You are on page 1of 36

Pe

nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

BAB F

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

F.1.

LATAR BELAKANG

Metodologi kerja merupakan acuan strategi untuk pelaksanaan pekerjaan, sehingga


pekerjaan dapat berjalan secara benar, sistematis sesuai urut-urutannya.
Dengan metodologi kerja ini diharapkan selama proses kegiatan pelaksanaan, baik oleh
konsultan penyedia jasa, maupun pengguna jasa tidak mengalami kesulitan dan hambatan yang
berarti dalam pelaksanaan pekerjaan maupun pengawasan dan pengendalian.
Metodologi kerja ini disusun dengan tetap mengacu pada bab-bab sebelumnya dan
dijabarkan pada bab-bab selanjutnya yaitu Bab G, Bab H, Bab I, Bab J dan bab lainnya.
Dalam metodologi kerja, konsultan melakukan pendekatan teknis maupun non teknis. Yang
ditekankan konsultan dalam metodologi kerja ini adalah konsistensi masing-masing bab mulai bb
awal sampai dengan bab akhir, yaitu prosedur dan langkah kerja dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dalam Bab Pendekatan dan Metodologi ini akan diuraikan mengenai beberapa teknis
pelaksanaan pekerjaan Pembuatan Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) di
Kabupaten Luwu Timur. Secara garis besar mengenai bagan alir kegiatan masing-masing survey
ataupun bagan alir secara keseluruhan seperti dicantumkan pada Gambar-gambar di Bab G
Rencana Kerja.

F.2.

PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pembukaan atau reklamasi Rawa untuk tambak, peningkatan tambak harus melalui
kegiatan perencanaan teknis yang cukup matang. Dalam hal ini standar baku atau manual
perencanaan teknis jaringan reklamasi rawa dan tambak belum tersedia secara utuh.

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F-1

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Pada perencanaan pengembangan irigasi sudah ada standar perencanaan yang baku
meliputi:
1. Kriteria Perencanaan (KP)
2. Gambar-gambar bangunan irigasi
3. Persyaratan teknis
Mengacu pada standar perencanaan irigasi, untuk perencanaan jaringan irigasi rawa
tambak, diusulkan tahapan-tahapan:
1.
Survey lapangan dan analisis data lapangan.
2.
Perencanaan teknis saluran dan bangunan air jaringan irigasi rawa tambak.
3.
Model hidraulik / hidrodinamik bangunan dan saluran.
4.
Penyusunan budidaya tambak.
5.
Penyusunan spesifikasi teknis dan RAB pekerjaan fisik jaringan irigasi rawa
tambak.
6.
Studi evaluasi dampak lingkungan sehubungan dengan kegiatan
pengembangan jaringan reklamasi rawa tambak.
7.
Manual operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi rawa tambak.

F.3.

PEKERJAAN PENDAHULUAN

F.3.1.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder sebagian
dapat diperoleh di Jakarta pada instansi-instansi yang bersangkutan antara lain Bakosurtanal,
Badan Metereologi dan Geofisika, Hidrografi Angkatan Laut, Lembaga Penelitian Tanah, Ditjen
Perikanan, Badan Pertanahan Nasional dan lain-lain instansi sumber data. Data primer diperoleh
dari survey lapangan dengan observasi dan pengukuran.
Pada pekerjaan pendahuluan, pengumpulan data yang dilakukan hanya pengumpulan
data sekunder. Lebih jelasnya, pengumpulan data sekunder meliputi :
1. Data Fisik
Data fisik yang perlu dikumpulkan antara lain :
a. Peta topografi dengan skala 1 : 50.000 yang mencakup cathment area sungai-sungai
disekitar lokasi proyek dari depositori peta topografi di Bakosurtanal Jakarta atau
Direktorat Geologi Bandung.
b. Data Hidrologi.

Data curah hujan, berupa hujan bulanan rata-rata, curah hujan maximum harian,
dan data distribusi curah hujan harian (intensitas) selama 10 tahun terakhir, dapat

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F-2

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

diperoleh di Badan Metereologi dan Geofisika Jakarta, atau di Stasiun Klimatologi


terdekat yang dicari ketika melakukan survey lapangan.

Data klimatologi, dapat diperoleh di Badan Metereologi dan Geofisika Jakarta,


atau di Stasiun Klimatologi terdekat yang dicari ketika melakukan survey lapangan.
c. Data Hidrometri dan Persungaian.

Data pasang surut, dilihat dari buku Pasang Surut yang dikeluarkan oleh Badan
Metereologi dan Geofisika.

Debit banjir sungai-sungai yang berpengaruh di daerah studi investigasi, diperoleh


dari buku Data Pengolahan Debit Sungai daerah Propinsi Sulawesi Selatan yang
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Bagian Proyek Hidrologi.
d. Data-data lainnya, yaitu data tanah, erosi, sedimentasi, kualitas air, flora dan fauna
(daratan dan pengairan), dan data fisik lain yang diperlukan untuk perencanaan detail
teknis pertambakan udang, termasuk data hasil studi terdahulu.

2. Data Sosial Ekonomi dan Perikanan


Data sosial ekonomi dan perikanan yang perlu dikumpulkan antara lain :
a. Data Demografi, yaitu jumlah penduduk, kelahiran, kematian, dll.
b. Keagamaan
c. Pendidikan dan Kebudayaan
d. Keterampilan penduduk di bidang tambak
e. Kesejahteraan penduduk
f. Status tanah
g. Perkembangan usaha perikanan pada khususnya dan pertambakan pada umumnya
h. Kondisi prasarana
i. Fasilitas dan utilitas, dll
F.3.2. Persiapan Pekerjaan Lapangan
1. Persiapan pekerjaan lapangan untuk Survey Topografi adalah :
a. Pengumpulan dan pengkajian data yang berhubungan dengan lokasi proyek.
b. Menyusun program kerja, berdasarkan data topografi yang ada.
c. Penyiapan surat-surat ijin/surat keterangan
d. Menyiapkan tim survey yang akan berangkat
e. Penyiapan dan kalibrasi alat-alat yang akan digunakan, yang meliputi :
Theodolite Wild T2, dengan ketelitian pembacaan sudut horisontal kurang dari 20,
dan pembacaan optis tidak lebih dari 1 mm.
Theodolite Wild T0, dengan ketelitian pembacaan sudut horisontal kurang dari 10,
dan pembacaan optis tidak lebih dari 5 mm.
Waterpass

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F-3

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

2. Persiapan Pekerjaan Lapangan untuk Penyelidikan Geologi dan Mekanika Tanah.


a. Persiapan Personil, bahan dan Peralatan
b. Pengumpulan data geologi regional dan studi-studi yang berkaitan dengan daerah
lokasi pekerjaan
c. Penyusunan rencana kerja dan metode kerja
d. Penentuan rencana titik-titik penyelidikan
e. Kordinasi dengan Direksi pekerjaan berkaitan dengan kegiatan penyelidikan.
f. Persiapan surat-surat perijinan
3. Persiapan Pekerjaan Lapangan untuk Survey Hidrometri dan Survey Hidrologi.
a. Pengumpulan dan pengkajian data yang berhubungan dengan lokasi proyek.
b. Mempelajari data yang tersedia serta membuat rencana jadwal survey.
c. Menyiapkan surat-surat ijin /surat keterangan
d. Menyiapkan peta lokasi rencana pengukuran dan penempatan titik-titik pengukuran
untuk menetapkan volume pekerjaan
e. Menyiapkan formulir pengukuran, bahan, dan alat yang akan digunakan
f. Menyiapkan peralatan yang akan dibawa ke lapangan, antara lain peilschaal,
currenmeter, echosounder, kompas, stopwatch, tali, batere, jam, dan lain-lain.
g. Menyiapkan tim survey yang akan berangkat.
4. Persiapan Pekerjaan Lapangan untuk Survey Sosio-Agro-Ekonomi dan Lingkungan
a. Persiapan Personil, bahan dan peralatan
b. Pengumpulan data sekunder, peta-peta
dan mempelajari aspek-aspek yang
berkaiatan
c. Penyusunan rencana kerja dan metode kerja
d. Koordinasi dengan Direksi Pekerjaan berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan
e. Menyiapkan surat-surat perijinan.

F.4.

PEKERJAAN LAPANGAN

F.4.1.

Pemetaan/Pengukuran Topografi
Pekerjaan topografi dibagi dalam beberapa tahapan pekerjaan yaitu :

1. Persiapan di lapangan
a. Penyiapan base camp
b. Penyiapan tenaga lokal
c. Orientasi lapangan; maksud kegiatan ini untuk mengetahui kondisi medan agar dapat
menentukan titik awal pengukuran dan letak BM (Bench Mark).
d. Persiapan peralatan

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F-4

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Daftar peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel F.1.


Tabel F.1
Daftar Peralatan Pengukuran Topografi
Alat

Jumlah

Theodolite T0

Theodolite T2

Waterpass

Gyro Compas

2. Pengukuran di lapangan
Pengukuran topografi dilakukan sesuai dengan tahapan sebagai berikut :
a. Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan
Kerangka dasar pemetaan selain berfungsi sebagai penyebaran titik-tititk kontrol
geodesi juga sebagai batas daerah pengukuran. Kerangka dasar pemetaan ini
dilakukan dengan pengukuran poligon sebagai kontrol horisontal dan pengukuran
sipat datar (Waterpassing) sebagai kontrol vertikal (ketinggian), dimana kedua kontrol
ini ditandai dengan memasang patok beton sebagai titik tetap.
Pengukuran Horisontal
Pengukuran kerangka dasar horisontal dilaksanakan dengan poligon tertutup atau
cara lain yang disetujui Direksi. Sudut diukur dengan alat theodolite T2 atau merk lain
yang ketelitiannya sederajat. Sedangkan sisi polygon diukur dengan meet band baja
minimal 2 sisi, ke muka dan ke belakang. Sebagai kontrol ukur sudut dilakukan
pengamatan astronomi atau Gyro Compas.
Pengukuran polygon diikatkan pada titik dasar (reference point) yang telah ada di
lapangan atau yang akan ditentukan oleh Direksi.
Ketelitian yang di ijinkan dalam pengukuran adalah sebagai berikut :

Pengamatan astronomi ketelitian 20

Koreksi sudut pada titik polygon pengamatan maksimum 20 untuk tiap sudut

Kesalahan penutup jarak (linier) maksimum 1 : 5.000


b. Pengukuran Vertikal (Sipat Datar)
Melalui jalur pengukuran polygon yang telah ada dilaksanakan pula pengukuran sipat
datar dengan cara tertutup. Alat yang dipergunakan adalah sipat datar seperti Zeiss
Ni2 atau merk lain ketelitiannya sederajat.
Pengukuran sipat datar dibagi dalam beberapa seksi, setiap seksi maksimum 2 km,
diukur pulang pergi ketelitian 10 mm D (dimana D = jarak dalam km).

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F-5

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

c. Pengukuran Situasi Detail


Pengukuran situasi detail ini dimaksudkan untuk mendapatkan data lapangan yang
sebenarnya agar dapat disajikan dalam bentuk peta topografi (peta situasi) skala 1 :
2.000. Penyebaran titik detail diukur merata, seperti misalnya :

Detail pada setiap perbedaan tinggi tanah

Situasi batas-batas tata guna lahan antara lain hutan primer, hutan sekunder,
semak belukar, ladang sawah.

Situasi bangunan alam, sungai anak sungai, danau, genangan air temporer, bukit,
lembah.

Situasi bangunan buatan manusia, saluran, jalan, kuburan, bangunan umum,


kampung, dll. Pengukuran situasi detail dimulai dan diakhiri pada kerangka dasar
pemetaan.
d. Pengukuran Situasi Rencana Tapak Bangunan
Pengukuran situasi rencana tapak bangunan dilakukan pada lokasi bangunan air yang
direncanakan.
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan adalah sebagai berikut :

Pengukuran dimulai dan diakhiri pada kerangka dasar pemetaan (terikat


sempurna)

Titik-titik detail ditentukan dengan ukuran rincikan yang diikatkan pada kerangka
dasar pemetaan atau titik kontrol geodesi

Pengambilan titik-titik detail dilakukan merata ke seluruh daerah survey, serta


pengambilan detail untuk bangunan alam/bangunan buatan, sesuai dengan
kebutuhan penarikan garis kontur. Alat yang dipergunakan adalah theodolite T0
atau yang disetujui oleh Direksi. Pengambilan titik detail dilakukan merata
keseluruh daerah survey, seperti pengambilan detail dengan kebutuhan penarikan
garis kontur.

Ketinggian titik detail diukur dengan toleransi 10 cm dengan kerapatan sesuai


dengan skala peta yang direncanakan yaitu 1 : 2.000.

Areal yang dipetakan meliputi areal seluas 600 Ha, termasuk sungai, saluran,
jalan, petakan tambak, daerah pemukiman serta bangunan-bangunan lain yang
ada di dalamnya.

Patok-patok ukur jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan, dengan catatan


bahwa pada setiap calon lekukan minimal ada satu patok ukur yang dilengkapi
dengan dasar ketinggiannya.

Pengukuran situasi tapak bangunan dilakukan agar dapat digambarkan pada skala
1 : 200

Pengukuran dilakukan pada areal 150 x 150 m2.


e. Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F-6

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Pengukuran penampang memanjang dan melintang dilakukan pada rencana saluran,


rencana tanggul, sungai dan anak sungai.

Pengukuran Penampang Memanjang


Penampang memanjang diukur setiap 100 m sepanjang saluran, dimana ujung
pangkalnya terikat pada ketinggian-ketinggian titik kontrol.
Titik-titiknya harus bertepatan dengan profil melintang yang akan diukur dan
pada lokasi perpotongan saluran-saluran.
Pengukuran penampang memanjang dilaksanakan dengan alat ukur sipat
datar Ni2 atau sederajat.
Ketelitian sipat datar 10 mm D (dimana D = jarak dalam km)

Pengukuran Penampang Melintang


Pengukuran dilakukan tegak lurus as saluran dengan lebar penampang adalah
lebar saluran ditambah lebar 50 m kekiri dan 50 m kekanan dari tepi sungai /
saluran.
Interval antar penampang 100 m pada tempat yang lurus dan 25 - 50 m untuk
sungai/saluran berbelok dengan kerapatan titik penampang melintang sesuai
dengan kebutuhan.
Setiap detail perubahan tanah dan as saluran diukur
Pengukuran penampang dilakukan dengan alat ukur waterpass otomatis atau
theodolite T0.
f.

Pemasangan Titik Kontrol Bench Mark (BM)

Dilakukan inventarisasi BM yang ada dilokasi pengukuran.

Jika BM lama tidak sesuai dengan ketentuan teknis, maka dibuat BM baru sebagai
gantinya.

Titik kontrol geodesi dipasang sesuai dengan peta rencana pengukuran dan
disetujui oleh Direksi.

Titik kontrol ditandai dengan pilar beton dan diberi kode pengenal.

Pilar beton akan dipasang dengan pancang kuat dan stabil, dipasang pada tempat
yang aman dan mudah dicari.

Jumlah BM minimal 6 buah ukuran 30 x 30 x 100 cm dan diberi koordinat (x,y,z),


Jumlah BM setiap 500 m ukuran 20 x 20 x 100 cm dan diberi koordinat (x,y,z),
untuk jalur poligon.

Titik referensi digunakan atas dasar patok atau BM setempat yang sudah ada.
Dalam hal patok atau BM TIDAK tersedia, referensi digunakan atas pengukuran
muka air rata-rata air laut (MSL) yang ditentukan berdasarkan data dan analisa
pasang surut.

Setiap BM diberi nomor / kode sesuai petunjuk Direksi, kemudian


didokumentasikan dan dibuatkan deskripsinya.
Pada diskripsi tersebut termuat :

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F-7

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Foto dari BM yang menampakkan nomor serta titik pusat BM


Sketsa lokasi BM beserta ukuran / jarak dari detail yang mudah
diidentifikasikan
Uraian tentang BM serta gambar / sketsa lokasi umum, sehingga diperoleh
gambaran untuk mencapai lokasi BM tersebut.
Koordinasi dan ketinggian BM, dicantumkan setelah dilakukan perhitungan dan
perataan.

g. Buku Ukur

Data hasil ukuran dan sketsa titik detail dibuat dengan jelas, rapi, dan sistematis.

Pada tiap buku ukur dicatat tanggal pengukuran, daerah pengukuran, nama juru
ukur, jenis, nomor alat ukur dan keadaan cuaca saat pengukuran.

Setiap buku ukur dimintakan pengesahan dan tandatangan Direksi Lapangan.


3. Penggambaran
a. Gambar / peta situasi dibuat dengan skala 1 : 2.000 dengan interval kontur 0.25 m
b. Gambar / peta ikhtisar dibuat dengan skala 1 : 10.000 dengan interval kontur 1 m
digambar dalam satu lembar peta.
c. Gambar / peta situasi rencana tapak bangunan skala 1 : 200 dengan interval kontur
0.5 m.
d. Gambar situasi trase dan rencana trase dibuat dengan skala 1 : 2.000 dan di lengkapi
situasi sekitarnya dengan kontur interval 0.5 m. Gambar penampang memanjang
digambar dibawah gambar situasi trase tersebut diatas dengan skala yang sama,
yaitu 1 : 2.000 untuk skala jarak, sedangkan untuk skala tinggi 1 : 100. Gambar
penampang melintang dibuat dengan skala 1:100 (jarak & tinggi)
e. Perkecilan dari peta skala 1 : 2.000 ke skala 1 : 20.000 memakai alat pantograf atau
alat lain yang memenuhi syarat.
f. Garis silang grid horisontal maupun vertikal dibuat dengan interval 10 cm. Toleransi
pembuatan jaringan grid disesuaikan dengan ketelitian peta.
g. Tiap titik tetap (BM) yang diplotkan akan di lengkapi dengan koordinat planimetris dan
ketinggiannya.
h. Legenda-legenda dan simbol-simbol mengikuti aturan-aturan yang ditentukan oleh
dinas topografi TNI-AL.
i. Pada gambar peta dibuat tanda arah Utara, peta indeks, dan skala garis.
j. Ukuran gambar adalah A1, dengan wajah gambar / peta sesuai dengan petunjuk
Direksi.
k. Gambar dibuat diatas kertas kalkir dengan ukuran 90-95 gram.
l. Gambar tidak akan direkalkir dengan mesin foto copy atau sejenisnya.

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F-8

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Hasil akhir dari pekerjaan ini berupa peta situasi detail yang memenuhi persyaratan
ketelitian sebagai berikut :
a. Ketelitian Horisontal
Minimal 90% dari titik yang mudah dikenal / ditentukan dilapangan digambarkan
dengan toleransi kesalahan planimetris 0.8 mm pada peta.
b. Ketelitian Vertikal
Minimal 90% dari semua titik tinggi yang ada dilapangan setelah diplotkan dan di
interpolasi, kesalahan maksimumnya adalah setengah interval garis kontur, sehingga
tidak terdapat titik tinggi yang kesalahannya lebih besar dari satu interval garis kontur.
F.4.2.

Penyelidikan Geologi Permukaan dan Mekanika Tanah

Kegiatan ini dimaksudkan guna mempelajari dan meneliti serta menyiompulkan


parameter-parameter mekanika tanah untuk supporting detail jaringan tambak.
Lingkup kegiatan ini meliputi :
1. Pekerjaan lapangan yang meliputi sondir, Bor Tangan dan Test pit
2. Pengambilan contoh tanah terganggu dan tak terganggu
3. Analisis dilaboratorium
Spesifikasi teknis sesuai dengan KAK yang telah diuraikan dalam bab 3 Pemahaman
KAK.
F.4.3.

Survey Hidrometri
Penyelidikan hidrometri dilakukan untuk mengetahui karakteristik sungai dan perambatan
air pasang surut dari laut atau dari muara lokasi sampai kebagian hulu terjauh. Akan
dilakukan pengukuran dimuara saluran primer / sekunder untuk mengetahui tinggi muka
air, kecepatan aliran, dan kualitas air di sungai utama, anak sungai, dan lokasi-lokasi yang
dianggap penting. Pekerjaan pengukuran ini akan diikatkan pada referensi topografi yang
telah ada.
Hasil analisis dan evaluasi atas data yang didapatkan, akan digunakan sebagai masukan
dalam pengkajian perhitungan hidrolika dari rencana jaringan tata air dikawasan proyek.
Daftar peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel F.2.
Tabel F.2
Daftar Perkiraan Peralatan Penyelidikan Hidrometri
Alat

Jumlah

Peilschaal

5 Set

Kompas

Tali

secukupnya

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F-9

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Jam

Theodolite

Waterpass

Perahu

Lingkup pekerjaan ini meliputi :


1. Pengamatan Lapangan
a. Pengamatan pasang surut/tinggi muka air.
Pengamatan pasang surut akan dilakukan disekitar muara lokasi yang aman. Banyak
titik tergantung kebutuhan dan akan dikonsultasikan dengan pengawas. Pengamatan
sifat pasang surut dilakukan dengan melakukan pengamatan pergerakan muka air
laut, minimum 30 hari terus menerus setiap jam mempergunakan alat hydrogrametry.
Pengukuran dan perhitungan pasang surut dilakukan dengan metoda admiralty /
Hydral.
b. Pengamatan contoh tanah dasar sungai / laut (bad load sampling).
c. Pengamatan arah angin / arus dipantai yang berbatasan dengan lokasi studi.
d. Inventarisasi data hydrologi (curah hujan, iklim, dll).

Pengumpulan data curah hujan terbaru minimum selama 10 tahun dari stasiunstasiun terdekat.

Pengumpulan data klimatologi lainnya terbaru minimum selama 5 tahun dari


stasiun-stasiun terdekat.

Pengumpulan data / informasi banjir (tinggi, lamanya, perkiraan luas genangan


dan dampaknya)
e. Morphology sungai diamati baik pada zona hulu, zona tengah dan zona hilir, gunanya
untuk mengetahui prilaku sungai dan kemungkinan adanya creeks yang sangat
menentukan dalam perhitungan kesediaan air (water balance) dan analisa lingkungan.
2. Analisis Data
Data pengamatan dan pengukuran yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk
kalibrasi model penelusuran pasang surut guna mendapatkan konstanta-konstanta
hidrolis dan intrusi air asin.
Dengan konstanta-konstanta ini dengan menggunakan analisa model dapat dihitung
pergerakan air serta salinitas pada waktu air pasang dan air surut, untuk berbagai
keadaan debit hulu dan berbagai nilai salinitas dilaut (diperoleh dari analisa hydrologi).
Dari hasil analisa ini akan dapat diketahui karakterisitik sungai / saluran sebagai sumber
air, yang merupakan data penting untuk perencanaan jaringan tata air tambak.
F.4.4.

Penyelidikan Sosial Ekonomi dan Budidaya Tambak/Perikanan

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 10

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Penyelidikan sosial ekonomi dan perikanan diarahkan untuk memperoleh gambaran


mengenai persepsi masyarakat, ketersediaan tenaga kerja, sarana produksi, dan sarana
penunjang lainnya yang dapat mendukung usaha pertambakan udang yang akan
dikembambangkan dilokasi studi.
Data yang diperlukan dapat diperoleh dari data sekunder maupun primer. Data sekunder
dapat diperoleh di kantor Pemerintah Daerah, sedangkan data primer dikumpulkan
dengan observasi, wawancara langsung, atau dengan kuesioner (daftar isian).

Data yang dikumpulkan meliputi :


1. Kependudukan (jumlah penduduk, struktur, angkatan kerja, mata pencaharian,
pendapatan) dan status kepemilikan tanah.
2. Prasarana, fasilitas, dan utilitis umum yang ada ini, antara lain meliputi jaringan jalan,
listrik, air minum, sarana kesehatan, sarana pendidikan, dan lain-lain.
3. Sarana produksi perikanan, mengenai tingkat pengadaannya, cara perolehan, dan harga.
4. Tingkat pendidikan dan keterampilan petani dalam budaya ikan/udang, termasuk
pengamatan atas kegiatan budidaya yang telah dilaksanakan oleh penduduk.
5. Sarana pembinaan dan penyuluhan yang ada.
6. Lembaga keuangan dan perkreditan yang ada, cara perolehan, dan pengambilan kredit.
7. Pemasaran, yang meliputi sarana, prosedur, dan harga.
8. Kegiatan perekonomian lainnya yang dapat menunjang maupun menghambat
pengembangan tambak udang
9. Pekerjaan lapangan berupa pengambilan sampel air, quisener dll.
10. Analisa data dan kesimpulan

F.5.

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

F.5.1.

Data Pengukuran Topografi

1. Hitungan Polygon
a. Polygon Utama
Polygon merupakan bentuk geometrik yang tersusun atas sudut-sudut dan jarak.
Dengan konsep tersebut, jika di ketahui satu titik awal sebagai acuan dan ia memiliki
koordinat (x,y,z), maka kita juga dapat mencantumkan koordinat titik-titik lain dengan
melakukan pengukuran sudut dan jarak (Metode Terestris).
Pada pengukuran polygon hal-hal yang diukur adalah :

Sudut horisontal

Jarak datar (pita ukur)

Sudut vertikal (untuk check jarak optik)

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 11

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Rumus-rumus yang digunakan untuk hitungan Polygon utama :


XB = XA + dAB Sin AB
YB = YA + dAB Cos AB
dimana :
XB, YB : absis dan ordinat yang dicari (parameter)
XA, YA : absis dan ordinat titik awal/acuan (titik ikat, refertensi) yang sudah
diketahui
dAB
: jarak datar dari titik A dan B
AB
: sudut jurusan dari titik A ke titik B
= OA + B - 180
OA
: sudut jurusan awal (O ke A)
B
: sudut horisontal di titik A (sudut OAB)

Ketelitian jarak atau kesalahan relatif jarak polygon


KRJ = 2x + 2y
D
KRJ : kesalahan relatif jarak
x
: salah penutup absis = (dij Sin ij)
y
: salah penutup ordinat = (dij Cos ij)
D
: jumlah jarak datar polygon utama

Ketelitian sudut kesalahan penutup sudut Polygon


KPS = i - (n-2) 180.
I : jumlah sudut horisontal (sudut dalam)
n
: banyaknya titik polygon
KPS : kesalahan penutup sudut

Toleransi kesalahan penutup sudut (KPS) = 10n


Koreksi sudut = i = KPS
n
Harga definitif :
i = i + i
catatan :
koreksi sudut (i) merupakan bilangan bulat
Jika nilai koreksi (i) pecahan, harus dibulatkan dulu (dinaikkan) dan
dikoreksi ke sisi jarak terpendek :

Hitungan kontrol jarak


Dengan argumen jarak sisi polygon dan hasil hitungan sudut jurusan definitif tiap
sisi, di lakukan hitungan selisih absis dan ordinat :
xij =
dij Sin ij

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 12

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

yij

dij Cos ij
n

xij

xij
i=l
n

yij

yij
I=l

Koreksi jarak tiap sisi polygon :


V xij =
di. x / di
V yij =
di. y / di
Koordinat definitif :
xi = xi + xi + V xi
yi = yi + yi + V xi
b. Hitungan Polygon Cabang
Polygon cabang diikatkan polygon utama. Dengan argumen azimuth dan jarak datar
sisi-sisi polygon cabang dihitung koordinat tiap titik polygon cabang. Polygon cabang
ini dihitung untuk mendefinisikan koordinat titik detail dan titik cross.
Langkah-langkah :

Hitung Ag dari data Am : Ag = Am + + c


dimana :
Ag = azimuth geografis atau sudut jurusan
Am = azimuth magnetis Bousole (T0)

= deklinasi magnetis
c
= koreksi Bousole

Hitung jarak datar dari ukuran tachymetri :


dmi : jarak optis
d
: jarak datar
z
: sudut zenith
ba : bacaan benang atas
bb : bacaan benang bawah

Hitungan beda tinggi dan tinggi definitif titik polygon cabang dan detail :
hi = dmi Cos2zi
zi = zi + hi

Hitungan pengikatan
Diikatkan dulu absis dan ordinat polygon cabang ke polygon utama :
xi = xi + xi

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 13

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

yi = yi + yi
Ikatkan tinggi polygon cabang ke polygon utama :
zi = zi + yi
dimana :
x,y,z : koordinat polygon cabang hasil ikatan
x,y,z : koordinat polygon utama pengikat
hi : beda tinggi antara titik ikat dan pengikatnya
2. Hitungan Waterpass
Titik awal polygon utama BM1 diikatkan ke titik referensi BM0:
Langkah-langkah hitungan :
a. Hitungan beda tinggi dari titik referensi ke titik awal polygon (BM1), kemudian tinggi
definitif titik BM0.
zBM1 = zBM0 + ni=l hi
dimana :
z
: beda tinggi dari MSL
h : beda tinggi tiap slang pengikatan
b. Hitungan beda tinggi tiap sisi polygon (2x berdiri alat), dan hitung rata-ratanya.
c. Beri koreksi masing-masing beda tinggi dengan koreksi garis bidik :
k = c (db - dm)
dimana :
c
= konstantakemiringan garis bidik
db, dm = jarak belakang dan muka
d. Toleransi ukuran beda tinggi : KPBT = hi K P B T < 8 D (mm)
dimana :
KPBT : kesalahan penutup beda tinggi
e. Jika masuk toleransi, berikan koreksi tiap beda tinggi sisi-sisi polygon :
h - h + hh = KPBT / n
f. Setelah diperoleh hi hitung tinggi definitif titik-titik polygon :
zj = zj + hij
F.5.2.

Hidrometri

1. Pengolahan atas data lapangan yang meliputi antara lain :


a. Perhitungan kecepatan air rata-rata pada tiap lokasi pengukuran.
b. Perhitungan tinggi muka air rata-rata, maksimum, minimum, serta tinggi muka air
banjir (jika ada). Tinggi muka air ini sudah diikatkan dengan elevasi topografi lahan
(BM).
c. Perhitungan luas dan tinggi genangan.

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 14

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

d.
e.
f.
g.

Perhitungan luas penampang basah pada tiap lokasi pengukuran kecepatan.


Perhitungan debit run-off
Kemiringan dasar sungai
Kualitas air sungai, tingkat keasaman, temperatur air, dan sedimen transport
(konsentrasi sedimen).

2. Sebagai hasil pengolahan data, dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara :
a. Tinggi muka air dan waktu
b. Kecepatan arus dan waktu
c. Debit dan waktu
d. Debit dan kedalaman (rating curve)
e. DHL, pH dan waktu.
3. Juga sebagai hasil pengolahan data, didapatkan :
a. Pengikatan pengukuran profil sungai/saluran ke BM terdekat
b. Pengikatan peilschaal pengamatan tinggi muka air ke BM terdekat
4. Laporan
Data yang telah diperoleh dari lapangan, data hasil penyelidikan laboratorium, dilengkapi
dengan data sekunder, dianalisis dan dievaluasi, untuk kemudian disusun dalam bentuk
laporan sebagai masukan bagi perencanaan teknis detail tata air.
Laporan berisi pelaksanaan pekerjaan dan analisis hidrometri, antara lain tentang maksud
dan tujuan survey, keadaan umum daerah survey, metoda kerja dilapangan dan di
laboratorium, pengolahan data dan analisisnya, perhitungan keseimbangan air (water
balance), perhitungan modulus drainage, masalah banjir, pengaruh-pengaruh lain
terhadap lahan, kesimpulan serta saran-saran, dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
Semua data lapangan dan laboratorium dilampirkan dalam laporan.
Dalam pengolahan data, analisis data, serta pembuatan laporan, Konsultan akan selalu
berkonsultasi pada direksi atau yang ditunjuk mewakili.
F.5.3.

Analisis Geologi dan Mekanika Tanah

F.5.3.1. Analisis Geologi


Geologi permukaan suatu daerah harus diliput pada peta geologi permukaan. Skala peta
yang harus dipakai adalah:
a.
Peta daerah dengan skala 1:100.000 atau 1:50.000
b.
Peta semi detail dengan skala 1:25.000 atau 1:5.000
c.
Peta detail dengan skala 1:2.000 atau 1:100

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 15

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Peta-peta tersebut harus menunjukan geologi daerah yang bersangkutan, daerah


pengambilan bahan bangunan, detail-detail geologis yang perlu diketahui olrh
perekayasa, seperti: tipe batuan, daerah geser, sesar, daerah pecahan, jurus dan
kemiringan lapisan.
Berdasarkan pengamatan dari sumuran dan paritan uji, perubahan-perubahan yang
dalam formasi tanah maupun tebal dan derajat pelapukan tanah penutup (overburden)
harus diperkirakan.
Dalam banyak hal, pemboran mungkin diperlukan untuk secara tepat mengetahui lapisan
dan tipe batuan. Hal ini sangat penting untuk pondasi bangunan air yang cukup besar.
Sesuatu yang perlu untuk mengetahui kekuatan pondasi maupun tersedianya batu di
daerah sekitar untuk menentukan lokasi bangunan, dan juga untuk keperluan bahan
bangunan yang diperlukan, seperti misalnya agregat untuk beton, batu untuk pasangan
atau untuk batu candi, pasir dan kerikil. Untuk memperhitungkan stabilitas bangunan air
yang cukup besar, kekuatan gempa perlu diketahui.
F.5.3.2. Analisis Mekanika Tanah
Analisis sondir dilakukan untuk mendapatkan kedalaman tanah keras. Untuk
mendapatkan kedalaman tanah keras dari data hasil sondir, dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus:

Untuk mendapatkan informasi data perencanaan, maka terhadap contoh-contoh tanah


dilakukan pengujian laboratorium, meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.
Penetapan Berat Jenis
Pengujian dilaksanakan untuk mendapatkan perbandingan antara berat satuan butir
tanah dengan berat satuan air. Pengujian ini sesuai ASTM D-854.
b.
Pengukuran Kadar Air (Natural Water Content)
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kelembaban contoh-contoh tanah. Pekerjaan
dilakukan sesuai ASTM D-2116.
c.
Pengukuran Berat Volume (Bulk Density)
Pengukuran dimaksudkan untuk mendapatkan berat persatuan volume dari contoh
tanah, sesuai ASTM D-29. Berat volume digunakan dalam menghitung daya dukung
tanah, perhitungan stabilitas talud, dan sebagainya.
d.
Pengukuran Batas-Batas Konsistensi (Atterberg Limits)
Pengukuran dilakukan sesuai ASTM D-423 dan D-424 dimaksudkan untuk
menetapkan batas cair dan batas plastis tanah yang dipakai pada banyak klasifikasi
tanah, antara lain: USCS, AASHTO, dan sebagainya.

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 16

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

F.5.4.

Analisis Sosio Agro Ekonomi

Data hasil kegiatan survey Sosio Agro Ekonomi, dianalisis secara deskriptif atau tabulasi
untuk memberikan gambar kondisi sosial ekonomi, kelembagaan, kepemilikan lahan, kegiatan
pertanian tambak disekitar lokasi, termasuk berbagai potensi dan hambatan sosial ekonomi yang
diperkirakan mempengaruhi rencana pengembangan.
Berdasarkan hasil-hasil survey dan pengamatan dibuatkan peta tata guna lahan existing
dan peta tata guna lahan usulan skala 1:20.000.

F.6.

PERENCANAAN DETAIL (DESAIN RINCI)

Dasar perencanaan tata air daerah studi dan penentuan langkah-langkah penanganan
daerah proyek :
1. Hasil pengumpulan data / informasi sekunder
2. Hasil diskusi dengan penduduk setempat serta pengawas yang ditunjuk
3. Hasil pengumpulan data primer, berupa : survey topografi, survey tanah, survey
hidrologi/hidrometri, survey sosial ekonomi, lingkungan dan perikanan
Tahapan detail desain akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Penampang melintang saluran akan digunakan sedapat mungkin desain standar yang ada
2. Analisa pondasi dan stabilitas untuk bangunan-bangunan hidrolik akan dilaksanakan
secara sangat seksama untuk mencegah terjadinya kegagalan seperti umumnya yang
terjadi pada bangunan-bangunan hidrolik di daerah reklamasi rawa pasang surut selama
ini
3. Pada perpotongan saluran dan sungai-sungai akan dikembangkan struktur pencegah
disiltasi
4. Komponen-komponen detail untuk bangunan hidrolik akan didesain semaksimum mungkin
menggunakan bahan produksi lokal dan metode labor intensive (padat karya)
Dalam penarikan rencana tapak / lay-out sistem tata air maka akan dipakai dasar
pertimbangan sebagai berikut :
1. Normalisasi saluran drainase yang ada

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 17

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Prioritas utama dalam pembuatan sistem drainase daerah proyek adalah normalisasi
(perbaikan) saluran drainase yang ada. Dimensi saluran drainase ini akan disesuaikan
dengan debit air yang akan melewati saluran tersebut.
2. Penentuan jarak antar saluran ditentukan dengan mempertimbangkan luas masing-masing
daerah pengaliran yang nantinya berpengaruh terhadap beban drainase (debit air di
dalam saluran).
3. Hal yang paling utama dari penarikan rencana tapak / lay-out sistem tata air adalah
persetujuan dari para petambak di lokasi pekerjaan terutama setelah nantinya tahap
konstruksi dilaksanakan tidak akan terjadi gugatan dari para petambak dengan adanya
perbaikan dan pembuatan saluran-saluran tambak
Setelah sistem tata air daerah proyek ditentukan maka dilakukan permodelan tata air
didaerah proyek untuk menentukan dimensi saluran/tinggi tanggul yang dibutuhkan.
F.6.1.

Bangunan Air

1. Saluran
Dibawah ini dijelaskan jenis saluran yang biasa digunakan dalam desain tambak, yaitu:
Saluran Pembawa Primer
Dibawa dari pintu utama dan umumnya menuju kebagian sentral areal pertambakan.
Dimensinya akan mempertimbangkan pula kemungkinan limpasan air akibat hujan deras
dari areal tambak maupun areal sekitarnya.
Saluran Pembawa Sekunder
Saluran ini melayani bagian yang tak terjangkau oleh saluran pembawa primer menuju
bagian dalam kolam-kolam pembibitan dan kolam-kolam tambak. Umumnya dibangun
pada areal tambak yang luas, dimensinya lebih kecil jika dibandingkan saluran pembawa
primer.
Saluran Tersier
Saluran ini umumnya mensuplai air pada kolam-kolam pembibitan dan kolam transisi.
Karena ukurannya kecil, sering kali disebut sebagai bagian sistem kolam pembibitan.
Lebar dasar saluran tersier rata-rata 1.5-2.5 m.
Saluran Pembagi
Tujuan pembuatan saluran ini adalah melindungi tambak dari banjir akibat curah hujan
bawaan. Kapasitasnya harus bisa menampung setidak-tidaknya curah hujan tertinggi dari
DAS untuk periode ulang 10 tahun. Slope saluran pembagi ini harus memungkinkan
pengaliran air dari lahan dengan cepat ke saluran/areal pembuangan.

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 18

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Saluran Pembuang
Saluran pembuang akan dibuat terpisah dari saluran pembawa. Saluran Pembuang terdiri
dari saluran primer, sekunder, dan tersier. Umumnya terletak dibagian lain kolam,
berlawanan dan paralel dengan saluran pembawa.
Penampang melintang saluran (pembawa, pembagi, dan pembuang) umumnya trapesium
dengan slope 1 : 1 untuk tanah aluvial bertekstur pasir lempung seperti di lokasi proyek.

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 19

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Gambar F.1. Bentuk-Bentuk Saluran Tambak

Kedalaman saluran primer (tanpa freeboard) bervariasi :


a. Untuk mix tide
: dari elevasi MHHW sampai MLLW (datun)
b. Untuk diurnal
: dari elevasi MHW sampai MLLW
Kedalaman saluran sekunder dari tinggi muka air kolam tambak sampai rata-rata
ketinggian pasang surut.
Untuk penampang melintang optimal, dasar saluran harus :
b = 2d (1+z2 - z)
dimana :
b = dasar saluran
d = kedalaman saluran tanpa freeboard
z = bagian batas scope bilangan bagian vertikal = 1
Perkiraan awal penampang saluran ini ditentukan oleh :
a. Debit suplai untuk saluran pembawa

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 20

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

b. Debit buangan untuk saluran drainase


c. Debit banjir untuk saluran pembagi
Perhitungan dimensi saluran pada tahap awal menggunakan rumus Manning yang
kemudian dicek dengan formula pasang surut disaluran tanggul. Model matematik
PENPAS dan DUFLOW akan digunakan dalam permodelan tata air tambak daerah ini
2. Tanggul
Tanggul dapat dibedakan atas :
a. Tanggul primer
b. Tanggul sekunder
c. Tanggul tersier
Fungsi utama tanggul untuk menjaga penggunaan air dalam areal tambak dan untuk
melindungi kolam, menjaga pertumbuhan udang / ikan dan lain-lain, dari bahaya banjir
dan terjangan pasang tinggi. Desain tanggul disamping pertimbangan teknis juga akan
memperlihatkan pertimbangan ekonomis.
Tanggul sekunder dan tersier berukuran lebih kecil dari tanggul primer. Tanggul sekunder
umumnya dibuat di kedua sisi saluran dan harus lebih tinggi dari MHW pada waktu
Spring. Tanggul tersier/pemisah memisahkan kolam-kolam tambak dengan ketinggian
yang bisa menjaga muka air yang diisyaratkan dalam kolam tambak.
Tanggul primer biasanya digunakan sebagai jalan inspeksi, karena itu mempunyai lebar
antara 3.5-4.0 m dengan tambahan bahu, masing-masing 0.6 m kiri kanan untuk
mencegah keruntuhan. Untuk tanggul sekunder lebar atas 1.0-2.0 m, sedang untuk tersier
lebih kecil dari itu.
Tinggi total tanggul primer dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
Hm =

dimana :
Hm
Hat
Gs
MF
F
%S

(Hat - Gs) + MF + F
1 - (%S)
100
=
=
=
=
=
=

tinggi tanggul primer


HWL
Elevasi permukaan tanah
Elevasi maksimum banjir
Freeboard
Persen shrinkage dan settlement

Tinggi total tanggul sekunder :


Hs = (Hst - Gs) + MF + F

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 21

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

1 - (%S)
100
dimana :
Hs
Hst
MF

=
=
=

Tinggi tanggul sekunder diatas muka tanah


MHWS (Mean Hight Water Spring)
Curah hujan maksimum 24 Jam

Gambar F.2. Potongan Melintang Tanggul Sekunder

Tinggi tanggul tersier dihitung sebagai berikut :


Ht = (Dwl - Gs) + MF + F
1 - (%S)
100
dimana :
Ht
= Tinggi tanggul tersier diatas tanah (datum)
Dwl =
Tinggi muka air diperlukan untuk kolam tambak (umumya 1.0-1.5 meter)

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 22

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Gambar F.3. Potongan Melintang Tanggul Tersier

3. Pintu
Pintu dibuat dikolam tambak untuk intake dan untuk drain. Pintu juga perlu dibuat pada
intake saluran tersier apabila saluran tersebut berfungsi sebagai reservoir.
Selama pengeringan kolam, air dibuang perlahan-lahan dengan memfungsikan kedua
slab. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kecepatan yang tinggi di pintu pembuang
dengan memfungsikan kedua slab. Pintu pada saluran tersier (bila perlu) akan dibuka
selama Spring tide sehingga air asin mengalir bebas ke saluran dan kolam. Selama neap
tide pintu ditutup dan air dipompa dari saluran sekunder ke saluran tersier. Pintu primer
dan sekunder bila diperlukan akan dibuat, seperti untuk mencegah intrusi air asin ke areal
pertanian, mengontrol pencampuran air bersih dan air asin, dan dalam kasus-kasus
tertentu membuang air banjir.
4. Gorong-gorong
Bangunan ini terutama ditempatkan pada persilangan saluran dengan jalan atau saluran
dengan tanggul. Dimensi gorong-gorong dihitung dengan menggunakan rumus
Q = A (2gz)1/2
dimana

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 23

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Q
A
z
g

=
=
=
=
=
=
=

debit yang melewati gorong-gorong (m3/dt)


luas penampang yang dialiri (m2)
Kehilangan tinggi tekanan (m)
percepatan gravitasi 9.8 m/dt2
koefisien pengaliran, tergantung jenis penampang
0.9 (untuk penampang bulat)
0.8 (untuk penampang persegi)

5. Pompa
Pompa digunakan untuk mensuplai air pada areal yang tinggi, sedang pasutnya kecil atau
selama neap tide pada saat gaya pasang surut kecil sekali sehingga tidak bisa
mendorong air ke kolam tambak untuk penggantian 5-7% air setiap hari.
Kapasitas pompa yang harus disediakan dihitung sedemikian, sehingga mampu
menaikkan air 1.0-1.5 m dengan mengingat :
a. Debit aliran
b. Losses (kehilangan) di inlet, outlet, persimpangan dll
c. Lokasi pompa dan eksploitasi
d. Efisiensi pompa
Design pompa mengikuti formula berikut :
dQ - dWs + B.Vc.dv = [ V2 + h + gz] V.dA + e..dv
dt
dt
Cv
Cs 2
tt Cv
dimana :
dQ =
dt
dWs =
dt
Cv
Cs

derajat panas

daya pompa

= control volume
= control surface

6. Jalan
Ada 2 jenis jalan, yaitu untuk kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua pejalan
kaki. Jalan-jalan ini digunakan sebagai jalan inspeksi dan transportasi untuk pemasaran.
Permukaan cukup jalan tanah kecuali jalan primer yang bisa digunakan perkerasan
Macadam.

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 24

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

F.7.

PERHITUNGAN DEBIT BANJIR RENCANA

Perhitungan debit banjir rencana ini penting untuk mengetahui debit ekstrim sungaisungai di dekat / daerah proyek. Berdasarkan data yang tersedia, maka perhitungan debit banjir
rencana diklasifikasikan, menjadi :
1. Metode analisis probabilitas frekuensi debit bajir, apabila data aliran sungai yang tersedia
cukup panjang (> 20 tahun), sehingga analisisnya dapat langsung dilakukan dengan
metode Gumbel, Log Pearson III, Normal, Log Normal, atau Normal, baik dengan cara
grafis maupun cara analisis.
2. Metode analisis regional, apabila data debit kurang 20 tahun dan lebih 10 tahun.
3. Metode puncak banjir diatas ambang, apabila data debit yang tersedia antara 3-10 tahun,
metoda ini berdasarkan pengambilan puncak banjir dalam selang 1 tahun diatas ambang
tertentu dan hanya cocok untuk data yang didapat dari pos Duga Air, otomatis (AWLR) =
automatic water level recorder.
4. Metode Empiris apabila perkiraan besarnya banjir berdasarkan parameter hujan dan
karakteristik didaerah tangkapan. Metode yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :
a. Metoda Rasional
b. Metoda Weduwen, Melchior, dan Haspers
c. Metoda Hidrograf Satuan (Nakayasu, Gamma dsb)
d. Metoda US-Soil Conservation Service

5. Metoda Statistik, metoda yang digunakan adalah Institute Of Hydrology Walling Ford (IOH).
Metoda ini merupakan salah satu persamaan statistik yang dikembangkan oleh IOH dan
pusat Litbang Air berdasarkan data hujan dan karakteristik fisik daerah tangkapan di Jawa
dan Sumatera. Karakteristik daerah tangkapan yang digunakan adalah:
a. Luas daerah tangkapan merupakan karakteristik yang penting dalam menentukan
besar puncak banjir dan diukur dalam kilometer persegi. Pengukuran daerah
tangkapan umunya didasarkan pada peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 100.000
b. Indeks kemiringan sungai (meter per-kilometer) merupakan perbedaan tinggi titik yang
ditinjau dengan titik tertinggi dihulu sungai utama, dinyatakan dalam kilometer perkilometer
c. Indeks danau (Lu) didefinisikan sebagai :
Indeks danau (Lu) = luas daerah dihulu danau (km2)

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 25

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

luas daerah tangkapan (km2)


d. Rata curah hujan terbesar selama 24 jam dalam setahun
Selain metoda IOH ini ada lagi metoda lainnya, yaitu cara GAMA I, satuan hidrograf
sintetik Gama I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu waktu naik (TR), debit puncak
(QP), dan waktu dasar (TB).
6. Model Matematik
Model matematik digunakan apabila selang waktu pengamatan data hujan lebih panjang
dari pada pengamatan data debit. Untuk memperpanjang data aliran, maka digunakan
model matematik. Besar debit rencana kemudian dihitung dengan menggunakan analisis
frekwensi yang ada.
Keputusan metoda mana yang akan digunakan pada daerah proyek tergantung dari data
yang diperoleh nantinya (yaitu bisa dengan analisa kapasitas palung sungai atau dengan
jalan membandingkan dengan hasil-hasil yang telah dilakukan khususnya pada daerah
Sulawesi Selatan dengan grafik flood control in south Sulawesi).
F.7.1. Pemodelan Tata Air Daerah Proyek
Dalam pengorganisasian penyelesaian masalah air dan penyelesaian hydrolika,
diperlukan suatu model pendekatan. Model pendekatan ini dapat berupa model
numerik/matematik atau model fisik. Pada pekerjaan ini akan digunakan simulasi model numerik
karena terbatasnya waktu pelaksanaan. Telah tersedia 2 (dua) paket program untuk memodelkan
secara numerik tata air kawasan proyek, yaitu paket program DUFLOW (IHE, DWG, dan TU Delft
1989 atau DUFLOW versi 2) dan PENPAS (P4S). Paket program PENPAS sudah banyak
digunakan pada proyek-proyek keairan di Indonesia, hal ini menunjukkan paket program ini sudah
dapat diandalkan untuk kondisi alam Indonesia.
Paket program DUFLOW merupakan paket program terbaru yang dikeluarkan atas
kerjasama 3 (tiga) lembaga di Belanda. Paket program DUFLOW ini belum banyak dikenal di
Indonesia. Konsultan akan mempelajari apakah paket program ini dapat digunakan untuk kondisi
Indonesia (daerah proyek) maka Konsultan akan menggunakan paket program ini sebagai
pembanding atas hasil yang dikeluarkan dari paket program PENPAS diatas. Pada sub-bab berikut
ini akan disajikan penjelasan tentang program DUFLOW dan PENPAS.
1. Pemodelan Numerik Menggunakan DUFLOW
Tiga lembaga di Belanda telah menyusun model numerik yang tercakup dalam suatu
paket program yang dapat memodelkan masalah-masalah pengelolaan air pada saluran
terbuka seperti :

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 26

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

a. Pengaruh pasang surut pada suatu aliran sungai


b. Pengaruh bangunan-bangunan air yang diletakkan pada sungai terhadap aliran air
sungai
Ketiga lembaga di Belanda yang membuat paket program ini adalah :
a. IHE (International Institut for Hydraulic and Environmental Engineering), Delft
b. DGW (Tidal Waters Division, Rijkswaterstaat), Ministy of Public Works, The Hague
c. TU Deft (Delft University of Technology, Delft)
Paket program yang mereka buat diberi nama DUFLOW yang berasal dari kata Dutch
Flow.
DUFLOW di dasarkan pada persamaan unsteady flow untuk aliran di saluran terbuka.
Persamaan-persamaan yang digunakan sebagai landasan dasar pembuatan paket
program DUFLOW adalah :
Persamaan konservasi massa
B H + Q = 0
t
x
Persamaan momentum
Q = (QV) + g A H + g\Q\Q = b2 cos(-)
t
x
x
C2AR
Q = VA
Keterangan lengkap mengenai persamaan ini dapat diikuti dalam literatur IHE, DGW, dan
TU Delft (1989) atau DUFLOW versi 2. Paket program DUFLOW dalam desain banyak
pengunaannya, antara lain DUFLOW dapat digunakan untuk memodelkan misalnya
gelombang banjir disungai, perencanaan operasional jaringan irigasi, sistem drainase, dll.
Untuk dapat memodelkan daerah tersebut ke paket program DUFLOW, maka perlu data
masukan berupa :
a. Amplitudo, fasa, dan siklus pasang-surut di lokasi
b. Banyaknya node (titik perhitungan) dan section (ruas perhitungan) yang terlibat.
Node adalah titik perhitungan disepanjang saluran yang merupakan tempat masukan data
dan tempat besaran output hasil simulasi diberikan.
Data node yang perlu diketahui adalah :
a. Penampang melintang
b. Elevasi dasar saluran
c. Koordinat yang mengacu pada suatu titik acuan
d. Kondisi awal, yaitu salah satu dari debit air atau elevasi air

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 27

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Section adalah ruas saluran yang diapit oleh 2 node.

2. Pemodelan Numerik Menggunakan PENPAS


Program komputer PENPAS (perhitungan pasang surut) dibuat pada tahun 1979 oleh
pakar belanda, dan dirancang khusus untuk digunakan dalam proyek pembukaan
persawahan pasang surut (P4S) di Indonesia. Paket ini telah diaplikasikan pada berbagai
proyek pasang surut, antara lain pada desain sistem irigasi / drainase sawah, desain data
saluran tambak, penanggulangan banjir, dan intrusi air laut. Penggunaan program
komputer PENPAS untuk maksud-maksud diatas sampai sejauh ini memberikan hasil
yang memuaskan.
Model ini dibuat berdasarkan persamaan momentum dan kontinuitas yang diaplikasikan
pada aliran satu dimensi fluida incompressible dalam saluran relatif datar (kemiringan
saluran kecil).
Untuk permasalahan hydrolika yang dipengaruhi oleh fenomena pasang surut air laut,
maka aliran yang terjadi didalam sistem adalah aliran tidak langgeng (unsteady flow).
Sehubungan dengan fenomena tersebut, pembuatan model matematik dalam program
PENPAS ini menggunakan persamaan-persamaan dasar untuk aliran tidak langgeng
(unsteady flow) yaitu :
Persamaan konservasi massa

Persamaan momentum
v + v v + g h +
t
x
x

v\v\ + g.a. = 0
C2R 2 2x

Penyelesaian persamaan deferensial tersebut dilakukan berdasarkan metoda numerik


beda hingga (finite defference), sedangkan deskritasi terhadap waktu dilakukan
berdasarkan metoda leap frog (beda tengah). Selain kedua persamaan diatas PENPAS
juga mampu memperhitungkan faktor salinitas. Keterangan lengkap dapat diikuti dalam
literaur P4S (1979) yang didaftar dalam Pustaka Usulan Teknis ini.
Dalam menggunakan paket numerik PENPAS perlu diperhatikan ketentuan yang
merupakan kontrol dalam pemakaian PENPAS. Dibawah ini dijelaskan cara mengontrol
hasil yang dikeluarkan PENPAS.
a. Menentukan lokasi dan jenis kondisi batas
Problem aliran tak langgeng ini merupakan Boundary Value Problem yaitu besaran
pada daerah perhitungan ditentukan berdasarkan kondisi besaran pada batas daerah

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 28

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

perhitungan Boundary Condition (kondisi batas) ini selain diperlukan dalam


perhitungan juga digunakan untuk menyederhanakan atau memperkecil daerah
perhitungan. Penempatan titik batas menyebabkan areal perhitungan terlalu luas,
serta harus disediakan banyak penampang sungai. Keuntungannya adalah
pengukuran hydrometri yang diperlukan tidak banyak.
Titik batas diletakkan pada tiap pertemuan saluran primer dengan sungai sehingga
perhitungan dapat dilakukan secara terpisah untuk masing-masing saluran.
Sebagai kondisi batas dapat digunakan debit / kecepatan atau tinggi muka air. Pada
daerah muara sungai, dimana pengaruh pasang surut sangat dominan, maka lebih
baik digunakan muka air sebagai kondisi batas, karena pengukuran muka air lebih
mudah dari pada pengukuran kecepatan. Selain itu kadang-kadang memang lebih
baik muka air digunakan sebagai kondisi batas, untuk menjelaskan hal ini ada baiknya
diilustrasikan dengan contoh kasus berikut ini.
Misalnya :
Direncanakan untuk memperbaiki saluran pada suatu sistem tata air. Diambil
kecepatan/debit sebagai kondisi batas. Pengukuran debit tentunya dilakukan sebelum
saluran diperbaiki maka kondisi batas ini tidak dapat digunakan lagi pada perhitungan
saluran rencana. Hal ini disebabkan setelah diperbaiki tentu debit/kecepatan pada titik
tersebut beda dengan keadaan sebelumnya hal ini tidak akan terjadi apabila
digunakan kondisi batasnya adalah tinggi muka air karena muka air pada titik batas
tersebut tidak akan berubah banyak walaupun telah dilakukan perbaikan pada
saluran tersebut.
Selain itu perlu diperhatikan desain apa yang akan dilakukan, misalnya akan
mendesain tanggul, tentunya akan lebih menguntungkan apabila dilakukan
pengukuran muka air karena perencana akan langsung mendapat gambaran tentang
kondisi muka air.

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 29

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 30

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Gambar F.4. Penentuan Titik Batas

b. Kalibrasi dan analisa kesalahan


Kalibrasi disini adalah membandingkan hasil hitungan dengan hasil pengukuran.
Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi adalah dalam bentuk sebagai berikut :
Kasus 1

Gambar F.5. Contoh Kesalahan Kasus 1

Kesalahan dengan pola diatas adalah akibat dari kesalahan pada pengambilan
koefisien kekasaran saluran. Pada kasus 1a koefisien kekasaran terlalu kecil,
sedangkan kasus 1b koefisien kekasaran terlalu besar.

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 31

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Kasus 2

Gambar F.6. Contoh Kesalahan Kasus 2

Kesalahan kasus 2 ini adalah akibat dari kesalahan pengambilan kemiringan saluran.
Pada kasus 2a adalah akibat kemiringan kearah muara kurang besar, sedangkan
pada kasus 2b adalah akibat kemiringan terlalu besar. Pada PENPAS ini data
kemiringan diwakili oleh data elevasi dasar saluran, maka perlu diperiksa data elevasi
tersebut.
Simulai model dengan program komputer PENPAS dapat dilaksanakan dengan
terlebih dahulu memberikan masukan sebagai berikut :

Skema sistem jaringan sungai/saluran


Didaerah yang akan dimodelkan terlebih dahulu dibuat skema jaringan sungainya.
Skema ini dilengkapi dengan node (titik perhitungan) dan branch (seksi atau ruas).
Node dibuat pada sepanjang jaringan sungai dan tempat-tempat yang penting
misalnya pertemuan antara sungai dengan muara atau pertemuan, antara sungai
dengan sungai / anak sungai. Antara node yang satu dengan yang lainnya
dipisahkan oleh seksi yang panjangnya tidak boleh melebihi 15 km.
Setelah skema darah yang akan dimodelkan sudah jelas dan benar, maka skema
ini akan dimasukkan kedalam input network. Input-input lain yang diberikan pada
jaringan adalah :

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 32

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

Storage area
Storage area adalah total permukaan air pada bagian tengah seksi, biasanya
storage area merupakan fungsi dan ketinggian muka air yang dihitung dari
dasar saluran
Inflow / outflow
Inflow adalah debit yang masuk kedalam sungai, biasanya berupa anak sungai
kecil yang bertemu dengan utama sedangkan outflow adalah debit yang keluar
dari sistem jaringan sungai, biasanya berupa adanya saluran intake atau
pemompaan. Inflow/outflow ini merupakan input yang diberikan pada node.
Panjang seksi
Panjang seksi diukur sepanjang sumbu-x dengan jarak maksimal antara dua
node adalah 15 km.
Flow section
Flow section diperlukan untuk menjelaskan perbedaan antara storage area
dengan cross section. Seluruh cross section merupakan flow section, cross
section merupakan penampang melintang aliran yang juga sebagai fungsi
kedalaman dan diberikan input untuk tiap seksi.
Kekasaran saluran (roghness)
Kekasaran saluran diberikan sebagai data input pada tiap seksi yang nilainya
dapat digunakan dari rumus Chezy atau dari rumus Manning.

Kondisi awal
Kondisi awal diberikan pada permulaan perhitungan, yang berarti pada
perhitungan awal ketinggian muka air pada seluruh node dan seksi telah diketahui.

Syarat batas
Suatu model memerlukan suatu kondisi batas dimana kondisi batas model ini akan
mengendalikan kondisi hidraulik di dalam sistem. Kondisi batas ini dapat berupa
tinggi muka air pada ujung node (muara sungai) dan debit yang masuk pada
jaringan sungai atau keluar dari jaringan sungai. Untuk sistem dengan pengaruh
pasang surut, pemberian syarat batas minimal adalah selama 4 siklus pasang
surut atau 24 jam. Pemberian ini didasarkan pada gejala alami pasang surut
yaitu ketinggian muka air akan kembali pada ketinggiannya semula setelah 1
siklus.

Struktur
Pemberian data input struktur pada PENPAS dapat diasumsikan sebagai seksi
yang tidak mempunyai panjang. Input struktur ini dapat berupa gorong-gorong,
pelimpah dan bangunan-bangunan lain yang biasa terdapat disaluran atau

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 33

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

disungai serta perubahan-perubahan mendadak pada saluran seperti pembesaran


saluran dan penyempitan saluran.
c. Menjalankan model
Model dapat dijalankan setelah seluruh data input dari daerah yang akan dimodelkan
sudah terpenuhi. Pada tiap node akan dihitung ketinggian muka air dengan
mempergunakan persamaan konservasi massa, sedangkan ditiap seksi akan dihitung
debit dan kecepatan dengan mempergunakan persamaan momentum.

F.8.

PERHITUNGAN VOLUME, PERKIRAAN BIAYA & ANALISA EKONOMI

Perhitungan volume pekerjaan dihitung berdasarkan gambar-gambar rencana detail yang


telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Volume pekerjaan ini meliputi pekerjaan bangunanbangunan air, galian dan timbunan saluran dan tanggul saluran. Sedangkan perkiraan biaya
konstruksi dihitung berdasarkan besarnya volume pekerjaan dan harga satuan tiap-tiap butir
pekerjaan. Harga satuan pekerjaan didasarkan pada analisa harga satuan BOW atau dengan
menggunakan peralatan (alat berat) dengan menggunakan data harga dasar (basic price) berasal
dari Dinas Cipta Karya atau dari survey laangsung di lapangan.
Rencana Anggaran Biaya
Merupakan perkiraan biaya konstruksi proyek yang dilengkapi dengan perhitungan BOQ
dan sket.
Setelah semua komponen biaya diketahui dan dari analisis juga diketahui kenaikan
produksi perinanan setelah pembangunan sarana jaringan bersama data lainnya, maka dilakukan
analisis ekonomi proyek dengan keluaran BCR, NPV, IRR disertai dengan analisis sensitivitasnya.
F.8.1. Benefit Proyek
Benefit proyek adalah nilai tambah yang diperoleh dari kondisi tanpa proyek dan kondisi
dengan adanya proyek. Ini berarti perlu dievaluasi kedua kondisi tersebut dan selisihnya
merupakan benefit proyek.
F.8.2. Perhitungan Net Present Value (NPV) Dan Internal Rate Of Return (IRR)
Pada dasarnya terdapat beberapa metode penilaian investasi yang digunakan sebagai
dasar pertimbangan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi. Metode-metode tersebut
antara lain :
1. Metode Payback Period
2. Net Present Value

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 34

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

3. Internal Rate of Return


4. Metode Rasio manfaat biaya (Benefit Cost Ratio)
Dari keempat metode tersebut, yang akan digunakan dalam analisis ekonomi adalah
metode kedua sampai keempat.
1.

Net Present Value (NPV)


Metode Net Present Value (NPV) adalah salah satu metode yang didasarkan pada aliran
kas. Dalam metode ini pertama-tama yang dihitung adalah nilai sekarang dari penerimaan
bersih yang diharapkan atas dasar tingkat diskonto (discount rate) tertentu. Atau dengan
kata lain, NPV adalah nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dari suatu investasi
yang didiskonto pada biaya modal dan nilainya dikurangi dengan pengeluaran biaya awal
proyek. Berdasarkan pengertian di atas, maka NPV merupakan selisih antara arus kas
yang didiskonto pada biaya modal yang sesuai, kemudian dikurangi dengan nilai
investasi. Jika nilai NPV positif, berarti investasi dapat diterima dan jika NPV negatif maka
investasi ditolak.

2.

Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang arus kas di masa mendatang dengan nilai sekarang dari suatu investasi. Dari
definisi tersebut terlihat bahwa IRR merupakan tingkat bunga yang akan menyamakan
nilai tunai arus dana di masa yang akan datang dengan jumlah investasi awal. Pada
tingkat bunga inilah NPV dari usulan investasi adalah sama dengan nol atau mendekati
nol.

3.

Rasio manfaat biaya (Benefit Cost Ratio)


Benefit Cost Ratio diperoleh dengan membandingkan Present Value Benefit dengan
Present Value Cost, dimana bila nilai BCR lebih dari 1 (satu), maka proyek dapat
dikatakan layak.

F.9.

PENYUSUNAN SPESIFIKASI TEKNIK DAN RAB

Dalam menyusun spesifikasi teknik dan RAB, mengacu pada NSPM Departemen
Pekerjaan Umum dan acuan normative berupa SNI.
Persyaratan umum dalam penyusunan spesifikasi teknis dan RAB yaitu:

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 35

Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

1. Perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh Indonesia, berdasarkan harga
bahan dan upah kerja setempat.
2. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar
spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.

F.10.

PENYUSUNAN MANUAL OP JARINGAN IRIGASI RAWA TAMBAK

Penyusunan manual OP jaringan rawa tambak diperlukan sebagai pedoman dalam


pelaksanaan dilapangan selama dipergunakan / dipakai dan pemanfaatannya. Dengan adanya
manual ini diharapkan jaringan yang telah direncanakan dapat optimum dimanfaatkan.

PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO

F - 36

You might also like