Professional Documents
Culture Documents
0leh:
MARIA PATRICIA ROTTI, S.Th.
NIK: 8809070070
SMP PAHOA
TANGERANG
2011
DESEMBER 2011
Page 0
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
1. Judul Penelitian
2. Identitas Peneliti
MARIA PATRICIA ROTTI, S.Th.
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. Jenis Kelamin
c. NIK
d. Alamat rumah:
Nomor telepon/HP:
3. Lama Penelitian
Perempuan
8809070070
Cystal Residence CT 16, Gading Serpong
0812-870870-94
Satu semester
ABSTRAKSI
DESEMBER 2011
Page 1
Kuda hanya bisa berkeliaran sampai dia dipasangi tali kekang. Uang atau gas tak bisa
mendorong apapun sampai dikurung. Niagara tak bisa menghasilkan cahaya dan listrik sampai
disalurkan. Kehidupan tak bisa menjadi agung sampai difokuskan, didedikasikan, didisiplinkan!
REALITAS
REALITAS
MITOS
MITOS
DAFTAR ISI
DESEMBER 2011
Page 2
Pendahuluan
II.
Kajian pustaka
III.
Pelaksanaan penelitian
IV.
V.
Daftar pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
DESEMBER 2011
Page 3
lternatif pertama, untuk peran pemberdayaan dalam kepemimpinan adalah dengan mencoba
ini adalah otonomi yang terarah melalui kesepakatan bersama yang dibangun bedasarkan tujuan
yang sudah disepakati dan bertanggung jawab terhadap hasil.
Salah satu kegiatan utama yang harus diselesaikan oleh guru adalah menetapkan peraturan umum
dalam kelas, yang berlaku bagi semua siswa, berikut konsekuensinya, yang akan diterapkan
secara merata.
Keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan dampak positif yang amat besar
terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa, hal ini mengingat banyaknya
permasalahan belajar yang dialami siswa antara lain:
1. Siswa tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya dengan baik.
2. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan
dalam proses pembelajaran.
3. Siswa sering melanggar kedisiplinan kehadiran di sekolah, misalnya sering datang
terlambat, sering tidak masuk sekolah, berbicara kotor, over acting ketika belajar.
4. Malas mencatat mata pelajaran.
5. Tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar.2
Steven R. Corvey, The 8th Habit, Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 370
Lihat lampiran
DESEMBER 2011
Page 4
bimbingan dan
konseling pun tidak mau tertinggal dari disiplin ilmu yang lain. Salah satu bukti perkembangan
ini menghasilkan penelitian yang dikemas dalam sebuah judul penelitian tindakan kelas (PTK) :
UPAYA
MENINGKATKAN
KEDISIPLINAN
DENGAN
MEMBUAT
JARINGAN
Page 5
pengaruh
Jaringan
Komunikasi
Siswa
dalam
mengatasi
2. Tujuan Praktis
a) Membangkitkan semangat siswa untuk belajar
b) Mengatasi permasalahan siswa
c) Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran
d) Meningkatkan prestasi belajar siswa
DESEMBER 2011
Page 6
Page 7
DESEMBER 2011
Page 8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Akar Kata Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin, comunis, yang berarti membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya
communis adalah communico yang artinya berbagi. 3 Dalam literatur lain disebutkan
komunikasi juga berasal dari kata communication atau communicare yang berarti "
membuat sama" (to make common). Istilah communis adalah istilah yang paling sering
di sebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata kata Latin
yang mirip Komuniksi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan
di anut secara sama.
Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan.
Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris, communicate, berarti (1)
untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan informasi; (2) untuk membuat
tahu; (3) untuk membuat sama; dan (4) untuk mempunyai sebuah hubungan yang
simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun), communication, berarti : (1) pertukaran
simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi; (2) proses pertukaran diantara individuindividu melalui simbol-simbol yang sama; (3) seni untuk mengekspresikan gagasangagasan, dan (4) ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi berasal dari akar kata yang
maknanya selalu (1) melibatkan pertukaran simbol atau tanda baik verbal maupun
nonverbal, (2) terbangunnya relasi kebersamaan antara komunikator dengan komunikan.
Simbol atau tanda verbal seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan. Sementara simbol atau
tanda nonverbal seperti mimik, gerak-gerik serta suara. Terbangunnya relasi kebersamaan
ini bukan selalu sebagai hubungan yang positif seperti keakraban atau keintiman
3
DESEMBER 2011
Page 9
melainkan terbentuknya kontak hubungan antara pengirim pesan dengan penerima pesan
melalui simbol atau tanda-tanda tertentu yang bersifat verbal atau nonverbal. Aplikasi
kontak simbol ini baik dilakukan dengan diri sendiri (intrapersonal) maupun dengan
pihak lain (antarpersonal).
Dari berbagai definisi komunikasi yang ada, Sasa Djuarsa Sendjaja dalam bukunya
Pengantar Ilmu Komunikasi mencoba menjabarkan tujuh definisi yang dapat mewakili
sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Definisi-definisi tersebut antara lain:
1.
2.
3.
4.
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki
oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Definisi ini seperti yang dikemukakan Gode (1959).
5.
6.
Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian
lainnya dalam kehidupan. Definisi ini seperti yang disampaikan Ruesch (1957).
7.
DESEMBER 2011
Page 10
2.
Proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang akan dicapai,
DESEMBER 2011
Page 11
Keahlian
kebia
saan
Pengetahuan
Sikap
Kebiasaan terletak pada bidang potong antara pengetahuan, sikap, dan keahlian.
Bagan di atas menjelaskan bahwa ada tiga masukan (input) yang secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama turut mempengaruhi Proses Belajar Mengajar.
Interaksi ketiga masukan tersebut dapat mempengaruhi keluaran yang diharapkan (expected
output) yaitu berupa hasil belajar para siswa. Bloom dan kawan-kawan membedakan hasil
belajar yang diharapkan itu berdasarkan atas kawasan (taxonomy), mulai yang paling sederhana
sampai yang paling kompleks. Ketiga kawasan keprilakuan manusia itu ialah kawasan kognitif
(cognitive domain), kawasan afektif (affective domain), dan kawasan psikomotorik
(psychomotorik domain).
4
Lihat lampiran
DESEMBER 2011
Page 12
belajar
mengajar
sesuai
dengan
tujuan
pendidikan
yang
ditetapkan.
Muhibbin (2004: 11) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh
dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Sedangkan Altbach, Arnove dan
Kelly (1999: 201) menyatakan bahwa prestasi belajar hanya ukuran keberhasilan di sekolah
tidak termasuk keberhasilan keluarga dan lingkungan. Lebih lanjut Altbach, Arnove, dan Kelly
(1999: 202) mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil dari proses pendidikan, yakni
penyesuaian diri, perubahan emosional, ataupun perubahan tingkah laku. Demikian pula dengan
pendapat Davis dalam Badrijah (2004: 12) bahwa prestasi belajar adalah pengetahuan yang
diperoleh siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran. Menurut Winkel dalam Sudjana (2001:
23) prestasi belajar dikelompokkan dalam lima kategori, yakni:
DESEMBER 2011
Page 13
DESEMBER 2011
Page 14
DESEMBER 2011
Page 15
C. Perilaku Attending
Perilaku Attending , (teknik menghadapi klien) melalui kontak mata, bahwa badan, bahasa
lisan, sehingga klien akan terlihat dalam pembicaraan terbuka. Attending baik untuk
meningkatkan harga diri klien yang bebas. Perlu dihindari konselor berpenampilan attending
yang kurang baik seperti: kepala kaku, muka kaku, ekspresi melamun, mengalihkan
pandangan, tidak terlihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh bersandar
miring, tegak kaku, jarang duduk, jarak duduk menjauh, duduk kurang akrab, dan berpaling.
Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik dim untuk memberi kesempatan
klien guna berpikir dan berbicara. Penelitian konselor terpecah, mudah buyar oleh gangguan
(Sofyan. S. Willis, 2004 : 176). Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien
yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending
yang baik dapat:
1. Meningkatkan harga diri klien.
2. Menciptakan suasana yang aman
3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak
dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam
(menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Page 16
Kepala : kaku
Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien
sedang bicara, mata melotot.
Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh,
duduk kurang akrab dan berpaling.
Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi
kesempatan klien berfikir dan berbicara.
menyenangkan,
Page 17
menguntungkan anak, akan dirasakan dekat dan banyak dikunjungi anak. Maka fungsi
konselor dengan segala peran yang dapat diberikan kepada mereka, akan banyak menentukan
frekuensi dan intensitas pemanfaatan jasa konseling anak. Melalui jaringan komunikasi siswa
dan konseling dengan Perilaku Attending yang berorientasi kepada pengubahan tingkah laku
secara langsung, akan memberikan sumbangan kepada keberhasilan siswa di sekolah maupun
di luar sekolah. Dari rujukan di atas cukup alasan perlunya anak SMP memperoleh bimbingan
konseling menggunakan konseling dengan Perilaku Attending secara terprogram. Selanjutnya
peneliti menyakini akan membawa perubahan yang sangat berarti bagi siswa.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX.5 dan IX.7 SMP Pahoa Gading
Serpong Tangerang, berjumlah 64 siswa (32 siswa per-kelas) dengan rincian 28 laki-laki dan 36
perempuan.
B. Setting, Lokasi, Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi : data-data hasil wawancara terhadap responden,
sumber data peristiwa : hasil observasi, hasil analisis dokumen, artifak yang berasal dari
siswa/klien maupun dari guru/konselor dan peneliti.
Subjek penelitian yang berasal dari siswa berupa hasil pengamatan tentang :
1. Partisipasi dalam belajar, bekerja sama, berani bertanya
2. Tidak berbicara kotor, tidak bertengkar
3. Berani berpendapat, membuka diri, berterus terang
4. Cerita, gembira, menerima nasihat, merencanakan tindakan
DESEMBER 2011
Page 18
Page 19
Page 20
dan siswa, juga dari catatan lapangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam
upaya penanganan permasalahan belajar siswa. Tujuannya adalah untuk melengkapi
informasi yang telah diperoleh melalui pengamatan dan angket.
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas dengan menggunakan jaringan komunikasi
siswa dan bimbingan konseling berupa :
1. Permasalahan siswa dalam minat belajar dan partisipasi siswa dalam pembelajaran
untuk sementara dapat teratasi
2. Semangat siswa untuk belajar mulai bangkit
3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran untuk sementara meningkat
4. Peningkatan kemampuan guru membimbing siswa
Peneliti melakukan persiapan awal meliputi kegiatan dengan mengadakan kontak
awal dan kesepakatan dengan reponden, guna membangun mempertahankan
kepercayaan, serta memilih informasi (Sugiharto, 2005: 43).
Kemudian langkah-langkah prosedur kerja yang dipergunakan menggunakan tahapantahapan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus
terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan
refleksi. (jadwal penelitian terlampir)
DESEMBER 2011
Page 21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah membahas kajian pustaka dan melaksanakan tindakan penelitian terhadap siswa kelas
IX.5 dan IX.7 terhadap Jaringan Komunikasi dan Perilaku Attending Konselor/Guru Moral BK,
maka dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian lapangan tentang hasil pengolahan data
siswa SMP Pahoa.
Pembahasan dalam bab ini merupakan analisa data dan interprestasi yang diperoleh melalui
angket kepada siswa, pengamatan/obervasi, Hasil Unjuk Kerja, dokumen/artifak terhadap guru
dan siswa. Hal-hal yang diteliti secara khusus dalam bab ini adalah sebagai berikut:
1. Cara mendisiplin siswa masih memerlukan system plus dan minus point
2. Perilaku attending dari guru, wali kelas dan praktisi pendidikan sangat mempengaruhi
semangat belajar siswa
3. Jaringan Komunikasi Siswa dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa
Seperti yang telah dinyatakan di atas bahwa untuk memperoleh data kualitatif yang diperlukan,
peneliti menugaskan siswa untuk membuat penilaian diri sendiri (self assasment), mission
statement, observasi kelas, angket dan mendapat masukan dari beberapa siswa yang di dukung
oleh teman-teman sekelasnya.
1.
Cara mendisiplin siswa masih memerlukan system plus dan minus point
DESEMBER 2011
Page 22
Dari hasil pengamatan, perlakuan system minus point (-4) bagi siswa yang tidak
membawa/mengerjakan tugas (yang diberikan oleh guru dalam hal ini konselor sebagai guru
Moral dan BK), serta pemberian plus point bagi siswa yang dapat menunjukkan hasil kerja yang
baik (setiap sesi diberikan 1 (satu) stamp untuk tiap tugas yang diberikan dan 10 stamp yang
telah terkumpul ditukar dengan 4 plus point). 7 Dapat meningkatkan semangat belajar. Walaupun
masih ada beberapa siswa yang belum memanfaatkan momentum ini.
Hal ini terjadi karena siswa lupa membawa buku atau tugas-tugas yang diberikan, terlambat
masuk kelas (biasanya setelah jam istirahat karena siswa tidak membawa jam tangan, keasikan
bermain, atau terlalu lama di toilet)
2.
Perilaku
Jaringan komunikasi siswa yang digunakan adalah layanan BBM, Chating internet via Hand
Phone, Face book dan Twetter. Namun yang lebih sering digunakan adalah layanan BBM.
Bagi siswa yang memiliki BB merasa sangat terbantu sebab mereka dapat diingatkan akan tugastugas, kelengkapan seragam/atribut, bangun pagi, dan info-info sekolah lainnya. Namun bagi
yang tidak memiliki BB hal ini menjadi suatu hambatan.
Lihat lampiran
Lihat lampiran
DESEMBER 2011
Page 23
SIKLUS PENELITIAN
Oktober
2011
Observasi di Kelas
Moral/BK
Novemb
er2011
Observasi di Kelas
Moral/BK
DESEMBER 2011
Page 24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan 1 Tesalonika 5 : 21 : Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik, oleh sebab itu
peneliti berusaha untuk menguji cara pendekatan dan pemecahan masalah yang terdeteksi dalam
dua siklus sehingga memperoleh hasil dari pengujian tersebut dan menyimpulkannya sebagai
berikut:
1. Cara mendisiplin siswa masih memerlukan system plus dan minus point
Beberapa siswa masih merasakan adanya kesenjangan antara pemberian minus dan plus
point (tidak semua guru bersedia memberikan plus point). Seharusnya pemberlakuan
minus dan plus point dapat dijadikan pembelajaran oleh siswa. Bahwa minus point akan
diperoleh dengan cepat bila tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya dan
sebaliknya plus point agak sulit diperoleh sehingga memerlukan perjuangan, semangat,
dan target yang harus dicapai.
Apabila tidak diberikan kesempatan memperoleh plus point maka siswa akan menjadi
apatis, tidak memiliki semangat juang dan pada akhirnya mereka mempunyai pemikiran
yang negative terhadap dunia pendidikan. (sekolah hanya pandai menghukum dan bukan
mendidik).
2. Perilaku attending dari guru, wali kelas dan praktisi pendidikan sangat mempengaruhi
semangat belajar siswa.
Beberapa siswa mengalami kesulitan berinteraksi dengan guru karena tidak memiliki
perilaku attending. Sehingga siswa malas untuk mendengarkan penjelasan guru, tidak
menaruh rasa hormat kepada gurunya dan pada akhirnya tidak suka terhadap pelajaran
yang bersangkutan.
3. Jaringan Komunikasi Siswa dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa.
Beberapa siswa merasa terbantu akan adanya jaringan komunikasi antar siswa. Mereka
dapat saling mengingatkan dan sekaligus menjalin pertemanan dan komunikasi yang
sehat diantara siswa.
DESEMBER 2011
Page 25
Namun disayangkan komunikasi ini hanya dapat dinikmati oleh sebagian siswa saja
(hanya yang memiliki BB).
Guru/peneliti telah menyarankan untuk memakai jasa layanan SMS bagi yang tidak
memiliki BB agar jaringan komunikasi siswa ini dapat menjangkau seluruh siswa.
Dan memberi saran sebagai berikut:
1. Guru memiliki tanggungjawab sebagai orang tua untuk mengajar siswa sesuai
bimbingan Tuhan
2. Dalam segala hal, berilah contoh dengan melakukan apa yang baik. Menunjukkan
integritas dalam mengajar, memiliki keseriusan dan memberikan kata-kata yang
membangun, seperti yang tertulis dalam Titus 2 : 6-8 : Demikian juga orang-orang
muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan
jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur
dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu.
3. Menjunjung tinggi disiplin dengan kasih, karena Tuhan menghajar orang yang
dikasihi-Nya (Ibrani 12:6). Tidak ada rasa takut dalam kasih, aturan dan konsekuensi
harus diberitahu dengan jelas dan adil, tidak kasar dan selalu siap untuk memaafkan
siswa.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
DESEMBER 2011
Page 26
3,
Page 27
DESEMBER 2011
Page 28