Professional Documents
Culture Documents
Dikutip dari: Bravo FG, Arenas R, Sigall DA. Actinomycosis, Nocardiosis, Actinomycetoma. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ (eds). Fitzpatricks Dermatology in General Medicine Vol 2. 7 th Ed., New york: McGraw
Hill, 2008: 1779
Penyakit ini telah tersebar diseluruh dunia, dengan frekuensi yang lebih besar
terdapat pada wilayah tropis dan subtropis yang curah hujannya rendah, terutama di
India, Sudan, Pakistan, Banglades, negara-negara di Timur Tengah, Somalia,
Meksiko, Brasilia, dan Venezuela. A. pelletieri dan A. madurae adalah agen infeksi
utama di Senegal. Kasus ini jarang terlihat di Amerika Serikat terutama di selatan,
bahkan pada area endemik sekalipun. Misetoma biasanya terjadi pada usia dewasa
(20-40 tahun) dengan laki-laki lebih dominan (3,7:1). Misetoma terutama banyak
terjadi pada laki-laki dengan rentang usia antara 16 sampai 40 tahun, tetapi pada usia
dibawah 15 tahun frekuensi kasus ini sama antara kedua jenis kelamin. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan area pekerjaan antara laki-laki dan perempuan dimana
laki-laki lebih dominan bekerja di lingkungan luar. Aktinomisetoma karena Nocardia
sp banyak terjadi pada Amerika Tengah dan Meksiko. Di belahan lain dunia, penyakit
ini pada umumnya disebabkan oleh jamur, Madurella mycetomatis. Streptomyces
somaliensis sering diisolasi dari pasien yang berasal dari Sudan dan Timur Tengah.
Organisme penyebab misetoma telah diisolasi dari tanah atau bagian tanaman,
termasuk duri akasia pada area endemik. Pseudallescheria boydii adalah agen
penyebab utama pada wilayah yang beriklim sedang, misalnya Amerika Serikat.1,3,7
Mikroorganisme yang dilaporkan sebagai penyebab munculnya penyakit
aktinomisetoma adalah N. brasiliensis, A. pelletieri, Streptomyces somaliensis, dan
sedikit oleh N. asteroides, N. otitidiscaviarum, Nocardiopsis dassonvillei, dan N.
transvalensis. N. pseudobrasiliensis, N. veterana, dan N. mexicana telah dilaporkan
juga sebagai penyebab munculnya penyakit ini. Infeksi pada umumnya terdapat pada
orang yang bermukim di wilayah pedesaan negara sedang berkembang.3
Di Amerika Utara, Meksiko, Amerika Selatan, dan Australia, N. brasiliensis
adalah penyebab utama dari aktinomisetoma; di Afrika, Arab Saudi, dan India, S,
somaliensis dan A. madurae lebih dominan; spesies ini juga diidentifikasi sebagai
agen etiologi pada 10% sampai 15% kasus aktinomisetoma di Venezuela dan
meksiko.3
Madurella mycetomatis adalah penyebab utama dari sejumlah kasus eumikotik
misetoma di dunia, terutama di Amerika Selatan, Afrika, India, dan Pakistan,
sedangkan penyebab aktinomisetoma dunia yang paling sering adalah Nocardia
brasiliensis, Actinomadura madurae, Actinomadurae pelletieri, dan Streptomyces
somaliensis. Tiga terakhir banyak terdapat di Afrika. Di Meksiko 98% kasus
misetoma disebabkan oleh Actinomycetes dimana N. brasiliensis (86%), dan A.
madurae (8%). Madurella grisea adalah penyebab misetoma black grair di India,
Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, jarang terjadi di Amerika Serikat. Leptosphaeria
senegalensis dan L. tompkinsii menyebabkan misetoma di Afrika Barat (terutama
Senegal dan Mauritania) dan India, Pyrenochaeta romeroi dan P. mackinnonii di
Afrika, India, dan Amerika Selatan.1,2,7
Dikutip dari: Hay RJ, Moore MK. Mycology. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C (eds). Rooks Textbook of
Dermatology. Vol 2. 7th Ed., Massachusets: Blackwell Publishing Company, 2004: 1485
tertutup setelah discharge eksudat dan granula. Permukaan dari pembukaan sinus
eumikotik misetoma berwarna merah berbeda dengan aktinomisetoma. Granula
berukuran 0,3 sampai 5 mm, dan dalam banyak kasus eumikotik misetoma berwarna
coklat atau hitam. Kulit sekitar membengkak, regang, licin dan berkilauan. Lesi bisa
menjadi nyeri pada keadaan kronis jika terjadi kerusakan saraf.1
Perubahan pada X-ray yaitu adanya proliferasi dan erosi periosteal, sama
halnya dengan perkembangan lesi litik pada tulang. Bone scan atau magnetic
resonance imaging bisa mengidentifikasi lesi tulang pada tahap awal.3
Gambar1: Gambaran Rontgen Manus pada Misetoma
Dikutip dari: Bravo FG, Arenas R, Sigall DA. Actinomycosis, Nocardiosis, Actinomycetoma. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ (eds). Fitzpatricks Dermatology in General Medicine Vol 2. 7 th Ed., New york: McGraw
Hill, 2008: 1785
Meski sangat jarang, P. boydii dapat menyebar dalam inang dengan sistem
imun yang terganggu atau menimbulkan infeksi pada benda asing dalam tubuh
(misalnya alat pacu jantung). Selain itu P. boydii juga dapat menyebabkan infeksi
oportunistik pada paru dan organ lain.7
Predileksi misetoma 64% terdapat pada ekstremitas inferior, dimana kaki
merupakan lokasi yang terbanyak. Tungkai bawah, lutut, dan paha, sama halnya
dengan tangan, lengan bawah dan lengan atas, muka, leher, dan dinding abdomen juga
bisa sebagai tempat predileksi penyakit ini. Tempat predileksi yang jarang adalah
pantat, lipat paha, kepala, dan leher. Di Meksiko predileksi misetoma di punggung
dan dada terjadi sekitar 17-25% dari semua kasus misetoma. Misetoma yang terdapat
di dinding dada merupakan ciri dari infeksi Nocardia. Aktinomisetoma yang
disebabkan oleh Nocardia sp merupakan sebuah proses yang sangat inflamasi
dicirikan dengan adanya pembengkakan, granuloma destruktif dengan gambaran
noduler, deformitas, dan discharge sinus dengan kanal yang berisi pus, bisa saja
tampak ulkus, krusta, dan escar. Misetoma karena A. madurae, A. pelletieri, dan S.
somaliensis inflamasinya sedikit dengan sinus-sinus yang lebih kecil. A. madurae
lebih sering terjadi pada regio plantar wanita. Dari semua agen etiologi, granula bisa
terlihat dengan mata telanjang, biasanya berwarna putih susu; kecuali yang
disebabkan oleh A. pelletieri, dimana granulanya berwarna merah.3
Gambar 2: Misetoma pada Regio Dorsum dan Plantar Pedis
Gambar 1-5 dikutip dari: Bravo FG, Arenas R, Sigall DA. Actinomycosis, Nocardiosis, Actinomycetoma. In: Wolff K, Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ (eds). Fitzpatricks Dermatology in General Medicine Vol 2. 7th Ed., New york:
McGraw Hill, 2008: 1784-85
Penyakit ini bersifat kronik dan progresif yang berpotensial melibatkan tulang,
paru dan viscera abdomen. Pada wanita, misetoma meningkat dalam ukuran selama
kehamilan dan secara spontan membaik setelah persalinan. Kasus yang telah lanjut
mungkin menyebabkan kecacatan. Bentuk klinis atipikal merupakan misetoma samar
(tanpa sistem sinus), disebut dengan mini-mycetoma (lesi kecil soliter atau multipel
terutama pada anak dan remaja), dan sekali-sekali terdapat lesi metastasis inguinal
dari misetoma primer pada kaki.3
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Biopsi kulit memainkan peranan penting dalam diagnosis misetoma.
Penemuan grains misetoma dari discharge sinus adalah kunci untuk menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan ini didapatkan dengan mengangkat krusta permukaan dari
sebuah pustul atau sinus dengan sebuah jarum steril dan dengan hati-hati memencet
pinggirnya. Pemeriksaan yang sangat berguna untuk menegakkan diagnosis misetoma
adalah pemeriksaan langsung dengan potassium hidroksida, biopsi, dan biakan.
Perbedaan misetoma yang disebabkan jamur dan actinomycetes yaitu actinomycetes
terdapat granula dengan diameter 100 m, dengan delicate, filamen bercabang,
dengan ukuran 1m, sedangkan granula jamur terdapat hifa yang melekat pada
matriks intraselluler, dan filamennya lebih lebar dari 1 m. 2,3,4 Granula 250 sampai
1000 m putih, hitam, atau merah bisa ditemukan dengan mata telanjang. Secara
makroskopik granula yang berwarna putih dihasilkan oleh Pseudalescheria boydii,
Acremonium spp, Nocardia asteroides, dan N. brasiliensis. Granula hitam dihasilkan
oleh Madurella mycetomatis, M. Grisea, dan Lepstosphaeria senegalensis. Spesies
bakteri seperti Actinomyces israelii cendrung menghasilkan granula putih sampai
putih susu. Secara khusus, dengan pengecatan hematosiklin-eosin didapatkan reaksi
supuratif
yang
ditandai
dengan
adanya
sel-sel
polimorfonuklear,
fibrosit,
Dikutip dari: Bravo FG, Arenas R, Sigall DA. Actinomycosis, Nocardiosis, Actinomycetoma. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ (eds). Fitzpatricks Dermatology in General Medicine Vol 2. 7 th Ed., New york: McGraw
Hill, 2008: 1786
10
DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
Differensial diagnosis termasuk infeksi yang menyebabkan fistula; sebagai
contoh eumycotic mycetoma, actinomycosis, botryomycosis, scrofuloderma, dan
infeksi
mikobakterial
sporotrichosis,
atipikal.
Differensial
chromoblastomycosis,
diagnosis
yang
coccidioidomycosis,
lain
dan
termasuk
frambusia.
PENGOBATAN
Pengobatan pada pasien aktinomisetoma seharusnya tersendiri. Pertimbangan
ekonomi mungkin mempengaruhi pilihan terapi, terutama pada negara berkembang.
11
oksigen
reaktif
yang
menimbulkan
oksidasi
oksihemoglobin.
Methemoglobin adalah tidak bisa membawa oksigen dengan gejala sianosis, sakit
kepala, nafas pendek, nyeri dada, dan lemah. Efek samping lain yaitu motorneuropati,
sindrom hipersensitivitas mononukleosis, agranulositosis.8
Sebelum terapi dengan dapson dimulai anamnesis dan pemeriksaan fisik
sebelumnya dilakukan. Laboratorium awal termasuk darah lengkap untuk menentukan
jumlah leukosit, dan hemoglobin. Setelah terapi dimulai, jumlah leukosit dengan
diferensial dan kadar hemoglobin harus diperiksa selama seminggu selama satu bulan
pertama dan kemudian dua kali perbulan selama dua bulan berikutnya. Pasien akan
mendapat perawatan di rumah sakit jika terjadi hemolisis dan methemoglobinemia. 8
Amikasin tunggal atau kombinasi dengan imipenem adalah antibiotik yang
sangat kuat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk kasus misetoma yang
berat, lokasi pada regio anatomi tertentu (seperti thorax dan kepala), atau
multiresisten, terutama yang sudah melibatkan tulang dan visceral. Pada dewasa,
amikasin diberikan dengan dosis 15 mg/kg/hari (500 mg intramuskular dua kali per
hari) selama tiga minggu. Efek samping obat ini adalah ototoksisitas dan
nefrotoksisitas. Setiap 2 atau 3 minggu dilakukan pemeriksaan periodik audiometri
dan analisis kreatinin klearance. Pasien yang mendapatkan terapi imipenem intravena
harus dirawat di rumah sakit dengan dosis 500 mg tiga kali per hari selama 3 minggu.
Ada kemungkinan untuk mengulangi siklus pengobatan selama beberapa waktu. Pada
kasus yang resisten dengan amikasin dapat digunakan netilmisin.2,3
Ramam dkk, menggunakan dua tahap rejimen pengobatan yang terdiri dari
sebuah terapi fase intensif dengan penisilin intravena (1.000.000 IU setiap 6 jam)
ditambah gentamisin intravena (80 mg dua kali perhari), dan oral TMP-SMX (80
sampai 400 mg dua kali per hari) selama 5 sampai 7 minggu. Penisilin dosis tinggi
dapat mengobati misetoma akibat A. israelii. Linezolid, obat oxazolidinone baru
menunjukkan aktifitas antimikroba pada N. brasiliensis; obat ini juga menunjukkan
kemanjuran pada pasien Nocardiosis. Kelemahan utama pada obat alternatif ini adalah
masalah biaya. Obat ini tersedia dalam bentuk persediaan intravena dan oral.3,5
Follow-up pasien selalu penting, dan perbaikan bisa dimonitor dengan
penilaian klinis dan juga pemeriksaan laboratorium: kadar hemoglobin, jumlah
13
leukosit,
C-reaktive
protein,
jumlah
sedimentasi
eritrosit,
enzyme-linked
14
pengecatan
dengan
potassium
hidroksida,
biakan,
biokimia,
dan
serologi.
Penatalaksanaan pada pasien diberikan sesuai dengan etiologi dan progresifitas dari
penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Sutton DA, Rinaldi MG, Sanche SE. Dematiaceous Fungi. In: Anaissie EJ,
McGinnis MR, Pfaller MA (eds). Clinical mycology. 2nd Ed., China: Churchill
Livingstone Elsevier, 2009: 343-46
2. Welsh O. Myetoma. March, 26 2009 available hyperlink on:
http://emedicine.medscape.com/article/1090932-diagnosis. Last update: June
4, 2009.
3. Bravo FG, Arenas R, Sigall DA. Actinomycosis, Nocardiosis,
Actinomycetoma. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffell DJ (eds). Fitzpatricks Dermatology in General Medicine Vol 2. 7 th
Ed., New york: McGraw Hill, 2008: 1778-86
4. Hay RJ. Deep Fungal Infections. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ (eds). Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine Vol 2. 7th Ed., New york: McGraw Hill, 2008: 1831-33
5. Queiroz TF, Pang WR. Diseases Resulting from Fungi and Yeasts. In: James
WD, Berger TG, Elston DM (eds). Andrews Disease of the Skin Clinical
Dermatology. 10th Ed., Canada: Saunders Elsevier, 2006: 325-26
6. Hay RJ, Moore MK. Mycology. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C
(eds). Rooks Textbook of Dermatology. Vol 2. 7th Ed., Massachusets:
Blackwell Publishing Company, 2004: 1485-87
7. Mendoza N, Arora A, Arias CA, Hernandez CA, Madkam V, Tyring SK.
Cutaneous and Subcutaneous Mycoses. In: Anaissie EJ, McGinnis MR, Pfaller
MA (eds). Clinical mycology. 2nd Ed., China: Churchill Livingstone Elsevier,
2009: 517-18
8. Sago JG, Ill RPH. Dapsone. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ (eds). Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine Vol 2. 7th Ed., New york: McGraw Hill, 2008: 2154-57
TUGAS REFERAT
1. Cara kerja, efek samping, dan pemeriksaan lanjutan pada penggunaan dapson
16
oksigen
reaktif
yang
menimbulkan
oksidasi
oksihemoglobin.
Methemoglobin adalah tidak bisa membawa oksigen dengan gejala sianosis, sakit
kepala, nafas pendek, nyeri dada, dan lemah. Efek samping lain yaitu motorneuropati,
sindrom hipersensitivitas mononukleosis, agranulositosis.
17
18
19