You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sabun telah menjadi barang yang menjadi kebutuhan pokok dalam setiap rumah
tangga. Pada umumnya, sabun digunakan sebagai pembersih. Bentuk sabun bermacammacam tergantung dari penggunaan dan juga bahan-bahan yang ditambahkan.
Bahan baku sabun adalah campuran asam lemak (hewani maupun nabati) dicampur
dengan soda (kalium/natrium hidroksida) akan membentuk larutan kental. Hasil samping
sabun adalah gliserin. Untuk mendapatkan sabun dengan nilai ekonomi tinggi perlu
ditambahkan zat aditif dalam sabun, seperti pewangi, pewarna, pengisi, anti bakteri,
pelembut, dan lainnya (Emmanuela, 2010).
Asam lemak nabati yang dapat digunakan dalam proses pembuatan sabun di
antaranya ialah minyak jagung dan minyak zaitun. Dalam industri, proses saponifikasi
banyak dilakukan dalam pembuatan sabun padat, yang saat ini sabun padat tidak hanya
digunakan sebagai sabun cuci tetapi merupakan sabun pembersih muka dan badan.
Hill (2005) menyatakan bahwa sabun batangan yang ideal harus memiliki kekerasan
yang cukup untuk memaksimalkan pemakaian

(user cycles) dan ketahanan yang cukup

terhadap penyerapan air (water reabsorption) ketika tidak sedang digunakan, sementara
pada saat yang sama juga mampu menghasilkan busa dalam jumlah yang cukup untuk
mendukung daya bersihnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, kami melakukan eksperimen pembuatan
sabun dengan cara saponifikasi menggunakan asam lemak nabati dari minyak jagung dan
minyak zaitun serta membuat Laporan Eksperimen Proses Saponifikasi (Minyak Jagung dan
Minyak Zaitun).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana proses pembuatan sabun dengan lemak nabati dari campuran minyak
jagung dan minyak zaitun?
2. Bagaimana kondisi fisik sabun yang dihasilkan dari proses saponifikasi dengan
campuran minyak jagung dan minyak zaitun?
BAB II ISI
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Sabun dan Proses Saponifikasi
Sabun

adalah

surfaktan

yang

digunakan

dengan

air

untuk

mencuci

dan

membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena
sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama
pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara
efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara
berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau
membersihkan (Wikipedia, 2013).
Sabun dapat dibuat melalui dua proses, yaitu saponifikasi dan netralisasi. Proses
saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses

netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali. Pada proses saponifikasi
akan

diperoleh

produk

samping

yaitu

gliserol,

sedangkan

proses

netralisasi

tidak

menghasilkan gliserol (Spitz, 1996). Proses saponifikasi terjadi pada suhu 80-100 0C. Reaksi
kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Reaksi saponifikasi


Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa) dimana gugus R bersifat hidrofobik
karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik karena bersifat polar. Molekul sabun
terdiri dari bagian kepala yang disebut gugus hidrofilik dan bagian ekor yang disebut gugus
hidrofobik. Gambar molekul sabun dapat dilihat pada Gambar 1 (IPB, 2012).
2.1.2 Komposisi Kimia Minyak Jagung
Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh gliserol dan asamasam lemak.

Persentase

trigliserida

sekitar

98,6

persen,

merupakan bahan non minyak, seperti abu, zat warna atau lilin.

sedangkan

sisanya

Asam lemak yang

menyusun minyak jagung terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
Jumlah asam lemak jenuh dalam minyak jagung adalah sekitar 13 persen . Kelompok
asam lemak jenuh yang membentuk trigliserida dalam minyak jagung adalah:
1. Asam palmitat yang memiliki atom C sebanyak 16 dengan titik leleh 62,9 C , dan kurang
lebih sekitar 10 persen dari berat minyak jagung.
2. Asam stearat yang memiliki jumlah atom C 18 dengan titik leleh 69,6 C dan jumlahnya
sekitar 3 persen dari berat minyak jagung.
Kelompok asam lemak tak jenuh yang membentuk trigliserida dari minyak jagung
sekitar 86 persen asam oleat dan linoleat:
1 . Asam oleat memiliki titik leleh sekitar 16,3 C dan kira-kira jumlah minyak jagung sekitar
30 persen dari berat minyak jagung.
2 . Asam linoleat memiliki titik leleh sekitar -5 C , dan jumlah asam linoleat dalam minyak
jagung sekitar 56 persen dari berat minyak jagung.
Selain komponen-komponen tersebut di atas, minyak jagung juga me-ngandung
bahan yang tidak tersabunkan, yaitu:
1. Sitosterol dalam minyak jagung berkisar antara 0,91-18 %. Jenis sterol yang
terdapatdalam minyak jagung adalah campesterol (8-12 %), stigmasterol (0,7-1,4 %),
betasterol (86-90 %) dari sterol yang ada dan pada proses pemurnian,

kadar sterol

akan turun menjadi 11-12 %.


2. Lilin merupakan salah satu fraksi berupa kristal yang dapat di pisahkan pada
waktu pemurnian minyak menggunakan suhu rendah. Fraksi lilin terdiri dari mirisil
tetrakosanate dan mirisil isobehenate.
3. Tokoferol yang paling penting adalah alfa dan beta tokoferol y ang jumlahnya
sekitar 0,078 %. Beberapa macam gugusan tokoferol y aitu 7 metil tocol; 7,8 dimetil
tococreena; 5,7,8 trimetil tokotrienol;
tocol. 20

(5,7,8)

trimetil tocol (alfa tokoferol); 7,8 dimetil

4.

Karotenoid pada

miny ak

jagung

kasar

terdiri

dari

xanthophyl

(7,4

ppm)

dan

caroten (1,6 ppm) dan kadar tersebut akan menurun menjadi 4,8 ppm xanthophyl dan
0.5 ppm caroten pada proses pemurnian (USU, 2009).
2.1.4 Sabun yang Baik
Sabun yang baik dapat dilihat dari segi fisik dan kandungan kimianya, namun yang
sebenarnya

lebih

menentukan

ialah

kandungan

kimianya.

Sabun

yang

baik

tidak

mengandung zat-zat berbahaya seperti merkuri.


Untuk menghindari bahaya dari zat-zat kimia yang tidak diinginkan, sebaiknya kita
menggunakan sabun yang mengandung bahan alami seperti:
1. Minyak esensial dan minyak zaitun. Sabun yang mengandung kedua bahan
tersebut bisa Anda pakai karena berfungsi untuk membasmi kuman, menyegarkan
kulit,

dan

memberikan

aroma

wangi

pada

wajah.

2. Lemon dan pepaya. Sabun pembersih wajah yang mengandung kedua bahan alami
tersebut sangat baik jika Anda gunakan. Kedua kandungan alami tersebut berfungsi
membersihkan wajah yang bisa menghilangkan sel kulit yang mati pada permukaan
kulit

dan

sebagai

antimikroba.

3. Sari beras dan susu. Kandungan tersebut merupakan formulasi yang sangat baik
untuk memutihkan kulit wajah dan tubuh. Selain aman digunakan, kandungan
tersebut

juga

memberikan

aroma

yang

wangi

dan

menyegarkan.

4. Asam cuka putih Asam cuka sangat baik digunakan untuk membersihkan kulit
karena mengandung sekitar 5% asam asetat dan berfungsi sebagai pembunuh
bakteri pengganggu dan beberapa jamur penyebab penyakit kulit (CiriCara, 2013).

2.2 Data Pengamatan


No
1

Prosedur Kerja
Membuat

larutan

NaOH

Pengamatan
30%

sebanyak 10 gram.
(Gambar 1)

NaOH yang dibutuhkan sebanyak


30 gram dan air sebanyak 70
gram. NaOH mudah larut dalam air.
NaOH tersebut berbentuk padat,
warnanya berwarna bening. Saat
NaOH

dituang

dicampur

dan

ke

dalam

diaduk,

air

pertama-

tama larutan terasa panas dan


berwarna keputihan. Maka setelah
didiamkan beberapa saat, larutan
jernih

kembali

(bersuhu
kulit,

ruangan).

Mengukur minyak jagung dan


zaitun (Gambar 3) masing-masing
sebanyak 6 gram menggunakan
neraca ohauss. (Gambar 2)

mendingin
Jika terkena

akan terasa gatal karena

bersifat korosif.
2

dan

Mencampur

larutan

NaOH

30%

(Gambar 4) dengan minyak jagung

Terjadi

pencampuran

antara

minyak dan larutan NaOH 30%.

dan minyak zaitun ke dalam wadah


plastik

kecil,

kemudian

diaduk.

(Gambar 5)

Kedalam

campuran

tersebut,

Setelah

pewarna

dan

parfum

ditambahkan pewarna dan parfum

dituang, tidak langsung tercampur

secukupnya. (Gambar 6) Kemudian

sehingga harus diaduk. Campuran

diaduk kembali (Gambar 7) sampai

saat diaduk hanya membutuhkan

mencapai kondisi trace. (Gambar 8)

eaktu

Trace

kondisi

mencapai

pada saat cairan yang diaduk mulai

campuran

mengental.

zaitun

merupakan

suatu

sekitar

3,5

kondisi

menit
trace.

minyak

bersifat

pencampuran

untuk
Karena

jagung

homogen,
terlihat

dan
hasil
ada

gumpalan-gumpalan.
5

Hasil campuran yang sudah trace,

Lama pengeringan berlangsung 4

dituang pada cetakan yang sudah

hari,

dilapisi

9)

karena alkali (NaOH) belum hilang.

Kemudian dibiarkan atau dijemur

Sehingga harus dibiarkan minimal

hingga mongering dan mengeras.

2 minggu. Apabila dipegang, terasa

(Gambar 10)

sedikit berminyak.

plastik.

(Gambar

tetapi

belum

layak

pakai

2.3 Pembahasan
Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang kami lakukan, sabun yang kami buat
masih belum dapat dikatakan sebagai sabun yang baik. Secara fisik, sabun buatan kami
tidak sehalus sabun buatan pabrik. Hal tersebut dikarenakan bahan-bahan yang digunakan
sangat sederhana. Bahan tambahan yang dipakai hanya pewarna dan parfum. Surfaktan,
pengatur busa, builder, dan additive merupakan faktor-faktor pelengkap dalam pembuatan
sabun untuk mengoptimalkan kerja sabun tersebut. Sehingga dapat dipastikan sabun yang
kami buat tidak dapat bekerja optimal saat digunakan untuk mencuci.
Pembuatan sabun dilakukan pada suhu ruangan. Pada suhu ruangan, reaksi
saponifikasi berjalan lambat dan gliserol tidak dapat dipisahkan. Selain itu waktu yang
diperlukan untuk proses pengeringan hingga siap dipakai relatif lama (2-4 minggu) karena
harus menghilangkan kandungan NaOH dalam sabun. Sabun yang kami buat berbeda dari
sabun industri, dalam hal kelebihan lemak yang dikandung dalam gliserol yang tidak dapat
dihilangkan. Sabun yang kami hasilkan kurang wangi karena pada saat pembuatan sabun,
parfum yang digunakan relatif sedikit dan sebagian menguap pada saat penjemuran.
Saat percobaan, minyak jagung dan zaitun yang dicampur dengan larutan NaOH
menghasilkan camputan yang tidak menggumpal. Namun, setelah diaduk sebentar
kemudian diberi parfum dan pewarna makanan, campuran tersebut menjadi agak
menggumpal (terpisah-pisah) dan semakin terlihat pada saat diaduk kembali hingga
mencapai kondisi trace. Hal ini dikarenakan campuran minyak tersebut bersifat homogen,
sehingga gaya kohesinya lebih kuat juga memiliki rantai karbon beberapa asam lemak jenuh
(asam lemak palmitat dan stearat) yang panjang. Panjang rantai karbon minyak jagung dan
zaitun berkisar antara 16-18 (terdapat juga asam lemak jenuh) dan merupakan karbon
rantai panjang yang membuat campuran bahan sabun cenderung lebih kental pada suhu

ruang. Selain itu, dapat pula desebabkan oleh penambahan parfum sebelum kondisi light
trace (agak kental) yang mengandung alkohol bersuhu ruangan sehingga hal tersebut
mempengaruhi proses saponifikasi dalam pembuatan sabun, dapat dilihat dengan adanya
gumpalan dan hasil trace tidak menyatu.
Pada saat proses pengadukan, kondisi trace dicapai dalam waktu relatif cepat
(sekitar 3,5 menit) dibandingkan kelompok lain. Hal itu dapat disebabkan oleh komposisi dan
jenis minyak yang digunakan dan kecepatan pengadukan kelompok kami yang lebih cepat
dibanding kelompok yang lain. Minyak jagung dan minyak zaitun masing-masing memiliki
sifat yang berbeda-beda.
Berikut kandungan za-zat kimia minyak jagung dan zaitun yang berpengaruh
terhadap hasil sabun:
Kandungan Zat-zat Kimia
Dampak terhadap Sabun
Minyak Jagung dan Zaitun
Jumlah asam lemak jenuh dalam minyak jagung

Lemak

yang

mengandung

adalah sekitar 13 persen . Kelompok asam lemak jenuh yang

persentase tertinggi asam lemak jenuh

membentuk trigliserida dalam minyak jagung adalah:

rantai panjang menyebabkan sabuh lebih

1. Asam palmitat yang memiliki atom C sebanyak 16 dengan

keras karena asam lemak jenuh padat pada

titik leleh 62,9 C , dan kurang lebih sekitar 10 persen dari

suhu ruang. Sabun yang kami hasilkan

berat minyak jagung.

tidak keras mutlak namun agak keras

2. Asam stearat yang memiliki jumlah atom C 18 dengan titik

karena minyak jagung dan minyak zaitun

leleh 69,6 C dan jumlahnya sekitar 3 persen dari berat

mengandung asam lemak tak jenuh dengan

minyak jagung.

prosentase lebih besar daripada asam

Kelompok asam lemak tak jenuh yang membentuk


trigliserida dari minyak jagung sekitar 86 persen asam oleat
dan linoleat:
1 . Asam oleat memiliki titik leleh sekitar 16,3 C dan kirakira jumlah minyak jagung sekitar 30 persen dari berat minyak

lemak jenuh. Sabun yang terbuat dari


lemak lunak (soft fats) dan mengandung
persentase tertinggi asam lemak tak jenuh
membuat sabun menjadi sangat larut dalam
air.

jagung.
2 . Asam linoleat memiliki titik leleh sekitar -5 C , dan
jumlah asam linoleat dalam minyak jagung sekitar 56 persen
dari berat minyak jagung.
Secara garis besar, asam lemak yang terkandung di
dalam trigliserida minyak zaitun adalah:
a.

Asam oleat (C18:1): 55-83% (monosaturated


omega-9 fatty acid)

b.

Asam linoleat (C18:2): 3.5-21% (polyunstaurated


omega-6 fatty acid)

c.

Asam palmitat (C16:0): 7.5-20% (saturated fatty


acid)

d.

Asam stearat (C18:0): 0.5-5% (saturated fatty


acid)

e.

Asam linoleat (C18:3): 0-1.5% (alpha-linolenic

acid/ polyunsaturated omega-3 fatty acid)


Minyak jagung juga mengandung bahan
tidak tersabunkan, yaitu:

yang

Minyak jagung dan minyak zaitun


sama-sama meiliki bahan yang tidak
tersabunkan. Hal ini menyebabkan proses

1. Sitosterol dalam minyak jagung berkisar antara 0,91-18

saponifikasi sabun kurang efektif. Selain

%. Jenis sterol yang terdapatdalam minyak jagung

itu, kandungan lilin pada minyak jagung

adalah campesterol (8-12 %), stigmasterol (0,7-1,4 %),

dapat menunjang kohesi pada minyak

betasterol (86-90 %) dari sterol yang ada dan pada

jagung sehingga minyak tersebut akan

proses pemurnian, kadar sterol akan turun menjadi 11-12

lebih homogen saat proses pencampuran

%.

bahan untuk membuat sabun. Adanya

2. Lilin merupakan salah satu fraksi berupa kristal yang


dapat

dipisahkan

pada

waktu pemurnian

minyak

menggunakan suhu rendah. Fraksi lilin terdiri dari


mirisil tetrakosanate dan mirisil isobehenate.

sekitar 0,078 %.

zaitun menyebabkan sabun yang kami buat


bergumpal-gumpal

saat

kondisi

trace.

Hasil fisik sabun kami juga tidak mulus


rata melainkan sedikit pecah-pecah dan

3. Tokoferol yang paling penting adalah alfa dan beta


tokoferol yang jumlahnya

kohesi yang kuat pada minyak jagung dan

bergumpal.

Beberapa

macam gugusan tokoferol yaitu 7 metil tocol; 7,8 dimetil


tococreena; 5,7,8 trimetil tokotrienol; (5,7,8) trimetil tocol
(alfa tokoferol); 7,8 dimetil tocol. 20
4. Karotenoid pada minyak jagung kasar terdiri dari
xanthophyl (7,4 ppm) dan caroten (1,6 ppm) dan kadar
tersebut akan menurun menjadi 4,8 ppm xanthophyl dan 0.5
ppm caroten pada proses pemurnian (USU, 2009).
Zaitun secara alami mengandung beberapa senyawa
yang tak tersabunkan seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen,
dan squalen.
Peroksida adalah produk utama dari hasil oksidasi

Sabun hasil buatan kelompok

minyak zaitun. Oksidasi ini terjadi saat minyak kontak dengan

kami memiliki bau yang kurang kuat. Hal

oksiden. Produk oksidasi ini memiliki bau yang tidak enak dan

ini dikarenakan oleh penambahan zat

juga mempengaruhi nutrisi dari minyak tersebut. Semakin

pewangi

banyak proses oksidasi yang terjadi, semakin banyak peroksida

penguapan

yang terbentuk.

kandungan peroksida pada minyak zaitun

yang
zat

relatif

sedikit,

pewangi,

dan

terjadi
adanya

yang mempengaruhi bau sabun.


BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Proses pembuatan sabun diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang telah diukur,
mencampurkan

larutan

basa

kuat

dengan

minyak,

mengaduk

sampai

light

trace,

menambahkan zat aditif seperti pewarna dan pewangi, mengaduk sampai kondisi trace,
meletakkan di tempat cetakan, menjemurnya sampai kering, dan membiarkannya selama
minimal dua minggu untuk dapat digunakan.
2. Hasil sabun yang diperoleh dari saponifikasi campuran minyak jagung dan zaitun adalah
fisiknya tidak terlalu bagus karena terbentuk seperti gumpalan-gumpalan.
3.2 Saran
Bagi pembaca yang ingin melakukan percobaan ulang sebaiknya menambah zat
aditif yang lebih bervariasi namun aman, menggunakan komposisi bahan sesuai dengan
perhitungan

standar,

serta

menggunakan

proses

mengoptimalkan dan mempercepat saponifikasi .

pemanasan

yang

sesuai

untuk

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak sudah dikenal di Indonesia sejak lama. Umumnya minyak digunakan dalam kegiatan sehari
hari untuk menggoreng. Penggorengan merupakan proses thermal-kimia yang menghasilkan karakteristik
makanan goreng dengan warna coklat keemasan, tekstur krispi penampakan dan flavor yang diinginkan,
sehingga makanan gorengan sangat popular (Boskou, et al., 2006; Warner, 2002). Selama penggorengan
terjadi hidrolisa, oksidasi dan dekomposisi minyak yang dipengaruhi oleh bahan pangan dan kondisi
penggorengan (Chatzilazarou, et al, 2006).
Seiring dengan meningkatnya harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Harga minyak minyak pun ikut
terangkat. Maka dari itu kami mencoba memaksimalkan fungsi dari beberapa minyak, seperti minyak
jagung dan minyak curah untuk hal yang sederhana, seperti pembuatan sabun.
Produk sabun telah berkembang menjadi kebutuhan primer di masyarakat dunia saat ini. Produk
tersebut dimanfaatkan setiap hari oleh semua kalangan masyarakat, baik kelas atas, menengah, maupun
bawah. Industri sabunpun berlomba-lomba menciptakan produk sabun yang inovatif dan bermanfaat,
bervariasi baik dari segi bentuk, warna, maupun aroma. Maka dari itu kelompok kami mencoba
melakukan eksperimen membuat sabun padat dengan menggunakan minyak curah serta minyak jagung
dengan memanfaatkan proses saponifikasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan sabun dengan cara memanfaatkan proses saponifikasi?
2. Apa hubungan jenis minyak yang digunakan dengan waktu yang dibutuhkan dalam proses
pembuatan sabun?

BAB 2 ISI
2.1 Dasar Teori
Molekul sabun berbentuk rantai panjang-panjang dan satu gugus ionik yang besifat sangat polar.
Pada seluruh rantai panjangnya, strukturnya tepat sama dengan molekul minyak sehingga memiliki
keakraban dengan molekul minyak (bersifat hidrofilik). Sementara pada bagian kepala, ada sepasang
atom yang bermuatan listrik yang hanya senang bergabung dengan molekul air (bersifat hidrofobik).
Kepala inilah yang membuat seluruh molekul sabun menyatu dengan air.
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah
secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan
lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali
(basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk
sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam
proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan
pewarna.
Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan NaOH / KOH dengan minyak atau lemak.
Melalui reaksi kimia, NaOH / KOH mengubah minyak / lemak menjadi sabun. Proses ini disebut
saponifikasi.
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida
dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat
ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin
sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun
merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah
akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang
tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam
bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama
dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun
padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan
kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga
mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih
keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun. Minyak yang dapat
digunakan bisa beragam, contohnya minyak curah, minyak kedelai, minyak zaitun, minyak jagung,
dan lain-lain.
Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh gliserol dan asam-asam lemak.
Presentase gliserida sekitar 98,6%, sedangkan sisanya merupakan bahan non minyak seperti abu, zat
warna atau lilin. Asam lemak yang menyusun minyak jagung adalah palmiat, dan stearat (13% berat
minyak jagung), oleat (30%) serta linoleat (56%). Minyak jagung termasuk minyak setengah
mengering, yaitu memiliki daya mengering cukup lambat jika terkena oksidasi. Bilangan
penyabunan minyak jagung sebesar 183,472. Dalam 100 kg jagung dengan kandungan air 16%,akan
menghasilkan sekitar 64 kg tepung butiran dan 3 kg minyak jagung. Bagian jagung yang
mengandung minyak adalah lembaga (germ). Minyak jagung dapat diekstrak dari hasil proses
penggilingan kering maupun basah, Kandungan dari hasil ekstrasi minyak jagung sangat kecil,
sekitar 1,2 % saja.
Sedangkan minyak curah merupakan sebutan untuk minyak goreng tanpa merek, tidak melalui
persetujuan badan POM ataupun Depkes, mengandung kadar lemak dan asam olet yang cukup tinggi
dan di jual perkilo di pasar menggunakan kantong-kantong plastik.
Sumber: http://alipanca5.blogspot.com/2012/07/pembuatan-sabun.html

2.2 Metode Percobaan


Alat:
1. Gelas plastik
2. Pengaduk plastik
3. Cetakan
Bahan:
1. Minyak curah 6gr
2. Minyak jagung 6gr
3. Larutan NaOH 30% 10gr
4. Parfum
5. Pewarna
6. Plastik transparan
2.3 Langkah Kerja
1. Membuat larutan NaOH dengan konsentrasi 30%.
2. Campurkan minyak dan larutan NaOH ke dalam wadah lalu diaduk.
3. Tambahkan pewarna dan parfum kemudian diaduk kembali sampai mencapai kondisi trace.
4. Masukkan ke dalam cetakan yang telah diberi alas plastik.
5. Dijemur/diangin-angin seminggu
2.4 Data Pengamatan
No.
Prosedur Kerja
1. Membuat larutan NaOh
sebanyak 10 ml

Pengamatan
30% Saat Kristal NaOh dicampur dengan aquadest,
keluar asap dari beaker glass. Setelah larutan NaOh
tersebut diaduk, terasa panas.

2.

Mencampur minyak jagung, minyak

Campuran minyak dan NaOH sebelum diaduk

curah, dan NaOh kemudian diaduk.

terlihat tidak bercampur.


Setelah diberi parfum

Setelah diaduk campurkan parfum


dan pewarna lalu aduk kembali.

dan

pewarna,

warna

campuran hijau pekat.


Kemudian setelah diaduk dan kental (trace) warna
campuran menjadi hijau muda. Didapat kondisi

3.

trace didapat setelah 15 menit.


Memasukkan campuran ke dalam Campuran harus ditekan-tekan agar rata di dalam

4.

cetakan.
Campuran dalam cetakan dijemur.

cetakan dan terlihat padat.


Saat hari pertama penjemuran, di permukaan
campuran terlihat titik-titik cairan seperti embun
berwarna jingga pekat (seperti sarinya).
Setelah kering dan mengeras campuran (sabun)
menjadi berwarna kuning.

2.5 Pembahasan
Sabun yang biasa di gunakan sehari-hari di buat dengan proses saponifikasi yaitu dengan
mereaksikan suatu asam lemak/minyak dengan basa alkali sehingga terbentuk sabun. Minyak yang di
gunakan pada percobaan kali ini yaitu minyak jagung yang banyak mengandung asam linoleat dan
minyak curah yang mengandung kadar lemak dan asam oleat yang cukup tinggi. Sedangkan basa
alkali yang di gunakan yaitu NaOH, alasan memilih NaOH dan minyak jagung serta minyak curah
sebagai bahan baku yaitu karena relatif banyak di temukan dan harganya yang ekonomis. Tetapi,
untuk menghasilkan sabun yang lunak dan kualitasnya lebih bagus, bahan baku yang digunakan
sebaiknya adalah KOH dan minyak kelapa. Dalam pembuatan sabun, NaOh dibuat berlebih sehingga
semua minyak dalam hal ini trigliserida bisa semuanya membentuk sabun.
Minyak jagung dan minyak curah yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebanyak masingmasing 6 ml dan NaOh konsentrasi 30% sebanyak 10 ml.
Pembuatan sabun dimulai dengan mencampurkan tiga bahan baku di atas yaitu minyak jagung,
minyak curah dengan NaOH kemudian di aduk-aduk hingga campuran bercampur rata dan wujudnya
seperti susu kental yang tidak ada minyak di atasnya. Prinsip dalam proses saponifikasi, yaitu
lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran
antara minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut
dengan trace. Kami memerlukan waktu sekitar 15 menit sebelum mencapai kondisi trace dikarenkan
sifat minyak jagung yang sulit untuk mengering.
Cairan yang telah mencapai kondisi trace setelah didiamkan beberapa saat akan mengeras
menjadi seperti sabun padat pada umumnya. Namun jika ingin digunakan, disarankan setelah
didiamkan kurang lebih seminggu atau lebih agar tidak ada efek samping pada kulit karena
kandungan NaOH.

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
1. Sabun dibuat dengan memanfaatkan proses saponifikasi yaitu dengan mencampurkan asam
lemak/minyak dengan basa alkali.
2. Lama proses pembuatan minyak, khususnya dalam proses pengadukan sampai kondisi trace
juga bergantung sifat dari jenis minyak yang menjadi bahan bakunya.
3.2 Saran
1. Perlu dilakukan pendalaman prosedur terhadap setiap langkah pembuatan (proses
saponifikasi).
2. Diharapkan ketelitian dan kesabaran dalam melakukan praktikum selanjutnya agar di dapat
hasil yang lebih baik.

You might also like