You are on page 1of 130

FORMULA ILMU HISAB

JILID I

Oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid

















Cetakan Kedua
1434 H./2013 M.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 2
DAFTAR ISI

Daftar Isi 2
Kata Pengantar 4

BAB I ILMU HISAB
Ilmu Hisab 6
Ilmu Nujum 8
Hukum Mempelajari Ilmu Hisab 9
Sejarah Ilmu Hisab 11
Tokoh Tokoh Hisab Indonesia 14
Klasifikasi Hisab 16

BAB II DASAR-DASAR EXCEL 2007
Sekilas Tentang Excel 2007 19
Hirarki Perhitungan 21
Fungsi-Fungsi Formula Excel 22

BAB III ARAH QIBLAT
Arah Qiblat 29
Pandangan Fiqh Tentang Qiblat 32
Polemik Arah Qiblat 33
Menghitung Arah Qiblat 34
Menghitung Jarak Antar Lokasi 37
Menentukan Arah Qiblat 38
Kompas Magnetik 38
Bayang-Bayang Kiblat 42
Kiblat Day 42
Bayangan Harian Matahari 44
Rumus Menghitung Bayang-Bayang Kiblat 45
Teknis Menentukan Arah Kiblat Dg Bayangan Matahari 45

BAB IV DEKLINASI
Deklinasi, Equation Of Time Dan Semi Diameter Matahari 50
Rumus Deklinasi, Equation Of Time Dan SD Matahari 51

BAB V WAKTU SHOLAT
Waktu Sholat Di Dalam Al-Qur'an Dan Sunnah 54
Waktu Sholat Menurut Fuqoha' 58
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 3
Hisab Awal Waktu Sholat 63

BAB VI KALENDER
Kalender Hijriah Urfi 68
Kalender Masehi 69
Konversi Kalender Miladi/Hijri 72
Kalender Jawa 73
Pranoto Mongso 75
Konversi Kalender Jawa ke Miladi 77
Konversi Kalender Miladi ke Jawa 79

BAB VII HIILAL RUKYAT DAN HISAB
Hilal 82
Rukyat 83
Rukyat Global 87
Hisab 90

BAB VIII HISAB AWAL BULAN HIJRIYAH
Ijtimak 93
Menghitung Saat Ijtimak 94
Harokat Matahari 98
Harokat Bulan 101

BAB IX THEODOLITE
Theodolite 106
Setting Waterpas 108
Setting Azimut / Menentukan Arah Utara Sejati 109
Cecking Azimut Theodolite 111
Aplikasi Theodolite Dalam Penentuan Arah Qiblat 112

LAIN-LAIN
Deklinasi Matahari Taqribi 114
Equation of time Taqribi 115
Semi Diameter Taqribi 116
Kalender Zaman Nabi 117
Isbat Pemerintah RI 1408 H.- 1433 H. 119
Data Lintang dan Bujur Kota-Kota Besar Di Indonesia. 124


Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 4
KATA PENGANTAR



,
.


,

Segala puji bagi Alloh yang telah melimpahkan rohmatnya kepada kita semua
sehingga kita bisa berkumpul di majelis ini. Sholawat dan salam tak lupa
kami sampaikan kepada Penutup para nabi, junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW.

Ilmu Falak atau Hisab adalah ilmu yang sangat berkaitan dan memegang
peranan penting dalam kegiatan ibadah sehari-hari umat Islam, mulai dari
penentuan arah kiblat, pembuatan jadwal shalat, penentuan awal Ramadhan,
Syawwal dan Dzulhijjah bahkan memprediksi kapan terjadi gerhana, saat
dimana umat muslim diperintahkan mengerjakan sholat gerhana, semuanya
tidak dapat lepas dari Ilmu Falak.

Adalah Ironis di tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim ini,
Ilmu Falak mulai banyak ditinggalkan. Dulu di era 80-an ilmu falak masih di
pelajari di tingkat Aliyah/SMA, tapi sekarang ilmu falak berangsur-angsur
dihapus dari kurikulum sekolah, baik sekolah yang berbasis agama maupun
sekolah umum. Bahkan di kalangan pesantren sendiri ilmu falak ini juga
mengalami kemunduran.

Padahal di sisi lain penentuan awal Romadlonn, Syawwal dan Dzul Hijjah
yang masih menjadi bahan perdebatan yang tak kunjung selesai hingga kini.
Belum lagi ketepatan arah kiblat masjid-masjid di negeri ini yang 80% tidak
tepat ke arah Ka'bah.

Mengingat hal tersebut dan semakin langkanya ahli-ahli hisab di negeri kita
tercinta ini dan keengganan santri maupun siswa untuk mempelajarinya
dengan alasan sulitnya pelajaran ilmu hisab, padahal belajar ilmu hisab
adalah tergolong fardlu kifayah, maka penulis terdorong untuk merubah
paradigma tersebut dengan memperkenalkan Formula Ilmu Hisab yang
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 5
mudah dimengerti baik oleh kalangan para santri pondok maupun civitas
akademika.

Ilmu Hisab tidaklah sesulit yang dibayangkan, perhitungan hisab awal bulan
sebelum adanya kalculator scientific maupun excel bisa memakan waktu 7
hari, akan tetapi di era teknologi ini hal tersebut bisa dikerjakan hanya
sedetik dengan sekali tombol keyboard saja.

Rumus algoritma hisab di buku ini sudah dalam bentuk formula sehingga bisa
langsung diaplikasikan menggunakan kalkulator scientific maupun program
Excel. Apa yang penulis ungkapkan di buku ini bukanlah karangan penulis
akan tetapi hanyalah menyalin dari buku/kitab falak dan astronomi baik yang
klasik maupun modern yang mana kebanyakan masih berbahasa asing
(Arab/Inggris).

Mudah mudahan jeri payah kami menyusun buku ini ada guna dan
manfaatnya sehingga menjadi pahala yang bisa kami persembahkan kepada
kedua orang tua kami, Ibu Asma Aqib serta Bapak Achmad Zahid Sahlan.
Ampunilah segala dosa orang tua kami dan terimalah amal baik kedua orang
tua kami, masukkanlah mereka kedalam surgamu bersama para nabi dan
orang-orang yang sholeh.

Apresiasi yang tinggi tak lupa kami sampaikan kepada istri tecinta, Khoirun
Nisak yang telah merawat dan membimbing anak-anak kami sehingga
sehingga terluang waktu kami untuk menyusun buku ini.

Kasih dan sayang juga tak terlupakan kepada ketiga buah hati kami
(Zahwah, Afrah da Nahyan) yang telah banyak kehilangan waktu luang nan
riang bersama ayahnya di masa-masa pertumbuhannya, kehilangan waktu
canda dan tawa di masa manjanya seorang anak seusianya. Semoga kelak
menjadi anak-anak yang sholich dan sholichah, menjadi pejuang-pejuang
Islam yang mengharumkan agama, bangsa dan negara,

Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua dan penulis khususnya
sehingga kelak bisa di download di akhirat. Kritik dan saran kami harapkan
dari pembaca karena kami yakin bahwa manusia tempatnya alpa dan dosa.



Gresik, 27 Shofar 1434 H.
Ibnu Zahid Abdo el-Moeid
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 6
BAB I
ILMU HISAB



Secara garis besar ilmu perbintangan dibagi menjadi dua.

1. Ilmu Falak (Astronomi) atau lebih dikenal oleh kalangan ilmuan Islam
dengan sebutan Ilmu Hisab.
2. Ilmu Nujum atau biasa disebut Astrologi.

ILMU HISAB

Hisab berasal dari bahasa arab yang berarti menghitung. Ilmu hisab disebut
juga Astronomi, dari bahasa Yunani (astro=bintang; nomos=ilmu ) yakni
ilmu perbintangan. Hisab juga biasa disebut dengan Falak artinya tempat
jalannya bintang (garis edar benda-benda langit).

Firman Alloh didalam Al-Quran

.
( 33 )

Artinya : Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar
pada garis edarnya. (Al-Anbiya 33)

(. 40 )
Artinya : Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar
pada garis edarnya. (Yaasin 40)

. ( 38 )

Artinya : Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Yaasin 38)

Ilmu hisab adalah salah satu ilmu yang mempelajari perhitungan gerak
benda-benda langit berdasarkan garis edarnya. Benda-benda langit yang
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 7
dimaksud adalah matahari, bulan, planet dan lain-lainnya. Ilmu hisab yang
akan kita bahas disini hanya sebatas ilmu hisab yang berhubungan dengan
Ibadah-ibadah syar'I, yakni sekitar perjalanan matahari dan bulan yang
notabene berhubungan dengan waktu sholat fardlu, penentuan arah qiblat,
gerhana bulan maupun matahari serta awal bulan qomariyah.

Firman Alloh didalam Al-Quran

( . 189 )

Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah:
"Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat)
haji. (Al-Baqoroh 189)

45 )
Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu,
bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan
kalau dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu,
kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu,
(Al-Furqon 45)

78 )

Artinya : Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isro 78)


Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 8
ILMU NUJUM

Sedangkan Ilmu Nujum atau disebut juga Astrologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang hubungan kejadian-kejadian di bumi dengan posisi dan
pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, planet maupun
bintang. Ilmu nujum sudah berkembang sejak sekitar 4000 tahun yang lalu
dimulai dari Mesopotania sebuah negeri di Timur Tengah lalu berkembang ke
Eropa, Amerika serta Asia

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka astrologi pun turut
berkembang. Pada awalnya astrologi dan astronomi merupakan satu
kesatuan ilmu, namun pada abad 17 astrologi mulai dipisahkan dari
astronomi dikarenakan metode yang digunakan para astrolog tidak mengikuti
kaidah-kaidah ilmiah. Didalam ilmu astrologi gerak-gerik manusia
terkondisikan oleh gerak peredaran bintang-bintang di langit, menurut para
ilmuan ini tidak bisa dimengerti dan tidak bisa dibuktikan secara empirik.
Bahkan di Barat astrologi tidak hanya mendapat perlawanan dari para
ilmuwan tapi juga gereja karena dianggap melanggar doktrin agama Kristen.

Termasuk di dalam ilmu nujum ini adalah Primbon Jowo, dimana didalamnya
ramalan-ramalan nasib, hari baik, hari naas, nogo dino, dan lainnya.
Ramalan tersebut biasanya berdasarkan hitung-hitungan neptu hari lahir atau
terjadinya peristiwa atau berdasarkan jumlah nama dalam huruf abajadun
dan tidak berdasarkan kaedah-kaedah ilmiah seperti hisab gerhana matahari.
Ada banyak buku primbon jowo yang sekarang banyak beredar, diantaranya,
Ramalan Joyoboyo, Betajemur Adamakna, Kunci Betaljemur, Ajimantrawara,
dan lain-lainya.

Ilmu hisab dalam arti ilmu nujum itulah yang haram dipelajarinya, dalam arti
mempelajari untuk dipercayai, kalau tidak untuk dipercayai maka hukumnya
makruh.



Artinya : Dari Abu Hurairah berkata, Rosululloh SAW bersabda "Barang
siapa mendatangi tukang ramal (jawa : juru bade) atau dukun kemudian
membenarkan apa yang dikatakannya, maka yang demikian itu
mengingkari terhadap apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.
HUKUM MEMPELAJARI ILMU HISAB

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 9
Ilmu hisab erat kaitannya dengan ibadah-ibadah syar'iyah seperti sholat,
zakat, puasa, haji. Dengan ilmu hisab kita bisa menentukan arah qiblat,
mengetahui hak waris jika diantara pewaris dan ahli waris meninggal dalam
waktu yang hampir sama.

Bagaimana hukumnya mempelajari ilmu hisab?.

1. Wajib jika ilmu hisab tersebut berhubungan dengan waktu-waktu
sholat, arah qiblat, jatuh temponya zakat serta awal bulan. Fardlu ain
jika tidak ada yang menguasi ilmu hisab dan fardlu kifayah jika
diantara kita sudah ada yang bisa ilmu hisab.



Dari sayyidina Umar RA: "Dan belajarlah kalian ilmu nujum dari apa-
apa yang kalian bisa mengetahui arah kiblat dan jalan"

Abdulloh bin Husain berkata:



.

Mempelajari ilmu falak itu wajib, bahkan diperintahkan untuk
mempelajarinya, karena ilmu falak itu mencakup pengetahuan tentang
kiblat dan hal-hal yang berhubungan dengan penanggalan misalnya
puasa.Lebih-lebih pada masa sekarang ini, karena ketidaktahuannya
para hakim (dalam ilmu hisab), punya sikap mempermudah serta
kecerobohan mereka, sehingga mereka menerima kesaksian (hilal)
seorang yang mustinya tidak diterima.

2. Sunnah jika berhubungan dengan cuaca buruk, baik di darat maupun
di lautan atau untuk menyambungkan silatur rohim.

" :

" .

Dari ibnu Umar : Dan belajarlah kalian dari ilmu nujum apa yang
bisa memberi petunjuk dari cuaca buruk di daratan dan di lautan
kemudian berhentilah (cukuplah sampai disitu), dan belajarlah dari
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 10
apa-apa yang menghalalkan dan mengharomkan dari wanita atas
kalian dan belajarlah dari apa yang bisa menyambungkan silaturahmi
kalian dan kemudian berhentilah.

3. Haram jika bersifat ramalan semata seperti meramal nasib
seseorang, meramal akan datangnya hujan atau angin puyuh dengan
tanpa sebab-sebab yang ilmiyah. Apabila memprediksi datangnya
hujan berdasarkan adanya tanda-tanda seperti mendung dan
lainnya-lainnya maka tidak haram.



Dari Abu Hurairah berkata, Rosululloh SAW bersabda: "Barang siapa
mendatangi tukang ramal (jawa : juru bade) atau dukun kemudian
membenarkan apa yang dikatakannya, maka yang demikian itu
mengingkari terhadap apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW.
: ,


Dari Ibnu Abbas, Rosululloh SAW bersabda : "Barangsiapa
mempelajari salah satu cabang ilmu nujum maka ia telah mempelajari
salah satu cabang ilmu sihir. Semakin bertambah ilmu nujum yang
dipelajarinya, semakin bertambah pula ilmu sihir yang dimilikinya"


Peramal itu dusta walaupun benar/sesuai dengan
kenyataan"
SEJARAH ILMU HISAB

Ilmu hisab atau falak, merupakan ilmu yang sudah tua, yang dikenal oleh
manusia, bangsa-bangsa mesir, mesopotamia, babilonia dan tiongkok, sejab
abad ke-20 sebelum masehi telah mengenal dan mempelajari ilmu falak ini.
yang dikenal dengan ilmu perbintangan. Menurut suatu riwayat, pembagian
sepeken (seminggu) atas tujuh hari, adanya sejak lebih dari 5000 tahun yang
lalu

Pada bagian awal sejarahnya, astronomi hanya pengamatan dan ramalan
gerakan benda di langit yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Kemudian
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 11
sekitar abad ke-12 SM, di negeri Tiongkok, ilmu falak telah banyak
mengalami kemajuan-kemajuan. mereka telah mampu menghitung kapan
akan terjadinya gerhana, serta menghitung peredaan bintang-bintang.
Sekitar abad ke-4 SM, di negeri Yunani yang berada di zaman keemasannya
ilmu pengetahuan, ilmu falak telah mendapat kedudukan yang sangat
penting dan luas.

Pada abab ke-2 Masehi, seorang ahli bintang di Iskandaria (mesir) keturunan
Yunani, yang bernama Claudius Ptolomeaus (90-168 M.) telah berhasil
menghimpun pengetahuan tentang bintang-bintang dalam suatu naskah
yang disebut Tabril Magesthi. Naskah ini kemudian tersebar keseluruh dunia
dan dijadikan dasar sebagai pedoman ilmu perbintangan selanjutnya.
Ptolomeaus berpendapat, bahwa bumi tidak bergerak dan bumi dikelilingi
oleh bulan, matahari dan planet-planet lainnya. Kemudian, sekitar tahun 325
Masehi, naskah itu diperluas oleh Theodoseus Keizer di Roma dan pada abad
ke-9, naskah itu telah disalin orang ke dalam bahasa arab.

Umat Islam pertama kali terlibat secara aktif dibidang ilmu falak pada zaman
Khalifah Umaiyah. Tokoh ilmu falak yang terkenal ialah Khalid bin Yazid Al-
Amawi (meninggal 85H/704 M). Beliau dikenal dengan nama Hakim Ali
Marwan.

Di zaman Abbasiah, Khalifah Abu Jaffar Al-Mansor (754-775) adalah khalifah
yang pertama memberi perhatian kepada kajian ilmu falak. Baginda
mengeluarkan banyak belanja untuk penyelidikan dalam bidang ilmu falak,
mendirikan sekolah astronomi di kota Baghdad. Khalifah sendiri termasuk,
termasuk salah seorang ahli astronomi. Di bawah pemerintahan pengganti-
penggantinya, Harun Al Rasyid dan Al Mamun sekolah itu menghasilkan
karya-karya penting, teori-teori kuno diperbaharui, beberapa kesalahan
Ptolomeus diperbaiki. Hasil observasi yang dilakukan oleh sekolah di Baghdad
telah dicatat dalam tabel yang diperiksa dengan teliti.

Pada saat itu, kitab kitab astronomi dari Yunani banyak diterjemahkan
kedalam bahasa Arab dan ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian yang
akhirnya menghasilkan teori-teori baru. Dari sini muncul tokoh hisab di
kalangan umat Islam yang sangat berpengaruh, yaitu Al-Khwarizmi dengan
Kitab al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah. Buku ini sangat
mempengaruhi pemikiran cendekiawancendekiawan Eropa dan kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Robert Chester pada tahun 535 H/
1140 M dengan judul Liber algebras et almucabala, dan pada tahun 1247 H/
1831 M diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Frederic Rosen.

Perkembangan kajian ilmu falak berkembang pada zaman khalifah Al-Mansor.
Usaha menterjemahkan buku Sdihanta dari bahasa Sanskrit ke Bahasa Arab
dilakukan oleh Mohammad Al-Fazari yang kemudian ia diberi judul Al-
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 12
Sindhindin Al-Kabir. Buku ini menjadi panduan utama kepada orang-orang
arab dalam mengkaji ilmu falak hingga ke zaman Al-Makmun.

Mohammad Al-Fazari merupakan orang Islam yang pertama mencipta
Astrolabe (jam matahari untuk mengukur tinggi dan jarak bintang). Buku ini
telah disalin ke bahasa Latin pada abad pertengahan oleh Johannes de Luna
Hispakusis. Buku terjemahan ini telah digunakan oleh universitas-universitas
Eropa untuk mengejar Ilmu Bintang.
Dari sinilah orang-orang Barat pertama kali mengetahui benda-benda di
cakrawala.

Tokoh-tokoh Ilmu Falak Islam di zaman Abbasiah lainnya ialah Abu Sahl bin
Naubakh, Ali bin Isa, Thabit bin Qurrah, Al-Battani. Di zaman Al-Makmun
juga telah didirikan sebuah observatorium yang digunakan untuk mengukur
daya cahaya matahari. Di zamannya juga ahli falak berjaya mengukur
lingkaran bumi di sebuah observatorium yang didirikan di Bukit Gaisun di
Damsyek. Di zamannya juga observatorium juga didirikan di Bukit Qaisun. Di
Damsyik. Di zamannya juga telah diterjemahkan Alomagest karangan
mengenai Ptolemeus ke bahasa Arab. Ahli falak Islam juga telah mengamati
equinox, gerhana, bintang berekor (komet) dan lain-lain

Di samping itu Al-Battani (wafat kira-kira 930 M / 317H) telah melakukan
penyelidikan tentang perbintangan sejak tahun 877 hingga 918M dan
bukunya yang telah disalin ke bahasa Latin disusun semula dalam bahasa
Arab oleh Nallino (tahun 1903M). Al-Battani telah membagi sehari menjadi
12 jam yang digunakan sekarang oleh tukang-tukang jam di Eropa. Beliau
juga telah berjaya mengkalkulasi setahun sama dengan 356 hari, 5 jam 46
saat dan 24 detik.

Al-Battani menduduki tempat tertinggi di kalangan Ahli Bintang dan
dikatakan peranannya di kalangan umat Islam sama dengan peranan
Ptolemeus di kalangan orang-orang Yahudi. Di zaman-zaman seterusnya lahir
tokoh-tokoh Islam yang meneruskan kajian-kajian yang dilakukan oleh al-
Battani dan tokoh-tokoh lain dan telah menghasilkan berbagai penemeuan
dalam bidang Ilmu Falak.

Tokoh-tokoh lain yang ikut membangun dan mengembangkan ilmu hisab,
diantaranya:

1. Abu Ma'syar al-Falaky (272 H/ 885 M) menulis kitab yang berjudul
Haiatul Falak.
2. Abu Raihan al-Biruni (363-440 H/973-1048 M) yang hidup di zaman
Sultan Mahmud al-Ghaznawi dengan kitabnya Qanun al-Mas'udi, al-
Athar al-Baqiah yang diterjemah-kan kedalam bahasa Inggris oleh
Dr. Sachan
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 13
3. Nasiruddin at-Tusi (598-673 H/1201-1274 M) yang hidup di zaman
Hulagu Khan seorang Raja Monggol dengan karya monumentalnya
at-Tadzkirah fi 'Ilmi al-Haiah,
4. Abdurrahman Ibnu Abu Al- Hussin Al Sufi (Ibnu Sufi),
5. Abu Yousouf Yaqub Ibnu Ishaq al-Kindi (Al Kindi),
6. Abu Abdullah Mohammad Ibnu As-Syarif Al-Idrisi (Al-Idrisi),
7. Mohammad Taraghay ibnu Shah Rukh as-Samarqondi (Ulugh Beg)
(797-853 H/1394-1449 M) yang menyusun Zij Sulthani.
8. Umar al-Khayyam dan Abdul Rahman al-Hazimi yang hidup di zaman
Kerajaan Turki Saljuk.

Karya-karya monumental tersebut sebagian besar masih berupa manuskrip
dan kini tersimpan di Ma'had al-Makhtutat al-'Arabiy Kairo-Mesir.

Dari tokoh-tokoh ilmu hisab Islam tersebut, yang termasyhur adalah Abu
Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi (770-840 M) atau yang dikenal
dengan sebutan Al Khawarizmi. Ilmuwan yang berjasa besar dalam
memajukan ilmu pengetahuan ini lahir di Khawarizm (Kheva), kota di selatan
sungai Oxus (kini Uzbekistan) pada tahun 770 M. Kedua orang tuanya
kemudian pindah ke sebuah tempat di selatan kota Baghdad (Irak), ketika ia
masih kecil. Al-Khawarizmi hidup di masa kekhalifahan bani Abbasiyah, yakni
Al Makmun, yang memerintah pada 813-833 M. Dialah yang memplopori
pembuatan Rubu' al-Mujayyab yang dikembangkan oleh Ibnu Shatir dari
Syiria (abad ke 11).

Astronom muslim lainnya yang sangat berjasa dalam penemuan rumus
Trigonometri adalah Abul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Yahya bin
Ismail bin Abbas al-Buzjani. Ia terlahir di Buzjan, Khurasan (Iran).
Trigonometri berasal dari kata trigonon = tiga sudut dan metro = mengukur.
Ini adalah adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut
segi tiga dan fungsi trigonomeri seperti sinus, cosinus, dan tangen.

Di antara sederet ulama dan ilmuwan Muslim, hanya 24 tokoh saja yang
diabadikan di kawah bulan dan telah mendapat pengakuan dari Organisasi
Astronomi Internasional (IAU). Ke-24 tokoh Muslim itu resmi diakui IAU
sebagai nama kawah bulan secara bertahap pada abad ke-20 M, antara
tahun 1935, 1961, 1970 dan 1976. salah satunya Abul Wafa.

Kebanyakan, ilmuwan Muslim diabadikan di kawah bulan dengan nama
panggilan Barat. Abul Wafa adalah salah satu ilmuwan yang diabadikan di
kawah bulan dengan nama aslinya.

TOKOH TOKOH HISAB INDONESIA

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 14
Dalam perkembangannya ilmu hisab banyak dikuasai oleh para ulama,
termasuk ulamaulama nusantara. Banyak tokoh-tokoh hisab di bumi
nusantara ini yang berjasa besar terhadap perkembangan hisab di Indonesia.
Diantara tokoh-tokoh tersebut yaitu :

1. Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Ulama kelahiran Agam
Sumatera Barat ini berjasa besar mengembangkan hisab di Indonesia
di abad 19-20 M. Karya beliau yang masyhur adalah al-Hussab dan
Alam al-Hussab serta Raudhatul Hussab fi A'mali Ilmil Hisab. Beliau
wafat di Makkah pada tahun 1334 H./1916 M.

2. KH. Achmad Badawi, Kuaman Yogyakarta, pengarang kitab Djadwal
Waktu Sholat se-lama2nja dan kitab Tjara Menghitoeng Hisab Haqiqi
Tahoen 1361 H, Hisab Haqiqi, dan Gerhana Bulan.

3. KH. Manshur bin Abdul Hamid, Ulama hisab kelahiran Jakarta ini
bernama lengkap Muhammad Manshur bin Abdul Hamid bin Damiri
bin Abdul Muhid bin Tumenggung Tjakra Jaya ( Mataram, Jawa).
Karya beliau yang mashur adalah Sulamun Nayyiraini dan Mizanul
Itidal. Kedua kitab sampai sekarang banyak dipelajari di dalam
pesantren pesantren salaf. Data data didalam kitab tersebut masih
menggunakan system Abajadun.

4. Kyai Abu Hamdan Abdul Jalil al-Kudusi dengan kitabnya yang
terkenal Fathur Raufil Mannan.

5. Syeh Alamuddin Muhammad Yasin al-Padangy dengan karyanya
Muhtasarul Muhaddab.

6. K.H. Zubair Umar Al-Jaelani dari Salatiga dengan kitab Al-Khulashah
Al-Wafiyah, Fii Al-Falakiy Bi Jadwaali Al-Lughoritmiyyah.

7. KH. Mashum Ali, Seblak Jombang, Ahli hisab kelahiran
Maskumambang Gresik ini bernama lengkap Muhammad Mashum bin
Ali bin Abdul Jabbar Al-Maskumambangi. Karya beliau dalam ilmu
hisab ialah Ad-Durus Al-Falakiyah dan Badiatul Mitsal. Sampai
sekarang kedua kitab ini banyak dipelajari di pesantren-pesantren
salaf.

8. KH. Turaichan Adjhuri Asy-Syarofi, Kudus Jawa Tengah, terkenal
dengan Penanggalan Menara Kudusnya.

9. Saadoeddin Djambek, Ahli hisab dari Minangkabau ini terkenal
dengan kitabnya yang berjudul 1. Waktu dan Djadwal Penjelasan
Populer Mengenai Perjalanan Bumi, Bulan dan Matahari. 2. Almanak
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 15
Djamiliyah. 3. Perbandingan Tarich. 4. Pedoman Waktu Sholat
Sepanjang Masa. 5. Sholat dan Puasa di daerah Kutub. 6. Hisab Awal
bulan Qamariyah.

10. Wardan Diponingrat, K.R.T. Ahli hisab dari Kauman Yogyakarta ini
terkenal dengan kitabnya yang berjudul Umdatul Hasib, Persoalan
Hisab dan Rujat Dalam Menentukan Permulaan Bulan, Hisab dan
Falak, dan Hisab Urfi dan Hakiki.

11. Muhammad Hasan Asyari Al-Pasuruani dengan karyanya Muntaha
Nataijil Aqwal.

12. KH. Moh. Kholil Blandongan Gresik dengan karyanya Wasilatut Tullab

13. KH. Abdul Fattah Kauman Gresik dengan karyanya Mudzakkirotul
Hisab

14. KH. Romli Hasan Kemuteran Gresik dengan karyanya Risalah
Falakiyah dan Imla Falakiyyah

15. Ridlwan Sedayu Gresik dengan karyanya Taqribul Maqsud

16. KH. KH. Noor Ahmad Shadiq bin Saryani al-Jepara Jawa Tengah
dengan kitabnya yang masyhur Nurul Anwar.

17. KH. Zubair Abdul Karim dari Bungah Gresik dengan kitabnya Ittifaqu
Dzatil Baini.
18. KH. Achmad Ghozali, Lanbulan Sampang Madura dengan karang
kitabnya : 1. Faidlul Karim, 2. Bughyatur Rofiq, 3. Anfaul Wasilah, 4.
Irsyadul Murid, 5. Tsamarotul fikar, 6. Taqyidat

19. Dan lain-lain
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 16
KLASIFIKASI HISAB

Secara garis besar perhitungan hisab rukyat awal bulan itu ada dua, yakni
hisab Urfi dan Hakiki.

Hisab Urfi berdasarkan pada perhitungan rata-rata dari peredaran Bulan
mengelilingi Bumi. Perhitungan hisab Urfi ini bersifat tetap, umur bulan tetap
pada setiap bulannya kecuali bulan Dzulhijjah. Bulan yang ganjil; gasal
berumur 30 hari sedangkan bulan yang genap berumur 29 hari. Dengan
demikian bulan Romadlon sebagai bulan kesembilan (ganjil) dari bulan
Hijriyah selamanya akan berumur 30 hari. Sehingga hisab urfi ini tidak dapat
digunakan untuk menentukan awal bulan Qomariyah secara syari

Dengan kata lain hisab urfi adalah hisab matematik dan bukan hisab
astronomik. Termasuk dalam kelompok hisab ini adalah Kalender Jawa Sultan
Agung Mataram/kalender Jawa.

Hisab Urfi ini dimulai sejak ditetapkannya oleh Kholifah Umar bin Khottob r.a.
pada tahun 17 Hijriyah sebagai acuan untuk menyusun kalender Islam.

Hisab hakiki berdasarkan pada perhitungan peredaran bulan mengelilingi
Bumi dan mempertimbangkan posisi bulan/hilal yang sebenarnya terhadap
ufuk/horison. Hisab Haqiqi ini terbagi menjadi 3 tingkatan :

1. Hisab Haqq Taqrb.
2. Hisab aqq Tahqq.
3. Hisab Hakiki Tadqiqi/kontemporer.

1. Hisab Haqiqi Taqribi :

Metode perhitungan posisi Bulan berdasarkan gerak rata-rata Bulan
mengelilingi Bumi, sehingga hasilnya merupakan perkiraan atau
mendekati kebenaran(aproksi). Hisab ini kebanyakan berdasarkan acuan
data Zeij (tabel astronomi) Ulugh Beik (1449 M) yang berdasarkan teori
Geosentris (bumi sebagai pusat tata surya). Secara ilmiah teori
ini(geocentris) telah gugur setelah Nicolas Copernicus (1473-1543 M)
menemukan teori Heliosentris, bahwa Mataharilah pusat tata surya dan
bukan Bumi sebagaimana yang diyakini sebelumnya.

Metode ini perhitungannya hanya menggunakan penjumlahan dan
pengurangan sederhana dan belum menggunakan rumus segitiga bola
(spherical trigonometry). Perhitungan tinggi hilal kedua hisab tersebut
hanya berdasarkan saat Maghrib dikurangi saat Ijtimak lalu dibagi dua
tanpa mempertimbangkan lintasan bulan dan lintang tempat sehingga
ketika posisi bulan jauh dari ekliptika tidak sesuai kenyataan di lapangan
saat observasi hilal awal bulan hijriyah.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 17
Termasuk hisab haqiqi taqribi adalah :

1. Sullam an-Nayyiran ( ) karya Muhammad Manshur bin Abdul
Hamid bin Muhammad Damiri bin Muhammad Habib bin Abdul Muhit
bin Tumenggung Tjakra Jaya Al-Batawi.
2. Fath ar-Rauf al-Mannan ( ) karya Abu Hamdan Abdul Jalil
bin Abdul Hamid al-Kudusi.
3. Al-Qawaidul Falakiyyah ( ) karya Abdul Fattah at-Thukhi al-
Falaky Al-Mishri
4. Asy-Syamsu wal Qamar bi Husban ( ) karya Anwar
Katsir al-Malangi
5. Tadzkiratul Ikhwan ( ) karya Kyai Dahlan al-Semarangi
6. Wasilatut Tullab karya ( ) karya KH. Kholil Blandongan Gresik
7. Risalatul Falakiyah ( ) karya Kyai Romli Hasan Kemuteran
Gresik
8. Jadawilul Falakiyyah ( ) KH. Qusyairi al-Pasuani
9. Risalatul Qamarain ( ) karya Kyai Nawawi Muhammad Yunus
al-Kediri
10. Risalatu Syamsil Hilal ( ) KH. Noor Ahmad bin Shadiq bin
Saryani al-Jepara
11. Faidul Karim ( ) karya KH. Achmad Ghozali Lanbulan Sampang
Madura. Dan lain-lain

2. Hisab Haqiqi Taqiqi :

Metode perhitungan posisi Bulan berdasarkan gerak bulan yang
sebenarnya. Dalam rumus perhitungannya metode ini sudah
menggunakan kaedah ilmu ukur segitiga bola atau spherical trigonometry
sehingga hasilnya cukup akurat. Metode ini menggunakan tabel-tabel
yang sudah dikoreksi dan menggunakan perhitungan yang relatif lebih
rumit dari Hisab Tahqiqi Taqribi.

Perhitungan irtifa hilal (tinggi hilal), metode ini sudah mempertimbangkan
nilai deklinasi bulan, sudut waktu bulan dan lintang tempat dan dikoreksi
dengan Parallaks bulan, refraksi, semi diameter bulan.

Adapun kitab-kitab yang termasuk ke dalam kategori Hisab Haqiqi
Tahqiqi sebagai berikut:

1. Al-Mathlaus Said ( ) karya Syekh Husain Zaid Mesir
2. Al-Manahijul Hamidiyyah ( ) karya Abdul Hamid Mursi Mesir
3. Al-Khulashatul Wafiyyah ( ) karya K.H. Zubair Umar Al-
Jaelani Salatiga
4. Muntaha Nataijil Aqwal ( ) karya Muhammad Hasan Asyari
Al-Pasuruani
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 18
5. Badiatul Mitsal ( ) karya KH. Mashum Ali Seblak Jombang
6. Hisab Haqiqi ( ) karya Ki Wardan Dipo Ningrat
7. Menara Kudus ( ) karya KH. Turaichan Adjhuri Asy-Syarofi
8. Ittifaqu Dzatil Bain ( ) karya KH. Zubair Abdul Karim Bungah
Gresik
9. Nurul Anwar ( ) karya KH. Noor Ahmad Shadiq bin Saryani al-
Jepara
10. Irsyadul Murid ( ) dan Tsamarotul Fikar ( ) karya KH.
Achmad Ghozali Lanbulan Sampang Madura. Dan lain-lain.

3. Hisab Haqiqi Tadqiqi :

Disebut juga dengan hisab asri/kontemporer. Metode perhitungan hisab
ini sama dengan hisab Haqiqi Tahqiqi akan tetapi sudah menggunakan
data yang up to date sesuai dengan kemajuan sains dan teknologi.

Berbasiskan ilmu astronomi modern dengan koreksi dan data-data empirik
yang baru serta delta T (angka ralat) dari hasil penelitian para astronom.

Dalam menghitung irtifa hilal, metode ini sudah memasukkan unsur
refraksi (pembelokan cahaya karena obyek mendekati ufuk), Aberasi
(pembiasan cahaya), Dip (perubahan sudut karena faktor tinggi
pengamat), kelembaban udara serta kecepatan angin.

Adapun kitab-kitab /metode yang termasuk ke dalam kategori Hisab
Haqiqi Tadqiqi atau kontemporer adalah sebagai berikut:

1. Astronomical Algorithms, oleh Jean Meeus, Belgia
2. Accurate Time karya Moh. Odeh ketua ICOP
3. VSOP87
4. ELP2000
5. EW Brown
6. Almanak Nautika
7. Staryy Night
8. Ascript
9. Astro Info
10. Ephemeris Hisab Rukyah, oleh Depag RI
11. Hisab Awal Bulan, oleh Saadoeddin Djambek, Jakarta
12. New Comb, oleh LAMY, Yogyakarta
13. Irsyadul Murid ( ) karya KH. Achmad Ghozali Lanbulan
Sampang Madura
14. Al-Falakiyah karya Sriyatin Shadiq
15. Dan lain-lain


Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 19
BAB II
DASAR-DASAR EXCEL 2007

Saat ini hampir semua siswa tingkat SD sampai PT sudah menggunakan
komputer, baik untuk mengolah kata maupun lainnya. Dari beberapa
software pengolah kata, yang paling banyak digunakan adalah Microsoft
Word. Sedangkan untuk mengolah data-data numerik kebanyakan
menggunakan Microsoft Excel. Dengan menggunakan excel, rumus yang
panjang nan rumit akan terselesaikan dengan mudah. Termasuk juga rumus-
rumus Hisab-Falak.

Dalam menghitung rumus rumus hisab, kita bisa menggunakan kalkulator
FX-4500 PA, FX-350 HB, Karce KC-131, maupun kalkulator scientific lainnya.
Akan tetapi akan lebih akurat jika kita menggunakan excel, karena nilai-nilai
dibelakang koma yang lebih banyak daripada kita menggunakan kalkulator.
Dengan excel kita juga bisa memasukkan rumus rumus hisab yang panjang
hampir tanpa batas, tergantung besarnya memori yang terpasang di
komputer. Dengan excel pula kita bisa menampilkan hasil perhitungan
dengan menggunakan grafik, sehingga bentuk hilal bisa kita tampilkan sesuai
dengan persentasi fraction illumination nya.


SEKILAS TENTANG EXCEL 2007

Karena materi-materi yang akan diuraikan di buku ini menggunakan media
Microsoft Excel 2007. Sebelum kita memasuki materi hisab, seperti Arah
Qiblat, Waktu Sholat, Ijtima, Irtifa, serta Gerhana ada baiknya kita
mempelajari sedikit tentang seluk beluk Program Microsoft Excel 2007.

Agar kita bisa bekerja dengan Microsoft Excel dengan efektif, maka kita
terlebih dahulu memahami sekilas tentang konsep yang dIgunakan oleh
Excel. Konsep yang digunakan Excel, secara garis besar hampir sama dengan
konsep yang digunakan oleh Lotus 123 pada era O.S. Dos.

1. Workbook: adalah sebuah file yang terdiri dari beberapa lembar kerja
yang disebut dengan Worksheet atau Sheet. Secara default, workbook
yang terpasang dalam Excel adalah satu dan satu workbook terdiri dari 3
sheet. Lembar kerja pertama disebut sheet1, lembar kerja kedua disebut
sheet2 dan lembar kerja berikutnya disebut sheet3. Dokumen tersebut
setelah disimpan disebut File.

2. Worksheet: disebut juga dengan Spreadsheet atau Sheet saja adalah
tempat untuk mengetik dokumen, baik berupa data maupun rumus.
Setiap sheet terdiri dari kolom dan baris, yaitu kolom A sampai kolom IV
(256 kolom), dan baris 1 sampai 65536.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 20
3. Cell/Sel: adalah pertemuan antara kolom dan baris, contoh: tulisan AFRA
berada pada kolom B baris kedua, dengan demikian disebut sel B2,.
Lihat Gambar 1.1.

4. Range: adalah kumpulan dari beberapa sel Contoh :
B4..C4 dibaca B4 sampai C4 (yakni B4 dan C4)
B6..C7 dibaca B6 sampai C7 (yakni B6,C6,B7 dan C7)
Untuk lebih jelasnya lihatlah Gambar 1.1.

5. Name: adalah pemberian nama sell atau
range untuk memudahkan aplikasinya
kedalam rumus, misalnya cell B2 kita
beri nama dengan dr maka nanti
dalam memanggil cell B2 tidak lagi
dengan B2 tetapi cukup dengan dr.
Contoh : C3=B1+B2, bisa dengan
C3=B1+dr. Untuk memberi nama
sebuah sel atau range, arahkan pointer
ke sel yang dimaksud, lalu klik kanan
lalu pilih Name a Range lalu beri nama
dengan nama yang kamu inginkan, lalu klik OK.

6. Fungsi : adalah sebuah rumus yang disediakan oleh Excel untuk
menyelesaikan permasalahan (perhitungan). Ada banyak sekali fungsi-
fungsi yang terdapat dalam Excel, akan tetapi yang akan kita bahas di
sini hanya sebagian saja yang sering dipergunakan untuk perhitungan
hisab.

Saat pertama kita membuka Microsoft Excel 2007, yang terpampang dilayar
adalah sebuah Workbook yang terdiri dari 3 worksheet. Worksheet (lembar
kerja) pertama disebut sheet1, worksheet kedua disebut sheet2 dan
worksheet berikutnya disebut sheet3. Di dalam worksheet itulah kita menulis
dan menghitung berbagi rumus yang diperlukan, kemudian menyimpannya
dengan nama yang kita kehendaki sebagai nama file yang nantinya akan
berexistansi xlsx. Kita juga bisa merubah nama default dari sheet1, sheet2,
maupun sheet3 tersebut dengan nama yang kita kehendaki.

Untuk memasukkan data teks atau angka ke dalam worksheet Excel,
langsung ketik data kedalam sel. Untuk memasukkan rumus, formula atau
fungsi harus didahului dengan =, misalnya akan membuat sebuah rumus di
sel B5, maka arahkan pointer kel sel B5 lalu ketik = kemudian lanjutkan
dengan mengetik rumusnya misal, =15x25+26x10, lalu tekan Enter.
Bilangan-bilangan tersebut bisa diganti dengan alamat sel misalnya
=A2xB1+C3xA5
A B C
1
2 AFRA
3
4 3456 4250
5
6 1254 7500
7 6000 450
Gambar 1.1
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 21
Perlu diketahu sebelumnya bahwa penulisan argumen dalam sebuah fungsi di
dalam Ms Excel, antara argumen satu dengan lainnya dibatasi oleh tanda
baca. Tanda baca yang dipakai tergantung pada pengaturan system operasi
Windows yang dipakai. Jika system Windows kita menggunakan standar
format Inggris maka separator (pemisah argumen) nya menggunakan tanda
baca koma ( , ), dan Jika system Windows kita menggunakan standar format
Indonesia maka separatornya titik koma ( ; ).

Jika tanda baca yang dipakai untuk pemisah argumen tersebut tidak sesuai
dengan system, maka maksud kita akan rumus tersebut akan berlainan
dengan kalkulasi Ms Excel. Dan jika kita sudah punya file dimana pada saat
penulisan rumusnya menggunakan pemisah argumen titik koma ;,
kemudian kita buka di komputer lain yang pemisah argumennya
menggunakan koma , maka pada sebagian kasus akan muncul pesan error
#VALUE!. Untuk mengatasinya setting system Windows anda dengan
format Indonesia dengan langkah sebagai berikut : Start Control Panel
Regional and Language Options lalu klik combo box preferences dan pilih
Indonesian.


HIRARKI PERHITUNGAN

Dalam melakukan perhitungan, operator aritmatik excel memiliki urutan
perhitungan (hirarki) sebagai berikut:

1. ( )
2. ^
3. /
4. x, + dan

Sehingga dalam menghitung sebuah rangkaian rumus, Excel mendahulukan
menghitung rumus yang berada diantara dua tanda kurung, kemudian
pangkat, lalu pembagian, kemudian kali, tambah dan pengurangan
derajatnya sama.

Contoh :
C5 = 2500 / 2 ^ 3
Maka yang pertama diproses adalah 2^3 = 8 karena urutan pangkat
derajatnya lebih tinggi daripada pembagian. Sehingga C5 = 2500 / 8 = 312.5

Bedakan dengan contoh ini : C5 = 2500 ^ 2 / 3
Maka yang pertama diproses adalah 2500^2 = 6250000 karena urutan
pangkat derajatnya lebih tinggi daripada pembagian.
Sehingga C5 = 6250000 / 3 = 2083333,333

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 22
FUNGSI-FUNGSI FORMULA EXCEL

Berikut ini sebagian fungsi-fungsi yang sering dipakai dalam perhitungan
hisab

1. SUM: Adalah fungsi untuk menjumlahkan
bilangan dari beberapa sel atau range.
SINTAX :
SUM(bilanganawal:bilanganakhir)

Contoh : C6 = SUM(B1:B5)
Sel C6 = menjumlahkan bilangan dari sel
B1 sampai B5,
hasilnya = 14250. Lihat Gambar 2.1

2. ABS: adalah fungsi untuk meng
absolutkan bilangan numerik, yakni
mengabaikan nilai mines (-) dari bilangan,
walaupun nilai bilangan tersebut mines
tetapi dianggap (+)

SINTAX : ABS(bilangan)

Contoh: C2 = ABS(B2),
Mengabaikan nilai mines dari sel B2 (-1234), Hasilnya = 1234
Lihat Gambar 2.2

3. INT: Integer, membulatkan bilangan
pecahan dengan pembulatan ke bawah
kedalam bilangan bulat terdekat.

SINTAX : INT(bilangan)

C1 = INT(B1) = 23
C4 = INT(B4) = - 24 Lihat Gambar 2.3

4. TRUNC : Truncate, memotong Bilangan
dengan desimal tertentu, tanpa ada
pembulatan.

SINTAX=TRUNC(bilangan;Jumlahdesimal)

C1 = TRUNC (B1;0) = 23
C2 = TRUNC (B4;1) = 23.5
C3 = TRUNC (B4;2) = 23.56 Lihat Gambar 2.4

A B C
1 2500
2 4500
3 3500
4 1500
5 2250
6 Jumlah 14250
Gambar 2.1

A B C
1
2 -1234 1234
3 -2345 2345
4 -4567 4567
5
Gambar 2.2

A B C
1 23,564 23
2 23,564 23
3
4 -23,564 -24
5 -23,564 -23
Gambar 2.3

A B C
1 23,564 23
2 23,564 23.5
3 23,564 23.56
4
Gambar 2.4

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 23
5. MOD : Modeler, mencari sisa hasil pembagian.

SINTAX : MOD(ygdibagi;pembagi) Lihat gambar 2.5

C2 = MOD(A2;B2) = Sisa hasil bagi
dari 10 dibagi 4 = 2
C3 = MOD(A3;B3) = Sisa hasil bagi
dari 10 dibagi 5 = 0
C4 = MOD(A4;B4) = Sisa hasil bagi
dari 10 dibagi 6 = 4


6. ROUND adalah fungsi untuk membulatkan bilangan kedalam nilai desimal
tertentu.

SINTAX :ROUND(bilangan;Jumlahdesimal Lihat gambar 2.6

C1 = ROUND(B1;0) = 125
C2 = ROUND(B2;0) = 126
C3 = ROUND(B3;1) = 125.2
C4 = ROUND(B4;2) = 125.23

Fungsi ROUND ini hampir sama
dengan fungsi TRUNC, perbedaannya,
kalau ROUND pembulatan bilangan
kedalam nilai desimal tertentu,
sedangkan TRUNC memotong bilangan dengan nilai desimal tertentu.

7. SQRT : Sequare Root, adalah untuk menghitung akar pangkat dua ( )
dari suatu bilangan.

SINTAX : SQRT(bilangan).

Contoh : Lihat gambar 2.7

C1 = SQRT(B1) = akar pangkat dua
dari 9 = 3
C2 = SQRT(B2) = akar pangkat dua dari 20 = 4,472135955
C3 = SQRT(B3) = akar pangkat dua dari 25 = 5

8. RADIANS : adalah fungsi untuk merubah nilai sudut dari satuan derajat
ke nilai sudut dengan satuan radian. Fungsi Radians sama dengan
mengkalikan nilai tersebut dengan PI()/180.

A B C
1 yg dibagi pembagi sisa
2 10 4 2
3 10 5 0
4 10 6 4
5
Gambar 2.5

A B C
1 125.23 125
2 125.50 126
3 125.23 125.2
4 125.23 125.23
5
Gambar 2.6

A B C
1 9 3
2 20 4,472135955
3 25 5
4
Gambar 2.7

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 24
SINTAX : RADIANS(bilangan). Lihat gambar 2.8

Contoh :
C1 = RADIANS(B1)
= 0,872664626
C2 = B1 x PI()/180
= 0,872664626


9. DEGREES : adalah fungsi
untuk merubah nilai sudut
dari satuan radian ke nilai
sudut dengan satuan derajat.
Fungsi Degrees sama dengan
mengkalikan bilangan
tersebut dengan 180/ PI(), yakni kebalikan dari fungsi RADIANS.

SINTAX : DEGREES(bilangan).

Lihat gambar 2.9

Contoh :
C1 = DEGREES(B1) = 180
C2 = B1 x 180/PI() = 180

10. SIN, COS dan TAN : Sinus, Cosinus dan Tangen, untuk menghitung nilai
Sinus, Cosinus dan Tangen dari sebuah sudut.
SINTAX : SIN(bilangan), COS(bilangan), TAN(bilangan).

Apabila nilai sudutnya dalam satuan derajat, maka supaya dikonversi
dulu kedalam radian dengan menggunakan fungsi RADIANS atau
mengalikannya dengan PI()/180. Lihat gambar 2.10

SIN(RADIANS(bilangan)) atau SIN((bilangan * PI() /180))
COS(RADIANS(bilangan)) atau SIN((bilangan * PI() /180))
TAN(RADIANS(bilangan)) atau SIN((bilangan * PI() /180))

B1 = SIN(A1) = sin radian dari 9 = 0,412118485
B2 = COS(A2) = cos radian dari 9 = -0,911130262
B3 = TAN(A3) = tangen radian dari 9 = -0,452315659
C1 = SIN(RADIANS(A1)) = sin derajat dari 9 = 0,156434465
C2 = COS(RADIANS(A2)) = cos derajat dari 9 = 0,987688341
C3 = TAN(RADIANS(A3)) = tan derajat dari 9 = 0,15838444

A B C
1 50 0,872664626
2 50 0,872664626
3
Gambar 2.8

A B C
1 9 0,412118485 0,156434465
2 9 -0,911130262 0,987688341
3 9 -0,452315659 0,15838444
Gambar 2.10

A B C
1 3,141592654 180
2 3,141592654 180
3
Gambar 2.9
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 25
11. ASIN, ACOS dan ATAN : sin
-1
, cos
-1
, dan tan
-1
yaitu menghitung nilai
radian Arc Sinus, Arc Cosinus dan Arc Tangen. Nilai yang dihasilkan ASIN
dan ATAN berkisar antara pi/2 (-1,570796327) sampai pi/2
(1,570796327). Sedangkan nilai yang dihasilkan ACOS berkisar antara 0
sampai Pi.

SINTAX : ASIN(bilangan), atau ACOS(bilangan) atau ATAN(bilangan).

Untuk menghasilkan nilai
dalam satuan derjat maka
gunakan fungsi Degrees, atau
mengkalikan nilai tersebut
dengan 180/ PI().

SINTAX:
DEGREES(ASIN(bilangan))atau ASIN(bilangan * 180/pi())
DEGREES(ACOS(bilangan)) atau ASIN(bilangan * 180/pi())
DEGREES(ATAN(bilangan)) atau ASIN(bilangan * 180/pi())

Llihat gambar 2.11
B1 = ASIN(A1) = arc sin radian dari 0,5 = 0,412118485
B2 = ACOS(A2) = arc cos radian dari 0,5 = -0,911130262
B3 = ATAN(A3) = arc tan radian dari 0,5 = -0,452315659

C1 = DEGREES (ASIN(A1)) = arc sin derajat dari 0,5 = 0,007192824
C2 = DEGREES (ACOS(A2))= arc cos derajat dari 0,5 = -0,015902223
C3 = DEGREES (ATAN(A3))= arc tan derajat dari 0,5 = -0,007894398

12. IF : Adalah salah satu dari 6 fungsi logika (IF, OR, AND, NOT, TRUE dan
FALSE). Untuk mendukung fungsi logika, kita harus mengerti lebih
dahulu tentang operator logika, yaitu:

NO OPERATOR CONTOH KETERANGAN
1 = B1 = A1 B1 sama dengan A1
2 < B1 < A1 B1 lebih kecil dari A1
3 > B1 > A1 B1 lebih besar dari A1
4 <= B1 <= A1
B1 lebih kecil atau sama dengan
A1
5 >= B1 >= A1
B1 lebih besar atau sama
dengan A1
6 <> B1 <> A1 B1 tidak sama dengan A1

A B C
1 0,5 0,523598776 30
2 0,5 1,047197551 60
3 0,5 0,463647609 26,56505118
Gambar 2.11

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 26
IF berfungsi untuk melakukan analisa perbandingan dari dua buah kondisi
atau lebih, kemudian mengambil keputusan dari kondisi tersebut.

SINTAX :
= IF(kondisi;hasil jika kondisi benar; hasil jika kondisi salah).

Contoh :
C2 = IF(B2>20;Dewasa;
Kecil), artinya jika B2 lebih
besar dari 20 maka C2 =
Dewasa dan jika B2 lebih
kecil dari 20 maka C2=
Kecil.
Hasilnya = Dewasa
C3 = IF(B3>20;Dewasa; Kecil), artinya jika B3 lebih besar dari 20
maka C3 = Dewasa dan jika B3 lebih kecil dari 20 maka C3 = Kecil.
Hasilnya = Kecil

12. INDEX : Mencari data dalam range data / tabel data dengan acuan
kolom dan baris yang telah ditentukan.

Syntax: INDEX (tabeldata; baris, kolom)

Contoh : E4 = INDEX(B1:D5,3,2) = 6500
Formula diatas Mencari data dari tabel data B1-D5 baris ke-3 kolom ke-2



11. VLOOKUP : Mencari data dalam range data/tabel data baris demi baris
secara vertikal.

SINTAX = VLOOKUP(Kriteria;Range Data;Kolom Tabel),
Lihat Gambar 2.14

E4 = VLOOKUP(MAIL,B1:D5,3) = Mencari data dg Argumen MAIL dari
range data B1-D5 kolom ke 3
A B C D E
1 MUID 2500 GRESIK
2 KHOIR 4500 MALANG
3 ZAHWAH 6500 MANYAR
4 AFROH 250 MANYAR 6500
5 AUFA 478 PONDOK
6
Gambar 2.13
A B C
1 Nama Umur Hasil
2 MUID 36 Dewasa
3 AFRAH 3 Kecil
4
Gambar 2.12
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 27










Dalam penggunaan Vlookup, sel paling kiri dari data tabel harus urut
secara alfabet, demikian juga jika data paling kiri berupa angka maka
harus urut dari nilai yang paling kecil.

Jadi kalau INDEX pencarian data berdasarkan nomor dan baris dari tabel
data sehingga tidak bisa mencari data berdasarkan text

sedangkan Vlookup berdasarkan data acuan kolom paling kiri dari tabel
data dan data acuan bisa berupa angka maupun text, tetapi jika text
maka tabel data harus urut secara alpabet

13. DATE : Untuk menuliskan data tanggal, bulan dan tahun. Nilai data ini
hanya berlaku mulai 1900 masehi sampai 9999. Dengan format general,
1 Januari 1900 oleh fungsi Date dianggap 1, tanggal berikutnya 2 dan
seterusnya sampai tanggal 31 Desember 9999, dianggap 2958465.

SINTAX : DATE(tahun;bulan;tanggal).

Format date ini juga bisa ditampilkan dalam bentuk seperti 17 Agustus
2009, arahkan pointer ke sel yang berisi date lalu klik kanan lalu pilih
Format Cells Custom isi kolom Type dg teks "dd mmmm yyyy" OK

Contoh :
Sel A2=DATE(2009;12;12)
Sel A3=DATE(2009;12;12) dengan format General
Sel A1=DATE(2009;12;12) dengan format sel "dd mmmm
yyyy"
Llihat gambar 2.14

14. YEAR : Untuk mengambil nilai tahun dari data DATE.

SINTAX : YEAR(data_date)

Contoh : B2=YEAR(A2) =2009 Llihat gambar 2.15

A B C D E
1 MUID 2500 GRESIK
2 MAIL 4500 MALANG
3 ZAHWAH 6500 MANYAR
4 AFROH 250 MANYAR MALANG
5 AUFA 478 PONDOK
6
Gambar 2.14
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 28
15. MONTH : Untuk mengambil nilai bulan dari data DATE.

SINTAX : MONTH(data_date)

Contoh : C2=MONTH(A2) =8 Llihat gambar 2.15

16. DAY : Untuk mengambil nilai tanggal dari data DATE.

SINTAX : DAY(data_date)

Contoh : E2=DAY(A2) =12 Llihat gambar 2.15

17. TIME : Untuk menuliskan data waktu / jam.

SINTAX : TIME(jam;menit;detik)

Contoh B4=TIME(21;15;46) Llihat gambar 2.15

18. HOUR : Untuk mengambil nilai jam dari data TIME.

SINTAX : HOUR(data_time)

Contoh D4=HOUR(B4) = 21 Llihat gambar 2.15

19. MINUTE : Untuk mengambil nilai menit dari data TIME.

SINTAX : MINUTE(data_time)

Contoh E4=MINUTE(B4) = 15 Llihat gambar 2.15

20. SECOND : Untuk mengambil nilai detik dari data TIME.

SINTAX : SECOND(data_time)

Contoh E4=SECOND(B4) = 46 Llihat gambar 2.15

A B C D E F G
1
12 Agustus 2009
2
12/08/2009 2009 8 Agustus 12 4 Rabu
3
40159
4
21:15:46 21 15 46
5

Gambar 2.15
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 29
BAB III
ARAH QIBLAT



Sholat menghadap ke Ka'bah disyariatkan pada tahun kedua setelah hijrah,
sebelumnya menghadap ke Baitul Maqdis, Palestina. Selama di Madinah,
Rosululloh, sholat menghadap Baitul Maqdis kurang lebih 16 bulan, kemudian
menghadap Ka'bah pada hari Senin 17 Rojab tahun kedua hijrah. Saat itu
rosululloh sholat di masjid Bani Salamah (Masjid Qiblatain). Firman Alloh
dalam Al-Qur'an :

411 )

Artinya : Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke qiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.


ARAH QIBLAT

Qiblat berasal dari bahasa arab ) ) yang artinya arah. Yang dimaksud
dengan qiblat adalah arah mata angin yang menuju ke Ka'bah di Makkah Al-
Mukarraomah. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kiblat
sebagai arah ke Kabah di Makkah (pada waktu sholat) sementara
Ensiklopedia Hukum Islam menerjemahkannya sebagai bangunan Kabah
atau arah yang dituju kaum Muslimin dalam melaksanakan sebagian ibadah.

Yang dimaksud dengan arah qiblat adalah arah mata angin yang menuju ke
Ka'bah di Makkah Al-Mukarraomah. Posisi kabah berdasarkan GPS adalah:
21 25' 25" lintang utara, 39 49' 39" bujur timur. Para ulama sepakat bahwa
menghadap ke arah qiblat adalah menjadi syarat syahnya sholat.

Secara garis besar arah dibagi menjadi empat, yaitu Utara, Selatan, Timur
dan Barat, akan tetapi untuk daerah di kutub utara maupun kutub selatan
bumi arah hanya ada satu. Ketika kita berada di kutub utara, kita tidak akan
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 30
mendapatkan arah kecuali arah selatan, sehingga kemanapun kita
memandang yang ada hanya arah selatan. Pun juga ketika kita berada di
kutub Selatan, kita tidak akan mendapatkan arah kecuali arah utara,
sehingga kemanapun kita memandang yang ada hanya arah utara. Hal
tersebut adalah konskuensi dari bentuk bumi yang bundar seperti bola
sehingga tidak mempunyai tepi.





Dalam perspektif ilmu falak, yang dimaksud dengan arah adalah arah dengan
jarak terdekat, bukan arah sebaliknya (180). Contoh : kota Jakarta arahnya
adalah sebelah barat kota Surabaya, kita tidak bisa mengatakan bahwa kota
Jakarta adalah sebelah timur kota Surabaya, walaupun jika kita naik pesawat
dari Surabaya ke arah timur mengelilingi dunia ini nantinya juga ketemu kota
Jakarta, akan tetapi yang dimaksud arah adalah arah dengan jarak terdekat.

Secara astronomi Arah Ka'bah yang berada di kota Makkah dapat diketahui
dari tempat manapun di permukaan bumi ini dengan menggunakan ilmu ukur
segitiga bola atau trigonometri bola (spherical trigonometri) yakni ilmu ukur
sudut bidang datar yang diaplikasikan pada permukaan berbentuk bola yaitu
bumi yang kita tempati. Untuk membayangkan arah qiblat, berikut ilustrasi
segitiga bola arah qiblat dalam bola dunia. Lihat gambar 3.0.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 31

Gambar 3.0

Illustrasi arah qiblat di era sekarang bisa dilihat dengan mudah lewat internet
melalui situs-situs yang menyediakannya diantaranya:
http://www.qiblalocator.com/ http://rukyatulhilal.org/qiblalocator/
atau menggunakan Google Earth. Website tersebut diolah berdasarkan data-
data digital dari satelit sehingga arah qiblat, foto lokasi, lintang dan bujur
serta jarak dari Makkah bisa dilihat dengan jelas dalam bentuk foto. Melalui
situs-situs tersebut kesalahan penentukan arah kiblat sebuah masjid bisa
diketahui secara umum tanpa harus faham betul masalah hisab atau falak.

Berikut adalah peta arah kiblat secara global diambil dari program Accurate
Times



Yang unik dari Arah Qiblat : Pada saat kita berada di titik balik ka'bah
(antipodal) yakni koordinat 21 25' 21,035" Lintang Selatan 140 10'
25,714" Bujur Barat, kemanapun kita memandang akan menghadap ke
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 32
ka'bah. Kalau misalnya di tempat tersebut dibangun sebuah masjid maka
tidak lagi diperlukan mihrob karena semua arah dimasjid tersebut
menghadap ke ka'bah dengan jarak yang sama dari ka'bah. Lokasi antipodal
ka'bah tersebut berada di kepulauan Tuamotu 50 km sebelah timur pulau
Tematagi tepat diatas lautan dengan kedalaman yang sangat dalam, jadi
tidak mungkin untuk dibangun sebuah masjid di lokasi tersebut.


PANDANGAN FIQH TENTANG QIBLAT

Dalam kacamata ahli fikih tampaknya terdapat banyak ragam pendapat
dalam memaknai qiblat. Penafsiran yang berbeda tersebut bermula dari
pemahaman kalimat Syatrol masjidil harom yang ada di dalam surat Al-
Baqoroh ayat 144, 149, dan 150. Memahami ayat tersebut secara garis besar
terbagi menjadi 2 pendapat :

1. Memaknai Syatrol masjidil harom merujuk pada bangunan fisik
Kabah (ainul kabah), keberadaan ainul kabah sebagai kiblat bagi
seluruh umat Islam di manapun berada di permukaan bumi
merupakan hal yang mutlak. Pendukung pendapat ini adalah
Syafiiyyah dan Hanabilah.

2. Memaknai Syatrol masjidil harom sebagai jihatul kabah. Pendukung
pendapat ini adalah Hanafiyyah dan Malikyyah. Makna jihatul kabah
dalam perspektif Hanafiyyah dan Malikiyyah memiliki empat variasi
pemaknaan, yaitu al-jaanib, Masjidil Harom, Kota Makkah, dan Tanah
Harom. Oleh karenanya, musholli tidak dikenakan takliif
(pembebanan) untuk menghadap ke ainul kabah dalam hal
pelaksanaan sholat. Adapun dalil Syari yang dijadikannya sebagai
acuan ialah merujuk kepada makna lahir dari pada Syatrol masjidil
harom, disamping pula karena adanya hadits Nabi SAW dan pendapat
dari sejumlah sahabat yang lebih longgar. Disamping itu, mereka
mengajukan fakta empirik di kalangan sahabat yang tidak
mempertanyakan ainul kabah pada saat menerima informasi
perubahan arah kiblat. Adanya mashaqqoh (kesulitan) untuk
menentukan posisi ainul kabah juga turut serta menghiasi
munculnya pemahaman jihatul kabah.

Setelah dilakukan upaya tarjiih dan verifikasi terhadap ragam pandangan
fuqoha, dengan menggunakan pendekatan astronomi (astronomical
approach), maka didapatkan sebuah konklusi yang roojih dan relevan dalam
konteks sekarang, yaitu: makna Syatrol masjidil harom sebagai ainul kabah.

Hal ini dikarenakan adanya pandangan dan argumentasi fuqoha yang
memaknai kata Syatrol masjidil harom sebagai jihatul kabah tidak seirama
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 33
dan relevan dengan kaidah-kaidah astronomis. Disamping itu, jika makna
Syatrol masjidil harom tersebut dinalisa dengan pendekatan historis, maka
didapatkan sebuah konklusi bahwa makna Syatrol masjidil harom tersebut
sesungguhnya merujuk kepada bangunan Kabah, dan bukan Masjidil Harom
karena saat ayat tersebut turun, di sekeliling kabah belum ada Masjidil
Harom dalan arti bangunannya. jadi yang dimaksud Masjidil Harom tidak lain
adalah bangunan Kabah itu sendiri.

POLEMIK ARAH QIBLAT

Meski definisi qiblat telah demikian jelas, namun kosakata arah kiblat telah
menjadi sebuah problem tersendiri dalam ranah Indonesia belakangan ini. Di
tengah maraknya kegiatan pengukuran arah kiblat, baik yang
diselenggarakan petugas Kementerian Agama pusat dan daerah, petugas
Badan Hisab dan Rukyat (BHR) di berbagai daerah serta sejumlah institusi
terkait, terselip berita tentang resahnya masyarakat terkait tingginya jumlah
masjid yang tidak mengarah ke kiblat, yakni sebesar 320.000 dari 800.000
masjid di Indonesia atau setara dengan 40 %. Aktivitas lempeng tektonik
bumi yang mengakibatkan gempa bumi pun dianggap bertanggungjawab
atas terjadinya pergeseran tersebut.

Ramainya pergunjingan pergeseran arah qiblat akibat gempa tersebut
mengakibatkan munculnya Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) No. 3 Tahun
2010 tentang arah qiblat yang sebagian isinya sebagai berikut: (3). Letak
georafis Indonesia yang berada di bagian timur Kabah/Mekkah, maka kiblat
umat Islam Indonesia adalah menghadap kearah barat. MUI
merekomendasikan agar bangunan masjid/mushalla di Indonesia sepanjang
kiblatnya menghadap kearah barat, tidak perlu diubah, dibongkar, dan
sebagainya.

Akibat fatwa tersebut timbul polemik terkait isi fatwa yang mengatakan
bahwa qiblat Indonesia adalah barat, tidak usah serong ke utara maupun
serong ke selatan. Beberapa ormas-ormas Islam serta lembaga-lembaga
yang terkait dengan hisab dan rukyat melakukan protes kepada MUI atas
munculnya fatwa MUI No.3/2010 tersebut. Bahkan IAIN Walisongo Semarang
menghelat seminar nasional arah qiblat dengan judul Menggugat Fatwa MUI
No. 03 / Th. 2010 tentang Arah Kibat

Berdasarkan ilmu topografi kalau qiblat Indonesia adalah menghadap ke
barat, maka bagi wilayah Indonesia yang berada lintang utara, arah qiblatnya
akan menghadap negara Kenya, sedangkan wilayah Indonesia yang berada
di lintang selatan akan mengarah ke Tanzania

Alhamdulillah setelah beberapa kali sharing dengan ormas-ormas Islam dan
lembaga-lembaga yang terkait dengan geografi, dan astronomy akhirnya
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 34
pada tanggal 2 Juli 2010, MUI melakukan revisi terhadap fatwa No. 3/2010
tersebut dengan mengeluarkan fatwa No. 5 Tahun 2010. Di dalam fatwa
Nomor 5/2010 disempurnakan menjadi "Arah kiblat umat Islam Indonesia ke
arah barat laut dengan kemiringan bervariasi sesuai posisi masing-masing
kawasan".

Asumsi bahwa gempa bumi merupakan faktor penyebab berubahnya arah
kiblat di Indonesia tergolong menyesatkan mengingat perubahan sudut
akibat pergerakan kulit Bumi oleh gempa bumi tergolong sangat kecil.
Dengan trigonometri segitiga bola yang mengambil asumsi Bumi berbentuk
bola sempurna dalam kasus gempa Aceh 2004, yang secara teknis
dinamakan gempa megahthrust SumatraAndaman 26 Desember 2004
dengan magnitude 9,15 Mw, memperlihatkan bahwa meski gempa tersebut
menghasilkan perekahan kulit Bumi seluas 1.600 x 200 km2 di zona sumber
gempa, yakni Kepulauan Andaman dan Nicobar serta Pulau Simeulue yang
diikuti dengan pergeseran sejauh 20 m (ratarata) ke arah barat dan barat
daya, namun perubahan sudut arah kiblat yang diakibatkannya sangat kecil.

Dengan mengambil sebuah titik di Pulau Simeulue yang memiliki koordinat 2
34 55,77 LU 95 57 42,85 BT, maka pergeseran sebesar 20 m ke arah
barat daya (azimuth 225) hanya menghasilkan sudut penyimpangan arah
kiblat sebesar 0,374 detik derajat saja. Sudut penyimpangan sekecil ini
tidak signifikan jika harus diukur kembali, mengingat seandainya di tempat
tersebut berdiri sebuah masjid dengan luas 100 x 100 m
2
yang sebelumnya
tepat menghadap ke kiblat, akibat pergeseran tersebut maka garis shof
masjid tersebut hanya perlu digeser 0,18 mm di salah satu ujungnya. Angka
pergeseran ini jauh lebih kecil dibanding batas kemampuan alat ukur yang
selama ini digunakan untuk keperluan konstruksi, theodolite misalnya.

Bila gempa terdahsyat dalam sejarah Indonesia hanya menghasilkan sudut
penyimpangan arah kiblat sedemikian kecil, maka gempagempa lainnya
yang secara magnitude lebih kecil tentu akan menghasilkan sudut
penyimpangan yang jauh lebih kecil pula.


MENGHITUNG ARAH QIBLAT

Untuk menghitung arah qiblat, data-data yang diperlukan hanya dua yaitu
koordinat Kabah dan koordinat lokasi perhitungan (markas). Adapun
koordinat kabah berdasarkan GPS adalah: 21 25' 25" lintang utara, 39 49'
39" bujur timur. Dan untuk data koordinat markas perhitungan bisa
didapatkan dari buku buku geografi, seperti Atlas Indonesia dan Dunia,
Taqwim Standar Indonesia, Tabel Geografis Kota-kota Dunia, atau bisa dilihat
di buku ini halaman 124-130.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 35
Apabila kita kesulitan mencari data lintang dan bujur tersebut, maka kita bisa
mengukurnya dengan bantuan GPS (global position system) alat navigasi
berbasis satelit yang didesain untuk mengkalkulasi lintang dan bujur, serta
ketinggian suatu tempat di permukaan bumi ini. Bagi yang memakai
komputer bisa menggunakan Google Earth. Contoh menggunakan Google
Earth Lihat gambar 3.3


Gambar 3.3
Jika data bujur dan lintang tempat yang akan kita hitung arah qiblatnya
tersebut sudah ditemukan, maka selanjutnya tinggal menghitungnya dengan
rumus sebagai berikut:


Cotan B = Cotan b Sin a - Cos a Cotan c
Sin c
Algoritma :
Sisi a (a) = 90 lintang markas
Sisi b (b) = 90 lintang ka'bah
Sisi c (c) = bujur markas bujur ka'bah

Aq = tan
-1
(1/tan b x sin a/sin c cos ax 1/tan c)
Az = Jika c lebih kecil dari 0 maka Az = 90 + Aq
Jika c lebih besar dari 0 maka Az = 270 + Aq

Contoh perhitungan arah qiblat menggunakan formula Excel dengan markas
perhitungan Masjid Agung Surabaya

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 36
Data kabah : Lintang = 21 25' 25" LU Bujur = 39 49' 39" BT
Data lokasi : Lintang = 7 20' 11,91" LS Bujur = 112 42' 54,47" BT

Kemudian ikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Memasukkan data lintang dan bujur.

a. Masukkan data lintang Kabah kedalam sel C4, D4, dan E4
(C4=derajat, D4=menit, E4=detik).

b. Masukkan data bujur Kabah kedalam sel C5, D5, dan E5
(C5=derajat, D5=menit, E5=detik).

c. Masukkan data lintang markas kedalam sel C6, D6, dan E6
(C6=derajat, D6=menit, E6=detik). Jika lintang markas berada di
sebelah selatan katulistiwa, maka setiap input data lintang
ditambahi dengan "-" (mines), contoh lintang 7 20' 11,91" LS
maka input datanya = -7 -20' -11,91"

d. Masukkan data bujur markas kedalam sel C7, D7, dan E7. Jika
bujur markas berada di sebelah barat kota Greenwich, maka
setiap input data bujur ditambahi dengan "-" (mines).

e. Perlu diketahui bahwa data lintang dan bujur diatas masih dalam
format derajat, ubahlah menjadi desimal, karena di dalam Excel
tidak mengenal pola perhitungan dalam format derajat. Arahkan
pointer kedalam sel F4 untuk merubah data lintang menjadi
desimal dengan formula berikut :
F4=C4+D4/60+E4/3600. = 21,42361111

Lakukan hal yang sama terhadap data bujur Kabah, lintang
tempat serta bujur tempat, sehingga semua data lintang dan
bujur menjadi desimal.

2. Karena fungsi trigonometri menggunakan satuan sudut radian,
bukan derajat, maka dalam setiap penggunaan sin, cos dan tan
supaya mengkalikannya dengan PI()/180. Untuk memudahkannya
maka buatlah range name dari sebuah sel, dimana isi sel tersebut
adalah PI()/180. Arahkan pointer ke sel J4 lalu isi dengan PI()/180,
kemudian klik kanan lalu pilih Name a Range lalu beri nama dengan
dr, lalu klik OK.

3. Menghitung ketiga sisi dari segitiga bola arah qiblat, yakni sisi a, sisi
b, dan sisi c.

a. Sisi a (a) = 90lintang markas. Arahkan pointer ke F9 lalu isi
dengan formula berikut : F9=90-F6 = 97,33664167

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 37
b. Sisi b (a) = 90lintang ka'bah (21,42361111). Arahkan pointer
ke F10 lalu isi dengan formula berikut :
F10=90-21,42361111 = 68,57638889

c. Sisi c (c) = bujur markas bujur ka'bah (39,8275). Arahkan
pointer ke F11 lalu isi dengan formula berikut :
F11=F7-39,8275 =72,88763056

4. Menghitung arah qiblat (Aq) dengan rumus sebagai berikut:
tan
-1
(1/tan b x sin a/sin c cos a x 1/tan c).

Arahkan pointer ke F13 lalu isi dengan formula berikut :
ATAN(1/TAN(F10*dr)*SIN(F9*dr)/SIN(F11*dr)-
COS(F9*dr)*1/TAN(F11*dr))*180/PI() =24,06079055

5. Mengkonversi arah qiblat kedalam azimut (Az). Lihat nilai sisi c (c),
Jika c lebih kecil dari 0 maka Az = 90 + Aq
Jika c lebih besar dari 0 maka Az = 270 + Aq

Arahkan pointer ke F14 lalu isi dengan formula berikut :
=IF(F11<0;F13+90;F13+270) =294,0607905
=294 03' 39

Kesimpulannya azimut arah qiblat Masjid Agung Surabaya adalah
294,0607905 (294 03' 39), yakni 24,0607905 (24 03' 39) dari arah barat
ke utara


MENGHITUNG JARAK ANTAR LOKASI

Untuk mengukur jarak antar tempat di dalam halaman rumah kita, kita bisa
mengukurnya dengan menggunakan meteran, akan tetapi jika yang kita ukur
berskala besar maka mustahil kita mengukurnya dengan meteran. Seperti
menghitung jarak lokasi kita dengan kabah di Makkah Al-Mukaromah. Untuk
mengukur jarak antar lokasi kita bisa menghitungnya dengan bantuan
kalkulator dengan syarat lintang dan bujur lokasi yang akan kita hitung
sudah dketahui. Adapun rumusnya sebagai berikut:

E = - k
M = cos
-1
(sin x sin k + cos x cos k x cos E )
Km = M / 360 x 6,283185307 x 6378,388

Contoh perhitungan jarak antara Ka'bah dengan Masjid Agung Surabaya
koordinat ( : 112 42' 54,47" : -7 20' 11,91" )
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 38
E(F20) = - k
= F7-F5 = 72,88763056

M(F21) = cos
-1
(sin x sink + cos x cosk x cos E)
= ACOS(SIN(F6*dr)*SIN(F4*dr)+COS(F6*dr)
*COS(F4*dr)* COS(F20*dr))*180/PI()
= 76,99536459

Km(F22) = M /360 x 6.283185307 x 6378.388
= F21/360*6,283185307*6378,388
= 8571,422079
km


MENENTUKAN ARAH QIBLAT

Setelah azimut arah qiblat sudah kita ketahui, selanjutnya adalah mengukur
dan menentukannya. Yang dimaksud dengan mengukur dan menentukan
azimut arah qiblat pada dasarnya adalah menentukan arah utara sejati
terlebih dahulu, baru kemudian mengkalibrasikannya ke arah qiblat yang
dimaksud. Ada banyak cara dan metode untuk menentukan arah utara sejati,
mulai dari kompas yang sederhana, tongkat istimewa sampai dengan alat
survey dan navigasi yang berbasis satelit. Berikut ini beberapa cara untuk
menentukan arah qiblat :

1. KOMPAS

Dari beberapa cara untuk menentukan arah utara sejati, kompas adalah
pilihan yang paling mudah dijangkau, khususnya bagi yang berkantong
tipis dan juga mudah pengaplikasiannya bagi yang masih amatiran di
bidang hisab falak. Dari beberapa macam kompas, secara garis besar
dibagi menjadi dua, yang pertama adalah Kompas Magnetik dan yang
kedua adalah Kompas Digital.

A. KOMPAS MAGNETIK.

Ada banyak macam jenis kompas magnetik dijual di pasaran.
Kompas magnetik bekerja berdasarkan pengaruh medan magnet
bumi yang membuat jarum magnet yang terdapat pada kompas
magnetik selalu menunjuk ke arah Utara dan Selatan. Dengan harga
yang murah kita sudah bisa memiliki kompas namun dengan
ketelitian yang rendah pula. Kompas magnetik yang memiliki
ketelitian cukup tinggi harganya cukup mahal diantaranya jenis
Suunto, Ushikata, Marine, Tamaya dan lain lain.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 39

Beberapa model Kompas Magnetik

Pengukuran dengan kompas sangat tidak dianjurkan jika bisa
melakukan pengukuran dengan media yg lainya karena karakter
bangunan sekarang cenderung terbuat dari beton dan lagi banyaknya
medan listrik di sekitar kita, dimana akan sangat mempengaruhi
penunjukan jarum kompas. Kompas magnetik ini mungkin masih
relevan jika digunakan untuk daerah yang karakter bangunannya
terbuat dari kayu dan jauh dari pabrik serta jaringan listrik. Berikut
beberapa kondisi yang mempengaruhi kesalahan penunjukan jarum
kompas

Deviasi Magnetik

Deviasi adalah kesalahan baca jarum kompas yang disebabkan oleh
pengaruh benda-benda logam disekitar kompas, misalnya besi, mesin
atau pengaruh alat-alat elektronik yang mengandung medan magnet
seperti Dinamo Listrik, Handy Talky, dan Handphone, terutama saat
transmit. Deviasi dapat diabaikan bila kita yakin benda-benda
berpengaruh tersebut tidak ada di sekitar kompas.

Variasi Magnetik

Banyak orang yang mengira bahwa ujung jarum kompas
menunjukkan arah utara sejati (True North), padahal tidaklah
demikian. Jarum utara kompas menunjukkan arah utara magnetis
(Magnetic North). Jarum kompas selalu mengikuti arah medan
magnet bumi, karena kompleksnya pengaruh yang ada di permukaan
bumi di setiap tempat, arus magnet bumi tidak selalu menunjukkan
arah utara sebenarnya. Sudut antara utara magnet (Magnetic North)
dengan utara sebenarnya (True North) dinamakan Variasi (Variation
atau Deklinasi Magnetis/Magnetic Declination). Nilai variasi ini selalu
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 40
berbeda disetiap waktu dan tempat. Lokasi magnet di Kutub Utara
selalu bergeser dari masa ke masa.

Kutub utara magnet Bumi pertama kali ditemukan pada tahun 1831
dan ketika diukur kembali pada tahun 1904, ternyata letaknya telah
bergerak sejauh 50 kilometer. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh
The Geological Survey of Canada melaporkan bahwa posisi magnet
ini bergerak kira-kira 40 km per tahun ke arah barat laut.
Untuk mengetahui berapa nilai deklinasi magnetik suatu tempat di
muka bumi ini berikut peta magnetic variation secara global



Untuk lebih detail dalam membaca peta deklinasi tersebut kita bisa
mengunjungi website berikut: http://www.magnetic-declination.com/
Dengan bantuan web tersebut yang telah terintegrasi dengan Google
Earth kita dengan mudah bisa menjelajah permukaan bumi ini
layaknya menggunakan Google Earth, kalau sudah ketemu lokasi
yang kita maksud, tinggal klik akan muncul nilai deklinasinya dalam
format derajat dan menit.

Misalnya kita arahkan kursor ke kota Gresik lalu menuju Masjid
Agung Gresik dengan koordinat 112 36' 50.4 BT, 7 9' 59.6 LS lalu
klik kiri satu kali akan muncul nilai deklinasi 1 19' positive, artinya
arah utara yang ditunjuk kompas adalah 1 19' ke arah timur dari
titik utara sebenarnya.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 41
Alat Bantu Menentukan Qiblat Dengan Kompas Magnetik

Karena kebanyakan ukuran diameter lingkaran kompas magnetik
tidak lebih dari 15 cm, sehingga menyulitkan pembacaan nilai
sudutnya. Untuk memudahkan pembacaan nilai sudut arah qiblat
dibutuhkan alat bantu untuk memudahkan pembacaan sudut
tersebut. Salah satu caranya adalah dengan membuat busur
lingkaran yang agak besar, misalnya 50 cm

Setelah busur besar tersebut
siap berilah benang kira-kira
1.5m yang ujungnya
dikaitkan di tengah-tengah
lingkaran. Tempelkan
kompas magnetik sedekat
mungkin dengan titik utara
busur lingkaran tersebut
dengan lem.

Ketika memasang kompas
ditempatnya usahakan garis
utara-selatan kompas sesuai/
persis dengan garis
utara/selatan busur
lingkaran. Kalibrasikan arah
utara busur besar tersebut
dengan arah utara kompas dengan memutar perlahan-lahan busur
besar sampai benar-benar pas. Kalau arah utara busur sudah
terkalibrasi dengan benar, kita tinggal menarik benang dari tengah
lingkaran kearah yang kita kehendaki. Misalnya arah qiblat Masjid
Agung Gresik 294 02' 49 maka kurangilah nilai azimut arah qiblat
tersebut dengan deklinasi magnetik Masjid Agung Gresik yang
nilainya 1 19', hasilnya = 292 43' 49

B. KOMPAS DIGITAL.

Perkembangan teknologi modern banyak memunculkan alat-alat
yang membantu kita dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
diantaranya kompas digital. Kompas digital bekerja berdasarkan
informasi dari satelit GPS (Global Positioning Sistem) yang diolah
dengan perhitungan yang rumit sehingga menghasilkan data
koordinat dan arah qiblat lokasi dengan presisi. Kini telah banyak
dibuat model kompas dengan menggunakan sistem digital. Bahkan
sekarang, telepon mobile pun sudah banyak yang dilengkapi kompas
digital tersebut.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 42
2. BAYANG BAYANG QIBLAT

A. QIBLAT DAY.

Menggunakan bayangan matahari pada saat Qiblat Day (hari
penentuan arah qiblat),Yaumu Roshdil Qiblah. Atau istilah lain
Istiwaul Adhom. Yakni ketika matahari berada tepat diatas kabah.
Dalam setahun, matahari tepat diatas kabah terjadi dua kali yaitu
pada tanggal 28 Mei pukul 16.18 WIB (12:18 waktu Saudi) dan pada
tanggal 16 Juli pukul 16.27 WIB (12:27 waktu Saudi), kecuali pada
tahun kabisat maka hari penentuan arah qiblat maju satu hari yakni
27 Mei dan 15 Juli. Pada saat itu semua bayangan benda yang berdiri
tegak lurus akan menghadap ke arah kabah.

Seperti kita ketahui bahwa bayangan matahari terpendek bahkan
tidak ada sama sekali adalah ketika posisi matahari berada di titik
zenit, sehingga bagi penduduk Makkah dan sekitaranya, momen
Qiblat Day ini hampir tidak bisa dijadikan patokan untuk mengetahui
arah qiblat.

Pada saat Qiblat Day, matahari benar-benar diatas Kabah sehingga
benda yang berdiri tegak di sekitar Kabah (Makkah) tidak
menimbulkan bayangan sama sekali. Semakin dekat dengan Kabah
semakin sulit menggunakan momen Qiblat Day ini.

Tidak semua wilayah bisa memanfaatkan fonemena Istiwaul Adhom
yang terjadi di kota Makkah ini. Penentuan qiblat pada saat Qiblat
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 43
Day ini hanya bisa digunakan oleh kaum muslimin dari tiga benua
yaitu Asia, Afrika dan Eropa, sementara Amerika dan Australia tidak
bisa memanfaatkan momen ini karena pada saat tersebut di Amerika
matahari belum terbit dan di Australia matahari sudah tenggelam di
ufuk barat. Wilayah Indonesia juga bisa memanfaatkan fonemena ini
kecuali Indonesia bagian timur.

Secara umum negara-negara yang bisa memanfaatkan qiblat day ini
hanya negara yang perbedaan waktunya tidak lebih dari 5 jam
dengan waktu Makkah, atau bujurnya tidak lebih dari 90 dari
Makkah ke barat mupun ke timur. Berikut peta negara-negara yang
bisa menggunakan Yaumu Roshdil Qiblah. Lihat gambar 5.1


Gambar 5.1

Fenomena Istiwa Utama (Istiwaul Adhom) terjadi akibat gerakan
semu matahari yang disebut gerak tahunan matahari (musim).
Matahari terlihat dari bumi mengalami pergeseran 23,5 LU sampai
23,5 LS. Pada saat nilai azimuth matahari sama dengan nilai
azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut
terjadi Istiwa Utama yaitu melintasnya matahari melewati zenith.
Dalam bahasa sederhana Istiwa Utama adalah saat Dhuhur dimana
nilai deklinasi matahari sama dengan lintang tempat.

Dalam bahasa Jawa peristiwa ini disebut dengan Tumbuk. Tumbuk
terjadi di wilayah Jawa juga dua kali. Yang pertama antara tanggal
28 Februari sampai 4 Maret, sedangkan yang kedua antara 9 Oktober
sampai 14 Oktober. Pada saat tumbuk yang kedua matahari sangat
menyengat karena bertepatan pada musim kemarau.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 44
Fenomena Qiblat day (28 Mei dan 16 Juli) hanya bisa disaksikan
separuh dari bumi yang mendapat sinar matahari. Negara-negara
yang pada saat tersebut dalam kondisi malam seperti Amerika
selatan tidak bisa menyaksikannya. Ada dua hari lagi selain di dua
hari tersebut (28 Mei dan 16 Juli) dimana semua bayangan benda
yang berdiri tegak juga akan menghadap ke ka'bah. Yaitu pada
tanggal 28 November 21.09 GMT (04.09 WIB) dan 16 Januari jam
21.29 GMT (04.29 WIB).

Pada saat itu semua bayangan benda yang berdiri tegak akan
menghadap ke arah ka'bah karena saat tersebut matahari tepat
diatas titik balik ka'bah (antipodal) yakni koordinat 21 25' 21,035"
Lintang Selatan 140 10' 25,714" Bujur Barat.

Kalau pada saat Qiblat day (28 Mei dan 16 Juli) yang menghadap
Ka'bah adalah pangkal dari bayangan bendanya akan tetapi pada
saat antipodal yang menghadap ka'bah adalah ujung bayangan
benda tersebut.

Adapun negara-negara yang bisa menyaksikan moment tersebut
meliputi Australia, Amerika Selatan, Kepulauan Hawai, Kepulauan di
laut Pasifik, Indonesia Timur serta Papua Neugini.

Peta negara yang bisa memanfaatkan Qiblat Day pada saat Antipodal
adalah wilayah yang berwarna gelap pada Gambar 5.1.

B. BAYANGAN HARIAN MATAHARI.

Disamping pada saat Qiblat Day, setiap hari kita juga bisa
menentukan arah qiblat berdasarkan bayangan matahari, atau biasa
disebut dengan Bayang-Bayang Qiblat. Bayangan benda yang berdiri
tegak akan menghadap ke arah qiblat ketika pada perjalanannya dari
timur ke barat, matahari bersinggungan dengan azimut qiblat
setempat atau perlawanan azimut qiblat setempat (180).

Pada perjalanan hariannya, matahari berjalan semu dari timur ke
barat dan bergeser dari utara ke selatan dan sebaliknya. Matahari
bergeser ke utara maksimal 23,5 LU, dan kembali ke selatan
maksimal 23,5, LS, sehingga mengakibatkan waktu bertemunya
azimut matahari dengan azimut qiblat setempat berubah setiap
harinya.

Saat deklinasi matahari nilainya plus (antara Maret September)
maka bayang-bayang qiblat terjadi sesudah waktu Dhuhur, jika
deklinasi matahari nilainya mines (antara September Maret) maka
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 45
bayang-bayang qiblat terjadi sebelum dhuhur. Jika bayangan qiblat
terjadi sebelum Dhuhur maka ujung bayangan menghadap qiblat
akan tetapi jika terjadi setelah Dhuhur maka ujung bayangannya
membelakangi qiblat.

Dengan metode bayang-bayang qiblat ini pengukuran arah qiblat
lebih mudah dipraktikkan, bahkan yang baru belajar ilmu hisab
sekalipun dan tingkat ketelitiannya juga lebih presisi dari pada
menggunakan media kompas magnetik.

Berikut gambaran perjalanan semu matahari yang berjalan dari timur
ke barat dan bergeser sedikit demi sedikit dari utara ke selatan dan
sebaliknya. Lihat gambar 6.0.


Gambar 6.0


RUMUS MENGHITUNG BAYANG-BAYANG QIBLAT.

= Lintang tempat = Bujur Tempat
k = Lintang Ka'bah k = Bujur Ka'bah
= Deklinasi matahari e = Equation of
time
Tz = Time zone bwd = Tz x 15
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 46
Sb = tan
-1
(1/(1/ tan Aq x sin ))
BQ = (( cos
-1
(1/ tan x tan x cos Sb)) +
Sb )/ 15 + (12 e - ( - bwd ) /15)

Berikut contoh untuk menghitung bayang-bayang Arah Qiblat dengan
Markas Masjid Agung Surabaya (:11242'54,47" :-720'11,91")
pada tanggal 12 Desember 2009 M. dengan memakai deklinasi dan
equation of time matahari taqribi. Tabel deklinasi dan equation of
time lihat halaman 114 dan 115

k (F26) = 21 25' 25" = 21,42361111
k (F27) = 39 49' 39" = 39,8275
(F29) = -7 20' 11,91" = -7,336641667
(F30) = 112 42' 54,47" = 112,7151306
Tz (F31) = 7
Bwd(F32) = Tz x 15 = 7 x 15 = 105
(F34) = declinasi = -23,06444
e (F35) = equation of time = 0,108523
Sb (F37) = tan
-1
(1/ (1/ tan Aq x sin ))
= ATAN (1/(1 /TAN(F13 *dr)* SIN(F29 * dr)))* 180/PI()
= -74,0395008
BQ (F38) = ((cos
-1
(1/tan x tan x cos Sb))
+ Sb)/15+(12 e -( - Bwd)/15)
= (((ACOS(1/TAN(F29*dr)*TAN(F34*dr)*COS(F37*dr))
*180/PI())+F37)/15+(12-F35- (F30-F32)/15))
= 8,079897828
= 08:04:48 LT

Berdasarkan perhitungan pendekatan diatas, di Masjid Agung
Surabaya pada tanggal 12 Desember 2012, bayang-bayang matahari
menghadap qiblat pada pukul 08:04:48 WIB.


Untuk lebih akuratnya, setelah waktu bayang-bayang diketahui
sebaiknya perhitungan ini diulang kembali dengan deklinasi serta
equation of time menggunakan rumus dengan acuan waktu diatas,
yakni tidak lagi menggunakan deklinasi dan equation of time taqribi.



Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 47
3. THEODOLITE

Cara lain untuk menentukan arah qiblat adalah dengan Theodolite.
Theodolite adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut horisontal
(Horizontal Angle = HA) dan sudut vertikal (Vertical Angle = VA). Alat ini
banyak digunakan sebagai piranti pemetaan pada survey geologi dan
geodesi. Dengan berpedoman pada posisi dan pergerakan benda-benda
langit misalnya matahari sebagai acuan atau dengan bantuan satelit-
satelit GPS maka theodolite akan menjadi alat yang dapat mengetahui
arah secara presisi hingga skala detik busur.

Pada dasarnya alat ini merupakan sebuah teleskop yang ditempatkan
pada sebuah piringan pertama yang berbentuk bulat dan dapat diputar
mengelilingi sumbu vertikal, sehingga bisa membaca sudut horisontal.
Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua yang dapat diputar
mengelilingi sumbu horisontal, sehingga bisa membaca sudut vertikal.
Kedua sudut tersebut, baik vertikal maupun horisontal dapat dibaca
dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.

Setelah theodolite analog kini banyak diproduksi theodolite dengan
menggunakan teknologi digital sehingga pembacaan skala jauh lebih
mudah. Beberapa merk theodolite misalnya Nikon, Topcon, Leica,
Sokkia, dan lain-lainnya.



Theodolite Digital
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 48
Dengan theodolite digital kita bisa mengukur arah qiblat dengan lebih
presisi dari pada dengan media lainnya. Tapi kepresisian pengukuran
menggunakan theodolite ini sangat ditentukan pada saat pointing arah
utara theodolite terhadap titik utara sejati (True North). Pointing arah
utara biasanya menggunakan acuan matahari, dengan membidik
matahari di saat tertentu kemudian menghitung azimutnya, lalu
mengkalibrasikan-nya dengan titik nol/utara theodolite. Walaupun
tingkat presisi theodolite sangat tinggi akan tetapi jika saat pointing
arah utara hanya asal-asalan, akan mengakibatkan penyimpangan yang
tidak diharapkan.

Tingkat ketelitian pengukuran arah qiblat dengan theodolite memang
tidak diragukan lagi akan tetapi disamping pengoperasiannya
membutuh-kan tenaga-tenaga profesional, juga harganya yang
terlampau tinggi untuk kantong pribadi. Harga sebuah theodolite yang
biasa dipakai dalam pengukuran arah qiblat saat ini seperti merk Nikon
NE-102 sekitar Rp.35 juta.



TEKNIS MENENTUKAN ARAH QIBLAT
MENGGUNAKAN BAYANGAN MATAHARI

1. Tentukan lokasi masjid/langgar atau rumah yang akan diukur arah
kiblatnya.

2. Ambil lokasi yang bisa menerima sinar matahari, bisa di dalam masjid
atau di halaman masjid. Yang penting tempat tersebut datar dan bisa
mendapatkan sinar Matahari saat bayangan matahari menghadap ke
arah qiblat.

3. Siapkan jam/arloji yang sudah dicocokkan/dikalibrasi waktunya
secara tepat dengan GPS (global position system) atau melalui
internet http://wwp.greenwichmeantime.com

4. Hitung kapan terjadainya bayang-bayang kiblat berdasarkan tanggal
saat kita akan melakukan pengukuran

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 49
5. 1 meter. Akan lebih bagus jika
menggunakan benang besar yang diberi bandul sehingga benar-
benar tegak vertikal.

6. Tunggu sampai jam menunjukkan bahwa bayangan matahari pada
saat tersebut menghadap ke arah qiblat dan amatilah bayangan
matahari yang tersebut, berilah tanda menggunakan spidol, benang,
penggaris atau alat lain. Maka itulah arah kiblat yang sebenarnya.

Contoh : Kita akan mengukur qiblat menggunakan bayangan matahari pada
tanggal 12 Desember 2012, setelah dihitung pada tanggal tersebut bayangan
matahari menghadap ke arah qiblat pada pukul 08:04:48 WIB. Pasang
benang beserta bandulnya pada tiang penyangga, usahakan benang bandul
tidak bergerak karena terpaan angin, tunggu sampai 08:04:48 WIB ketika
tepat saat tersebut tandailah bayangan matahari tersebut dengan spidol
maupun penggaris. Maka itulah arah kiblat yang sebenarnya.




Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 50
BAB IV
DEKLINASI, EQUATION OF TIME DAN
SEMI DIAMETER MATAHARI


Semua perhitungan yang berkenaan dengan matahari tidak bisa lepas dari
apa yang disebut dengan Deklinasi matahari, Equation of time maupun Semi
diameter matahari. Termasuk juga dalam menghitung awal masuknya waktu
sholat. Karena pentingnya Deklinasi matahari, Equation of time dan Semi
diameter matahari, maka sebelum kita memasuki materi-materi hisab yang
berkenaan dengan matahari, terlebih dahulu kita perlu membahas apa yang
disebut dengan Deklinasi matahari, Equation of time maupun Semi diameter
matahari itu, juga cara perhitungannya.

DEKLINASI MATAHARI : Declination of the Sun, atau biasa disebut Mailusy
Syamsi ( ) adalah jarak matahari dari Equator. Nilai deklinasi plus
(+) jika matahari di utara Equator dan mines (-) jika di selatan Equator. Pada
tanggal 21 Juni matahari berada paling jauh di utara equator dengan harga
deklinasi 23 27' dan pada tanggal 22 Desember matahari berada paling jauh
di selatan equator dengan nilai deklinasi -23 27'. Pada tanggal 21 Maret dan
23 September matahari berada persis di equator dengan harga deklinasi 0.
Di dalam rumus-rumus hisab, deklinasi ini biasa disebut dengan symbol
(delta)

EQUATION OF TIME : Daqiuqut Tafawwut, Tadiluz Zaman, Tadilul Waqti,
atau perata waktu, adalah selisih antara waktu kulminasi matahari hakiki
dengan waktu kulminasi rata-rata matahari. Pada saat posisi bumi berada di
posisi terdekat dengan matahari, pergerakannya pada lingkaran ekliptika
berlangsung lebih cepat daripada ketika posisi bumi jauh dari matahari.
Akibatnya saat kulminasi matahari setiap hari selalu berubah, kadang persis
jam 12:00, kadang kurang dan kadang lebih. Kelebihan dan kekurangannya
dari pukul 12:00 inilah yang disebut dengan equation of time. Di dalam
rumus-rumus hisab, equation of time ini biasa disebut dengan simbol e
(huruf e kecil).

SEMI DIAMETER MATAHARI : Nisfu Qothris Syamsi adalah lebar separo
piringan matahari, biasanya diperlukan dalam menghitung waktu maghrib
dan terbit. Diameter matahari 32' jadi nilai separo lingkaran matahari
adalah 16' . Di dalam rumus-rumus hisab, Semi Diameter Matahari ini bisa
disebut dengan symbol sd

Untuk menghitung waktu sholat sebenarnya deklinasi taqribi seperti di
halaman 48-50 sudahlah cukup akan tetapi untuk akurasi yang lebih tinggi,
tentu tidak dianjurkan, seperti untuk menghitung azimut dan altitude
matahari.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 51
RUMUS DEKLINASI, EQUATION OF TIME
DAN SEMI DIAMETER MATAHARI

Langkah pertama untuk mendapatkan deklinasi, equation of time serta semi
diameter matahari adalah menghitung JD (Julian Date) dari tanggal yang
dimaksud kemudian menghitung harokat-harokat matahari dengan cara
sebagai berikut :

1. Tentukan jam(Jm), menit dan detik dengan format jam (00:00:00 / 00
00' 00") dalam waktu gmt
2. Tentukan tanggal(D), bulan(M) dan tahun(Y) yang dimaksud
3. Jika yang dihitung bulan Januari(1) atau Februari(2) maka harga bulan
ditambah 12 dan harga tahun(Y) dikurangi 1. misal 17 Februari 2007
maka D=17, M=14 dan Y=2006

Misalnya menghitung deklinasi, equation of time serta semi diameter
matahari pada tanggal 9 Januari 2010 pukul 17:42:21 WIB.

Contoh : lihat file CONTOH FORMULA HISAB sheet Deklinasi

TZ (F6) = 7 time zone
D (F8) = 9 tanggal

M (F9) = 1 bulan masehi
Y (F10) = 2010 tahun masehi

Kemudian rubahlah tanggal, bulan dan tahun tersebut kedalam waktu GMT /
universal date dengan menggunakan fungsi date

F13 = DATE(F10;F9;F8) + (F11-F6/24) = 9/1/2010
F14 = DAY(F13) = 9
F15 = MONTH(F13) = 1
F16 = YEAR(F13) = 2010
F17 = MOD(F13;1) universal time = 10:42:21

Jika bulan lebih kecil dari 3 maka bulan ditambah 12 dan tahun dikurangi 1

M (F19) = IF(F15<3;F15+12;F15) = 13
Y (F20) = IF(F15<3;F16-1;F16) = 2009

B (F21) = 2-INT(Y/100)+INT(INT(Y/100)/4)
= 2-INT(F20/100)+INT(INT(F20/100)/4) = -13
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 52
JD (F22) = INT(365,25 x(Y + 4716))+INT(30,6001
x(M+1))+ D +(UT) + B - 1524,5
= INT(365,25 *(F20 + 4716))+INT(30,6001
*(F19 + 1))+F14+(F17) + F21 - 1524,5
= 2455205,946
T (F23) = (JD - 2451545) / 36525
= (F22 - 2451545) / 36525 = 0,100231241

S (F25) = Frac((280,46645+36000,76983 x T)
/360)x 360
= MOD((280,46645 + 36000,76983 * F23)/360;1)*360
= 288,8682859

M (F26) = Frac((357,5291+35999,0503 x T)
/360)x 360
= MOD((357,5291 + 35999,0503 * F23)/360;1)*360 6
= 5,758585271

N (F27) = Frac((125,04 - 1934,136 x T)/360)*360
= MOD((125,04 - 1934,136 * F23) /360;1)*360
= 291,1791485

S = Wasat Syams M = Khoshoh Syams N = Uqdh Syams

Kemudian menghitung beberapa koreksi

Kr 1 (F29) =(17,264/3600)x SIN N+(0,206/3600)xSIN(2xN)
= (17,264 /3600)* SIN(F27* Dr)
+(0,206 /3600) * SIN(2 *F27* Dr) = -0,004510196
Kr 2 (F30) = (-1,264/3600)x SIN(2 x S)
= (-1,264 / 3600) * SIN(2 * F25* Dr) = 0,000214891
Kr 3 (F31) = (9,23/3600)x COS N -(0,09/3600)x COS(2 x N)
= (9,23 /3600)* COS(F27* Dr)
- (0,09/3600) * COS(2 * F27* Dr) = 0,000944769
Kr 4 (F32) = 0,548/3600) x COS(2 x S)
= (0,548 / 3600) * COS(2 * F25* Dr) = -0,000120382

Q' (F34) = 23,43929111 + Kr3 + Kr4 -(46,815/3600)x T
= 23,43929111+F31+F32-(46,815/3600)*F23
= 23,43881207
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 53
E (F35) = (6898,06/3600)x SIN M +(72,095/3600)
x SIN(2x M)+(0,966/3600)x SIN(3 x M)
= (6898,06/3600)*SIN(F26* Dr)+(72,095 /3600)
*SIN(2*F26*Dr)+(0,966 /3600) * SIN(3 *F26* Dr)
= 0,196336984

S' (F36) = S + E + Kr1 + Kr2 - (20,47/3600)
= F25 + F35 + F29 +F30 -(20,47/3600)
= 289,0546415

Q' = Mail Kulli/Obloquity E = Ta'dilus Syams S' = Thulus Syams

(F37) = sin
-1
(S' x SIN Q')
= ASIN(SIN(F36*Dr)*SIN(F34*Dr))*180/PI()
= -22,08457203
PT = tan
-1
(tan S' x cos Q')
Jika S' antara 0-90 maka PT = PT
Jika S' antara 90-270 maka PT = PT + 180
Jika S' antara 270-360 maka PT = PT + 360

PT (F39) = ATAN(TAN(F36*Dr)*COS(F34*Dr))*180/PI() = -69,37075219
Pt b (F40) = IF(AND(F36 >= 0; F36<= 90);F39;0) = 0
Pt c (F41) = IF(AND(F36 >=90; F36<= 270);F39+180;0) = 0
Pt d (F42) = IF(AND(F36 >=270; F36<=360);F39+360;0) = 290,6292478
PT(F43) = SUM(F40:F42) = 290,6292478

Jika Wasat Syam(S) dikurangi PT >5 maka PT + 360

PT (F44) = IF(ABS(F25-F43)>5;F43+360;F43) = 290,6292478

e (F45) = (S PT2)/15
= (F44)= (F25 -F43) / 15 = -0,117397461
sd (F46) = 0,267/(1- 0,017 x COS M)
= 0,267 /(1 - 0,017 * COS(F26* Dr)) = 0,271593794

Kesimpulan dari perhitungan tersebut sebagai berikut :

Deklinasi = -22,08457203 = -22 05' 04
Equation of time = -0,117397461 = -00 07' 03
Semi diameter = 0,271593794 = 00 16' 18

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 54
BAB V
WAKTU SHOLAT



Betapa pentingnya sholat, sehingga di dalam rukun Islam, Sholat menempati
urutan yang kedua setelah Syahadat. Sholat adalah tiang agama
sebagaimana hadits nabi SAW.

[ ) (

21618 ]

Dari sahabat Umar beliau berkata : Seorang laki-laki mendatangi
Rosululooh SAW dan bertanya "Sesuatu apakah yang lebih dicintai
Alloh di dalam Islam?". Maka Rosululloh SAW menjawab "Yaitu
melaksanakan sholat pada waktunya, barangsiapa meninggalkan sholat
maka sama dengan tidak beragama, Sholat adalah tiang agama"
(Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi)

Ibadah sholat adalah ibadah yang telah ditentukan waktunya. Dan Alloh telah
menentukan waktu-waktu baginya. Firman Alloh di dalam Al-Quran :

(

103 )

Artinya : Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman. (An-Nisa 103)

Untuk mengetahui masuknya waktu sholat tersebut Alloh telah mengutus
malaikat Jibril untuk memberi arahan kepada Rosululloh SAW tentang waktu-
waktunya sholat tersebut dengan acuan matahari dan fenomena cahaya
langit yang notabene juga disebabkan oleh pancaran sinar matahari. Jadi
sebenarnya petunjuk awal untuk mengetahui masuknya awal waktu sholat
adalah dengan melihat(rukyat) matahari.

Untuk memudahkan kita dalam mengetahui awal masuknya waktu sholat,
kita bisa menggunakan perhitungan hisab, sehingga tidak harus melihat
matahari setiap kali kita akan melaksanakan sholat. Akan tetapi sebelum kita
menghitung awal masuknya waktu sholat, terlebih dahulu kita harus
mengetahui kriteria-kriteria masuknya waktu sholat yang telah digariskan
oleh Alloh SWT.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 55

Yang dimaksud waktu sholat dalam pengertian hisab ialah awal masuknya
waktu sholat. Waktu sholat habis ketika datang waktu sholat berikutnya,
kecuali waktu sholat Shubuh yang berakhir ketika munculnya matahari di
ufuk timur. Waktu sholat ditentukan berdasarkan posisi matahari diukur dari
suatu tempat di muka bumi. Menghitung waktu sholat pada hakekatnya
adalah menghitung posisi matahari sesuai dengan yang kriteria yang
ditentukan.


WAKTU SHOLAT DI DALAM AL-QUR'AN DAN SUNNAH

Sholat disyariatkan di dalam Islam pada bulan Rojab tahun ke-11
kenabian, saat Rosululloh di-Isro dan Mirojkan ke sidrotil muntaha.
Sholat diwajibkan bagi umat Islam dalam sehari semalam sebanyak lima
(5) kali, yaitu Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya.

17 - 18 )

Artinya : Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di
petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nyalah
segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada
petang hari dan di waktu kamu berada di waktu zuhur.(Ar-Ruum 17-
18)

Firman Alloh didalam Al-Quran :

45 )

Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu,
bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang;
dan kalau dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-
bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas
bayang-bayang itu,(AL-Furqon 45)

( 114 )

Artinya : Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi
dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 56
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-
orang yang ingat. (Hud 114)

78 )

Artinya : Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai
gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat) (Al-Isro 78).

130 )

Artinya : Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan
sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di
malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa
senang. (Thooha 130)

Dari beberapa ayat Al-Quran yang menerangkan kriteria-kriteria awal waktu
sholat diatas kurang detail sehingga menimbulkan multi tafsir. Untuk
memperkuat ayat Al-Quran diatas, berikut sebagian hadits yang secara rinci
dan detail menerangkan waktu-waktu sholat.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 57



Artinya : Dari Jabir bin Abdulloh, Bahwasanya Jibril datang kepada
Nabi SAW, lalu berkata kepadanya : Bangunlah dan bershalatlah, maka
Nabi pun melakukan shalat Dhuhur pada saat matahari telah
tergelincir. Kemudian datang pula Jibril kepada Nabi pada waktu
Ashar, lalu berkata : bangunlah dan bershalatlah, maka Nabi
melakukan shalat Ashar pada saat bayangan matahari sama dengan
panjang bendanya. Kemudian Jibril datang pula kepada Nabi waktu
Maghrib, lalu berkata : Bangunlah dan bershalatlah, maka Nabi
melakukan shalat Maghrib, pada saat matahari telah terbenam.
Kemudian Jibril datang lagi pada waktu Isya serta berkata :
Bangunlah dan bershalatlah, maka Nabi melakukan shalat Isya, pada
saat mega merah telah hilang. Kemudian datang pula Jibril pada
waktu Subuh, lalu berkata : Bangunlah dan bershalatlah, maka Nabi
melakukan shalat Subuh pada saat fajar shadiq telah terbit. Pada
keesokan harinya Jibril datang lagi untuk waktu Dhuhur, Jibril berkata
: Bangunlah dan bershalatlah, maka Nabi melakukan shalat Dhuhur
pada saat bayangan matahari yang berdiri telah menjadi panjang.
Kemudian Jibril datang lagi pada waktu Ashar pada saat bayangan
matahari dua kali sepanjang dirinya. Kemudian datang lagi Jibril pada
waktu Maghrib pada saat waktu beliau datang kemarin juga. Kemudian
datang lagi Jibril pada waktu Isya, diketika telah berlalu separuh
malam, atau sepertiga malam, maka Nabi pun melakukan shalat Isya,
Kemudian datang lagi Jibril diwaktu telah terbit fajar shadiq, lalu
berkata : Bangunlah dan bershalatlah Subuh, sesudah itu Jibril
berkata : Waktu-waktu di antara kedua waktu ini, itulah waktu shalat.

WAKTU SHOLAT MENURUT FUQOHA'

Berdasarkan ayat-ayat dan hadits yang sebagian dikutip diatas dapat
disimpulkan bahwa parameter-parameter yang digunakan untuk menentukan
waktu sholat adalah dengan matahari. Akhirnya disimpulkan oleh para
ulama Madzahibul Arbaah bahwa awal waktu sholat fardlu ( 5 waktu ) dan
sholat sunnah sebagai berikut :

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 58
1. DHUHUR : dimulai ketika tergelincirnya matahari dari tengah
langit(istiwa) ke arah barat ditandai dengan terbentuknya bayangan
suatu benda sesaat setelah posisi matahari di tengah langit, atau
bertambah panjangnya bayangan suatu benda, sesaat setelah posisi
matahari di tengah langit dan waktu Dhuhur berakhir ketika masuk
waktu Ashar. Yang dimaksud tengah langit bukanlah zenit, akan tetapi
tengah-tengah langit diukur dari ufuk timur dan barat.

Pada waktu zawal, yakni ketika matahari melewati garis zawal/istiwa
(garis langit yang menghubungkan utara dan selatan) ada tiga
kemungkinan arah bayangan benda yang berdiri tegak.

a. Pertama : arah bayangan berada di utara benda tersebut, yaitu
ketika matahari melintasi zawal, posisinya berada di belahan
langit selatan, azimuth 180.
b. Kedua : arah bayangan berada di selatan benda tersebut, yaitu
ketika matahari melintasi zawal, posisinya berada di belahan
langit utara, azimuth 0/360.
c. Ketiga : tidak ada bayangan sama sekali, yaitu ketika matahari
melintasi zawal, posisinya tepat berada di atas zenit yakni posisi
matahari berada pada sudut 90 diukur dari ufuk. Di wilayah
pulau Jawa fonemena ini hanya terjadi 2 kali di dalam setahun.
Yang pertama antara tanggal 28 Februari sampai 4 Maret,
sedangkan yang kedua antara 9 Oktober sampai 14 Oktober, di
dalam bahasa Jawa, fonemena ini disebut dengan Tumbuk

Pada saat kondisi pertama dan kedua, bayangan suatu benda sudah
ada pada saat zawal, sehingga masuknya waktu dhuhur adalah
bertambah panjangnya bayangan suatu benda tersebut sesaat setelah
zawal.

Pada kondisi ketiga, pada saat zawal, suatu benda yang berdiri tegak
tidak menimbulkan bayangan sedikitpun, sehingga masuknya waktu
Dhuhur adalah ketika terbentuknya/munculnya bayangan suatu benda
sesaat setelah istiwa/zawal.

Panjang bayangan saat datangnya waktu Dhuhur ini akan berpengaruh
pula pada penentuan waktu Ashar.

2. ASHAR : dimulai ketika panjang bayangan suatu benda, sama dengan
panjang benda tersebut dan berakhir ketika masuk waktu Maghrib.
Terkecuali pendapat Imam Abu Hanifah, bahwa masuknya waktu Ahsar
ialah ketika panjang bayangan suatu benda dua kali dari panjang
bendanya.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 59
Dalam perhitungan waktu Ashar panjang bayangan pada waktu Dhuhur
yang merupakan panjang bayangan minimum perlu diperhitungkan,
karena suatu saat mungkin panjang bayangan saat Dhuhur itu lebih
panjang dari tinggi benda itu sendiri. Seperti di daerah Madinah yang
lintangnya 24 28, pada bulan akhir bulan Desember deklinasi
matahari -23 sehingga pada saat Dhuhur sudut matahari sudah
mencapai 47 lebih, dan tentunya pada saat Dhuhur, panjang
bayangan suatu benda sudah melebihi panjang benda itu sendiri.
Sehingga waktu Ashar adalah ketika panjang bayangan sebuah benda
sama dengan panjang benda tersebut ditambah panjang bayangan
waktu Dhuhur

Adapun akhir waktu Ashar para ulama berbeda pendapat. Yaitu sampai
matahari menguning atau memerah sebagaimana hadits Abdullah bin
Amr dan juga hadits Abu Musa RA :


:

....

Bahwasannya Nabi SAW pernah melaksanakan sholat Ashar pada hari
pertama yang saat itu matahari masih tinggi. Dan pada hari kedua,
beliau mengakhirkan shalat Ashar hingga ada yang berkata : Matahari
telah berwarna kemerah-merahan. [Diriwayatkan oleh Muslim, Abu
Dawud dan An-Nasai].
Inilah pendapat Ahmad, Abu Tsaur, dan satu riwayat dari Malik.

Adapun waktu daruratnya sampai matahari terbenam. Hal ini
didasarkan hadits Abu Hurairah RA bahwasannya Nabi SAW bersabda :


.

Barangsiapa yang mendapatkan satu rakaat shalat Shubuh sebelum
matahari terbit, maka ia telah mendapatkan shalat Shubuh. Dan
barangsiapa mendapatkan satu rakaat shalat Ashar sebelum matahari
terbenam, maka ia telah mendapatkan

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 60
3. MAGHRIB : dimulai ketika terbenamnya semua piringan matahari di
ufuq barat yakni tenggelamnya piringan atas matahari di ufuk barat.
Waktu Maghrib berakhir ketika masuk waktu Isya

4. ISYA : dimulai ketika hilangnya cahaya merah yang disebabkan
terbenamnya matahari dari cakrawala dan berakhir ketika masuk waktu
Shubuh. Menurut asumsi ahli hisab kita posisi matahari pada saat itu
sekitar -18 dari ufuq barat, sebagian pendapat lainnya berkisar -15
sampai -17.5. sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, ketika
hilangnya cahaya putih yakni ketinggian matahari sekitar -19

5. SHUBUH : dimulai ketika munculnya Fajar Shodiq, yaitu cahaya
keputih-putihan yang menyebar di ufuq timur. Menurut ahli hisab posisi
matahari pada saat itu sekitar -20 dari ufuq timur, sebagian pendapat
lainnya berkisar -15 sampai -19.5, munculnya fajar shodiq ditandai
dengan mulai pudarnya cahaya bintang. Firman Alloh di dalam al-
Qur'an

( 49 )

Artinya : dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam
hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar) (Ath-
Thuur 49).

<> Waktu terbenam/pudarnya cahaya bintang

Waktu Shubuh berakhir ketika piringan atas matahari muncul di ufuq
timur.
6. DLUHA : dimulai ketika ketinggian matahari sekitar satu tombak yakni
7 dziro, dalam bahasa ahli hisab kita ketinggian matahari tersebut
sekitar 4 30. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah ketinggian
matahari sekitar dua tombak atau dalam ukuran ahli hisab 9. Waktu
Dluha berakhir ketika matahari tergelincir.

7. IDUL FIHTRI & IDUL ADHA : Waktu sholat Idul Fitri & Idul Adha
menurut imam SyafiI dimulai ketika terbitnya matahari dari ufuk timur
dan utamanya adalah pada saat masuknya waktu Dhuha dan berakhir
pada saat zawal. Sementara menurut imam, Maliki, Hanafi dan Hambali
masuknya waktu sholat Id adalah masuknya waktu Dhuha sampai
zawal.

8. NISFUL LAIL : Nisful Lail (separuh malam) adalah waktu yang hampir
terabaikan oleh ahli hisab ketika membuat jadwal sholat, padahal
waktu ini sangat erat kaitannya dengan awal waktu sholat malam serta
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 61
masuknya waktu Bermalam di Muzdalifah, Melempar Jumroh dan
Mencukur rambut di dalam manasik haji.

Ada sebagian kalangan yang menghitung nisful lail ini dengan acuan
jam 12 malam istiwak, akan tetapi definisi tersebut tidak benar
menurut syar'I. Yang dimaksud malam dalam ranah fiqh adalah waktu
yang dihitung dari waktu maghrib sampai shubuh, tidak Maghrib
sampai Terbit matahari. Jadi Nisful Lail adalah tengah-tengah antara
Maghrib-Shubuh. Misalnya tanggal 17 Nopember 2007 untuk wilayah
Gresik, waktu Mahgrib = 17:29 WIB shubuh = 3:39 WIB. Maka nisful
lail = 22:33:30 WIB / 23:19:18 Istiwak.



Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 62
IKHTIYAT

Yang dimaksud ikhtiyat adalah penambahan atau pengurangan beberapa
menit dari hasil perhitungan. Untuk awal masuknya waktu sholat
ditambahkan sedangkan batas akhir waktu sholat dikurangkan, seperti terbit
matahari maka dikurangi. Tujuan ikhtiyat ialah untuk mengantisipasi apabila
ada kesalahan dalam perhitungan. Nilai ikhtiyat berkisar antara 1-4 menit.
Tetapi karena semakin presisinya perhitungan hisab saat ini maka dianjurkan
untuk menggunakan ikhtiyat tidak lebih dari 2 menit kecuali waktu Dhuhur 4
menit.

WAKTU IMSAK

Disamping waktu ikhtiyat, khusus dalam hal ibadah puasa terdapat
ketentuan (walaupun tidak wajib) waktu yang disebut Imsak. Yaitu jeda
waktu sebelum masuknya waktu Shubuh berkisar sekitar 10 sampai 15
menit, untuk kehati-hatian.

Jeda waktu tersebut tidaklah bertentangan dengan sunnahnya mengakhirkan
sahur sebagaimana banyak diriwayatkan dalam hadits dan tersirat dalam Al-
Quran

) (


Dari Abu Dzar beliau berkata : Bersabda Rosululooh SAW.
Ummatku akan selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan
berbuka puasa dan mengakhirkan sahur (Musnad Imam Achmad)

( 187 )

"Dan makan minumlah kamu hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, Yaitu fajar. " (QS. Al-Baqarah: 187)

Tanda-tanda waktu Shubuh adalah yang paling sulit diamati diantara tanda-
tanda waktu sholat lainnya, karena itu untuk menghindari batalnya puasa
karena keterbatasan kita dalam mengobservasi fenomena alam yang
berkaitan dengan masuknya waktu Shubuh maka seyogyanya di beri batasan
Imsak untuk hati-hati.
Di dalam sebuah hadits diriwayatkan :

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 63


Dari Zaid bin Tsabit, berkata : Kami sahur bersama Rosululloh
SAW. Kemudian kami mununaikan sholat Shubuh, dan waktu antara
sahur dengan sholat sekitar 50 ayat (membaca Al-Quran 50 ayat).

Disimpulkan oleh ahli hisab bahwa jeda bacaan 50 ayat antara sahurnya
Rosululloh dan waktu Shubuh tersebut sekitar 10 sampai 15 menit.


HISAB AWAL WAKTU SHOLAT

Untuk menghitung awal waktu sholat data-data yang dibutuhkan sebagai
berikut

1. Tanggal, Bulan dan Tahun masehi
2. Lintang, Bujur, Time Zone dan ketinggian lokasi.
3. Tabel deklinasi matahari dan equation of time

Lintang : Lintang tempat / Ardlul Balad ( ) atau Latitude
dengan symbol . Yaitu tempat yang diukur dari khatulistiwa kearah
utara dan selatan, berkisar 0 sampai 90. Jika posisinya berada di
utara khatulistiwa maka disebut Lintang Utara (LU) dan ditandai
dengan (+). Sedangkan jika posisinya berada di selatan khatulistiwa
maka disebut Lintang Selatan (LS) dan diberi ta ditandai dengan (-).

Bujur : Bujur tempat / Thulul Balad ( ), Meridian atau
Longitude dengan symbol (lamda). Yaitu tempat yang diukur dari
kota Greenwich London Inggris (terletak 97 km /20 mil ke arah
tenggara dari kota London) kearah timur dan barat, berkisar 0
sampai 180. Jika posisinya berada di sebelah timur kota Greenwich
maka disebut Bujur Timur (BT) dan ditandai dengan (+). Sedangkan
jika posisinya berada sebelah barat kota Greenwich maka disebut
Bujur Barat (BB) dan ditandai dengan (-)

Time Zone : Zona tempat / Farqus Sa'ah ( ) Adalah
pembagian waktu secara politik diukur dari kota Greenwich sebagai
patokan jam 00:00. Jika di sebelah timurnya ditandai dengan (+).
Secara umum time zone dibagi dalam setiap 15 yakni per 1 jam,
akan tetapi ada sebagian wilayah yang hanya 7.5 yakni Jam.
Waktu di Indonesia dibagi menjadi 3 zone. Waktu Indonesia Barat
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 64
(WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan Waktu Indonesia Timur
(WIT).

Waktu Indonesia Barat meliputi Sumatera, Jawa Kalimantan Barat
dan Kalimantan Tengah. Waktu Indonesia Tengah meliputi Bali,
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusa
Tenggara. Waktu Indonesia Timur meliputi Maluku, Papua dan Papua
Barat.

Waktu sholat yang pertama kali dihitung adalah awal waktu sholat Dhuhur
karena waktu sholat inilah yang menjadi patokan untuk menghitung awal
waktu sholat lainnya.

Sebagaimana diketahui bahwa awal waktu Dhuhur adalah mulai
tergelincirnya matahari dari garis istiwak sedangkan waktu matahari berada
di garis istiwak/posisi matahari tepat di atas langit yang membelah timur dan
barat adalah jam 12:00 waktu istiwak. Untuk menkonversinya menjadi waktu
daerah/Local Time maka waktu istiwak (12:00) tersebut dikurangi tafawut
yakni selisih waktu istiwak dengan waktu daerah.

Sebagai contoh kita menghitung waktu sholat dengan markas Surabaya,
lintang -7 15, bujur 112 45 dengan ketinggian tempat 10 meter, pada
tanggal 12 Desember 2012. Contoh perhitungan di bawah ini menggunakan
Microsoft Excel 2007.

Tentukan lintang dan bujurnya serta time zone dan tinggi tempat.

Lintang (F5)= -7,25
Bujur (F6)= 112,75
Time zone (F7)= 7
T tempat (F8)= 10 meter
Dip (F9)= 1,76/60*SQRT(F8) = 0,092760145

Dip : Kerendahan ufuk yang disebabkan tingginya tempat. Semakin tinggi
tempat menyebabkan semakin rendahnya ufuq. Yakni pada saat maghrib
ketika kita berada di ketinggian 0 matahari terlihat sudah terbenam akan
tetapi jika kita naik ke atas dengan ketinggian tertentu maka matahari masih
terlihat diatas ufuk. Dip = (1.76 / 60 ) x tinggi tempat

Kemudian ambil nilai deklinasi, equation of time serta semi diameter
matahari yang ada di halaman 114, 115 dan 116.
Deklinasi (F11) = -23,0644
e (F12) = 0,108523
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 65
s.d (F13) = 0,271266

Lalu tentukan tinggi matahari pada waktu-waktu sholat yang akan dihitung.
Dan tentukan bayangan waktu Ashar, satu kali panjang bayangan atau dua
kali panjang bayangan kalau mengikuti Imam Abu Chanifah.

By Ashar (F15) = 1
H Mag & S (F16) = -( s.d +(34,5/60)+ Dip)-0,0024
= -(F13+(34,5/60)+F9)-0,0024 = -0,941426145

H Isya' (F17) = -18
H Shubuh (F18) = -20
Imsak (F19) = 10 menit
Ha Dhuha (F20) = 4,5

F (F22) = -tan lintang x tan
= -TAN(F5*Dr)* TAN(F11*Dr)
= -0,054168851

G (F23) = cos lintang x cos
= COS(F5*Dr)*COS(F11*Dr)
= 0,912709127

WAKTU DHUHUR

Dz (istiwak) = 12
Dz (F25) = 12 e + (( tz x 15 ) - bujur )/15
= 12 F12 +((F7*15)-F6)/15
= 11,37481033 = 11:22:29

Hasil Dz ini selanjutnya akan dipergunakan untuk menghitung waktu sholat
lainnya. Dalam mengambil hasil Dz yang akan diinputkan ke waktu sholat
yang lainnya, maka apabila Dz yang digunakan adalah Dz istiwak maka
waktu sholat tersebut adalah waktu istiwak dan jika Dz yang diambil adalah
Dz LT maka waktu sholat tersebut adalah waktu local time yakni waktu
daerah seperti WIB, WITA dan WIT.


Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 66
WAKTU ASHAR

Ha (F26) = tan
-1
(1/(TAN(ABS(Lintang-))+ By Ashar))
= ATAN(1/(TAN(ABS(F5-F11)*Dr)+F15))*180/PI()
= 38,33029293

As (F27) = Dz + cos
-1
( F + sin Ha / G )/15
= F25+ACOS(F22+ SIN((F26)*Dr)/F23)*180/PI()/15
= 14,82383282 = 14:49:26

WAKTU MAGHRIB

Mg (F28) = Dz + cos
-1
(F + sin H Mag /G)/15
= F25+ACOS(F22+ SIN((F16) * Dr) /F23)*180/PI()/15
= 17,65072111 = 17:39:03

WAKTU ISYA

Isy (F29) = Dz + cos
-1
( F + sin H Isya' /G) /15
= F25+ACOS(F22+ SIN((F17) * Dr) /F23) *180/PI()/15
= 18,91648361 = 18:54:59

WAKTU SHUBUH

Sb (F30) = Dz - cos
-1
( F + sin H Shubuh /G) /15
= F25-ACOS(F22+ SIN((F18)* Dr) /F23) *180/PI()/15
= 3,681627394 = 03:40:54

WAKTU THULUK / SYURUQ/TERBIT

Srq (F32) = Dz - cos
-1
( F + sin H Mag /G)/15
= F25-ACOS(F22+ SIN((F16)* Dr) /F23) *180/PI()/15
= 5,098899552 = 05:05:56

WAKTU DLUHA

Dh (F33) = Dz - cos
-1
( F + sin Ha Dhuha/G)/15
= F25-ACOS(F22+ SIN((F20) *Dr) /F23) *180/PI()/15
= 5,496275008 = 05:29:47

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 67
NISFUL LAIL

nL (F34) = Mg + ((24 + Sb) Mg) / 2
= F28+((24+F30)-F28)/2 = 22,66617425
= 22:39:59

Waktu-waktu tersebut diatas belum ditambah ihtiyat, yakni toleransi waktu
untuk hati-hati. Untuk mengantisipasi apabila ada kesalahan dalam
perhitungan, dianjurkan untuk menambah waktu diatas dengan 1 menit atau
2 menit, kecuali terbit maka supaya dikurangi 1 menit atau 2 menit.

Khusus untuk ihtiyat waktu Dzuhur supaya ditambah 4 menit (1 derajat),
karena bayangan matahari pada waktu Dzuhur adalah bayangan paling
pendek diantara waktu sholat yang lainnya sehingga kalau hanya ditambah 1
atau 2 menit maka akan sangat sulit membedakannya dengan waktu zawal.


TAFAWWUT

Tafawwut adalah selisih waktu Istiwak Zawaliyah dengan waktu lokal (local
time). Istiwak Zawaliyah yang umum dimasyarakat disebut dengan waktu
istiwak saja ialah waktu yang berpatokan bahwa jam 12 siang adalah saat
matahari tepat diatas zawal.

Untuk menghitung selisih waktu Istiwak dengan waktu lokal sebagai berikut :

Tfwt (F35) = (Bujur Tz x 15) / 15 + Eq
= (F6 - F7*15) / 15 + F12
= 0,625189667 = 00:37:31

<> Tz = Time zoneEq <> Eq = Equation of time

Dengan diketahuinya nilai tafawwut suatu daerah dengan waktu lokal
setempat (misalnya WIB. WITA dan WIT) maka untuk mendapatkan jam
Istiwa' maka waktu Lokal Time ditambah tafawwut = waktu istiwak

Contoh :

Tanggal 12 Desember 2012 markas Surabaya tafawwutnya = 00:37:31
maka ketika jam lokal menunjukan pukul 14:30:00 maka jam istiwaknya
tinggal menambah 00:37:31. Istiwak = 14:30:00+00:37:31 maka hasilnya
jam 15:07:31 istiwak.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 68
BAB VI
KALENDER


KALENDER HIJRIYAH URFI

Sebelum turun ayat diatas, kalender bulan qomariyah diselaraskan dengan
kalender syamsiyah sehingga dalam 3 tahun terdapat tahun yang bulannya 13
bulan hingga turun ayat tersebut pada tahun ke 10 Hijri saat nabi
menunaikan ibadah haji.

Sebelum dan saat berkembangnya Islam di jazirah arab, baik kalender
Qomariyah ( Lunar Calendar) maupun Syamsiyah (Solar Calendar) sudah
dikenal akan tetapi belum ada patokan tahunnya serta kaidah-kaidah yang
baku yang menentukan kalender sehingga baik awal tahun maupun awal
bulan serta jumlah bulan dalam setahun tidak beraturan sehingga seringkali
kalender qomariyah diselaraskan dengan peredaran matahari dengan kata
lain Luni Solar.

Penamaan tahun banyak ditentukan oleh momen yang berkembang kala itu
seperti kelahiran nabi disebut Tahun Gajah Amul Fiil karena pada tahun
itulah terjadi penyerbuan pasukan Abrahah yang menyerang kabah dengan
bala tentara gajahnya. Tahun pertama nabi hijrah disebut dengan tahun Al
Idznu karena Alloh telah memberi izin nabi untuk hijrah dan keluar dari
Makkah. Tahun kedua hijrah disebut tahun Al Amru karena Alloh
memerintahkan kaum muslimin untuk memerangi kaum musrikin Makkah,
tahun wafatnya siti Khodijah dan Abu Tholib di sebut Amul Huzni. dst.

Pada masa kholifah Umar bin Khottob, ketika pemerintahan berjalan 2
tahun, beliau mendapat kiriman surat dari Abu Musa Al-Asyari (gubenur
Bashra / Iraq). Isi suratnya mempertanyakan bulan Syaban yang tertera
didalam dokumen-dokumen pemerintahan yang telah dikirim ke Bashra.
Syaban yang telah lewat atau Syaban yang akan datang yang dimaksud
didalam dokumen tersebut?. Menurut sejarah peristiwa ini terjadi pada
bulan Jumadil Akhir. Atas kejadian ini Sayyidina Umar berfikir keras untuk
mencari jalan keluar guna mengatasi masalah kalender itu.
Akhirnya Sayyidina Umar mengumpulkan segenap sahabat serta elit-elit
pemerintahan pada hari Rabu 20 Jumadil Akhir tahun 17 dari hijrah yang
bertepatan dengan 8 Juli 638 M, untuk membahas perlunya sebuah kalender
yang baku. Akhirnya disepakati sebuah kalender yang berbasis bulan, Lunar
System. Diputuskan bahwa awal tahun hijri dimulai pada saat nabi
berangkat hijrah ke Madinah yaitu tahun 622 M. sedangkan awal bulannya
dimulai dari Muharrom, karena pada saat itu berakhirnya aktivitas ibadah
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 69
haji dan menuju kehidupan yang baru. 1 Muharrom 1 H. bertepatan dengan
16 Juli 622 M. tepat pada hari Jumat Legi.

Kalender Hijriyah Urfi : ialah kalender matematik (aritmatic calendar) yang
mengacu pada peredaran bulan mengelilingi bumi tanpa memperhitungkan
gerak nyata benda benda langit seperti ketinggian hilal maupun azimut hilal,
sehingga kalender ini kadangkala selisih 1 atau 2 hari dengan kalender Haqiqi
karena dalam kalender Haqiqi awal bulan berdasarkan ketinggian hilal yang
memenuhi kriteria Imkanur Rukyah/bisa dirukyat. Karena itu maka kalender
ini hanyalah kalender yang administratif dan tidak bisa dijadikan patokan
untuk penentuan awal bulan secara Syari.

Basithoh Dan Kabisat Kalender Hijri Urfi

Dalam aturan kalender Urfi, satu bulan terdiri dari 29,530590 hari dan dalam
satu tahun terdiri 354,36708 hari. Daur/siklusnya 30 tahun dengan jumlah
hari 10631. dalam kurun waktu 30 tahun tersebut 19 tahun terdiri dari tahun
Basithoh (354 hari dalam setahun) dan 11 tahun Kabisat (355 hari dalam
setahun). Untuk mengetahui antara tahun Basithoh dan kabisat maka tahun
hijriyah yang dimaksud dibagi dengan 30 lalu lihat sisanya, apabila sisanya =
0, 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26, 29 maka tahun tersebut adalah tahun
kabisat yakni terdiri dari 355 hari. Sedangkan apabila sisanya selain dari
angka-angka diatas maka basithoh, tahun pendek (354). Contoh : 1428 mod
30 = 18, = tahun kabisat. 1427 mod 30 = 17, = tahun basithoh karena 17
tidak termasuk daftar sisa kabisat.

Jumlah hari dalam sebulan kalender urfi adalah 30 hari jika bulan ganjil dan
29 hari jika bulan genap, sehingga bulan ke-9 (Romadlon) akan selalu 30
hari.


KALENDER MILADI / MASEHI

Kalender Miladi/Masehi seperti yang berlaku di Indonesia sekarang ini
diadopsi dari kalender Romawi. Kalender miladi mengalami perubahan
beberapa kali, baik dari segi system, nama bulan, jumlah hari serta lain-
lainnya..

Sebelum kaisar Julius berkuasa di Romawi, kalender miladi memakai system
Lunisolar . yakni mengacu pada peredaran matahari dan bulan. Tujuh bulan
dari 12 bulan kalender Romawi berjumlah 29 hari, sedangkan 4 bulan lainnya
berjumlah 31 hari serta satu bulan yang berjumlah 28 hari, sehingga dalam
satu tahun berjumlah 355 hari. Untuk menyerasikannya dengan gambaran
gerak matahari melintasi buruj Haml/Vernal Equinok yang berjumlah 365 hari
maka selisih 10 hari pertahun tersebut dikumpulkan dalam 3 tahun menjadi
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 70
satu bulan. Sehingga dalam tahun ketiga terdapat bulan ke 13. dengan nama
Marcedonius.

Adapun urutan bulan Romawi yg menjadi cikal-bakal kalender miladi tersebut
sebagai berikut : 1 Martius, 2 Aprilis, 3 Maius, 4 Junius, 5 Quintilis, 6 Sextilis,
7 September, 8 October, 9 November, 10 December, 11 Januarius, 12
Februarius. Bulan Martius adalah bulan ke-1 karena pada saat itulah
matahari melintasi buruj Haml yakni pada tanggal 21 Martius. Dengan kata
lain pada saat itulah nilai deklinasi matahari 0 derajat.

Kemudian pada tahun 153 SM Pontivex Maximus, ketua DPR Yunani
merubah/menetapkan bulan ke 11 (Januarius) menjadi bulan pertama,
kemudian disusul bulan berikutnya berurutan sehingga bulan ke-6
Sexitilis(sex=6) menjadi bulan ke-delapan sedangkan bulan ke-8 October
(octa = 8) menjadi bulan kesepuluh dan bulan Desember yang mestinya
bulan ke-10 menjadi bulan ke 12.

Julius Caesar menjadi raja Romawi tahun 63 SM. Pada tahun 47 SM Julius
Caesar melakukan lawatan ke Mesir. Didalam lawatannya di Mesir Julius
mendapat banyak masukan mengenai perkalenderan dari astronom Mesir,
sehingga sekembalinya dari Mesir Julius berinisiatif untuk menjadikan
peredaran matahari murni sebagai patokan kalender untuk memudahkan
masyarakat dalam mengetahui musim tanam maupun musim panen serta
perayaan ritual. Sehingga pada tahun 47 SM bersama pakar astronomy
Yunani, Sosigenes merubah system kalender yang semula berpatokan pada
perpaduan gerak matahari dan bulan ke system yang berbasiskan gerak
matahari semata. Satu tahunya 365 hari pada tahun pendek (Basithoh) 366
hari pada tahun panjang yang terjadi 4 tahun sekali.

Untuk mengenang dan mengabadikan jasa Julius maka atas usul Mark
Anthony bulan ke- tujuh (bulan Quintilis) diganti/dirubah menjadi bulan
Julius. Dikemudian hari kalender dengan system ini disebut kalender Julian

Setelah beberapa abad berjalan ternyata kalender Julian tidak sesuai dengan
kondisi musim dan posisi matahari saat melintasi buruj Haml seperti yang di
harapkan Julius Caesar. Maka pada saat kaisar Augustus berkuasa, kalender
Julian dikoreksi dengan mengambil tahun-tahun kabisat mulai dari tahun 8
SM sampai tahun 8 M. dan menjadikan tahun 8 M menjadi tahun
kabisat/tahun panjang (366 hari). Serta mengganti bulan ke 8 (bulan
Sextilis) menjadi bulan Augustus dengan jumlah hari 31 hari yang mana
sebelumnya 30 hari.

Pada tahun 325 M terjadi perbedaan antara ahli hisab dengan dewan gereja
dalam menentukan hari Paskah. Karena berdasarkan Konsili Nicea, Paskah
jatuh pada hari Minggu setelah bulan purnama yang terjadi setelah matahari
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 71
melintasi buruj Haml, dan jika matahari melintasi buruj haml terjadi pada 21
Maret maka paskah diundur satu minggu. Menurut hisab Julian, tahun
tersebut posisi matahari pada buruj Haml terjadi pada 21 Maret, mestinya
diundur satu minggu. Akan tetapi pada kenyataannya matahari melintasi
buruj haml sebelum 21 maret, akhirnya dewan gereja memutuskan Paskah
tidak diundur yakni 21 Maret

Setelah berjalan beberapa abad, tepatnya pada tahun 1582 M kalender Julian
mulai diragukan keakurasiannya dengan gerak matahari. Karena setelah
diteliti ulang, gerak semu matahari melintasi buruj haml dan kembali ke
buruj haml lagi adalah 365,242199 hari yakni 365 hari 5 jam 48 menit 46
detik. Seperti tahun tersebut, matahari melintasi buruj haml pada tanggal 11
Maret, bukan 21 Maret. Karena pergeseran tersebut akhirnya dilakukan
kalkulasi ulang atas kalender Julian, mulai 1 M sampai tahun 1582 dan
terdapat selisih 17000 menit atau lebih kurang 10 hari. Karena itu maka
kaisar Ugo Buogompagni / Gregorius XIII yang berkuasa kala itu bersama
pakar astronomy, Christopher Clavius memotong 10 hari. Tepatnya pada hari
Kamis tanggal 4 Oktober 1582 M. dengan meniadakan tanggal 5 sampai 14
Oktober 1582 M. dengan menjadika hari Jumat yang mestinya 5 Oktober
menjadi 15 Oktober 1582 M

Basithoh Dan Kabisat Kalender Miladi

Peraturan kelender Gregorius sama dengan kalender Julian kecuali
penentuan tahun kabisat. Dalam anggaran Gregorius, tahun kabisat ialah
tahun yang habis jika dibagi 4. akan tetapi jika tahun abad/ratusan maka jadi
tahun kabisat dengan syarat jika habis dibagi 400. Sehingga tahun ke 100,
200 dan 300 walaupun habis jika dibagi 4 yang menurut kalender Julian
tahun kabisat, dalam kalender Gregorius tidak kabisat karena tidak habis
dibagi 400.

Jumlah hari dalam sebulan kalender Gregorian/miladi

1. Januari 31 hari
2. Pebruari 28(basithoh) / 29 (kabisat)
3. Maret 31 hari
4. April 30 hari
5. Mei 31 hari
6. Juni 30 hari
7. Juli 31 hari
8. Agustus 31 hari
9. September 30 hari
10. Oktober 31 hari
11. Nopember 30 hari
12. Desember 31 hari
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 72
KONVERSI KALENDER HIJRI KE MILADI

Untuk mengkonversi/merubah kalender hijri menjadi miladi maka rumus atau
formulanya sebagai berikut :

Y = tahun M = bulan D = tanggal

Formula :
Miladi = INT((11 x Y+3)/30)+354 x Y+30 x M-
INT((M-1)/2)+ D - 466963,5

Anggaplah kita sudah membuka software MS Excel dan berada pada Sheet1
atau sheet manapun. Misalkan dalam sel C3, C4 dan C5 masing-masing berisi
data tahun, bulan dan tanggal, atau dengan kata lain data tahun, bulan dan
hari (tanggal) Hijri masing-masing berada dalam sel C3, C4 dan C5.

Sebagai contoh isikan dalam sel C3 dengan 1434, sel C4 dengan 2, dan C5
dengan 25. Artinya tanggal 25 Shofar 1434 H.

Kemudian taruhkah formula perhitungan diatas dalam sel manapun, misalnya
sel C7

Miladi (C7)= INT((11*C3+3)/30)+354*C3+30*C4
-INT((C4-1)/2)+C5-466963,5 = 41282,5

Jika prosesnya benar maka hasilnya adalah : 41282,5 dalam format general
(umum) untuk merubahnya menjadi format tanggal (Date)maka klik kanan
sel C7 lalu pilih
Format Cells Custom isi kolom Type dg teks "dd mmmm yyyy" OK
maka hasilnya : 8 Januari 2013

Artinya tanggal 25 Shofar 1434 H bertepatan dg Selasa, 8 Januari 2013 M.


KONVERSI KALENDER MILADI KE HIJRI

Adapun formula konversi kalender Miladi ke Hijri, tidak sesulit rumus di atas
karena fungsi konversi tersebut sudah disediakan oleh Microsoft Excel.

Dalam contoh ini kita gunakan data kalender Miladi di atas, yaitu data yang
berada di sel C13 hasil konversi dari kalender Hijri. Data tersebut kita balik,
kita konversi menjadi kalender Hijri kembali, sekaligus bisa kita gunakan
untuk mengetahui akurasi formula yang sedang kita pelajari sekarang ini.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 73
Akan tetapi pada tahun 1366 H, dan setiap siklus 30 tahunan akan terjadi
selisih satu hari.

Coba kita ketikkan formula-formula sebagaimana di bawah ini di sel manapun
misalnya di sel C14

C14 =TEXT(C13-1;"b2 dd-mm-yyyy") = 25-02-1434
C14 =TEXT(C13-1;"b2 yyyy") = 1434
C14 =TEXT(C13-1;"b2 mm") = 02
C14 =TEXT(C13-1;"b2 mmm") =
C14 =TEXT(C13-1;"b2 dd") = 25
C14 =TEXT(C13;"b2 ddd") = (tanpa -1)
C14 =TEXT(C13;"dddd") = Selasa (tanpa b2)

Catatan : b2 dalam formula ini adalah kode kelender Hijri, bukan nama sel


KALENDER JAWA

Kalender atau Tahun Jawa (Anno Javanico)bermula dari kalender Saka yang
system perhitungannya berdasarkan Surya Sengkala/matahari, meskipun
asal kalender Saka Jawa sendiri berasal dari kalender Saka India yang mana
system perhitungannya berdasarkan Surya Sengkala /matahari dan
Candrasengakala /bulan yakni perpaduan bulan dan matahari atau disebut
dengan lunisolar yang berkembang di India sejak tahun 78 M.

Permulaan kalender Saka konon pada saat mendaratnya Ajisaka di pulau
Jawa Sebagian sejarah mengatakan bahwa permulaan itu adalah saat raja
Salivana (Ajisaka) naik tahta di India. Ajisaka(Ajisoko) adalah tokoh pulau
Jawa yang menciptakan abjad huruf Jawa ha na ca ra ak (honocoroko).

Kalender Saka yang sebelumnya menggunakan system matahari , ketika Sri
Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram ketiga yang berkuasa pada
tahun 1613-1645 M. merubah tahun Saka menjadi tahun Jawa, yang semula
dihitung berdasarkan peredaran matahari(solar), diubah berdasarkan
peredaran bulan(lunar). Sebagian sejarah menuturkan bahwa Sultan Agung
tidak merubah system solar ke system lunar, tapi memang sejak awal
system kalender Saka adalah lunar dan bukan solar

Perubahan penanggalan berlaku untuk seluruh Pulau Jawa dan Madura
kecuali Banten, karena tidak termasuk daerah kekuasaan Mataram.
Perubahan sistem penanggalan dilakukan hari Jumat Legi, saat pergantian
tahun baru Saka 1555 yang ketika itu bertepatan dengan tahun baru
Hijriyah, 1 Muharam 1043 H atau 8 Juli 1633 M.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 74
Pergantian sistem penanggalan tidak mengganti hitungan tahun Saka 1555
yang sedang berjalan menjadi tahun 1, melainkan meneruskannya. Hitungan
tahun tersebut berlangsung hingga saat ini. Perubahan sistem penanggalan
dapat dibaca dalam buku Primbon Adji aka Manak Pawukon 1000 Taun yang
ditulis dalam bahasa Jawa.

Selain mengubah sistem penanggalan, Sultan Agung juga menyesuaikan
nama bulan dan hari yang semula menggunakan bahasa Sansekerta menjadi
bahasa Arab atau mirip bahasa Arab. Raditya diganti Ahad, Soma diganti
Senin, Anggara diganti Selasa, Buda diganti Rabu, Respati diganti Kemis,
Sukra diganti Jemuah, Tumpak/Saniscara diganti Sabtu. Hal ini menunjukkan
kuatnya pengaruh penanggalan Islam dalam penanggalan Jawa.

Umur bulan kalender Jawa sama dengan Kalender Hijriyah Urfi, untuk bulan
ganjil umurnya 30 hari sedangkan bulan genap umurnya 29 hari. Adapun
nama nama bulan serta jumla harinya sebagai berikut:

1. Suro 30 hari
2. Sapar 29 hari
3. Mulud 30 hari
4. Ba'do Mulud 29 hari
5. Jumadilawal 30 hari
6. Jumadilakir 29 hari
7. Rejeb 30 hari
8. Ruwah 29 hari
9. Poso 30 hari
10. Sawal 29 hari
11. Selo 30 hari
12. Besar Basithoh 29, Kabisat 30 hari

Perbedaan kalender Jawa dengan kalender Hijriyah Urfi adalah
daur/siklusnya. Untuk tahun Hijriyah daur/siklusnya 30 tahun, sedangkan
tahun Jawa daur/ siklusnya 8 tahun/satu windu. Dalam setiap satu windu ada
3 (tiga) tahun kabisat, yaitu tahun ke dua, ke lima dan dan ke delapan.
Sedangkan yang lain adalah tahun Bashithoh.

Dalam kurun waktu 120 tahun dalam kalender Hijriyah Urfi terdapat 44 tahun
kabisat, sedangkan kalender Jawa terdapat 45 tahun kabisat. Oleh karena itu
kerajaan di Surakarta memutuskan tahun 1.674 dan tahun 1.784 sebagai
tahun bashithoh. Padahal seharusnya keduanya adalah tahun kabisat. Hal ini
untuk menyesusaikan agar tahun Jawa yang sebenarnya adalah tahun
Hijriyah dapat sesuai dengan asalnya, dengan diubahnya dari siklus asalnya
30 menjadi 8 tahun, maka setiap 120 tahun diadakan pemotongan 1 hari,
yaitu mengubah tahun yang semula kabisat menjadi tahun bashithoh.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 75
Pertama kali tahun Jawa diberlakukan sebagai penanggalan resmi oleh Sultan
Agung, yaitu pada tahun 1.555 Jawa, tanggal 1 Muharrom tahun Alif jatuh
pada hari Jum'ah Legi/Ajumgi. Kemudian pada tahun 1.627 Jawa, secara
resmi telah diberlakukan bahwa tanggal 1 Muharrom tahun Alif jatuh pada
hari Kamis Kliwon/Amiswon, maju satu hari. Kemudian pada tahun 1.747
Jawa, tanggal 1 Muharrom tahun Alif juga diajukan satu hari menjadi Rebo
Wage/Aboge, seperti yang terkenal sampai saat ini.

Seharusnya sejak tahun 1.867 Jawa, sudah harus diajukan 1 hari sehingga
tanggal 1 Muharrom tahun Alif, jatuh pada hari Selasa Pon/Asapon, dan
besok pada tahun 1.987 Jawa, seharusnya diajukan 1 hari, sehingga tanggal
Muharrom tahun Alif, jatuh pada hari Senin Pahing/Anenheng . Dan
seterusnya setiap 120 tahun diajukan 1 hari. Namun oleh karena setelah
berlakunya Aboge Kerajaan Mataram sudah tidak eksis lagi sehingga tidak
ada lagi penguasa yang secara resmi mempergunakan kalender Jawa sebagai
kalender administrasi, akhirnya orang Jawa hanya mengenal Aboge saja
walaupun sudah lebih dari 120 tahun yang mestinya masuk kalender Asapon.

Di dalam kalender Jawa disamping hari yang jumlahnya 7 hari ada hari
pasaran yang disebut pancawara yang terdiri dari lima hari yaitu Legi,
Pahing, Pon, Wage dan Kliwon. Bertemunya siklus hari yang berjumlah 7
dengan pasaran yang berjumlah 5 hari disebut Selapan (5 x 7 = 36 hari).
Contoh: hari ini Selasa Legi maka 36 hari lagi (selapan) juga Selasa Legi.

Satuan tahun dalam kalender Jawa memiliki nama mengikuti siklus Windu (8
tahun) yang diberi nama dari bahasa Arab yaitu tahun Wawu, Jimakir, Alip,
Ehe, Jimawal, Je, Dal dan tahun Be.

Dari kedelapan tahun tersebut yang kabisat adalah Jimakir, Ehe, dan Je
sedangkan tahun basithoh adalah Wawu, Alip, Jimawal, Dal, dan Be.


PRANOTO MONGSO
(season of java)

Disamping kalender Jawa yang berbasis bulan/lunar calendar, juga berlaku
kalender untuk para petani sebagai pedoman untuk bercocok tanam yang
terkenal dengan nama Pranoto Mongso. Kalender ini berdasarkan matahari/
solar calendar. Pratono Mongso, secara bahasa artinya pengaturan musim.
Pranoto Mongso disusun agar mempunyai pedoman yg jelas untuk bertani,
berdagang, menjalankan pemerintahan dll.

Di dalam kitab primbon Qamarussyamsi Adammakna: "Pranata Mangsa
puniku petangan mangsa wawaton lampahing suz. Petangan
punika dede barang enggal, wiwit kina-makina inggih sampun
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 76
wonten. Ing taun masehi 1855 potongan wau kabangun malih
saking mangsa kasa (mangsa 1, dhawah ing suraya 22 juni
1855. menggah jengkapi sataun wonten ing wekasaning mangsa
: Sadha (mangsa 12), dhawah surya 20 juni 1856. Dados
pranata mangsa taun : 1 jangkep umur dinten. Peteangan taun
pranata mangsa wau, manawi dhawah taun wastu (taun lak)
umur 365 dinten (mangsanipun kawolu umur 26 dinten), dene
dhawah taun wuntu (taun panjang), umur 366 dinten dene
pratelan kados ing ngandhap punika.

Aturan waktu musim Pranoto Mongso didasarkan pada naluri dari leluhur
yang diambil dari sejarah para raja di Surakarta, yang tersimpan di musium
Radya Pustaka.

Menurut sejarah, sebetulnya baru dimulai tahun 1856, saat kerajaan
Surakarta diperintah oleh Pakoeboewono VII, yang memberi patokan bagi
para petani agar tidak rugi dalam bertani, tepatnya dimulai tanggal 22 Juni
1856, dengan urutan sebagai berikut :

Kaso: Kasa (kartika) 22 Juni1 Agustus, umur 41 hari. Para petani
membakar dami yang tertinggal di sawah dan dimulainya menanam palawija,
sejenis belalang masuk ke tanah, daun-daunan berjatuhan.

Karo: Karo (poso) 2 Agustus24 Agustus, umur 23 hari. Palawija mulai
tumbuh, pohon randu dan mangga, tanah mulai merekah.

Katigo: Katelu 25 Agustus17 September, umur 24 hari. Musimnya lahan
tidak ditanami, sebab panas sekali, yang mana Palawija mulai di panen,
berbagai jenis bambu tumbuh.

Kapat: Kapat (sitra) 18 Sepetember12 Oktober, umur 25 hari. Sawah tidak
ada tanaman, sebab musim kemarau, para petani mulai menggarap sawah
untuk ditanami padi gaga, pohon kapuk mulai berbuah, burung-burung kecil
mulai bertelur.

Kalimo: Kalima (manggala) 13 Oktober8 November, umur 27 hari. Mulai
ada hujan, pengairan sawah diperbaiki, mulai menyebar padi gaga, pohon
asem mulai tumbuh daun muda, ulat-ulat mulai keluar.

Kanem: Kanem (naya) 9 November21 Desember, umur 43 hari. Para petani
mulai menyebar bibit tanaman padi di pembenihan, banyak buah-buahan
(durian, rambutan, manggis dan lain-lainnya), burung blibis mulai kelihatan
di tempat-tempat berair.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 77
Kapitu: Kapitu (palguna) 22 Desember2 Februari, umur 43 hari. Benih padi
mulai ditanam di sawah, banyak hujan, banyak sungai yang banjir, masanya
banyak penyakit.

Kawolu: Kawolu (wasika) 3 Februari28/29 Februari, jika tahun basitoh
umur kawolu 26 hari dan jika tahun kabisat umur kawolu 27 hari. Musimnya
padi mulai hijau, uret mulai banyak.

Kasongo: Kasanga (jita) 1 Maret25 Maret, umur 25 hari. Padi mulai
berkembang dan sebagian sudah berbuah, jangkrik mulai muncul, kucing
mulai kawin, cenggeret mulai bersuara.

Kasepuluh: Kasadasa (srawana) 26 Maret18 April, umur 24 hari. Padi
mulai menguning, mulai panen, banyak hewan hamil, burung-burung kecil
mulai menetas telurnya.

Desto: Dhesta (pradawana) 19 April11 Mei, umur 23 hari. Waktunya panen
raya padi.

Sodo: Sadha (asuji) 12 Mei21 Juni, umur 41 hari. Para petani mulai
menjemur padi dan memasukkan ke lumbung. Di sawah hanya tersisa dami,
air pergi dari sumbernya, musim dingin, jarang orang berkeringat.

Demikian uraian singkat tentang Pranoto Mongso, yang jika dikaitkan dengan
kondisi saat ini, mungkin sudah banyak berubah alias tidak cocok lagi.


KONVERSI KALENDER JAWA KE MILADI

Untuk menkonversi kalender Jawa ke kalender miladi maka tentukan tanggal
Jawa (D), bulan Jawa (M) dan tahun Jawa (Y) yang dimaksud lalu hitunglah
dengan rumus/formula dibawah ini.

Contoh : lihat file CONTOH FORMULA HISAB Sheet JAWA

D (C3) = 18
M (C4) = 2 lihat tabel 1
Y (C5) = 1946 (jimakir) lihat tabel 1

AJ (C7) = Int((11x(D-512)+3)/30)+(354 x(Y-512))
+(30 x M)-Int((M - 1)/2)+ D 385
= INT((11 * (C5 - 512) + 3) / 30) + (354 * (C5 - 512))
+ (30 * C4) - INT((C4 - 1) / 2) + C3 - 385 = 507854

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 78
JD (C8) = AJ + 1948440
= C7+ 1948440 = 2456294
A (C9) = Int((JD - 1867216.25)/36524.25)
= INT((C8 - 1867216,25) / 36524,25) = 16

B (C10) = JD + 1 + A - Int(A/4)
= C8 + 1 + C9 - INT(C9 / 4) = 2456307

C (C11) = B + 1524
= C10 + 1524 = 2457831

E (C12) = Int((C - 122.1)/365.25)
= INT((C11-122,1)/365,25) = 6728

F (C13) = Int(365.25 x E)
= INT(365,25 * C12) = 2457402

G (C14)= Int((C - F)/30.6001)
= INT((C11 - C13) / 30,6001) = 14

H (C15) = Int(C - F - Int(30.6001 x G))tanggal miladi
= INT(C11 - C13 - INT(30,6001 * C14)) = 1

I (C16) = G 13 bulan miladi
tetapi jika nilai G < dari 13,3 maka I = G-1

= IF(C14<13,3;C14-1;C14-13) = 1

J (C17) = E-4715 tahun miladi
tetapi jika nilai I > dari 2.5 maka J = E 4716

= IF(C16>2,5;C12-4716;C12-4715) = 2013

Kesimpulannya tanggal 18 Sapar 1946 Jimakir bertepatan dengan tanggal
1 Januari 2013 M.

Untuk mengetahui hari dan pasarannya masukkan tanggal, bulan dan tahun
miladi hasil dari konversi tersebut kedalam fungsi DATE. Lalu bagilah Date
tersebut dengan 7 lalu sisa hasil bagi dari Date/7 itu cocokkan dengan tabel1
dan lihat kolom hari. Sedangkan untuk pasarannya maka bagilah Date
dengan 5, lalu sisa hasil bagi dari Date/5 itu cocokkan dengan tabel1 dan
lihat kolom pasar.

Aturlah sel yang berisi sisa hasil bagi tersebut dalam format GENERAL.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 79
Contoh :
C18 = DATE(tahun;bulan;tanggal)

C19 = DATE MOD 7
= MOD(C18;7) = 3 (selasa) lihat tabel1

C20 = DATE MOD 5
= MOD(C18;5) = 0 (kliwon) lihat tabel1

TABEL 1
NO NAMA BULAN TAHUN HARI PASAR
0 Besar Ba Sabtu Kliwon
1 Suro Wawu Ahad Legi
2 Sapar Jimakir Senin Pahing
3 Mulud Alip Selasa Pon
4 Ba'do Mulud Ha' Rabu Wage
5 Jumadilawal Jimawal Kamis
6 Jumadilakir Za' Jum'at
7 Rejeb Dal
8 Ruwah
9 Poso
10 Sawal
11 Selo
12 Besar


KONVERSI KALENDER MILADI KE JAWA

Untuk menkonversi kalender Miladi ke kalender Jawa maka tentukan tanggal
Miladi (D), bulan Miladi (M) dan tahun Miladi (Y) yang dimaksud lalu
hitunglah dengan rumus/formula dibawah ini.

Contoh : lihat file CONTOH FORMULA HISAB, pilih Sheet JAWA

D (C24) = 1
M (C25) = 1
Y (C26) = 2013

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 80
Jika bulan <3 maka bulan ditambah 12 dan tahun dikurangi 1

M (C28) = If M<3 then M = M+12
=IF(C25<3;C25+12;C25) = 13

Y (C29) = If M<3 then Y = Y-1
= IF(C25<3;C26-1;C26) = 2012

G (C31) = 2-Int(Y/100)+Int(Int(Y / 100)/4)
= 2 - INT(C29/100)+INT(INT(C29 / 100) /4) = -13

H (C32) = Int(365.25 x(Y+4716))+Int(30.6001
x(M + 1))+ D-1524 + G
= INT(365,25 * (C29 + 4716)) + INT(30,6001 * (C28 + 1))
+ C24 - 1524 + C31 = 2456294

I (C33) = H - 1948440
= C32- 1948440 = 507854

J (C35) = Int((30 x I+10646)/10631)+512 'tahun'
= INT((30 * C33 + 10646) / 10631) + 512 = 1946

K (C36) = Int((11 x(I-(354 x((J-512)-1)+Int((3+11
x(J - 512))/30)))+330)/325) 'bulan'
= INT((11*(C33 - (354 *((C35 - 512)-1)+INT((3+11
* (C35 - 512)) / 30))) + 330) / 325) = 2

L (C37) = I-Int((11x(J-512)+3)/30)-354 x((J-512)
-1)-Int((6 x K-1)/11)-29 x(K-1)+1 'tanggal
= C33 - INT((11* (C35 - 512)+3)/30)-354 * ((C35 - 512)
- 1) - INT((6 *C36-1)/11)-29 *(C36-1)+1 = 18

J (C38) = J Mod 8 'nama tahun Jawa'
= MOD(C35;8) = 2
'lihat tabel 1' = Jimakir

Kesimpulannya tanggal 1 Januari 2013 M. bertepatan dengan tanggal 18
Sapar 1946 tahun Jimakir.

Untuk mengetahui hari dan pasarannya sama dengan di bab KONVERSI
KALENDER JAWA KE MILADI yakni menggunakan fungsi DATE.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 81
BAB VII
HILAL, RUKYAT DAN HISAB

Perbedaan penentuan hari-hari besar Islam, khususnya Romadlon, Idul Fitri
dan Idul Adha, selalu menimbulkan kebingungan di masyarakat. Puasa
maupun Idul Fitri dari beberapa negara belahan bumi ini tidak seperti di
Indonesia. Dalam memasuki bulan Romadlon maupun Syawal mereka satu
kata, tidak ada perbedaan seperti di Indonesia yang dalam memasuki awal
Romadlon saja ada 5 hari yang berbeda

Alhamdulillah, dengan sikap saling menghargai sesama ummat Islam
perbedaan tersebut tidak sampai pada tahap yang perlu dikhawatirkan.
Namun, perbedaan tersebut tidak semestinya terus berlangsung dan kita
kembangkan dengan dalih "Perbedaan diantara umatku adalah rohmat".

Allah Taala berfirman,


Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka
Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah
orang-orang yang bersaudara. (QS Ali Imran:103)

Al-Qurthubi berkata tentang tafsir ayat ini,Sesungguhnya Alloh Taala
memerintahkan persatuan dan melarang perpecahan. Karena sesungguhnya
perpecahan merupakan kebinasaan dan persatuan merupakan keselamatan.
[Al Jami Li Ahkamil Quran 4/159.]

Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan sebuah hadist yang bersumber dari
Saad bin Abi Waqqosh, bahwa suatu hari Nabi Muhammad SAW. datang dari
gunung dan melewati Masjid Bani Muawiyah/Masjid Ijabah. Beliau memasuki
masjid tersebut dan sholat disana serta berdoa sangat panjang, setelah
selesai kemudian beliau berkata :

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 82


Aku memohon Tuhanku tentang tiga hal, maka Alloh mengabulkan dua
permintaanku dan menolak satu permintaanku: Aku memohon agar
umatku tidak diadzab dengan kelaparan, maka permohonanku ini
dikabulkanNya. Aku juga memohon agar umatku tidak diadzab dengan
ditenggelamkan, maka permohonanku inipun dikabulkan oleh-Nya.
Akupun memohon agar mereka tidak dirusak dengan perpecahan dan
perbedaan pendapat, maka permohonanku yang ini tidak dikabulkan oleh
Alloh SWT.

Kita harus terus berupaya untuk mendapatkan titik temu perbedaan tersebut
akan halnya Rosululloh SAW sendiri sangat mengidam-idamkan persatuan
umat Islam sebagimana do'a Nabi di Masjid Ijabah tersebut, walaupun itu
sangat sulit diwujudkan.


HILAL

Secara garis besar berbedaan penentuan awal bulan qomariyah timbul
karena perbedaan metode penentuan dalam menentukan hilal, Yang pertama
dengan Rukyat dan yang kedua dengan Hisab. Dari kedua metode tersebut
yang dicari adalah sama yakni hilal. Hampir semua madzhab telah sepakat
bahwa dalam menentukan awal bulan qomariyah yaitu dengan adanya hilal,
bukan planet maupun fenomena lainnya.

Firman Alloh di dalam AlQur'an.

"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan


sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji"
(Al-Baqoroh 189)

Secara bahasa hilal artinya Bulan sabit dalam bahasa inggeris disebut dengan
crescent. Namun Bulan dalam fase sabit memiliki beragam bentuk, ada yang
tebal (gemuk) dan ada pula yang tipis, sehingga dalam mendifinisan hilal
mereka berbeda pendapat.

Dalam perspektif NU dan sebagian besar ulama-ulama salaf seperti yang
dijelaskan oleh KH. Ghozali Masruri sebagai berikut :

Hilal dalam bahasa arab adalah sepatah kata isim yang terbentuk dari 3
huruf asal, yaitu ha-lam-lam ( - - ), sama dengan asal terbentuknya fiil
(kata kerja) dan tashrifnya . Hilal (jamaknya ahillah) artinya bulan
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 83
sabit, suatu nama bagi cahaya bulan/qomar yang nampak seperti sabit.
dan dalam konteks hilal mempunyai arti bervariasi sesuai dengan kata
lain yang mendampinginya yang membentuk isthilahi (idiom).

Bangsa arab sering mengucapkan :
- dan artinya bulan sabit tampak.
- artinya seorang laki-laki melihat/memandang bulan sabit.
- artinya orang banyak teriak ketika melihat bulan sabit.
- artinya bulan (baru) mulai dengan tampaknya bulan sabit.

Jadi menurut bahasa arab, hilal adalah bulan sabit yang tampak pada awal
bulan dan dapat dilihat. Kebiasaan orang arab berteriak kegirangan ketika
melihat hilal. Jadi hilal adalah penampakannya bukan bulan atau qomar.

Sedangkan menurut Muhammadiyah, yang disebut hilal/wujudul hilal adalah
: Bulan terbenam setelah terbenamnya matahari dengan syarat setelah
terjadinya ijtimak/konjungsi. Berapapun ketinggian hilal diatas ufuk tidak
menjadi syarat pun juga terlihat maupun tidaknya hilal juga tidak menjadi
syarat. Pendapat ini biasa disebut dengan Wujudul Hilal walaupun
sebenarnya yang wujud bukan hilalnya tetapi bulan/qomarnya.

RUKYAT

Yang dimaksud dengan rukyat adalah melihat hilal secara langsung dengan
mata telanjang (naked eye) pada waktu maghrib setelah terjadinya ijtimak
(conjungtion). Dan jika tidak berhasil melihat hilal maka menyempurnakan
bilangan bulan 30 hari yakni Istikmal
Rosululloh SAW. Bersabda :



Artinya : Rosululloh SAW bersabda, "Alloh telah menjadikan bagi
kamu hilal sebagai tanda waktu bagi kamu, maka berpuasalah
kamujika melihal hilal, dan berbukalah kamu jika melihat hilal, jika
tertutup mendung maka sempurnakan bulan 30 hari"
Dan banyak lagi hadits yang seirama dengan hadits diatas dengan redaksi
yang berbeda, akan tetapi intinya melihat hilal secara langsung dengan mata
telanjang, sehingga Para ulama empat mazhab (Maliki, Hanafi, Syafi'I dan
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 84
Hambali) telah sepakat bahwa menentukan hilal awal bulan qomariyah
adalah dengan melihat secara langsung dengan mata telanjang.
Dan jika terhalang, yakni tidak terlihat maka menyempurnakan bulan 30 hari
(istikmal).

Berdasarkan syariat tersebut Nahdhatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam
berhaluan ahlussunnah wal jamaah berketetapan mencontoh sunah
Rasululloh dan para sahabatnya serta para mujtahid empat, dengan
melakukan rukyat di akhir bulan hijriyah kemudian mengambil keputusan
awal bulan berdasarkan rukyat tersebut, dan jika hilal tidak terlihat maka
menyempurnakan bulan sebelumnya 30 hari. Sementara hisab juga tetap
digunakan, namun hanya sebagai alat bantu dan bukan penentu awal bulan
Hijriyah.

Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan rukyat adalah
melihat dengan ilmu, atau dengan kata lain adalah hisab. Mereka
berargumen bahwa, kata Rukyat adalah kata dasar dari Roa-Yaroo-Rukyatan
yang bisa mempunyai arti Afalul Yaqin, seperti Roaitu Zaidan Aliman, Saya
melihat bahwa Zaid itu orang yang berilmu. Melihat dalam kalimat tersebut
bukan berarti melihat secara materi(dengan mata), tetapi melihat dengan
hati yakni dengan kata lain Saya mengetahui bahwa Zaid itu orang yang
berilmu. Akan tetapi di dalam kaedah nahwu dan shorof, roa yang bisa
mempunyai arti afalul yakin adalah roa yang mempunya dua mafulbih dan
terdiri dari susunan mubtada' khobar seperti contoh diatas, sedangkan kata
ruyat yang terdapat di banyak hadits tidak menunjukkan adanya dua maful,
yang ada hanya satu maful yaitu hilal.

A. Dari Rukyat Ke Rukyat

Dalam menentukan awal bulan Romadlon, Syawal dan Dzulhijjah
umat islam sepakat menggunakan metode rukyat dengan mata
telanjang, akan tetapi pada bulan-bulan selain bulan tersebut
sebagian ulama cukup dengan menggunakan hisab dan sebagian
yang lainnya tetap menggunakan rukyat.

Dasardasar ulama yang melakukan rukyat untuk setiap bulan
qomariyah adalah hadits yang diriwayatkan oleh siti 'Aisyah RA.

:


Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 85
Dari Aisyah RA, ia berkata: Adalah Rasulullah SAW sangat intensif
mencermati hilal pada bulan Syaban, melebihi intensitas beliau akan
bulan lainnya. Kemudian beliau melakukan puasa karena terlihatnya
hilal bulan Romadlon. Maka ada ketika hilal terhalang awan, beliau
menghitung bulan Syaban 30 hari, kamudian beliau berpuasa" (HR
Ahmad, Abu Daud, Daru Quthni).

Hadits diatas bukan berarti Rosululloh tidak rukyat dalam bulan-bulan
yang lainnya, akan tetapi intensitasnya tidak seperti dalam mencari
hilal Syaban. Jadi tanggal 29 atau 30 bulan Syaban dihitung
berdasarkan hasil rukyat awal Syaban dan bukan berdasarkan hisab
semata. Tidak seperti sekarang, menentukan tanggal 29 Syaban
berdasarkan hisab semata kemudian melakukan rukyat untuk melihat
hilal awal bulan Romadlon dan Syawal. Mestinya rukyat itu
berdasarkan hasil rukyat atau istikmal bulan sebelumnya yang juga
berdasarkan rukyat, bukan hisab, sehingga secara simulatan rukyat
hilal itu saling terkait setiap bulannya, ini adalah pendapat yang
dipegang oleh PBNU.

B. Rukyat Adalah Tantangan Sainstis

Ketika berangkat untuk rukyat seringkali kita dicemooh,Hari gini kok
masih rukyat, kayak orang kuno aja, hilal itu bisa dihitung dengan
sekali tombol keyboard atau kalkulator, ngapain repot-repot rukyat.
Mereka berpendapat bahwa Rosululloh memerintahkan rukyat itu
karena pada saat itu para sahabat belum menguasai ilmu hisab, dan
sekarang mereka mengklaim sudah menguasai ilmu hisab sehingga
rukyat tidak diperlukan lagi, seperti hadits dibawah ini.

:

( )

Dari Ibnu Umar beliau berkata : Rosululloh SAW bersabda Kita
adalah umat yang Ummi, tidak bisa menulis dan tidak bisa
menghitung(menghitung peredaran bulan), Bulan itu begini, begini,
dan begini, yakni 30. Selanjutnya berkata dan bulan itu begini, begini
dan begini, sambil menyimpulkan ibu jarinya, yakni 29 hari. Beliau
berkata bulan itu satu tempo 30 dan satu tempo 29 hari. (HR Bukhori)

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 86
Ummi yang dimaksud diatas bukanlah tidak bisa membaca dan
menulis/buta huruf, dalam banyak literatur hadits Rosululloh
memerintahkan para penulis wahyu untuk menulis al-Qur'an diatas
pelepah daun kurma, kulit binatang dan diatas batu, bahkan ada
beberapa sahabat yang menulis sendiri beberapa juz dan surat yang
mereka hafal dari Rosululloh. Baru pada masa Abu Bakar, beliau
memerintahkan Zahid bin Tsabit untuk mengumpulkan tulisan-tulisan
Al-Qur'an yang masih berserakan tersebut menjadi satu mushaf. Jadi
yang dimaksud Ummi diatas adalah secara umum, bukan berarti
tidak ada yang bisa menulis, sebagian juga ada yang bisa menulis
dan menghitung.

Demikian juga sekarang, walaupun kita sudah banyak yang
menguasai bahasa Inggris akan tetapi secara umum kita masih
dianggap buta huruf menurut standar PBB, karena masih banyak
yang tidak menguasai bahasa Inggris.

Akhirnya ulama mengartikan bahwa 'tidak bisa menulis dan
membaca' yang dimaksud adalah penulis dan pembaca ulung, ahli
sastra dan sajak, sehingga Al-Qur'an itu benar-benar wahyu Alloh
dan bukan karangan/produk dari Muhammad SAW.

Yang dimaksud dengan kita tidak menguasai perhitungan bulan
adalah kita dalam arti umum, jadi secara umum pada saat itu tidak
bisa menghitung bulan, akan tetapi ada juga yang bisa
menghitungnnya, termasuk nabi sendiri. Dalam lanjutan hadits
disebutkan "Bulan itu begini, begini, dan begini, bulan itu kadang 29
dan kadang 30" itu menunjukkan bahwa nabi mengetahui
perhitungan hisab. Karena hisab itu hanyalah prediksi maka untuk
memastikanya adalah membuktikannya dengan rukyat, observasi
nyata dari sebuah perhitungan. Kalau dalam bahasa politik sekarang
Hisab adalah Quick Count sedangkan Rukyat adalah Perhitungan
Manual, perhitungan riil.

Rukyat tidaklah kuno seperti anggapan sebagian orang, negara-
negara maju saja yang ilmu astronominya sudah teruji dan konon
sudah menginjakkan kakinya di bulan, sampai hari ini masih
melakukan observasi terhadan bulan dan matahari sepanjang hari.
Justru rukyat adalah sebuah tantangan sainstis untuk astonom, siapa
tahu peredaran matahari dan bulan mengalami perubahan.

C. Problem Rukyat

Dari dua metode penentuan hilal, baik dengan rukyat maupun hisab
sama sama mempunyai kelemahan maupun kelebihan. Secara syar'i
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 87
dari segi hukum fiqh metode rukyat adalah yang paling kuat daripada
hisab, akan tetapi dalam praktiknya sekarang sering terjadi
kesalahan dalam mengidentifikasi hilal tersebut. Kesalahan kesalahan
tersebut disebabkan :

1. Hilal adalah tahapan yang paling sulit dilihat diantara fase-fase
bulan, karena hilal adalah cahaya bulan yang timbul karena
pantulan matahari, sementara jarak antara bulan dengan
matahari saat itu sangatlah dekat. Sehingga cahaya hilal yang
barusan lahir tidak sebanding dengan cahaya matahari yang
menyilaukan.
2. Kondisi atmosfir kita yang sekarang ini banyak polusinya.
3. Kondisi cuaca yang sering mendung dan berawan akibat tidak
teraturnya cuaca akhir-akhir ini.
4. Pengetahuan yang minim tentang hilal, sehingga menyebabkan
penyimpulan yang salah tentang hilal.
5. Banyaknya orang yang mencari popularitas. Dan lain-lain.


RUKYAT HILAL GLOBAL

Melihat seringnya umat Islam berbeda dalam dalam penentuan awal bulan
hijriyah selama ini mengakibatkan munculnya wacana penyeragaman puasa
dan hari raya secara global, yakni Rukyat Global. Yang dimaksud dengan
rukyat global adalah rukyat yang berlaku secara global, dalam arti rukyatul
hilal di salah satu negeri muslim berlaku untuk kaum muslimin di negeri-
negeri lain di seluruh dunia, bukanlah rukyat lokal yang berlaku untuk satu
mathla' (mazhab Syafi'i).

Persatuan Islam adalah dambaan semua orang islam. Ide ini pada intinya
sangat bagus, namun sayangnya, penyeragaman kadang tak difahami
hakikatnya, yang seolah-olah perbedaan hanya beda waktu (jam) antara satu
tempat dan tempat lain yang menjadi faktor penentu dalam bedanya
penampakan hilal. Bila itu yang terpikirkan, solusinya pun hanya
mendasarkan pada masalah beda waktu (jam) saja dan tidak ada perbedaan
harinya.

Keadaan bumi kita yang bulat dan adanya batas tanggal internasional IDL
(International Date Line) dimana wilayah di Japan sudah memasuki hari Ahad
misalnya, di wilayah lain Maroko masih hari Sabtu. Dan perbedaan hari ini
kadang tidak terpikirkan oleh kita, sehingga kalau ini dipaksakan akan
mengakibatkan umur bulan di sebagian wilayah masih 28 hari.
.
Perbedaan Mathla'

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 88
Satu Mathla' adalah daerah yang terbit dan terbenamnya bulan dan matahari
sama, sedangkan pendapat lain satu mathla`adalah jarak diperbolehkannya
sholat qoshor, yaitu kurang lebih 86.04 km. Pendapat lain mengatakan satu
Mathla' adalah 24 farsakh yakni 133 km. Menurut mazhab Syafii, jika ada
klaim rukyat terbukti di suatu negeri, rukyat ini hanya berlaku untuk daerah-
daerah yang dekat, yaitu yang masih satu mathla'. Sedangkan negeri-negeri
yang jauh, tidak terikat dengan rukyat yang terbukti di negeri tersebut.

Pendapat mazhab Syafii tersebut didasarkan pada hadits Kuraib berikut

:


: : :
: :
:

:

Dari Kuraib "Bahwa Ummu Fadhl telah mengutus dia (Kuraib) kepada
Muawiyah di Sam. Dia berkata,'Maka aku tiba di Syam dan menyesaikan
kebutuhan Ummu Fadhl. Ramadhan tiba dan saya ada di Syam. Saya melihat
hilal malam Jumat. Kemudian saya tiba di Madinah pada akhir bulan
Ramadhan, lalu Ibnu Abbas bertanya kepadaku, lalu dia menyebut persoalan
hilal. Dia bertanya,'Kapan kamu melihat hilal?' Saya jawab,'Kami melihatnya
malam Jumat.' Dia bertanya,'Kamu melihatnya sendiri?'. Saya jawab,'Ya.
Orang-orang juga melihatnya lalu mereka berpuasa dan berpuasa juga
Muawiyah.' Ibnu Abbas berkata,'Tapi kami melihatnya malam Sabtu. Maka
kami tetap berpuasa hingga kami sempurnakan 30 hari atau hingga kami
melihat hilal.' Saya berkata,'Tidakkah kita mencukupkan diri dengan rukyat dan
puasanya Muawiyah?' Ibnu Abbas menjawab,'Tidak, demikianlah Rasulullah
SAW memerintahkan kita." (HR Jamaah, kecuali Bukhari dan Ibnu Majah).

ucapan Ibnu Abbas RA yang mengikuti rukyat Madinah dan tidak mengikuti
rukyat Syam, yaitu dengan perkataannya "'Tidak, demikianlah Rasulullah
SAW memerintahkan kita" menjadi dalil bahwa setiap negeri mempunyai
rukyat sendiri-sendiri, dan rukyat suatu negeri tidak berlaku untuk negeri
yang lain, karena adanya perbedaan mathla'

Rukyat Global Dipandang dari Sain
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 89

Dengan realitas bumi yang bundar ini mustahil kita bisa menyatukan hari
raya dalam hari dan tanggal yang sama. Karena di dalam satu waktu yang
sama di permukaan bumi ini kenyataannya terdapat dua hari, satu wilayah
sudah hari Kamis (misalnya) sedangkan wilayah yang lainnya masih hari
Rabo, karena bumi ini bundar adanya.

Rukyat global baru bisa terrealisi ketika bumi kita ini didatarkan sedemikian
rupa sehingga terbit atau terbenam matahari dan bulan terjadi dalam priode
dan waktu yang sama. Dengan perbedaan hari raya bukan berarti
perpecahan diantara umat Islam. Perbedaan itu wajar karena bumi yang kita
tempati ini adalah bundar adanya.

Misalnya: Awal Dzulhijjah 1428. Anggaplah klaim rukyat di Saudi pada hari
Ahad 9 Desember 2007 itu benar, kemudian seluruh dunia mengikuti rukyat
di Saudi, maka bagaimana dengan umat islam yang di Hawai yang pada saat
itu masih hari Sabtu pagi. Apakah mengikuti Saudi juga dengan konsekuensi
bulan sebelumnya hanya 28 hari?.

Dengan rukyat global maka hampir dalam setiap 1 bulan selalu ada wilayah
yang umur bulannya kurang dari 29 hari karena awal bulan berikutnya
mengikuti rukyat wilayah lain yang berhasil rukyat dan secara hisab di
wilayah lain tersebut memang hilal sudah wujud

Karena keadaan bumi yang bundar maka penentuan awal bulan, termasuk
bulan Dzul Hijjah adalah sesuai dengan mathla'nya masing-masing. Jadi
bukan karena posisi jamaah haji saat di padang Arafah, seperti pemikiran-
pemikiran yang dilontarkan teman-teman kita dari Hizbut Tahrir Indonesia,
karena kalaupun kita mengacu pada saat jama'ah haji di padang Arafah,
pada kenyataannya kalau posisi kita berada di Hawai maka saat kita mulai
berpuasa, jamaah haji mulai meninggalkan padang Arafah.

Misalnya kontroversi awal bulan Dzulhijjah pada tahun 1428/2007, kita
mengikuti ketetapan Saudi, maka waktu wuquf di Arafah adalah hari Selasa,
tanggal 18 Desember 2007. Itu berarti mulai jam 12:22 WSA (awal waktu
dhuhur) sampai tengah malam waktu Saudi yakni jam 23:39 WSA. Kemudian
pada saat jamaah haji memasuki padang Arafah, di Hawai hari Senin jam
23:22 kemudian pada saat umat Islam di Hawai mulai puasa Arafah jakni
jam 06:26, jam di Saudi menunjukkan jam 19:26 WSA dan jamaah haji
mulai meninggalkan Arafah, jadi saat umat Islam di Hawai masih
menjalankan ibadah puasa, jamaah haji sudah meninggalkan padang Arafah.

Akhirnya perbedaan puasa, hari raya fitri dan Adha adalah sebuah
keniscayaan. Kita tidak bisa memungkiri perbedaani ini. Kita berharap
berbedaan ini tidak menyebabkan perpecahan umat islam. Tasamahna
Fimahtalafna, Saling menghargai didalam perbedaan kita, alias, sepakat
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 90
untuk berbeda. Perbedaan itu indah, seperti taman yang beraneka bunganya.
Semakin banyak ragam bunganya, semakin indah dipandangnya,

HISAB

Yang dimaksud hisab di sini adalah menghitung posisi hilal saat maghrib
pasca terjadinya ijtimak, yakni saat dimana bulan, bumi dan matahari
berada dalam bujur yang sama. Dengan hisab bisa diprediksi posisi hilal
terhadap ufuk/ horison sehingga bisa membuat kesimpulan Imkanur Rukyah
atau tidak.

Yang dimaksud dengan Imkanur Rukyah adalah batasan-batasan hilal dapat
dilihat diatas ufuk setelah terjadinya ijtimak. Ahli hisab berbeda pendapat
tentang batas-batas Imkanur Rukyah.

1. Ahli hisab taqribi, sebagian ahli
hisab ini mengklaim bahwa
hilal bisa dirukyat jika
ketinggian hilal saat maghrib
diatas 2 derajat, bahkan ada
yang mengklaim melihat hilal
pada saat mahgrib dengan
ketinggian hilal 1 derajat.
Sebagian lainnya berpendapat
bahwa tinggi hilal minimum
yang bisa dirukyat adalah 6
derajat.
2. Limit (batas) Danjon, yang
diturunkan oleh seorang
ilmuwan Perancis berdasarkan
pengamatannya terhadap
bulan sabit (hilal). Menurut
Danjon, hilal tidak mungkin
teramati bila jarak busur
Bulan-Matahari kurang dari 7
derajat, karena cahaya hilal
tidak dapat sampai ke mata
kita. Data terbaru menyatakan
limitnya 6.4 derajat.
3. Kriteria MABIMS (kesepakatan Menteri-menteri Agama Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) pada tahun 1992,
yaitu: Tinggi hilal minimal 2 derajat dengan Jarak busur hilal-
Matahari minimal 3 derajat dan Umur hilal minimal 8 jam pada hari
ruyat setelah ijtimak.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 91
4. Kriteria IICP (International Islamic Calendar Program) yang
dikembangkan oleh M. Ilyas (1988) dari Malaysia. Imkanur Ruyat yang
dirumuskan IICP sebagai berikut :
a. Jarak busur Bulan Matahari sebagai fungsi dari beda azimut bulan-
Matahari. Untuk beda azimut nol derajat, jarak busur Bulan-Matahari
sekurang-kurangnya 10.5. Jika beda azimut lebih besar dari nol
derajat, maka kriteria penampakan hilal lebih besar lagi.
b. Beda waktu terbenam Bulan dan Matahari, Bulan lebih lambat daripada
Matahari minimum 40 menit
c. Umur Bulan (dihitung sejak ijtima) minimum 16 jam bagi pengamat di
daerah tropis, dan 20 jam bagi pengamat di daerah lintang yang lebih
tinggi

Problem Hisab

Walaupun perhitungan hisab dibangun berdasarkan pengamatan estafet 500
tahun lebih dengan beberapa kali mengalami koreksi sehingga menghasilkan
algoritma yang akurat, dengan toleransi kesalahan yang semakin rendah. Ini
terbukti dengan akurasinya dalam memprediksi gerhana, baik bulan maupun
matahari dengan kesalahan perhitungan tidak lebih dari 2 menit. Akan tetapi
sampai sekarang, secara hisabpun kita masih belum bisa menyatukan
metode hisab mana yang bisa disepakati bersama.

Kita tidak bisa menafikan adanya perbedaan hisab dalam memprediksi tinggi
hilal pada awal bulan hijriyah. Saat ini system hisab yang berkembang di
Indonesia lebih dari 20 metode, dimana semuanya mengklaim paling akurat.
Ahli hisab yang satu menyalahkan hasil perhitungan ahli hisab yang lainnya.
Dan sampai saat ini dari pemerintah RI dalam hal ini Badan Hisab Rukyat
Departemen Agama belum mempunyai standar perhitungan hisab yang
menjadi kesepakatan bersama para ahli hisab yang ada di Indonesia.

Depag dan beberapa ormas terbesar di Indonesia, baik Muhammadiyah
maupun NU juga kadang-kadang tidak konsisten dengan kriterianya sendiri.
Kriteria Depag adalah jika, jika tinggi hilal 2 dan umur hilal setelah ijtimak
lebih dari 8 jam. Kriteria NU jika tinggi hilal minimal 2, sedangkan
Muhammadiyah dengan wujudul hilalnya.

Walaupun secara ilmiah seakan-akan dengan hisab, problem perbedan puasa
dan hari raya bisa diselesaikan dengan mudah, akan tetapi dalam kasus-
kasus tertentu terjadi permasalahan tersendiri. Ketika ketinggian hilal berada
di sekitar ambang batas (0) dan melintasi sebuah negara kesatuan dimana
satu Negara dianggap 1 mathla'. Seperti baru-baru ini terjadi di Indonesia
yakni penentuan Idul Fitri 1427 dan 1428 H. juga kemungkinan besar awal
Idul Fitri 1432 juga berpotensi beda karena ketinggian hilal yang di ambang
batas nol derajat diatas ufuk. Di sebagian Wilayah Indonesia, tinggi hilal
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 92
masih mines, alias dibawah ufuk sedangkan untuk Wilayah Indonesia lainnya
hilal sudah diatas ufuk. Perbedaan yg pernah terjadi di Indonesia bisa dilihat
di hal. 119-123

PERPADUAN HISAB DAN RUKYAT

Ilmu Hisab dan rukyat tidaklah bisa dipisahkan karena keduanya saling
berhubungan. Setelah melakukan rukyat kemudian dianalisa dengan
seksama akhirnya menghasilkan ilmu hisab. Kemudian dikoreksi lagi dengan
rukyat selanjutnya sehingga menghasilkan data empirik baru sebagai koreksi
atas hisab sebelumnya, ini berjalan berulang-ulang sampai sekarang
sehingga perkembangan ilmu hisab mencapai tingkat keakurasian yang
tinggi.

Rukyat yang cermat tidaklah akan berbeda dengan hisab yang akurat. Akan
tetapi kenyataan dilapangan, pelaku rukyat yang cermat tidak lebih dari
10%. Berbedanya rukyat dengan hisab karena kenyataan dilapangan, rukyat
dilakukan dengan 'asal rukyat' yakni tidak didukung dengan alat-alat
pendukung yang memadai, misalnya jam, alat ukur ketinggian dan azimut,
ini mengakibatkan rukyat tidak fokus ke sasaran sehingga pandangan
kemana-mana, potongan awanpun dianggap hilal.

Maka tidaklah bisa kita melakukan rukyat tanpa mempertimbangkan
perhitungan hisab terlebih dahulu, bisa-bisa rukyat hilal pada tanggal 28
bulan hijriyah.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 93
BAB VIII
HISAB AWAL BULAN HIJRIYAH

IJTIMAK

Untuk mendukung penentuan awal bulan hijriyah, baik untuk keperluan
penentuan kalender hijriyah maupun untuk menunjang rukyat/observasi hilal
dengan mata telanjang diperlukan data-data hilal secara astronomi, sehingga
rukyatnya tidak serampangan/asal rukyat. Rukyat yang berkualitas adalah
rukyat yang cermat dengan didukung data hisab yang akurat.

Kapan rukyat dilakuan?

Rukyat dilakukan saat maghrib yakni saat matahari tenggelam di ufuk barat
di akhir bulan hijriyah/qomariyah dengan syarat setelah ijtimak. Syarat
setelah ijtimak ini mutlak karena walaupun jika hilal pada saat maghrib
sudah diatas ufuk akan tetapi ijtimak belum terjadi maka yang demikian itu
tidak bisa disebut bulan baru, seperti contoh, perhitungan hisab dengan
markas Teheran Iran: Ijtimak akhir bulan Jumadil Awal 1427 H. terjadi pada
hari Ahad Pon Tgl. 25 Juni 2006 M. Jam 19:07:49 yakni 13 menit sesudah
maghrib waktu Iran. Tinggi hilal pada saat maghrib sudah mencapai 1 59'
24''

Ijtimak ialah saat dimana posisi matahari dan bulan berada pada meridian
atau bujur langit yang sama. Ijtimak terjadi jika nilai Bujur Astronomis
Matahari sama dengan nilai Bujur Astronomis Bulan. Posisi bulan saat itu
berada di antara bumi dan matahari. Separo permukaan bulan menghadap
matahari dan separo lainnya (yang gelap) menghadap bumi kita, sehingga
pada saat ijtimak, bulan tidak bisa dilihat dari bumi. Saat Ijtimak hanya bisa
dihitung secara hisab dan tidak bisa di rukyat dengan mata telanjang.

Para astronom menyebut ijtima atau konjungsi itu sebagai New Moon (bulan
baru) atau disebut juga bulan mati, di dalam bahasa Jawa disebut tilem/
penileman. Dengan kata lain, konjungsi bulan terjadi saat bulan baru. Ijtimak
mesti terjadi pada tanggal 28 atau 29 bulan qomariyah, dan terjadi dalam
satu waktu yang sama di seluruh muka bumi meskipun berbeda
koordinatnya.

Kejadian ijtimak ini dalam kondisi tertentu, bisa mengakibatkan terjadinya
gerhana matahari jika pada saat ijtima tersebut nilai Lintang Astronornis
Bulan sama atau hampir sama dengan nilai Lintang Astronomis Matahari.
Potensi terjadinya gerhana matahari ketika nilai Khishotul Ardli (Busur
ecliptika yang diukur ke arah timur dari simpul naik sampai kaki lintang
atronomi bulan) berada diantara 0-20 atau 160-200 atau 340-360. Berikut
gambaran fase-fase bulan dalan sebulan.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 94


Bulan mengelilingi Bumi dalam waktu 29 hari 12 jam 44 menit 2.8 detik
(29,5305882 hari) Waktu ini sebenarnya adalah waktu relatif untuk kita yang
berada di bumi. Disebut juga sebagai Synodic Period. Jika dilihat dari luar
angkasa waktu yang dibutuhkan Bulan untuk mengelilingi Bumi sebenarnya
hanya 27,3217 hari (sekitar 2 hari lebih cepat) disebut sebagai Orbital
Period.

Mengapa Synodic Periode berbeda dengan Orbital Periode? penjelasan
sederhananya adalah bahwa kita mengamati Bulan dari Bumi yang juga
bergerak mengelilingi matahari. Pada setiap siklus Bulan mengelilingi Bumi,
Bumi sendiri sudah bergerak dan bergeser sekitar 1 bulan dari posisi
semulanya sewaktu mengorbit Matahari (dalam waktu setahun). Arah orbit
Bumi pada Matahari inilah yang menyebabkan lebih panjangnya perhitungan
waktu pengamatan dari Bumi.


MENGHITUNG SAAT IJTIMAK

Data yang diperlukan untuk menghitung saat terjadainya ijtimak hanya dua
yaitu tahun hijriyah (Y) dan bulan hijriyah (M) yang dimaksud. Jika
diperlukan untuk waktu lokal maka diperlukan data lagi yaitu Time Zone (TZ)

Contoh: Menghitung ijtimak akhir Muharrom 1434 H. untuk mempermudah
aplikasi perhitungan silahkan buka file CONTOH FORMULA HISAB.xlsm yang
disertakan didalam materi ini lalu pilih sheet Awal Bulan.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 95
Y (F7) = 1434 (tahun hijriyah)
M (F8) = 1 (bulan hijriyah) lihat tabel 2
TZ (F3) = 7 (time zone)

HY (F11) = Y +(M x 29.53)/354.3671 (hari tahun hijriyah)
= F7+(F8*29,53)/354,3671 = 1434,083332

K (F12) = (HY 1410) x 12
= ROUND((F11-1410)*12;0) = 289

Jika nilai angka dibelakang koma lebih besar dari 0.5 maka K dibulatkan
keatas, jika lebih kecil dari 0.5 maka dibulatkan kebawah.

T (F13) = K/1200 (Juz Asal)
= F12/1200 = 0,240833333

JD (F14) = 2447740,652+29,53058868 x K + 0,0001178
x T
2
(julian date)
= 447740,652+29,53058868*F12+0,0001178*F13^2
= 2456274,992

M (F16) = Frac((207.9587074 + 29.10535608 x K
+ -0.0000333 x T2)/360)x 360
= MOD((29,10535608 * F12+207,9587074 + -0,0000333
* F13^2)/360;1)*360 (Khoshoh Syams) = 339,4066126

M' (F17) = Frac((111.1791307+385.81691806 x K
+0.0107306 x T2)/360)x360
= MOD((385,81691806 * F12 +111,1791307+0,0107306
* F13^ 2)/360;1)*360 (Khoshoh Qomar) = 12,26907242

F (F18) = Frac((164.2162296 + 390.67050646 x K
+ -0.0016528 x T2)/360)x 360
= MOD((390,67050646 * F12+164,2162296 + -0,0016528
* F13^2) /360;1)*360 (Chishotul Ardli) = 27,99250068

Selanjutnya menghitung Tadil / koreksi sebanyak 13 tadilan

T1 (F20) = (0.1734 - 0.000393 x T) x sin M
= (0,1734 - 0,000395 * F13) * SIN(F16*Dr =-0,060957149

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 96
T2 (F21) = 0.0021 x sin (2 x M)
= 0,0021 * SIN(2 * F16*Dr) = -0,001382883

T3 (F22) = -0.4068 x sin M
= -0,4068 * SIN(F17 *Dr) = -0,086446203

T4 (F23) = 0.0161 x sin (2 x M)
= 0,0161 * SIN(2 * F17*Dr) = 0,006686313

T5 (F24) = -0.0004 x sin (3 x M)
= -0,0004 * SIN(3 * F17*Dr) = -0,00023965

T6 (F25) = 0.0104 x sin (2 x F)
= 0,0104 * SIN(2 * F18*Dr) = 0,008620468

T7 (F26) = -0.0051 x sin(M + M)
= -0,0051 * SIN(F16 *Dr + F17*Dr) = 0,000738358

T8 (F27) = -0.0074 x sin(M M)
= -0,0074 * SIN(F16*Dr - F17*Dr) = 0,004015419

T9 (F28) = 0.0004 x sin(2 x F + M)
= 0,0004 * SIN(2 * F18*Dr + F16*Dr) = 0,000231665

T10(F29) = -0.0004 x sin(2 x F - M)
= -0,0004 * SIN(2 * F18*Dr -F16*Dr) = -0,000389075

T11(F30) = -0.0006 x sin(2 x F + M)
= -0,0006 * SIN(2 * F18*Dr + F17*Dr) = -0,000557302

T12(F31) = 0.001 x sin (2 x F M)
= 0,001 * SIN(2 * F18*Dr - F17*Dr) = 0,000691083

T13(F32) = 0.0005 x sin (M + 2 x M)
= 0,0005 * SIN(F16*Dr + 2 * F17*Dr) = 3,43973E-05

MT (F33) = Jumlah T1 sampai T13
= SUM(F20:F32) = -0,128954557

JDi(F35) = JD +0.5 + MT (JD Ijtimak UT)
= F14 + 0,5 + F33 = 2456275,363

JDE(F36) = JDi 2415019 (JD Ijtimak UT Excel)
= F35 - 2415019 = 41256,36318
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 97
WD (F37) = JDE + TZ (JD Ijtimak LT Excel)
= F36 + F3/24 = 41256,65485

JDi adalah Julian Date saat ijtimak, untuk merubahnya kedalam JD Excel
maka Jdi 2415019. Baik Jdi maupun JDE diatas masih dalam waktu
Greenwich/ Universal Time(UT), untuk merubah menjadi tanggal, bulan dan
tahun daerah setempat maka tinggal menambah time zone daerah setempat
(WD).

Untuk merubah nilai WD ke kalender Gregorian (kalender masehi yang
sekarang dipakai) tinggal merubah format sel dimana nilai WD berada.
Seperti contoh diatas, WD ada di sel F37 maka klik kanan F37 lalu pilih
Format Cell lalu Custom lalu isi colom Type dengan "dd mmm yyyy
hh:mm:ss"

Untuk mengetahui harinya maka bagilah WD dengan 7, lalu sisa hasil bagi
dari WD/7 itu cocokkan dengan tabel2 dan lihat kolom hari. Sedangkan untuk
pasarannya maka bagilah WD dengan 5, lalu sisa hasil bagi dari WD/5 itu
cocokkan dengan tabel2 dan lihat kolom pasar.

Hari(F42) = WD mod 7
= MOD(INT(F37);7) lihat tabel2 = 3 Kamis
Pasar(F43) = WD mod 5
= MOD(INT(F37);5) lihat tabel2 = 1 Legi

TABEL 2

NO HARI PASAR BULAN HIJRIYAH
0 Sabtu Kliwon
1 Ahad Legi Muharrom
2 Senin Pahing Shofarur Khoir
3 Selasa Pon Robi'ul Awal
4 Rabu Wage Robi'ul Akhir
5 Kamis Jumadal Ula
6 Jum'at Jumadal Akhiroh
7 Rojab
8 Sya'ban
9 Romadlon
10 Syawwal
11 Dzul Qo'dah
12 Dzul Hijjah
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 98
Kesimpulannya : Ijtimak akhir bulan Muharrom 1434 hijriyah. terjadi pada
hari Kamis Legi, 13 Desember 2012 pukul 08:42:59 GMT yakni pukul
15:42:59 WIB.


HAROKAT MATAHARI

Setelah saat ijtimak diketahui, selanjutnya adalah menghitung harokat-
harokat matahari dan bulan. Untuk menghitung harokat-harokat matahari
dan bulan tersebut diperlukan data saat maghrib/sunset pada hari ijtimak
tersebut. Untuk menghitung saat maghrib sudah diuraikan di dalam materi
Waktu Sholat.

Lalu tentukan tanggal masehi (D) bulan masehi (M) tahun masehi yang
dimaksud (Y). Untuk data tanggal, bulan dan tahun bisa diambil dari data
tanggal, bulan dan tahun hasil dari perhitungan ijtimak diatas. Lalu tentukan
juga lintang, bujur, time zone, dan ketinggian lokasi/markas perhitungan .
Berikut ini contoh menghitung harokat matahari saat maghrib pada awal
bulan Shofar 1434 H. dengan markas Balai Rukyat NU Condrodipo Gresik

Bujur :11237'2,5"BT Lintang :710'11,1"LS
Time Zone :7 Tinggi tempat 120 Dpl

Julian Date saat maghrib

D (F70) = 13
M (F71) = 12 ( Jika M<3 maka M+12 )
= IF(F39<3;F39+12;F39) = 12

Y (F72) = 2012 ( Jika M<3 maka Y-1 )
= IF(F39<3;F40-1;F40) = 2012

Grb (F73) = F66 (waktu maghrib) = 10,51467799

B (F75) = 2-INT(Y/100)+INT(INT(Y/100)/4)
= =2-INT(F72/100)+INT(INT(F72/100)/4) = -13

Jd (F76) = int(365,25 x(Y+4716))+int(30,6001
x(F88+1))+D+(Grb/24)+ B -1524,5
= INT(365,25 * (F72 + 4716)) + INT(30,6001 * (F71 + 1)) +F70
+ (F73 / 24) + F75 - 1524,5 = 2456274,945
T (F77) = (Jd - 2451545)/36525
= =(F76 - 2451545) / 36525 = 0,129498839
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 99
Harokat Matahari

S (F80) = Frac((280,46645+36000,76983 x T)/360)x 360
= MOD( (280,46645+ 36000,76983*F77)/360;1)*360
= 262,5243568

M (F81) = Frac((357,5291+35999,0503 x T)/360)x 360
= MOD( (357,5291 + 35999,0503*F77) / 360;1)*360
= 339,3643297

N (F82) = Frac((125,04 - 1934,136 * T)/360)*360
= MOD( (125,04 - 1934,136 * F77) / 360;1)*360
= 234,571633

S = Wasat Syams M = Khoshoh Syams N = Uqdh Syams

Kr1(F83) = (17,264/3600)x SIN N +(0,206/3600)xSIN(2xN)
= (17,264 / 3600) * SIN(F82*Dr) + (0,206 / 3600)
* SIN(2 *F82*Dr) = -0,003853557

Kr2(F84) = (-1,264/3600)x SIN(2 x S)
= (-1,264 / 3600) * SIN(2 * F80*Dr) = -9,05859E-05

Kr3(F85) = (9,23/3600)x COS N -(0,09/3600)x COS(2 x N)
= (9,23 / 3600) * COS(F82*Dr) - (0,09 / 3600)
* COS(2 * F82*Dr) = -0,001478049

Kr4(F86) = (0,548/3600) x COS(2 * S)
= = (0,548 / 3600) * COS(2 * F80*Dr) = -0,000147069

Q' (F87) = 23,43929111 + Kr3 + Kr4 -(46,815/3600)x T
= 23,43929111 + F85 + F86 - (46,815 / 3600) * F77
= 23,43598197

E (F88) = (6898,06/3600)x SIN M +(72,095/3600)
x SIN(2x M)+(0,966/3600)x SIN(3 x M)
= (6898,06 / 3600) * SIN(F81*Dr) + (72,095 / 3600)
* SIN(2 * F81 *Dr) + (0,966 / 3600) * SIN(3 *F81*Dr)
= -0,688736705
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 100
S' (F89) = S + E + Kr1 + Kr2 - (20,47/3600)
= =MOD(F80 + F88 + F83 +F84 - (20,47 / 3600);360)
= 261,8259899

Q' = Mail Kulli/Obloquity E = Ta'dilus Syams S' = Thulus Syams

S (F90) = sin
-1
(S' x SIN Q')
= =ASIN( SIN(F89*Dr) * SIN(F87*Dr))*180/PI()
= -23,18389988

PT = tan
-1
(tan S' x cos Q')
Jika SA antara 0-90 maka PT = PT
Jika SA antara 90-270 maka PT = PT + 180
Jika SA antara 270-360 maka PT = PT + 360

Karena logikanya agak panjang maka prosesnya dengan excel dibagi dengan
beberapa langkah.

Pta (F91) = ATAN( TAN(F89*Dr) * COS(F87*Dr))*180/PI()
= 81,10233148
Ptb (F92)= IF(AND(F89 >= 0; F89<= 90);F91;0) = 0
Ptc (F93)= IF(AND(F89 >= 90; F89<= 270);F91+180;0)
= 261,1023315
Ptd (F94)= IF(AND(F89 >= 270; F89<=360);F91+360;0)
= 0
PT (F95)= =SUM(F92:F94) = 261,1023315

PT(F96) = jika S dikurangi PT >5 maka PT + 360
= IF(ABS(F80-F95)>5;F95+360;F95) = 261,1023315

e (F97) = (S PT)/15
= (F80 -F96) / 15 = 0,094801689

s.d (F98) = 0,267/(1- 0,017 x COS M)
= 0,267 / (1 - 0,017 * COS(F81*Dr)) = 0,271316451

Dip (F99) = 1,76 / 60 x Tinggi
= 1,76 / 60 * SQRT(F4) = 0,321330567

hm (F100) = -(s.d + (34,5/60)+ Dip)
= -(F98 + (34,5 / 60) + F99) = -1,167647018
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 101
t (F101) = cos
-1
(-tan(Lt x tan S+sin hm/cos Lt/cos S)
= ACOS( -TAN(Lt*Dr) * TAN(F90*Dr) + SIN(F100*Dr)
/COS(Lt*Dr) / COS(F90*Dr))*180/PI() = 94,37108588

Grb lmt (F102) = t /15 + (12 - e)
= F101 / 15 + (12 - F97) = 18,19660404

Grb lt (F103) = Grb lmt + ((Tz x 15)- Bj)/15
= F102 + ((F3*15) -Bj) / 15 = 17,68877996

Harokat Bulan

M (F106) = frac(218,31617+ 481267,88088 x T)/360)x 360
= MOD((218,31617+481267,88088*F94)/360;1)*360
= 261,9481353

A (F107) = frac(134,96292+477198,86753 x T)/360)x360
= MOD((134,96292+477198,86753*F94)/360;1)*360
= 11,66237938

F (F108) = frac(93,27283 + 483202,01873 x T)/360)x 360
= MOD((93,27283+483202,01873*F94)/360;1)*360
= 27,37340191

D (F109) = frac(297,85027 + 445267,11135 * T)/360)x 360
= OD((297,85027+445267,11135*F94)/360;1)*360
= 359,4243673

T1(F110) = (22640/3600)x SIN A
= (22640 / 3600) * SIN(F107*Dr) = 1,271262981

T2(F111) = (-4586/3600)x SIN(A 2 x D)
= (-4586 / 3600) * SIN((F107 - 2 * F109) *Dr)
= -0,282523993
T3(F112) = (2370/3600)x SIN(2 x D)
= (2370 / 3600) * SIN(2 * F109*Dr) = -0,013227246

T4(F113) = (769/3600)x SIN(2 x A)
= (769 / 3600) * SIN(2 * F107*Dr) = 0,084577685

T5(F114) = (-668/3600)x SIN M Syams
= (-668 / 3600) * SIN(F81*Dr) = 0,065394294
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 102
T6(F115) = (-412/3600)x SIN(2 x F )
= (-412 / 3600) * SIN(2 * F108*Dr) = -0,093456404

T7(F116) = (-212/3600)x SIN(2 x A - 2 x D)
= (-212 / 3600) * SIN((2 * F107 - 2 * F109) *Dr)
= -0,024398398

T8(F117) = (-206/3600)x SIN(A + M Syams - 2 x D)
= (-206 / 3600) * SIN((F107 + F81 - 2 *F109) *Dr)
= 0,00778774

T9(F118) = (192/3600)x SIN(A + 2 x D)
= (192 / 3600) * SIN((F107 + 2 *F109) *Dr) = 0,0097294

T10(F119) = (-165/3600)x SIN(M Syams - 2 x D)
= (-165 / 3600) * SIN((F81 - 2 *F109) *Dr) = 0,015287721

T11(F120) = (148/3600)X SIN(A M Syams)
= (148 / 3600) * SIN((F107 - F81) *Dr) = 0,021966636

T12(F121) = (-125/3600)x SIN D
= (-125 / 3600) * SIN(F109*Dr) = 0,000348837

T13(F122) = (-110/3600) x SIN(A + M Syams)
= (-110 / 3600) * SIN((F107 + F81) *Dr) = 0,004765873

T14(F123) = (-55/3600)x SIN(2 x F - 2 x D)
= (-55 / 3600) * SIN((2 * F108 - 2 * F109) *Dr)
= -0,012650633
C(F124) = jumlah T1 sampai T14
= SUM(F110:F123) = 1,054864492

Mo(F125) = (M + C + Kr1 + Kr2 -(20,47/3600))
= (F106 + F124 + F83 + F84 - (20,47 / 3600))
= 262,9933695
A'(F126) = A + T2 + T3 + T5
= F107+F111+F112+F114 = 11,43202243

L'(F127) = (18461/3600)x SIN F +(1010/3600)x SIN(A+F)
+(1000/3600)X SIN(A-F)-(624/3600)x SIN(F 2
x D)-(199/3600)X SIN(A-F-2 x D)-(167/3600)
x SIN(A + F 2 x D)
= (18461/3600)*SIN(F108*Dr)+(1010/3600)
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 103
*SIN((F107+F108)*Dr)+(1000/3600)*SIN((F107-F108)*Dr)
-(624/3600)*SIN((F108-2*F109)*Dr)-(199/3600)
*SIN((F107-F108-2*F109)*Dr)-(167/3600)
*SIN((F107+F108-2*F109)*Dr) = 2,360482642

x(F128) = tan
-1
(SIN Mo x TAN Q')
= ATAN( SIN(F125*Dr) * TAN(F87*Dr))*180/PI()
= -23,27965741
y(F129) = L' + x
= F127+F128 = -20,91917477

&c(F130) = sin
-1
(SIN(Mo x SIN(Q'x SIN(y/SIN x)
= ASIN( SIN(F125*Dr) * SIN(F87*Dr) * SIN(F129*Dr)
/ SIN(F128 *Dr))*180/PI() = -20,8933863

PTC = cos
-1
( COS Mo x COS L'/COS &c)
Jika Mo >=0 dan Mo<=180 maka PTC = PTC
Jika Mo >=0 dan Mo<=360 maka PTC = 360-PTC

Ptc a(F131)= ACOS( COS(F125*Dr) * COS(F127*Dr)
/ COS(F130*Dr))*180/PI() = 97,49611351

Ptc b(F132)= IF(AND(F125 >= 0; F125<= 180);F131;0) = 0

Ptc c(F133)= IF(AND(F125 >= 180; F125<= 360);360-F131;0)
= 262,5038865
PTc(F134) = SUM(F132:F133) = 262,5038865

tc(F135) = PT - PTc + T
= MOD( F95 -F134 + F101;360) = 92,96953087

hc(F136) = sin
-1
(SIN Lt xSIN &c +COS Lt xCOS &c xCOS tc)
= ASIN( SIN(Lt*Dr) * SIN(F130*Dr) + COS(Lt*Dr) *
COS(F130*Dr) * COS(F135*Dr))*180/PI()
= -0,201065669

p(F137) =(384401 x(1-0,0549^2))/(1+0,0549 xCOS(A'+T1))
=(384401 *(1-0,0549^2))/(1+0,0549
* COS((F126 + F110) *Dr)) = 363760,7829

HP(F138) = 0,9507/(p/384401)
= 0,9507/(F137/384401) = 1,004643842
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 104
s.d.c(F139) = 0,5181/( p /384401)/2
= 0,5181/(F137/384401)/2 = 0,273748803

P(F140) = Hp x COS hc
= F138*COS(F136*Dr) = 1,004637656

Ref(F141) = 0,0167/TAN(hc + 7,31/(hc + 4,4))
= 0,0167 / TAN((F136 + 7,31 / (F136 + 4,4)) *Dr)
= 0,621234366
Hc ' = hc P + s.d.c + Ref + Dip
Jika hc < 0 atau hc P < 0 maka Hc'= hc - P
hc' a(F142)= IF(OR( F136<0;F136-F140< 0);F136-F140;0)
= -1,205703325
hc' b(F143)= IF(F136-F140> 0;F136-F140+F139+F141+F99;0)
= 0
hc'(F144) = SUM(F142:F143) = -1,205703325

Umur(F145) = (Grb Lt - WD)
= (F103-MOD(F37;1)*24) = 1,972440877

Azm(F146) = tan
-1
(-SIN Lt/TAN t)+COS Lt xTAN S/SIN t)+ 270
= ATAN( ((-SIN(Lt*Dr) / TAN(F101*Dr)) + COS(Lt*Dr) * TAN(F90
*Dr) / SIN(F101*Dr)))*180/PI()+270 = 246,457292

Azc(F147) = tan
-1
(-SIN Lt/TAN tc)+COS Lt x TAN &c
/SIN tc)+270
= ATAN( ((-SIN(Lt*Dr) / TAN(F135*Dr)) + COS(Lt*Dr)
* TAN(F130*Dr) / SIN(F135 *Dr)))*180/PI()+270
= 248,9069045

z(F148) = Azc - Azm
= ABS(F147-F146) = 2,449612522

Dc(F149) = IF(F134<F95;((F134+360)-F95)/15;(F134-F95)/15)
= 0,093437001

AL(F150) = cos
-1
(COS ABS(hc -h) x COS(ABS(Azc - Azm))
= ACOS( COS(ABS(F144 -F100) *Dr)
* COS(ABS(F147 - F146)*Dr))*180/PI()=2,449907938
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 105

Cw(F151) = (1- COS AL) x s.d.d x 60
= (1 - COS(F150 *Dr)) *F139 * 60 = 0,015012796

EL(F152) = cos
-1
(COS(Mo S') x COSL')
= ACOS( COS((F125 - F89) *Dr) * COS(F127*Dr))*180/PI()
= 2,63322663

FIa(F153) = cos
-1
( -COS EL)
= ACOS( -COS(F152 *Dr))*180/PI() = 177,3667734

FI(F154) = ((1 + COS FIa) / 2)x 100
= ( (1 + COS(F153*Dr)) / 2)*100 = 0,052795241

Ms(F155) = Grb Lt + Dc
= F103+F149 = 17,78221696

Ghurub Hilal(F156) = Ms mod 24
= MOD(F155;24) = 17,78221696

Ra(F157) = 1,00014-0,01671 x COS M Syms -0,00014
x COS(2 x M Syms)
= 1,00014 - 0,01671 * COS(F81*Dr) - 0,00014
* COS((2 * F81) *Dr) = 0,984396885

R(F158) = Ra x 149597870
= F158 * 149597870 = 147263677,3

Kesimpulannya : Ijtimak akhir bulan Muharrom 1434 hijriyah. terjadi pada
hari Kamis Legi, 13 Desember 2012 pukul 08:42:59 GMT yakni pukul
15:42:59 WIB.

Irtifak hilal hq (hc) = -0,201065669 = -0 12' 04''
Irtifak hilal mr (hc") = -1,205703325 = -1 12' 21''
Azimut matahari (Azm) = 246,457292 = 246 27' 26''
Azimut hilal (Azc) = 248,9069045 = 248 54' 25''
Lama hilal (Dc) = 00:00:00
Cahaya Hilal (FI) = 0,00 %


Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 106
BAB IX
THEODOLITE

Theodolite adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut horisontal
(Horizontal Angle = HA) dan sudut vertikal (Vertical Angle = VA). Alat ini banyak
digunakan sebagai piranti pemetaan pada survey geologi dan geodesi. Dengan
berpedoman pada posisi dan pergerakan benda-benda langit misalnya
matahari sebagai acuan atau dengan bantuan satelit-satelit GPS maka
theodolite akan menjadi alat yang dapat mengetahui arah secara presisi hingga
skala detik busur.

Pada dasarnya alat ini merupakan sebuah teleskop yang ditempatkan pada
sebuah piringan pertama yang berbentuk bulat dan dapat diputar mengelilingi
sumbu vertikal, sehingga bisa membaca sudut horisontal. Teleskop tersebut
juga dipasang pada piringan kedua yang dapat diputar mengelilingi sumbu
horisontal, sehingga bisa membaca sudut vertikal. Kedua sudut tersebut, baik
vertikal maupun horisontal dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat
tinggi.

Setelah theodolite analog kini banyak diproduksi theodolite dengan
menggunakan teknologi digital sehingga pembacaan skala jauh lebih mudah.
Beberapa merk theodolite misalnya Nikon, Topcon, Leica, Sokkia, dan lain-
lainnya. Dengan theodolite digital kita bisa mengukur sudut vertikal maupun
horisontal dengan lebih presisi dari pada dengan media lainnya.

Yang paling penting ketika menggunakan theodolite adalah pointing arah utara
terhadap titik utara sejati (True North). Pointing arah utara biasanya
menggunakan acuan matahari, dengan membidik matahari di saat tertentu
kemudian menghitung azimutnya, lalu mengkalibrasikannya dengan titik
nol/utara theodolite. Didalam kondisi emergency, pointing arah utara juga bisa
menggunakan kompas khusus yang dipasang diatas theodolite, akan tetapi
cara ini sangat tidak dianjurkan karena kompas bekerja berdasarkan pengaruh
medan magnet sehingga kesalahan kalibrasinya sangat tinggi, sangat
disayangkan ketika kita menggunakan alat ukur yang tingkat presisinya sangat
tinggi (High Precision), tetapi kalibrasinya menggunakan alat yang tingkat
akurasinya rendah (Low Precision) seperti kompas.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 107
Untuk menggunakan theodolite, berikut tahapan-tahapan yang perlu dilalui
agar hasilnya maksimal yakni presisi. Sebagai contoh kita menggunakan
Theodolite Nikon NE-102/NE-202 yang banyak digunakan oleh KEMENAG
ketika pengukuran kiblat maupun rukyat awal bulan.



Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 108
Agar bisa maksimal dalam menggunakan theodolite terlebih dahulu kita harus
mempersiapkan segala sesuatunya secara seksama agar akurasinya benar-
benar bisa dipertanggung jawabkan.

SETTING WATERPAS

Langkah pertama untuk mempersiapkan theodolite adalah setting waterpas.
Agar setting waterpas berlangsung cepat dan akurat maka dalam prosedurnya
sebagai berikut.

1. Tempatkan tripod (tiang theodolite) diatas tempat yang aman/kokoh
sehingga tripod berdiri dengan stabil, tidak mudah berubah. Kondisikan
tripod base plate (bidang datar tempat theodolite) sedatar mungkin,
sehingga tidak miring ke kanan, kiri maupun ke depan.

2. Pasang/kaitkan benang bandul di tempatnya dengan benar, yakni dibawah
tatakan tripod (tripod base plate).

3. Pasang theodolite diatas tripod base plate dengan pola salah satu foot
screws berada didepan sedangkan dua lainnya dibelakang. Lihat Gambar
8.0.
Gambar 8.0 Gambar 8.1

4. Atur garis centre theodolite, sehingga simetris diantara dua foot screws B
dan C untuk memudahkan penyetelan waterpas. Lihat gambar 8,1

5. Tekan tombol Power untuk menghidupkan theodolite.

6. Putar 2 foot screws (B dan C) untuk mengatur waterpas, sehingga
gelembung udara di dalam plat level (waterpas batang) benar-benar
centre/timbang.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 109
7. Lalu putar theodolite secara horisontal
ke posisi 90 dr, kemudian putar foot
screws A (hanya A saja dan biarkan
screws B dan C) untuk mengatur
kembali water pas, sehingga
gelembung udara didalam plate level
(waterpas batang) benar-benar
centre/timbang. Putar lagi theodolite
ke posisi 0 dr, lalu setting kembali foot
screw B dan C, sampai waterpas benar timbang. Lihat gambar 8.2.
Gambar 8.2

8. Lihat circular level (waterpas bundar), Jika prosedurnya benar maka circular
level akan centre dengan sendirinya. Jika sudah benar-benar level maka,
gelembung udara yang ada di dalam plate level maupun circular level akan
timbang/centre, kemanapun theodolite diarahkan. Jika azimut theodolite
dirubah/diputar kemudian
waterpas tidak centre maka
langkah 6 dan 7 perlu diulang
kembali sampai pada level
kemanapun theodolite diarahkan,
plate level maupun circular level
tetap centre. Lihat Gambar 8.3
Gambar 8.3

SETTING AZIMUT / MENENTUKAN ARAH UTARA SEJATI

Ada dua cara untuk menentukan azimut theodolite yaitu dengan kompas atau
matahari. Jika menggunakan kompas maka margin errornya tinggi sehingga
tingkat keakurasiannya rendah. Khusus untuk lokasi-lokasi didalam gedung
atau diatas konstruksi cor-coran beton sangat tidak dianjurkan menggunakan
kompas. Kompas bekerja berdasarkan medan magnit sehingga akan sangat
terpengaruh oleh kondisi tempat, semakin banyak logam disekitar tempat
tersebut maka semakin tinggi tingkat errornya.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 110
Cara yang kedua adalah dengan acuan matahari, dengan menggunakan
matahari, kita tidak terganggu oleh kondisi tempat, walupun lokasinya
disekitar pabrik yang banyak logam dan medan listriknya. Yang akan diuraikan
disini adalah menggunakan acuan matahari.

Untuk memudahkan dalam membidik matahari sebaiknya pengukuran
dilakukan di pagi hari sebelum jam 9 atau sore hari diatas jam 15 agar
pengintaian matahari dengan theodolite tidak mengalami kesulitan. Jika
matahari terlalu tinggi, disamping kesulitan dalam pengintaian, teleskop
theodolite juga akan terhalang oleh bagian atas theodolite itu sendiri.

Sebelum melakukan kalibrasi azimut theodolite, pastikan waterpas theodolite
benar-benar timbang/centre. Kemudian ikuti langkah-langkah berikut ini.

1. Tutuplah objective lens/kaca depan teleskop theodolite dengan filter
sehingga teleskop theodolite tidak kontak langsung dengan matahari. Anda
bisa membuat filter ini dengan menggunakan bekas disket maupun negatif
film

2. Buka kunci horisontal (horisontal clamp cnop) maupun vertikal (vertical
clamp cnop), arahkan theodolite ke posisi matahari berada, jika sudah
mendekati obyek, kunci knop horisontal dan vertikal. Atur vertikal maupun
horisontal theodolite dengan menggunakan knop pengatur horisontal
(horisontal tangent screw) maupun vertikal (vertical tangent screw)
sehingga piringan matahari benar-benar di tengah-tengah frame target
object, jika matahari terlihat kabur, maka atur focus adjustman sampai
matahari terlihat dengan jelas,
Lihat Gambar 8.4

Pada saat piringan matahari
benar-benar di tengah-tengah
frame target object maka catat
waktunya, misalnya 17:01:24.

Gambar 8.4

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 111
3. Setelah piringan matahari benar-benar di tengah-tengah frame target
Tekan tombol reset 3 detik kemudian hitung azimut matahari pada saat
tersebut dengan menggunakan software-software yang sudah ada, seperti
Starry Night, Ascript, Moncal 6 dan lainnya, atau dengan rumus yang akan
diterangkan di jilid dua buku ini.

4. Setelah ketemu nilai azimut matahari pada saat tersebut kemudian
kurangkan dengan 360, misal azimut matahari pada 17 Agustus 2007 jam
17:01:24 adalah 278 12 14 maka = 360-278 12 14 = 81 47 46. Lalu
arahkan theodolite ke posisi 81 47 46 setelah benar-benar pas kemudian
tekan reset selama 3 detik.

Bulatkan nilai azimut ke dalam nilai 5" (detik derajat), karena Gradian
vertikal maupun horisontal theodolite jenis Nikon NE-102/202 adalah 5",
misalnya nilainya 81 47 46 maka dibulatkan ke 81 47 45.

5. Jika prosedur diatas dilakukan dengan benar maka azimut theodolite kita
sekarang sudah terkalibrasi dengan arah utara sejati. Selanjtunya kita bisa
menggunakan theodolite untuk kepentingan hisab, baik menentukan arah
kiblat maupun untuk kepentingan rukyat awal bulan.

CECKING AZIMUT THEODOLITE

Sebelum digunakan untuk mengukur qiblat maupun rukyat hilal, sebaiknya kita
cek terlebih dahulu theodolite yang telah kita kalibrasi tadi dengan membidik
matahari lagi untuk memastikan bahwa azimut theodolite sudah benar-benar
adjust.

Hitung azimut dan altitude matahari 10 menit yang akan datang dari sekarang.
Misalnya jam sekarang 17:00, maka hitung azimut dan altitude matahari pada
jam 17:10 dengan menggunakan software-software yang sudah ada, seperti
Starry Night, Ascript, Moncal 6 dan lainnya, atau dengan rumus yang akan
diterangkan di jilid dua buku ini.

Selanjutnya arahkan vertikal dan horisontal theodolite sesuai dengan
perhitungan azimut dan altitude matahari pada jam tersebut (17:10). Kalau
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 112
sudah pas, lalu tunggu sampai pukul 17:10 dan pada saat tersebut lihatlah
matahari melalui lup theodolite, jika pada saat tersebut piringan matahari
berada tepat di tengah-tengah target frame object, maka azimut theodolite
sudah benar, dan jika piringan matahari tidak tepat di tengah-tengah target
frame object maka kalibrasi theodolite perlu diulang kembali sampai azimut
theodolite benar-benar tepat.

APLIKASI THEODOLITE DALAM PENENTUAN ARAH QIBLAT

Setelah kalibrasi azimut theodolite berjalan sukses, kita tinggal mengarahkan
theodolite ke target yang kita kehendaki sesuai dengan keperluannya. Untuk
menentukan arah qiblat, ikuti langkah-langkah sebagai berikut.

a. Buatlah tanda titik pertama atau paku di permukaan tanah atau lantai yang
berada di bawah bandul theodolite, beri nama titik tersebut dengan titik
"A", Lihat Gambar 8.5.

b. Buka kunci knop horisontal (horisontal clamp cnop) lalu arahkan azimut
theodolite dengan tangan ke arah qiblat lokasi tersebut yang sudah
dihitung sebelumnya, misalnya 294 03' 39. Eratkan kembali kunci
horisontal jika azimut theodolite sudah mendekati nilai azimut qiblat
setempat, lalu putar pelan-pelan menggunakan knop horisontal (horisontal
tangent screw) sampai nilai horisontal theodolite benar-benar pas dengan
nilai arah qiblat setempat.

Bulatkan nilai azimut qiblat setempat ke dalam nilai 5" (detik derajat),
karena gradian horisontal maupun vertikal theodolite jenis Nikon NE-
102/202 adalah 5", misalnya nilai qiblatnya 294 03' 39 maka dibulatkan ke
294 03' 40

c. Buka kunci knop vertikal (vertical clamp cnop), lalu arahkan teleskop
theodolite ke permukaan tanah atau lantai dengan obyek target kira-kira 10
meter dari theodolite. Lihatlah obyek melalui lup teleskop theodolite, atur
focus adjutsman jika obyek terlihat buram atau tidak fokus, sehingga obyek
di permukaan tanah atau lantai terlihat dengan jelas bersama garis silang
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 113
frame target object. Semakin jauh obyek, pengukuran semakin presisi
asalkan obyek terlihat jelas dengan teleskop theodolite. Lihat Gambar 8.5.

d. Buatlah tanda titik kedua atau paku di permukaan tanah atau lantai yang
bersinggungan/ bertepatan dengan garis silang dari frame target object,
lalu beri nama titik tersebut dengan titik "B". Lihat Gambar 8.5.

e. Tariklah benang atau tali dari titik A ke titik B. Dari titk A ke titik B itulah
hasil pengukuran arah qiblat yang barusan dilakukan. Lihat Gambar 8.5.



Referensi :
Anfa'u Al-Wasilah, KH. Achmad Ghozali
Ilmu Falak, H. Abdus Salam Nawawi
Modul Pelatihan Rukyat Hilal, Mutoha AR.
Faidl Al-Karim Al-Rouf, KH. Achmad Ghozali
Ittifaqu Dzat Al-Bain, KH. Zubair Abdul Karim
Al-Tafsir Al-Munir, DR. Wahbah Zuhaili
Irsyad Al-Murid, KH. Achmad Ghozali
Penentuan Awal Waktu Sholat, Drs. H. Sriyatin Shodiq SH. M.Ag
Astronomical Algorithms, Jean Meeus, Willmann-Bell, Virginia, 1991.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 114

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 115

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 116

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 117
KALENDER USIA NABI MUHAMMAD
USIA HIJRI KETERANGAN
0 -53* Kelahiran Nabi Senin Legi 10 R. Awwal / 20 April 571 M.
1 -52 Senin Pon, 1 2 572 M.
2 -51 Sabtu Pon, 21 1 573 M.
3 -50 Rabu Pahing, 10 1 574 M.
4 -49 Ahad Legi, 30 12 574 M.
5 -48 Kamis Kliwon, 19 12 575 M.
6 -47 Senin Wage, 7 12 576 M.
7 -46 Sabtu Wage, 27 11 577 M.
8 -45 Rabu Pon, 16 11 578 M.
9 -44 Senin Pon, 6 11 579 M.
10 -43 Jumat Pahing, 25 10 580 M.
11 -42 Rabu Pahing, 15 10 581 M.
12 -41 Ahad Legi, 4 9 582 M.
13 40 Kamis Kliwon, 23 9 583 M.
14 -39 Senin Wage, 11 9 584 M.
15 -38 Sabtu Wage, 1 9 585 M.
16 -37 Rabu Pon, 21 8 586 M.
17 -36 Senin Pon, 11 8 587 M.
18 -35 Jumat Pahing, 30 7 588 M.
19 -34 Selasa Legi, 19 7 589 M.
20 -33 Sabtu Kliwon, 8 7 590 M.
21 -32 Kamis Kliwon, 28 6 591 M.
22 -31 Senin Wage, 16 6 592 M.
23 -30 Sabtu Wage, 6 6 593 M.
24 -29 Kamis Wage, 27 5 594 M.
25 -28 Senin Pon, 16 5 595 M.
26 -27 Jumat Pahing, 4 5 596 M.
27 -26 Selasa Legi, 23 4 597 M.
28 -25 Sabtu Kliwon, 12 4 598 M.
29 -24 Kamis Kliwon, 2 4 599 M.
30 -23 Selasa Kliwon, 22 3 600 M.
31 -22 Sabtu Wage, 11 3 601 M.
32 -21* Kamis Wage 1 3 602 M.
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 118
KALENDER USIA NABI MUHAMMAD
USIA HIJRI KETERANGAN
33 -20 Senin Pon, 18 2 603 M.
34 -19 Jumat Pahing, 7 2 604 M.
35 -18* Peletakan Hajar Aswad, Senin Legi,17 R.Awal/12-4-605 M.
36 -17 Ahad Kliwon, 16 1 606 M.
37 -16 Kamis Kliwon, 5 1 607 M.
38 -15 Selasa Kliwon, 26 12 607 M.
39 -14 Sabtu Wage, 14 12 608 M.
40 -13 Kamis Pon, 4 12 609 M.
41 -12* Nuzulul QuranHari Senin Kliwon 17 Romadlon/2-8-611M.
42 -11 Jumat Legi, 12 11 611 M.
43 -10 Selasa Legi, 31 10 612 M.
44 -9 Ahad Kliwon, 21 10 613 M.
45 -8 Kamis Kliwon, 10 10 614 M.
46 -7 Selasa Wage, 30 9 615 M.
47 -6 Sabtu Wage, 18 9 616 M.
48 -5 Rabu Pon, 7 9 617 M.
49 -4* Isro Miroj hari Senin legi 27 Rojab/19-3-619 M.
50 -3 Jumat Legi, 17 8 619 M.
51 -2 Selasa Legi, 5 8 620 M.
52 -1* Hijrah Nabi ke Madinah Senin Pahing,14 R.Awal/5-10-621 M.
53 1 Kamis Kliwon, 15 7 622 M.
54 2 Umur Romadlon 30 Hari Selasa Wage, 5-7-623 M.
55 3 Umur Romadlon 29 Hari Sabtu Wage, 23-6-624 M.
56 4 Umur Romadlon 29 Hari Rabu Pon, 12-6-625 M.
57 5 Umur Romadlon 30 Hari Ahad Pahing, 1-6-626 M.
58 6 Umur Romadlon 29 Hari Jumat Pahing, 22-5-627 M.
59 7 Umur Romadlon 29 Hari Selasa Legi, 10-5-628 M.
60 8 Umur Romadlon 29 Hari Ahad Legi, 30-4-629 M.
61 9 Umur Romadlon 29 Hari Kamis Kliwon, 19-4-630 M.
62 10* Umur Romadlon 30 Haji Wada Jumat Pahing/6-3-662 M.
63 11* Wafat Nabi Hari Senin Legi, 14 R.Awal /8 Juni 632 M.

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 119


Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 120


Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 121


Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 122


Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 123

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 124
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 125
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 126
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 127
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 128
Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 129

Formula Ilmu Hisab I oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid 130

You might also like