You are on page 1of 21

PROSES INDUSTRI KIMIA

INDUSTRI KERAMIK

OLEH :
KELOMPOK 3
Lentina Sitohang

(120140027)

Anshori Alma Pagan

(120140006)

Nursiah

(120140012)

Rahmita

(120140022)

Shinta Raihan

(120140017)

Jurusan Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Malikussaleh
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Material teknik dewasa ini mengalami perkembangan yang begitu pesat.
Perkembangan tersebut meliputi di dalam struktur, komposisi, sifat-sifat fisik dan
mekanik. Sifat-sifat fisik yaitu berkaitan dengan berat jenis material tersebut,
manakala sifat mekanik berkaitan dengan kemampuannya untuk digunakan di dalam
produk teknik. Para engineer material dewasa ini sedang giat-giatnya mengadakan
penelitian terhadap bahan-bahan yang terbuat daripada non metal. Salah satunya
adalah keramik.
Keramik adalah sejenis bahan yang telah lama di gunakan, yaitu sejak 4000 SM.
Barang barang yang di buat dari keramik adalah pot bunga dan bata. Dalam industri
otomotif modern, keramik telah di gunakan sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu,
yaitu untuk menghasilkan ignition park di dalam proses pembakaran otomotif.
Keramik juga berfungsi sebagai isolator listrik. Dewasa ini bahan keramik menjadi
bahan yang penting di dalam mesin. Karena sifatnya yang kuat dan dapat merintangi
kehausan pada temperatur yang tinggi.
Keramik pada dasarnya terbuat dari tanah liat dan umumnya di gunakan untuk
perabot rumah tangga dan bata untuk pembangunan perumahan. Pada masa kini
keramik tidak lagi hanya terbatas penggunaanya untuk keperluan tradisional seperti
tersebut di atas, malah sekarang keramik telah mengalami kemajuan dan di kenal
dengan bahan keramik termaju. Bahan keramik sudah di gunakan dalam bidang
Teknik Kimia, Sipil, Mekanik, Nuklir bahkan bahan keramik ini di gunakan juga
dalam bidang Kedokteran. Bahan keramik sebagian sudah di gunakan dalam motor
bakar seperti untuk komponen-komponen mesin diesel misalnya untuk turbo charge,
klep dan kepala piston. Makalah ini memaparkan tentang keramik, pengolahan dan
industri keramik, berikut ini penjelasannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana asal-usul munculnya industri keramik?
2. Apakah permasalahan yang sering terjadi pada industri keramik?
3. Bagaimana proses pembuatan keramik pada industri keramik dan bagaimana
gambar flowsheetnya?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui bahan baku dan
proses pembuatan keramik pada industri keramik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Industri Keramik
Sejarah pembuatan keramik merupakan salah satu proses industri yang paling
tua dalam sejarah manusia. Barang barang yang ditemukan ada yang berasal dari
tahun 15.000 sebelum Masehi, dan cukup maju di masa 10 abad kemudian.
Akhir-akhir ini dikembangkan pula proses baru untuk pembuatan bata dari limbah
penambangan, kerak tanur, dan berbagai ragam bahan lain yang sekarang menumpuk.
Pada beberapa tahun terakhir ini telah dikembangkan pula beberapa produk
baru sesuai dengan perkembangan kebutuhan akan bahan yang tahan suhu yang lebh
tinggi , tekanan yang lebih besar, sifat sifat mekanik yang lebih baik, serta
karakteristik listrik yang khusua, atau tahan terhadap bahann kimia yang korosif.
Jenis- jenis produknya :
a. Keramik putih (whiteware). Porselin cina, keramik tanah, gerabah, porselin ,
keramik batu dan keramik vetrio
b. Produk produk lempung struktual. bata bangunan, bata dnding, ter-kota, pipa got,
dan ubin comber
c. Refraktori, bata tahan api, silika, kromit, magnesit, bata magnesit-kromit, refraktori
silika karbida dan zirkonia, alumunium silika dan produk alumina
d. Produk keramik khusus

2.2 Sifat Keramik


Keramik memiliki karakteristik yang memungkinkannya digunakan untuk
berbagai aplikasi termasuk :
a. Kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah.
b. Tahan korosi.
c. Sifat listriknya dapat insulator, semikonduktor, konduktor bahkan superkonduktor.
d. Sifatnya dapat magnetik dan non-magnetik.
e. Keras dan kuat, namun rapuh.
Perbedaan dan kelebihan diantara keramik dengan logam dan bahan polimer
adalah seperti berikut:
a. Keramik : Bahan bukan organic (bukan metalik), keras, kuat, tidak bertindak
balas dengan bahan kimia, titik cair tinggi.
b. Logam : Bahan-bahan organic (metalik), kekerasan dan kekuatan berbedabeda, tidak stabil terhadap bahan kimia, Titik cair berbeda-beda.
c. Polimer : Bahan organic, kebiasaan lembut dan lemah, tidak stabil terhadap
bahan kimia, temperatur cair rendah.
Sifat lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang
terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan sampai dengan suhu 1200 0 C, keramik
engineering seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000 0 C.
kekuatan tekan tinggi, sifat ini merupakan salah satu faktor yang membuat penelitian
tentang keramik terus berkembang.
2.3 Bahan Baku Keramik
Ada tiga bahan utama yang digunakan untuk membuat produk keramik klasik,
yaitu kaolin, feldspar, dan pasir kuarsa. Lempung adalah aluminium silikat hidrat
yang tidak terlalu murni yang terbentuk sebagai hasil pelapukan dari bahan beku yang

mengandung feldspar sebagai salah satu mineral asli yang penting. Reaksinya
dilukiskan sebagai berikut :
K2CO3 + Al2O3.2SiO2.2H2O + 4 SiO2K2O.Al2O3.6SiO2 + CO2 + 2H2O
Feldspar

potas

Kaolinit

Silika

a. Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan
kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak
keputihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat
(2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai mineral penyerta. Proses pembentukan
kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses pelapukan dan proses
hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin ada dua
macam, yaitu: endapan residual dan sedimentasi. Mineral yang termasuk
dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit
(Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang mempunyai kandungan air lebih besar dan
umumnya membentuk endapan tersendiri. Sifat-sifat mineral kaolin antara
lain, yaitu: kekerasan 2 2,5, berat jenis 2,6 2,63, plastis, mempunyai daya
hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi.
b. Sebagai mineral silikat pembentuk batuan, felspar mempunyai kerangka
struktur tektosilikat yang menunjukkan 4 (empat) atom oksigen dalam struktur
tetraheral SiO2 yang dipakai juga oleh struktur tetraheral lainnya. Kondisi ini
menghasilkan kisi-kisi kristal seimbang terutama bila ada kation lain yang
masuk ke dalam struktur tersebut seperti penggantian silikon oleh aluminium.
Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin, felspar secara
kimiawi dibagi menjadi empat kelompok mineral yaitu kalium felspar
(KAlSi3O8), natrium feldspar (NaAlSi3O8), kalsium felspar (CaAl2Si2O8)
dan barium felspar (Ba Al2Si2O8) sedangkan secara mineralogi felspar
dikelompokkan menjadi plagioklas dan K-felspar. Plagioklas merupakan seri
yang menerus suatu larutan padat tersusun dari variasi komposisi natrium
felspar dan kalsium felspar. Plagioklas felspar hampir selalu memperlihatkan
kenampakan melidah yang kembar (lamellar twinning) bila sayatan tipis
mineral tersebut dilihat secara mikroskopis. Sifat optis yang progresif sejalan
dengan berubahnya komposisi mineralogi memudahkan dalam identifikasi
mineral-mineral felspar yang termasuk ke dalam kelompok plagioklas
tersebut. Na-plagioklas banyak ditemukan dalam batuan kaya unsur alkali

(granit, sienit). Andesin dan oligoklas terdapat pada batuan intermediate


seperti diorit sedangkan labradorit, bitownit dan anortit biasanya sebagai
komponen batuan basa (gabro) dan anortosit. Mineral yang termasuk
kelompok K-felspar diklasifikasikan berdasarkan suhu kristalisasinya, mulai
dari sanidin (suhu tinggi), ortoklas, mikroklin sampai adu-laria (suhu rendah).
Keempat mineral mempunyai rumus kimia sama yaitu KAlSi3O8 dan
(terutama) ditemukan pada batuan beku asam seperti granit dan sienit, selain
itu ditemukan pula pada batuan metamorfosis dan hasil re-work pada batuan
sedimen. Keberadaan felspar dalam kerak bumi cukup melimpah. Walaupun
demikian untuk keperluan komersial dibutuhkan felspar yang memiliki
kandungan (K2O + Na2O) > 10%. Selain itu, material pengotor oksida besi,
kuarsa, oksida titanium dan pengotor lain yang berasosiasi dengan felspar
diusahakan sesedikit mungkin. Felspar dari alam setelah diolah dapat
dimanfaatkan untuk batu gurinda dan feldspar olahan untuk keperluan industri
tertentu. Mineral ikutannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri lain
sesuai spesifikasi yang ditentukan. Industri keramik halus dan kaca/gelas
merupakan dua industri yang paling banyak mengkonsumsi felspar olahan,
terutama yang memiliki kandungan K2O tinggi dan CaO rendah.
c. Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO 2)
dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan.
Pasir kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan
batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil
pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan
di tepi-tepi sungai, danau atau laut. Pasir kuarsa mempunyai komposisi
gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2 CaO, MgO, dan K2O, berwarna putih
bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya, kekerasan 7
(skala Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 17150C, bentuk kristal hexagonal,
panas sfesifik 0,185, dan konduktivitas panas 12 100 0 C. Dalam kegiatan
industri, penggunaan pasir kuarsa sudah berkembang meluas, baik langsung
sebagai bahan baku utama maupun bahan ikutan. Sebagai bahan baku utama,
misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik,
bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand
blasting). Sedangkan sebagai bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri

perminyakan dan pertambangan,bata tahan api (refraktori), dan lain


sebagainya.

Berikut ini adalah tabel bahan baku dasar pembuatan keramik, beserta sifatsifat lempung dan feldspar.

Rumus
Plastisitas
Flusibilitas

Kaolinit
Al2O3.2SiO2.2H2O
Plastic
Perekat

Refraktori
Titik Cair
1785C
Ciut
pada Sangat Ciut

Feldspar
K2O.Al2O3.6SiO2
Non plastic
Mudah lebur

Pasir/Flin
SiO2
Non plastic
Refraktori

1150C
Lebur

1710C
Tidak ciut

pembakaran
Bahan mentah keramik digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu :
1. Bahan Pengikat, Contoh : kaolin, ball clay, fire clay, red clay
2. Bahan Pelebur, Contoh : felspar, kapur
3. Bahan Pengisi, Contoh : silika, grog (samot)
4. Bahan Tambahan, Contoh : water glass, talk, pyrophillit
5. Bahan Mentah Glasir. (Bahan yang membuat lapisan gelas pada permukaan benda
keramik setelah melalui proses pembakaran pada suhu tertentu), diantaranya adalah :
a. bahan mengandung SiO2 - pasir kuarsa - lempung feldspar
b. bahan mengandung oksida basa - potas felspar - batu kapur - soda abu
c. bahan mengandung Al2O3 - kaolin feldspar
d. bahan tambahan Contoh :
1. bahan pewarna, Contoh : senyawa cobalt, senyawa besi,
senyawa nikel, senyawa chrom dan sebagainya.
2. bahan perekat, Contoh : gum
3. bahan penutup, Contoh :oksida sirkon, oksida seng
4. bahan pelebur, Contoh : asam borat, borax, Na 2CO3, K2CO3,
BaCO3 ,Pb3O4 dan sebagainya.
5. untuk bahan opacifer : SnO2, ZrO dan sebagainya
Akan tetapi pada suatu industri keramik dibutuhkan pula energi seperti bahan
bakar gas, minyak dan batu bara.

2.4 Tahapan Proses Pembuatan Keramik

Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk membuat suatu
produk keramik secara tradisional, yaitu:
1. Pengolahan Bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai
material yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai.
Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara
manual ataupun masinal. Didalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu
yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, penyaringan,
pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran
butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill.
Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak
seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim
digunakan adalah 60 100 mesh.
Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan
yang homogen/seragam. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun
masinal dengan blunger maupun mixer.
Pengurangan kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran
bahan yang berwujud lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk
mengurangi jumlah air yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis.
Proses ini dapat dilakukan dengan diangin- anginkan diatas meja gips atau dilakukan
dengan alat filterpress.
Tahap

terakhir

adalah

pengulian.

Pengulian

dimaksudkan

untuk

menghomogenkan massa badan tanah liat dan membebaskan gelembung- gelembung


udara yang mungkin terjebak. Massa badan keramik yang telah diuli, disimpan dalam
wadah tertutup, kemudian diperam agar didapatkan keplastisan yang maksimal.

2. Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat
plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam
membentuk benda keramik: pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik
putar (throwing), dan teknik cetak (casting).
a. Pembetukan Tangan Langsung
Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung, ada
beberapa metode yang dikenal selama ini: teknik pijit (pinching), teknik pilin
(coiling), dan teknik lempeng (slabbing).
b.Pembentukan dengan Teknik Putar
Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar
dan merupakan kekhasan dalam kerajinan keramik. Secara singkat tahap-tahap
pembentukan

dalam

teknik

putar

adalah:

centering

(pemusatan),

coning

(pengerucutan), forming (pembentukan), rising (membuat ketinggian benda), refining


the contour (merapikan).
c. Pembentukan dengan Teknik Cetak
Dalam keteknikan ini, produk keramik tidak dibentuk secara langsung dengan
tangan; tetapi menggunakan bantuan cetakan/mold yang dibuat dari gipsum. Teknik
cetak dapat dilakukan dengan 2 cara: cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada teknik
cetak padat bahan baku yang digunakan adalah badan tanah liat plastis sedangkan
pada teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa badan tanah liat slip/lumpur.
Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda yang diproduksi mempunyai bentuk
dan ukuran yang sama persis. Berbeda dengan teknik putar atau pembentukan
langsung,
3. Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah
pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang

terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3
proses penting: (1) Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan,
menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan
berhenti; (2) Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan (3) Air yang terserap pada
permukaan partikel hilang. Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus dilakukan
proses pengeringan secara lambat untuk menghindari retak/cracking terlebih pada
tahap 1 (Norton, 1975/1976).
Karena produk keramik hampir semuanya punya sifat refraktori, artinya tahan
terhadap panas dan sifat ini bergantung pada oksida refraktori terhadap oksida fluks di
dalamnya.
Efek dari pemanasan yang utama yaitu mendorong air hidrasi keluar , ini
terjadi pada suhu 600-650oC dengan menyerap sejumlah besar kalor, meninggalkan
suatu campuaran amorf alumunia dan silica, seperti terlihat dari penelitian dengan
sinar X.
Al2O3 + 2SiO2 + 2H2O Al2O3.2SiO2.2H2O
Keseluruhan reaksi yang terjadi pada pemanasan lempung adalah :
3Al2O3.2SiO2 + 4SiO2 + 6H2O 3 (Al2O3.2SiO2.2H2O)
Kaonit Munit kristobalit
4. Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini
mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran
dilakukan dalam sebuah tungku/furnace suhu tinggi.
Pembakaran biscuit
Pembakaran biskuit merupakan tahap yang sangat penting karena melalui
pembakaran ini suatu benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque)
merupakan suatu istilah untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar pada
kisaran suhu 700 1000oC. Pembakaran biskuit sudah cukup membuat suatu benda

menjadi kuat, keras, kedap air. Untuk benda- benda keramik berglasir, pembakaran
biskuit merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu
menyerap glasir secara optimal.
5. Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran
glasir. Benda keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot,
atau dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara
dicelup dan dituang; untuk benda- benda yang besar pelapisan dilakukan dengan
penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah
keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai
keinginan.
K2OAl3O3 6SIO2 + CO2 + H2O K2CO3 + Al2O3 2SIO2 2H2O + 4SIO2
K2OAl3O3 6SIO2 + CO2 + H2O K2CO3 + Al2O3 2SIO2 2H2O + 4SIO2
Secara industri keramik, tahapan prosesnya adalah sebagai berikut :
1.

Pembentukan
Setelah pemurnian, sedikit wax (lilin) biasanya ditambahkan untuk
merekatkan bubuk keramik dan menjadikannya mudah dibentuk. Plastik juga dapat
ditambahkan untuk mendapatkan kelenturan dan kekerasan tertentu. Bubuk tersebut
dapat menjadi bentuk yang berbeda-beda dengan beragam proses pembentukan
(molding). Proses pembentukan ini diantaranya adalah slip casting, pressure casting,
injection molding, dan extruction. Setelah dibentuk, keramik kemudian dipanaskan
dengan proses yang dikenal dengan nama densifikasi (densification) agar material
yang terbantuk lebih kuat dan padat.

1.

Slip Casting.
Slip Casting adalah proses untuk membuat keramik yang berlubang. Proses ini
menggunakan

cetakan

dengan

memanfaatkan daya kapilaritas air.


2.

Pressure Casting.

dinding

yang

berlubang-lunagng

kecil

dan

Pada proses ini, bubuk keramik dituangkan pada cetakan dan diberi tekanan.
Tekanan tersebut membuat bubuk keramik menjadi lapisan solid keramik yang
berbentuk seperti cetakan.
3.

Injection Molding.
Proses ini digunakan untuk membuat objek yang kecil dan rumit. Metode ini
menggunaan piston untuk menekan bubuk keramik melalui pipa panas masuk ke
cetakan. Pada cetakan tersebut, bubuk keramik didinginkan dan mengeras sesuai
dengan bentuk cetakan. Ketika objek tersebut telah mengeras, cetakan dibuka dan
bagian keramik dipisahkan.

4.

Extrusion.
Extrusion adalah proses kontinu yang mana bubuk keramik dipanaskan didalam
sebuah tong yang panjang. Terdapat baling-baling yang memutar dan mendorong
material panas tersebut kedalam cetakan. Karena prosesnya yang kontinu, setelah
terbentuk dan didinginkan, keramik dipotong pada panjang tertentu. Proses ini
digunakan untuk membuat pipa keramik, ubin dan bata modern.
2. Sintering
Sintering merupakan proses pemanasan dibawah titikl leleh dalam rangka
membentuk fase kristal baru sesuai dengan yang diinginkan dan bertujuan membantu
mereaksikan bahan - bahan penyusun baik bahan keramik maupun bahan logam.
Dalam proses ini terjadi pula proses densifikasi, yaitu terbentuknya produk keramik
yang keras dan padat setelah dilakukannya pemanasan.
2.5 Kegunaan Keramik

Keramik mempunyai berbagai penggunaan, dapat di gunakan sebagai


barangan harian perumahan maupun dalam industri. Beberapa jenis keramik di
gunakan dalam kelistrikan oleh sebab keramik mempunyai sifat rintangan listrik yang
tinggi. Kekuatan listrik dan sifat magnet yang tinggi sesuai di gunakan sebagai
magnet dalam alat pembesar suara (loud speaker). Oleh karena keramik dapat
mengekalkan kekuatan dan ketegarannya pada temperatur yang tinggi, keramik
banyak di gunakan pada keadaan temperatur tinggi dan sifat ketahanan aus yang
tinggi sangat sesuai di gunakan sebagai pelapis silinder. Keramik di gunakan juga di

dalam mesin diesel sebagai komponen-komponen pemutar (motor) dan juga pada
turbin.
Di samping itu keramik mempunyai sifat-sifat yang menarik seperti kerapatan
(density) yang rendah dan modulus elastisitas yang tinggi. Dengan itu berat mesin
dapat di kurangkan sehingga performance mesin bisa meningkat. Keramik juga dapat
di gunakan sebagai alat pemotong logam-logam keras pada kecepatan potong yang
tinggi.
Bahan-bahan keramik dapat digunakan membuat berbagai komponen/produk
seperti dibawah ini :
1. Keramik Konvensional
a. Keramik berstruktur
Penggunaan : batu bata, riol , pot bunga, lantai dan dinding.
b. Keramik putih
Penggunaan: peralatan meja makan (seperti piring, teko, mangkuk),
peralatan kamar mandi, perhiasan rumah.
c. Keramik refraktori
Di gunakan sebagai batu untuk tanur kupola, serabut keramik,
semen mortar, liner yang di gunakan pada temperatur tinggi seperti di
tanur peleburan besi, aluminium dan sebagainya.
d. Keramik listrik
Contohnya insulator, switch dan kepingan penyekat
2. Keramik Termaju
a. Keramik Oksida
Contohnya: Abrasif, Substrat elektronik, Mata pahat, Komponen mesin.
b. Keramik Bukan Oksida

Contohnya ialah Turbin gas, Komponen mesin, Abrasif, Mata pahat, Nozel
roket dll.
c. Keramik Komposit
Contohnya ialah rotor dan komponen mesin, mata pahat, komponen untuk
industri.
d. Keramik Kaca
Contohnya ialah recrystallized glasses for instrument bagian-bagian
mekanik dalam kapal terbang. Bahan keramik kemungkinan merupakan
timbunan bahan yang terbesar di gunakan oleh manusia. Di sekeliling kita
jika kita perhatikan penggunaan harian banyak memakai bahan keramik.
Seperti rumah, gedung-gedung, peralatan meja makan, perhiasan rumah
dll.
Dalam bidang keramik termaju, potensi dan peluang-peluang industri sangat
luas sekali, bidang ini juga sangat terbuka luas untuk dipelajari. Pengembangan
pembangunan dalam bidang keramik ini antara lain :
Keramik struktur/teknik
1. Untuk pemrosesan temperatur tinggi, sel bahan bakar, penukar kalor.
2. Gigi palsu
3. Konkrit berqualiti tinggi
4. Mesin yang effisien
5. Lapisan penahan keausan (wear resistance coating)
Berikut ini contoh aplikasi keramik dalam bidang teknik :
1. Komponen Dapur/Oven (furnace) : Refraktori padat, Isulator, Refraktori cor,
Penanganan logam cair, Elemen pemanas, Perkakas oven.
2. Komponen Mesin Otomotif : Busi, Sil pompa, Katup, Rotor turbocharger

3. Komponen Gas Turbin : Ruang Bakar, Sudu-sudu turbin, Pemindah panas,


4. Penahan Panas : Dinding pesawat ulang alik, Isolator panas, Lapisan penahan
panas, Bahan tahan api
5. Komponen tahan aus : Alat-alat potong, Penempa (die), Kran (nozzle), Sil dan
plunyer pompa, Lining dan alat Miling, Abrasif, Pelumas padat, Alat ukur
standar
6. Keramik Tangguh : benang (fiber), Whisker (fiber), Peralatan golf,
Lempengan tahan peluru, Bantalan, pisau dan gunting
7. Keramik Optik : benang optic, Lensa, Laser, Alumina translusen, Dioda,
Keramik luminesen
8. Pelapis Keramik: Tahan aus, Tahan korosi, Penghalang panas, Dielektrik,
Pelumas, Katalis.
9. Keramik Elektromagnetik: Elemen magnet, Kapasitor, Resistor, IC substrat,
Sensor oksigen, Sel bahan baker, Pompa oksigen, Superkonduktor, Elektroda,
Varistor, Pizoelektrik, Isulator, Termistor, Semikonduktor, Konduktor ion
10. Keramik Bangunan : Atap, lantai, Kaca jendela, Semen dan Beton, Gelas
keramik, Terakota, Gerabah, Batu bata
11. Biokeramik: Pengganti tulang, Pengganti gigi, Katup jantung, Porselin gigi
12. Saringan dan Selaput Keramik : Selaput pemisah cairan, Selaput pemisah gas,
Saringan logam cair
13. Keramik Nuklir : Bahan bakar nuklir, Moderator, Pelindung, Kapsul gelas,
Pembungkus bahan bakar nuklir.

BAB III
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

Permasalahan yang dapat terjadi dalam proses pembuatan keramik skala


industri adalah pada proses sintering. Karena proses sintering akan berpengaruh
cukup besar pada pembentukan fase kristal bahan. Fraksi fase yang terbentuk
umumnya bergantung pada lama dan atau suhu sintering. Semakin besar suhu
sintering dimungkinkan semakin cepat proses pembentukan kristal tersebut. Besar
kecilnya suhu juga berpengaruh pada bentuk serta ukuran celah dan juga
berpengaruh pada struktur pertumbuhan kristal.
Suhu sintering dapat ditentukan dari eksperimen termal. Berdasarkan hasil
eksperimen ini diperoleh suhu lelehan selain suhu dekomposisi. Setiap komposisi
senyawa tertentu memiliki titik leleh berbada. Sintering bahan keramik biasanya
ditentukan sekitar 75% dari titik leleh total.
Pada proses sintering, terjadi proses pembentukan fase baru melalui proses
pemanasan dimana pada saat terjadi reaksi komponen pembentuk masih dalam bentuk
padat dari campuran serbuk. Hal ini bertujuan agar butiran-butiran (grain) dalam
partikel-partikel yang berdekatan dapat bereaksi dan berikatan. Proses sintering fase
padat terbagi menjadi tiga padatan, yaitu:
a. Tahap awal
Pada tahap awal ini terbentukikatan atomik. Kontak antar partikel membentuk
leher yang tumbuh menjadi batas butir antar partikel. Pertumbuhan akan menjadi

semakin cepat dengan adanya kenaikan suhu sintering. Pada tahap ini penyusutan juga
terjadi akibat permukaan porositas menjadi halus.
b. Tahap menengah
Pada tahap ini terjadi desifikasi dan pertumbuhan partikel yaitu butir kecil
larut dan bergabung dengan butir besar. Akomodasi bentuk butir ini menghasilkan
pemadatan yang lebih baik. Pada tahap ini juga berlangsung penghilangan porositas.
Akibat pergeseran batas butir, porositas mulai saling berhubungan dan membentuk
silinder di sisi butir.
c. Tahap akhir
Fenomena desifikasi dan pertumbuhan butir terus berlangsung dengan laju
yang lebih rendah dari sebelumnya. Demikian juga dengan proses penghilangan
porositas, pergeseran batas butir terus berlanjut. Apabila pergeseran batas butir lebih
lambat dari pada porositas maka porositas akan mucul di permukaan dan saling
berhubungan. Akan tetapi jika pergeseran batas butir lebih cepat daripada porosositas
maka porositas akan mengendap di dalam produk dan akan sulit dihilangkan.
Produk yang dihasilkan diharapkan memilik idensitas yang tinggi dan
homogen, maka pada proses sintering harus terjadi homogenisasi. Jika terdapat
lapisan oksida pada serbuk logam, proses sintering yang diharapkan bisa menjadi
lebih lambat. Selain lapisan oksida ini menyebabkan produk yang dihasilkan menjadi
lebih getas, lapisan oksida tersebut juga menghambat proses difusi antar partikel
serbuk saat sintering dan meningkatkan temperatur sintering. Lapisan oksida yang
menempel pada serbuk terbentuk akibat kontak antar permukaan serbuk dengan udara
dan akibat perlakuan yang diterima serbuk saat proses produksi metalurgi serbuk
berlangsung. Oksida pada serbuk dapat diminimalkan dengan mengalirkan gas
reduksi sebelum atau sewaktu sintering berlangsung.
Masalah yang kedua adalah Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang desain
masih sangat lemah. Suatu desain yang bagus, maka akan menghasilkan nilai jual
keramik yang tinggi pula. Akan tetapi, di Negara kita ini masih sangat lemah desain.
Sehingga perlu diperhatikan dan dilatih kembali.

BAB IV
KESIMPULAN

Dari makalah ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan di antaranya :


1. Keramik merupakan suatu kesenian dan sains membuat dan menggunakan
hasil padat yang terdiri daripada atau sebahagian besar komponennya adalah
bahan

tak

organik

(porselin,

lempung,

semen,

kaca,

feroelektrik,

superkonduktor dan sebagainya).


2. Bahan keramik tradisional adalah tembikar, lempung, semen, refraktori dan
berbagai hasil berkaitan dengan silikat. Sedangkan bahan keramik modern
terdiri daripada keramik oksida (Al2O3, ZrO2, TiO2, BaTiO2, dan sebagainya)
dan keramik bukan oksida (Si3N4, TiN, SiC, B4C dan sebagainya).
3. Proses

pembuatan

keramik

yaitu

pengolahan

pengeringan, pembakaran, dan pengglasiran.

bahan,

pembentukan,

DAFTAR PUSTAKA

Arif Fadholi. 2009. Industri Keramik. (Online :


http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/industri-keramik.html) diakses pada
22 November 2013
George T. Austin. Industri Proses Kimia. jilid 1 edisi 5. Jakarta : Erlangga.
Ultri Amalia, dkk. 2012. Bahan Kontruksi Kimia (Industri Keramik). Palembang :
Politeknik Negeri Sriwijaya

LAMPIRAN FLOWSHEET

Gambar 1. diagram Alir Proses Pencetakan Lempung

You might also like