Professional Documents
Culture Documents
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
BAB F
F.1.
LATAR BELAKANG
F.2.
Pembukaan atau reklamasi Rawa untuk tambak, peningkatan tambak harus melalui
kegiatan perencanaan teknis yang cukup matang. Dalam hal ini standar baku atau manual
perencanaan teknis jaringan reklamasi rawa dan tambak belum tersedia secara utuh.
F-1
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Pada perencanaan pengembangan irigasi sudah ada standar perencanaan yang baku
meliputi:
1. Kriteria Perencanaan (KP)
2. Gambar-gambar bangunan irigasi
3. Persyaratan teknis
Mengacu pada standar perencanaan irigasi, untuk perencanaan jaringan irigasi rawa
tambak, diusulkan tahapan-tahapan:
1.
Survey lapangan dan analisis data lapangan.
2.
Perencanaan teknis saluran dan bangunan air jaringan irigasi rawa tambak.
3.
Model hidraulik / hidrodinamik bangunan dan saluran.
4.
Penyusunan budidaya tambak.
5.
Penyusunan spesifikasi teknis dan RAB pekerjaan fisik jaringan irigasi rawa
tambak.
6.
Studi evaluasi dampak lingkungan sehubungan dengan kegiatan
pengembangan jaringan reklamasi rawa tambak.
7.
Manual operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi rawa tambak.
F.3.
PEKERJAAN PENDAHULUAN
F.3.1.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder sebagian
dapat diperoleh di Jakarta pada instansi-instansi yang bersangkutan antara lain Bakosurtanal,
Badan Metereologi dan Geofisika, Hidrografi Angkatan Laut, Lembaga Penelitian Tanah, Ditjen
Perikanan, Badan Pertanahan Nasional dan lain-lain instansi sumber data. Data primer diperoleh
dari survey lapangan dengan observasi dan pengukuran.
Pada pekerjaan pendahuluan, pengumpulan data yang dilakukan hanya pengumpulan
data sekunder. Lebih jelasnya, pengumpulan data sekunder meliputi :
1. Data Fisik
Data fisik yang perlu dikumpulkan antara lain :
a. Peta topografi dengan skala 1 : 50.000 yang mencakup cathment area sungai-sungai
disekitar lokasi proyek dari depositori peta topografi di Bakosurtanal Jakarta atau
Direktorat Geologi Bandung.
b. Data Hidrologi.
Data curah hujan, berupa hujan bulanan rata-rata, curah hujan maximum harian,
dan data distribusi curah hujan harian (intensitas) selama 10 tahun terakhir, dapat
F-2
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Data pasang surut, dilihat dari buku Pasang Surut yang dikeluarkan oleh Badan
Metereologi dan Geofisika.
F-3
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
F.4.
PEKERJAAN LAPANGAN
F.4.1.
Pemetaan/Pengukuran Topografi
Pekerjaan topografi dibagi dalam beberapa tahapan pekerjaan yaitu :
1. Persiapan di lapangan
a. Penyiapan base camp
b. Penyiapan tenaga lokal
c. Orientasi lapangan; maksud kegiatan ini untuk mengetahui kondisi medan agar dapat
menentukan titik awal pengukuran dan letak BM (Bench Mark).
d. Persiapan peralatan
F-4
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Jumlah
Theodolite T0
Theodolite T2
Waterpass
Gyro Compas
2. Pengukuran di lapangan
Pengukuran topografi dilakukan sesuai dengan tahapan sebagai berikut :
a. Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan
Kerangka dasar pemetaan selain berfungsi sebagai penyebaran titik-tititk kontrol
geodesi juga sebagai batas daerah pengukuran. Kerangka dasar pemetaan ini
dilakukan dengan pengukuran poligon sebagai kontrol horisontal dan pengukuran
sipat datar (Waterpassing) sebagai kontrol vertikal (ketinggian), dimana kedua kontrol
ini ditandai dengan memasang patok beton sebagai titik tetap.
Pengukuran Horisontal
Pengukuran kerangka dasar horisontal dilaksanakan dengan poligon tertutup atau
cara lain yang disetujui Direksi. Sudut diukur dengan alat theodolite T2 atau merk lain
yang ketelitiannya sederajat. Sedangkan sisi polygon diukur dengan meet band baja
minimal 2 sisi, ke muka dan ke belakang. Sebagai kontrol ukur sudut dilakukan
pengamatan astronomi atau Gyro Compas.
Pengukuran polygon diikatkan pada titik dasar (reference point) yang telah ada di
lapangan atau yang akan ditentukan oleh Direksi.
Ketelitian yang di ijinkan dalam pengukuran adalah sebagai berikut :
Koreksi sudut pada titik polygon pengamatan maksimum 20 untuk tiap sudut
F-5
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Situasi batas-batas tata guna lahan antara lain hutan primer, hutan sekunder,
semak belukar, ladang sawah.
Situasi bangunan alam, sungai anak sungai, danau, genangan air temporer, bukit,
lembah.
Titik-titik detail ditentukan dengan ukuran rincikan yang diikatkan pada kerangka
dasar pemetaan atau titik kontrol geodesi
Areal yang dipetakan meliputi areal seluas 600 Ha, termasuk sungai, saluran,
jalan, petakan tambak, daerah pemukiman serta bangunan-bangunan lain yang
ada di dalamnya.
Pengukuran situasi tapak bangunan dilakukan agar dapat digambarkan pada skala
1 : 200
F-6
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Jika BM lama tidak sesuai dengan ketentuan teknis, maka dibuat BM baru sebagai
gantinya.
Titik kontrol geodesi dipasang sesuai dengan peta rencana pengukuran dan
disetujui oleh Direksi.
Titik kontrol ditandai dengan pilar beton dan diberi kode pengenal.
Pilar beton akan dipasang dengan pancang kuat dan stabil, dipasang pada tempat
yang aman dan mudah dicari.
Titik referensi digunakan atas dasar patok atau BM setempat yang sudah ada.
Dalam hal patok atau BM TIDAK tersedia, referensi digunakan atas pengukuran
muka air rata-rata air laut (MSL) yang ditentukan berdasarkan data dan analisa
pasang surut.
F-7
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
g. Buku Ukur
Data hasil ukuran dan sketsa titik detail dibuat dengan jelas, rapi, dan sistematis.
Pada tiap buku ukur dicatat tanggal pengukuran, daerah pengukuran, nama juru
ukur, jenis, nomor alat ukur dan keadaan cuaca saat pengukuran.
F-8
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Hasil akhir dari pekerjaan ini berupa peta situasi detail yang memenuhi persyaratan
ketelitian sebagai berikut :
a. Ketelitian Horisontal
Minimal 90% dari titik yang mudah dikenal / ditentukan dilapangan digambarkan
dengan toleransi kesalahan planimetris 0.8 mm pada peta.
b. Ketelitian Vertikal
Minimal 90% dari semua titik tinggi yang ada dilapangan setelah diplotkan dan di
interpolasi, kesalahan maksimumnya adalah setengah interval garis kontur, sehingga
tidak terdapat titik tinggi yang kesalahannya lebih besar dari satu interval garis kontur.
F.4.2.
Survey Hidrometri
Penyelidikan hidrometri dilakukan untuk mengetahui karakteristik sungai dan perambatan
air pasang surut dari laut atau dari muara lokasi sampai kebagian hulu terjauh. Akan
dilakukan pengukuran dimuara saluran primer / sekunder untuk mengetahui tinggi muka
air, kecepatan aliran, dan kualitas air di sungai utama, anak sungai, dan lokasi-lokasi yang
dianggap penting. Pekerjaan pengukuran ini akan diikatkan pada referensi topografi yang
telah ada.
Hasil analisis dan evaluasi atas data yang didapatkan, akan digunakan sebagai masukan
dalam pengkajian perhitungan hidrolika dari rencana jaringan tata air dikawasan proyek.
Daftar peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel F.2.
Tabel F.2
Daftar Perkiraan Peralatan Penyelidikan Hidrometri
Alat
Jumlah
Peilschaal
5 Set
Kompas
Tali
secukupnya
F-9
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Jam
Theodolite
Waterpass
Perahu
Pengumpulan data curah hujan terbaru minimum selama 10 tahun dari stasiunstasiun terdekat.
F - 10
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
F.5.
F.5.1.
1. Hitungan Polygon
a. Polygon Utama
Polygon merupakan bentuk geometrik yang tersusun atas sudut-sudut dan jarak.
Dengan konsep tersebut, jika di ketahui satu titik awal sebagai acuan dan ia memiliki
koordinat (x,y,z), maka kita juga dapat mencantumkan koordinat titik-titik lain dengan
melakukan pengukuran sudut dan jarak (Metode Terestris).
Pada pengukuran polygon hal-hal yang diukur adalah :
Sudut horisontal
F - 11
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
F - 12
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
yij
dij Cos ij
n
xij
xij
i=l
n
yij
yij
I=l
= deklinasi magnetis
c
= koreksi Bousole
Hitungan beda tinggi dan tinggi definitif titik polygon cabang dan detail :
hi = dmi Cos2zi
zi = zi + hi
Hitungan pengikatan
Diikatkan dulu absis dan ordinat polygon cabang ke polygon utama :
xi = xi + xi
F - 13
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
yi = yi + yi
Ikatkan tinggi polygon cabang ke polygon utama :
zi = zi + yi
dimana :
x,y,z : koordinat polygon cabang hasil ikatan
x,y,z : koordinat polygon utama pengikat
hi : beda tinggi antara titik ikat dan pengikatnya
2. Hitungan Waterpass
Titik awal polygon utama BM1 diikatkan ke titik referensi BM0:
Langkah-langkah hitungan :
a. Hitungan beda tinggi dari titik referensi ke titik awal polygon (BM1), kemudian tinggi
definitif titik BM0.
zBM1 = zBM0 + ni=l hi
dimana :
z
: beda tinggi dari MSL
h : beda tinggi tiap slang pengikatan
b. Hitungan beda tinggi tiap sisi polygon (2x berdiri alat), dan hitung rata-ratanya.
c. Beri koreksi masing-masing beda tinggi dengan koreksi garis bidik :
k = c (db - dm)
dimana :
c
= konstantakemiringan garis bidik
db, dm = jarak belakang dan muka
d. Toleransi ukuran beda tinggi : KPBT = hi K P B T < 8 D (mm)
dimana :
KPBT : kesalahan penutup beda tinggi
e. Jika masuk toleransi, berikan koreksi tiap beda tinggi sisi-sisi polygon :
h - h + hh = KPBT / n
f. Setelah diperoleh hi hitung tinggi definitif titik-titik polygon :
zj = zj + hij
F.5.2.
Hidrometri
F - 14
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
d.
e.
f.
g.
2. Sebagai hasil pengolahan data, dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara :
a. Tinggi muka air dan waktu
b. Kecepatan arus dan waktu
c. Debit dan waktu
d. Debit dan kedalaman (rating curve)
e. DHL, pH dan waktu.
3. Juga sebagai hasil pengolahan data, didapatkan :
a. Pengikatan pengukuran profil sungai/saluran ke BM terdekat
b. Pengikatan peilschaal pengamatan tinggi muka air ke BM terdekat
4. Laporan
Data yang telah diperoleh dari lapangan, data hasil penyelidikan laboratorium, dilengkapi
dengan data sekunder, dianalisis dan dievaluasi, untuk kemudian disusun dalam bentuk
laporan sebagai masukan bagi perencanaan teknis detail tata air.
Laporan berisi pelaksanaan pekerjaan dan analisis hidrometri, antara lain tentang maksud
dan tujuan survey, keadaan umum daerah survey, metoda kerja dilapangan dan di
laboratorium, pengolahan data dan analisisnya, perhitungan keseimbangan air (water
balance), perhitungan modulus drainage, masalah banjir, pengaruh-pengaruh lain
terhadap lahan, kesimpulan serta saran-saran, dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
Semua data lapangan dan laboratorium dilampirkan dalam laporan.
Dalam pengolahan data, analisis data, serta pembuatan laporan, Konsultan akan selalu
berkonsultasi pada direksi atau yang ditunjuk mewakili.
F.5.3.
F - 15
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
F - 16
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
F.5.4.
Data hasil kegiatan survey Sosio Agro Ekonomi, dianalisis secara deskriptif atau tabulasi
untuk memberikan gambar kondisi sosial ekonomi, kelembagaan, kepemilikan lahan, kegiatan
pertanian tambak disekitar lokasi, termasuk berbagai potensi dan hambatan sosial ekonomi yang
diperkirakan mempengaruhi rencana pengembangan.
Berdasarkan hasil-hasil survey dan pengamatan dibuatkan peta tata guna lahan existing
dan peta tata guna lahan usulan skala 1:20.000.
F.6.
Dasar perencanaan tata air daerah studi dan penentuan langkah-langkah penanganan
daerah proyek :
1. Hasil pengumpulan data / informasi sekunder
2. Hasil diskusi dengan penduduk setempat serta pengawas yang ditunjuk
3. Hasil pengumpulan data primer, berupa : survey topografi, survey tanah, survey
hidrologi/hidrometri, survey sosial ekonomi, lingkungan dan perikanan
Tahapan detail desain akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Penampang melintang saluran akan digunakan sedapat mungkin desain standar yang ada
2. Analisa pondasi dan stabilitas untuk bangunan-bangunan hidrolik akan dilaksanakan
secara sangat seksama untuk mencegah terjadinya kegagalan seperti umumnya yang
terjadi pada bangunan-bangunan hidrolik di daerah reklamasi rawa pasang surut selama
ini
3. Pada perpotongan saluran dan sungai-sungai akan dikembangkan struktur pencegah
disiltasi
4. Komponen-komponen detail untuk bangunan hidrolik akan didesain semaksimum mungkin
menggunakan bahan produksi lokal dan metode labor intensive (padat karya)
Dalam penarikan rencana tapak / lay-out sistem tata air maka akan dipakai dasar
pertimbangan sebagai berikut :
1. Normalisasi saluran drainase yang ada
F - 17
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Prioritas utama dalam pembuatan sistem drainase daerah proyek adalah normalisasi
(perbaikan) saluran drainase yang ada. Dimensi saluran drainase ini akan disesuaikan
dengan debit air yang akan melewati saluran tersebut.
2. Penentuan jarak antar saluran ditentukan dengan mempertimbangkan luas masing-masing
daerah pengaliran yang nantinya berpengaruh terhadap beban drainase (debit air di
dalam saluran).
3. Hal yang paling utama dari penarikan rencana tapak / lay-out sistem tata air adalah
persetujuan dari para petambak di lokasi pekerjaan terutama setelah nantinya tahap
konstruksi dilaksanakan tidak akan terjadi gugatan dari para petambak dengan adanya
perbaikan dan pembuatan saluran-saluran tambak
Setelah sistem tata air daerah proyek ditentukan maka dilakukan permodelan tata air
didaerah proyek untuk menentukan dimensi saluran/tinggi tanggul yang dibutuhkan.
F.6.1.
Bangunan Air
1. Saluran
Dibawah ini dijelaskan jenis saluran yang biasa digunakan dalam desain tambak, yaitu:
Saluran Pembawa Primer
Dibawa dari pintu utama dan umumnya menuju kebagian sentral areal pertambakan.
Dimensinya akan mempertimbangkan pula kemungkinan limpasan air akibat hujan deras
dari areal tambak maupun areal sekitarnya.
Saluran Pembawa Sekunder
Saluran ini melayani bagian yang tak terjangkau oleh saluran pembawa primer menuju
bagian dalam kolam-kolam pembibitan dan kolam-kolam tambak. Umumnya dibangun
pada areal tambak yang luas, dimensinya lebih kecil jika dibandingkan saluran pembawa
primer.
Saluran Tersier
Saluran ini umumnya mensuplai air pada kolam-kolam pembibitan dan kolam transisi.
Karena ukurannya kecil, sering kali disebut sebagai bagian sistem kolam pembibitan.
Lebar dasar saluran tersier rata-rata 1.5-2.5 m.
Saluran Pembagi
Tujuan pembuatan saluran ini adalah melindungi tambak dari banjir akibat curah hujan
bawaan. Kapasitasnya harus bisa menampung setidak-tidaknya curah hujan tertinggi dari
DAS untuk periode ulang 10 tahun. Slope saluran pembagi ini harus memungkinkan
pengaliran air dari lahan dengan cepat ke saluran/areal pembuangan.
F - 18
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Saluran Pembuang
Saluran pembuang akan dibuat terpisah dari saluran pembawa. Saluran Pembuang terdiri
dari saluran primer, sekunder, dan tersier. Umumnya terletak dibagian lain kolam,
berlawanan dan paralel dengan saluran pembawa.
Penampang melintang saluran (pembawa, pembagi, dan pembuang) umumnya trapesium
dengan slope 1 : 1 untuk tanah aluvial bertekstur pasir lempung seperti di lokasi proyek.
F - 19
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
F - 20
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
dimana :
Hm
Hat
Gs
MF
F
%S
(Hat - Gs) + MF + F
1 - (%S)
100
=
=
=
=
=
=
F - 21
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
1 - (%S)
100
dimana :
Hs
Hst
MF
=
=
=
F - 22
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
3. Pintu
Pintu dibuat dikolam tambak untuk intake dan untuk drain. Pintu juga perlu dibuat pada
intake saluran tersier apabila saluran tersebut berfungsi sebagai reservoir.
Selama pengeringan kolam, air dibuang perlahan-lahan dengan memfungsikan kedua
slab. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kecepatan yang tinggi di pintu pembuang
dengan memfungsikan kedua slab. Pintu pada saluran tersier (bila perlu) akan dibuka
selama Spring tide sehingga air asin mengalir bebas ke saluran dan kolam. Selama neap
tide pintu ditutup dan air dipompa dari saluran sekunder ke saluran tersier. Pintu primer
dan sekunder bila diperlukan akan dibuat, seperti untuk mencegah intrusi air asin ke areal
pertanian, mengontrol pencampuran air bersih dan air asin, dan dalam kasus-kasus
tertentu membuang air banjir.
4. Gorong-gorong
Bangunan ini terutama ditempatkan pada persilangan saluran dengan jalan atau saluran
dengan tanggul. Dimensi gorong-gorong dihitung dengan menggunakan rumus
Q = A (2gz)1/2
dimana
F - 23
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Q
A
z
g
=
=
=
=
=
=
=
5. Pompa
Pompa digunakan untuk mensuplai air pada areal yang tinggi, sedang pasutnya kecil atau
selama neap tide pada saat gaya pasang surut kecil sekali sehingga tidak bisa
mendorong air ke kolam tambak untuk penggantian 5-7% air setiap hari.
Kapasitas pompa yang harus disediakan dihitung sedemikian, sehingga mampu
menaikkan air 1.0-1.5 m dengan mengingat :
a. Debit aliran
b. Losses (kehilangan) di inlet, outlet, persimpangan dll
c. Lokasi pompa dan eksploitasi
d. Efisiensi pompa
Design pompa mengikuti formula berikut :
dQ - dWs + B.Vc.dv = [ V2 + h + gz] V.dA + e..dv
dt
dt
Cv
Cs 2
tt Cv
dimana :
dQ =
dt
dWs =
dt
Cv
Cs
derajat panas
daya pompa
= control volume
= control surface
6. Jalan
Ada 2 jenis jalan, yaitu untuk kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua pejalan
kaki. Jalan-jalan ini digunakan sebagai jalan inspeksi dan transportasi untuk pemasaran.
Permukaan cukup jalan tanah kecuali jalan primer yang bisa digunakan perkerasan
Macadam.
F - 24
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
F.7.
Perhitungan debit banjir rencana ini penting untuk mengetahui debit ekstrim sungaisungai di dekat / daerah proyek. Berdasarkan data yang tersedia, maka perhitungan debit banjir
rencana diklasifikasikan, menjadi :
1. Metode analisis probabilitas frekuensi debit bajir, apabila data aliran sungai yang tersedia
cukup panjang (> 20 tahun), sehingga analisisnya dapat langsung dilakukan dengan
metode Gumbel, Log Pearson III, Normal, Log Normal, atau Normal, baik dengan cara
grafis maupun cara analisis.
2. Metode analisis regional, apabila data debit kurang 20 tahun dan lebih 10 tahun.
3. Metode puncak banjir diatas ambang, apabila data debit yang tersedia antara 3-10 tahun,
metoda ini berdasarkan pengambilan puncak banjir dalam selang 1 tahun diatas ambang
tertentu dan hanya cocok untuk data yang didapat dari pos Duga Air, otomatis (AWLR) =
automatic water level recorder.
4. Metode Empiris apabila perkiraan besarnya banjir berdasarkan parameter hujan dan
karakteristik didaerah tangkapan. Metode yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :
a. Metoda Rasional
b. Metoda Weduwen, Melchior, dan Haspers
c. Metoda Hidrograf Satuan (Nakayasu, Gamma dsb)
d. Metoda US-Soil Conservation Service
5. Metoda Statistik, metoda yang digunakan adalah Institute Of Hydrology Walling Ford (IOH).
Metoda ini merupakan salah satu persamaan statistik yang dikembangkan oleh IOH dan
pusat Litbang Air berdasarkan data hujan dan karakteristik fisik daerah tangkapan di Jawa
dan Sumatera. Karakteristik daerah tangkapan yang digunakan adalah:
a. Luas daerah tangkapan merupakan karakteristik yang penting dalam menentukan
besar puncak banjir dan diukur dalam kilometer persegi. Pengukuran daerah
tangkapan umunya didasarkan pada peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 100.000
b. Indeks kemiringan sungai (meter per-kilometer) merupakan perbedaan tinggi titik yang
ditinjau dengan titik tertinggi dihulu sungai utama, dinyatakan dalam kilometer perkilometer
c. Indeks danau (Lu) didefinisikan sebagai :
Indeks danau (Lu) = luas daerah dihulu danau (km2)
F - 25
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
F - 26
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
F - 27
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Persamaan momentum
v + v v + g h +
t
x
x
v\v\ + g.a. = 0
C2R 2 2x
F - 28
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
F - 29
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
F - 30
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Kesalahan dengan pola diatas adalah akibat dari kesalahan pada pengambilan
koefisien kekasaran saluran. Pada kasus 1a koefisien kekasaran terlalu kecil,
sedangkan kasus 1b koefisien kekasaran terlalu besar.
F - 31
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Kasus 2
Kesalahan kasus 2 ini adalah akibat dari kesalahan pengambilan kemiringan saluran.
Pada kasus 2a adalah akibat kemiringan kearah muara kurang besar, sedangkan
pada kasus 2b adalah akibat kemiringan terlalu besar. Pada PENPAS ini data
kemiringan diwakili oleh data elevasi dasar saluran, maka perlu diperiksa data elevasi
tersebut.
Simulai model dengan program komputer PENPAS dapat dilaksanakan dengan
terlebih dahulu memberikan masukan sebagai berikut :
F - 32
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
Storage area
Storage area adalah total permukaan air pada bagian tengah seksi, biasanya
storage area merupakan fungsi dan ketinggian muka air yang dihitung dari
dasar saluran
Inflow / outflow
Inflow adalah debit yang masuk kedalam sungai, biasanya berupa anak sungai
kecil yang bertemu dengan utama sedangkan outflow adalah debit yang keluar
dari sistem jaringan sungai, biasanya berupa adanya saluran intake atau
pemompaan. Inflow/outflow ini merupakan input yang diberikan pada node.
Panjang seksi
Panjang seksi diukur sepanjang sumbu-x dengan jarak maksimal antara dua
node adalah 15 km.
Flow section
Flow section diperlukan untuk menjelaskan perbedaan antara storage area
dengan cross section. Seluruh cross section merupakan flow section, cross
section merupakan penampang melintang aliran yang juga sebagai fungsi
kedalaman dan diberikan input untuk tiap seksi.
Kekasaran saluran (roghness)
Kekasaran saluran diberikan sebagai data input pada tiap seksi yang nilainya
dapat digunakan dari rumus Chezy atau dari rumus Manning.
Kondisi awal
Kondisi awal diberikan pada permulaan perhitungan, yang berarti pada
perhitungan awal ketinggian muka air pada seluruh node dan seksi telah diketahui.
Syarat batas
Suatu model memerlukan suatu kondisi batas dimana kondisi batas model ini akan
mengendalikan kondisi hidraulik di dalam sistem. Kondisi batas ini dapat berupa
tinggi muka air pada ujung node (muara sungai) dan debit yang masuk pada
jaringan sungai atau keluar dari jaringan sungai. Untuk sistem dengan pengaruh
pasang surut, pemberian syarat batas minimal adalah selama 4 siklus pasang
surut atau 24 jam. Pemberian ini didasarkan pada gejala alami pasang surut
yaitu ketinggian muka air akan kembali pada ketinggiannya semula setelah 1
siklus.
Struktur
Pemberian data input struktur pada PENPAS dapat diasumsikan sebagai seksi
yang tidak mempunyai panjang. Input struktur ini dapat berupa gorong-gorong,
pelimpah dan bangunan-bangunan lain yang biasa terdapat disaluran atau
F - 33
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
F.8.
F - 34
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
2.
3.
F.9.
Dalam menyusun spesifikasi teknik dan RAB, mengacu pada NSPM Departemen
Pekerjaan Umum dan acuan normative berupa SNI.
Persyaratan umum dalam penyusunan spesifikasi teknis dan RAB yaitu:
F - 35
Pe
nawaran Teknis
Departemen Pekerjaan Umum
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur
1. Perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh Indonesia, berdasarkan harga
bahan dan upah kerja setempat.
2. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar
spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
F.10.
F - 36