You are on page 1of 41

Matematika Rekayasa 3

Kelompok 1

Nama Anggota Kelompok
1. Hendra Prastiyono Nim. 1309025012
2. Rhamadan Yahya Nim.1309025038
3. Abdul Mubarak Nim.1309025039
4. Agus Maulana Nim.1309025027
5. Aldi Ridha Ramadan Nim.1309025031
6. Rolansa Ainur Ridwan Nim.1309025014
7. Daniel Yanuarius Wijaya Nim.1309025005
8. Dedi Kurniawan Nim.1309025015
Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman









1


Daftar Isi

- Daftar Isi..............................................................................................................1
- Isi ........................................................................................................................... 2
- A . Lengkungan di R
n
.......................................................................................... 2
1 . Lengkungan di R
2
dan R
3
.2
2. Limit dan Turunan Fungsi Bernilai Vektor..8
- B. Turunan Dalam Ruang Dimensi - N ............................................................. 9
1. Fungsi Dua Peubah atau lebih ........................................................................... 9
2. Turunan Parsial................................................................................................. 14
3. Limit dan Kekontininuan ................................................................................. 20
4. Keterdifferensialan ............................................................................................ 24
5. Turunan Berarah dan Gradient ...................................................................... 25
6. Aturan Rantai .................................................................................................... 28
7. Bidang Singgung & Aproksimasi..................................................................... 32
8. Menentukan Maksimum dan Minimum Dimensi-n ...................................... 32
9. Metode Lagrange ............................................................................................... 34
- Daftar Pustaka ................................................................................................... 40















2



I. Isi
A. Lengkungan di R
n

Definisi Fungsi F yang daerah definisinya suatu kumpulan bilangan riil dan rangkumannya
suatu kumpulan bagian dari R
n
, disebut fungsi bernilai vector dengan satu peubah riil.

Untuk setiap t pada daerah definisi dari F, f (t) adalah vector kolom dengan komponen f
1
(t), f
2
(t), .., f
n
(t). untuk memudahkan , dapat pula kita pakai cara penulisan
menggunakan vector satuan di R
n
. dengan cara ini :

F (t) = f
k
(t) e
k.
Dengan e
k ,
k= 1,.., n adalah n buah vector di R
n
. untuk n = 3, misalnya,
semua vector satuan itu mempunyai symbol khusus, yakni I,j,k. jadi di R
3
dapat kita tullis :
F (t) = + + .
Operasi biasa dalam aljabar vector dapat pula kita pakai untuk menggabungkan dua fungsi
bernilai vector menjadi suatu fungsi bernilai vector yang baru.

Definisi : Jika F dan G fungsi bernilai vector dengan satu peubah riil dengan daerah
definisi D R, maka fungsi baru F

G dan F x G (hanya untuk n = 3) di definisikan aebagai
berikut :
(F

G) (t) = F (t) G (t) t D
(F x G) (t) = F (t) x G (t)

Begitu pula fungsi bernilai vector dengan fungsi bernilai riil dengan satu peubah riil dpat
pula digabungkan untuk memperoleh suatu fungsi bernilai vector yang baru.

Definisi : Jika F fungsi bernilai vector dengan daerah definisi D R, u fungsi bernilai riil
dengan daeraaah definisi D, v fungsi bernilai riil dengan rangkuman D R, maka fungsi
dengan nilai vector yang baru uF dan Fov didefinisikan berturut turut sebagai berikut :
uF (t) = u (t) F (t)

D
(Fov) (t) = F (v(t))

D
v

Contoh : Misalkan F (t) = + + , u (t) = , v (t) = t + : semua untuk .
Maka :
uF (t) = + +
(Fov) (t) = - - +

Akan tetapi perkalian scalar dua fungsi bernilai vector menghaasilkan fungsi bernilai riil .
Misalkan F sutau fungsi bernilai vector dengan daerah definisi selang tertutup [a,b] dan
setiap komponennya kontinu di [a,b]. jika t berubah sepanjang [a,b], maka F(t)
menjelajahi suatu lengkungan C di R
n
.
Definisi F fungsi bernilai vector dengan daerah definisi selang tetutup [a,b],rangkuman F
R
n
dan setiap komponen F kontinu di [a, b].
a. Rangkuman F disebut lengkungan di R
n

b. F disebut fungsi parameter lingkungan itu.
c. [a,b] disebut selang parameter.


3




1. Lengkungan di R
2
dan R
3

Tabung


Amati Gambar di atas Bangun tersebut dibatasi oleh dua sisi yang sejajar dan kongruen
berbentuk lingkaran (ditunjukkan oleh daerah yang diarsir) serta sisi lengkung (daerah
yang tidak diarsir). Bangun ruang seperti ini dinamakan tabung.
a. Unsur-Unsur Tabung

Amatilah Gambar di atas. Unsur-unsur tabung tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. Sisi yang diarsir (lingkaran T1) dinamakan sisi alas tabung. Dinamakan sisi apakah
lingkaran T2?
b. Titik T1 dan T2 masing-masing dinamakan pusat lingkaran (pusat sisi alas dan sisi atas
tabung). Pusat lingkaran merupakan titik tertentu yang mempunyai jarak yang sama
terhadap semua titik pada lingkaran itu.
c. Titik A dan B pada lingkaran alas tabung, sedangkan titik C dan D pada lingkaran atas.
Ruas garis T1A dan T1B dinamakan jari-jari lingkaran (jari-jari bidang alas tabung). Jari-jari
lingkaran merupakan jarak pusat lingkaran ke titik pada lingkaran. Sebutkanlah jari-jari
bidang atas tabung.
d. Ruas garis AB dinamakan diameter atau garis tengah lingkaran (diameter bidang alas).
Diameter lingkaran merupakan ruas garis yang menghubungkan dua titik pada lingkaran
yang melalui titik pusat lingkaran.
e. Ruas garis yang menghubungkan titik T1 dan T2 dinamakan tinggi tabung, biasa
dinotasikan dengan t. Tinggi tabung disebut juga sumbu simetri putar tabung.
f. Sisi lengkung tabung, yaitu sisi yang tidak diarsir dinamakan selimut tabung. Adapun
garis-garis pada sisi lengkung yang sejajar dengan sumbu tabung (ruas garis T1T2)
dinamakan garis pelukis tabung.

b. Luas Permukaan Tabung
L = 2rt + 2r
= 2r (r + t)

4




Contoh :







Kerucut

Amati Gambar di atas dengan saksama. Gambar 2.6(a),
memper lihatkan segitiga samakaki ATB dengan alas AB dan
tinggi OT. Jika ATB diputar pada sumbu OT, diperoleh
bangun ruang seperti pada Gambar 2.6(b). Bangun ruang
tersebut dinamakan kerucut.
a. Unsur-Unsur Kerucut
2.1.2
5



Amati kerucut pada Gambar di atas. Unsur-unsur kerucut dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. Sisi yang diarsir dinamakan bidang alas kerucut.
b. Titik O dinamakan pusat lingkaran (pusat bidang alas kerucut), sedangkan titik T
dinamakan puncak kerucut.
c. Ruas garis OA dinamakan jari-jari bidang alas kerucut. Sebutkan jari-jari bidang alas
kerucut lainnya.
d. Ruas garis AB dinamakan diameter bidang alas kerucut.
e. Ruas garis yang menghubungkan titik T dan O dinamakan tinggi kerucut (t).
f. Ruas garis BC dinamakan tali busur bidang alas kerucut. Sebutkan tali busur bidang alas
kerucut lainnya.
g. Sisi yang tidak diarsir dinamakan selimut kerucut. Adapun ruas-ruas garis pada selimut
kerucut yang menghubungkan titik puncak T dan titik-titik pada lingkaran (misalnya TA)
dinamakan garis pelukis kerucut (s).




b. Luas Permukaan Kerucut


Contoh :
Sebuah kerucut berdiameter 12 cm. Jika tingginya 8 cm dan
= 3,14, hitunglah:
a. Luas selimutnya;
b. Luas alasnya;
c. Luas permukaan kerucut.
L = r (s+r)

6








Bola

Gambar di sini (a) memperlihatkan lingkaran dengan diameter
AB atau CD. Jika lingkaran pada Gambar di atas (a) diputar
terhadap titik O (AOB sebagai sumbu putar), diperoleh
bangun ruang seperti pada Gambar di atas (b). Bangun ruang
seperti ini dinamakan bola.
a. Unsur-Unsur Bola
Bola adalah bangun ruang yang hanya memiliki satu sisi
dan tidak memiliki rusuk. Amati kembali Gambar 2.11(b).
Unsur-unsur bola dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Titik O dinamakan titik pusat bola.
2) Ruas garis OA dinamakan jari-jari bola. Sebutkan jari jari bola lainnya.
3) Ruas garis CD dinamakan diameter bola. Jika kamu amati, ruas garis AB juga
merupakan diameter bola. AB dapat pula disebut tinggi bola.
4) Sisi bola adalah kumpulan titik yang mempunyai jarak sama terhadap titik O. Sisi
tersebut dinamakan selimut atau kulit bola.
5) Ruas garis ACB dinamakan tali busur bola. Sebutkan tali busur bola lainnya.
2.1.3
7


6) Ruas-ruas garis pada selimut bola yaitu ACBDA dinamakan garis pelukis bola.

b. Luas Permukaan Bola



Contoh :
Sebuah bola diketahui jari-jarinya 10 cm. Jika = 3,14,
hitunglah luas permukaan bola itu.
Penyelesaian:
Diketahui: jari-jari bola r =10 cm





Volume Tabung



Contoh:


2. Volume Kerucut



Contoh:


Volume Bola


L = 4r

Volume Bangun Ruang Sisi Lengkung

2.2.1
2.2.2
2.2.3
V = luas alas tinggi = rt

V = r t

V = 4/3..r

8



Contoh:

2. Limit dan Turunan Fungsi Bernilai Vektor

Misalkan D suatu himpunan di R
n
. fungsi f bernilai vektor di R
m
dengan daerah definisi D
adalah aturan pengaitan setiap elemen x di D dengan satu dan hanya satu vektor y di R
m

dan ditulis sebagai:
y=f(x)
bentuk ini disebut fungsi atau rumus fungsi. Sebagai contoh, fungsi dua variabel dengan
nilainya vektor di R
3
adalah
y=f(x) = = =
karena vektor di R
m
juga ditulis dalam bentuk (y
1
,,,,,,,y
m
) maka fungsi tersebut dapat ditulis
dalam bentuk
y =(y
1
,y
2
,y
3
) = (f
1
(x
1
,x
2
),f
2
(x
1
,x
2
),f
3
(x
1
,x
2
)
=(x
1
2
+x
1
x
2
, sin(x
1
x
2
)

)
Ataupun seringkali ditulis dalam persamaan:
y
1
=f
1
(x
1
,x
2
)=x
1
2
+x
1
x
2

y
2
=f
2
(x
1
,x
2
)=sin(x
1
x
2
)
y
3
=f
3
(x
1
,x
2
)=


Fungsi f
1
,f
2
,dan f
3
disebut fungsi komponen dari f. Misalkan diketahui f dari R
n
ke R
m
.
Daerah definisi fungsi f adalah daerah terbesar di R
n
sehingga m fungsi komponen tersebut
mempunyai arti , umumnya merupakan irisan daerah definisi m fungsi komponennya
sebagai contoh, daerah definisi fungsi:
f( (x
1
,x
2
)=(

,


dapat ditentukan sebagai berikut. Untuk fungsi komponen pertama, daerah definisinya
adalah
Df
1
= {(

={(


Sedangkan unntuk fungsi komponen kedua adalah
9


Df
2
= {(


Jadi, daerah definisi fungsi f adalah irisan kedua himpunan yaitu:
Df ={(


Karena integral tak tentu dapat dipandang sebagai kebalikan proses penurunan maka
integral fungsi vektor dapat kita lakukan per komponen seperti turunan fungsi. Hal ini
diberikan dalam definisi sebagai berikut:

Diketehui fungsi kontinu f(t)=( f
1
(t),f
2
(t),f
3
(t)), integral f adalah
Misalkan:diketahui fungsi f(t) = (sin t,2t-3), sehingga integral fungsi ini adalah:
=(-cos t +C
1
,t
2
+C
2
,t
2
-3t +C
3
)


Misalkan I interval terbuka pada R,t
0

dan fungsi f: I

R
3
. Limit fungsi f di t
0
ditulis
= (L1,L2,L3)
Didefinisikan sebagai berikut
Untuk setiap ada bilangan sehingga
Untuk semua t di daerah definisi fungsi f dan memenuhi 0<

.
Aljabar turunan fungsi bernilai vektor mempunyai aturan serupa dengan fungsi
skalar biasa ditambah dengan aturan untuk hasil perkalian titik atau perkalian skalar.
Semua aturan ini merupakan akibat dari aljabar limit.
Aljabar turunan:
Misalkan f dan g dua fungsi vektor dengan nilainya di R
3
yang dapat diturunkan maka:
1. (f + g)(t)= f(t) + g(t)
2. (cf)(t)=cf(t)
3. (f.g)t=f(t).g(t)+f(t).g(t)
4. (fg)(t)=f(t).g(t)+f(t).g(t); rumus ini hanya berlaku jika kedua fungsi mempunyai nilai di
R
3
.
Misalkan f(t) = (cos 2t, sin 2t, t
2
) dan g(t)= t,t
2
,t
3
)
Kemudian fungsi (f.g)(t)= t cos2t+t
2
sin2t+t
5
dapat dicari turunannya dengan cara
F(t).g(t)+f(t).g(t) = (-2 sin 2t)(t) +(2 cos2t)t
2
+(2t)t
3

+(cos 2t)(1) + (sin 2t)(2t)+(t
2
)3t
2

=cos 2t- 2t sin 2t+2t sin2t+2t
2
cos 2t+5t
4

10



B. Turunan dalam Ruang Dimensi-N

1. Fungsi Dua Peubah atau Lebih
Seperti halnya dengan fungsi satu peubah, kita dapat mendefinisikan fungsi dua
peubah atau lebih sebagai pemetaan dan sebagai pasangan berurut.Fungsi dengan peubah
lebih dari satu cukup penting untuk di pahami, mengingat masalah yang dihadapi dalam
dunia nyata umumnya adalah fungsi dengan peubah lebih satu sebagai contoh, harga
barang tergantung dari beberapa factor, dimana factor dapat kita pandang sebagai satu
peubah .
Fungsi Dua Peubah :
Misalkan D suatu himpunan di R
Fungsi dua peubah bernilai real dengan daerah definisi D adalah aturan yang
memasangkan setiap unsur (x, y) di D dengan tepat satu unsur di R
Aturan fungsi f dapat ditulis sebagai z =f(x, y). peubah x, y disebut peubah bebas
dan z adalah peubah tak bebas.
Tidak semua rumus memberikan suatu fungsi. Sebagai contoh aturan z
2
= x
2
+
y
2
tidak mendefinisikan fungsi. Sebab untuk (x, y) ada dua nilai z yang memenuhi yaitu z =


Daerah Definisi ( Domian) dan daerah jelajah (Range)
Misalkan fungsi dua peubah adalah : f (x, y)
Df = {(x,y) | z = f (x,y) Df }
Sdan daerah nilainya adalah :
Rf ={ z z = f (x,y), (x,y)D }
Perhatikan permukaan z = f ( x,y), permukaan tersebut dipotong oleh bidang z= k,
irisan permukaan dengan bidang tersebut berupa sebuah kurva, proyeksikan irisan tersebut
pada bidang xy, hasil proyeksi ini disebut kurva ketinggian dari z = f (x,y) untuk z =k, jadi
kurva ketinggian dapat dipandang sebagai kumpulan titik-titik pada bidang xy yang nilai
fungsinya sama. Gambar beberapa kurva ketinggian dengan berbagai k disebut peta kontur.
Himpunan (x,y) disebut daerah definisi (domain), himpunan nilai z disebut daerah
nilai (codomain). Himpunan nilai z yang memiliki kaitan dengan (x,y) disebut jelajah
(range).
Seperti halnya pada fungsi satu peubah ditulis y = f(x) ( y dipandang sebagai fungsi x atau y
variabel tak bebas dan x variabel bebas), kadang-kadang dituliskan x = g(y) (x dipandang
fungsi dari y atau x variabel tak bebas dan y variabel bebas).
Demikian juga pada fungsi 2 variabel dapat ditulis :
- z = f ( x,y), z dipandang fungsi dari x dan y
-z = g ( x,z), ydipandangfungsidarix dan z
-x = h (y,z), xdipandangfungsidariy dan z
Namundemikian, untukmempermudahdalampembahasanini (juga pada buku-buku pada
umumnya), kitaakanlebihseringmenggnakan cara penulisan yang pertamayaituz = f ( x,y)
11


Contoh 1
Tentukan Daerah definisi dan daerah nilai fungsi :
f (x,y) = xy
Penyelesaian :
Agar f (x,y)R syaratnya adalah
(xO dan y O) atau (x O dan y O)Jadi daerah definasi fungsi f adalah
D= {(x,y) (xO dan y O) atau (x O dan y O)}
Kemudian daerah nilai fungsi f adalah
R f = [O,oo]
Grafik fungsi dua peubah z = f (x,y) merupakan suatu permukaan diruang.
Contoh :gambarkan grafik z =


Kuadratkan kedua ruas, maka diperoleh bentuk :


Contoh 2
z = f(x,y) =x
2
+ 2y
2
Nilai f (0,0) = (0)
2
+ 2(0)
2
= 0
Nilai f (1,1) = (1)
2
+ 2(1)
2
= 3
Nilai f (-1,2) = (-1)
2
+ 2(2)
2
= 9
Nilai f (2,-3) = (2)
2
+ 2(-3)2= 22
Nilai f (-2,-4) =(-2)
2
+ 2(-4)
2
= 36
Di sini nilai (x,y) berapapun diperbolehkan, sehingga daerah definisi z = f(x,y)
adalah R
2
Daerah nilai z = f(x,y) adalah R
Terlihat dari beberapa nilai (x,y) memberikan nilai z = f(x,y)
3
0, sehingga jelajah
(range) z = f(x,y) adalah {z |z , z 0}.

Contoh 3
(x,y) =


Domain dari atau D adalah himpunan semua pasangan (x,y) yang memenuhi
25 x
2
y
2
0 sebab


bernilai riil jika 25 x
2
y
2
0, atau x
2
+ y
2
25.
Jadi D = {(x,y) | x
2
+ y
2
25}. Ini adalah himpunan titik-titik (x,y) yang
berada di dalam dan pada lingkaran x
2
+ y
2
= 25 (
12



Contoh 4
F(x,y) =


Domain dari adalah himpunan semua pasangan (x,y) yang memenuhi x
2
+ y
2
+ 25 0 dan x 0, sebab

akan bernilai riil jika x


2
+ y
2
- 25 0. jadi
domain adalah himpunan (x,y) yang berada di luar dan pada lingkaran x
2
+ y
2
= 25,
tapi x 0.

Fungsi dua peubah dalam bentuk implisit: f (x,y,z) = 0
- x
2
+ xyz + xy + xz
2
-3 = 0
- xy + sin xz + yz + 10 =0
Pandang A = (R,R,R
2
) himpunanpasangan (x,y) dan B = Rhimpunannilaizberikutini.







b. Grafik fungsi 2 peubah

13


Apabila fungsi 2 variabel, z = f ( x,y) maka grafik fungsi



Apabila titik-titik z1,z2,...,zn dihubungkan maka akan membentuk suatu permukaan. Secara umum
gambar kurvaataugrafikz = f ( x,y)sebagai berikut ini.




c. Fungsi 3, 4, ..., nvariabel

14


Peubah z disebut fungsi dari n peubah (x1,x2,.....,xn )
jika untuk setiap pasangan (x1,x2,.....,xn )
terdapat satu dan hanya satu nilai z

Notasi fungsi n variabel : z = f (x1,x2,.....,xn )



d. Grafik Fungsi npeubah.

Sampai saat ini sulit untuk menggambar fungsi 3, 4, ..., n peubah.

2. Turunan Parsial
Definisi
Misalkan z = f(x,y). Turunan parsial terhadap x adalah suatu fungsi yang
dinyatakan dengan Dxf = D1f yang nilai fungsinya di (a,b) dalam daerah definisi f
diberikan Dxf(a,b) =

()()

asalkan limitnya ada


Notasi turunan parsial

PARSIALMisalkan z = f(x,y), maka turunan parsial terhadap x dinyatakan
denganD1f(x,y) = Dxf(x,y) = f1(x,y) = fx(x,y)
()


Misalkan w = f(x1,x2,....xn), maka fk(x1,x2,....xn) =

()()


Asalkan limitnya ada
Contoh:

Tentukan turunan parsial terhadap x dan turunan parsial terhadap y fungsi yang
dirumuskan dengan f(x,y) = x2y +5x + 4. Selanjutnya tentukan turunan parsial f
terhadap x dan turunan parsial f terhadap y di titik (2,3)
Jawab:
( )

( ) ( )

()

()(


15



=

()

()(

()


=2xy+5

()

()()

()(


Sehingga turunan parsial f terhadap x di titik (2,3) adalah
()

()()
dan turunan parsial f terhadap y di titik (2,3) adalah
()


Untuk memudahkan menentukan turunan parsial dari fungsi dua variable f(x,y)
maka dapat dilakukan hal berikut. Apabila fungsi f diturunkan terhadap variable x
maka y diperlakukan seperti konstanta dan apabila f diturunkan terhadap variable y
maka x diperlakukan seperti konstanta

Turunan parsial berulang fungsi 2 variabel

Misalkan f adalah adalah fungsi 2 variabel yang didefinisikan pada
himpunan buka U di

Misalkan turunan parsial pertamanya


ada. Maka D1f =

adalah fungsi yang didefinisikan pada U.


Jika D1f dapat diturunkan, maka kita mengenal turunan parsial
Dari D1f yaitu D2D1f atau D1D1f. Begitu juga jika D2f dapat
diturunkan, maka mengenal turunan parsial dari D2f yaitu D1D2f
atau D2D2f.
Misalkan f adalah fungsi dua variabel (x, y). Maka kita dapat
Menulis
D1D2f (x, y) = (D1(D2f ))(x, y) =

) ( )
Dan
D2D1f (x, y) = (D2(D1f ))(x, y)=

) ( )
yang disebut turunan parsial order 2 dari f .
contoh:
Misalkan f (x, y) = cos(xy). Maka

()

()
Dengan menggunakan aturan turunan dari hasil kali, maka turunan
parsial order 2 nya adalah
D2D1f (x, y) = xy cos(xy) sin(xy),
Dan
D1D2f (x, y) = xy cos(xy) sin(xy).
Perhatikan bahwa D2D1f (x, y) = D1D2f (x, y).
Turunan parsial order 2 yang lain adalah:
16


D1D1f (x, y) =

cos(xy) dan D2D2f (x, y) =

cos(xy).
Teorema 1: Misalkan f (x, y) adalah fungsi 2 variabel yang
didefinisikan pada himpunan buka U di

Misalkan
D1f ,D2f ,D1D2f , dan D2D1f ada dan kontinu. Maka
D2D1f (x, y) = D1D2f (x, y).
Contoh: Misalkan f (x, y) = sin(xy). Maka
D1f (x, y) =

(sin(xy))= y cos (xy)


D2f (x, y) =

(sin(xy))= x cos (xy)


D2D1f (x, y) =

(y cos(xy))= cos(xy) yx sin(xy),


D1D2f (x, y) =

(x cos(xy))= cos(xy) yx sin(xy),


Misalkan f (x, y, z) adalah fungsi 3 variabel. Maka kita mempunyai
3 turunan parsial: D1f=

,D2f=

dan D3f=

. JIka
diasumsikan semua turunan parsial order 2-nya ada dan kontinu,
maka berdasarkan Teorema 1, kita mempunyai, misalnya,
D3D1f = D1D3f ,
D2D1f = D1D2f
Lebih lanjut, jika semua turunan parsial order 3-nya ada dan
kontinu, maka kita mempunyai, misalnya,
D1D3D1f = D3D1D1f = D1D1D3f ,
D3D2D1f = D2D3D1f = D3D1D2f = D2D1D3f
Catatan: D1D1f = D1

f.

a. Turunan Parsial Fungsi Dua dan Tiga Peubah
Misal z = F(x,y) adalah fungsi dengan variable bebas x dan y. Karena x dan y
variable bebas maka terdapat beberapa kemungkinan yaitu:
1. y dianggap tetap, sedangkan x berubah-ubah.
2. x dianggap tetap, sedangkan y berubah-ubah
3. x dan y berubah bersama-sama sekaligus.
Pada kasus 1 dan 2 diatas mengakibatkan fungsinya menjadi fungsi satu peubah,
sehingga fungsi tersebut dapat diturunkan dengan menggunakan definisi turunan pertama
yang telah dipelajari pada kalkulus diferensial.
Definisi
Misal z = F(x,y) adalah fungsi dua peubah yang terdefinisi pada interval tertentu, turunan
parsial pertama z terhadap x dan y dinotasikan dengan
x
z
c
c
dan
y
z
c
c
dan didefinisikan oleh
x
Z
c
c
=
0 Ax
Lim
x
y x F y x x F
A
A + ) , ( ) , (


dan
17



y
Z
c
c
=
0 Ay
Lim
y
y x F y y x F
A
A + ) , ( ) , (


Asalkan limitnya ada.

Contoh :
Tentukan turunan parsial pertama dari
a. z =
2 2
y x +

Jawab

x
Z
c
c
=
0 Ax
Lim
x
y x F y x x F
A
A + ) , ( ) , (



=
0 Ax
Lim
x
y x y x x
A
+ + A +
2 2 2 2
) (


=
0 Ax
Lim
x
y x y x x
A
+ + A +
2 2 2 2
) (
.
2 2 2 2
2 2 2 2
) (
) (
y x y x x
y x y x x
+ + + A +
+ + + A +


=
0 Ax
Lim
x
y x y x x
A
+ + A + ) ( ) (
2 2 2 2


=
0 Ax
Lim
2 2 2 2
2
) (
2
y x y x x x
x x x
+ + + A + A
A + A


=
0 Ax
Lim
2 2 2 2
) (
2
y x y x x
x x
+ + + A +
A +

=
2 2
2
2
y x
x
+


=
2 2
y x
x
+



y
Z
c
c
=
0 Ay
Lim
y
y x F y y x F
A
A + ) , ( ) , (


18


=
0 Ax
Lim
y
y x y y x
A
+ A + +
2 2 2 2
) ( (


=
0 Ax
Lim
y
y x y y x
A
+ A + +
2 2 2 2
) ( (
.
2 2 2 2
2 2 2 2
( (
) ( (
y x y x
y x x y x
+ + +
+ + A + +


=
0 Ax
Lim
x
y x y x x
A
+ + A + ) ( ) (
2 2 2 2



=
0 Ax
Lim
2 2 2 2
2
) (
2
y x y x x x
x x x
+ + + A + A
A + A


=
0 Ax
Lim
2 2 2 2
) (
2
y x y x x
x x
+ + + A +
A +


=
2 2
2
2
y x
y
+


=
2 2
y x
y
+



Untuk memudahkan dalam menentukan turunan parcial dapat dilakukan dengan
menggunakan metode sederhana sebagai berikut. Andaikan z = F(x,y) maka untuk
menentukan
x
z
c
c
sama artinya dengan menurunkan variabel x dan variabel y dianggap
konstan dan selanjutnya y diturunkan. Demikian pula untuk menentukan
y
z
c
c
sama artinya
dengan menurukan variable y dan variable x dianggap konstant lalu diturunkan.

Dengan cara yang sama, andaikan W = F(x,y,z) adalah fungsi tiga peubah yang
terdefinisi dalam selang tertentu maka turunan parsial pertama dinyatakan dengan
y
W
x
W
c
c
c
c
, , dan
z
W
c
c
yang secara berturut didefinisikan oleh:
x
z y x F z y x x F
Lim
x
W
o x
A
A +
=
c
c
A
) , , ( ) , , (

19


y
z y x F z y y x F
Lim
y
W
o y
A
A +
=
c
c
A
) , , ( ) , , (

z
z y x F z z y x F
Lim
z
W
o z
A
A +
=
c
c
A
) , , ( ) , , (

Asalkan limitnya ada.
Selanjutnya turunan parsial fungsi dua peubah atau lebih dapat ditentukan turunan
parsial ke n, untuk n >2 turunan parsialnya dinamakan turunan parsial tingkat tinggi.
Dengan menggunakan analogi fungsi satu peubah dapat ditentukan turunan parsial tingkat
2, 3 dan seterusnya.
Jadi andaikan z = F(x,y) maka:
Turunan parsial tingkat dua adalah dan
y x
z
y
z
x
z
, , ,
2
2
2
2
2
c c
c
c
c
c
c
x y
z
c c
c
2

Demikian pula, jika W = F(x,y,z)
Turunan parsial tingkat dua adalah
y z
W
x z
W
x y
W
z y
W
z x
W
y x
W
z
W
y
W
x
W
c c
c
c c
c
c c
c
c c
c
c c
c
c c
c
c
c
c
c
c
c
2 2 2 2 2 2
2
2
2
2
2
2
, , , , , , , ,
Demikian seterusnya. Banyaknya turunan tingkat ditentukan oleh rumus m
n
, dimana m
banyaknya variabel dan n menunjukkan turunan ke-n
Contoh
Tentukan
2
2
x
z
c
c
dan
2
2
y
z
c
c
dari fungsi berikut:
1. z =
y x
xy


Jawab
Dari z =
y x
xy

, diperoleh
2
) (
) 1 ( ) (
y x
xy y x y
x
z


=
c
c

=
2
2
) ( y x
y



2
) (
) 1 ( ) (
y x
xy y x x
y
z


=
c
c

=
2
2
) ( y x
x


Sehingga |
.
|

\
|
c
c
c
c
=
c
c
x
z
x x
z
2
2

20


=
|
|
.
|

\
|

c
c
2
2
) ( y x
y
x

=
4
2 2
) (
) 1 )( )( 2 )( ( ) ( 0
y x
y x y y x



=
4
3 2
) (
2 2
y x
y xy


Dan

2
2
y
z
c
c
=
|
|
.
|

\
|
c
c
2
2
) ( y x
x
y

=
4
2 2
) (
) 1 )( )( 2 ( ) ( 0
y x
y x x y x



=
4
2 3
) (
2
y x
yx x




3. Limit dan Kekontinuan
Dalam matematika, konsep limit digunakan untuk menjelaskan sifat dari
suatu fungsi, saat argumen mendekati ke suatu titik, atau tak hingga; atau sifat dari
suatu barisan saatindeks mendekati tak hingga. Limit dipakai dalam kalkulus (dan cabang
lainnya dari analisis matematika) untuk mencari turunan dan kekontinuan.
Dalam pelajaran matematika, limit biasanya mulai dipelajari saat pengenalan
terhadap kalkulus, dan untuk memahami konsep limit secara menyeluruh bukan sesuatu
yang mudah.
Fungsi f(x) = (x2 1)/(x 1) terdefinisi untuk x di sekitar 1 tetapi tidak di x = 1.
Biasanya Notasi Lim f (x) = L dipahami secara intuitif dengan berbagai pernyataan
berikut:
1. Jika x mendekati c maka f(x) mendekati L, semaqkin dekat x kepada c semakin
dekat pula f(x) kepada L
2. Nilai-nilai f(x) adalah dekat dengan L untuk x dekat dengan c.
21


Pada pernyataan pertama, dekatnya f(x) terhadap L disebabkan oleh dekatnya x
kepada c. Pernyataan ini banyak diambil sebagai definis limit khususnya bagi mereka yang
belum belajar analisis. Padahal sesungguhnya pernyataan kedua lebih sesuai untuk definisi
limit.
Pada pernyataan ini ada dua kriteria atau ukuran dekat. Kriteria dekatnya f(x) terhadap
L memberikan kriteria dekatnya x kepada c. Kemudian setiap x yang dekat dengan c dalam
kriteria ini mengakibatkan nila f(x) dekat dengan L. Sebelum masuk ke definisi formal
limit fungsi, diberikan terlebih dahulu pengertian titik limit ( cluster point ) dalam suatu
himpunan.
Sebagai contoh, pada saat x mendekati 2. Dalam contoh ini, f(x)
mempunyai definisi yang jelas pada titik 2 dan nilainya sama dengan limitnya, yaitu 0.4:

f(1.9) f(1.99) f(1.999) f(2) f(2.001) f(2.01) f(2.1)
0.4121 0.4012 0.4001 0.4 0.3998 0.3988 0.3882
Semakin x mendekati 2, nilai f(x) mendekati 0.4, dan karena itu . Dalam
kasus dimana , f disebut kontinyu pada x = c. Namun, kasus ini tidak
selalu berlaku. Sebagai contoh,

Limit g(x) pada saat x mendekat 2 adalah 0.4 (sama seperti f(x)),
namun ; g tidak kontinyu pada titik x = 2.
Atau, bisa diambil contoh dimana f(x) tidak terdefinisikan pada titik x = c.

Dalam contoh ini, pada saat x mendekati 1, f(x) tidak terdefinisikan pada titik x = 1 namun
limitnya sama dengan 2, karena makin x mendekati 1, f(x) makin mendekati 2:
f(0.9) f(0.99) f(0.999) f(1.0) f(1.001) f(1.01) f(1.1)
22


1.95 1.99 1.999 undef 2.001 2.010 2.10
Jadi, x dapat dibuat sedekat mungkin dengan 1, asal bukan persis sama dengan 1
Contoh Soal:
1.
Tentukan nilai dari


Pembahasan
Dengan turunan adalah 2.


2.
Tentukan nilai dari


Pembahasan
Masih menggunakan turunan

3.
Nilai


A. 1/4
B. 1/2
23


C. 1
D. 2
E. 4
(Soal Limit Fungsi Aljabar UN 2012)

Pembahasan
Ubah bentuk akarnya ke bentuk pangkat agar lebih mudah diturunkan seperti ini


Turunkan atas - bawah, kemudian masukkan angka 3 nya


Sedangkan Kekontinuanatau Fungsi kontinu dalam matematika adalah fungsi, yang
bila dijelaskan secara intuitif, perubahan kecil dalam masukannya berakibat perubahan
kecil pula pada keluaran. Bila tidak demikian, fungsi tersebut dikatakan diskontinu. Fungsi
kontinu dengan fungsi invers kontinu pula disebutbikontinu. Gagasan intuitif kekontinuan
dapat diberikan oleh pernyataan bahwa fungsi kontinu adalah fungsi yang grafiknya dapat
digambar tanpa mengangkat kapur dari papan tulis.
Kekontinuan fungsi merupakan salah satu konsep inti topologi.Sebagai contoh
fungsi kontinu, perhatikan fungsi h(t), yang memerikan tinggi bunga yang sedang tumbuh
pada waktu t. Fungsi ini kontinu. Terdapat diktum dalam fisika klasik yang menyatakan
bahwa di alam semuanya kontinu. Sebaliknya, jika M(t) melambangkan jumlah uang di
sebuah rekening bank pada waktu t, fungsi ini melompat ketika uang disimpan atau ditarik.
Karena itu fungsi M(t) diskontinu.
Fungsi f(x) dikatakan kontinupada suatu titik x = a bila nilai limit f(x) pada x
mendekati a sama dengan nilai fungsi di x = a atau f(a).Untuk lebih cermat, kita
mengatakan bahwa fungsi f kontinu pada suatu titik c bila dua persyaratan berikut
terpenuhi:
1. f(c) harus terdefinisi (c termasuk dalam domain f)
24


2. limit f(x) saat x mendekati c baik dari kiri maupun dari kanan ada, dan harus sama
dengan f(c).

Kita menyebut fungsi tersebut kontinu di semua titik atau kontinu saja bila fungsi
tersebut kontinu di semua elemen dalam domainnya. Lebih umum lagi, kita menyebut
suatu fungsi kontinu dalam sebarang himpunan bagian dari domainnya bila fungsi tersebut
kontinu di semua titik dalam himpunan bagian tersebut. Apabila kita mengatakan suatu
fungsi kontinu, kita biasanya bermaksud bahwa fungsi tersebut kontinu untuk semua
bilangan riil.

4. Keterdifferensialan
Pada pembahasan konsep keterdiferensialan fungsi dua peubah akan dianalogikan
dengan konsep turunan pada fungsi satu peubah.
Ingat kembali bahwa

()

() ()

( ) ()


Untuk fungsi satu peubah, jika f dapat didiferensialkan di a, maka terdapat sebuah
garis singgung yang melalui (a, f(a)) yang mendekati fungsi tersebut untuk nilai x dekat
dengan a. Dengan kata lain, f hampir mendekati linear dekat a.
Sebuah fungsi disebut linear setempat di a jika terdapat sebuah konsanta m
sedemikian rupa sehingga
( ) () ()
dimana () adalah sebuah fungsi yang memenuhi

()
()
( ) ()


Jika f linear setempat di a, maka

()

[
( ) ()

]
yang berarti bahwa

( ) ()


Dapat disimpulakan bahwa f pasti dapat didiferensialkan di a dan m sama dengan
f(a). Sebaliknya jika f dapat didiferensialkan di a, maka
25

( ) ()

()
Sehingga f adalah linear setempat.
Dengan demikian untuk kasus satu peubah berlaku, f akan linear setempat di a jika
dan hanya jika f dapat didiferensialkan di a. Konsep ini juga berlaku untuk fungsi dua
peubah. Adapun definisi kelinearan setempat untuk fungsi dua peubah adalah berikut ini.


Definisi diatas dapat disederhanakan dengan mendefinisikan
. (Fungsi adalah sebuah
fungsi bernilai vektor dari sebuah peubah vektor). Sehingga Definisi dapat disederhanakan
menjadi;


Dari persamaan sebelumnya, dinyatakan sebagai vektor yaitu vektor
yang dilambangkan dengan dan disebut
vektor gradien (gradient) dari f . Lambang dibaca del dan sering disebut operator del.
Sehingga f dapat didiferensialkan di p jika dan hanya jika

dimana ketika


5. Turunan Berarah dan Gradient


Andaikan p = (x,y) dan i dan j adalah vectorvektor satuan arah x dan y positif.
Maka turunan parsial di p dapat dituliskan sebagai berikut :
-()

() ()


Definisi
Kita mengatakan bahwa f adalah linear setempat di (a,b) jika

dimana ketika ( dan ketika (
26


-()

() ()


Untuk tiap vector satuan u, andaikan
-()

() ()


Jika limit ini ada, ia disebut turunan berarah f di P pada arah u.
Jadi di f(p) = f
x
(p) dan D
j
f(p) = f
y
(p) karena p = (x,y) D
u
f(x,y)


Kaitan dengan gradient :
f(p) = f
x
(p)i + f
y
(p)j
Andaikan f dapat dideferensialkan di P, maka f mempunyai turunan berarah di P pada arah
vector satuan u = u
1
i + u
2
j dan
D
u
f(p) = u. f(p) D
u
f (x,y) = u
1
f
x
(x,y) = u
2
f
y
(x,y)

Contoh: jika f(x,y) = 4x
2
xy + 3y
2
, tentukan turunan berarah f di (2,-1) pada arah vector
a=4i+3j
Solusi:
Vektor satuan u pada arah a adalah

i +

j
F
x
(x,y) = 8i y f
y
(2,-1) = 17
F
x
(x,y) = -x + 6y f
y
(2,-1) = -8
D
u
f(2,-1) =

(17) +

(-8) =


27


Contoh : Cari turunan berarah dari fungsi f(x,y,z)=xy sin z di titik (1,2,

) pada arah vektor


a=i+2j+2k
Solusi:
Vektor satuan u pada arah a adalah

i +

j+

k
f
x
(x,y,z) = y sin z f
x
(1,2,

)=2
f
y
(x,y,z) = x sin z f
x
(1,2,

)=1
F
z
(x,y,z) = xy sin z f
x
(1,2,

)=0
Maka D
u
f (1,2,

)=

2 +

1+

0 =




Ingat:
Laju perubahan f terhadap jarak dalam arah X.
Laju perubahan f terhadap jarak dalam arah Y.

Jika u = cos I + sin j vektor satuan dengan titik awal P


Jika u i j vektor satuan dengan titik awal P(x1,y1) maka turunan berarah
f dalam
arah u di bidang XY, dinotasikan dengan fu (x,y) adalah:









28



Contoh:
Jika f(x,y) = 4x2 xy + 3y2, tentukan turunan berarah f di titik P(2,1) dalam arah a = 4i +
3j

Penyelesaian:
Vektor satuan u yang searah dengan a adalah

||
=

. Jadi cos =

dan sin =


fx(x,y) = 8x y dan fy(x,y) = x + 6y sehingga

Perhatikan:

Dapat dinyatakan sebagai hasil kali titik (dot product) dua vector sebagai berikut:


6. Aturan Rantai

Aturan rantai merupakan suatu aturan yang digunakan untuk mencari Turunan
fungsi komposisi . Aturan dasarnya adalah :








29


Fungsi turunan aturan rantai merupakan fungsi yang memiliki variabel berupa
fungsi yang lain lagi. Contohnya : f(x)=sin(x
2
+3).Mari kita uraikan fungsi
tersebut.Fungsi tersebut memiliki dasar berupa rumus sin (x) ,kita sebut u=fungsi luar.
Namun dalam fungsi tersebut, variabel x diganti dengan suatu fungsi yang lain, yaitu
(x
2
+ 3), selanjutnya kita sebut fungsi dalam.

Untuk soal jenis seperti ini, aturannya memiliki dua aturan, yaitu penurunan
fungsi yang bagain kerangka (fungsi luar) dan variabel yang diganti (fungsi
dalam).maka dari rumus fungsi tersebut, langkah penurunannya sebagai berikut
1. sin(x) nya terlebih dahulu. Turunan sin(x) adalah cos (x)
2. setelah luarnya diturunkan, barulah bagian dalamnya yang diturunkan (x
2

+3) yaitu 2(x)
3. maka kita gabungkan hasil penurunannya menjadi f'(x)=cos(x
2
+3) . (2x)
Contoh selanjutnya berikut f(x)= (2x
2
+3x)
5

maka turunannya:
1. ingat, fungsi luar yaitu fungsi secara keseluruhannya maka (2x
2
+3x)
5

memiliki turunan berupa [(5)(2x
2
+3x)
4
]
2. lalu, turunan dalamnya. fungsi dalam yaitu (2x
2
+3x). Turunannya ialah (4x
+3)
3. penggabungannya ialah f'(x)=((5)(2x
2
+3x)
4
)(4x + 3)


1. Aturan rantai dua variabel
Misalkan u adalah fungsi dua peubah dari x dan y yang terdiferensial,
didefinisikan melalui persamaan u= f(x,y) , x= F(r,s) dan y= G(r,s) serta turunan
turunan parsial dx/dr, dx/ds, dy/dr, dy/dr semuanya ada, maka u adalah fungsi dari r
dan s maka diperoleh rumus aturan rantai yaitu:


Contoh:
Diketahui u= x
2

+ y
2
; x= re
s
; dan y= re
s

Maka tentukanlah:

, dan


30


Jawab:

= 2x

= 2y

= e
s

= e
-s

= re
s

= - re
-s

=( 2x)(e
s
) + (2y)( e
-s
) = 2xe
s
+ 2ye
-s

=(2x)( re
s
)+ (2y)( - re
-s
) = 2x re
s
- 2y re
-s
= r (2xe
s
- 2ye
- s
)

2. Aturan rantai tiga variabel
Jika x=x(t) , y=y(t), dan z=z(t) fungsi yang differensiabel di t, dan w=f(x,y,z)
diferensiabel di titik (x(t), y(t), z(t)), maka w=f(x(t),y(t),z(t)) differensiabel di t, dan


Contoh:
Jika diketahui U= 3x
2
+ 5y
2
+ 2z
2
dengan x= 3s
2
+ 2t , y= 4s- 2t
3
, z= 2s
2
3s
2
Maka tentukanlah

dan



Jawab:

()() ()() ()()



( )

()() ()(
2
) + (4Z)(-6t)

2

( )


3. Aturan rantai n variabel
Misalkan u adalah fungsi terdiferensian dari n peubah x
1
, x
2
, x
n
;
sedangkan masing masing peubah x
1
adalah fungsi dari m peubah y
1
, y
2
, .. y
m
.
dt
dz
z
w
dt
dy
y
w
dt
dx
x
w
dt
dw
c
c
+
c
c
+
c
c
=
31


Jika semua turunan parsial

( ) ada, maka u adalah fungsi


dari y
1
, y
2
, .. y
m
. jadi dapat kita peroleh rumus berikut:




Contoh Soal
1. Tentukan turunan pertama dari y = (4x3 + 5x2x+4)12

Penyelesaian:
Misal:
z = 4x
3
+ 5x
2
x+4 dz/dx = 12x
2
+ 10x - 1
y = z
12
dy/dz = 12z11
y' = (dy/dz).(dz/dx)
y' = 12z
11
(12x
2
+ 10x - 1)
y' = 12(4x
3
+ 5x
2
x+4)11(12x
2
+ 10x - 1)
y' = 12(12x
2
+ 10x - 1)( 4x
3
+ 5x
2
x+4)
11

2. Carilah dy/dz dari persamaan y = 4x
4
6 dan x = z
2
+ 4.
Penyelesaian:
y = 4x
4
6 dy/dx = 16x
3

x = z
2
+ 4 dx/dz = 2z
dy/dz = (dy/dx).(dx/dz)
dy/dz = (16x
3
).( 2z)
dy/dz = 32x
3
z
32





7. Bidang Singgung dan Apoksiasi
Suatu permukaan yang ditentukan oleh ( ) dan sebuah kurva pada permukaan
yang melalui titik (

). Jika () () () adalah persamaan


parameter untuk kurva ini, maka untuk semua t
(() () ())
Dengan aturan rantai :


Persamaan diatas dapat dinyatakan dalam bentuk gradient dari dan turunan darivaktor
untuk kurva
() () () () sebagai


Andaikan ( ) menentukan suatu permukaan dan misalkan F dapat
dideferensialkan disebuah titik (

) dari permukaan dengan (

) ,
maka bidang yang melalui P tegak lurus (

) dinamakan bidang singgung


permukaan itu di P.
Teorema :
Untuk permukaan ( ) , persamaan bidang singgung di (

) adalah
(

)(

) (

)(

) (

)(

)
Dalam hal khusus, untuk permukaan ( ), persamaan bidang singgung di
(

)) adalah

)(

) (

)(

)
Conoh :
Cari persamaan bidang singgung tehadap

di titik (1,1,2).
Solusi :
Misalkan ( )


( )
()
( ) ( )

Contoh :
Cari persamaan bidang singgung dan garis normal terhadap ( )

di (1,2,1).
Solusi :
( )

( )
()
Maka persamaan bidang singgung
( ) ( ) ( )
Persamaan simetri dari normal melalui (1,2,3) adalah :



8. Menentukkan Maksimum dan Minimum Dimensi-n
33



Bila po suatu titik di s, yaitu daerah asal dari f

i. f(po) adalah nilai maksimum (global) dari f pada s jika f(po)> f(p) untuk semua
p di s.
ii. f(po) adalah nilai minimum (global) dari f pada s jika f(po)< f(p) untuk semua
p di s.
iii. f(po) adalah nilai ekstreem (global) dari f pada s jika jika ia adalah nilai
maksimum (global) atau nilai minimum (global).
Titiktitik kritis (ekstrem) dari f pada s ada tiga jenis :
1) Titiktitik batas
2) Titiktitik stasioner jika p
o
adalah suatu titik dalam dari s dimana f dapat
didiferensialkan dan vf(po)=0 bidang singgung mendatar.
3) Titiktitik singular jika po adalah suatu titik dalam dari s dimana f tidak dapat
didiferensialkan.
TEOREMA :
Andaikan f dideferensikan pada suatu himpunan S yang mengandung po. jika po adalah
suatu ekstrem, maka po haruslah berupa suatu titik kritis, po berupa salah satu dari :
i. Suatu titik batas dari S, atau
ii. Suatu titik stasioner dari f ; atau
iii. Suatu titik singular dari f.
Contoh : cari nilai maksimum dan minimum local dari f(x,y)= x
2
-2x+y
2
/4
Solusi :
F
x
(x,y) = 2x-2 F
x
(x,y)= 2x-2= 0 x= 1
F
y
(x,y) =

y F
y
(x,y) =

y = 0 y= 0
F(1,0)=1
2
-2(1)=+0=-1
F(x,y)= x
2
- 2x + y
2
/4 = x
2
- 2x + 1+ y
2
/4 1
= (x-1)
2
+ y
2
/4 1 > 1

jadi f(1,0) adalah minimum global untuk f
SYARAT CUKUP UNTUK EKSTREM
Andaikan bahwa f(x,y) mempunyai turunan parsial kedua kontinu di suatu
lingkungan dari f(x
0
,y
0
) dan bahwa Vf(x
0
,y
0
) = 0. Ambil
D= D(x
0
,y
0
) = f
xx
(x
0
,y
0
)f
yy
(x
0
,y
0
)= f
2
xy
(x
0
,y
0
)
Maka :
i. jika D>0 dan f
xx
(x
0
,y
0
) < 0, maka f(x
0
,y
0
) adalah nilai maksimum lokal.
ii. jika D>0 dan f
xx
(x
0
,y
0
) > 0, maka f(x
0
,y
0
) adalah nilai minimum lokal.
iii. jika D<0, , bukan suatu nilai ekstrem f(x
0
,y
0
) adalah titik pelana.
iv. jika D=0, pengujian tidak memberi kesimpulan
Contoh :
Tentukan ekstrem; jika ada, untuk fungsi F yang didefinisikan oleh f(y,y) = 3x
3
+ y
2
9x +
4y
Solusi :
F
x
(x,y) = 9x
2
- 9 ; f
y
(x,y)= 2y+ 4
34


Titik kritis F
x
(x,y) = f
y
(x,y)= 0
F
x
(x,y) = 9x
2
- 9 = 0 x= + 1
f
y
(x,y)= 2y+ 4 = 0 y= -2

Titik kritis (1,-2) dan (-1,-2)
F
xx
(x,y) = 18x ; F
yy
(x,y)= 2 ; F
xy
(x,y)= 0
Jadi pada titik (1,-2)
D = F
xx
(1,2). F
yy
(1,-2). F
2
xy(1,-2)
=18
2
-0
= 3670
F
xx
(1,-2) = 18 > 0
Sehingga menurut (ii) F(1,-2) = -10 adalah nilai minimum local dari F
Sedangkan pada titik (-1,-2) :
D = F
xx
(-1,-2). F
yy
(-1,-2). F
2
xy(-1,-2)
=-18
2
-0
= -3670
F
xx
(1,-2) = -36 < 0

Maka menurut (iii) (-1,-2) adalah titik pelana.

9. Metode Lagrange
Salah satu masalah umum kalkulus multivariabel adalah menemukan maksimum
atau minimum dari suatu fungsi, tetapi seringkali terjadi kesulitan untuk menemukannya.
Kesulitan ini sering timbul ketika memaksimalkan atau meminimalkan fungsi mengikuti
kendala.Metode Lagrange adalah alat yang ampuh untuk memecahkan masalah ini tanpa
perlu secara eksplisit mengatasi kondisi dan menggunakannya untuk menghilangkan
variabel ekstra.
Metode lagrange menyajikan suatu prosedur aljabar untuk penentuan titik P
0
dan
P
1
. Karena di titik- titik demikian, kurva ketinggian dan kurva kendala saling menyinggung
(mempunyai garis singgung yang sama dan mempunyai suatu garis tegak lurus bersama.
Tetapi disebarang titik dari kurva ketinggian, vector gradien f tegak lurus terhadap kurva
ketinggian, dan dengan cara serupa g tegak lurus terhadap kurva kendala.jadi, f dan g
sejajar di Po dan juga P
1
. Yaitu:
f(Po) =
0
g (P
0
) dan f(P
1
) =
1
g (P
1
)
adalah Multiplier konstanta yang tidak diketahui, diperlukan karena besarnya dari dua
gradien mungkin berbeda.

Andaikan f (x,y) dimaksimisasi atau diminimisasi dengan batasan g (x,y) = 0. Maka bentuk
fungsi objektifnya adalah;
35


F ( x, y, ) = f (x,y) . g (x, y)
Diferensiasikan F ( x, y, ) secara Parsial terhadap x, y dan dan dinyatakan hasilnya
sama de ngan nol.
= - = 0
= - = 0
= g (x, y) = 0
Jadi, bila batasan terpenuhi g (x, y) = 0, yang berarti g (x, y) = 0 ( terlepas nilai
). Dalam hal ini fungsi obyektif menjadi fungsi f (x,y) tanpa batasan. Sehingga
kemungkinan maksima atau minima memenuhi kendala.
Untuk ttik kritis x = a, y = b, maka :
- Bila = 0 ; dimana, x = a, dan y = b dan Bila = 0 ; dimana, x = a, dan y = b dan
* = =
2

Maka bila
- * > 0 max pada x = a, y = b. Bila < 0 dan
- * > 0 max pada x = a, y = b. Bila > 0 dan
- * 0 maka tes gagal sehingga harus diuji sekitar x = a, y = b

Perhatikan :
- Bila < 0,berarti titik krisis bukanlah merupakan maksimum atau minimum
(Maksima dan minima tanpa kendala)
- Bila * < 0 titik krisis dapat merupakan maksimum atau minimum (Maksima dan
minima berkendala).

Hal ini berhubungan dengan kenyataan bahwa suatu titik dapat merupakan nilai
maksimum atau minimum suatu fungsi kendala walaupun bukan merupakan maksima atau
36


minima fungsi tanpa kendala (Kondisi yang perlu untuk mencari nilai kritis adalah : F
x
= 0,
F
y
= 0)

Adapun Cara yang mudah untuk menentukan nilai maksima atau minima dengan kendala
1. F
xx
. F
yy
F
2
xy
> 0 maka
- Maksimum bila F
xx
< 0, dan F
yy
< 0
- Minimum bila F
xx
> 0, dan F
yy
> 0
2. F
xx
. F
yy
F
2
xy
0 maka tes gagal sehingga harus diuji untuk nilai sekitar nilai
kritis.
Catatan :
Metode lagrange ini dapat diperluasuntuk fungsi dan variabel n f ( x
1
, x
2,
x
3,.....,
x
n
) dengan
kendala g ( x
1
, x
2,
x
3,.....,
x
n
) = 0
Contoh :
1. Carilah maksima atau minima untuk f (x, y) = x
2
+3 y
2
- xy dengan kendala x + y = 1.
Penyelesaian:
F ( x, y, ) = x
2
+3 y
2
xy . (x + y 1)
= 2 x y
= 6y x
= x + y 1

Dengan membuat setiap turunan parsial = 0, maka
2 x y = 0
6y x = 0
x + y 1 = 0
dengan menggunakan metode eliminasi, menghasilkan x = , y = , =
Kemudian, persamaan tadi, diturunkan lagi
37


= 2
= 6
= -1
* = (2) (6) (-1)
2

= 13
> 0 dan > dan juga * > 0
Maka titik ( , ) adalah minimum dari f (x ,y)
2. Tentukanlah nilai maksima atau minima fungsi f (x,y) = 3x
2
xy + 4y
2
terhadap kendala 2
x

+y = 21
Penyelesaian:
F ( x, y, ) = 3x
2
xy + 4y
2
( 2 x

+y 21)
= 6x y 2
= - x + 8y
= 2 x

+y 21
Dengan membuat setiap turunan parsial = 0, maka
6x - y 2 = 0
- x + 8y = 0
2 x

+y 21 = 0
dengan menggunakan metode eliminasi, menghasilkan x = 8,5 , y = , = 35. Kemudian,
persamaan tadi, diturunkan lagi
= 6
= 8
38


= -1
* = (6) (8) (-1)
2
= 47
> 0 dan > dan juga * > 0
Maka titik ( ) adalah minimum dari f (x ,y)
3. Tentukanlah nilai maksima atau minima fungsi f (x,y) = xy x
2
y
2
terhadap kendala
x

+ y = 20
Penyelesaian:
F ( x, y, ) = xy x
2
y
2
(x

+ y = 20)
= -2x + y
= x - 2y
= x

+ y = 20

Dengan membuat setiap turunan parsial = 0, maka
-2x + y = 0
x - 2y = 0
x

+ y - 20 = 0
dengan menggunakan metode eliminasi, menghasilkan x =-10 , y = , = 80
Kemudian, persamaan tadi, diturunkan lagi
= -2
= -2
= 1
* = (-2) (-2) (1)
2
= 3
< 0 dan < 0 dan juga * > 0
39


Maka titik ( ) adalah maksimum dari f (x ,y)
4. Sebuah perusahaan menghasilkan dua jenis produk x dan y. Biaya patungan dinyatakan
dengan fungsi f (x,y) = 3x
2
+ y
2
xy. Untuk minimalisasi biaya berapa produk dari setiap
jenis yang harus dihasilkan adalah 10, sehingga fungsi kendalanya x + y = 10
Penyelesaian
F ( x, y, ) = 3x
2
+ y
2
xy

(x + y = 10)
= 6x - y
= 2y x
= x

+ y = 10
Dengan membuat setiap turunan parsial = 0, maka
6x - y = 0
2y x = 0
x

+ y - 10 = 0
dengan menggunakan metode eliminasi, menghasilkan x =-3 , y = , =11
Kemudian, persamaan tadi, diturunkan lagi
= 6
= 2
= -1
* = (6) (2) (-1)
2
= 11
> 0 dan > 0 dan juga * > 0
Maka titik ( ) adalah minimum dari f (x ,y)




40
















Daftar pustaka




Markoni . 2014 . Pengantar Dasar Matematika Rekayasa . Graha Ilmu :
Yogyakarta

Pardede , Jasman . 2010 . Kalkulus I .Erlangga : Jakarta

Spiegel, Muray . 2002 . Kalkulus Lanjut Ed.2 Erlangga : Jakarta

Strewart, James . 2012 .Kalkulus 2 . Salemba Teknik :Bandung

Strewart, James . 2012 .Kalkulus 3 . Salemba Teknik :Bandung

http://blokkuliah.files.wordpress.com/2011/01/turunan-parsial.pdf diakses 29
September 2014, 8:28 WITA

http://rumindahutagalung.blogspot.com/2011/01/metode-lagrange.htm diakses pada
28 september 2014 , 09.48 WITA

http://bmatesma.blogspot.com/2013/02/limit-dan-kekontinuan.html di akses pada 1
Oktober 2014 , 03.06 WITA

You might also like