You are on page 1of 19

I.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Data Awal
Dalam tatanan dunia baru yang telah memasuki abad globalisasi,
yang paling menonjol adalah semakin pesatnya perkembangan teknologi
informasi. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari kemajuan ilmu dan
teknologi

yang

manusia

selalu

dikembangkan.

Untuk

selalu

mengembangkan dan memajukan ilmu dan teknologi maka pendidikanlah


jawabannya. Pendidikan adalah suatu proses perubahan tingkah laku
manusia yang mandiri, dewasa dan berkepribadian. Pendidikan memiliki
peranan penting dalam kehidupan manusia, tumbuh dan berkembang
manusia dalam mengolah daya kekuatan dirinya dan alam melalui belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar banyak faktor yang menentukan
keberhasilan belajar. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas mengajar
tentu menjadi harapan semua guru. Dalam menjalankan tugasnya, guru
mempunyai peran yang sangat penting, di samping itu guru juga harus
menguasai materi pembelajaran atau mampu menyajikan secara tepat
sehingga materi pelajaran dapat dipahami oleh siswa dan hasil belajarnya
sesuai dengan yang diharapkan.
Ternyata yang terjadi di kelas tempat peneliti mengajar, hasil belajar
siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Siswa pasif, tidak berani
bertanya, tidak berani menjawab pertanyaan dan hasil yang dicapai rendah.
Ketika melakukan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dengan materi pokok hal-hal yang mempengaruhi
gerak benda, hasil yang dicapai sangat rendah.
Dari faktor eksternal atau guru, dalam proses pembelajaran
khususnya matematika dituntut untuk mengusai berbagai kemampuan
dasar

seperti

menggunakan

kemampuan

menguasai

materi

dan

kemampuan

media pembelajaran, menguasai penilaian dan disiplin

dalam melaksanakan tugas.

Kurangnya guru menguasai berbagai macam kemampuan dasar di


atas, akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar.
Guru yang kurang menguasai

kurikulum akan melakukan proses

pembelajaran yang kurang terarah, guru yang kurang menguasai materi


akan memberikan penjelasan yang kurang jelas bahkan bisa keliru. Guru
yang kurang menguasai

penilaian akan memberikan penilaian yang

kurang tepat, dan lain-lain. Di samping faktor internal dan eksternal juga
faktor sarana media pembelajaran yang belum lengkap akan

sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.


Hasil tes formatif mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi
pokok hal-hal yang mempengaruhi gerak benda diperoleh 19,23% atau 5
siswa dari 26 siswa yang mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke
atas. Sebagai guru yang sudah bertahun-tahun mengabdi pada pendidikan
merasa termotivasi untuk melakukan perbaikan, sebagai usaha dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat
untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran.
Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah sebagai berikut :
a. Siswa kurang memahami konsep tentang hal-hal yang dapat
mempengaruhi gerak benda.
b. Rendahnya hasil belajar
c. Ketidakberanian siswa mengemukakan kesulitan dalam memahami
pelajaran
d. Hasil ulangan Ilmu Pengetahuan Alam yang diperoleh masih sangat
rendah
4. Analisis Masalah
Sehubungan dengan rendahnya hasil belajar tersebut, peneliti
merenung, merefleksi, dan berdiskusi dengan teman sejawat. Dari hasil
diskusi tersebut penyebab rendahnya hasil belajar siswa antara lain :

a. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam penyampaian


materi kurang tepat
b. Guru kurang mampu meningkatkan peran aktif siswa dalam
pembelajaran.
c. Penciptaan kondisi lingkungan kelas yang lebih kondusif.
d. Guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih aktif.
e. Metode penyajian materi yang digunakan guru tidak sesuai dengan
karakteristik dan tahap perkembangan siswa sekolah dasar
f. Guru kurang mampu mengelola kelas dan ini berdampak pada proses
edukatif yang diharapkan kurang berhasil
Adapun prioritas masalah yang peneliti tetapkan pada pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Rendahnya minat belajar siswa pada pembelajaran IPA materi hal-hal
yang mempengaruhi gerak benda.
b. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi hal-hal
yang mempengaruhi gerak benda.
Oleh karena itu, upaya perbaikan yang peneliti lakukan dengan
mengadakan Penelitian Tindakan Kelas Ilmu Pengetahuan Alam dengan
materi pokok hal-hal yang mempengaruhi gerak benda, di kelas III dengan
metode percobaan SD Negeri Rejodadi 04 Kecamatan Cimanggu Tahun
Pelajaran 2010/2011.
5. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, dapat
disimpulkan rumusan masalah fokus perbaikan adalah :
1. Apakah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui metode
percobaan dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas III SD Negeri
Rejodadi 04 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap pada pembelajaran
IPA materi hal-hal yang mempengaruhi gerak benda ?
2. Apakah penggunaan metode percobaan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas III SD Negeri Rejodadi 04 Kecamatan Cimanggu Kabupaten
Cilacap IPA materi hal-hal yang mempengaruhi gerak benda ?

6. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, agar memiliki arah yang jelas,
ditentukan tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1. Untuk meningkatkan minat siswa kelas III SD Negeri Rejodadi 04
Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap dalam pembelajaran IPA materi
hal-hal yang mempengaruhi gerak benda melalui metode percobaan.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri Rejodadi
04 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap dalam pembelajaran IPA
materi hal-hal yang mempengaruhi gerak

benda melalui metode

percobaan.
7. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi :
1. Siswa
a. Memperbaiki belajar siswa, agar hasil belajar siswa meningkat
b. Siswa dapat berperan sebagai peneliti bagi hasil belajarnya sendiri
c. Untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan
sebelumnya, sehingga dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
2. Guru
a. Untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya
b. Memperbaiki kinerja guru untuk berkembang secara profesional
c. Meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
3. Sekolah
a. Membantu sekolah untuk berkembang, karena adanya peningkatan
kemampuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah
b. Meningkatkan kwalitas dan mutu pendidikan bagi siswa
c. Mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh
d. Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif
e. Menciptakan hubungan kolegial yang pesat.

II.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran IPA
Dalam proses pendidikan, tidak terlepas dari kata belajar mengajar.
Keduanya merupakan komponen utama dalam pendidikan. Belajar
merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan. Menurut Ngalim
Purwanto (1995: 85) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu
perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah
kepada tingkah laku yang buruk.
Suatu proses pembelajaran tidak luput dari kata mengajar, guru
sebagai tenaga pendidik memfasilitasi serta memberi pengetatahuan
terhadap peserta didik. Menurut Abu Ahmad (1997: 39) pembelajaran
adalah suatu proses penanaman pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam
peserta didik. Agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, maka
hendaknya guru memberikan materi pelajaran secara bervarasi, dapat
menggunakan media/alat peraga sebagai alat bantu dalam mengajar serta
menggunakan metode yang tepat. Menurut Abu Ahmadi dkk, (1997: 52)
metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
yang

digunakan

oleh

seorang

guru

atau

instruktur.

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan
demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau
penyalur pesan. Djamarah (1997: 136). Sedangkan menurut Hamalik
(1989: 124) media pendidikan adalah cara atau proses yang digunakan
untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan
yang berlangsung dalam proses pendidikan.
Beberapa ilmuwan memberikan definisi IPA sesuai dengan
pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science
sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding
and expressing its hidden order, yaitu Suatu kegiatan berupa pertanyaan

dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan


serangkaian rahasia alam.
IPA mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban,
pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala
maupun

karakteristik

alam

sekitar

melalui

cara-cara

sistematis

(Depdiknas,2002a: 1).
Belajar IPA tidak sekedar belajar informasi IPA tentang fakta,
konsep, prinsip, hukum dalam wujud pengetahuan deklaratif, akan tetapi
belajar IPA juga belajar tentang cara memperoleh informasi IPA, cara IPA
dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk
kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Pernyataan di atas selaras dengan pendapat Carin yang menyatakan
bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip,
hukum-hukum dan teori IPA. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris
di dalam IPA dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan
kegiatan-kegiatan analisis di dalam IPA. Sebagai proses IPA dipandang
sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal
dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan
menemukan

antara

lain,

mengamati,

mengklasifikasi,

mengukur,

menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan, memprediksi,


menduga, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis,
menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan eksperimen.
Sebagai sikap IPA dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa
ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima
perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal
yang positif.
Ilmu Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia
berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam
sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah.
Hal ini berarti bahwa fisika harus diajarkan pada siswa secara utuh baik
sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk ilmiah, sehingga siswa dapat

belajar mandiri untuk mencapai hasil yang optimal. Kemampuan siswa


dalam

menggunakan

metode

ilmiah

perlu

dikembangkan

untuk

memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata


2. Minat Belajar
Hurlock (1993:18) menjelaskan bahwa minat adalah sumber
motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin
dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu
akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut
akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya
juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat
bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.
Crow & Crow (1984:64) menjabarkan bahwa minat dapat
menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang, Sesuatu
barang atau kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap
pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat
menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam
kegiatan tersebut. Lebih lanjut, Crow and Crow menyebutkan bahwa
minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan-dorongan, motifmotif dan respon-respon emosional. Hal senada juga dikemukakan oleh
Sandjaja (2005 :78) bahwa suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat
tergantung sekali oleh minat seseorang terhadap aktivitas tersebut, disini
nampak bahwa minat merupakan motivator yang kuat untuk melakukan
suatu aktivitas. Aiken (Ginting, 2005) mengungkapkan definisi minat
sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti
minat

berhubungan

dengan

nilai-nilai

yang

membuat

seseorang

mempunyai pilihan dalam hidupnya, hal tersebut diungkapkan oleh


Anastasia dan Urbina (Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting (2005)
menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan
seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat
mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih

sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan


dalam diri seseorang.
3. Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan, berlaku baik bagi guru maupun siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran
ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran
sesuai dengan materi yang harus disampaikan pada siswa. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi suatu metode, di antaranya adalah siswa,
tujuan pembelajaran, situasi setempat, fasilitas yang terdapat dalam kelas,
dan profesionalisme guru. (Winarno Surakhmad, 1984:18)
Ada beberapa metode yang lazim digunakan dalam pembelajaran
Ilmu Pengatahuan Alam, antara lain adalah metode diskusi, demonstrasi
dan percobaan . dimana masing-masing metode mempunyai suatu
karakteristik dan kelebihan atau kekurangan. Tidak ada suatu metode yang
paling baik, tetapi penggunaan metode harus disesuaikan dengan
kebutuhan.
Pendekatan khusus dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
adalah pendekatan keterampilan proses yaitu seluruh keterampilan yang
diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsepkonsep, prinsipprinsip, hukumhukum, keterampilan fisik maupun
keterampilan sosial. (Nuryani dan Andrian Rustam, 1997:124)
4. Hasil Belajar
Menurut Catharina Tri Anni (2002:4) hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajar. Hasil belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa
setelah melalui kegiatan belajar (H. Nashar, 2004: 77). Hasil belajar adalah
terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan
harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan
dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terdadap besarnya usaha
yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar (Keller dalam

H Nashar, 2004: 77). Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu


apabila dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan, akan tetapi tidak
semua perubahan yang terjadi. Jadi hasil belajar merupakan pencapaian
tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar, maka
didapat hasil belajar.
5. Ketuntasan Belajar
Konsep ketuntasan belajar didasarkan pada konsep pembelajaran
tuntas. Pembelajaran tuntas merupakan istilah yang diterjemahkan dari
istilahmastery Learning. Nasution, S (1982: 36) menyebutkan bahwa
mastery learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh.
Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai
materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar
yang baik pada materi tersebut. Nasution, S (1982: 38) juga menyebutkan
beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh, yaitu: (1) bakat
untuk mempelajari sesuatu, (2) mutu pengajaran, (3) kesanggupan untuk
memahami pengajaran, (4) ketekunan, (5) waktu yang tersedia untuk
belajar. Kelima faktor tersebut perlu diperhatikan guru, ketika
melaksanakan pembelajaran tuntas. Sehingga siswa dapat mencapai
ketuntasan belajar sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
Block, James H. (1971: 62) menyatakan bahwa mastery
learningdapat memberikan semangat pada pembelajaran di sekolah dan
dapat membantu mengembangkan minat dalam pembelajaran tersebut.
Pembelajaran yang berkesinambungan ini harus menjadi tujuan utama
dalam pendidikan yang modern. Ciri-ciri pembelajaran tuntas antara lain:
(1) pendekatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa (child center), (2)
mengakui

dan

melayani

perbedaan-perbedaan

perorangan

siswa

(individual personal), (3) strategi pembelajaran berasaskan maju


berkelanjutan (continuous progress), (4) pembelajaran dipecah-pecah
menjadi satuan-satuan (cremental units) (KTSP SDN Sumberkembar 02,
2007).

10

Dalam

pembelajaran

tuntas

seorang

siswa

yang

dapat

mempelajari unit pelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan


pelajaran berikutnya jika siswa yang bersangkutan telah menguasai
secara tuntas sesuai standar ketuntasan belajar minimal yang telah
ditentukan oleh sekolah. Dalam pembelajaran tuntas terdapat dua layanan
yang diberikan pada siswa, yaitu layanan program remedial dan layanan
program pengayaan.Pertama, layanan program remedial dilaksanakan
dengan cara: (a) memberikan bimbingan secara khusus dan perorangan
bagi siswa yang mengalami kesulitan, (b) memberikan tugas-tugas atau
perlakuan secara khusus yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan
pembelajaran reguler, (c) materi program remedial diberikan pada
Kompetensi Dasar (KD) yang belum dikuasai siswa, (d) pelaksanaan
program remedial dilakukan setelah siswa mengikuti tes/ujian semester.
Kedua, layanan program pengayaan dilaksanakan dengan cara: (a)
memberikan bacaan tambahan atau diskusi yang bertujuan untuk
memperluas wawasan yang masih dalam lingkup seputar KD yang
dipelajari, (b) pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model,
grafik, bacaan/paragraf dan lainnya, (c) memberikan soal-aoal latihan
tambahan yang bersifat pengayaan, (d) membantu guru dalam rangka
membimbing teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan, (e)
materi pengayaan diberikan sesuai dengan KD yang dipelajari, (f)
program pengayaan dilaksanakan setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu
atau tes/ujian semester. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tuntas menjadi dasar dari konsep ketuntasan belajar.
Sehingga guru diharapkan menerapkan pembelajaran tuntas dalam
kegiatan belajar mengajar. Dengan pembelajaran tuntas, siswa dapat
mencapai kriteria ketuntasan belajar yang ideal.
Ketuntasan belajar merupakan salah satu muatan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Standar ketuntasan belajar siswa
ditentukan dari hasil prosentase penguasaan siswa pada Kompetensi
Dasar dalam suatu materi tertentu. Kriteria ketuntasan belajar setiap

11

Kompetensi Dasar berkisar antara 0-100%. Menurut Departemen


Pendidikan Nasional, idealnya untuk masing-masing indikator mencapai
75%. Sekolah dapat menetapkan sendiri kriteria ketuntasan belajar sesuai
dengan situasi dan kondisi masing-masing. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa, sekolah perlu menetapkan kriteria ketuntasan belajar
dan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara berkelanjutan sampai
mendekati ideal
6. Metode Percobaan
Metode percobaan sebagai salah satu metode pembelajaran adalah
suatu cara penyajian bahan pembelajaran dengan mencoba mengerjakan
sesuatu serta mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu proses
percobaan. Menurut Winarno Surakhmad (1984:21) dengan metode
percobaan

dapat diketahui dan dijawab pertanyaan diantaranya

Bagaimana cara mengerjakannya ? cara manakah yang paling baik ? Apa


yang akan terjadi dengan reaksi itu ?
Menurut Robert J.H. Navighurt (dalam Rusna Ristasa. 1995:71),
anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik senang bermain, senang
bergerak, senang belajar atau bekerja dalam kelompok, dan senang
melakukan atau melaksanakan serta meragakan sesuatu secara langsung.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus mampu
merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur
permainan, anak berpindah atau bergerak, anak bekerja atau belajar dalam
kelompok dan anak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan
penemuan informasi.
Di samping itu Richard Suchman (dalam Widiarni, 1995:19),
mengemukakan bahwa siswa akan memiliki motivasi alamiah untuk
meneliti atau berinkuri. Dan dalam penelitian membutuhkan partisipasi
aktif dari anak didik untuk meneliti sendiri secara ilmiah masalah yang
dihadapi. prosedur metode percobaan memungkinkan siswa melakukan
percobaan untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis

12

yang dipelajari. Metode ini dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan
ilmiah.
Menurut Toto Ruhimat (dalam Udin S.W.1997:167), metode
percobaan memiliki karakteristik :
1) Ada alat bantu yang digunakan;
2) Siswa aktif mencobakan;
3) Guru membimbing;
4) Tempat dikondisikan;
5) Ada pedoman untuk siswa;
6) Ada topik yang di percobaan;
7) Ada temuan-temuan.
Sedangkan bagi siswa dapat memperoleh pengalaman belajar : 1)
Mengamati sesuatu; 2) Membuktikan sesuatu;

3) Menemukan hasil

percobaan; 4) Membuat kesimpulan; 5) Membangkitkan rasa ingin tahu;


6) Menerapkan konsep informasi dari percobaan.
Keunggulan-keunggulan penggunaan metode percobaan
1) Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa;
2) Dapat membangkitkan rasa ingin menguji sesuatu;
3) Menimbulkan rasa kurang puas, ingin lebih baik;
4) Isi pembelajaran dapat bersifat aktual;
5) Siswa dapat membuktikan sesuatu;
6) Dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah;
7) Belajar membuktikan sesuatu.
Dari pendapat beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa
metode percobaan

adalah suatu cara memberikan kesempatan kepada

siswa secara perseorangan atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu


proses percobaan secara mandiri. Karena melalui berbagai percobaan,
anak akan menemukan pengetahuan dan keterampilan. Metode percobaan
sangat bermanfaat untuk mengembangkan sikap ilmiah pada siswa.

13

B. Kerangka Berpikir

Kondisi Awal

Pembelajaran
menggunakan
percobaan

tidak
metode

Minat dan hasil belajar


siswa masih rendah

Siklus I

Tindakan

Pembelajaran
menggunakan
percobaan

metode

Pemahaman
konsep
dengan peraga gambar,
dilanjutkan melaksanakan
percobaan mengenai halhal
yang
dapat
mempengaruhi
gerak
benda

Siklus II
.Guru
menyiapkan
lembar
kerja
untuk
melaksanakan percobaan.
Siswa
secara
berkelompok
melaksanakan percobaan,
dan melaporkan hasilnya
untuk dibahas bersamasama dengan guru.

Siklus III
Guru menyiapkan lembar
kerja untuk melaksanakan
percobaan. Siswa secara
berkelompok
melaksanakan percobaan,
secara langsung bersama
dengan guru.

Kondisi
Akhir

Peningkatan minat dan hasil belajar sehingga


ketuntasan belajar siswa dapat tercapai secara
maksimal.

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas

14

C. Hipotesis Tindakan
Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli,
disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Penerapan metode percobaan dapat meningkatkan minat belajar siswa
kelas III SD Negeri Rejodadi 04 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap
dalam pembelajaran IPA materi hal-hal yang mempengaruhi gerak benda
2. Penerapan metode percobaan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
III SD Negeri Rejodadi 04 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap
dalam pembelajaran IPA materi hal-hal yang mempengaruhi gerak benda
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di III di Sekolah
Dasar Negeri Rejodadi 04 UPT Disdikpora Kecamatan Cimanggu
Kabupaten Cilacap pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam materi
semester 2

pada tahun pembelajaran 2010/2011. Penulis mengambil

lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut,
sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan
subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis
2. Waktu penelitian
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011 s.d
April 2011, dengan perincian sebagai berikut:
1. Tahap persiapan, minggu pertama, bulan Maret 2011.
2. Tahap pelaksanaan, minggu kedua, ketiga dan keempat bulan Maret
dan minggu pertama dan kedua bulan April 2011
3. Tahap laporan, minggu ketiga dan keempat bulan April 2011.
B. Subyek Penelitian
Subyek pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas ini adalah siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Rejodadi 04

15

UPT Disdikpora Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap pada mata


pelajaran ilmu pengetahuan alam pada tahun pembelajaran 2010/2011.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang
terdiri atas:
a. Proses belajar mengajar
b. Data Hasil Belajar / tes formatif
c. Data keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan
2. Sumber Data
Sumber Data dalam penelitian ini adalah siswa kelas III Sekolah
Dasar Negeri Rejodadi 04 UPT Disdikpora Kecamatan Cimanggu, dengan
jumlah siswa sebanyak 26 anak terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 14 siswa
perempuan
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan :
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti (Usman dan Akbar, 1995 : 54). Subyek
penelitian adalah proses pembelajaran seni rupa, obyek yang diamati
adalah hasil karya siswa.
2. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua orang atau lebih secara
langsung (Usman dan Akbar, 1995 : 57). Wawancara berguna untuk :
a)

Mendapatkan data ditangan pertama

b)

Pelengkap teknik pengumpulan data

c) Menguji hasil pengumpulan data lainnya.


3. Dokumentasi
a) Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumen dokumen (Usman dan Akbar,
1995 : 75)

16

b) Dokumentasi adalah suatu metode pencarian data mengenai hal hal


atau variabel berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalan dan
lainnya. Aspek aspek untuk menambah kelengkapan data dalam
dokumentasi meliputi catatan catatan, foto foto (Arikunto, 1982 :
187).
c) Teknik dokumentasi untuk mendapatkan latar belakang yang luas,
tentang pokok-pokok penelitian, dan dapat dijadikan triangulasi untuk
mengecek kesesuaian data (Nasution,1996).
d) Dokumen lama dapat digunakan dalam penelitian
data, dan

sebagai sumber

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk

meramalkan (Moleong, 1989).


E. Validitas Data
Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam
penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk
mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan
digunakan teknik triangulasi. Menurut Lexy Moeleong (2000:178) Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut.
Validasi data dimaksudkan agar data yang dikumpulkan untuk keperluan
penelitian ini nantinya adalah data yang valid. Menurut Nasution (1998 : 144)
ada beberapa cara yang dilakukan agar kebenaran has'il penelitian dapat
dipercaya, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Memperpanjang masa observasi
2. Pengamatan yang terus menerus
3. Trianggulasi
Dalam penelitian ini validasi data dilakukan dengan teknik triangulasi.
Triangulasi dilakukan dengan maksud untuk mengecek kebenaran data yang
diperoleh dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber
lain. Kebenaran hasil wawancara dengan wali kelas dapat dibandingkan
dengan arsip atau dokumen maupun melalui pengarnatan ketika proses belajar

17

berlangsung. Triangulasi sumber data dilakukan untuk mengecek kebenaran


data dari guru kelas maupun anak. Sedangkan triangulasi metode dilakukan
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk
mendapatkan data yang sama. Observasi dapat dicek kebenarannya dari arsip
atau dokumen dan wawancara.
F. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, analisis data dimulai sejak awal sampai akhir
pengumpulan data. Data yang diperoleh dari perhitungan persentasi dari hasil
penilaian observasi pada saat tindakan dilakukan. Hasil observasi tersebut
kemudian dianalisis terhadap indikator penggunaan peningkatan prestasi
belajar matematika dengan pendekatan realistik.
Data dalam penelitian ini diperoleh mulai observasi langsung pada
obyek penelitian untuk mengungkapkan sejauh mana peningkatan minat dan
prestasi belajar siswa dalam bidang studi matematika. Observasi langsung
dilaksanakan pada kondisi awal pembelajaran di dalam kelas dan pada saat
digunakan tindakaan kelas berupa penggunaan pendekatan matematika
realistik. Tujuan analisis dalam penelitian tindakan kelas untuk memperoleh
data kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan sebagaimana diharapkan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif
teknik persentasi.
Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif. Perhitungan dalam
proses analisis data menghasilkan prosentase pencapaian yang selanjutnya.
G. Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini dapat ditetapkan sebagai
berikut.
1. Penerapan model pembelajaran interaktif dalam meningkatkan minat
belajar siswa kelas III SD Negeri Rejodadi 04 Kecamatan Cimanggu
Kabupaten Cilacap pada pembelajaran IPA materi hal-hal yang
mempengaruhi gerak benda, minimal 85%.
2. Penerapan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas III SD Negeri Rejodadi 04 Kecamatan Cimanggu

18

Kabupaten Cilacap pada pembelajaran IPA materi hal-hal yang


mempengaruhi gerak benda secara individual minimal mencapai KKM
yaitu 80 dan secara klasikal minimal 85% siswa tuntas belajarnya.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tiga siklus, dan tiaptiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan aktivitas dan kompetensi
yang dicapai, berdasarkan perencanaan yang telah didesain sebelumnya.
Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan sebagai
bahan diskusi untuk tujuan perbaikan.
Selain itu, juga dilakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui
tanggapan siswa tentang penerapan metode percobaan dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil, hasil observasi dan wawancara peneliti
melakukan diskusi untuk mengkaji kelemahan guna meningkatkan proses
pembelajaran (refleksi).
Secara lebih ringkas prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4)
refleksi. Beberapa hal yang dilaksanakan dari tiap tahapan adalah :
1. Perencanaan:
Kegiatan ini meliputi pembuatan skenario pembelajaran antara lain
menetapkan metode pembelajaran yang berorientasi pada keterlibatan
siswa sehingga siswa berani mengemukakan pendapat dan mengambil
keputusan dengan alasan yang tepat dengan penerapan metode percobaan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Peneliti menyiapkan LKS yang berisi kegiatan percobaan yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.
2. Membuat lembar pengamatan untuk mengamati aktivitas siswa
maupun aktivitas guru
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam fase ini dilaksanakan proses belajar mengajar, dengan
menekankan aspek aktivitas siswa terutama dalam kegiatan percobaan
yang dilaksanakan.

19

c. Observasi
Dalam tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
segera dianalisis. Berdasarkan hasil observasi inilah peneliti dapat
melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan hasil refleksi ini peneliti dapat mengetahui titik lemah
maupun kelebihan sehingga dapat menentukan upaya perbaikan pada
siklus berikutnya. Proses ini akan berlangsung tiga siklus, sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.

You might also like