You are on page 1of 19

1

Refleksi Kasus
ILMU PENYAKIT MATA








Oleh:

Gunalan Khrisnan G0007513
Hida Fitriana R.P G9911112076
Elsa Rosalina G9911112061
Dika Ambar Kusuma G9911112053
Indana Zulfa Zakia G9911112080
Adelia Kartikasari G9911112003
Anisa Prastiwi G9911112017

Pembimbing
dr. Rochasih, Sp.M.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013

2

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl. Guntur 73, Kentingan, Jebres, Surakarta
Tgl pemeriksaan : 18 Februari 2013
No. RM : 989779

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama :Mata kanan merah

B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mata kanan merah sejak 5 hari yang
lalu. Pasien juga mengeluhkan mata terasa gatal, mengganjal, mblobok
(+), nrocos (+), nyeri (+), silau (-). Sebelumnya pasien sudah berobat ke
Puskesmas, mendapatkan obat tetes mata dan keluhan sudah mulai
berkurang tetapi masih merah dan perih.

C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi : (+)
- Riwayat Diabetes Mellitus : (+)
- Riwayat Trauma : disangkal
- Riwayat Sakit Serupa : disangkal
- Riwayat Alergi Obat dan Makanan: disangkal
- Riwayat Memakai Kacamata : (+) sejak 5 tahun yang lalu

3

D. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
- Riwayat Sakit Serupa : disangkal

E. Kesimpulan Anamnesis
OD OS
Proses Radang Radang
Lokalisasi Konjungtiva bulbi Konjungtiva bulbi
Sebab Belum diketahui Belum diketahui
Perjalanan Akut Akut
Komplikasi - -

III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umum
KU : baik, compos mentis, gizi kesan cukup

B. Pemeriksaan Subyektif
OD OS
1. Visus Sentralis
Visus sentralis jauh
Pinhole
Koreksi

6/15
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

1/60
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
2. Visus Perifer
Konfrontasi test
Proyeksi sinar



Persepsi warna

Tidak dilakukan
Superior: normal
Inferior: normal
Temporal: normal
Nasal : normal
Baik

Tidak dilakukan
Superior: normal
Inferior: normal
Temporal: normal
Nasal : normal
Baik
4


C. Pemeriksaan Obyektif
OD OS
1. Sekitar mata
Tanda radang
Luka
Parut
Kelainan warna
Kelainan bentuk

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
2. Pasangan Bola Mata
dalam Orbita
Heteroforia
Strabismus
Exophtalmus
Enophtalmus


Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada


Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
3. Ukuran bola mata
Mikrophtalmus
Makrophtalmus
Ptisis bulbi
Atrofi bulbi

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
4. Gerakan Bola Mata
Temporal superior
Temporal inferior
Temporal
Nasal
Nasal superior
Nasal inferior

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
5. Kelopak Mata
Gerakan
Lebar rima

Dalam batas normal
10 mm

Dalam batas normal
10 mm
5

6. Tekanan Intra Okuler
Palpasi
Tonometer Schiotz

Kesan normal
Tidak dilakukan

Kesan normal
Tidak dilakukan
7. Konjungtiva
Konjungtiva Palpebra
Superior
Oedem
Hiperemis
Sekret



Tidak ada
Ada
Tidak ada



Tidak ada
Ada
Tidak ada
Konjungtiva Palpebra
Inferior
Oedem
Hiperemis
Sekret


Tidak ada
Ada
Tidak ada


Tidak ada
Ada
Tidak ada
Konjungtiva fornix
Oedem
Hiperemis
Sekret
Konjungtiva bulbi
Penonjolan
Oedem
Hiperemis
Sikatrik
Injeksi konjungtiva
Injeksi siliar
Sekret

Tidak ada
Ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
kental kekuningan

Tidak ada
Ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
kental kekuningan
8. Sklera
Warna
Penonjolan

Putih
Tidak ada

Putih
Tidak ada

6

9. Kornea
Ukuran
Limbus
Permukaan
Sensibilitas
Keratoskop (Placido)
Fluoresin Test
Arcus senilis

12 mm
Jernih
rata, mengkilap
Tidak dilakukan
reguler
Tidak dilakukan
(+)

12 mm
jernih
rata, mengkilap
Tidak dilakukan
reguler
Tidak dilakukan
(+)
10.Kamera Okuli
Anterior
Isi
Kedalaman


Jernih
Dalam


Jernih
Dalam
11. Iris
Warna
Bentuk
Sinekia Anterior
Sinekia Posterior

Coklat
Reguler
Tidak ada
Tidak ada

Coklat
Reguler
Tidak ada
Tidak ada
12. Pupil
Ukuran
Bentuk
Tempat
Reflek direct
Reflek indirect

3 mm
Bulat
Sentral
(+)
(+)

3 mm
Bulat
Sentral
(+)
(+)
13. Lensa
Ada/tidak
Kejernihan
Letak
Shadow test

Ada
Jernih
Sentral
Tidak dilakukan

Ada
Jernih
Sentral
Tidak dilakukan
14. Corpus vitreum
Kejernihan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
7


D. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD OS
Visus sentralis jauh 6/15 1/60
Pinhole Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sekitar mata Dalam batas normal Dalam batas normal
Pasangan Bola Mata dalam Orbita Dalam batas normal Dalam batas normal
Ukuran bola mata Dalam batas normal Dalam batas normal
Gerakan bola mata Dalam batas normal Dalam batas normal
Kelopak mata Dalam batas normal Dalam batas normal
Tekanan intra okular Dalam batas normal Dalam batas normal
Konjungtiva palpebra Hiperemis Hiperemis
Konjungtiva fornix Hiperemis Hiperemis
Konjungtiva bulbi Hiperemis, sekret
mucopurulen ,
injeksi konjuctiva
Hiperemis, sekret
mucopurulen, injeksi
konjuctiva
Sklera Dalam batas normal Dalam batas normal
Kornea Dalam batas normal Dalam batas normal
Kamera oculi anterior Dalam batas normal Dalam batas normal
Iris Dalam batas normal Dalam batas normal
Pupil Dalam batas normal Dalam batas normal
Lensa Dalam batas normal Dalam batas normal
Corpus vitreum Tidak dilakukan Tidak dilakukan

V. DIAGNOSIS BANDING
- ODS konjungtivitis
- ODS glaukoma
- ODS keratitis
- ODS uveitis
8

VI. DIAGNOSIS
- ODS konjungtivitis

VII. TERAPI
Medikamentosa
- Floxa ED 6x ODS
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg
- Na diclofenac 2 x 50 mg
Non medikamentosa
- Menjaga kebersihan mata
- Melindungi mata saat bepergian atau berinteraksi dengan orang
lain agar tidak bertambah berat penyakit dan mencegah penularan

VIII. PLANNING
- Slit lamp
- NCT
- Flouresin test

IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam Bonam Bonam
Ad sanam Bonam Bonam
Ad fungsionam Bonam Bonam
Ad cosmeticum Bonam Bonam






9


TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi
pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang
menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam
kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna
sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata
rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada
juga yang memerlukan pengobatan.
Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa.
Konjungtivitis pada bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus
pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap
bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin)
atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang
bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Pada usia dewasa bisa
mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan
semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya
menyerang satu mata. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai,
mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea,
abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis
gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang
mengandung antibiotik
1
.

II. Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi
permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus
permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata
(kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat
terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
10

1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3. Forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian
posterior palpebra dan bola mata).
Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis.
Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke
belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di
bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi
musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang
memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.

III. Tanda konjungtivitis
2

Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores
atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Tanda penting
konjungtivitis adalah hiperemia, epifora, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi
papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid
stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati
preaurikuler.

IV. Klasifikasi konjuntivitis
A. Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis bakteri akut disebabkan oleh streptococcus,
corynebacterium diphtherica, pseudomonas, neisseria dan haemophilus.
Gambaran klinis berupa konjungtivitis mukopurulen dan purulen.
Pada kasus akut dapat juga menjadi kronis. Konjungtivitis bakteri
ditandai hiperemi konjungtiva, edema kelopak, papil dan kornea yang
jernih.
Pada konjungtivitis yang disebabkan gonorrea, infeksi yang terjadi
lebih berat, radang konjungtiva lebih berat dan disertai sekret purulen.
Pada neonatus infeksi terjadi saat berada pada jalan lahir, ditularkan oleh
11

ibu yang menderita penyakit GO. Pada orang dewasa penularan melalui
hubungan seksual.
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakteri tergantung dari
temuan agen mikrobiologisnya. Sambil menunggu hasil laboratorium,
dapat diberikan antibiotik topikal. Setelah hasil laboratorium diperoleh,
dapat diberikan terapi sistemik
3
.

B. Konjungtivitis virus
1. Demam faringokonjungtival
Demam faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40
0
C,
sakit tenggorokan dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata.
Folikuler sering pada kedua konjungtiva dan mukosa faring. Mata
merah dan berair sering terjadi. Limfadenopati preaurikuler yang tidak
nyeri tekan khas ditemukan pada demam faringokonjungtival.
Penyakit ini berjalan akut dengan gejala hiperemi konjungtiva,
folikel konjungtiva, sekret serous, fotofobia, kelopak bengkak dengan
pseudomembran.
Pengobatan spesifik tidak diperlukan karena dapat sembuh
sendiri. Biasanya hanya diberi antibiotik dan terapi simtomatik
3
.
2. Keratokonjungtivitis epidemi
Penyakit ini disebabkan oleh adenovirus 8 dan 19. Menyerang
pada kedua mata. Tahap awal infeksi pasien merasa nyeri sedang dan
mengeluarkan air mata diikuti 5-14 hari kemudian merasa fotofobia,
keratitis epitel dan kekeruhan sub epitel. Pada penyakit ini khas
ditemukan nodus preaurikuler yang nyeri tekan. Fase akut ditandai
edema palpebra, kemosis dan hiperemi konjungtiva. Dapat juga
terbentuk pseudomembran dan diikuti simblefaron
2,3
.
Konjungtivitis epidemi berlangsung paling lama 3-4 minggu.
Kekeruhan kornea ditemukan ditengah kornea dan menetap berbulan-
bulan namun dapat sembuh sempurna. Pada orang dewasa terbatas di
12

luar mata. Namun pada anak-anak dapat ditemukan gejala infeksi
seperti demam, diare, otitis media.
Terapi spesifik belum ada, namun dapat dikompres untuk
mengurangi gejala. Kortikosteroid sebaiknya dihindari. Antibiotik
diberikan hanya bila terjadi infeksi sekunder.
3. Konjungtivitis virus herpes simpleks
Biasanya dijumpai pada anak-anak. Ditandai hiperemi, iritasi,
sekret mukoid, nyeri dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi
epitelial yang membentuk ulkus yang bercabang banyak (dendritik).
Vesikel herpes muncul pada palpebra dan disertai oedema yang berat.
Nodus preaurikuler nyeri bila ditekan. Diagnosis pasti dengan
ditemukannya sel raksasa pada pengecatan Giemsa, kultur virus dan
sel inklusi intranuklear.
Pengobatan yang sesuai dengan kompres dingin. Pengobatan saat
ini yang biasa diberikan adalah asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari.
Steroid sebaiknya dihindari karena memperburuk infeksi herpes.

C. Konjungtivitis Chlamydia
Konjungtivitis chlamydia juga disebut trakoma, disebabkan oleh
Chlamydia trakomatis. Dapat menyerang segala umur tapi biasanya pada
anak muda dan anak-anak. Cara penularan melalui kontak langsung
dengan penderita. Inkubasinya berkisar selama 5-14 hari.
Pada pewarnaan giemsa terlihat sel polimorfonukleat, tetapi juga
dapat ditemukan sel plasma, sel leber dan sel folikel (limfoblas). Sel leber
dapat menyokong diagnosa trakoma, tetapi sel limfoblas adalah tanda
diagnosa yang penting bagi trakoma.
Pasien biasanya mengeluhkan fotofobia, mata gatal dan berair.
Penyakit ini mempunyai 4 stadium:
1. Stadium insipien
Terdapat hipertrofi dengan folikel kecil-kecil pada konjungtiva
palpebra superior, yang memperlihatkan penebalan dan kongesti
13

pembuluh darah konjungtiva. Sekret jernih dan sedikit bila tidak ada
infeksi sekunder. Kelainan kornea jarang didapatkan.
2. Stadium established
Terdapat hipertrofi papiler dan folikel yang matang dan besar pada
konjungtiva palpebra superior. Dapat ditemukan pannus konjungtiva
(pembuluh darah yang terletak di daerah limbus atas dengan infiltrat)
yang jelas. Terdapat hipertrofi papil yang berat seolah-olah
mengalahkan gambaran folikel pada konjungtiva superior.
3. Stadium parut
Terdapat parut pada konjungtiva palpebra superior yang terlihat
sebagai garis putih halus sejajar margo palpebra. Parut pada limbus
kornea disebut lengkungan herbert. Gambaran papil mulai berkurang.
4. Stadium sembuh
Pembentukan parut sempurna pada konjungtiva palpebra superior
sehingga menyebabkan perubahan bentuk tarsus yang dapat
mengakibatkan enteropion dan trikiasis.
Pengobatan trakoma adalah dengan tetrasiklin salep mata, 2-4 kali
sehari selama 3-4 minggu. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi
dan menjaga higienie
3
.
D. Konjungtivitis Alergi
1. Konjungtivitis vernalis
Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai
kedua mata dan bersifat rekuren. Pada kedua mata ditemukan papil
besar dengan permukaan rata pada konjungtiva palpebra, rasa gatal
yang berat, sekret gelatin berisi eosinofil, pada kornea terdapat
keratitis, neovaskularisasi dan tukak indolen. Pada tipe limbal terdapat
benjolan pada daerah limbus dan bercak Horner Trantas berwarna
keputihan yang terdapat di dalam benjolan.
Penyakit ini mengenai pada usia muda dan insidensi pada laki-laki
sama dengan perempuan. Dua bentuk utama berupa:

14

Bentuk Palpebra
Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Terdapat
pertumbuhan papil yang besar (Cobble stone) yang diliputi sekret
mukoid. Konjungtiva palpebra inferior edema dan hiperemi, kelainan
kornea lebih berat dari bentuk limbal. Papil tampak sebagai tonjolan
bersegi banyak dengan permukaan yang rata dengan kapiler
ditengahnya.
Bentuk Limbal
Hipertrofi papil pada limbus superior dapat membentuk jaringan
hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi
epitel kornea atau oesinofil pada bagian epitel limbus kornea,
terbentuk pannus dengan sedikit eosinofil.
Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati. Dapat diberi
kompres dingin, natrium bikarbonat dan vasokonstriktor. Bila terdapat
tukak kornea dapat diberi antibiotik untuk mencegah infeksi sdekunder
disertai siklopegik
3
.
2. Konjungtivitis flikten
Merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan reaksi alergi
tipe IV terhadap tuberkuloprotein, stafilokokus, limfogranuloma
venerea, leismaniasis, infeksi parasit. Terdapat kumpulan sel leukosit
netrofil dikelilingi sel limfosit, makrofag, dan kadang sel datia berinti
banyak. Flikten merupakan infiltrasi seluler subepitel yang terutama
terdiri atas sel limfosit.
Biasanya terlihat unilateral dan kadang mengenai kedua mata. Di
konjungtiva terlihat sebagai bintik putih dikelilingi daerah hiperemi.
Gejalanya adalah mata berair, iritasi dengan rasa sakit, fotofobia
ringan hingga berat. Bila kornea ikut terkena akan terjadi silau dan
blefarospasme.
Penyakit ini dapat sembuh dalam 2 minggu dan dapat kambuh, dan
bila terkena kornea keadaan akan lebih berat. Pengobatannya adalah
steroid topikal dan midriatik bila ada penyulit.
15

E. Konjungtivitis kimia atau iritan
Asap, asam, alkali, angin dan hampir semua substansi iritan yang
masuk ke saccus konjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa
iritan umum adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, berbagai asam
dan alkali. Di daerah tertentu, asap dan kabut dapat menyebabkan
konjungtivitis ringan.
Pada luka karena asam, asam mengubah sifat protein jaringan dan
berefek langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat
menyusup dan menetap dalam jaringan konjungtiva, merusak selama
berjam-jam atau berhari-hari. Perlekatan konjungtiva bulbi dan palpebra
dan leukoma kornea lebih besar terjadi bila penyebabnya alkali. Gejala
utamanya adalah rasa sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia dan
blefarospasme.
Pembilasan segera dan menyeluruh pada saccus konjungtiva
dengan air atau larutan fisiologis. Dapat juga diberi kompres dingin
selama 20 menit setiap jam, atropin 2 kali sehari,bila perlu beri analgetik
sistemik. Parut kornea mungkin memerlukan transpalantasi kornea,
simblefaron memerlukan bedah plastik. Luka bakar berat pada konjungtiva
dan kornea prognosis buruk meskipun di bedah. Namun bila ditangani
segera prognosisnya lebih baik.











16

PEMBAHASAN

Konjungtivitis (pink eye) merupakan suatu inflamasi pada konjungtiva.
Penyakit ini ditandai dengan mata yang berwarna sangat merah dan menyebar
begitu cepat sehingga dapatmengakibatkan kerusakan mata. Beberapa jenis
Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, namun ada juga yang memerlukan
pengobatan.
Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan ODS konjungtivitis. Diagnosis
ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan ophtalmologi dan
pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan mata kanan merah sejak lima hari
yang lalu. Keluhan ini disertai dengan tanda-tanda inflamasi, seperti mata terasa
gatal, mengganjal, nrocos, nyeri dan mblobok. Tidak didapatkan adanya
pandangan silau. Sebelumnya pasien sudah berobat ke Puskesmas dan diberi obat
tetes mata, namun karena keluhan tidak banyak berkurang pasien berobat ke RSD
Dr. Moewardi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan umum baik,
composmentis, gizi kesan cukup. Pada pemeriksaan ophtalmologi didapatkan
hiperemis pada konjungtiva superior, konjungtiva inferior dan forniks
konjungtiva. Sedangkan pada konjungtiva bulbi didapatkan hiperemis, injeksi
konjungtiva dan sekret kental kekuningan. Gejala-gejala tersebut mengarah pada
proses infeksi. Pemeriksaan ophtalmologi yang lain, seperti pemeriksaan pada
area sekitar mata, pasangan bola mata, ukuran bola mata, gerakan bola mata,
kelopak mata, tekanan intraookuler, sklera kornea, COA, iris, pupil dan lensa
dalam batas normal. Pada pemeriksaan refraksi didapatkan visus sentralis jauh
6/15 pada mata kanan dan 1/60 pada mata kiri. Jika menggunakan kacamata, visus
mata kanan dan kiri 6/6.
Pasien ini memiliki prognosis yang baik dari segi ad vitam, ad sanam, ad
fungsionam maupun ad cosmeticum. Pada pasien ini diberi terapi antibiotik dan
analgetik. Pemberian antibiotik pada pasien ini bertujuan untuk menghilangkan
bakteri penyebab infeksi, sedangkan analgetik bertujuan untuk mengurangi nyeri.
Antibiotik yang diberikan adalah antibiotik spektrum luas dengan tujuan untuk
mengeradikasi pertumbuhan bakteri, baik bakteri gram positif maupun negatif.
17

Pada pasien ini diberikan terapi tetes mata Floxa yang diteteskan 6 kali sehari
pada kedua mata yang merupakan antibiotic topikal, antibiotik oral ciprofloxacin
2x 500 mg, dan Na diclofenac 2 x 50 mg untuk meredakan nyeri. Edukasi perlu
diberikan pada pasien ini, di antaranya adalah menjaga kebersihan mata serta
melindungi mata saat bepergian atau berinteraksi dengan orang lain agar tidak
bertambah berat penyakit dan mencegah penularan penyakit.

























18

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan ophtalmologi pasien didiagnosa
dengan konjungtivitis. Adapun penatalaksanaan pasien ini adalah pemberian
antibiotik spektrum luas dan analgetik. Pada pasien ini diberikan terapi tetes
mata Floxa ED 6x ODS, Ciprofloxacin 2x 500 mg, dan Na diclofenac 2 x 50
mg.
Konjungtivitis (pink eye) merupakan suatu inflamasi pada konjungtiva.
Penyakit ini ditandai dengan mata yang berwarna sangat merah dan menyebar
begitu cepat sehingga dapatmengakibatkan kerusakan mata. Beberapa jenis
Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, namun ada juga yang
memerlukan pengobatan

B. Saran
Menjaga kebersihan mata
Melindungi mata saat bepergian atau berinteraksi dengan orang lain agar
tidak bertambah berat penyakit dan mencegah penularan













19

DAFTAR PUSTAKA

1. http://blognyayoan.blogspot.com/2010/04/konjungtivitis.html
2. Vaughan, Daniel G.dkk. Oftalmologi Umum. Widia Medika.
Jakarta.2000
3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakata. 2009

You might also like