You are on page 1of 12

BAB I

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengetahui metode, prinsip pengukuran kekeruhan dengan
sprektrofotometer.
2. Menentukan kekeruhan sampel.
3. Mahasiswa dapat mengetahui definisi, prinsip, serta kegunaan pengukuran conductivity,
TDS, dan salinitas pada limbah cair.
4. Menentukan nilai conductivity, TDS, dan salinitas pada limbah cair.
5. Mahasiswa dapat mengetahui metode, proses, dan kegunaan analisis pengukuran pH dan
suhu.
6. Menentukan pH pada sampel limbah cair.
7. Mahasiswa dapat mengetahui metode pengukuran warna dan bau.
8. Menentukan warna dan bau pada sampel limbah cair.
9. Mahasiswa dapat mengetahui metode dan manfaat analisis oksigen terlarut.
10. Menentukan nilai oksigen terlarut pada sampel limbah cair.

BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
a. Gelas ukur 100 ml
b. Beker glass 8 buah
c. Pipet 10 ml
d. Pipet 0,1 ml
e. Tissue
f. DO meter
g. Spektrofotometer
h. pH meter
i. Konduktiviti meter
j. Alat tulis
k. Penganduk
l. Limbah
m. Aquades

B. Prosedur Praktikum
1. Pengukuran Kekeruhan
Limbah cair ampas tahu

Pengenceran limbah cair

Penempatan sampel ke kuvet

Penghidupan spektrofotometer

Kalibrasi alat

Pengukuran kekeruhan

hasil

2. Analisa Pengukuran DHL,TDS, dan Salinitas
Limbah cair ampas tahu

Penempatan sampel ke gelas beker

Penghidupan alat conductivity meter

Kalibrasi alat

Pengkuran DHL,TDS,Salinitas

hasil

3. Analisa pengukuran pH dan suhu
Limbah cair ampas tahu

Penempatan limbah ke gelas beker

Penghidupan alat pH meter

Kalibrasi alat

Pengukuran pH dan suhu

hasil

4. Analisa Pengukuran DO
Limbah cair ampas tahu

Penambahan sampel ke gelas beker

Penentuan skala pengukuran

Pengukuran pH dan suhu

Analisa warna dan bau

hasil

5. Analisa Pengukuran Warna dan Bau
Limbah cair ampas tahu

Penempatan sampel ke gelas beker

Analisa warna dan bau

hasil


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
Hal yang diuji Limbah 1 Limbah 2
Konduktivitas 107,4 mg/cm 107,2 mg/cm
Suhu 26C 25,4 C
pH 5,9 6
DO 1,30 mg/l 1,74 mg/l
TDS 53,7 mg/l 53,8 g/l
Warna Putih keruh Putih keruh
Bau Asam Asam
Salinitas 9,5 9,4

B. Pembahasan
Turbiditas atau kekeruhan merupakan sifat optik karena adanya penembakan sinar
pada suatu zat cair dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan pada cahaya yang
dipantulkan terhadap cahaya yang datang. Banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh suatu
suspense pada zat cair adalah fungsi dari konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya bersifat
konstan.
Nilai kekeruhan (turbiditas) dapat diukur dengan menggunakan alat turbidimeter
dinyatakan dalam satuan prosen adsorbsi (adsorban) dimana apabila skalanya semakin besar
akan identik dengan kekeruhan yang semakin meningkat atau jumlah padatan terlarut juga
semakin tinggi. Semakin tinggi nilai Turbiditas maka jumlah energi yang masuk akan
semakin kecil.
Mengetahui kualitasnya sehingga dapat ditentukan peruntukannya sebagai, misalnya
air minum, air untuk rekreasi, air untuk industry, air untuk perikanan, air pertanian dan
sebagainya. Membuktikan dan mengendalikan pencemaran. Menetapkan kebijakan
pengelolaan air permukaan.
Nilai turbidity penting karena dengan diketahui nilainya bisa mengetahui apakah
limbah yang akan dibuang ke lingkungan itu aman atau tidak, karena Air yang tidak
terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan dan udang
budidaya.
Dalam praktikum ini teranalisa angka 111 untuk limbah I dan 136 untuk limbah II
dengan masing-masing suhu 82,9F dari hasil pengukuran kekeruhan menggunakan
spektrofometer. Faktor faktor yang mempengaruhi turbidity yaitu Benda-benda halus yang
disuspensikan (seperti lumpur dsb). Jasad-jasad renik yang merupakan plankton., Warna air
(yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-daun tumbuhan yang
terektrak). . Nilai turbidity yang disarankan bagi limbah supaya dapat dibuang di lingkungan
30-50 NTU. Sedangkan jika limbah melebihi ambang batas, limbah harus diolah melalui
pengolahan fisikawi, kimiawi dan biologi. Tahap biologi diletakkan diakhir karena metode
biologis mempunyai dampak dari adanya mikroorganisme pada limbah memiliki ambang
batas jika limbah yang masih mengandung mikroorganisme dibuang dalam jumlah yang
melebihi ambang batas maka mikroorganisme ini dapat menyebabkan pencemaran pada
lingkungan sekitarnya (Rahayu,1993).
Konduktivitas (Daya Hantar Listrik / DHL) adalah gambaran numeric dari
kemampuan air untuk meneruskan listrik. TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat
terlarut (baik itu zat organic maupun anorganic, mis : garam, dll) yang terdapat pada sebuah
larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Million (PPM) atau
sama dengan milligram per Liter (mg/L). Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar
(kandungan) garam yang terlarut dalam air, namun juga dapat mengacu pada kandungan
garam dalam tanah. Salinitas juga merupakan jumlah dari seluruh kadar garam dalam gram
(g) pada setiap kilogram (kg) air laut.
Daya hantar listrik, TDS atau Total Disolved Solid, dan salinitas penting untuk
proses pengolahan limbah karena masing-masing mempunyai nilai untuk mengetahui kadar
di dalam limbah tersebut. Sehingga bisa dilakukan penanganan apakah langsung dibuang ke
lingkungan atau di proses terlebih dahulu. Pada percobaan ini yang merupakan limbah
ampas tahu diketahui konduktivitas limbah 1 yaitu 107,4 mg/cm dan limbah 2 107,2 mg/cm.
TDS diketahui limbah 1 53,7 g/L dan limbah 2 53,8 g/L. Pada salinitas diketahui limbah 1
yaitu 9,5 dan limbah 2 yaitu 9,4. Konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu konsentrasi, pergerakan ion-ion, valensi ion, suhu. . TDS dipengaruhi oleh
pelapukan batuan, limpasan dari tanah, dan pengaruh antropogenik (berupa limbah organik
dan industri).Daya hantar listrik atau konduktivitas pada limbah I diperoleh nilai 90,2
mg/cm dan limbah II diperoleh nilai 90,3 dengan menggunakan conductivity meter. Untuk
TDS atau Total Disolved Solid, kelompok kami tidak mengetes. Sedangkan salinitas limbah
I diperoleh nilai 7,4 dan limbah II 7,5.Penanganan limbah jika melebihi ambang batas, maka
limbah tersebut akan dilakukan proses pengolahan mulai dari fisikawi, kimiawi, dan biologi.
Sehingga limbah dapat diterima dilingkungan sekitar dengan meminimalisir resiko yang ada
dan tidak merusak lingkungan(Oram,2010).



pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H
+
) di dalam air.
Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. pH adalah tingkat
keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0
hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH
7 hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0 hingga 7,
sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di sebut sebagai
alkaline) dengan nilai pH 7 14. Air murni adalah netral atau mempunyai nilai pH 7.
Pada percobaan ini pH dari air limbah tahu 1 yaitu 5,9 dan limbah 2 sebesar 6. Maka
limbah ampas tahu bersifat asam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH yaitu tingkat pH
perairan bisa tinggi atau pun rendah dipengaruhi oleh kandungan-kandungan senyawa yang
ada dalam suatu perairan tersebut seperti Karbon dioksida (CO
2
) yang merupakan Reaktan
penting pada fotosintesis tumbuhan hijau (fitoplankton), Produk terbesar dari respirasi
makhluk hidup Menyebabkan reaksi asam dalam air yang menghasilkan ion hidrogen
dan bicarbonat, Bicarbonat merupakansumber utama alkalinitas di perairan,selain OH
-
dan
CO
3
Air dengan alkalinitas tinggi mempunyai fluktuasi pH harian lebih kecil (sebagai
buffer). Fitoplankton yang Memanfaatkan CO
2
untuk fotosintesis, Fotosintesis fitoplankton
menurunkan kandungan asam dalam air, sehingga meningkatkan nilai pH.Penggunaan
CO
2
pada proses fotosintesis akan menurunkan kosentrasi bikarbonat (HCO
3
-
) dan
menaikkan konsentrasi CO
3
=
sampai timbul endapan CaCO
3
. Konsentrasi CO
2
yang tinggi
akan menyebabkan CaCO
3
larut dan membentuk HCO
3
-
. Hal ini yang menjadi dasar dalam
treatmen / perlakuan kapur untuk meningkatkan alkalinitas perlu adanya gas CO
2
.
Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) Air normal yang
memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 7.5.
Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan
mengubah pH air sungai dan dapat mengganggukehidupan organisme didalamnya. Hal ini
akan semakin parahjika daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah.
Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam.Tingkat pH lebih kecil
dari 4, 8 dan lebih besar dari 9, 2 sudah dapat dianggap tercemar.
Derajat keasaman ini Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia
mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan
mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan
diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk
menunjang kehidupan mereka. Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air
tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-
nya ke nilai semula, dari setiap "gangguan" terhadap pengubahan pH. Dengan demikian
kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air.
Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan.
Warna limbah pada praktikum ini keduanya berwarna putih keruh dan baunya asam.
Dari segi estetika air bersih yang baik adalah tidak berbau, karena bau ini dapat ditimbulkan
oleh pembusukan zat organik seperti bakteri serta kemungkinan akibat tidak langsung dari
pencemaran lingkungan, terutama sistem sanitasi. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh
adanya bahan-bahan organik dan anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili warna. Sedang
dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran
melalui buangan sedang warna air tergantung pada warna buangan yang memasuki badan
air.
Warna dapat diamati secara visual (langsung) ataupun diukur berdasarkan skala
Platinum Kobalt (PtCo), dengan membandingkan warna air sampel dan standar warna yang
ditetapkan pemerintah. Standar air yang memiliki kekeruhan rendah biasanya memiliki
warna tampak dan warna sesungguhnya yang sama dengan standar. Ditetapkannya standar
warna sebagai salah satu persyaratan kualitas. Kalau pengukuran bau hanya bisa diukur
secara manual dengan indera penciuman.
Warna dan bau merupakan syarat mutu air secara fisik yang harus dilakukan dalam
menentukan kualitas air .Parameter dari warna dan bau tersebut dapat disebabkan karena
adanya bahan mineral baik bahan organik dan nonorganik yang terkontaminasi atau
terkandung yang sudah larut dalam air. Pengolahan limbah cair dilakukan apabila limbah
pabrik mengandung zat warna, maka aliran limbah dari proses pencelupan harus dipisahkan
dan diolah tersendiri. Limbah operasi pencelupan dapat diolah dengan efektif untuk
menghilangkan logam dan warna, jika menggunakan flokulasi kimia, koagulasi dan
penjernihan (dengan tawas, garam feri atau poli-elektrolit). Limbah dari pengolahan kimia
dapat dicampur dengan semua aliran limbah yang lain untuk dilanjutkan ke pengolahan
biologi.
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan
dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Umtuk mengetahui
kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter
kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka
kualitas air semakin baik.jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan
bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO
dinyatakan dalam persentase saturasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya oksigen terlarut adalah sebagai
berikut yaitu pergerakan permukaan air. Pergerakan air berupa riak air maupun gelombang
akan mempercepat difusi udara ke dalam air. Suhu berpengaruh pada kejenuhan (kapasitas
air menyerap oksigen). Makin tinggi Suhu maka makin sedikit oksigen dapat larut.
Tekanan udara berhubungan dengan ketinggian suatu daerah dari permukaan laut. Makin
tinggi suatu daerah maka makin rendah tekanan udaranya sehingga makin rendah pula kadar
oksigen terlarut.Makin tinggi salinitas maka makin sedikit oksigen yang dapat larut.
Tanaman air. Tanaman air, terutama ganggang, tentunya berhubungan dengan proses
fotosintesis yang memerlukan sinar matahari. Bila sinar matahari sedikit maka proses
fotosintesis terhambat sehingga oksigen terlarut pun sedikit(Hadi,2005).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan
normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun. Idealnya, kandungan oksigen terlarut dan
tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat
kejenuhan sebesar 70 % .KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm
untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Oksigen memegang peranan penting
sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi
dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan biologik
yang dilakukan oleh organisme aerobik dan anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan
oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya
adalah nutrien yang ada pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam
kondisi anaerobik oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa senyawa kimia
menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi
inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban
pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan
untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga(Nasution,2008).


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap
(Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah
perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika melewati sampel (It) dengan
intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io). Persyaratan hokum
Lambert-Beer antara lain : Radiasi yang digunakan harus monokromatik, rnergi radiasi
yang di absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang
mengabsorpsi harus homogeny, tidak terjadi flouresensi atau phosphoresensi, dan indeks
refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer).
2. Menentukan kekeruhan sampel limbah cair pada limbah ampas tahu dengan
menggunakan alat spektrofotometri.
3. Conductivity: Prinsip kerjanya adalah mengukur conductivity sample sebelum dan
sesudah oksidasi, perbedaan kedua pengukuran tersebut sebanding dengan TOC yang
ada di sample. Selama proses oksidasi akan terbentuk CO2 yang sebanding dengan TOC
dalam sample. Larutan CO2 akan membentuk asam lemah sehingga mengubah
conductivity sample. Jadi perbedaan conductivity tersebut sebanding dengan CO2 atau
TOC dalam sample. Ada dua jenis Conductivity detector, yaitu Direct conductivity dan
Membrane conductivity. Alat TDS meter bisa mengukur berapa jumlah padatan yang
terlarut didalamnya dalam satuan ppm (mg/L) yang ditunjukkan berupa angka digital di
displaynya. Cara kerja alat TDS meter adalah dengan cara mencelupkan kedalam air
yang akan diukur (kira-kira kedalaman 5cm) dan secara otomatis alat bekerja mengukur.
Pada saat pertama dicelupkan angka yang ditunjukkan oleh display masih berubah-ubah,
tunggulah kira-kira 2 sampai 3 menit sampai angka digital stabil.
4. Untuk menentukan nilai conductivity, TDS dan salinitas pada sampel limbah cair ampas
tebu menggunakan alat yang disebut conductivity meter.
5. Nilai pH limbah cair adalah ukuran kemasaman atau kebasaan limbah. Air yang tidak
tercemar memiliki pH antara 6.5-7.5. Sifat air bergantung pada besar kecilnya pH. Air
yang memiliki pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat masam, sedangkan air yang
memilki pH lebih besar dari pH normal akan bersifat basa. Jika suhu limbah 25C maka
limbah cair bersifat netral.
6. Pada sampel limbah cair pH pada limbah 1 5,9 yang berarti berarti asam dan pada
limbah 2 pH nya 6 yang berarti asam.
7. Metode pengukuran warna dan bau diperkirakan dengan menggunakan indera
penciuman dan penglihatan.
8. Penentuan warna limbah ampas tahu pada limbah 1 dan limbah 2 baunya asam dan
warna limbah 1 dan limbah 2 berwarna putih keruh.
9. Kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam
analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukan jumlah oksigen (O
2
) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar
nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus.
Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar.
Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota
air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
10. Pengukuran nilai oksigen terlarut pada sampel limbah cair ditentukan dengan alat yang
disebut DO meter atau Dissolved Oxygen meter.



DAFTAR PUSTAKA

Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Nasution, MI. 2008. Penentuan Jumlah Amoniak dan Total Padatan Tersuspensi Pada Pengolahan
Air Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangkir. Universitas
Sumatera Utara

Oram, B. 2010. Total Dissolved Solids, http://www.water-research.net/totaldissolved solids.htm.
diakses tanggal 27 maret 2014 pukul 21.36.

Rahayu, Winiati Puji. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius. Yogyakarta

You might also like