikansi

Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,95

atau dengan α = 0,05 , artinya kemungkinan dari hasil penarikan kesimpulan

adalah benar mempunyai probabilitas sebesar 95 % atau toleransi kesalahan

(margin of error) sebesar 5 %. Derajat kebebasan (degree of freedom)

adalah df= n-k-1 , dimana n adalah jumlah sampel observasi, dan k adalah

banyaknya variabel independen (X) .Tingkat signifikansi yang digunakan

dalam penelitian ini dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara

variabel-variabel yang diteliti.

Gambar 3.1
Pengujian Hipotesis Standar Satu Sisi Dengan α = 5 %

0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d4
6430100000000000100470900000000010000001803000000000000180300
00010000006c0000000000000000000000350000006f00000000000000000
ttabel
00000212f0000ac14000020454d4600000100180300001200000002000000
000000000000000000000000c01200000b190000cb0000000f010000000000
000000000000000000c019030027240400160000000c000000180000000a0
0000010000000000000000000000009000000100000001f0b0000e0040000
250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c000
00001000000520000007001000001000000a4ffffff000000000000000000000
000900100000000000004400022430061006c006900620072006900000000
0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000001100b0b311001000000014b7
110094b411005251603214b711000cb41100100000007cb51100f8b6110024
51603214b711000cb411002000000049642f310cb4110014b7110020000000
ffffffff5c2be300d0642f31ffff0500ffff0180ffff0180ef020180ffffffff00000f00000
80000000800004d00000001000000000000005802000025000000372e9001
0000020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f0000
0000000000430061006c006900620072000000000000c0be0370a06032e39
81ad53c2be300e845d50040b411009c38273108000000010000007cb41100
7cb41100e878253108000000a4b411005c2be300647600080000000025000
0000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001
000000180000000c000000000000025400000054000000000000000000000
0350000006f00000001000000555587407b44874000000000570000000100
00004c000000040000000000000000000000220b0000e2040000500000002
00000003600000046000000280000001c0000004744494302000000fffffffffff
fffff200b0000e1040000000000004600000014000000080000004744494303
000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e00000
0140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b02
00000000050000000c02d400e301040000002e0118001c000000fb02030001
0000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000
000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01
000004000000020101001c000000fb02f0ff000000000000900100000000044
0002243616c69627269000000000000000000000000000000000000000000
00000000040000002d010100040000002d010100040000002d01010005000
0000902000000020d000000320a0f0000000100040000000000e201d30020
dd0900040000002d010000040000002d010000030000000000
3. Penentuan t hitung dengan menggunakan rumus :

t= b-β

Sb

dimana,

b = koefisien regresi

Sb = Simpangan Baku koefisien b

Sb = Syx √ 1

∑x2

4. Menarik kesimpulan

Uji t hasil perhitungan dibandingkan dengan t tabel dengan kriteria :

a Ho : βi ≤ 0 Tidak ditolak jika t hitung ≤ t tabel , artinya Struktur modal tidak

berpengaruh secara positif terhadap Earning Per Share (EPS)

b. Ho : βi ≤ 0 ditolak jika t hitung >t tabel , artinya Struktur modal berpengaruh

secara positif terhadap Earning Per Share (EPS)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode yang Digunakan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


deskriptif verifikatif. Menurut Moh. Nazir (1998:64), metode penelitian

deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia,

suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas

pemikiran masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk

membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki.

Sedangkan disebut juga sebagai verikatif karena penelitian ini

melakukan uji hipotesis melalui pengolahan dan pengujian data secara

statistik, dalam hal ini yaitu menganalisis pengaruh dari struktur modal

terhadap earning per share sehingga dapat diperoleh gambaran yang

sistematis, faktual dan akurat untuk menemukan persoalan dan menarik

kesimpulan. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh struktur modal

terhadap earning per share dengan menggunakan 2 (dua) variabel , yaitu X

sebagai variabel independen (bebas) dan Y sebagai variabel dependen (tidak

bebas). Teknik pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan

menggunakan analisis rasio dan statistik. Analisis rasio keuangan dilakukan

terhadap setiap variabel penelitian dan analisis statistik dilakukan dengan

menggunakan analisis regresi dan determinasi, sedangkan pengujian

hipotesis dilakukan dengan menggunakan pengujian distribusi t.

3.2. Operasionalisasi Variabel

Untuk menguji hipotesis variabel-variabel yang akan diteliti perlu


diberikan batasan-batasan dan ditentukan indikator-indikatornya. Dalam

penelitian ini dilakukan penelaahan kumpulan data yang terdapat dalam 2

(dua) variabel yaitu :

1. Variabel bebas (independent variabel) adalah suatu variabel yang

keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain, bahkan

merupakan faktor yang mempengaruhi variabel lainnya. Dalam hal ini

adalah Struktur Modal (X). Data yang diambil adalah data tahunan yaitu

dari tahun 2000 sampai dengan 2006. Struktur modal dapat diketahui

dengan membandingkan antara hutang jangka panjang (long-term debt)

dengan modal sendiri (equity).

2. Variabel terikat atau variabel tidak bebas (dependent variabel) adalah

suatu variabel yang keberadaannya tergantung atau dipengarhi oleh

variabel-variabel lain. Dalam hal ini adalah Earning Per Share, yaitu

jumlah pendapatan bersih yang dapat dibagikan perusahaan untuk setiap

lembar saham yang beredar. Earning Per Share dapat diketahui dengan

membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham

yang beredar. Data yang diambil adalah data tahunan yaitu dari tahun

2000 sampai dengan 2006.


Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Ukura Skal


Indikator
Variabel n a

Struktur Proporsi hutang Perbandingan Persen Rasi


jangka panjang antara hutang se o
Modal dan modal jangka panjang
sendiri yang terhadap modal
(Variabel digunakan sendiri.
X) dalam
pendanaan LTD
perusahaan
Equity

Earning Hasil dari Rupiah Rasi


pembagian o
Per Share antara laba EAT
bersih dengan
(Variabel jumlah lembar Shares
Y) saham yang outstanding
beredar.

3.3. Sumber dan Cara Penentuan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data yang sudah diolah dan bisa diperoleh di media (buku, majalah, buletin,

laporan, dan internet), dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data

ini meliputi:

a. Data mengenai variabel yang terkait dalam penelitian ini, yaitu

data laporan keuangan perusahaan, yang meliputi neraca dan laporan

rugi laba.
b. Studi Literature. Data diperoleh melalui tulisan-tulisan yang

berhubungan dengan masalah yang dibahas serta berasal dari buku-

buku cetak, catatan perkuliahan, dan sumber referensi lainnya yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di pusat referensi pasar modal Bursa Efek

Jakarta (BEJ) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data tersebut

adalah laporan keuangan perusahaan PT. Unilever

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

 Riset Kepustakaan (Library Research)

Cara ini dimaksudkan untuk memperoleh data atau fakta yang bersifat

teoritis yang berhubungan dengan penelitian ini, diperoleh dengan cara

mempelajari literatur-literatur, bahan dan sumber lain yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Data yang didapat berupa data sekunder yang

dijadikan pedoman untuk melakukan analisis terhadap masalah yang akan

diteliti. Dalam penelitian kepustakaan ini, dilakukan untuk lebih memahami

dan membandingkan antara kenyataan di lapangan dengan teori yang ada.


3.5. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

Pendekatan yang diterapkan dalam masalah ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan penekanan pada data yang bersumber dari laporan

keuangan perusahaan. Setelah data yang dibutuhkan diolah kemudian

dilakukan analisis.

Langkah-langkah dalam melakukan rancangan analisis dan uji

hipotesis adalah:

1. Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan atau menetapkan

hipotesa yang akan diuji, yaitu pengaruh struktur modal terhadap Earning

Per Share.

2. Kemudian memberikan batasan dari area atau scope penelitian yang

akan dilakukan dengan menentukan indikator-indikatornya, lalu menghitung

struktur modal dan Earning Per Share.

3. Langkah selanjutnya adalah merumuskan persamaan analisi regresi

sederhana untuk menguji besarnya pengaruh variabel X (struktur modal)

terhadap variabel Y (Earning Per Share).

4. Setelah itu dilakukan pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi

sederhana dengan menggunakan uji t.

5. Langkah terakhir adalah menetapkan kesimpulan atas hasil penelitian

yang telah dilakukan.


3.5.1. Analisis Regresi Linear

Analisis regresi digunakan untuk menganalisis hubungan antara

variabel satu dengan variabel yang lain secara konseptual, mempunyai

hubungan kausal atau fungsional (Sugiyono, 2004 ; 204) . Dalam penelitian

ini digunakan alat analisis statistik berupa ”trend” yaitu merupakan

komponen dari time series berjalan secara lambat mungkin

meningkat/menurun dari nilai-nilai jangka panjang, dimana syarat

minimalnya n = 5 unit data/observan . Dalam penelitian ini, jumlah data (n)

yang digunakan ditentukan dari perhitungan data tahunan selama 8 tahun.

Bentuk persamaan analisis regresi adalah sebagai berikut :

Y = a + bX

dimana,

Y : Dependent variabel yaitu Earning per Share (EpS)

a : Intercept persamaan regresi

b : Koefisien regresi yang menunjukkan besarnya perubahan Y akibat

adanya perubahan unit variabel X

X : Independent variabel yaitu Struktur Modal

Untuk mencari a (konstanta) dapat dicari dengan rumus:


∑ y. (∑ x2 ) −x ∑ xy ∑
a=
n. ∑ ( x) ( )
2
2
− ∑x

Sedangkan b ( koefisien arah regresi) dapat dicari dengan rumus :

n. ∑ x y ( − ) ( ∑x ) y ∑
b=
( − ) ∑x
2
n. ∑ 2x

Pada tahap awal sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas.

Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang

berdistribusi normal atau mendekati distribusi normal.

Dalam program SPSS, normalitas dapat dideteksi dengan melihat


penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data menyebar

di sekitar garis normal dan mengikuti arah garis diagonal maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

3.5.2 Analisis Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabel X dan variabel

Y, dilakukan perhitungan koefisien korelasi (r). Nilai koefisien ini berada

diantara -1 dan +1. Rumus Uji koefisien korelasi pearson (product-moment

coefficient of correlation) adalah:

n∑ xy − ∑ x ∑ y
r=
n∑ X 2 − ( ∑ X ) n∑ Y 2 − ( ∑ Y )
2 2

Nilai r yang mendekati nol berarti hubungan antara kedua variabel

dapat dikatakan sangat lemah atau nihil. Sementara, bila r mendekati +1,

maka hubungan keduanya sangat kuat dan positif. Demikian pula, bila r

mendekati -1, maka hubungan keduanya kuat dan negatif.

3.5.3. Analisis Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi merupakan suatu bilangan yang biasanya

dinyatakan dalam persen (%) yang diperoleh dari bentuk kuadrat koefisien

korelasinya yang menunjukkan besarnya pengaruh atau kontribusi variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

D =r 2× 100%

3.5.4. Uji Hipotesis

Setelah didapatkan hasil perhitungan koefisien determinasi maka perlu

diadakan pengujian terhadap arti dari koefisien tersebut. Hipotesis yang

akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh

variabel X terhadap variabel Y.

Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan Hipotesis

Ho : βi ≤ 0 Struktur modal tidak berpengaruh secara positif terhadap

Earning Per Share (EPS)

Ha : βi > 0 Struktur modal berpengaruh secara positif terhadap Earning Per

Share (EPS)

2. Penetapan tingkat signifikansi

Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,95

atau dengan α = 0,05 , artinya kemungkinan dari hasil penarikan kesimpulan


adalah benar mempunyai probabilitas sebesar 95 % atau toleransi kesalahan

(margin of error) sebesar 5 %. Derajat kebebasan (degree of freedom)

adalah df= n-k-1 , dimana n adalah jumlah sampel observasi, dan k adalah

banyaknya variabel independen


ttabel (X) .Tingkat signifikansi yang digunakan
dalam penelitian ini dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara

variabel-variabel yang diteliti.

Gambar 3.1

Pengujian Hipotesis Standar Satu Sisi Dengan α = 5 %

0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d4
6430100000000000100470900000000010000001803000000000000180300
00010000006c0000000000000000000000350000006f00000000000000000
00000212f0000ac14000020454d4600000100180300001200000002000000
000000000000000000000000c01200000b190000cb0000000f010000000000
000000000000000000c019030027240400160000000c000000180000000a0
0000010000000000000000000000009000000100000001f0b0000e0040000
250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c000
00001000000520000007001000001000000a4ffffff000000000000000000000
000900100000000000004400022430061006c006900620072006900000000
0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000001100b0b311001000000014b7
110094b411005251603214b711000cb41100100000007cb51100f8b6110024
51603214b711000cb411002000000049642f310cb4110014b7110020000000
ffffffff5c2be300d0642f31ffff0500ffff0180ffff0180ef020180ffffffff00000f00000
80000000800004d00000001000000000000005802000025000000372e9001
0000020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f0000
0000000000430061006c006900620072000000000000c0be0370a06032e39
81ad53c2be300e845d50040b411009c38273108000000010000007cb41100
7cb41100e878253108000000a4b411005c2be300647600080000000025000
0000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001
000000180000000c000000000000025400000054000000000000000000000
3. Penentuan t hitung dengan menggunakan rumus :

t= b-β

Sb

dimana,

b = koefisien regresi

Sb = Simpangan Baku koefisien b

Sb = Syx √ 1

∑x2

4. Menarik kesimpulan
Uji t hasil perhitungan dibandingkan dengan t tabel dengan kriteria :

a Ho : βi ≤ 0 Tidak ditolak jika t hitung ≤ t tabel , artinya Struktur modal tidak

berpengaruh secara positif terhadap Earning Per Share (EPS)

b. Ho : βi ≤ 0 ditolak jika t hitung >t tabel , artinya Struktur modal berpengaruh

secara positif terhadap Earning Per Share (EPS)

You might also like