Professional Documents
Culture Documents
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu
campuran gas saling kontak dengan suhu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih
komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Percobaan absorbsi CO2 dengan NaOH
bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 terserap,
menentukan besar koefisien perpindahan massa pada proses absorbsi, dan tetapan laju
reaksi CO2 dan NaOH.
Pada percobaan ini, variabel tetap adalah konsentrasi NaOH yaitu 0,15 N, beda
waktu pengambilan sampe yaitu 1 menit dan tekanan operasi 1 atm. Sedangkan variabel
berubahnya adalah laju alir NaOH (1,2 ml/menit; 2,4 ml/meni;, 3,6 ml/menit ). Percobaan
ini diawali dengan membuat larutan induk NaOH 0,15 N sebanyak 10 liter. Kemudian
adalah NaOH dipompa ke bagian atas menara. Lalu gas CO2 dialirkan ke bagian bawah
absorber dan NaOH dialirkan ke kolom packed sesuai dengan variabel berubah. Larutan
NaOH dan CO2 dibiarkan saling kontak. Sebanyak 10 ml sampel yaitu campuran antara
NaOH dengan CO2 diambil dari bagian dasar menara dengan interval 1 menit dan dianalisis
kadar CO32-dengan cara titrasi acidi alkalimetri.
Dari hasil percobaan didapatkan hasil semakin besar laju alir NaOH maka semakin
besar CO2 yang terserap, dikarenakan semakin banyak jumlah molekul NaOH yang dapat
mengikat CO2, sehingga CO2 pun akan semakin banyak terserap. Semakin besar laju alir
NaOH maka nilai Kla dan nilai Kga akan semakin besar, hal tersebut dikarenakan semakin
banyaknya CO2 yang terserap. Selain itu, semakin besar laju alir NaOH, nilai K2 akan
semakin besar sesuai dengan persamaan arhenius. CO2 yang terbentuk semakin banyak lalu
menuju konstan seiring dengan berjalannya waktu operasi.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah semakin besar laju alir NaOH maka nilai Kla,
Kga dan K2 akan semakin besar serta CO2 yang terserap akan semakin banyak. Saran yang
dapat diberikan antara lain penggunaan valve yang baik sehingga mudah dalam pengaturan
laju alir, menjaga valve sehingga dapat memperoleh laju alir yang konstan dan melakukan
titrasi dengan teliti sesuai dengan warna yang diperoleh.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hampir semua reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia melibatkan bahan
baku yang berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas maupun cairan. Oleh karena itu,
reaksi kimia dalam suatu industri dapat terjadi dalam fase ganda atau heterogen, misalnya
biner atau bahkan tersier (Coulson, 1996). Walaupun terdapat perbedaan wujud pada bahanbahan baku yang direaksikan, namun terdapat satu fenomena yang selaluterjadi. Sebelum
reaksi kimia berlangsung. Maka salahsatu atau lebih bahan baku (reaktan) akan berpindah
dari aliran utamanya menuju ke lapisan antarfase/batas atau menuju aliran utama bahan baku
yang lain yang berada di fase yang berbeda.
Proses absorpsi gas-cair dapat diterapkan pada pemurnian gas sintesis, recovery
beberapa gas yang masih bermanfaat dalam gas buang atau bahkan pada industri yang
melibatkan pelarutan gas dalam cairan, seperti H2SO4, HCl, HNO3, formadehid dll(Coulson,
1996).Absorpsi gas CO2 dengan larutan hidroksid yang kuat merupakan proses absorpsi yang
disertai dengan reaksi kimia order 2 antara CO2 dan ion OH-membentuk ionCO32-dan
H2O.Sedangkan reaksi antara CO2 dengan CO32- membentuk ion HCO3-biasanya diabaikan
(Danckwerts, 1970; Juvekardan Sharma, 1972). Namun, menurut Rehmet al. (1963) proses
ini juga biasa dianggap mengikuti reaksi order 1 jika konsentrasi larutan NaOH cukup rendah
(encer).
Bagaimana pengaruh laju alir NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap pada
berbagai waktu reaksi?
2.
Bagaimana pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2
(kGa)?
3.
Bagaimana pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2
(kla) ?
4.
Bagaimana pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan
NaOH (k2) ?
5.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Absorbsi
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu
campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih
komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Absorbsidapat terjadi melalui dua mekanisme,
yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia.
Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam
larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh proses ini adalah
absorbsi gas H2S dengan air, methanol, propilen karbonase. Penyerapan terjadi karena adanya
interaksi fisik. Mekanisme proses absorbsi fisik dapat dijelaskan dengan beberapa model,
yaitu: teori dua lapisan (two films theory) oleh Whiteman (1923), teori penetrasi oleh
Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui.
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas
dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini adalah
absorbsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi
kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik Amonia seperti yang
stripper
absorber
Gambar 2.1.Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik Amonia
Proses absorpsi dapat dilakukan dalam tangki berpengaduk yang dilengkapi dengan sparger,
kolom gelembung (bubble column), atau dengan kolom yang berisi packing yang inert
(packed column) atau piringan (tray column). Pemilihan peralatan proses absorpsi biasanya
didasarkan pada reaktifitas reaktan (gas dan cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan ekonomi.
2.2 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh Cairan.
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang disertai reaksi
kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO2 melalui lapisan gas
menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam
faselarutan, perpindahan massa CO2 dari lapisan gas kebadan utama larutan NaOH dan reaksi
antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil (OH-). Skema proses tersebutdapatdilihat pada
Gambar 2.2.
Gas film
pg
Liq. film
pai
A*
(1)
Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan :
A* H . pai (2)
Ra [ A*]a DA .k 2 .[OH ]
(3)
Keadaan batas:
(a)
D A .k 2 .[OH ]
(b)
kL
D A .k 2 .[OH ]
kL
[OH ] D A
dengan z adalahkoefisienreaksi
z. A * DB
CO2 (g)
CO2 (l)
(a)
(b)
HCO3- (l)
(c)
Na2CO3(l)
(e)
Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga proses absorpsi
biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO2 ke dalam larutan NaOH terutama jika
CO2 diumpankan dalam bentuk campuran dengan gas lain atau dikendalikan bersama-sama
dengan reaksi kimia pada langkah c (Juvekar dan Sharma, 1973).
Eliminasi A* dari persamaan 1, 2 dan 3 menghasilkan :
Ra
(4)
a.H . D A .k 2 .[OH ]
k Ga
D A .k 2 .[OH ]
menjadi:
Ra
kL
a.H . D A .k 2 .[OH ] k L
k Ga
(5)
Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] dalam larutan.Hal ini
berakibat:
D A .k 2 .[OH ]
kL
[OH ] D A
z. A * D B
(6)
Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH akan mengikuti
persamaan:
Ra
a.H . pg. .k L
a.H . .k L
1
k Ga
(7)
Dengan adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien transfer massa
CO2 pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak disertai reaksi kimia seperti
dirumuskan oleh Juvekar dan Sharma (1973):
[OH ] DB
1
.
D A .k 2 .[OH ]
z
.
A
*
D
A
.
[OH ] DB
kL
z. A * D A
1/ 2
(8)
Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30oC adalah 2,1 10-5
cm2/det (Juvekardan Sharma, 1973).
NilaikGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau
perpindahan massa total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang waktu tertentu
di dalam alat absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, kGa dapat dihitung menurut
persamaan (Kumoro dan Hadiyanto, 2000):
.Q
k Ga .dp 2
4,0777 CO 2 CO 2
DA
CO 2 .a
Dengan a
1, 4003
CO 2
.
D
CO 2 A
1/ 3
6(1 )
Vvoid
dan
dp
VT
(9)
k GA
A.Z . . plm .
A.Z . . plm .
(10)
Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plmdapat didekati dengan p = pin-pout.
Sedangkan nilai kladapat dihitung secara empirik dengan persamaan (Zheng dan and Xu,
1992):
k la .dp
.Q
0,3
.
D
A
0,5
(11)
Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan dengan laju
difusi CO2 ke dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas film cairan dengan
badan cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi CO2yang sangat cepat selama
reaksi sepanjang film. Dengan demikian, tebal film (x) dapat ditentukan persamaan:
D A .( pin pout )
2
mol(CO3 ).R.T
(12)
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Kolomabsorpsi
Kranpengendalial
iran
Bakpenampu
ng 2
Bakpenampu
ng 1
manometer
kompresor
manometer
manometer
Tangkipencam
pur
Pompacelup
manometer
: 1 atm
2. Suhu
: 30 oC
3. Konsentrasi NaOH
: 0,15N
b. Variabel berubah
Laju alir NaOH
TangkiCO2
D 2 .H
fraksi
4
Vvoid
VT
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
b.
0,049
0,056
0,06
0,05
0,058
0,063
0,051
0,059
0,064
0,052
0,06
0,065
0,054
0,061
0,066
0,058
0,061
0,066
0,062
0,064
0,067
0,063
0,065
0,068
0,063
0,066
0,068
0,064
0,067
0,069
10
0,066
0,067
0,069
Nilai Kga
Nilai Kla
1,61607 . 10-5
1,81343 . 10-5
1,91398 . 10-5
Nilai K2
IV.2. Pembahasan
IV.2.1. Pengaruh laju alir NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap
1,2 ml/s
2,4 ml/s
3,6 ml/s
0.07
0.065
0.06
0.055
0.05
0.045
0
4
6
waktu (menit)
10
Gambar 4.1 Hubungan laju alir NaOH terhadap CO2 yang terserap
Gambar 4.1 diatas menunjukkan hubungan antara laju alir NaOH dengan CO2 yang
terserap. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada laju alir terbesar yaitu 3,6 ml/s jumlah
CO2 yang terserap paling banyak. Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa
semakin cepat laju alir NaOH maka CO2 yang terserap semakin tinggi. Hal ini dikarenakan
pada laju alir NaOH yang tinggi, jumlah molekul NaOH sebagai sorben menjadi lebih banyak
sehingga akan semakin banyak molekul NaOH yang dapat bereaksi dan mengikat CO2.
Jumlah CO2 yang terserap pada ketiga laju alir pada suatu waktu tertentu akan menuju nilai
konstan karena untuk mencapai nilai CO2 terserap yang tertinggi ada batas laju alir sorben
tertentu dimana dengan menambah laju alir sorben, jumlah CO2 yang terserap sudah tidak
berubah lagi. (Rozanna 2009)
IV.2.2. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai Kga
Dalam percobaan ini menggunakan 2 fase yaitu cair dan gas. Larutan NaOH adalah
fase cairnya sedangkan gas CO2 adalah fase gasnya. Oleh karena itu ada hubungan antara
larutan NaOH dengan gas CO2 yang berupa koefisien perpindahan massa interfase gas (Kga),
hubungannya dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut:
Kga x 10 (1/m3.menit)
1.35
1.3
1.25
1.2
1.15
1.1
1
1.5
2.5
3
laju alir (ml/s)
3.5
0.09
0.085
0.08
0.075
0.07
0.065
1
1.5
2.5
laju alir (ml/s)
3.5
Pada grafik di atas dapat dilihat hubungan antara laju alir NaOH dengan nilai K2 di
mana peningkatan laju alir memperbesar nilai K2. Jika dihubungkan dengan persamaan
Arhenius:
harga konstanta kecepatan reaksi juga besar. Hal ini terjadi karena faktor tumbukan
dipengaruhi oleh laju alir. Sehingga apabila laju alir NaOH semakin besar maka K2 semakin
besar karena besarnya laju alir berbanding lurus dengan besarnya K2. (Levenspiel, O, 1972)
IV.2.4. Pengaruh waktu terhadap jumlah CO2 yang terserap
1,2 ml/s
2,4 ml/s
3,6 ml/s
0.07
0.065
0.06
0.055
0.05
0.045
0
4
6
waktu (menit)
10
1.95
1.9
1.85
1.8
1.75
1.7
1.65
1.6
1
1.5
2.5
3.5
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
1.
Semakin besar laju alir NaOH maka jumlah CO2 yang terserap semakin banyak.
2.
Semakin besar laju alir NaOH, nilai Kga akan semakin besar.
3.
4.
Jumlah CO2 yang terserap akan semakin banyak kemudian konstan seiring
berjalannya proses absorbsi.
5.
V.2
Semakin besar laju alir NaOH, nilai Kla akan semakin besar.
Saran
1.
Penggunaan valve yang baik agar mudah dalam pengaturan laju alir NaOH.
2.
Jaga valve untuk laju alir NaOH diatur sesuai dengan variable yang ditentukan
agar tetap konstan.
3.
Jaga tekanan pada tangki CO2 agar CO2 yang keluar tidak berlebihan.
4.
Jaga tekanan pada kompresor agar raksa yang ada pada inverted manometer tidak
keluar ke pipa pembuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Arai, 2007, Absorbsi Gas CO2 Dengan NaOH,
http://tekimerzitez.wetpaint.com/page/Absorbsi+CO2+Dengan+NaOH?t=anon
Coulson, J.M. dan Richardson, J.F., 1996, Chemical Engineering: Volume 1: Fluid flow, heat
th
Levenspiel, O., 1972, Chemical reaction engineering, 2 ed. John Wiley and Sons, Inc., New
York, NY, USA, pp. 210-213, 320-326.
Olutoye, M. A. dan Mohammed, A., 2006, Modelling of a Gas-Absorption Packed Column
for Carbon Dioxide-Sodium Hydroxide System, African Union Journal of Technology,
10(2),132-140
Rehm, T. R., Moll, A. J. and Babb, A. L., 1963, Unsteady State Absorption ofCarbon
Dioxide by Dilute Sodium Hydroxide Solutions, American Institute of Chemical
Engineers Journal, 9(5), 760-765.
Zheng, Y. and Xu, X. (1992), Study on catalytic distillation processes. Part I. Mass transfer
characteristics in catalyst bed within the column, Transaction of the Institution of
Chemical Engineers, (Part A) 70, 459464.
LEMBAR PERHITUNGAN
A. PERHITUNGAN REAGEN
l = 12,8 ml
Na2CO3
NaHCO3
CO2 terserap
4,7
4,9
0,047
0,002
0,049
4,9
0,049
0,001
0,05
5,1
0,05
0,001
0,051
5,2
5,2
0,052
0,052
5,5
5,4
0,055
-0,001
0,054
5,8
5,8
0,058
0,058
6,2
0,06
0,002
0,062
6,2
6,3
0,062
0,001
0,063
6,4
6,3
0,064
-0,001
0,063
6,5
6,4
0,065
-0,001
0,064
10
6,6
6,6
0,066
0,066
62,8
63,2
0,628
0,004
0,632
Na2CO3
NaHCO3
CO2 terserap
5,5
5,6
0,055
0,001
0,056
5,7
5,8
0,057
0,001
0,058
5,8
5,9
0,058
0,001
0,059
5,8
0,058
0,002
0,06
5,9
6,1
0,059
0,002
0,061
6,1
6,1
0,061
0,061
6,3
6,4
0,063
0,001
0,064
6,4
6,5
0,064
0,001
0,065
6,5
6,6
0,065
0,001
0,066
6,6
6,7
0,066
0,001
0,067
10
6,7
6,7
0,067
0,067
67,3
68,4
0,673
0,011
0,684
Na2CO3
NaHCO3
CO2 terserap
5,9
0,059
0,001
0,06
6,1
6,3
0,061
0,002
0,063
6,2
6,4
0,062
0,002
0,064
6,3
6,5
0,063
0,002
0,065
6,3
6,6
0,063
0,003
0,066
6,4
6,6
0,064
0,002
0,066
6,5
6,7
0,065
0,002
0,067
6,6
6,8
0,066
0,002
0,068
6,7
6,8
0,067
0,001
0,068
6,8
6,9
0,068
0,001
0,069
10
6,9
6,9
0,069
0,069
70,7
72,5
0,707
0,018
0,725
A.Z= 132,8848
= 0,828
P=(6-1)bar= 5 bar
547047,6 . dp2
= 20730108 . dp1,4003
547047,6 . dp0,5997
= 20730108
0,026389037
= dp0,5997
dp
= 2,33 . 10-3
= 2477,25
2,1.10-9
= 1,61607 . 10-5
592047,6 . dp2
= 20730108 . dp1,4003
592047,6 . dp0,5997
= 20730108
0,028559793
= dp0,5997
dp
= 2,66 . 10-3
= 2169,93
= 1,81343 . 10-5
627523,81 . dp2
= 20730108 . dp1,4003
627523,81. dp0,5997
= 20730108
2,1.10-9
= dp0,5997
0,03027113
dp
= 2,93 . 10-3
= 1969,97
2,1.10-9
= 1,91398 . 10-5
H. PERHITUNGAN k2
Laju alir 1,2 ml/s=0,072 Liter/m
t menit
(x)
CO2 terserap
(y)
x.y
x^2
0,049
0,05
0,05
0,051
0,102
0,052
0,156
0,054
0,216
16
0,058
0,29
25
0,062
0,372
36
0,063
0,441
49
0,063
0,504
64
0,064
0,576
81
10
0,066
0,66
100
55
0,632
3,367
385
CO2 terserap
(y)
x.y
x^2
0,056
0,058
0,058
0,059
0,118
0,06
0,18
0,061
0,244
16
0,061
0,305
25
0,064
0,384
36
0,065
0,455
49
0,066
0,528
64
0,067
0,603
81
10
0,067
0,67
100
55
0,684
3,545
385
CO2 terserap
(y)
x.y
x^2
0,06
0,063
0,063
0,064
0,128
0,065
0,195
0,066
0,264
16
0,066
0,33
25
0,067
0,402
36
0,068
0,476
49
0,068
0,544
64
0,069
0,621
81
10
0,069
0,69
100
55
0,725
3,713
385