You are on page 1of 21

BAB I

Pendahuluan
1.1

Latar Belakang

Secara umum perusahaan artinya tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya
semua faktor produksi untuk digunakan dan dikoordinir demi memuaskan kebutuhan dengan
cara yang menguntungkan. Berdasarkan definisi diatas maka dapat dilihat adanya lima unsur
penting dalam sebuah perusahaan,yaitu organisasi, produksi, sumber ekonomi, kebutuhan dan
cara yang menguntungkan. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula
yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan
usaha untuk perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang
terdaftar di pemerintah secara resmi.
Adapun perusahaan itu sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Perusahaan Perseorangan atau disebut juga Perusahaan Individu adalah badan usaha
yang kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Individu dapat membuat badan usaha
perseorangan tanpa izin dan tata cara tertentu. Semua orang bebas membuat bisnis
personal tanpa adanya batasan untuk mendirikannya. Pada umumnya perusahaan
perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga
kerja/buruh yang sedikit dan penggunaan alat produksi teknologi sederhana. Perusahaan
Perseorangan dapat berbentuk Perusahaan Dagang/Jasa (Toko Swalayan, Biro
Konsultan) dan Perusahaan Industri. Contoh perusahaan perseorangan seperti toko
kelontong, tukang bakso keliling, pedagang asongan, dan lain sebagainya.
Perusahaan Persekutuan Badan Hukum yang dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT),
Koperasi, dan BUMN. Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan
hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya
berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di
dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena dapat
menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT /
persoroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai
persyaratan lainnya.
Perusahaan Persekutuan bukan Badan Hukum atau disebut juga Perusahaan persekutuan
yang artinya badan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau lebih yang secara bersamasama bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnis. Yang termasuk dalam badan usaha
persekutuan adalah Perusahaan Dagang/Usaha Dagang, Industri Rumah (home industri),
dan Perseroan (Firma dan CV). Untuk mendirikan badan usaha persekutuan membutuhkan
izin khusus pada instansi pemerintah yang terkait.
1

Banyak sekali bentuk-bentuk perusahaan yang dapat kita lihat dari penjelasan diatas. Tapi
yang akan kita bahas sekarang yaitu mengenai Firma yang merupakan salah satu contoh dari
Badan Persekutuan bukan Berbadan Hukum. Kita tahu sekarang ini banyak sekali perusahaanperusahaan yang menggunakan bentuk Firma ini. Bahkan Firma bukanlah suatu istilah yang
asing lagi untuk kita dengar dan akan terus berkembang di masa sekarang ini. Firma itu sendiri
telah dibuat hukum nya (peraturannya) dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
oleh pemerintah. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengetahui lebih dalam lagi apa itu
Firma sehingga kita dapat mempertimbangkan bentuk usaha apa yang ingin kita gunakan jika
kita ingin membuka suatu usaha.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas,maka secara umum rumusan masalah
pada makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
Apakah yang dimaksud dengan Firma?
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

1.3

a.
b.
c.
d.

Apa saja ciri-ciri bentuk badan usaha Firma?


Apa saja kebaikan Firma?
Apa saja keburukan Firma?
Apa dasar hukum Firma beserta isinya?
Bagaimana proses pendirian Firma?
Siapa saja yang menjadi sekutu dalam pembentukkan Firma?
Apa hubungan hukum dan tanggung jawab?
Bagaimana Proses pembubaran Firma?

Tujuan

Tujuan dalam pembahasan makalah ini, yang berjudul Firma berdasarkan rumusan
masalah di atas, adalah untuk membahas hal-hal yang sesuai dengan permasalahan yang
diajukan antara lain :
Untuk mengetahui pengertian mengenai Firma.
Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan Firma serta ciri-ciri bentuk Firma.
Untuk mengetahui dasar hukum Firma.
Untuk mengetahui proses pendirian dan pembubaran Firma beserta sekutunya.

1.4

Manfaat

Selain tujuan daripada penulisan makalah, perlu pula diketahui bersama bahwa
manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
:
a. Secara Teoritis
Secara toeritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan akan
mamperkenalkan tentang Firma serta menimbulkan pemahaman dan pandangan baru
mengenai Firma.
b. Secara Praktis
Secara praktis, penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
pemahaman yang lebih mendalam bagi para Remaja, Mahasiswa, Pelajar ataupun pada
Halayak ramai sehingga akan lebih mengetahui bagaimana menjalankan suatu badan
usaha yang ingin di bentuk.

BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Firma
Firma (dari bahasa Belanda venootschap onder firma; secara harfiah: perserikatan
dagang antara beberapa perusahaan) atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk badan
usaha untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih (disebut Firmant) dengan memakai
nama bersama atau satu nama yang digunakan bersama untuk memperluas usahanya. Menurut
Manulang (1975) persekutuan dengan firma adalah persekutuan untuk menjalankan perusahaan
dengan memakai nama bersama. Jadi ada beberapa orang yang bersekutu untuk menjalankan
suatu perusahaan. Nama perusahaan seperti umumnya adalah nama dari salah seorang sekutu.
Dalam firma semua anggota bertanggung jawab sepenuhnya baik sendiri maupun
bersama terhadap utang-utang perusahaan kepada pihak lain. Bila perusahaan mengalami
kerugian akan ditanggung bersama, bila perlu dengan seluruh kekayaan pribadi mereka. Firma
dapat dibentuk oleh 2 orang atau lebih yang semuanya belum memiliki usaha. Pemiliki firma
terdiri dari beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan
menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan.
Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena : Tidak ada
pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutusekutu, setiap sekutu
bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Tidak ada keharusan pengesahan akta
pendirian oleh Menteri Kehakiman dan HAM Firma berakhir apabila jangka waktu yang
ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir.
Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha dan menambah modal agar lebih kuat
dan mampu bersaing perusahaan yang lain. Firma juga biasa disebut Persekutuan ( Partnership ),
sebab perusahaan yang berbentuk firma memang didirikan oleh orang-orang atau sekutu-sekutu
sebagai pemilik dari firma. Dengan demikian pemilik firma biasa disebut anggota atau sekutu
atau partner.
Perusahaan dengan berbentuk firma bisa dijumpai pada berbagai jenis perusahaan.
Seperti perusahaan penerbitan, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa, juga kantor-kantor
konsultan hukum, dan akuntansi politik.

2.2 Ciri-Ciri Firma


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

1.

2.

3.

4.

Secara umum, ciri-ciri dan sifat Firma yang dapat kita lihat yaitu:
Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.
Perjanjian firma dapat dilakukan di hadapan notaris maupun di bawah tangan.
Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.
Adanya tanggung jawab dan resiko kerugian yang tidak terbatas.
Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi dengan harta
pribadi.
Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.
Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota yang
lainnya.
keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.
seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.
pendiriannya tidak memelukan akte pendirian.
mudah memperoleh kredit usaha.
Jelas berdasarkan ciri-ciri diatas, di dalam firma semua anggota adalah pemilik yang
sekaligus merangkap pengelola yang secara langsung aktif melaksanakan usaha perusahaan.
Karena hal tersebut, maka firma memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan bentuk
organisasi perusahaan yang lain. Maka dari itu, Drebin (1982) membagi karakteristik Firma itu
menjadi 5 yaitu:
Mutual Agency (saling mewakili), setiap anggota dalam menjalankan usaha firma
merupakan wakil dari anggota firma yang lain. Apabila ada salah seorang anggota
beroperasi dalam bidang usaha firma, maka secara tidak langsung anggota tersebut
mewakili anggota firma yang lain.
Limited Life (umur terbatas), firma yang didirikan oleh beberapa anggota memiliki umur
yang terbatas. Artinya adalah jika ada anggota yang keluar berarti firma tersebut dinyatakan
bubar secara hokum, demikian juga apabila ada anggota baru yang bergabung. Firma
dinyatakan masih beroperasi atau bubar jika tidak ada perubahan dalam komposisi
keanggotaannya.
Unlimited Liability (tanggung jawab terhadap kewajiban firma tiak terbatas), tanggung
jawab atas hutang tidak terbatas pada kekayaan yang dimiliki firma saja, tapi juga sampai
harta milik pribadi para anggota firma. Jadi jika dalam keadaan tertentu firma memiliki
hutang pada kreditur dan firma tersebut tidak mampu membayar karena jumlah kekayaan
tidak mencukupi maka kreditur berhak menagih kepada para anggota firma sampai harta
milik pribadi.
Ownership of an Interest in a Partnership, bahwa kekayaan setiap anggota yang sudah
ditanamkan dalam firma merupakan kekayaan bersama dan tidak dapat dipisahkan secara
jelas. Masing-masing anggota adalah sebagai pemilik bersama atas kekayaan Firma.
5

5.

Tanpa seijin naggota lain, anggota lain tidak boleh menggunakan kekayaan firma. Hak
anggota terhadap kekayaan firma akan terlihat dalam saldo modal akhir para anggota firma
yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut : penanaman modal awal, penanaman modal
tambahan, pengambilan prive, penambahan dari pembagian laba, dan pengurangan dari
pembagian rugi.
Participating in Partnership Profit, laba atau rugi sebagai hasil operasi Firma akan
dibagikan kepada setiap anggota firma berdasarkan partisipasi para anggota didalam firma.
Jika ada seorang anggota yang aktif menjalankan usaha firma, maka anggota tersebut
berhak atas bagian laba yang lebih besar daripada anggota yang lain meskipun modal yang
ditanamkan lebih kecil daripada modal yangditanam oleh anggota yang tidak aktif atau
dapat ditentukan secara lain atas persetujuan anggota lainnya. Ketentuan mengenai
besarnya pembagian laba rugi ini harus dicantumkan secara rinci dan jelas dalam akte
pendirian firma tersebut.
Selain Drebin
(1982)
yang mengemukakan karakteristik
Firma seperti
diatas,Fischer, Taylor, dan Leer menyatakan bahwa karakteristik firma akan lebih mudah
dipahami dengan jelas jika dibandingkan dengan karakteristik perseroan seperti yang tercantum
pada table berikut :

Firma

Perseroan

1. KESINAMBUNGAN
USAHA

Umur firma terbatas dan


secara hukum dinyatakan
bubar jika ada perubahan
dalam komposisi sekutu atau
anggota,
tetapi
secara
ekonomis
dapat
terus
beroperasi untuk melanjutkan
usahanya,
tidak
perlu
dilikuidasi.

Umur
dianggap
tidak
terbatas.
Perubahan
komposisi
pemilikan
perusahaan
tidak
mengakibatkan berakhirnya
umur poerseroan.

2. PERIJINAN
PENDIRIAN

Diperlukan sedikit prosedur Didirikan berdasarkan ijin


untuk memperoleh formalitas Negara dan harus taat pada
usahanya.
aturan
yang
telah
ditetapkan. Prosedur untuk
memperoleh ijin usaha
biasanya relatif lama dan
sulit.
Tanggung
jawab
setiap Kewajiban
pemilik
anggota
pemilik
tidak (pemegang saham) hanya
terbatas, bahkan sampai harta terbatas sebesar modal yang

3.TANGGUNG JAWAB
PEMILIK TERHADAP
HUTANG

pribadi nya dijaminkan.

di tanamkan.

4. KETERLIBATAN
DALAM
PENGELOLAAN
PERUSAHAAN

Para anggota terlibat aktif Pemegang saham bisa tidak


dalam pengelolaan firma aktif dalam pengelolaan
secara langsung.
perseroan. Mereka memilih
dewan
direktur
untuk
melaksanakan pengelolaan
langsung
terhadap
perseroan.
Dengan adanya beberapa karakteristik firma dan perbedaan antara firma dengan bentuk
perusahaan yang lain, maka jelas sudah bahwa firma memiliki ciri tersendiri. Walaupun tidak
bisa dipisahkan antara pemilik dan manajemen dalam firma, namun pengelolaan akuntansi pada
firma harus tetap berpedoman pada prinsip akuntansi yang lazim. Yaitu firma merupakan salah
satu unit usaha yang berdiri sendiri dan memiliki kedudukan yang terpisah dari pemiliknya
(business entity).

2.3

1.
2.
3.

4.
5.
6.

Kebaikan Firma

Setiap bentuk-bentuk usaha pasti mempunyai kebaikan dan keburukan. Begitu pula
Firma, pasti memiliki kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan yang harus di
pertimbangkan. Berikut adalah kebaikan-kebaikan dari Firma, yaitu:
Jumlah modalnya relatif besar dari usaha perseorangan sehingga lebih mudah untuk
memperluas usahanya.
Lebih mudah memperoleh kredit karena mempunyai kemampuan finansial yang lebih besar
yang merupakan gabungan modal yang dimiliki beberapa orang.
Kemampuan manajemen lebih besar karena adanya pembagian kerja di antara para
anggota. Disamping itu, semua keputusan di ambil bersama-sama. Sehingga keputusankeputusan menjadi lebih baik
Tergabung alasan-alasan rasional.
Perhatian sekutu yang sungguh-sungguh pada perusahaan.
Prosedur pendirian relative mudah.

2.4

Keburukan Firma

Selain memiliki kebaikan-kebaikan, Firma juga mempunyai keburukan-keburukan


sebagai berikut:
1. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas seluruh utang perusahaan.
Contoh : Anggota Investasi Dalam Toko Pengecer Kekayaan Pribadi A = Rp. 400.000, B = Rp.
200.000, C = Rp. 100.000. Dengan berbagai macam alasan, toko tersebut mempunyai
hutang sebesar Rp. 800.000. modal yang ditanamkan oleh para anggota hanya sebesar
Rp. 700.000 dipakai untuk melunasi hutang tersebut. Sisa hutang sebesar Rp. 100.000

2.
3.
4.
5.

harus dibayar dari kekayaan pribadi. Karena A dan B tidak memiliki kekayaan pribadi, maka
sisa hutang tersebut harus dibayar oleh C.
Pimpinan dipegang oleh lebih dari satu orang. Hal yang demikian ini memungkinkan
timbulnya perselisihan paham diantara para sekutu.
Kesalahan seorang firmant harus ditanggung bersama.
Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin, sebab bila salah seorang anggota keluar,
maka firma pun bubar.
Utang usaha perusahaan ditanggung oleh kekayaan pribadi para anggota firma.

2.5

Hukum Dasar Firma

Firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat di muka notaris. Akta Pendirian
Firma harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan Firma yang bersangkutan. Setelah itu akta pendirian harus diumumkan dalam
Berita Negara atau Tambahan Berita Negara. Tetapi karena Firma bukan merupakan badan
hukum, maka akta pendirian Firma tidak memerlukan pengesahan dari Departemen Kehakiman
RI.
Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab UndangUndang
Hukum Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor Indonesie) S.1847-23. Hukum
mengenai Firma terdapat dalam bagian 2 dalam KUHD dengan judul Perseroan Firma Dan
Perseroan Dengan Cara meminjamkan Uang Atau Disebut Perseroan Komanditer yang dimulai
dari pasal 16 sampai 35. Isi di dalam Hukum tersebut adalah sebagai berikut:
Pasal 16
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang didirikan untuk
melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama. (KUHD 19 dst., 22 dst., 26-11, 29;
Rv.6-5o, 8-2 o, 99.)
Pasal 17
Tiap-tiap persero kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai wewenang untuk
bertindak, mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, dan mengikat perseroan
kepada pihak ketiga, dan pihak ketiga kepada perseroan. tindakan-tindakan yang tidak
bersangkutan dengan perseroan, atau yang bagi para persero menurut perjanjian tidak
berwenang untuk mengadakannya, tidak dimasukkan dalam ketentuan ini. (KUHPerd.
1632, 1636, 1639, 1642; KUHD 20, 26, 29, 32.)
Pasal 18
Dalam perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk
seluruhnya atas perikatan-perikatan perseroannya. (KUHPerd.1282, 1642, 1811.)
8

Pasal 19
Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroan
komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang
bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang atau
lebih sebagai pemberi pinjaman uang.
Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud perseroan firma terhadap persero-persero firma
di dalamnya dan perseroan komanditer terhadap pemberi pinjaman uang. (KUHD. 16, 20,
22 dst.)
Pasal 20
Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30 alinea kedua, maka
nama persero komanditer tidak boleh digunakan dalam firma. (KUHD 19-21.)
Persero ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan
perseroan tersebut, biar berdasarkan pemberian kuasa sekalipun. (KUHD 17, 21, 32.)
Ia tidak ikut memikul kerugian lebih daripada jumlah uang yang telah dimasukkannya dalam
perseroan atau yang harus dimasukkannya, tanpa diwajibkan untuk mengembalikan
keuntungan yang telah dinikmatinya. (KUHPerd. 1642 dst.)
Pasal 21
Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea pertama atau alinea kedua
dari pasal yang lain, bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk seluruhnya terhadap
semua utang dan perikatan perseroan itu. (KUHD 18.)
Pasal 22
Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, tanpa adanya kemungkinan
untuk disangkalkan terhadap pihak ketiga, bila akta itu tidak ada. (KUHPerd. 1868, 1874,
1895, 1898; KUHD 1, 26, 29, 31.)
Pasal 23
Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam register yang disediakan
untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan negeri) daerah hukum tempat
kedudukan perseroan itu. (Rv. 82; KUHPerd. 152; KUHD 24, 27 dst., 30 dst., 38 dst.; S.
1946-135 pasal 5.)
Pasal 24
Akan tetapi para persero firma diperkenankan untuk hanya mendaftarkan petikannya saja
dari akta itu dalam bentuk otentik. (KUHD 26, 28.)

Pasal 25
Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar, dan dapat memperoleh
salinannya atas biaya sendiri. (KUHD 38; S. 1851-27 pasal 7.)
Pasal 26
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Petikan yang disebut dalam pasal 24 harus memuat:
1. nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;
2. pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum, ataukah terbatas pada
suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan dalam hal terakhir, dengan menunjukkan
cabang khusus itu; (KUHD 17.)
3. penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas nama firma;
4. saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;
5. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai untuk
menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero. (KUHD 27 dst.)
Pasal 27
Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau petikannya itu dibawa
kepada panitera. (KUHD 23.)
Pasal 28
Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan aktanya dalam surat kabar
resmi sesuai dengan ketentuan pasal 26. (Ov. 105; KUHPerd. 444, 1036; KUHD 29, 38.)
Pasal 29
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Selama pendaftaran dan pengumuman belum terjadi, maka
perseroan firma itu terhadap pihak ketiga dianggap sebagai perseroan umum untuk segala
urusan, dianggap didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan dianggap tiada seorang
persero pun yang dilarang melakukan hak untuk bertindak dan bertanda tangan untuk firma
itu.
Dalam hal adanya perbedaan antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka terhadap
pihak ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan pasal yang lalu yang
dicantumkan dalam surat kabar resmi. (KUHPerd. 1916; KUHD 30 dst., 39.)
Pasal 30
Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang atau lebih,
baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan dengan tegas oleh bekas
persero yang namanya disebut di situ, atau bila dalam hal adanya kematian, para ahli
warisnya tidak menentangnya, dan dalam hal itu untuk membuktikannya harus dibuat akta,
10

dan mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar dan
dengan cara yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan ancaman
hukuman yang tercantum dalam pasal 29.
Ketentuan pasal 20 alinea pertama tidak berlaku, jikalau persero yang mengundurkan diri
sebagai persero firma menjadi persero komanditer. (KUHPerd. 1651, KUHD 26.)
Pasal 31
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam perjanjian, atau
terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan waktu setelah habis waktu
yang ditentukan, demikian pula segala perubahan yang diadakan dalam perjanjian yang asli
yang berhubungan dengan pihak ketiga, diadakan juga dengan akta otentik, dan terhadap ini
berlaku ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman dalam surat kabar resmi seperti
telah disebut.
Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa pembubaran, pelepasan diri, penghentian
atau perubahan itu tidak berlaku terhadap pihak ketiga.
Terhadap kelalaian mendaftarkan dan mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu
perseroan, berlaku ketentuan-ketentuan pasal 29. (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.)

Pasal 32
Pada pembubaran perseroan, para persero yang tadinya mempunyai hak mengurus harus
membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas nama firma itu juga, kecuali bila
dalam perjanjiannya ditentukan lain , atau seluruh persero (tidak termasuk para persero
komanditer) mengangkat seorang pengurus lain dengan pemungutan suara seorang demi
seorang dengan suara terbanyak.
Jika pemungutan suara macet, raad van justitie mengambil keputusan sedemikian yang
menurut pendapatnya paling layak untuk kepentingan perseroan yang dibubarkan itu.
(KUHPerd. 1652; KUHD 17, 20, 22, 31, 56; Rv. 6-50, 99.)
Pasal 33
Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk membayar utang-utang
yang telah dapat ditagih, maka mereka yang bertugas untuk membereskan keperluan itu
dapat menagih uang yang seharusnya akan dimasukkan dalam perseroan oleh tiap-tiap
persero menurut bagiannya masing-masing. (KUHD 18, 22.)
Pasal 34
Uang yang selama pemberesan dapat dikeluarkan dari kas perseroan, harus dibagikan
sementara. (KUHD 33.)

11

Pasal 35
Setelah pemberesan dan pembagian itu, bila tidak ada perjanjian yang menentukan lain,
maka buku-buku dan surat-surat yang dulu menjadi milik perseroan yang dibubarkan itu
tetap ada pada persero yang terpilih dengan suara terbanyak atau yang ditunjuk oleh raad
van justitie karena macetnya pemungutan suara, dengan tidak mengurangi kebebasan para
persero atau para penerima hak untuk melihatnya. (KUHPerd. 1801 dst., 1652, 1885;
KUHD 12, 56.)

2.6 Proses Pendirian Firma


Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan Firma adalah
persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan memakai nama
bersama. Menurut pendapat lain, Persekutuan Firma adalah setiap perusahaan yang didirikan
untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama atau Firma sebagai nama yang
dipakai untuk berdagang bersama-sama.Adapun pendirian Firma telah diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang dengan cukup lengkap, terutama dalam Pasal 22 hingga Pasal
29 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Adapun pendirian Firma dalam Pasal 22 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang yang menjelaskan bahwa, tiap-tiap persekutuan Firma harus
didirikan dengan akta otentik, akan tetapi ketiadaan akta demikian tidak dapat ditemukan untuk
merugikan pihak ketiga.
Ada tiga unsur penting dalam isi Pasal di atas, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Firma harus didirikan dengan akta otentik;
2. Firma dapat didirikan tanpa akta otentik;
3. Akta yang tidak otentik tidak boleh merugikan pihak ketiga.
Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga
menganggap firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha, didirikan
untuk jangka waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu berwenang menandatangani berbagai
surat untuk firma ini sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD. Isi ikhtisar resmi akta
pendirian firma dapat dilihat di Pasal 26 KUHD yang harus memuat sebagai berikut:
1.
Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.
2.
Pernyataan firmanya dengan menunjukan apakah persekutuan itu umum ataukah
terbatas pada suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam hal terakhir dengan
menunjukan cabang khusus itu.
3.
Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama
firma.
4.
Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.

12

5.
Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus
dipakai untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para sekutu.

Bentuk umumnya perjanjian yang tertuang dalam akta pendirian firma biasanya berisi
tentang hal-hal berikut:
1. Nama dan alamat firma.
2. Jenis usaha firma, misalnya usaha dalam bidang jasa, perdagangan, atau manufaktur.
3. Hak dan kewajiban para anggota, misalnya siapa yang menjadi manajer serta tugas dan
wewenang anggota lainnya.
4. Jumlah modal yang ditanamkan pertama kali oleh para anggota, termasuk uraian lengkap
tentang aktifa non-kas yang diserahkan (bila ada) yang digunakan dalam operasi firma.
5. Pembagian laba-rugi yang biasanya ditunjukan dalam bentuk rasio antara anggota yang
satu dengan yang lain.
6. Syarat-syarat pengambilan modal (prive) dan penambahan modal.
7. Prosedur penerimaan anggota baru firma.
8. Prosedur keluarnya anggota firma.
9. Prosedur pembubaran firma apabila firma di likuidasi.
10. Dan uraian penting lainnya.
Dapat disimpulkan, bahwa akta dalam pembentukan Firma hanyalah berfungsi sebagai
alat bukti untuk memudahkan pembuktian berdirinya suatu Firma dan perincian hak dan
kewajiban masing-masing anggota. Setelah Firma didirikan, maka Firma harus didaftarkan
kepada Panitera Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma
yang bersangkutan, dan pendaftaran Firma dapat berupa petikan akta saja (Pasal 23-25 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, yang diatur lebih lanjut dalam Undang-undang Nomor 3
Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan). Dalam Pasal 28 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang, Ikhtisar resmi dari akta Firma pendirian itu harus diumumkan dalam Berita Negara
Rakyat Indonesia (BNRI) atau Tambahan Berita Negara. Apabila akta Firma tersebut tidak
didaftarkan kepada Panitera, maka pendirian Firma tersebut hanya dianggap sebagai persekutuan
umum, didirikan tanpa batas, dianggap tidak ada sekutu yang dikecualikan bertindak atas nama
Firma (Pasal 29 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) bahkan tiap sekutu berhak
menandatangani dan berbuat perbuatan hukum bagi persekutuannya. Tetapi karena Firma bukan
merupakan badan hukum, maka akta pendirian Firma tidak memerlukan pengesahan dari
Departemen Kehakiman RI.
Kenapa Firma biasa disebut dengan Perusahaan Bukan Badan Hukum?Persekutuan
Firma disebut juga sebagai perusahaan yang tidak berbadan hukum karena Firma telah
memenuhi syarat/unsur materiil namun syarat/unsur formalnya berupa pengesahan atau
pengakuan dari Negara berupa peraturan perundang-undangan belum ada. Hal inilah yang
menyebabkan Persekutuan Firma bukan merupakan persekutuan yang berbadan hukum.
13

2.7 Sekutu
Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu sekutu komplementer
atau Firmant. Sekutu komplementer menjalankan perusahaan dan mengadakan hubungan hukum
dengan pihak ketiga sehingga bertanggung jawab pribadi untuk keseluruhan. Hubungan antara
sekutu baik secara intern maupun ekstern setidaknya telah diatur dalam Pasal 17 Kitab UndangUndang Hukum Dagang yang menjelaskan, tiap-tiap persero yang tidak dikecualikan dari satu
sama lain, berhak untuk bertindak untuk mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan,
pula untuk mengikat perseroan itu dengan pihak ketiga dan pihak ketiga dengannya. Segala
tindakan yang tidak bersangkut-pautan dengan perseroan tersebut, atau yang para persero tidak
berhak melakukannya tidak termasuk dalam ketentuan diatas. Meskipun sekutu kerja tersebut
dikeluarkan wewenangnya atau tidak diberi wewenang untuk mengadakan hubungan hukum
dengan pihak ketiga, namun hal ini tidak menghilangkan sifat tanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 KUHD.
Sekutu Firma sifatnya sama dengan sekutu komplementer dalam CF, yaitu:
1. Para sekutu bertugas untuk mengurus perusahaan.
2. Para sekutu berhubungan dengan pihak ketiga.
3. Memiliki tanggung jawab tidak terbatas.
Adapun yang dimaksud dengan sekutu komplementer adalah sekutu aktif, yaitu
sekutu yang bertugas mengurus perusahaan dan bertanggung jawab tidak terbatas atau
pribadi. Tugas dari sekutu ini sama dengan tugas dari anggota direksi, tetapi berbeda
dalam hal tanggung jawabnya. Pada Firma tanggung jawab tidak terbatas pada tiap-tiap
anggota secara tanggung-menanggung, bertanggung jawab untuk seluruhnya atas
perikatan Firma yang disebut dengan tanggung jawab solider.

1.
2.

3.
4.

Cara menggunakan nama bersama:


Nama seorang sekutu (Mis: Firma H. Mulyadi)
Nama seorang sekutu dengan tambahan (Mis:Firma H. Mulyadi & Brothers (disingkat Fa.
H. Mulyadi & Bros), artinya perusahaan persekutuan ini beranggotakan Hasan serta
saudara-saudaranya).
Kumpulan nama semua sekutu (Mis: Firma Mulyadi/Hasan, Mira, Ana dan Rusli).
Nama lain berupa tujuan perusahaan. (Mis: Firma Butik Chloe) berusaha di bidang butik.

14

2.8

Hubungan Hukum dan Tanggung Jawab

1. Hubungan hukum antara sekutu Firma :


Semua sekutu memutuskan dan menetapkan dalam akta sekutu yang ditunjuk sebagai
pengurus Firma.
Semua sekutu berhak melihat dan mengontrol pembukuan Firma (pasal 12 KUHD).
Semua sekutu memberikan persetujuan, jika Firma menambah sekutu baru (ps. 1641 BW).
Penggantian kedudukan sekutu diperkenankan, jika diatur dalam akta pendirian.
Seorang sekutu dapat menggugat Firma, apabila ia berposisi sebagai kreditur Firma dan
pemenuhannya disediakan dari kas Firma.
2. Hubungan Hukum antara sekutu Firma dengan Pihak Ketiga:
Sekutu yang telah keluar secara sah, masih dapat dituntut oleh pihak ketiga atas dasar
perjanjian yang belum diselesaikan pembayarannya.
Setiap sekutu berwenang mengadakan perikatan dengan pihak ketiga bagi kepentingan
persekutuan, kecuali jika sekutu itu dikeluarkan dari kewenangannya (pasal 17 KUHD).
Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas semua perikatan Firma, meskipun
dibuat oleh sekutu lain, termasuk karena perbuatan melawan hukum (ps.18 KUHD)
Apabila seorang sekutu menolak penagihan dengan alasan Firma tidak ada (karena tidak
ada akta pendirian), maka pihak ketiga itu dapat membuktikan adanya Firma dengan
segala macam alat pembuktian (pasal 22 KUHD).
Seorang sekutu dapat menggugat Firma, apabila ia berposisi sebagai kreditur Firma dan
pemenuhannya disediakan dari kas Firma.

2.9 Proses Pembubaran Firma

1)
2)
3)
4)
5)

Pengaturan Firma dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak hanya mengatur
mengenai pendirian Firma, tetapi telah mengatur hingga mengenai pembubaran Firma.
Pembubaran Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang terutama di dalam
Pasal 31 hingga Pasal 35, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Perubahan harus dinyatakan dengan data otentik.
Perubahan akta harus didaftarkan kepada Panitra Pengadilan Negri;
Perubahan akta harus diumumkan dalam berita negara;
Perubahan akta yang tidak diumumkan akan mengikat pihak ketiga;
Pemberesan oleh persero adalah pihak lain yang disepakati atau yang ditunjuk oleh
Pengadilan.
Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang atau
lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan dengan tegas oleh bekas
pescro yang namanya disebut di situ, atau bila dalam hal adanya kematian, para ahli warisnya
15

tidak menentangnya, dan dalam hal itu ulituk membuktikannya harus dibuat akta, dan
mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar dan dengan cara
yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan ancaman hukuman yang tercantum
dalam pasal 29.
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam perjanjian,
atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan waktu setelah habis waktu
yang ditentukan, demikian pula segala perubahan yang diadakan dalam petikaian yang asli yang
berhubungan dengan pihak ketiga, diadakan juga dengan akta otentik, dan terhadap ini berlaku
ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman dalam surat kabar resmi seperti telah
disebut. Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa pembubaran, pelepasan diri, penghentian
atau perubahan itu tidak berlaku terhadap pihak ketiga. Terhadap kelalaian mendaftarkan dan
mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu perseroan, berlaku ketentuan-ketentuan pasal 29.
(KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.)
Pada pembubaran perseroan, para pesero yang tadinya mempunyai hak mengurus harus
membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas nama firma itu juga, kecuali bila dalam
perjanjiannya ditentukan lain , atau seluruh pesero (tidak termasuk para pesero komanditer)
mengangkat seorang pengurus lain dengan pemungutan suara seorang demi seorang dengan
suara terbanyak. Jika pemungutan suara macet, raad van justitie mengambil keputusan
sedemikian yang menurut pendapatnya paling layak untuk kepentingan perseroan yang
dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD 17, 20, 22, 31, 56; Rv. 6-50, 99.)
Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk membayar utangutang yang telah dapat ditagih, maka mereka yang bertugas untuk membereskan keperluan itu
dapat menagih uang yang seharusnya akan dimasukkan dalam perseroan oleh tiap-tiap pesero
menurut bagiannya masing-masing (KUHD 18, 22.). Uang yang selama pemberesan dapat
dikeluarkan dari kas perseroan, harus dibagikan sementara. (KUHD 33.)
Kenapa Firma harus dibubarkan? Apa penyebabnya? Pembubaran Firma (The
Dissolution of Partnership) dapat diakibatkan oleh adanya kebangkrutan dalam usaha atau halhal lain yang akhirnya menjadi likuidasi Firma. Istilah bangkrut dan likuidasi disini mempunai
pengertian yang bebeda walaupun keduanya mempunyai akibat yang sama yaitu tidak adanya
atau berhentinya kegiatan usaha suatu perusahaan.
Pengertian bangkrut adalah suatu keadaan perusahaan yang mengalami kekurangan dan
ketidak cukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya. Sebagai akibat dari adanya
kebangkrutan ini adalah berupa penutupan usaha dan pada akhirnya terjadi pembubaran usah

16

atau likuidasi. Jadi istilah bangkrut disini lebih menekankan pada aspek ekonomis perusahaan
yaitu berupa kegagalan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Sedangkan likuidasi (Beams, 1988) adalah merupakan : suatu proses yang meliputi
merubah aktiva non-kas menjadi kas, mengakui laba atau rugi dari proses perubahan aktiva nonkas menjadi kas, melunasi kewajiban firma, dan akhirnya membagi semua kas yang dimiliki
firma kepada masing-masing anggota sesuai dengan saldo modalnya.
Berdasarkan definisi dari Beams (1988) tersebut, likuidasi merupakan proses yang
berakhir pada pembubaran perusahaan sebagai suatu unit organisasi. Likuidasi lebih menekankan
pada aspek yuridis perusahaan sebagai suatu badan hokum dengan segala hak dan kewajibannya.
Dalam likuidasi Firma diakhiri dengan dibubarakannya Firma tersebut dengan diikuti oleh
pembagian atau pengembalian hak-hak para anggota dan dipenuhinya kewajiban-kewajiban
Firma kepada pihak luar.
Menurut The Uniform of Partnership Act (UPA), Undang-undang persekutuan di
Amerika Serikat, pasal 31 menyebutkan, terdapat beberapa factor yang menyebabkan suatu
Firma dibubarkan yang pada intinya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Sistem perekonomian masyarakat atau negara yang tidak mendukung lagi adanya
kegiatan usaha, seperti adanya Undang-undang Pemerintah, sistem monopoli oleh
perusahaan-perusahaan besar dan sebagainya, yang kesemuanya tidak memungkinkan
lagi suatu Firma bertahan hidup.
2.
Adanya faktor-faktor ekstern yang berada diluar jangkauan manajemen
perusahaan seperti bencana alam, kecelakaan, kebakaran dan sejenisnya yang semuanya
itu tidak memungkinkan lagi suatu Firma mempertahankan hidupnya.
3.
Adanya faktor-faktor intern didalam Firma, seperti adanya perselisihan antara
anggota, kesalahan dalam manajemen, ketidak serasian dalam kerja dan sejenisnya yang
kesemuanya itu dapat berakibat tidak memungkinkan lagi suatu Firma dipertahankan
hidupnya.
Selain alasan diatas, perlu diketahui juga bahwa sebab-sebab berakhimya Firma adalah
sama seperti maatschap dalam menangani utang-piutang Firma, yang diantaranya : dana Firma
yang digunakan Apabila kekayaan Firma tidak cukup, maka mitra harus memberi kontribusi
sesuai bagiannya. Bila kekayaan Firma tersisa setelah pembayaran semua hutang-hutangnya,
kekayaannya akan dibagikan diantara para mitra menurut ketentuan perjanjian Firma (Pasal 32
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang). Perlu diketahui juga, bahwa keberadaan hidup Firma
tidak terjamin karena bila ada anggota yang meninggal dunia, maka Firma bubar karena sifatnya
pribadi (personallife), maka tidak dialihkan.

17

Cara Pembubarannya :
1) Dengan akta otentik (Notaris) supaya tidak ada yang dapat dituntut karena nama-namanya
jelas.
2) Di daftarkan ke Paniteraan Pengadilan Negri.
3) Diumumkan di Tambahan Berita Negara.
Jika tidak didaftarkan, maka tidak berlaku pembubaran, pengunduran diri, dan perubahan
terhadap pihak ketiga (ps. 31 KUHD).

18

BAB III
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa Firma
merupakan sebuah bentuk badan usaha untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih
dengan memakai nama bersama atau satu nama yang digunakan bersama untuk memperluas
usahanya. Unsure-unsur yang berkaitan dengan Persekutuan Firma itu sendiri adalah:
Persekutuan Perdata (pasal 1618 BW), Menjalankan Perusahaan (pasal 16 KUHD), Dengan
nama bersama atau Firma (pasal 26 KUHD) dan Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk
keseluruhan (pasal 18 KUHD).
Kemudian daripada itu, Firma sendiri memiliki beberapa kebaikan dan beberapa
keburukan. Kebaikan Firma dapat disimpulkan bahwa modalnya yang didapat dari usaha
perorangan lebih besar sehingga mempunyai kemampuan finansial yang lebih besar pula.
Bahkan prosedur pendiriannya mudah untuk dilakukan. Tetapi keburukannya yang merugikan
yaitu karena tanggung jawab nya ditanggung bersama, maka jika ada utang semua harus ikut
bertanggung jawab, bahkan mudah terjadi perselisihan akibat pemimpin lebih dari satu orang dan
jika salah satu Firmant keluar maka Firma akan dibubarkan.
Berdasarkan pengertian Firma itu sendiri, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri Persekutuan
Firma itu anggotanya biasanya sudah saling mengenal dan saling percaya, memakai nama
bersama untuk membentuk usahanya, tanggung jawab dan resikonya ditanggung bersama, setiap
anggotanya punya hak untuk memimpin bahkan membubarkan. Semua mengenai Firma itu
sudah diatur dalam KUHD dalam Pasal 16 35.
Dalam Mendirikan Persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik dan dibuat
oleh/di depan Notaris. Akta pendirian tersebut harus sesuai dengan Isi ikhtisar resmi. Kemudian
Firma harus didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri dan harus diumumkan dalam Berita
Negara Rakyat Indonesia (BNRI) atau Tambahan Berita Negara. Jika tidak, maka pendirian
Firma hanya dianggap sebagai persekutuan umum, didirikan tanpa batas, dianggap tidak ada
sekutu yang dikecualikan bertindak atas nama bahkan tiap sekutu berhak menandatangani dan
berbuat perbuatan hukum bagi persekutuannya. Hubungan Firma sendiri dengan tanggung
jawabnya itu terbagi dua, yaitu Hubungan Hukum antara sekutu Firma dan Hubungan hukum
antara sekutu Firma dengan Pihak Ketiga.

19

Persekutuan Firma dapat bubar karena berakhirnya jangka waktu yang telah di tetapkan
dalam akta pendirian, bisa pula akibat pengunduran diri/pemberhentian sekutu dan bisa juga
karena terjadi bangkrut. Cara pembubarannya hampir mirip dengan pendiriannya yaitu harus
dengan akta otentik, didaftarkan di ke Paniteraan Pengadilan Negri dan harus diumumkan di
Tambahan Berita Negara. Jika tidak maka pembubaran, pengunduran diri, dan perubahan
terhadap pihak ketiga tidak berlaku.

20

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Firma
www.id.scribd.com/firma
http://faridaniva.blogspot.com/2013/11/pembentukan-firma-dengan-pembagian-laba.html
www.auliaguntur.staff.gunadarma.ac.id
Catatan harian hukum dagang grup D

21

You might also like