You are on page 1of 11

KUPAS TUNTAS MEMBAHAS KITAB IHYA

ULUMUDDIN DAN MENGENAL HUJJATUL


ISLAM IMAM AL-GHOZALI

MUQODDIMAH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillahi robbil alamiin wa bihi nastain wa ala
umurid dunya waddin, was sholaatu was salaamu ala Sayyidina Muhammadin
wa ala alihi wa Shohbihi ajmain, Amma badu :

Saudara saudari se islam dan se iman, catatan atau artikel ini adalah bentuk
prihatin kami sekaligus jawaban yg jauh lebih ilmiyah tentang berbagai hujatan
terhadap Hujjatul Islam Imam Al-Ghozali beserta karya monumentalnya yaitu
Kitab Ihya Ulumiddin yang sudah banyak di sebar di blog website/situs-situs
internet oleh segelintir aliran sempalan (baca salafy wahabi).
Bahkan sudah ada yg membentuk E-book, selengkapnya bisa anda lihat di sini
salah satunya : http://ibnumajjah.wordpress.com/2010/01/03/kitab-ihya-
ulumuddin-dalam-pandangan-ulama/ Dan di sini : http://cafe-
islamicculture.blogspot.com/2011/07/kupas-tuntas-kitab-ihya-
ulumuddin.html?showComment=1353676582014

Sebelum membaca langsung kitab Ihya' Ulumuddin ini ingin kami nasihatkan
kepada siapa yang ingin membenci dengan kitab Ihya Ulumuddin itu supaya
jangan meneruskan usaha anda itu. Jangan termakan hasutan yang membenci
ilmu tasawwuf dan kitab Ihya tersebut, Kepada yang sudah khatam, pasti kita
dapat melihat betapa unggulnya kitab masterpiece Imam Al-Ghazali tersebut.
Jangan takut untuk membacanya.
BIOGRAFI HUJJATUL ISLAM IMAM AL-GHOZALY

Imam Ghazali telah sampai ke derajat Hujjatul Islam, sedangkan Hujjatul Islam
berarti telah hafal 300.000 (tiga ratus ribu) hadits berikut sanad dan hukum
matannya.
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Muhammad Abu Hamid Al Ghazaly
At-Thuusiy Rahimahullah.

Berikut kami kutipkan dari kitab Al Bidayah wan Nihayah juz XVI halaman 214





.
"
"




.

: :
.

Muhammad bin Muhammad Abu Hamid Al-Ghozali, Beliau lahir pada tahun 450
H. Beliau mempelajari ilmu fiqih kepada Imam Haramain. Beliau mahir dengan
banyak ilmu. Beliau mempunyai banyak karangan dari berbagai disiplin ilmu.
Maka beliau termasuk salah seorang cendekiawan dunia disetiap apa yang
dibahas. Beliau sudah menjadi pemimpin sejak usia muda, dimana beliau
mengajar di An-Nidhamiyyah di Baghdad dalam usia beliau 34 tahun, dan
dihadiri pembesar-pembesar ulama. Diantara yang hadir ialah Ibn Aqil dan Abul
Khaththab yang mana keduanya adalah pembesar madzhab Hanbali. Mereka
takjub dengan kefasihan dan pengetahuan beliau. Beliau pindah ke Syam, dan
beliau mukim disana. Dan (beliau juga mukim) di Baitul Maqdis dalam satu
masa. Beliau mengarang kitabnya Ihya Ulumiddin dalam masa ini. Ihya adalah
sebuah kitab yang mengagumkan. Kitab tersebut memuat ilmu syara yang
bermacam-macam, dicampur dengan hal-hal yang lembut dari tasawwuf dan
amaliyah hati, akan tetapi didalam Ihya terhadapat banyak hadits yang gharib,
munkar bahkan diantaranya ada yang maudhu sebagaimana ditemukan didalam
kitab lainnya dari kitab-kitab Furu yang mana hadits-hadits tersebut dijadikan
sebagai dalil untuk halal dan haram. Kitab yang dikarang untuk RAQAA`IQ
(menghaluskan hati), TARGHIB (menyemangatkan) dan TARHIB (menjadikan
takut) adalah perkara yang lebih dipermudah dari yang lainnya. Kemudian beliau
pulang ke negaranya, Thus. Dan beliau mukim disana. Beliau membangun
ribath. Beliau membuat rumah yang bagus. Beliau disana membikin taman yang
indah, Beliau menetapi/menekuni tilawatil Quran dan menghafal hadits-hadits
shahih.
Dan Beliau wafat pada hari Senin tanggal 24 Hijriyah bulan Jumadil akhir tahun
ini (505 H). Beliau dimakamkan di Thus, semoga Allah Taala merahmati beliau
Sebagian kawan beliau memintanya, dalam keadaan beliau masih naza, dia
berkata: Wasiatilah aku, maka beliau berkata: Tetaplah kamu dengan ikhlas,
kalimat tersebut beliau ulang-ulang sampai beliau wafat, Semoga Allah
merahmatinya.

SEKELUMIT PUJIAN KIBARUL ULAMA KEPADA
IMAM AL-GHOZALY
Al Hafizh Adz Dzahabi (673-748 H) dalam kitabnya Siyar A'lam an Nubala juz
XIX halaman 232, memulai biografi Imam Ghazali dengan ucapan beliau :
-


Al-Ghazali, Syaikh, Imam, Lautan, Hujjatul Islam, keajaiban zaman, Zainuddin
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad, At-thusi,
Asy-syafi'i, al Ghazali, orang yang mempunyai banyak karangan dan orang yang
sangat cerdas
Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali Qoddasallohu
Sirroh, beliau adalah seorang tokoh ilmuwan yang melaut, dan pemuka hati yang
gemilang yang Tak pernah di dapatkan baik di kalangan Syafi'iyyah ataupun
lainnya di akhir zaman ini, yang seperti beliau dan seperti kitab kitab karangan
beliau. Dialah keindahan zamannya yang besar kadarnya selaku pensyarah
kitabullah dari sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Beliau diakui oleh banyak sekali para Hujjatul Islam lainnya, diantaranya Hujjatul
Islam Al Imam Ibn Hajar Al Astqalany, beliau banyak sekali mengambil ucapan
Imam Ghazali pada kitabnya Fathul Bari beliau banyak merujuk fatwa Imam
Ghazali dari kitabnya Ihya Ulumuddin, demikian pula Hujjatul Islam Imam
Nawawi, demikian pula Al Hafizh Imam Qurtubiy, Al Hafizh Imam Assuyuthiy, (Al
Hafizh adalah gelar bagi mereka yg telah hafal 100.000 (seratus ribu hadits)
berikut sanad dan hukum matannya.
~ 1 17
Hampir saja posisi Ihy menandingi al-Quran. Sanjungan tersebut disampaikan
oleh tokoh karismatik `Ulamul-islm al-Imm al-Faqh al-Hfizh Ab Zakariya
Muhyiddn an-Nawawi atau lebih dikenal dengan sebutan Imm Nawawi
Shhibul-majm`, yang hidup dua abad pasca Imm Ghzali.
Quthbil-auliy as-Sayyid Abdullh al-`Aydrus berpesan kepada segenap umat
Islam untuk selalu berpegang teguh pada al-Quran dan Sunnah. Sedangkan
penjelasan keduanya, menurut beliau, telah termuat dalam kitab Ihy Ulmiddn
karya Imm Ghzali.
Dua komentar ulama tadi telah membuktikan keagungan kitab ini dan besarnya
anugerah yang diraih oleh Imm Ghzali. Sampai-sampai kritikus dan peneliti
Hadits Ihy, al-Imm al-Faqh al-Hfzh Abl Fadhl al-`Irqi, turut memberikan
apreseasi positif terhadap kitab yang ditakhrijnya itu. Beliau menempatkan Ihy
sebagai salah satu kitab teragung di tengah-tengah khazanah keilmuan Islam
yang lain.
Sungguh agung sanjungan ulama-ulama tersebut terhadap kitab Ihy dan al-
Ghzali. Karenanya, tidak berlebihan bila Syrih (komentator) kitab tersebut,
Murtadh az-Zabdi, memunculkan sebuah image andaikan masih ada nabi
setelah Nabi Muhammad niscaya al-Ghzali orangnya.
Imm Ghzali telah mengkonsep materi yang ditulisnya dalam empat klasifikasi
kajian pokok. Dari masing-masing klasifikasi tersebut terdapat sepuluh pokok
sub pembahasan utama (kitab). Secara global, isi keseluruhan kitabnya telah
mencakup tiga sendi utama pengetahuan Islam, yakni Syar`at, Tharqat, dan
Haqqat. Imm Ghzali juga telah mengkoneksikan ketiganya dengan praktis dan
mudah ditangkap oleh nalar pembaca. Sehingga, as-Sayyid Abdullh al-`Aydrus
memberikan sebuah kesimpulan bahwa dengan memahami kitab Ihy
seseorang telah cukup untuk meraih tiga sendi agama Islam tersebut.
Telah berkata Sayyid Bakri dalam Kifayatul Atqiyaa waminhajul Asyfiyaa
halaman 98 :


.

Dan tidak ada yang membantah Ihya Ulumiddin itu melainkan orang yang sesat
lagi menyesatkan, bahkan berkata sebagian arifin; "Demi Allah, jika sekiranya
Allah bangkitkan orang mati niscaya tidaklah mereka berpesan terhadap mereka
yang hidup, melainkan dengan apa yang ada dalam kitab Ihya Ulumiddin, dan di
dalamnya ada manfa'at pelajar pemula, tinggi, dan tawassuth (sedang/tengah2)
karna di dalamnya disebutkan perkara yang patut untuk tiga golongan tersebut





Tetaplah kalian dengan melazimkan Kitab Ihya Ulumuddin, karna dia itu tempat
pandangan Allah dan keridloan-Nya. maka barangsiapa yang mencintainya dan
menelaahnya serta mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya, maka
sesungguhnya Ia telah berhak memperoleh kecintaan Allah dan kecintaan Rosul-
Nya, kecintaan malaikat malaikat-Nya, kecintaan para Nabi-Nya, kecintaan para
Wali-Nya, dan berarti Ia telah menjadikan antara Syari'at, Thoriqot, dan Hakikat
di dunia dan Akhirat.dan jadilah Ia orang yang Aalim di alam malakut
Di samping karena cakupan materi yang tersaji di dalamnya, kitab ini juga
ditopang oleh jurnalistik yang sistematis. Sistematika penulisan yang begitu rapi
menjadikan Ihy lebih menarik dan mudah dibaca oleh berbagai kalangan;
sederhana, berbobot, dan tidak terlalu meluas dalam penyajian. Lagi pula istilah-
istilah rumit juga jarang ditemui dalam pembendaharaan kata yang terpakai.

Inilah dibeberapa alasan kenapa kitab ini sangat digemari oleh banyak kalangan.
Oleh fuqaha, Ihya dijadikan sebagai rujukan standar dalam bidang fikih. Oleh
para sufi, kitab ini menjadi materi pokok yang tidak boleh ditinggalkan. Kedua
studi ilmu tersebut telah tercover dalam karya momumental Imm Ghzali ini.
Sebenarnya, tidak hanya dua kelompok ini yang banyak mereferensi Ihya, Para
teolog Islam juga menganggap penting untuk menempatkan Ihya sebagai bahan
dasar kajian. Paradigma bertauhid yang disajikan Imm Ghzali di awal
pembahasan kitab Ihya sangat membantu pada pencerahan akal dalam proses
peng Esaan Allah. Imm Ghzali mampu mengarahkan logika pembaca pada
sebuah kesimpulan yang benar dalam bertauhid dengan nalar berfikir yang tepat
dan berdiri kokoh di atas dalil-dalil naqli.
KOREKSI ATAS IHYA ULUMIDDIN
Meskipun posisi Ihya di tengah-tengah keilmuan Islam sangat tinggi, bukan
berarti kitab ini terlepas sepenuhnya dari koreksi dan kritik. Banyak sekali
komentar negatif dan bantahan yang ditujukan kepada Imm Ghozali atas karya
momumentalnya ini, utamanya dalam studi Hadits yang beliau sajikan.
Hadits-hadits Ihy ditengarai banyak bermasalah oleh beberapa kritikus Hadits.
Keberadaannya menjadi sorotan utama dan sebagai bahan pokok kritikan para
rival al-Ghozali, semisal al-Hafizh Abul Faraj Abdurrahmn Ibnu al-Jauzi. Ibnul
Jauzi yang dikenal anti Ihya, beliau banyak memvonis palsu pada hadits-hadits
yang ditulis Imm Ghozali dalam kitab tersebut.

Dinamika inilah yang selanjutnya diangkat kepermukaan oleh kelompok ekstrimis
dan orentalis untuk menolak sepenuhnya isi kitab Ihya Ulumiddn. Lebih-lebih,
kelompok ini tanpa malu-malu menyebut al-Ghozali sebagai pemalsu hadits.

MELURUSKAN IHYA' ULUMUDDIN
Benarkah Imam al-Ghozali pemalsu hadits?
Atau memang beliau tidak membidangi studi ini?
Dan apakah kitab Ihya banyak memuat Hadits palsu sehingga tidak layak untuk
dipelajari?
Berikut sebagai bahan pertimbangan ilmiah sebelum pembaca ikut mengiyakan
tuduhan tersebut.
Pertama, apabila dikatakan bahwa kitab Ihya banyak memuat Hadits-hadits
palsu dan tidak terdapat landasan ilmiah dalam pembelaannya, maka tuduhan ini
terlalu tergesa-gesa.
Terhitung, hanya tiga redaksi Hadits yang diklaim maudhu` oleh al-Hafizh al-
`Iraqi ketika mentakhrij lebih dari empat ribu lima ratus hadis yang ditampilkan
Imm Ghzali dalam kitab Ihya-nya. Bilangan tersebut sangatlah kecil tutur al-
`Irqi. Lebih-lebih, apabila kita memandang jumlah Hadits yang ditampilkan oleh
Imm Ghzali secara keseluruhan. Setidaknya, kuantitas hadits Imam Ghazali
dalam kitab Ihy-nya telah setingkat dengan beberapa kitab sunan, semisal
Sunan Ab Dwud, Sunan Nasi, dan bahkan dapat dikatakan melebihi bilangan
hadits yang terdapat dalam Sunan Ibnu Mjah.

Dalam kitab: Tariful Ahya bi fadhooil Ihya karya Syaikh 'Abdul Qaadir al
'Aiydarus Ba 'Alawi :







.
Lebih lanjut, al-`Irqi juga memberikan sebuah pembelaan bahwa sebagaian dari
Hadits maudh` tadi disampaikan tanpa memakai shghat riwayat. Sehingga,
dalam studi methodologi Hadits, Imm Ghzali tidak dapat diposisikan sebagai
perawi yang mendapat ancaman dari baginda nabi Muhammad Shollallohu
'Alaihi Wasallam.
Kedua, perlu dipahami bahwa ketiga Hadits tadi bukanlah refensi utama Imm
Ghzali, malainkan sekedar tambahan dari dall shahh yang mendasari
ijtihadnya. Imm Ghzali selalu mendahulukan landasan ijtihadnya dengan dasar
yang shahh dari Al-Qur'an sebelum kemudian menampilkan dalil lain yang
selevel atau di bawahnya.

Bahkan Imam Al-Ghozali sendiri pun sudah memberi peringatan kelirunya orang
yang memperbolehkan memalsukan hadits dalam fadlaail a'amaal. Berikut teks
aslinya dalam Ihya Ulumiddin juz III halaman 136, cetakan Daar Ihyaa al Kutub
al 'Arabi, 'Iisaa al Baabi al Halabi wa Syirkaah.
Dan sekali lagi, bilangan tersebut sangatlah kecil. Tentu sangat naif bila bagian
kecil dari kekeliruan (untuk tidak mengatakan kesalahan karena keduanya
memiliki perbedaan makna yang signifikan) tersebut dapat menghapus pada
seluruh kebenaran yang terkandung dalam kitab Ihy. Generalisasi seperti ini
merupakan salah satu bentuk paralogis yang biasa dipakai oleh teroris
intelektual ketika menghantam lawan pemikirannya tanpa memandang esensi
kebenaran lain yang lebih berharga.
Ketiga, apabila dikatakan bahwa Imm Ghzali tidak kapabel dalam studi Hadits
maka sangat keliru sekali. Al-Mustashf karya al-Ghzali di bidang Usul Fiqh
cukup kiranya untuk membuktikan kapabilitas beliau dalam bidang kajian Hadits.
Dalam kitab tersebut, tepatnya pada entri pembahasan sunnah, Imm Ghzali
telah panjang lebar menuturkan konsep dan perdebatan ulama mengenai
dinamika kajian Hadits, utamanya yang berkenaan dalam proses istinbtul-
ahkm. Bahkan, al-Ghzali juga sempat memberikan tarjih ketika terjadi
perselisihan alot antara ulama, baik itu yang muncul dari kalangan ushliyyin
atau muhadditsn.
Keempat, ancaman Rasulullah kepada para pemalsu Hadits hanya tertuju
kepada pemalsu yang sengaja berspekulatif. Hal tersebut terbukti dari tambahan
redaksi `amdan atau muta`ammidan (Sengaja) dalam beberapa riwyat shahh
dari kutubis-sittah.
Husnudz-zhan kita, kesengajaan dalam pemalsuan Hadits tidak akan terjadi
pada ulama sekaliber al-Ghzali. Terlalu rendah intelektualisme al-Ghzali bila
harus memalsukan Hadits untuk menopang pemikirannya. Imm Ghzali sendiri
telah meletakkan sebuah prinsip bahwa pemalsuan Hadits dengan alasan
apapun tidak diperkenankan. Pernyataan tersebut sebagai penangkis terhadap
dugaan bolehnya memalsukan Hadits untuk fadhilul-a`ml atau pencegah
tindakan tercela. Menurut al-Ghzali keberadaan ayat dan Hadits sahih telah
cukup untuk memenuhi tujuan tersebut.
Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa penulisan Hadits palsu dalam literatur
Imm Ghzali muncul dari unsur ketidak sengajaan atau keliru. Dalam
pembendaharaan kata arab istilah yang dipakai untuk menyatakan makna ini
adalah kata khatha bukan ghalath. Ab Hill al-Hasan Abdullh bin Sahal al-
`Askari membedakan antara keduanya dengan menitiktekankan terhadap ada
dan tidaknya unsur kesengajan. Jika memang sengaja maka disebut ghalath dan
khata apabila sebaliknya.
Kemudian, kesimpulan ini dihadapkan pada sabda Nabi rufi`a `an ummati al-
khata, yakni diantara perbuatan umat Islam yang dimaklumi (dimaafkan) adalah
tindakan yang muncul tanpa adanya unsur kesengajaan (khatha); bukan yang
memang bertujuan salah (ghalath). Karenanya, tiada dosa bagi tindakan yang
muncul tanpa disengaja. Al-Hfizh Ibnu Hajar al-`Asqalni telah mengutip
adanya konsesus ulama akan hal ini, termasuk keliru dalam meriwayatkan
Hadits. Lalu, akankah kita menghukumi al-Ghzali sebagai pendosa dan
pendusta ?
Kelima, apabila kita bercermin pada takhrj al-Hafizh al-Irqi, maka tidak akan
ditemukan lebih dari tiga Hadits yang disepakati kepalsuannya. Namun, berbeda
apabila kita mengacu pada komentar al-Hfizh Ibnu al-Jauzi. Terdapat sekitar
dua puluh lima Hadits yang diklaim maudh` olehnya. Ibnul Jauzi memang
dikenal sebagai ulama yang sembrono dalam memfonis palsu sebuah Hadits.
Sikap kontroversi Ibnul Jauzi ini banyak mendapat sorotan kritis dari para
muhadditsn. Sehingga, banyak klaim yang dilontarkan Ibnul Jauzi justru
mendapat bantahan balik.
Al-Hfizh al-`Irqi dan al-Hfizh Ibnu Hajar al-`Asqalni memberikan sanggahan
khusus terhadap tuduhan palsu Ibnul Jauzi akan kesahihan beberapa riwayat
Imm Ahmad. Sedangkan al-Hfizh Jalluddn as-Suythi menulis Al-Qaul al-
Hasan fdz-Dzabbi `anis-Sunnan yang secara umum membantah segenap
tuduhan palsu Ibnul Jauzi terhadap riwayat Imm Bukhri, Muslim, Ahmad,
Dwud, Turmuzi, Nasi, Ibnu Mjah, Mustadrak al-Hkim, dan beberapa Hadits
lagi di berbagai literatur yang lain.
Ringkasnya, sebagaimana yang telah disimpulakan oleh as-Syaikh Muhammad
Mahfzh bin Abdullh at-Turmsi, mayoritas Hadits yang diklaim palsu oleh Ibnul
Jauzi dalam beberapa karya kritisnya, semisal Al-Maudh`at dan Al-`Ilal al-
Mutanhiyah, adalah hadits shahh, hasan atau juga dha`f. Kesimpulan ini
diperkuat dengan adanya pernyataan Ibnu Shalh bahwa Ibnul Jauzi memang
banyak memvonis palsu terhadap Hadits dha`f tanpa ada dasar kepalsuan.
Fakta lain berbicara mengejutkan ketika kita menyimak berbagai karya Ibnul
Jauzi; tidak hanya kedua kitab di atas, utamanya di bidang maw`izh dan
tasawuf, semisal Bahrud-Dum` dan Al-Waf f Ahwlil-Mushtaf. Kedua kitab ini
banyak memuat Hadits palsu lebih dari isi kitab yang ia kritisi. Sampai-sampai,
Dr. Ibrhm Bjis bin Abdul Majid dan Dr. Mushtaf Abdul Qadr `Ath terkejut
akan kenyataan ini. Sosok Ibnul Jauzi yang terbilang berlebihan dalam kritik
Hadits dan keras menentang cerita-cerita aneh, justru karya-karyanya dipenuhi
oleh kedua hal tersebut. Ibnul Atsir sejarawan abad VII juga menyatakan
keterkejutan serupa dalam Al-Kmil f at-Trkh-nya.
Untuk itu tidak salah apabila al-Imm al-Hfizh Ibnu Hajar al-`Asqalni
memberikan sebuah kritik pedas bahwa mayoritas riwayat yang termuat dalam
karya-karya Ibnul Jauzi (selain kitab kritik haditsnya) adalah maudh. Riwayat
yang perlu dikritisi lebih banyak daripada yang tidak. Bahkan Ibnul Jauzi tidak
segan untuk mengutip sebuah riwayat dari karya yang pernah dikritisinya, atau
sekedar menukil Hadits-hadits yang telah di vonis palsu dalam kitab Al-
Maudh`t-nya.
Namun, bukan berarti menyerang balik terhadap sebuah kenyataan yang sama
pahitnya. Menyimak fakta ini, kita juga perlu bersikap bijak tanpa
mengesampingkan etika intelektualitas melalui sisi pandang kebenaran yang
lain.
Keenam, mengenai perselisihan dalam status hukum maudh` yang muncul dari
penilaian Imam Hadits selain Ibnul Jauzi, cukup kiranya diketahui bahwa hal
tersebut masih dalam ranah ijtihdi yang tidak perlu dielukan. Penilaian
muhaddits dalam studi kritiknya memang cenderung beragam, karena vonis
palsu dalam kritik Hadits hanyalah aplikasi dari sebuah praduga yang tidak
menutup adanya kemungkinan keliru. Lebih-lebih, apabila kritik diarahkan pada
mata rantai periwayatan.
Dan lagi, jumlah yang diperselisihkan itu terbilang sangat sedikit; tidak lebih dari
tiga redaksi Hadits. Diantaranya adalah Hadits yang menyebutkan keutamaan
membaca Ftihatul-Kitb dan dua ayat dari surat Ali `Imrn yang diklaim palsu
oleh Imm Ibnu Hibbn. Di dalam rangkaian sanad Hadits tersebut terdapat Al-
Haris bin `Amr yang menurut Ibnu Hibbn sebagai sosok periwayat Hadits
palsu. Namun, tuduhan ini dibantah oleh al-Hfizh al-`Irqi. Al-Hfizh melandasi
bantahannya pada label tsiqqah yang telah diberikan oleh Hammd bin Zaid,
Ibnu Mu`in, Ab Zar`ah, Ab Htim, dan Imam Nasi kepada Al-Haris bin `Amr.
Wal hasil, sebesar apapun kritikan terhadap Ihy Ulmiddn secara khusus dan
literatur-literatur salaf yang lain secara umum tidak akan mengurangi nilai
kebesaran yang telah diraihnya. Pembuktian secara ilmiyah dan obyektif telah
memberikan bantahan nyata terhadap kritik dan tuduhan yang tidak berdasar itu.
Sejarah juga turut menjadi bukti akan kebesaran mereka.

Dikutip dari beberapa sumber
___________________________________________


TANBIH (TAMBAHAN RIWAYAT SHOHIH)


:

.
Syaikh Abdullah bin As'ad Al-Yafi' Rahmatullah alaih berkata: seorang wali qutub
yaman yg faqih adalah Syekh Isma'il bin Muhammad Al-Hadlromy, kemudian di
tanyakan kpd faqih dari yaman tentang beberapa karya Imam Ghozali, maka di
jawab oleh beliau (Syaikh Ismail bin Muhammad Al-Hadlromy) : Muhammad bin
Abdullah (Rasulullah) adalah sayyidil anbiya', dan Muhammad bin Idris As-Syafi'I
(Imam Syafi'i) adalah sayyidil aimmah, dan Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad Al-Ghozali adalah sayyidil Mushonnifin.




Dan Imam Al-Yafi'i juga mengatakan, bahwasanya Imam besar Abul Hasan Ali
bin Hirzihim, seorang Faqih yang terkenal di Maghribi (maroko) dia dulu sangat
mengingkari kitab Ihya ulumuddin, dan beliau adalah orang yang ditaati dan di
dengar ucapannya. kemudian beliau memerintahkan untuk mengumpulkan
semua yang didapat daripada naskah kitab Ihya dan ingin membakarnya di
masjid jami' pada hari jum'at.


:



Kemudian pada malam jum'atnya beliau bermimpi seakan-akan masuk kedalam
masjid jami', ternyata didalam masjid itu ada Nabi saw. dan bersama Nabi
Sayyidina Abu bakar dan Umar Radhiyallahu anhuma, serta Imam Ghozaly
berdiri di hadapan Nabi saw. ketika Ibnu hirzihim menghadap, Imam ghozali
berkata: ini musuhku Ya Rasulullah, jika perkara yg terjadi sebagaimana yang
dia sangka, maka aku bertaubat kepada Allah, dan jika sesuatu yang aku dapat
itu dari keberkahanmu dan mengikuti sunnahmu, maka ambilkanlah untuku
haqku dari musuhku ini.

:
. :

Kemudian diberikan kepada Nabi kitab Ihya, lalu Nabi membukanya selembar
demi selembar dari awal kitab hingga akhir, kemudian Nabi bersabda: demi Allah
sesungguhnya ini sesuatu (kitab) yang bagus, kemudian diberikan kepada Ash-
Shiddiq ra. Maka beliau melihatnya dan menganggap baik kitab tersebut,
kemudian beliau berkata: Benar, Demi Dzat yang mengutusmu dengan haq,
sesungguhnya ini sesuatu (kitab) yang baik, kemudian diberikan kepada
Sayyidina Umar ra. dan beliau melihat isi kitab itu, dan beliaupun memuji kitab itu
sebagaimana yang dikatakan oleh Ash-Shiddiq.

.
:

Maka Nabi memerintahkan untuk mencabuk faqih Ali Ibnu hirzihim di atas gamis,
dan dicambuk serta di had dengan hadnya pembuat kebohongan, Lalu beliaupun
di cambuk dan dipukul. ketika telah dicambuk lima kali, Sayidina Abu bakar
memintakan ma'af untuknya, dan beliau berkata: Ya Rasulullah, mungkin dia
menyangka apa yang ada didalam kitab Ihya menyalahi sunnahmu, kemudian
dia salah didalam sangkaannya, dan Imam ghozali menerima, maka Rasulullah
pun menerima permintaan maafnya Ash-Shiddiq.






.
Kemudian Bangunlah Ibnu hirzihim sedang bekas cambukan masih ada
dipunggungnya, lalu beliau memberitahukan teman-temannya (mengenai mimpi
tsb) dan bertaubat kepada Allah atas pengingkarannya kepada Imam Ghozali
dan beristighfar, akan tetapi masih tersisah rasa sakit cambuk tersebut dalam
waktu yang lama, dan dia terus memohon kepada Allah dan meminta syafa'at
kepada Rasulullah, hingga beliau bermimpi Nabi, dan mengusap punggung Ibnu
hirzihim dengan tangan beliau yang mulia, kemudian beliau sembuh dengan izin
Allah, kemudian beliau selalu melazimkan mempelajari kitab Ihya ulumuddin,
maka Allah membukakan (hijab/ilmu) untuknya dan mendapatkan karunia
ma'rifat billah, maka jadilah beliau Pembesar Ulama, Ahli ilmu bathin dan Dhohir.
semoga Allah merahmatinya.

:



:
:
.
Dan Imam al-yafi'i berkata: telah meriwayatkan kepada kami cerita ini dengan
sanad yang sohih, dan telah mengabarkan kepadaku mengenai hal ini Wali Allah
dari Wali Allah dari Wali Allah Asy-syeikh Al-Kabir Al-Quthub Syihabuddin
Ahmad bin Al-maliiq Asy-Syadzili, dari gurunya Syaikh Kabir Al-Arif Billah Yaquut
Asy-Syadzili, dari gurunya As-Syaikh Al-Arif billah Abil Abbas Al-Mursiy, dari
gurunya As-Syaikh Kabir, gurunya para guru Abil Hasan Asy-Syadziliy: dan telah
meninggal Asy-Syaikh Abul Hasan ibnu Hirzihim Rahimahullah, sedangkan di
hari wafatnya bekas cambuk masih nampak dipunggungnya.
Sumber : .
Wallahu alam.

http://peparingbongkar-ajaranwahabi.blogspot.com/2012/11/kupas-tuntas-
penyelewengan-kitab-ihya.html

You might also like