Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim / serviks yang abnormal dimana selsel ini mengalami perubahan ke arah displasia atau mengarah pada keganasan. Kanker ini biasanya
menyerang wanita yang pernah atau sedang berada dalam status sexually active. Biasanya kanker ini
menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35 - 55
tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan
memiliki faktor risikonya.
Perkembangan neoplasma ganas di serviks tidak menghalangi untuk terjadinya kehamilan.
Terdapat kemungkinan 1 di antara 3000 kehamilan bagi seorang wanita penderita kanker serviks.
Namun, adanya kanker serviks memberi pengaruh yang tidak baik dalam kehamilan, persalinan, dan
nifas. Kanker serviks dapat memicu terjadinya abortus akibat pendarahan dan hambatan dalam
pertumbuhan janin karena pertumbuhan neoplasma tersebut. Apabila penyakit ini tidak diobati
lebih lanjut, pada kira-kira dua pertiga usia kehamilan penderita menjelang cukup bulan, dapat
terjadi kematian janin. (Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo)
Pengaruh kanker serviks pada waktu persalinan, antara lain kekakuan serviks karena jaringan
kanker yang terbentuk, akan menghambat proses persalinan (khususnya Kala I). Bila tumor yang
terbentuk lunak dan hanya terbatas pada sebagian serviks, pembukaan pada waktu persalinan dapat
menjadi lengkap dan bayi bisa lahir spontan. Dalam masa nifas, sering terjadi infeksi.
Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim menjadi se-sel
yang ganas tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perubahan tersebut, antara lain : hubungan seksual pada usia dini (< 17 tahun), hubungan seksual
multi partner, infeksi HPV (Human Papilloma Virus), dan genetik (namun, persentasenya sangat
kecil).
Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu : usia, melahirkan
lebih dari 3x, personal hygiene, status sosial ekonomi, terpajan virus terutama virus HIV, dan
kebiasaan merokok.
Beberapa gejala yang bisa timbul pada penderita kanker serviks, antara lain : keputihan atau
keluarnya cairan encer dan berbau busuk dari vagina, pendarahan, hematuria, anemia, kelemahan
pada ekstremitas bawah, timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah. Pada stadium
lanjut, badan menjadi lebih kurus, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan rektum, bahkan
bisa menyebabkan terbentuknya vesikovaginal atau rektovaginal, hingga timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.
Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher rahim, sebanyak 80
persen terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh
dunia meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara
berkembang. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi karena sebagian besar penderita yang
berobat sudah berada dalam stadium lanjut.
(Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2.Jakarta : FKUI)
Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan penyakit ini
dapat disembuhkan sampai hampir 100%. Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah
kanker ini adalah melalui skrining yang dinamakan Pap Smear. Pap smear adalah suatu pemeriksaan
sitologi untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah
dikerjakan, cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit. Dengan adanya upaya deteksi dini ini,
diharapkan angka kejadian kanker serviks dapat ditekan pada tahun - tahun berikutnya.
B.
1.
DEFINISI
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut squamo-columnar junction (SCJ).
(Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo)
Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagiansquamosa columnar junction (SCJ)
serviks (Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.
Jakarta : EGC)
Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara
rahim (uterus) dengan liang senggama.(http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-ibudengan-gangguan-sistem-reproduksi. html)
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks merupakan kanker
yang primer berasal dari serviks (kanalis serviksalis dan porsio). Serviks adalah bagian ujung depan
rahim yang menjulur ke vagina. (http://infokesehatan2009.html)
Kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita (Kapita Selekta Kedokteran
Jilid I)
2.
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh
wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500
ribu kasus baru kanker leher rahim (cervical cancer), sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang
hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker
leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang. Hal itu terjadi
karena pasien datang dalam stadium lanjut.
Menurut data Departemen Kesehatan RI tahun 2007, penyakit kanker leher rahim saat ini
menempati urutan pertama daftar kanker yang diderita kaum wanita Indonesia. saat ini ada sekitar
100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya Kanker serviks yang sudah
masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Selain itu,
lebih dari 70 persen kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium
lanjut. (sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/)
Menurut Globacan (2002) di seluruh dunia setiap tahun ada 493.243 wanita terdiagnosa
kanker serviks, 273.505 meninggal. Di dunia, lebih dari 700 wanita meninggal setiap hari karena
kanker serviks. Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama kanker pada wanita.
Setiap hari di Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20 wanita meninggal karena
kanker serviks. Karena kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan
telah diketahui perjalanan penyakitnya. Ditambah juga sudah ada metode deteksi dini kanker serviks
dan adanya pencegahan dengan vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker
serviks dapat diturun. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan pengetahuan tentang
kanker serviks yang kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk deteksi dini pun masih
rendah. (sumber :http://healthycaus.blogspot.com)
3.
KLASIFIKASI
STADIUM
KRITERIA
Ia
Ib
Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi 4 cm dan > 4 cm.
II
Iia
Iib
III
IIIa
IIIb
hidronefrosis.
IV
4.
Iva
Ivb
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan
spermatozoa. Karsinoma serviks timbul di sambungan skuamokolumner serviks. Faktor resiko yang
berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual berupa mitra seks multipel, multi
paritas, nutrisi, rokok, dan lain-lain. Karsinoma serviks dapat tumbuh eksofitik maupun endofitik.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara lain
adalah :
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan
seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli,
perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali
lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
2. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin.
Penyakit yang ditularkan, salah satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti
dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks
menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping
itu, virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.
3. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan terjadinya
kanker serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.
4. Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita
yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung
nikotin yang dapat menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi
virus. Selain itu, rokok mengandung zat benza @ piren yang dapat memicu terbentuknya radikal
bebas dalam tubuh yang dapat menjadi mediator terbentuknya displasia sel epitel pada serviks.
5.
MANIFESTASI KLINIK
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas.
Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan
yang abnormal
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk.
4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Kelemahan pada ekstremitas bawah
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di
daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi
kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal
atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
6.
PATOFISIOLOGI (WOC)
Terlampir
7.
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
Urine bercampur darah (hematuria)
Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
Raut wajah pucat
Kelemahan pada pasien
Keringat dingin
Posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah abdomen
Palpasi
Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
Tinggi fundus uteri
Keaktifan gerakan janin
Kelainan letak / posisi janin
Nyeri tekan abdominal
Perubahan denyut nadi
Perubahan tekanan darah
Peningkatan suhu tubuh
Auskultasi
Pengukuran DJJ
8.
a.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
b.
Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati
secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan
tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.
c.
d.
Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm.
Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan danslide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan
kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK
tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor
kamera atauflash).
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%. Servikografi dapat
dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Kombinasi servikografi dan kolposkopi dengan sitologi
mempunyai sensitivitas masing-masing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-masing 73% dan
99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat di-gunakan sebagai metoda
yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi,
maka kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker serviks.
e.
Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat
digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat
segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas dan
spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%.
Samsuddin dkk pada tahun 1994 membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan
sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas
99,7%; predictive positive value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7%
dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedis /
bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada.
f.
tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah dan
urine.
g.
KRITERIA DIAGNOSIS
karsinoma
secara
yang
PENATALAKSANAAN MEDIS
histologik
sanggup
onkologi)
kanker
serviks
dan
melakukan
(Wiknjosastro,
serviks,
dilakukan
sesudah
dikerjakan
rehabilitasi
1997).
tergantung
pada
dan
bilamana
diagnosis
perencanaan
pengamatan
Penatalaksanaan
stadiumnya.
yang
lanjutan
yang
telah
dipastikan
matang
oleh
(tim
kanker
dilakukan
pada
penatalaksanaan
medis
tim
tim
klien
terbagi
STADIUM
PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0
Ia
Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
IIb, III, IV
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, IVb
Radiasi paliatif
Kemoterapi
adalah
suatu
tindakan
uterus
dan
serviks
(total)
dilakukan
pada
stadium
klinik
Umur
pasien
dapat
juga
harus
bebas
sebaiknya
pada
dari
pasien
sebelum
yang
penyakit
pembedahan
ataupun
IA
menopause,
berumur
umum
yang
sampai
atau
kurang
(resiko
salah
dari
tinggi)
satunya
IIA
bila
bertujuan
untuk
(subtotal).
(klasifikasi
FIGO).
keadaan
umum
baik,
tahun.
Pasien
juga
65
seperti:
penyakit
jantung,
Ukuran tumor lebih besar dari 4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi,
ataupun kemo berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi
Biasanya, histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui dinding abdomen)
abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis histerektomi). Perawatan di Rumah Sakit
biasanya lebih lama abdominal histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan
biaya juga lebih banyak. Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam, kecuali uterus tersebut
berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi ) justru lebih lama. Perlu diingat aturan utama
sebelum dilakukan tipe histerektomi, wanita harus melalui beberapa test untuk memilih prosedur
optimal yang akan digunakan : Pemeriksaan panggul lengkap (Antropometri) termasuk mengevaluasi
uterus di ovarium, Pap smear terbaru, USG panggul, tergantung pada temuan diatas.
Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di perut bagian
bawah.
Untuk
mengatasinya
bisa
diberikan
obat
pereda
nyeri.
Penderita juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar. Untuk
membantu
pembuangan
air
kemih
bisa
dipasang
kateter.
Beberapa saat setealh pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi agar penyembuhan berjalan
lancar. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu
4-8 minggu.
Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan mengalami menstruasi lagi. Histerektomi
biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual.
Tetapi banyak penderita yang mengalami gangguan emosional setelah histerektomi. Pandangan
penderita terhadap seksualitasnya bisa berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia
tidak dapat hamil lagi.
Kemoterapi
Memberikan obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker. Bisa berupa obat yang diminum,
dimasukkan bersama cairan intravena, atau injeksi. Contoh obat yang diberikan dalam kemoterapi,
misalnya sitostatika.
Kemoterapi
melalui
adalah
infus,
digunakan
tablet,
utamanya
perkembangannya.
kanker
dan
pengobatan
atau
Tujuan
yang
saat
hal
kanker
kanker
pada
dengan
mungkin
ini
jenis
mempunyai
sembuh
pengobatan
kambuh,
menghambat
kanker
dapat
obat
kemoterapi
dan
Beberapa
lain,
Obat
tegantung
atau
yang
pemberian
1997).
kemoterapi
diperkirakan
Dalam
mencegah
sel
didiagnosis.
dapat
dengan
(Prayetni,
membunuh
pengobatan
kemoterapi.
untuk
kanker
intramuskuler.
untuk
fasenya
penyembuhan
diberikan
penatalaksanaan
hanya
disebut
pengobatan
untuk
mengontrol
adjuvant.
Dalam
beberapa
penyakit
Jika
dalam
kanker
periode
menyebar
kasus,
waktu
luas
kemoterapi
yang
dan
lama
dalam
diberikan
walaupun
fase
akhir,
tidak
mungkin
kemoterapi
sembuh.
digunakan
sebagai
paliatif
untuk
memberikan
kombinasi
telah
digunakan
agen-agen
dosis
tunggal
(Gale
&
serviks
Charette,
antara
belum
2000).
lain
untuk
hidup
penyakit
obat
yang
metastase
memberikan
Contoh
CAP
kualitas
yang
(Cyclophopamide
lebih
baik.
karena
keuntungan
digunakan
terapi
yang
pada
Adremycin
Kemoterapi
dengan
memuaskan.
kasus
kanker
Platamin),
PVB
Ditelan
2.
Disuntikkan
3.
Diinfus
Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai terapi awal / bersama terapi radiasi pada
stage IIA, IIB, IIIA, IIIB, and IVA adalah :Cisplatin., Fluorouracil (5-FU). Sedangkan Obat kemoterapi
yang
paling
sering
digunakan
untuk
kanker
serviks
stage
IVB
recurrent
adalah
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi
dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah
kemoterapi.
Otot dan saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan dan kaki. Serta
kelemahan pada otot kaki.
Efek pada darah
Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang merupakan
pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah merah menurun. Yang paling sering
adalah penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap kemoterapi, dan test
darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah
kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan :
Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah sel darah yang memberikan
perlindungan infeksi. Ada juga beberapa obat kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan leukosit.
Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah, apabila jumlah trombosit rendah
dapat menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit.
Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan penurunan Hb (Hemoglobin).
Karena Hb letaknya didalam sel darah merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan
lemah, mudah lelah, tampak pucat.
Kulit menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap sinar matahari.
Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.
Elektrokoagulasi
Membakar sel-sel kanker dengan aliran listrik yang telah diatur voltasenya
Radiasi
Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-sel kanker.
Terapi
radiasi
mematikan
II
B,
ialah
atau
parametrial
III,
tujuannya
bertujuan
IV
dan
diobati
yaitu
mematikan
sel
seperti
rektum,
kuratif
hanya
radiasi.
ke
serta
sel
kelenjar
sebanyak
akan
limpa
pengobatan
kanker
vesika
merusak
nodus
dengan
tujuan
bermetastasis
mempertahankan
untuk
diberikan
tumor
pelvik.
Metoda
pada
serviks
Kanker
stadium
radioterapi
disesuaikan
dengan
kuratif
atau
paliatif.
Pengobatan
yang
telah
menjalar
ke
bening
halus,
stadium
sampai
sekitarnya
panggul,
jaringan
ureter.
I
serta
serviks
kuratif
kebutuhan
usus
pada
pada
getah
mungkin
urinaria,
sel
dengan
sehat
Radioterapi
III
B.
di
dengan
Bila
sel
dan
tetap
sekitar
dosis
kanker
sudah
keluar
rongga
panggul,
maka
radioterapi
hanya
bersifat
paliatif
yang
dilator
dan
pelumas
dengan
bahan
dasar
air.
KOMPLIKASI
Pendarahan
Kematian janin
Infertil
Obstruksi ureter
Hidronefrosis
Gagal ginjal
Pembentukan fistula
Anemia
Infeksi sistemik
Trombositopenia
12.
PENCEGAHAN
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum menimbulkan
gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi karena sebagian besar
penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Atas dasar itulah, di beberapa negara
pemeriksaan sitologi vagina merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan kepada para ibu hamil,
yang dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi bila ditemukan hasil yang mencurigakan.
Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan janin dapat
dipertahankan dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa mencapai hampir 100%. Malahan
sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn dari New York University
Medical Centre , dr. Steven R. Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini.
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk skrining
yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear adalah suatu pemeriksaan
sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya
keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit.
Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini
biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau
melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru kanker serviks terjadi pada wanita yang sebelumnya
tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita mau melakukan
pemeriksaan ini, maka penyakit ini suatu hari bisa saja diatasi.
Ada beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersama - sama sebagai salah satu
upaya deteksi dini terhadap perkembangan kanker serviks, beberapa di antaranya :
1. Skrining awal
Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan seksual (vaginal intercourse)
selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya tidak kurang dari 21 tahun saat pemeriksaan. Hal ini
didasarkan pada karsinoma serviks berasal lebih banyak dari lesi prekursornya yang berhubungan
dengan infeksi HPV onkogenik dari hubungan seksual yang akan berkembang lesinya setelah 3-5
tahun setelah paparan pertama dan biasanya sangat jarang pada wanita di bawah usia 19 tahun.
2. Pemeriksaan DNA HPV
Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Paps smear negatif disertai DNA HPV yang negatif
mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan
untuk wanita dengan umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan
waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini
meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering pada
wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga,
deteksi DNA HPV yang positif yang ditenukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten.
Apabila ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko
kanker serviks.
3. Skrining dengan Thinrep / liquid-base method
Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan setiap 1 - 3 tahun.
4. Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3 kali pemeriksaan berturutturut dengan hasil negatif.
13.
PROGNOSIS
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap pengobatan,
95 % mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi
dan memiliki risiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini,
perkembangan kanker seviks dapat diobati dengan radioterapi.
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis dalam angka kejadian kanker serviks,
antara lain :
Usia penderita
Keadaan umum
Tingkat klinis keganasan
Ciri - ciri histologik sel kanker
Kemampuan tim kesehatan untuk menangani
Sarana pengobatan yang tersedia
(sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1)
Stadium
Karsinoma insitu
100
85
II
Menyerang
luar
uterus
tetapi
60
33
sepertiga
bawah
vagina
atau
hidronefrosis
IV
1. PENGKAJIAN
a.
Identitas pasien
b.
Riwayat keluarga
c.
Status kesehatan
Status kesehatan saat ini
Status kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit keluarga
d.
1.
2.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker
serviks ataupun karena gangguan pada saat kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat
dari depresi yang dialami oleh ibu.
3.
Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan kandung kemih. Dapat pula
terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan
tekanan otot abdominal
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Analisis data
1.
Data subyektif :
Pasien mengatakan merasa sakit ketika senggama dan terjadi perdarahan setelah senggama yang
kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
Pasien mengatakan merasa lemah pada ekstremitas bawah
Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
Pasien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine bercampur darah
Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
Pasien mengatakan merasa tidak bertenaga dan lemas
Pasien mengatakan kurang mengetahui mengenai kanker serviks
Pasien mengatakan merasa cemas tentang kondisinya serta kondisi janin yang dikandungnya
Pasien mengatakan merasa kurang perhatian dari keluarganya
2.
Data obyektif
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul :
1.
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat pendarahan
2.
3.
Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks
4.
5.
6.
7.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan aktivitas metabolik
terhadap kanker
8.
Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker serviks
9.
uan
10. Inkontinensia alvi b/d peningkatan tekanan otot abdominal akibat nekrosis jaringan, kerusakan
neuromuscular
11. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuscular akibat infiltrasi kanker pada serabut saraf
lumbosakral
12. PK Gagal Ginjal
13. Gangguan pola tidur b/d depresi akibat penyakit kanker serviks
14. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai proses penyakit kanker serviks, terapi, dan
prognosisnya
15. Ansietas b/d krisis situasional
16. Berduka antisipasi b/d penyakit kronis yang diderita (kanker serviks)dan ancaman kematian janin
17. Koping keluarga melemah b/d sakit yang berkepanjangan pada anggota keluarga terdekat
18. Defisit perawatan diri b/d kelemahan
19. Risiko cedera pada ibu b/d penurunan jumlah trombosit
20. PK Anemia
21. Mual b/d kemoterapi
22. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan status nutrisi dan kemoterapi
23. Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit dan kemoterapi
3.
RENCANA TINDAKAN
: Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat pendarahan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan keseimbangan volume cairan
adekuat
Kriteria Hasil : 1. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)
Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal ( 36,5oC - 37,5oC)
2. Membran mukosa lembab
3. Turgor kulit baik (elastis)
4. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam 2-3 detik setelah ditekan )
5. Ekspresi wajah pasien tidak pucat
NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
darah
yang
keluar
melalui penggantian
pendarahan
pedoman
cairan
diberikan
untuk
yang
sehingga
perlu
dapat
adekuat
untuk
transport
Catat
kehilangan
darah
ibu
kehamilan.
Kehilangan
darah
ibu
secara
berlebihan
menurunkan
perfusi
plasenta
3
potensial
terjadinya
pendarahan
dan
perdarahan
merusak
potensial
hasil
kemungkinan
kehamilan,
menyebabkan
hipovolemia
atau
hipoksia
uteroplasenta
5
sirkulasi
pendarahan,
kelemahan,
gelisah,
ansietas,
menunjukkan
pendarahan
tidak
berlanjutnya
adekuatnya
penggantian cairan
7
Kolaborasi :
Kolaborasi :
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan memperbaiki jumlah darah dalm
trombosit sesuai indikasi
mekanisme
pembekuan
darah
pendarahan
lanjutan
sehingga
dapat
uan
diminimalisir.
10
Kolaborasi :
Awasi
pemeriksaan
NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
Perhatikan status fisiologis ibu, status Pada ibu hamil yang menderita kanker
sirkulasi, dan volume darah
kemungkinan
hipovolemia
hingga
menyebabkan
hipoksia
pada
uteroplasenta
3
atau
pada
takikardi.
aktivitas
kadar
oksigen
dengan
vena cava
inferior dan
superior
sertameningkatkan
sirkulasi
uan
Kolaborasi :
Kolaborasi :
Meningkatkan
jumlah
mediator
Kolaborasi :
Berikan
Meningkatkan
ketersediaan
oksigen
sesuai indikasi
NO
1
INTERVENSI
Perhatikan
kondisi
RASIONALISASI
ibu
yang Faktor
yang
mempengaruhi
atau
untuk
kebutuhan
Awasi dan pantau DJJ dan keaktifan Terjadinya hipoksia pada ibu dapat
gerakan janin
ibu
dan
janin
pada
uan
eria hasil
peningkatan
mortalitas
dan
laju
perubahan
status
Kolaborasi :
Lakukan
pemeriksaan janin
NO
1
INTERVENSI
Lakukan
pengkajian
komprehensif
nyeri
[catat
lokasinyeri, frekuensi,
intensitas (skala
RASIONALISASI
0-10)
secara Membantu
membedakan
dan informasi
tentang
kemajuan
perbaikan
terjadinya
penyakit,
komplikasi
dan
keefektifan intervensi.
2
Peningkatan
mempengaruhi
nyeri
akan
perubahan
Dorong
penggunaan
manajemen
nyeri
keterampilan Memungkinkan
pasien
untuk
dialami,
serta
Berikan
koping pasien
posisi
yang
nyaman
kebutuhan pasien
kembali
perhatiannya.
5
intensitas
rasa sakit.
6
Tingkatkan
tirah
baring,
meningkatkan nyeri
adalah
komplikasi
dapat
Pemberian
mengurangi
nyeri
dengan
pasien, terorganisasi
mengembangkan
dapat
kesempatan
terdekat
harus
partisipan
aktif
dalam
uan
uan
10
diperlukan
untuk
yang
tidak
berespon
pada
tindakan lain
: Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolik
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan keseimbangan suhu tubuh
pasien kembali normal
Kriteria Hasil : 1. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36,5oC - 37,5oC)
2. Denyut nadi dalam batas normal ( 60 - 100x / menit)
3. Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16- 24x/ menit)
4. Kulit tidak tampak memerah
5. Pasien tidak mengalami kejang
NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
Pantau derajat dan pola perubahan suhu Peningkatan suhu hingga 38,9oC41,1 oC
pasien
menunjukkan
adanya
suhu
dalam
dapat
identifikasi
diagnosis dini
2
Pantau suhu lingkungan, atur jumlah linen Suhu ruangan dan jumlah selimut
tempat tidur sesuai indikasi
harus
diatur
mempertahankan
pasien
agar
untuk
suhu
tubuh
mendekati
suhu
normal
3
Membantu mengurangi
peningkatan suhu tubuh pasien
Kolaborasi :
Dapat
Berikan antipiretik
mengurangi
bereaksi
digunakan
demam
pada
untuk
dengan
termoregulasi
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien tidak mengalami infeksi
Hasil : 1. Tidak tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)
2. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)
NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
Kaji tanda / gejala infeksi secara kontinyu Pengenalan dini dan intervensi
pada semua sistem tubuh (misalnya : segera
dapat
mencegah
Peningkatan
suhu
pada
ibu
dan
kemoterapi
efek
yang
Identifikasi
dini
samping
dijalaninya.
proses
infeksi
infeksi seperti takikardi dan penurunan yang bisa berdampak pada janin
keaktifan gerakan janin
4
5
risiko
kontaminasi
agen infeksius
sumber
infeksi
dan
Kolaborasi :
salah
satu
respon
Kolaborasi :
Mengidentifikasi
Kolaborasi :
Digunakan
untuk
organisme
menghambat
uan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, pola eliminasi urine pasien kembali normal
(adekuat)
Kriteria Hasil : 1. Tidak terjadi hematuria
2. Tidak terjadi inkontinensia urine
3. Tidak terjadi disuria
4. Jumlah output urine dalam batas normal ( 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)
NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
dapat
mengindikasikan
adanya
Kaji
pola
berkemih
(frekuensi
Observasi
dan
catat
warna
dapat
jaringan
di
menyebabkan
vesika
urinaria
Observasi adanya bau yang tidak enak Identifikasi tanda - tanda infeksi
pada urine (bau abnormal)
Dorong
peningkatan
Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor Indikator keseimbangan cairan dan
kulit, pengisian kapiler, dan membran menunjukkan tingkat hidrasi
mukosa
Kolaborasi :
Pemeriksaan
diagnostik
dan
tingkat
infiltrasi
kanker
traktus
urinarius
pada
Kolaborasi :
fungsi
ginjal
sebagai
uan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara
optimal dan seimbang
Hasil : 1. Berat badan pasien stabil (sesuai dengan BB pasien dalam kondisi normal)
2. Pasien menunjukkan adanya peningkatan nafsu makan
3. Tidak terjadi mual ataupun muntah
4. Pasien tidak tampak pucat / lemas
NO
INTERVENSI
RASIONALISASI
dalam
protein
identifikasi
dan
kalori
jaringan
metabolik
menghilangkan
produk
pertumbuhan
ibu
serta
perkembangan janin
4
menurunkan
respon
potensial
mual
dan
meningkatkan
sensasi
Kolaborasi :
ketidakseimbangan
dan
malnutrisi
yang
dapat
mempengaruhi
Kolaborasi :
proliferasi
sel-sel
vitamin
perasaan
B6dapat
depresi
Kolaborasi :
Rujuk pada ahli gizi / tim pendukung untuk memenuhi kebutuhan ibu
nutrisi
: Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker serviks
uan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan aktivitas seksual pasien tetap
adekuat pada tingkat yang sesuai dengan kondisi fisiologis tubuhnya
Hasil : 1. Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang efek kanker serviks yang dialaminya terhadap
fungsi seksualitasnya
2. Pasien mau mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, perubahan fungsi seksual dan hasrat seksual
dengan orang terdekat yang dialaminya
NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
masalah
yang
tersembunyi,
yang
proses
adaptasi
pada
efek
pengobatan
samping
dari
yang
akan
kanker
dijalani)
3
proses
kehilangan
dalam
identifikasi
meningkatkan
masalah
diskusi
dan
untuk
uan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, aktivitas pasien dapat meningkat secara
optimum / fungsi tercapai
Hasil : 1. Pasien mampu melakukan aktivitas biasa dengan normal tanpa bantuan perawat / orang terdekat
2. Pasien mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas
NO
1
INTERVENSI
Pantau
respon
fisiologis
RASIONALISASI
terhadap Toleransi
sangat
bervariasi
dan
frekuensi
jantung
serta penyakit,
pernafasan
status
keseimbangan
nutrisi,
cairan,
serta
ditujukan
untuk
oksigenasi.
2
posisi
rekumben
ini
baring
dapat
stimulus
dalam
ruangan nyaman
derajat
dari
ketidakmampuan pasien
kebutuhan
mempunyai
efek
pasien
energi untuk
proses penyembuhan
10
sesuai
dengan
berlanjutnya
ketidakmampuan pasien
11
untuk
beraktivitas
dan
Kolaborasi :
Adanya
hipoksemia
dapat
intoleransi
pada
aktivitas
4 diagnosa yang berhubungan dengan psikologis pasien :
: Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai proses penyakit kanker serviks, terapi, dan
prognosisnya
uan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 30 menit, diharapkan pengetahuan pasien tentang
penyakitnya meningkat
Hasil : 1. Pasien mengangguk sebagai respon bahwa ia mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat
2.
3.
uan
5. Pasien mampu menjelaskan tentang terapi penyakitnya serta manfaat terapi tersebut
6. Pasien menyatakan persetujuan dan kemauannya untuk mengikuti prosedur pengobatan terhadap
penyakitnya
NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
Informasi
mengenai
pengetahuan
membantu
metoda
tingkat
pasien
dalam
yang
dapat
menentukan
efektif
untuk
dengan
Informasikan
juga
memahami sehingga
kemungkinan pengetahuannya
jelas. cepat
terhadap
kembali
apa
sudah dijelaskan.
akan
yang mengingat
lebih
mudah
jika
reinforcement
diberi
oleh
perawat
mengenai pemahamannya.
5
Anjurkan
kepada
pasien
pasien
untuk
di
menanyakan Eksplorasi
samping,
berbagi pengalaman
untuk pasien
pengalaman
lain
dapat
dengan
membantu
NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
pada
menunjukkan
TTV
tingkat
dapat
ansietas
Obervasi
respon
verbal
kesempatan
untuk
kesalahan
konsep
tentang
diagnosis
5
rasa
percaya
pasien
Instruksikan
pasien
teknik relaksasi
tenang
pada
pasien
dapat mengurangi
dan
ansietasyang
dirasakan pasien
8
Berikan
dansesuai
informasi
mengenai
informasi
yang
pengobatan,
ansietas,
memperbaiki kesalahan
konsep,
pasien
kerjasamapasien
dan
meningkatkan
dengan
pemberi
perawatan
9
pasien
beristirahat,
10
sumber
perasaan
pendukung
adekuat,
isolasi.
keluarga
tidak
luar
dapat
sumber
diberdayakan
Bila
misalnya
kelompok
penderita kanker
11
pasien
dan
memungkinkan
orang
: Koping keluarga melemah b/d sakit yang berkepanjangan pada anggota keluarga
uan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, koping keluarga kembali adekuat
Hasil : 1. Keluarga / orang terdekat tampak terlibat aktif dalam proses perawatan dan pengobatan pasien
2. Keluarga / orang terdekat tidak menarik diri dari pasien
3. Keluarga / orang terdekat tetap berkomunikasi secara terbuka dengan pasien
4. Keluarga / orang terdekat tidak mengungkapkan reaksi pribadi (ketakutan, kelelahan, perasaan
bersalah, kecewa, kecemasan) atas perubahan status kesehatan pasien
NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
yang
ada
untuk
perawatan
dan
membantu
memberikan
Identifikasi
pola
komunikasi
dalam Memberikan
informasi
tentang
komunikasi
dan
masalah
yang
mengidentifikasi
mempengaruhi
kemampuan
Kaji
harapan
peran
dari
identifikasi
cara
mereka
yang
jelas
sendiri,
tentang
hangat,
perhatian,
perasaan
dan meningkatkan
rasa
empati
dan
harga
diri
ini
diagnosa
ancaman
kematian
kanker
yang
penerimaan
mungkin
muncul)
6
orang
mengembangkan
koping
efektif
telah
keterampilan
yang
dapat
pemahaman,
Kolaborasi :
mengatasi
seringkali muncul
masalah
yang
dari diagnosa