Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
alam dalam menghasilkan kayu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Sehingga, setiap tahunya terjadi kekurangan kebutuhan kayu. Dampak langsung dari
situasi ini adalah adanya penebangan ilegal yang dilakukan masyarakat diberbagai
kerusakan hutan.
Palembang saat ini mencanangkan program revitalisasi sektor kehutanan yang salah
satu poin pentingnya adalah pembangunan dan pengambangan hutan tanaman dan
dan hutan rakyat untuk penyediaan bahan baku dalam memenuhi kebutuhan
konsumsi masyarakat domestik maupun global. Program ini sesuai dengan misi
perkuliahan sehingga dapat menambah pengalaman dan juga untuk mengetahui dan
memperdalam wawasan dalam bidang penelitian kahutanan. Kerja praktek ini juga
bertujuan untuk menjalin hubungan baik antara Universitas Sriwijaya dengan Balai
Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara
Salah satu unsur penting dalam pengembangan hutan rakyat adalah pemilihan
diperhatikan dalam pemilihan jenis pohon antara lain kesesuaian tempat tumbuh
dan pertimbangan teknis lainnya yang akan turut menentukan peluang keberhasilan
Menurut Herdiana (2007 : 164) dalam pemilihan jenis tanaman yang akan
dan masyarakat sebagai unit produksi yang potensial, sehingga seyogyanya harus
dengan persyaratan tumbuh yang dibutuhkan oleh jenis tanaman yang akan
silvikultur untuk jenis tanaman yang akan dikembangkan sebagian besar harus telah
dikuasai dan telah didukung oleh berbagai hasil penelitian. Aspek yang perlu
dipertimbangkan terakhir adalah aspek ekonomi dan sosial, dimana jenis tanaman
yang akan dikembangkan memiliki nilai ekonomi yang cukup baik dan secara sosial
pemberdayaan lahan dan masyarakat sebagai unit yang potensial adalah kepuh,
karena jenis ini mempunyai kisaran tempat tumbuh yang cukup luas walaupun lebih
Malaysia dan termasuk jenis cepat tumbuh (fast growing species). Di Sumatera
Selatan, khususnya di Kabupaten OKI dikenal dengan nama kayu agung. Menurut
Heyne (1987 : 1353) kepuh merupakan salah satu jenis substitusi yang paling baik
bagi jenis ramin (Gonystylus bancanus) yang pada saat ini ini sudah semakin sukar
didapatkan karena sudah langka dan telah masuk jenis yang dilindungi. Kayu jenis
ini juga kemungkinan dapat digunakan untuk bahan baku pulp dan kertas. Beberapa
bagian dari tanaman ini baik kulit batang, daun, biji maupun yang lainnya
mempunyai potensi sebagai bahan baku obat dan masyarakat lokal sudah sejak dulu
langkah awal dalam menyediakan bibit untuk kegiatan penanaman. Kualitas bibit
yang dihasilkan maupun waktu yang dibutuhkan untuk produksi bibit sangat
benih yang tepat akan menghasilkan bibit yang berkualitas dalam waktu yang lebih
cepat.
Hasil suatu penanaman hutan sangat bergantung pada asal benih. Dengan
demikian bahwa pada sebuah persemaian harus dilakukan pemilihan asal benih
dengan hati-hati. Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan
pertanaman. Benih yang bermutu tinggi dapat berasal dari varietas yang baik dan
4
dapat menentukan tinggi rendahnya produksi tanaman. Benih yang bagus, baik yang
kering maupun basah, harus memilki sifat-sifat daya tumbuh tinggi, tampak sesuai
dengan jenis atau varietas yang asli dan cukup murni, kesehatan baik dan berukuran
Benih akan tetap mempunyai daya hidup selama beberapa waktu yang
bervariasi antara beberapa hari sampai beberapa tahun. Sebelum pemakaian atau
penyimpanan benih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : jenis, tempat
muncul dari kulit biji dalam kondisi baku suatu uji perkecambahan. Bagi seorang
petani, perkecambahan terjadi ketika bibit muncul dari tanah. Tetapi, pakar fisiologi
memandang perkecambahan sebagai proses yang menyebabkan suatu biji yang tak
semai. Ini meliputi pengambilan air, yang disebut imbibisi, mobilisasi persediaan
Menurut Herdiana (2005 : 139), benih kepuh terletak dalam buah yang berkulit
tebal dan kadang-kadang kalau masak tidak terbuka kulit buahnya, sehingga tingkat
benih kepuh ini antara lain dengan cara mengurangi ketebalan kulit benih
(skarifikasi), atau menggunakan zat kimia seperti asam sulfat, tetapi teknik
pematahan dormansi yang tepat untuk jenis ini belum ada yang menelitinya.
memegang peranan penting, yaitu meliputi penggunaan media tabur dan penciptaan
ketersediaan air, cahaya, temperatur dan kelembaban udara. Di lapangan, benih yang
tabur berupa campuran tanah : pasir (1 : 1) dengan cara menanam ¾ bagian benih
dalam media tabur tersebut. Penyapihan dilakukan pada saat kecambah sudah
1.2 Permasalahan
Kepuh (Sterculia foetida L.) merupakan salah satu spesies yang mempunyai
dari jenis ramin, berpotensi dalam pembuatan pulp dan kertas serta bagian kulit
kayu, daun maupun bijinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan
jenis ini belum banyak diketahui. Sehingga, permasalahan yang akan dibahas adalah
“Bagaimana jenis media tabur yang baik untuk proses perkecambahan benih kepuh
1.3 Tujuan
pengalamam kerja pada Instansi dan Lembaga yang relevan dengn bidang
Biologi.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis media tabur terbaik
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II/1991, tanggal 23 Maret 1991 BTR Benakat menjadi Unit Pelaksana Teknis
Oktober 1993 namanya dan kedudukanya berubah dari BTR yang berkedudukan
Palembang.
(lima) provinsi yaitu Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan
menerapkan penelitian secara integrative yang berorientasi pada hasil dan upaya
8
masyarakat”.
bentuk tepat saji dan cepat serap serta menyebarluaskan hasil-hasil litbang.
telah diubah ketiga kalinya dengan Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2005.
9
II/2006.
penelitian dibidang hutan dan konservasi alam, hutan tanaman, hasil hutan, sosial
hutan dan konservasi alam, hutan tanaman, hasil hutan, sosial budaya,
2. Pelaksanaan kerja sama penelitian dibidang hutan dan konservasi alam, hutan
kehutanan.
konservasi alam, hutan tanaman, hasil hutan, sosial budaya, ekonomi dan
lingkungan kehutanan.
10
alam, hutan tanaman, hasil hutan, sosial budaya, ekonomi dan lingkungan
kehutanan.
2 Juni 2006, disebutkan bahwa Balai Penelitian Kehutanan Palembang terdidi dari
Subbagian Tata Usaha, Seksi Progran dan Anggaran, Seksi Pelayanan dan Sarana
Sumber daya manusia (SDM) yang tersedia pada Balai Penelitian Kehutanan
1. Pegawai Administrasi yang terdiri dari pejabat struktursl dan non struktural.
2. Pegawai fungsional yang terdiri atas peneliti dan teknisi penelitian dan
rekayasa.
peneliti dan teknisi sebanyak 38 orang, dan tenaga honorer/kontrak kerja sebanyak
4 orang.
terbagi dalam 4 (empat) bagian yakni : gedung dan bangunan (kantor dan
laboratorium), peralatan dan mesin (alat berat dan kendaraan roda 2/4), jalan
11
irigasi dan jaringan serta aset tetap lainnya (kepustakaan, hutan penelitian) dimana
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Bagian Anggaran 29 untuk kegiatan rutin dan
pembangunan.
sedang dilaksanakan atau jenis permasalahan yang sedng dihadapi oleh instansi
terkait.
Keterangan : = Konsultasi
-------- = Koordinasi
(2005 : 138), kepuh mempunyai bentuk pohon yang tinggi, lurus, bercabang
12
banyak dan bentuk percabangannya simpodial seperti halnya karakter dari genus-
berdaun majemuk yang berbentuk spiral dan berkumpul pada pangkal ranting,
pada batang atau kauliflor (Tjitrosoepomo 2004 : 274). Menurut Tantra (1976
dalam Herdiana 2005 : 138), bunganya bewarna merah dan terdapat pada tangkai
dengan dengan bentuk yang sederhana dan muncul diantara daun-daunnya. Dalam
hal pembuahan dibantu oleh serangga, seperti lalat atau kumbang, karena secara
Buah Kepuh mempunyai ukuran yang relatif besar, buah yang masih muda
berwarna hijau dan setelah matang berubah menjadi merah dan kadang-kadang
atau lebih, mempunyai pericarp yang tebal (7 – 8 mm), berkayu dan folikelnya
oblong, dengan ukuran panjang ± 2 cm, berwarna hitam, licin dan mengkilat
dengan hilum yang berwarna putih serta karpelnya berwarna merah atau merah tua
2.2.2 Taksonomi
Kepuh (Stercualia foetida Linn.) di tiap daerah dikenal dengan nama yang
(Ternate) Kailipa Buru (Tidore) dan Plani (Wetar). Termasuk dalam famili
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Sterculia
Sterculia foetida L. merupakan salah satu jenis dari Sterculia yang memiliki
wilayah penyebaran paling luas di asia tenggara. Jenis ini tersebar di seluruh
Penyebaran kepuh di seluruh dunia terbatas pada daerah tropis dan sub tropis
(pada 30° LU - 35° LS), kecuali itu juga dapat ditemui di padang pasir dan pulau-
pulau di Lautan Pasifik. Di Australia dan kepulauan Pasifik Barat jenis ini hanya
sedikit, sedangkan daerah yang paling banyak jenisnya (termasuk jenis yang
endemik) adalah di Kalimantan dan Irian Barat. Di Jawa kepuh dapat ditemui pada
daerah yang mempunyai ketinggian di bawah 500 mdpl dan terletak di bagian
terbatas pada hutan hujan di tanah kering dan rawa-rawa, yaitu pada ketinggian
sekitar 0 – 1.400 mdpl, sementara Sterculia foetida dapat tumbuh pada ketinggian
2.2.4 Kegunaan
Kayu kepuh merupakan jenis substitusi yang paling baik untuk mengantikan
dengan ramin, berat jenisnya sekitar 0,64, kelas kuat antara II – III dan kelas
awetnya III. Sedangkan berat jenis ramin adalah sekitar 0,63, kelas kuat II – III
Menurut Heyne (1987 : 1353), kepuh mempunyai kayu yang berwarna putih
keruh, kasar lagi ringan sehingga cepat termakan serangga dan meskipun agak
mudah diperoleh dalam ukuran dan jumlah besar. Namun, tidak dipergunakan
akan tetapi dipakai untuk pembuatan biduk dan juga peti kemas. Di Ambon tidak
semua kepuh rapuh, pada beberapa tempat tertentu dapat dijumpai pohon kepuh
15
yang sudah tua dan besar serta memiliki kayu teras yang bergaris-garis kuning
sehingga dapat dibuat papan. Di Jawa bijinya dipergunakan sebagi obat, namun
Seduhan biji kepuh dengan kemukus dipakai terhadap batuk dan minyaknya
diurapkan pada borok. Daunnya digunakan untuk mengobati tangan yang patah
ataupun sendi-sendi yang terkilir dan untuk luka dalam yang disebabkan karena
Media atau dengan kata lain media pertumbuhan, potting mix atau soil mix
Menurut Tinus dan McDonald (1979 dalam Mantyla 1993 : 84), media yang baik
1. Media sebaiknya cukup kuat dan rapat untuk menahan benih, kecambah atau
2. Media sebaiknya dapat menahan air sehingga pengairan atau penyiraman tidak
3. Media tersebut cukup porous untuk dapat melewatkan air keluar dengan aerase
Struktur media lebih penting daripada kandungan hara dan keasaman, karena
struktur tanah bersifat pemanen. Karakteristik yang paling penting dari struktur
pasir dan tanah lapisan atas (top soil), ini dikarenakan pasir memiliki butur-butir
yang beraneka bentuknya sehingga menyebabkan terdapat pori-pori pada tanah yang
berpasir. Pori ini juga yang menyebabkan peredaran air dan udara di dalam media
Untuk tanah lapisan atas yang mempunyai ketebalan solum (medium bagi
pertumbuhan tanaman) sekitar 20-35 cm yang merupakan tanah yang relatif subur.
Tanah lapisan atas (top soil) memiliki kandungan unsur hara yang tinggi serta
(1998 : 21) terdapat dua tipe pertumbuhan dari suatu kecambah tanaman, yaitu :
hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas
permukaan tanah.
dan eksternal, faktor internal dapat berupa kematangan biji. Sedangkan faktor
4. Cahaya, dari hasil penelitian Flint (1936) pada biji letucce terbukti
BAB III
METODOLOGI KERJA PRAKTEK
Pelaksanaan kerja praktek ini dilakukan pada bulan Juli 2009 sampai dengan
Alat yang digunakan dalam penentuan uji media perkecambahan adalah bak
kecambah, ember plastik, fungisida berbahan aktif, gembor, label, dan sprayer.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah buah kepuh (Sterculia foetida Linn.) yang
berasal dari Kayu Agung Kabupaten OKI yang telah diunduh, dan media tabur
Buah kepuh yang diunduh umumnya telah terbuka, sehingga benihnya dapat
dengan mudah dikeluarkan dari polongnya. Selanjutnya direndam dalam air yang
Benih kepuh yang telah didapatkan dari proses ekstraksi benih kemudian
diseleksi lagi benih untuk proses perkecambahan. Benih yang dipakai adalah
benih yang mempunyai ukuran yang seragam dan mempunyai warna hitam yang
menunjukkan benih telah masak serta pada saat perendaman biji tersebut berada
Media tabur berupa pasir dan tanah yang akan dipakai terlebih dahulu
dibersihkan dengan cara diayak. Jenis media tabur yang terdiri dari pasir dan tanah
Lalu media tabur dimasukkan ke dalam bak perkecambahan dan diletakkan pada
rumah kaca.
pada tiap larikan yang dibuat dengan posisi bekas tangkai menghadap keatas
sedalam ± ¾ bagian benih tenggelam, kemudian ditutup dengan media tabur tipis.
Di mana :
Yij : Nilai setiap pengamatan
20
dilakukan uji beda nilai tengah dengan uji jarak berganda duncan dengan
Respon pengamatan yang diukur adalah jumlah kecambah yang tumbuh per
berdasarkan rumus :
DB (%) =
∑ kecambah normal yang tumbuh x 100%
(Herdiana et. al., 2005)
∑ benih yang ditabur
3.5.2 Kecepatan Berkecambah
Di mana :
persentase jumlah kecambah yang muncul selama satu mingu pada saat puncak
perkecambahan terjadi dan dilakukan pada saat sudah terbentuk kecambah normal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
4.1 Hasil
Dari penelitian kerja praktek yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai
berikut :
70 70.67
61.33
60
Daya Berkecambah
50 48 50.67
41.33 41.33
40
30
20
10
0
M0 M1 M2 M3 M4 M5
Je n is Me dia
23
16 15.48
14 13.67
12.36 12.74
Kecepatan Berkecambah
12 10.97
10 9.98
(hari)
8
6
4
2
0
M0 M1 M2 M3 M4 M5
Je nis Me dia
35 34.67 33.33
32 32 32
30 29.33
Keserempakan Tumbuh (%)
25
20
15
10
5
0
M0 M1 M2 M3 M4 M5
Je nis Me dia
4.2 Pembahasan
benih kepuh, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap keserempakan. Hasil dari tabel
pada media tabur yang digunakan, maka daya berkecambah dan kecepatan
pada media M0 (pasir 100%) dan media M1 (komposisi pasir : tanah = 90 : 10 v/v)
kepuh, pada media M5 (komposisi pasir : tanah = 50 : 50 v/v) mencapai 15,48 hari
dan yang tercepat pada media M0 (pasir 100%) dan M1 (komposisi pasir : tanah =
90 : 10 v/v) yaitu selama 9,98 hari dan 10,97 hari. Pada keserempakan tumbuh
50 v/v) diduga disebabkan karena tanah yang terkandung didalam media tabur ini
mempunyai daya pegang air yang tinggi, sehingga dapat menjaga kelembaban dan
proses imbibisi dan difusi air kedalam benih dapat berjalan dengan baik. Menurut
dari proses perkecambahan benih adalah proses penyerapan air oleh benih yang
selanjutnya adalah pelunakan kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Dalam
proses penyerapan air, hal yang paling penting disamping sifat permeabilitas kulit
berkecambah sebesar 9,98 hari dan paling lama pada media M5 (komposisi pasir :
tanah = 50 : 50 v/v) yaitu 15,48 hari. Walaupun kecepatan berkecambah pada media
berkecambah dengan media M0 (pasir 100%) tidak begitu besar, yaitu sekitar 5 hari
atau mulai berkecambah kurang dari 20 hari. Kecepatan berkecambah pada media
M5 (komposisi pasir : tanah = 50 : 50 v/v) ini masih lebih baik jika dibandingkan
dengan tanaman hutan lainnya. Herdiana et. al. (2005) melaporkan kecepatan
mencapai 24 – 31 hari dengan menggunakan beberapa jenis media tabur yaitu pasir,
komposisi pasir dan tanah, serta tanah, dimana jenis media tabur ini menyerupai
Menurut Hamzah (1984 : 32), media pasir relatif lebih cepat menyerap panas dan
menguapkan air sehingga mampu menjaga kondisi media pada suhu yang relatif
sidik ragam, keserempakan berkecambah pada pengamatan ini tidak berbeda nyata,
yaitu yang paling rendah adalah 29,33% dan paling tinggi adalah 34,67%,
pendahuluan yang digunakan yang kurang tepat yaitu dengan perlakuan perendaman
26
dalam air selama 24 jam, sehingga menyebabkan masih adanya benih yang dalam
keadaan dorman. Menurut Sudrajat dan Nurhasybi (2008 : 10), bahwa tingginya
yang sering dilakukan pada beberapa jenis benih tanaman hutan adalah dengan
perendaman dalam larutan H2SO4, perendaman dalam air dingin selama 24 jam,
perendaman dalam air panas dan dibiarkan dingin selama 24 jam, perendaman
dalam KNO3 0,2% selama 30 menit, dan dapat juga dengan perlakuan jemur –
rendam selama 3 – 6 hari. Pada penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2005 :
1), dimana keserempakan berkecambah dapat mencapai 74,22 % pada benih selada
jam.
Penambahan media tanah pada media tabur tidak menunjukkan pengaruh yang
media tabur. Perbedaan keserempakan tumbuh juga dapat terkait dengan kondisi
fisik media perkecambahan yang diuji. Menurut Herdiana (2005 : 10) walaupun
kandungan tanah akan berpengaruh dalam penyediaan air yang dibutuhkan selama
proses perkecambahan, tetapi kandungan tanah yang sangat tinggi akan berpengaruh
Hasil pengujian ini menunjukkan jenis media tabur yang paling baik untuk
perkecambahan benih kepuh, dalam hal ini memberikan daya berkecambah paling
yang rendah. Menurut Mugnisjah dan Setiawan (1990 : 112) daya berkecambah
tanaman yang secara keadaan biofisik lapangan serba optimum. Pengujian daya
bahawa kandungan pasir yang berbeda pada masing-masing jenis media akan
terjadinya perkecambahan. Menurut Anonim (2008 : 1), bahwa struktur atau kondisi
fisik medium tabur sangat berperan penting dalam menentukan terjadinya proses
air dan aerasi untuk respirasi akar, serta mempermudah penetrasi akar. Medium
terlalu porous akan menyulitkan semai untuk dapat berkembang dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari kerja praktek yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
28
2. Jenis media yang sesuai untuk perkecambahan benih kepuh adalah media M5
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan kerja praktek ini adalah untuk
kepuh dan metode uji perkecambahan lainnya seperti panjang axis embrio (cm),
panjang akar (cm) dan vigor (%), serta untuk mendapatkan keserempakan tumbuh
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen RRL Departemen Kehutanan. 1996. Hutan Rakyat dan Perannya dalam
Pembangunan Daerah. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Fisher, N.M. 1989. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Hamzah, Z. 1984. Ilmu Tanah Hutan. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu, Direksi
Perum Perhutani. Jakarta
Herdiana, N., H. Siahaan. dan T. Rahman. 2005. Pengaruh Jenis Media Tabur Terhadap
Perkecambahan Bambang Lanang (Maduca aspera). Prosiding Seminar Hasil-
Hasil Penelitian Hutan Tanaman, Baturaja 5 Desember 2005.
Herdiana, N. 2007. Potensi Budidaya Jenis Lokal untuk Pembangunan Hutan Rakyat.
Prosiding Workshop Sintesa Hasil Penelitian Hutan Tanaman, Bogor 18
Desember 2007.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.
Islami, T. dan Wani H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Press. Semarang.
Mugnisjah, W.Q. dan A. Setiawan. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali press.
Jakarta.
Sudrajat, D.J. dan Nurhasybi. 2008. Pengembangan Standar Pengujian Kadar Air dan
Perkecambahan Benih Beberapa Jenis Tanaman Hutan Untuk Menunjang
Program Penanaman Hutan di Daerah. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan.
Bogor.
Susilawati, E. 2005. Invigurasi Benih Selada (Lactuca Sativa L.) Kadaluarsa Dengan
Perlakuan Benih Sebelum Tanam Melalui Priming.
http//www.dlib_unsyiah@yahoo.com. Diakses tanggal 2 Oktober 2009.
LAMPIRAN
15 10 10 9 10 8 8 8 10 8 9 8 8 9 10 11 8 10 9
16 10 10 11 10 10 10 10 10 11 10 10 11 10 10 12 10 10 10
17 10 10 11 10 10 11 10 12 11 11 10 11 11 12 12 11 11 10
18 10 10 11 10 10 11 11 13 12 13 11 13 13 13 14 13 12 12
19 10 10 11 10 10 11 11 13 12 13 11 14 13 15 15 15 13 13
20 10 10 11 10 10 11 11 13 12 13 11 14 14 15 17 16 14 14
21 10 10 11 10 10 11 11 13 12 13 11 14 14 15 17 16 15 15
22 10 10 11 10 10 11 11 13 12 13 11 14 14 15 17 16 16 16
23 10 10 11 10 10 11 11 13 12 13 11 14 14 15 17 16 17 17
24 10 10 11 10 10 11 11 13 12 13 11 14 14 15 17 16 18 19
25 10 10 11 10 10 11 11 13 12 13 11 14 14 15 17 16 18 19
LAMPIRAN
33