You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK I

ELEKTROLISIS GARAM ALKALI

Nama Praktikan

: Lailatul Nurfadila

NIM

: 121810301001

Kelompok

:2

Nama Asisten

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2014

I.

Judul

Elektrolisis Garam Alkali

II. Tujuan
a. Mahasiswa memahami cara menguraikan senyawa
b. Mahasiswa dapat menerapkan konsep elektrokimia sebagai salah satu cara
untuk menguraikan senyawa

III. Metodologi Percobaan


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Pipa U
b. Gabus
c. Elektroda karbon
d. PP
e. Korek api kayu
f. Power supply
g. Kabel
3.1.2 Bahan
a. Larutan Na2CO3
b. Larutan NaCl

3.2 Skema Kerja


Larutan Na2CO3 0,5M
-

dimasukkan ke dalam pipa U hingga kurang lebih 2 cm dari mulut


pipa

ditutup masing-masing mulut pipa dengan gabus yang sudah diberi


elektroda

dihubungkan kedua elektroda dengan kabel

diberi arus dengan beda potensial 3 V

dielektrolisis selama 20 menit

dicatat fenomena yang terjadi

diuji dengan korek api menyala pada setiap mulut pipa

ditetesi indikator PP pada setiap mulut pipa

diulangi langkah 1-8 menggunakan larutan NaCl

Hasil

IV. Pembahasan
4.1 Hasil Pengamatan

Larutan

Perlakuan

Fenomena yang terjadi


Katoda

Anoda
Terdapat banyak

Na2CO3 0,5M

Proses

Terdapat sedikit

gelembung,

elektrolisis

gelembung

warnanya sedikit
kuning

Uji bara api

sebentar

Nyala api lama

Berubah warna

Berubah warna

menjadi merah

menjadi merah

muda

muda

Proses

Terdapat sedikit

Terdapat banyak

elektrolisis

gelembung

gelembung

Indikator PP

NaCl 0,5 M

Nyala api

Uji bara api

Api langsung
padam
Berubah warna

Indikator PP

menjadi merah
muda

Nyala apinya lama

Tidak berubah
warna

4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini tentang elektrolisis garam alkali yang bertujuan agar
pratikan mampu menerapkan konsep elektrokimia sebagai salah satu cara untuk
menguraikan suatu senyawa. Elektrolisis sendiri merupakan proses penguraian zat
oleh arus listrik searah (DC, Direct Current) pada sel elektrolisis. Sel elektrolisis
merupakan sel elektrokimia yang melibatkan kondisi reaksi redoks yang berlangsung
tidak spontan dan memerlukan arus listrik dari luar agar reaksi tersebut dapat terjadi
(Respati, 2000).
Reaksi kimia dapat ditimbulkan oleh arus listrik, sebaliknya reaksi kimia dapat
dipakai untuk menghasilkan arus listrik. Elektrolisis merupakan proses dimana reaksi
redoks tidak berlangsung secara spontan. Proses pengisian aki merupakan salah

satu contoh penerapan elektrolisis dan dapat disimpulkan bahwa apabila ke dalam
suatu larutan elektrolit dialiri arus listrik searah maka akan terjadi reaksi kimia, yakni
penguraian atas elektrolit tersebut. Peristiwa penguraian (reaksi kimia) oleh arus
searah itulah yang disebut elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari larutan yang dapat
mengahantarkan listrik dan disebut sebagai elektrolit, sedangkan dua buah
elektrodanya berfungsi sebagai katoda dan anoda (Keenan, 1984).
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian suatu elektrolit oleh suatu arus listrik.
Jika dalam sel volta energi kimia diubah menjadi energi listrik, maka dalam sel
elektrolisis yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu energi listrik diubah menjadi energi
kimia. Arus listrik mengalir ke dalam suatu larutan atau leburan elektrolit, akan
diperoleh reaksi redoks yang terjadi dalam sel elektrolisis. Faktor yang menentukan
reaksi kimia elektrolisis antara lain konsentrasi (keaktifan) elektrolit yang berbeda,
ada yang bersifat inert (tak aktif) dan elektroda tak inert (Hiskia, 1992).
Perubahan energi yang terjadi dalam sel elektrolisis yaitu energi listrik menjadi
energi kimia. Hubungan kuantitatif antara jumlah muatan listrik yang digunakan dan
jumlah zat yang terlibat dalam reaksi telah dirumuskan oleh Faraday. Hal ini dapat
terjadi karena melibatkan reaksi reduksi-oksidasi yang mengandalkan peran partikel
bermuatan sebagai bahan pengantar bermuatan listrik. Air merupakan elektrolit
sangat lemah, yang dapat mengalami ionisasi menjadi ion-ion H+ dan OHH2O(l)

H+(aq) + OH-(aq)

Oleh karena itu, sangat dimungkinkan untuk dielektrolisis menjadi gas H2 dan O2.
Gas H2 diperoleh pada katoda karena reaksi reduksi ion H+, sedangkan gas O2
diperoleh pada anoda karena terjadi reaksi oksidasi OH-. Berdasarkan perubahan
kualitatif dalam sel elektrolisis maka dapat mempengaruhi perubahan kuantitatif zat
yang ada dalam sel elektrolisis maupun perubahan kuantitatif zat yang ada dalam sel
elektrolisis tersebut. Sejumlah arus listrik yang dialirkan dalam suatu sel elektrolisis
pada waktu tertentu akan mengakibatkan terjadinya perubahan temperatur pada
sistem yang menunjukkan bahwa telah terjadi suatu perubahan dalam sistem
tersebut (Respati, 1992).
Reaksi-reaksi elektrolisis bergantung pada potensial elektrodanya. Sel
elektrolisis pada katoda bermuatan negatif, sedangkan anoda bermuatan positif.
Kation direduksi di katoda sedangkan anion dioksidasi di anoda. Elektrolisis
mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam

melakukan praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui dan dapat mempelajari


proses elektrolisis. Elektrolisis mempunyai banyak kegunaan diantaranya yaitu dapat
memperoleh unsur-unsur logam, halogen, gas hidrogen dan gas oksigen, kemudian
dapat menghitung konsentrasi ion logam, serta salah satu proses elektrolisis yang
popular adalah penyepuhan dengan melapisi permukaan suatu logam dengan logam
lain (Sastrohamidjojo, 2005).
Terdapat 3 faktor yang dapat mempengaruhi proses elektrolisis, antara lain:
1. Jenis elektroda yang digunakan
2. Kedudukan ion dalam sel elektrokimia
3. Kepekatan ion
(Chang, 2003).
Suatu reaksi dikatakan tidak spontan jika reaksi tersebut membutuhkan
gangguan dari luar untuk bereaksi serta energi Gibbsnya bernilai positif. Proses
elektrolisis dapat digunakan untuk menguraikan senyawa dengan menggunakan
arus listrik searah. Muatan katoda pada sel elektrolisis adalah negatif sedangkan
anodanya bermuatan positif. Prinsip kerja sel elektrolisis yaitu dengan mengalirkan
arus listrik atau elektron pada anoda sehingga menyertai pelepasan elektron pada
spesi teroksidasi, lalu terus mengalir ke daerah katoda. Anoda bermuatan lebih
positif karena ditinggal elektron, sehingga ion negatif cenderung bergerak ke daerah
anoda. Elektron yang mengalir ke katoda dapat digunakan untuk proses reduksi
spesi katoda. Katoda bermuatan lebih negatif karena didatangi elektron, sehingga
ion positif cenderung termobilisasi ke daerah katoda (Achmadi, 1991).
Percobaan pertama yang dilakukan adalah proses elektrolisis larutan elektrolit
Na2CO3 yang dilakukan selama 20 menit. Proses ini dilakukan dengan menggunakan
dua buah elekroda grafit sebagai elektroda inert yang tidak ikut bereaksi yang
kemudian dihubungkan dengan arus listrik. Larutan Na2CO3 akan terdisosiasi dalam
air sebagai kation Na+ dan anion CO32- dan diperoleh persamaan reaksi sebagai
berikut:
Na2CO3 (s) 2 Na+ (aq) + CO32- (aq)
Elektrolisis larutan ini terjadi pada anoda dan katoda. Anoda terjadi reaksi oksidasi
yaitu ion CO32- dan H2O, sedangkan pada katoda mengalami reduksi yaitu Na+ dan
H2O. Reaksi setengah sel yang terjadi pada anoda dan mengalami oksidasi hanya
H2O. Hal tersebut disebabkan karena ion CO32- merupakan sisa asam oksi yang
susah untuk dioksidasi, sehingga hanya H2O yang teroksidasi menghasilkan gas

Oksigen (O2). Gas O2 inilah yang menempel pada permukaan anoda. Reaksi reduksi
pada katoda juga melibatkan H2O karena Na+ merupakan ion dari logam glongan IA
dengan potensial yang sangat negatif sehingga sulit untuk direduksi dan H 2O
tereduksi menghasilkan gas H2 pada permukaan katoda. Jumlah gas yang terbentuk
pada anoda lebih banyak daripada katoda karena gelembung yang dihasilkan pada
anoda yang merupakan gas O2 lebih banyak dibandingkan dengan gas H2 pada
katoda. Hal tersebut terjadi karena sifat gas O2 yang sedikit larut di dalam air dan gas
H2 yang bersifat tidak larut di dalam air dan mudah bereaksi dengan gas O 2 dari
udara.
Reaksi yang terjadi pada Anoda dan Katoda yaitu
Anoda (Oksidasi) : 2 H2O (l) O2 (g)+ 4 H+ (aq) + 4e
Katoda (Reduksi) : 4 H2O(l) + 4e 2 H2 (g)+ 4 OH- (aq)
Reaksi sel

: 6H2O (l) O2 (g) + 2H2 (g) + 4H+ (aq) + 4OH- (aq)

Setelah elektrolisis berlangsung selama 20 menit elektrolisis dihentikan dan


didapatkan nilai arus listrik sebesar 3,1 mA. Selanjutnya dilkakukan pengujian
terhadap proses ini. Uji yang dilakukan pertama adalah uji bara api pada katoda dan
anoda. Bara api pada anoda menjadikan api nyala lebih besar dan api langsung
padam pada katoda. Hal ini dapat terjadi karena pada anoda terjadi reaksi oksidasi
dari H2O menjadi gas O2 dan ion H+. Gas O2 ini yang membantu proses pembakaran
dan membuat api semakin membara. Katoda mereduksi H2O menjadi gas H2 dan ion
OH-. Gas H2 akan bereaksi dengan gas O2 sehingga bara api akan padam.
Uji selanjutnya yaitu uji dengan indikator pp. Uji dengan indicator PP dilakukan
dengan cara menetesi indikator PP pada masing-masing mulut pipa U. Ketika ditetesi
indikator PP anoda dan katoda menghasilkan warna merah muda. Hasil ini tidak
sesuai dengan literatur karena seharusnya pada anoda larutan tetap tidak berwarna
yang dikarenakan reaksi di anoda menghasilkan ion H+, sedangkan pada katoda
terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda karena terdapat ion OH- pada
hasil reaksi di katoda. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal salah
satunya yaitu pada anoda masih terbentuk air belum terurai mnjadi gas O 2 dan H2
secara sempurna.
Percobaan selanjutnya yaitu proses elektrolisis pada larutan NaCl dengan
prosedur yang sama dengan proses elektrolisis. Larutan NaCl terionisasi menjadi ion
Na+ dan Cl-. Reaksi setengah sel yang terjadi pada katoda adalah reaksi reduksi Na +
dan H2O. Energi potensial Na jauh lebih rendah dibandingkan dengan energi

potensial H2O sehingga yang direduksi adalah H2O menjadi gas H2 dan ion OH-.
Reaksi setengah sel yang terjadi pada anoda adalah ion Cl - dan H2O. Energi
potensial Cl- nilainya hampir sama dengan H2O dan oksidasi Cl- lebih mudah untuk
dilakukan dari pada air, karena untuk mengoksidasinya membutuhkan tambahan
energi. Hal ini menyebabkan reaksi oksidasi pada anoda merupakan oksidasi Cl menjadi gas Cl2. Berikut ini adalah reaksi yang terjadi pada elektrolisis larutan garam
NaCl :
NaCl (aq) Na+ (aq) + Cl-(aq)
Katoda (-)

: 2 H2O(l) + 2 e-

Anoda (+)

Reaksi sel

: 2 H2O(l) + Cl-(aq) H2(g) + Cl2(g) + 2 OH-(aq)

Cl-(aq)

H2(g) + 2 OH-(aq)
Cl2(g) + e-

Fenomena yang terjadi ketika dilakukan elektrolisis yaitu terdapat banyak gelembung
(gas Cl2) pada anoda, sedangkan pada katoda dihasilkan sedikit gelembung (gas
H2) dan pada elektrolisis menghasilkan arus sebesar 2,4 mA.
Selanjutnya dilkakukan pengujian terhadap proses ini. Uji yang dilakukan
pertama adalah uji bara api pada katoda dan anoda. Nyala api pada katoda lebih
lama daripada nyala api pada katoda yang langsung padam. Hal ini karena Gas Cl2
yang dihasilkan pada anoda bereaksi dengan gas O 2 menghasilkan gas ClO yang
membuat nyala api semakin besar sedangkan pada katoda menghasilkan gas H2
yang merupakan hasil reaksi reduksi elektrolisis H2O. Gas H2 mudah bereaksi
dengan udara sehingga ketika elektroda dilepas dan bara api dimasukkan dalam
mulut pipa, nyala api mengecil langsung padam. Hal ini terjadi karena gas H2 telah
bereaksi dengan udara.
Uji yang selanjutnya adalah uji indikator pp. Ketika indikator PP diteteskan ke
dalam anoda tidak terjadi perubahan atau larutan tetap tidak berwarna. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan tidak menghasilkan ion hidroksida atau tidak
menghasilkan larutan yang bersifat basa. Sedangkan ketika diteteskan ke dalam
katoda larutan menghasilkan warna merah muda yang menunjukkan larutan bersifat
basa karena menghasilkan ion OH- yang merupakan basa sehingga akan berubah
warna menjadi merah muda.

Kesimpulan
Metode penguraian suatu senyawa dapat dilakukan dengan metode
elektrolisis dimana elektrolisis merupakan peristiwa penguraian (reaksi redoks)
senyawa elektrolit akibat dialirinya arus listrik searah. Elektrolisis Na2CO3 yang terjadi
pada katoda dan anoda adalah elektrolisis H2O menghasilkan gas O2 dan membuat
nyal api lebih lama, serta menghasilkan gas H2 pada katoda dan membuat api
padam dan berubah menjadi berwarna merah jambu ketika ditambahkan indikator
PP pada kedua elektroda. Elektrolisis NaCl terjadi pada katoda menghasilkan gas Cl2
pada yang membuat api padam dan tidak berwarna ketika ditambahkan indikator PP
sedangkan pada anoda menghasilkan gas O2 dan membuat bara api semakin besar
dan berwarna merah muda ketika ditambahkan indikator PP.

Daftar Pustaka
Achmadi. 1991. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymoon. 2003. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Hiskia, Achmad. 1992. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: Citra Adiya Bakti.
Keenan. 1984. Kimia Anorganik 1. Jakarta: Erlangga.
Respati, 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Rienika Cipta.
Raspati, D. 2000.General Chemistry2th Edition. Buitenzorg: Doe Idenn Crp.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM Press.
Tim Penyusun. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik 1. Jember : Universitas
Jember.

Lampiran
a. Elektolisis Na2CO3
Foto

Keterangan
Proses elektrolisis

Uji nyala pada kedua elektroda

Uji indikator PP pada kedua


elektroda

b. Elektrolisis NaCl
Foto

Keterangan
Proses elektrolisis

Uji nyala pada kedua elektroda

Uji indikator PP pada kedua


elektroda

You might also like