You are on page 1of 6

Sungai dapat didefinisikan sebagai saluran di permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah

yang melalui saluran itu air dari darat menglir ke laut.


Di dalam Bahasa Indonesia, kita hanya mengenal satu kata sungai. Sedang di dalam Bahasa
Inggris dikenal kata stream dan river. Kata stream dipergunakan untuk menyebutkan
sungai kecil, sedang river untuk menyebutkan sungai besar.
Asal Air Sungai
Dalam siklus hidrologi, aliran sungai digolongkan sebagai aliran permukaan (Gambar).

Air sungai bisa berasal dari air hujan (terutama di daerah tropis) dan bisa pula berasal dari es
yang mencair di gunung atau pegunungan (terutama di daerah empat musim). Oleh karena

itu, debit air sungai bisa sangat dipengaruhi oleh musim. Bagi kita di Indonesia yang berada
di daerah tropis, depit air sungai akan tinggi bila musim hujan dan rendah di musim kemarau.
Sementara itu, di daerah empat musim, debit aliran sungai meningkat ketika musim dingin

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Sungai


Faktor Fisika
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran
organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju
pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan
budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)
(Kordi dan Andi, 2009).
Suhu merupakan salah satu factor pembatas terhadap ikan-ikan atau biota akuatik.
Suhu dapat mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan berperan secara langsung atau
tidak langsung bersama dengan komponen kualitas lainnya mempengaruhi kualitas akuatik.
Temperature air mengendalikan spawing dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu
atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan menyebababkan air menjadi panas atau
dingin sekali secara mendadak . temperature juga mempengaruhi berbagai macam reaksi
fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik (Souisa, 2009).
Faktor kecerahan ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi
memenuhi berarti cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang
tinggi pula (Dedi, 2003).

Faktor Kimia
Oksigen adalah salah satu unsure kimia penunjang utama kehidupan. Dalam air laut,
oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan untuk mengurangi
zat organic oleh mikroorgfanisme. Ketiadaan oksigen dalam suatu perairan akan
menyebabkan organism dalam perairan tersebut tidak akan hidup dalam waktu yang lama.
Oleh karena itu salah satu cara untuk menjaga kelestarian kehidupan dalam laut adalah
dengan cara memantau kadar oksigen dalam perairan tersebut (Hutagalung et-al,1985).
Menurut Susanto (2002), suatu limbah yang mengandung beban pencemar masuk ke
lingkungan perairan dapat menyebabkan perubhan kualitas air. Salah satu efeknya adalah
menurunnya kadar oksigen terlarut yang berpengaruh terhadap fungsi fisiologis organisme

akuatik. Air limbah memungkinkan mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia
beracun berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan tersebar ke lingkungan.
pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan
jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya.
Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan oksigan terlarut akan berkurang, sebagai
akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal
ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan
berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 8,7 (Kordi
dan Andi,2009).

Faktor Biologi
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter biologi yang
erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton
disuatu perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama
halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami
terdapat sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup diperairan tersebut.
Air dari alam atau natural water secara foundamental akan berbeda kondisinya
dengan air dari tempat budidaya, terutama sistem tertutup yang menggunakan akuarium atau
bak, berdasarkan sifat kimia maupun biologi. Jumlah ikan ditempat budidaya umumnya jauh
lebih banyak dibandingkan jumlah air. Akibatnya, material hasil metrabolisme yang
dikeluarkan ikan tidak dapat mengurai seimbang. Artinya, waktu penguraian metabolit secara
alami tidak mencukupi karena jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu, air tidak dapat atau
sulit kembali menjadi baik dan cenderung menghasilkan substannsi atau bahan metabolit
yang berbahaya bagi ikan (Lesmana,2001).
Untuk melengkapi kekurangan pendekatan fisika kimiawi dapat dilakukan dengan
memberdayakan komunitas makroinvertebrata, yaitu hewan hewan yang tidak mempunyai
tulang belakang dan berukuran relatif tidak bergerak mempnyai siklus hidup yang panjang
dan mempunayai keanekaragaman tinggi yan tersebar di hulu sampai di hilir sungai.
Ditemukan suatu kelompok mikroinvertebrata mencerminkan kondisi air sungai apakah
masih baik (tidak mengalami pencemaran organik tertentu), atau telah mengalami
pencemaran organik terlarut atau telah mengganggu (Sudaryanti dan Wijarni, 2006).

Sungai 2 (hulu dan hilir)

Posted by wahyuancol pada Januari22, 2011


Pembagian Daerah Aliran Sungai
Aliran sungai dimulai dari daerah yang lebih tinggi di kawasan pegunungan atau perbukitan
dan berakhir di kawasan pesisir atau tepi pantai. Daerah tempat aliran sungai berawal disebut
sebagai daerah hulu sungai, dan daerah tempat aliran sungai berakhir disebut sebagai
daerah hilir. Di antara kedua daerah tersebut terdapat daerah pertengahan yang merupakan
daerah transisi. Jadi, dalam kondisi ideal, daerah aliran sungai dapat dibedakan menjadi
daerah hulu, daerah pertengahan atau transisi, dan daerah hilir.

Profil memanjang aliran sistem aliran sungai. Sumber: Fitzpatrick et al (2006)


Bagaimana perbedaan karakter antara daerah hulu, pertengahan, dan hilir berkaitan dengan
aspek-aspek berikut ini?

Elevasi
Gravitasi
Kecepatan aliran
Volume air
Volume muatan sedimen
Proses erosi
Proses deposisi
Ukuran butir muatan sedimen
Transportasi muatan sedimen

Sifat erosi (vertikal, ke samping, ke hulu)


Bentuk aliran sungai (lurus, berkelok)
Profil melintang lembah sungai

Karakter Daerah Hulu


Bentuk lembah: Berbentuk huruf V.
Alur sungai: Lembah sungai tidak dapat dibedakan dari alur sungai. Cenderung relatif lurus.
Kondisi dasar sungai: Berbatu, sering ada air terjun atau riam (rapids), potholes, dasar
sungai tidak teratur.
Bentang alam: Air terjun, riam, potholes, boulder-boulder di dasar sungai.
Debit sungai: Relatif kecil dan sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Tidak pernah banjir (air
sungai meluap).
Proses Erosi: Aksi hidrolik dan attrisi. Sebagian besar erosi vertikal, mengerosi batuan
induk.
Proses Transportasi: Sebagian besar muatan dasar. Sedikit muatan suspensi dan terlarut.
Proses Deposisi: Terbatas untuk boulder, di dasar sungai.
Sedimen: Sebagian besar berukuran boulder.

Karakter Daerah Transisi


Bentang alam:
Proses Erosi:
Proses Transportasi:
Proses Deposisi:
Karakter Daerah Hilir
Bentang alam:
Proses Erosi:
Proses Transportasi:
Proses Deposisi:

Daerah hilir adalah daerah akhir aliran sungai, dan di dataran rendah tepi pantai. Sungaisungai di daerah hilir dapat memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
1. Memiliki lembah sungai berbentuk U.
2. Lembah sungai lebih lebar daripada alur sungai.
3. Aliran air permanen meskipun debit aliran sungai dapat dipengaruhi oleh curah hujan
(musim).
4. Di dalam alur sungai cenderung terjadi pengendapan, dan aliran air sungai mengalir di
atas endapannya sendiri.
5. Mendapat air dari alur yang berasal dari daerah hulu, dan kondisi debit dipengaruhi
oleh kondisi daerah hulu.
6. Dapat terjadi banjir bila debit air yang datang dari daerah hulu melebihi daya tampung
saluran sungai yang ada di daerah hilir.
7. Daerah genangan air sungai ketika banjir dikenal sebagai daerah dataran banjir, dan di
dataran ini muatan yang dibawa oleh air sungai ketika banjir sebagian diendapkan.

8. Aliran sungai cenderung berkelok-kelok membentuk pola aliran sungai yang dikenal
sebagai meander.
9. Sungai cenderung mengerosi ke arah lateral (mengerosi tebing sungai).

You might also like