Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya terminologi tindak kekerasan atau child abuse berasal dari
dunia kedokteran. Sekitar tahun 1946, seorang radiologist Caffey (dalam Ibnu
Anshori, 2007) melaporkan kasus berupa gejala-gejala klinik seperti patah
tulang panjang yang majemuk (multiple fractures) pada anak-anak atau bayi
disertai pendarahan tanpa diketahui sebabnya (unrecognized trauma). Dalam
dunia kedokteran, kasus ini dikenal dengan istilah Caffey Syndrome (Ranuh
dalam Anshori, 2007).
Lebih dari 2,5 juta kasus child abuse anak dan pengabaian (neglect)
dilaporkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. 35% diantaranya
melibatkan penganiayaan fisik, 15% melibatkan penganiayaan seksual, dan
50% melibatkan neglect. Berdasarkan dari hasil studi satu dari 20 anak anak
secara umum mengalami penganiayaan fisik physical abuse setiap tahun.
Penganiayaan fisik melibatkan melukai/ merusak badan anak dengan
membakar, memukul dan mematahkan tulang anak. Adanya suatu memar
menunjukkan ada jaringan tubuh yang rusak dan pembuluh darah sudah
memerah. Penerapan metode disiplin dari orang tua ke anak dengan cara
kekerasan seperti menjewer, menampar, dan mencubit hingga meninggalkan
luka atau tanda memar adalah cara yang tidak tepat (American Academy of
Pediatrics, 2007).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tugas pembuatan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Child Abuse, diharapkan dapat memahami tentang Child Abuse.
2. Tujuan khusus
a. Memahami definisi Child Abuse
b. Mengetahui klasifikasi Child Abuse
c. Mengetahui etiologi terjadinya Child Abuse
d. Mengetahui dampak dari Child Abuse
e. Mengetahui komplikasi dari Child Abuse
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Child Abuse
g. Merumuskan Asuhan keperawatan pada anak dengan Child Abuse
meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut Sutanto (2006),
kekerasan
anak
adalah
perlakuan
orang
2. Physical Abuse
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau
tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga
diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga
mencederai anak. Biasanya berupa luka memar, luka bakar atau cedera di
kepala atau lengan.
Indikator fisik luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut
yang tercabut, cakaran. Indikator perilaku waspada saat bertemu degan
orang dewasa, berperilaku ekstrem seerti agresif atau menyendiri, takut pada
orang tua, takut untuk pulang ke rumah, menipu, berbohong, mencuri.
3. Neglect
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi
anak, seperti tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian,
pengobatan, atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang
tidak dapat merawatnya.
Indikator fisikkelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu
mengantuk, kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani.
Indikator kebiasaan. Meminta atau mencuri makanan, sering tidur,
kurangnya perhatian pada masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak
ditangani, pakaian yang kurang memadai ( pada musim dingin ),
ditinggalkan.
4. Sexual Abuse
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil
gambar pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak.
Indikator fisik , kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah
di baju dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di
area genital / rektal, berpenyakit kelamin.
Indikator kebiasaan pengetahuan tentang seksual atau sentuhan
seksual yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang
bergaul dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik,
berperilaku permisif / berperilaku yang menggairahkan, penurunan
keinginan untuk sekolah, gangguan tidur, perilaku regressif.
C. Etiologi
Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor yang menyebabkan
child abuse, yaitu:
1. Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak. Orang tua yang
memiliki kelainan mental, atau kurang kontrol diri daripada orang lain, atau
orang tua tidak memahami tumbuh kembang anak, sehingga mereka
memiliki harapan yang tidak sesuai dengan keadaan anak. Dapat juga orang
tua terisolasi dari keluarga yang lain, bisa isolasi sosial atau karena letak
rumah yang saling berjauhan dari rumah lain, sehingga tidak ada orang lain
yang dapat memberikan support kepadanya.
2. Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain. Hal ini
dapat terjadi pada anak yang tidak diinginkan atau anak yang tidak
direncanakan, anak yang cacat, hiperaktif, cengeng, anak dari orang lain
yang tidak disukai, misalnya anak mantan suami/istri, anak tiri, serta anak
dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada anak BBLR saat bayi dilahirkan,
mereka harus berpisah untuk beberapa lama, padahal pada beberapa hari
inilah normal bonding akan terjalin.
3. Adanya kejadian khusus : Stress. Stressor yang terjadi bisa jadi tidak terlalu
berpengaruh jika hal tersebut terjadi pada orang lain. Kejadian yag sering
terjadi misalnya adanya tagihan, kehilangan pekerjaan, adanya anak yang
sakit, adanya tagihan, dll. Kejadian tersebut akan membawa pengaruh yang
lebih besar bila tidak ada orang lain yang menguatkan dirinya di sekitarnya
Karena stress dapat terjadi pada siapa saja, baik yang mempunyai tingkat
sosial ekonomi yag tinggi maupun rendah, maka child abuse dapat terjadi
pada semua tingkatan.
Menurut Rusel dan Margolin, wanita lebih banyak melakukan kekerasan pada
anak, karena wanita merupakan pemberi perawatan anak yang utama.
Sedangkan laki-laki lebih banyak melakukan sex abuse, ayah tiri mempunyai
kemungkinan 5 sampai 8 kali lebih besar untuk melakukannya daripada ayah
kandung (Smith dan Maurer).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik
kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
1. Stress yang berasal dari anak.
a. Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik
anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah
anak mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda
dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna.
b. Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga
anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi
dengan lingkungan di sekitarnya.
c. Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung
mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang
memiliki temperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang
memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila dibandingkan
dengan anak bertemperamen lemah.
d. Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak
sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan
bertingkah aneh di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan
membuat orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu
memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan
anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan
kekerasan.
D. Dampak Child Abuse
Ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak (child
abuse ), antara lain;
1. Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang
tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan
berlaku kejam kepada anak-anaknya. Orang tua agresif melahirkan anakanak yang agresif, yang pada gilirannya akan menjadi orang dewasa yang
menjadi agresif. Lawson (dalam Sitohang, 2004) menggambarkan bahwa
semua jenis gangguan mental ada hubungannya dengan perlakuan buruk
yang diterima manusia ketika dia masih kecil. Kekerasan fisik yang
berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan menimbulkan
cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik hingga
menyebabkan korban meninggal dunia;
2. Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang
sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung
meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa
(memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia
(takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan
bunuh diri. Menurut Nadia (1991), kekerasan psikologis sukar diidentifikasi
atau didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas yang nyata seperti
penyiksaan fisik. Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi
yang termanifestasikan dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa
percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik
anak
mampu
berinteraksi
dengan
lingkungannya
gagal
11
12
krisis,
pelayanan
tempat
dukungan
masyarakat,
penampungan
seperti:
anak/keluarga/usia
13
pelayanan
kasus,
koordinasi
dengan
penegak
14
2. Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan
yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran
biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan
harud dijaga agar tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu
meningkatkan keamanan anak di sekolah. Sikap atau cara mendidik anak
juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat
membantu mendeteksi tanda2 aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada
anak.
3. Penegak hukum dan keamanan
Hendaknya UU no.4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat
ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua
bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa
anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya
secara wajar.
4. Media massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti
oleh artikel2 pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik
jangka pendek maupun jangka panjang diberitakan agar program
pencegahan lebih ditekankan.
15
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keterangan yang tidak sesuai dengan penyebab jejas yang tampak atau
stadium perkembangan anak.
7.
8.
Orangtua berpindah dari satu dokter ke dokter yang lain sampai satu saat
akhir bercerita bahwa ada sesuatu yang salah dengan anak mereka.
9.
17
: Kontrol cemas
Kriteria hasil :
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Menyingkirkan tanda kecemasan
c. Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas
d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e. Menggunakan strategi koping efektif
NIC
: Penurunan cemas
Intervensi
a. Tenangkan klien
b. Berusaha memahami keadaan klien
c. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menciptakan
cemas
e. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang tepat
f. kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
18
: Anticipatory guidance
Intervensi
a. Kaji
pasien
situasional
untuk
mengidentifikasi
perkembangan
dan
krisis
Intervensi:
a. Monitor lingkungan untuk perubahan status
b. Identifikasi keselamatan yang dibutuhkan pasien, fungsi kognitif dan
level fisik
c. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
d. Gunakan alat-alat pelindung untuk mobilitas fisik yang sakit
e. Catat agen-agen berwenang untuk melindungi lingkungan
5. Dx 5 : Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
Tujuan : Pasien tidak merasa takut.
NOC : Kontrol ketakutan
Kriteria hasil:
a. Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
b. Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
20
21
Kriteria hasil:
a. Hindari perilaku kekerasan fisik
b. Hindari perilaku kekerasan emosi
c. Hindari perilaku kekerasan seksual
d. Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress
e. Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan
NIC
: Family terapi
Intervensi:
a. Tentukan terapi dengan keluarga
b. Rencanakanstrategi terminasi dan evaluasi
c. Tentukan ketidakmampuan spesifik dalam harapan peran
d. Gunakan komunikasi dalam berhubungan dengan keluarga
e. Berikan penghargaan yang positif pada anggota keluarga
22
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang
keras, dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium
awal dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium
akhir yang paling berat dari spectrum perlakuan salah oleh orang tuanya/
pengasuh.
Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak
sehingga tidak optimal lagi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Delsboro. 1993. Keperawatan Pediatric, Jakarta : EGC
Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta:
FKUI
Gordon et all. 2002. Nanda Nursing Diagnoses. Definition and classification
20012002. Phildelpia : NANDA
Johnson, Fontana, dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Mccloskey, Gill D.dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Nelson, Synder.2000. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Whaleys and Wong. 1995. Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition. USA
Potter A Patricia.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan,edisi 4.Jakarta :EGC
NANDA. 2005. Nursing Diagnoses: Definitions
Available
from:http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;
/113/1/152.htm. [Accessed 14 April 2013].
24
25