You are on page 1of 27

Bab I

Pendahuluan
1.1

Latar Belakang
Untuk

memastikan

keberlanjutan

lingkungan

hidup,

pemerintah

Indonesia

mempunyai komitmen sangat kuat dalam mencapai Millenium Development Goals


(MDGs), yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada tahun 2002. Salah satu
kesepakatan dalam MGDs (target 9) adalah menurunkan separuh proporsi penduduk yang
tidak mempunyai akses terhadap air bersih dan sanitasi dasar pada tahun 2015.1 Terkait
dengan upaya pencapaian target di atas pemerintah berusaha memadukan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional.
Menurut Peraturan Menteri Kesehata RI Nomor : 41 6/Menkes/Per/IX/1990 tentang
syarat-syarat pengawasan kualitas air, air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak.
Mengingat bahwa air dapat menjadi sumber penularan berbagai penyakit, maka tujuan
utama penyediaan air minum/bersih bagi masyarakat adalah mencegah penularan
penyakit melalui air.
Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat diindonesia masih
dihadapkan pada beberpa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini belum
dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang masih dihadapi sampai saat ini yakni
masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat.3 Pelaksanaan
pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan, khususnya di perdesaan pada era
19702000,

banyak

yang

mengalami

kegagalan

dalam

pengoperasian

dan

pemeliharaannya (Bappenas, 2003).


Lenton dan Wright (2004) mengidentifikasi beberapa kendala keberhasilan
penyediaan air bersih, salah satu kendala yang penting adalah kemiskinan yang dialami
oleh sebagian besar masyarakat perdesaan. Kelompok masyarakat ini mempunyai
keterbatasan akses terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih yang aman dan layak.
Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan, mengindikasikan masih rendahnya
cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan, dimana salah satunya adalah
kebutuhan akan air bersih. Angka kejadian penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan
dengan air (Depkes 2010) antara lain diare sebesar 9,0 % dan gangguan kulit sebesar
1

5,3%.4 Sedangkan di Wilayah Kerja Puskesmas Cilamaya, kejadian diare sebesar 15,9%
dan gangguan kulit 9.7% pada tahun 2013.
Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization) atau WHO telah
menetapkan standar air minum yang bersih dan sehat (layak digunakan), diantaranya
adalah tidak berwarna, tidak berbau yang berarti jernih, tidak berasa dan sejuk. 5 Menurut
Depkes, dikatakan sarana air bersih apabila sumber airnya berasal dari air ledeng/PAM,
air ledeng eceran, sumur bor/pompa, sumur gali terlindung, dan mata air terlindung.
Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2010 menunjukkan penggunaan sumber
air untuk memenuhi keperluan rumah tangga, yaitu : air ledeng/PAM (19,5%), air ledeng
eceran (1,3%), sumur bor/pompa (22,2%), sumur gali terlindung (27,9%), sumur gali tak
terlindung (10,2%), mata air terlindung (8,4%), mata air tak terlindung (3,7%),
penampungan air hujan (1,6%), air sungai/danau/irigasi (4,9%), dan lainnya (0,4%).
Dikatakan sarana air bersih apabila sumber airnya berasal dari air ledeng/PAM, air ledeng
eceran, sumur bor/pompa, sumur gali terlindung, dan mata air terlindung. Dari data
tersebut daerah perkotaan memiliki cakupan Sumber air bersih sebesar 90,1%, sedangkan
dipedesaan sebesar 67,6% sehingga diperlukan evaluasi mengetahui masalah yang
terdapat di dalam unsur sistem pada program pengawasan sarana air bersih di UPTD
Puskesmas Cilamaya, periode Januari sampai dengan Desember 2013.4

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
-

Masih tingginya penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap air bersih dan
sanitasi dasar.

Masih rendahnya penggunaan sarana air bersih untuk kebutuhan sehari-hari oleh
masyarakat, terutama di pedesaan sebesar 67,6 %.

Masih tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan
sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya tahun 2013, seperti diare
sebesar 15,9% dan gangguan kulit 9.7%.

Belum tercapainya target penggunaan sarana air bersih dan pengawasan sarana air
bersih di Puskesmas Cilamaya, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang selama
tahun 2013.

1.3

Tujuan
1.3.1

Tujuan umum
Mengetahuinya tingkat keberhasilan masalah yang terdapat di dalam unsur-

unsur sistem pada program pengawasan sarana air bersih secara menyeluruh agar
dapat meningkatkan mutu dan jangkauan program pengawasan sarana air bersih
secara optimal di Puskesmas Cilamaya periode Januari sampai Desember 2013
dengan harapan dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat faktor
resiko kurangnya sarana air bersih.

1.3.2

Tujuan khusus

1. Mengetahui cakupan penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan


sehari-hari di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya periode Januari sampai
dengan Desember 2013.
2. Mengetahui cakupan hasil inspeksi program pengawasan sarana air bersih di
wilayah kerja Puskesmas Cilamaya periode Januari sampai dengan Desember
2013.
3. Mengetahui cakupan pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program
pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya periode
Januari sampai dengan Desember 2013.
4. Mengetahui jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologi yang
memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya periode
Januari sampai dengan Desember 2013.
5. Mengetahui jumlah sarana air bersih dengan tingkat pencemaran air yang
rendah di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya periode Januari sampai dengan
Desember 2013.

1.4

Manfaat
1.4.1
-

Bagi Evaluator
Menerapkan ilmu yang telah diperoleh saat kuliah mengenai evaluasi program
dengan pendekatan sistem.

Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengevaluasi program, khususnya


program kesehatan.

Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengambil langkahlangkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

1.4.2

Bagi Perguruan Tinggi

Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi

Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di


bidang kesehatan.

1.4.3

Bagi Puskesmas Cilamaya


Dengan adanya masukan berupa hasil evaluasi dan saran sederhana
yang diusulkan, diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi Puskesmas
Cilamaya, Karawang dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas program
pengawasan sarana air bersih, sehingga mutu dari pada pelayanan Puskesmas
ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1.4.4
-

Bagi Masyarakat
Masyarakat mendapatkan air bersih yang layak untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.

Dengan tercapainya program diharapkan angka kejadian penyakit berbasis


lingkungan menurun, sehingga diharapkan terjadi peningkatan taraf kesehatan
masyarakat.

1.5

Sasaran
Seluruh penduduk dan sarana air di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya,
kecamatan Cilamaya, kabupaten Karawang periode Januari sampai Desember 2013.

Bab II
Materi dan Metode
2.1

Materi
Materi yang dievaluasi terdiri dari hasil laporan kegiatan bulanan Puskesmas
mengenai program Pengawasan Air Bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilamaya,
Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013 yang terdiri dari :
1. Data tentang sarana air bersih yang digunakan.
2. Jumlah penduduk yang menggunakan sarana air bersih.
3. Hasil inspeksi sarana air bersih keluarga.
4. Cakupan pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program pengawasan sarana air
bersih.
5. Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan.
6. Jumlah sarana air bersih yang mempunyai tingkat risiko pencemaran yang rendah.
7. Pencatatan dan Pelaporan

2.2

Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan cara pengumpulan data yang dikumpulkan
untuk dievaluasi kemudian diolah, dianalisis dengan pendekatan sistem dan
diinterpretasikan sehingga ditemukan permasalahannya. Dari permasalahan yang
ditemukan tersebut kemudian diberi masukan dan saran agar permasalahan pada program
pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilamaya, Kabupaten
Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013 dapat terselesaikan, sehingga
diharapkan dalam pelaksanaan program pengawasan sarana air bersih kelak dapat dicapai
hasil sesuai target yang diharapkan.

Bab III
Kerangka Teoritis
3.1.

Kerangka Teoritis

Gambar 3. 1. Pendekatan Sistem


Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan
oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan organisasi dalam
upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
1. Masukan (input)
Adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan
untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana (money),
sarana (material), dan metode (method).
2. Proses (process)
Adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat di dalam sistem dan berfungsi
untuk mengubah masukan menjadi keluaran sesuai dengan yang direncanakan. Terdiri
dari unsur perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating)
dan pengawasan (controling).
3. Keluaran (output)
Adalah kumpulan bagian atau elemen yang yang dihasilkan dari berlangsungnya suatu
proses dalam sistem.
4. Umpan balik (feed back)
Adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan
sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
6

5. Dampak (impact)
Adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
6. Lingkungan (environment)
Adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh
besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.
3.2.

Variabel dan Tolak Ukur


Tolok ukur terdiri dari variabel-variabel: masukan, proses, keluaran, lingkungan,

umpan balik dan dampak yang digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai
dalam program Pengawasan Air Bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilamaya,
Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013.

Bab IV
Penyajian Data
4.1. Sumber Data
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari :
1. Data Monografi UPTD Puskesmas Cilamaya, Kabupaten Karawang tahun 2013.
2. Laporan tahunan Program Penyehatan Sarana Air Bersih UPTD Puskesmas
Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari Desember 2013.
3. Profil Kesehatan UPTD/ DTP/ PONED Puskesmas Cilamaya, Kabupaten Karawang
tahun 2013 dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.

4.2. Data Umum


4.2.1

Data Wilayah Geografis


Lokasi

: Gedung Puskesmas Cilamaya terletak di Jl. Pasar Cilamaya no. 1,

Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang Barat 41358, Jawa Barat, Indonesia.


Luas Wilayah 6.158 Ha
Terdiri dari 33 Dusun, 73 RW, 154 RTdan 7 Desa
Cilamaya Wetan terdiri dari 7 Desa
o Desa Cikarang
o Desa Cikalong
o Desa Tegalsari
o Desa Tegalwaru
o Desa Mekarmaya
o Desa Cilamaya
o Desa Muara
Batas wilayah kerja Puskesmas Cilamaya adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara

: Laut Jawa

2. Sebelah Selatan

: Kecamatan Banyusari

3. Sebelah Barat

: Kecamatan Cilamaya Kulon

4. Sebelah Timur

: Kabupaten Subang

4.2.2 Data Demografis


1. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya pada periode Januari
sampai dengan Desember 2012 adalah 50.843 jiwa, dengan distribusi:

Jumlah penduduk laki-laki

: 25.503 jiwa

Jumlah penduduk perempuan

: 25.340 jiwa

Jumlah Kepala Keluarga

: 16.677 jiwa

Jumlah bayi < 6 bulan

: 710 jiwa

Jumlah bayi 6-11 bulan

: 704 jiwa

4.2.3 Kepercayaan / Agama


Agama yang dianut sebagian besar penduduk Cilamaya adalah Islam sebanyak
97.57% sedangkan agama lainnya adalah 2,43%.
Presentase agama yang dianut penduduk Cilamaya yang lebih detail dapat dirujuk ke
Lampiran III.

4.2.4. Mata Pencaharian


Mayoritas mata pencaharian masyarakat Cilamaya adalah petani (60%) dan
selebihnya adalah pedagang dan buruh.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di Lampiran III.
4.2.5. Tingkat Pendidikan
Sebagian besar penduduk Cilamaya

mempunyai tingkat pendidikan yang rendah

yaitu di tingkat SD sebanyak 60%.

4.3 Data Khusus


Data di UPTD Puskesmas Cilamaya pada pelaksanaan program pengawasan sarana air
bersih sebagai berikut :
4.3.1 Masukan
A. Tenaga (Man)
Petugas Kesling : 1 orang merangkap sebagai koordinator program dan pelaksana
program.
B. Dana (Money)
Dana yang di peroleh berasal dari APBN dan APBD Kabupaten : Ada, tidak cukup.
9

C. Sarana (Material)

Buku pedoman pemeriksaan dan inspeksi SAB

: ada

Checklist pemeriksaan SAB

: ada

Botol steril, tas/kotak pengepakan botol

: tidak ada

Alat tulis

: ada

Alat pengukuran kualitas air bersih (water test kit)

: tidak ada

Formulir pengiriman sampel

: tidak ada

Sarana transportasi

: ada

D. Metode (Method)
Pendataan jumlah dan sarana air bersih
Data diambil dari laporan pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
UPTD Puskesmas Cilamaya tahun 2013, diperoleh :
- Jumlah sarana air = 16.677 buah yang terdiri dari SPT, SGL dan pompa listrik.
Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih.
Inspeksi dilakukan secara berkala minimal 2x setahun, untuk pemeriksaan kualitas
air bersih diperiksa secara fisik, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak keruh,
tidak berasa, dan sejuk. Pemeriksaan secara lengkap terdapat di lampiran formulir
inspeksi sanitasi air bersih.
Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik pengambilan yang
disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya, untuk sumur pompa sampel diambil
setelah 5 menit air keluar, untuk sumur gali sampel diambil dengan kedalaman 20
cm di bawah permukaan air, dan untuk PAM sampel diambil setelah 2 menit air
keluar. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil sebanyak 2 liter, untuk
pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil sebanyak 5 liter, dan untuk
pemeriksaan bakteriologis wadah penampungan harus steril dan bisa disterilkan
dengan jumlah air yang diambil sebanyak 100 ml, kemudian diberi etiket dan
dikirim ke laboratorium. Prosedur pengambilan sampel secara lengkap terdapat di
lampiran SOP pengambilan sampel.
Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan.

10

Ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, kemudian ditetapkan


standar kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis sesuai dengan
Permenkes 416 tahun 1990.
Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang rendah.
Tingkat risiko pencemaran air terbagi menjadi AT (amat tinggi), T (tinggi), S
(sedang), R (rendah). Cara pemeriksaan lengkap terdapat di lampiran formulir
inspeksi sanitasi.

Pencatatan dan Pelaporan


- Pencatatan
Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam format
pencatatan pengawasan air bersih (register dan formulir lain yang diperlukan)
seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam bentuk peta, grafik atau
tabel yang diperbaharui secara periodik (bulanan, triwulan dan tahunan).
- Pelaporan
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada.

4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai :
1. Pendataan jumlah sarana air bersih
Terdapat pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah
pengguna.
2. Pemeriksaan sarana air bersih
Pemeriksaan dilakukan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh
petugas kesehatan lingkungan terlatih. Pada sarana air bersih dengan tingkat
pencemaran berat dilakukan pemeriksaan tiap 2 minggu selama 1 tahun, untuk
pencemaran ringan sampai sedang dilakukan pemeriksaan sebulan sekali selama satu
tahun. Pemeriksaan lengkap terlampir.
3. Pengambilan sampel air
Terdapat pengambilan sampel air sesuai dengan jenis sarana air bersih, hal pertama
yang dilakukan adalah menyiapkan alat-alatnya seperti kotak air/termos/botol steril,
11

tempat penyimpanan botol/kotak/termos, alat tulis dan formulir pengiriman sampel.


Kemudian, menentukan titik pengambilan sampel. Prosedur pengambilan sampel
terlampir.
4. Pemeriksaan bakteriologis
Terdapat pemeriksaan bakteriologis terhadap sampel air yang dilakukan di
laboratorium yang telah ditunjuk, kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis
sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990. Sedangkan persyaratan kualitas air minum
sesuai dengan Permenkes no 492 tahun 2010.

5. Pemeriksaan risiko pencemaran


Terdapat pemeriksaan sarana air bersih terhadap kemungkinan adanya pencemaran.
Tatacara pemeriksaan lengkap terlampir.
6. Pencatatan dan pelaporan :

Pencatatan : akan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan

Pelaporan : akan dilakukan setiap awal bulan.

4.3.2.2 Pengorganisasian
Dibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggungjawab program,
melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian
programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana program.
Bagan Struktur Organisasi
Kepala Puskesmas
Dr. H Elfis Yunandar, MM
Ka. Tata Usaha

Bpk. Sumari

Penanggungjawab dan Pelaksana Program


Kesling

Staff Promkes

Ibu Ela Nurhayati, AMK

Pebantu Pelaksana
Ketua RT/RW

12

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Program Kesehatan Lingkungan (Pengawasan Air Bersih)
UPTD Puskesmas Cilamaya, Kabupaten Karawang.
Dengan struktur organisasi kesling diatas dalam menjalankan program kesling tidak
berjalan dengan lancar, karena pemberdayaan masyarakat masih kurang untuk melakukan
atau melaksanakan program.

4.3.2.3 Pelaksanaan
1. Pendataan jumlah sarana air bersih
Dilakukan pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah
pengguna.
2. Pemeriksaan sarana air bersih
Dilakukan pemeriksaan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh
petugas kesehatan lingkungan dibantu staf promkes dan RT sekitar dengan
mendatangi rumah penduduk yang menggunakan SAB di wilayah kerja
Puskesmas Tempuran dan memberikan formulir inspeksi sanitasi untuk diiisi oleh
kepala keluarga (perwakilan).
3. Pengambilan sampel air
Tidak dilakukan pengambilan sampel air.
4. Pemeriksaan bakteriologis
Tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis.
5. Pemeriksaan risiko pencemaran
Dilakukan pemeriksaan fisik terhadap adanya risiko pencemaran sesuai dengan
formulir inspeksi sanitasi. Perhitungan diambil dari Formulir Inspeksi Sanitasi
yang telah dicatatkan ke Laporan Tahunan Pemeriksaan Penyehatan Lingkungan,
Puskesmas Cilamaya, jumlah SAB yang mempunyai tingkat risiko pencemaran air
rendah merupakan jumlah SAB yang memenuhi syarat (MS).
6. Pencatatan dan pelaporan :
- Pencatatan: Dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan
- Pelaporan: Dilakukan setiap awal bulan.

13

4.3.2.4 Pengawasan
Adanya pencatatan yang sistemik secara berkala tentang kegiatan pengawasan
kualitas sarana dan air bersih setiap satu bulan dan satu tahun. Kemudian dilaporkan
ke tingkat Kabupaten minimal 3 bulan sekali dan jika terjadi kejadian luar biasa yang
timbul akibat penurunan kualitas air minum.

4.3.3. Keluaran
Tabel 4.1 Jumlah SAB yang diperiksa dan Jumlah Pemakai SAB di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Cilamaya Periode Januari 2013 Desember 2013
Yang

Memenuhi

Jumlah

Diperiksa

Syarat

Pemakai

SPT

4560

2973

12.686

SGL

3837

2593

12.919

Pompa Listrik

2406

1610

7.259

Total

10.803

7.077

32.864

NO

Jenis SAB

1. Cakupan air bersih


Jumlah penduduk di lokasi yang menggunakan air bersih x 100%
Jumlah penduduk di lokasi
Cakupan :

32.864
50.843

x 100% = 64,63%

Target : 75%
2. Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih (SAB)
Jumlah SAB yang diinspeksi
Jumlah SAB yang ada
Cakupan

10.803
16.677
Target : 75%

x100%

x 100% = 64.77%

3. Cakupan pengambilan sampel air


Jumlah SAB yang diambil sampelnya
Jumlah SAB yang ada

x100%

Cakupan : tidak dilakukan (tidak ada tenaga ahli)


Target : 80%

14

4. Cakupan jumlah SAB

dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat

kesehatan
Jumlah sampel air SAB yang memenuhi syarat bakteriologis
Jumlah sampel air yang diperiksa dari SAB sejenis

x100%

Cakupan : tidak dilakukan (tidak ada tenaga ahli)


Target : kualitas air bersih bebas bakteri pathogen 100%
5. Cakupan perlindungan SAB yang mempunyai risiko pencemaran air yang rendah
Jumlah SAB yang mempunyai resiko dan pencemaran tinggi dan amat tinggi
Jumlah SAB sejenisyang diinspeksi
Cakupan :

x100%

7.077 x 100% = 66,26%

10.803
Target : perlindungan SAB terhadap risiko pencemaran 95%
6.

Catatan dan pelaporan (kurang lengkap)

Laporan yang disajikan merupakan laporan absolut cakupan air bersih, hasil
inspeksi sarana air bersih dan laporan perlindungan sarana air bersih yang
mempunyai risiko pencemaran air yang rendah.

Tidak ada data mengenai pengambilan sampel air.

Tidak ada data mengenai jumlah sarana air bersih dengan kualitas
bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan.

4.3.4. Lingkungan
1. Fisik

Iklim :
Lokasi :
Semua lokasi sarana air dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada
(sepeda motor pribadi) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda
motor.
Iklim :
Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program.

15

2. Non fisik

Keadaan sosial ekonomi masyarakat. Sebagian besar penduduk bermata


pencaharian petani sebanyak 60%.

Tingkat pendidikan mayoritas berpendidikan rendah. Karena berpendidikan


rendah ( tamat SD 60%), pengetahuan tentang kualitas air dan sarana air
bersih masih kurang.

Perilaku masyarakat dalam menggunakan air bersih. Sebagian masyarakat


masih menggunakan air sungai untuk keperluan mandi, mencuci, tempat
buang air besar, dan tempat pembungan limbah keluarga. Tidak terdapat data
penggunaan air sungai sebagai sumber air minum.

4.3.5. Umpan Balik

Keadaan sosial ekonomi dan pendidikan dan perilaku yang rendah mempengaruhi
keberhasilan program.

Tidak adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan sekali
yang membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.

4.3.6. Dampak
1. Dampak langsung seperti menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan yang
berhubungan dengan air seperti diare dan penyakit kulit belum dapat dinilai.
2. Dampak tidak langsung yaitu :

Masalah penyediaan dan pengawasan air bersih tidak lagi menjadi


permasalahan : belum dapat dinilai.

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat : belum dapat dinilai.

16

Bab V
Pembahasan

Tabel 5.1 Variabel-variabel dari Masalah


NO
1

Variabel
Keluaran :
- Cakupan
Jumlah
penduduk
yang
mengunakan air dari
sarana air bersih
- Hasil inspeksi sarana
air bersih (SAB)
- Cakupan
pengambilan sampel
air
- Cakupan
SAB
dengan
kualitas
bakteriologis
yang
memenuhi
syarat
kesehatan
- Perlindungan SAB
dari
risiko
pencemaran
Masukan :
- Tenaga (Man)

Tolak Ukur
Target total Kabupaten Karawang
75 %

Pencapaian

Masalah

64.63%

(+)

75 %

64.77%

(+)

80 %

Tidak dilakukan

(+)

100 %

Tidak dilakukan

(+)

95 %

66,26%

(+)

Tersedianya minimal 2 orang


sebagai koordinator dan pelaksana
program pengawasan sarana air
bersih yang terampil di
bidangnya.

1 orang tenaga yang


merangkap sebagai
koordinator dan pelaksana
pengawasan sarana air bersih
yang terampil di bidangnya.

(+)

Dana (Money)

Tersedianya dana yang cukup


berasal dari APBD dan APBN
untuk petugas.

Tidak ada laporan


penggunaan, kurangnya dana
operasional kegiatan.

(+)

Material

Buku pedoman pemeriksaan


dan inspeksi SAB
Checklist pemeriksaan SAB
Botol steril,tas/kotak
pengepakan botol
Alat tulis
Alat pengukuran kualitas air
bersih (water test kit)
Formulir pengiriman sampel
Sarana transportasi

Tidak ada botol steril,


tas/kotak pengepakan botol

(+)

Metode

1.
2.

Dilakukan pendataan
Dilakukan pemeriksaan SAB

Tidak ada alat pengukur


kualitas air (water test kit )
Tidak ada formulir
pengiriman sampel

Metode pemeriksaan kualitas


air bersih dilakukan

(+)

17

3.

Dilakukan pengambilan
sampel air
Dilakukan pemeriksaan
bakteriologis air
Dilakukan pemeriksaan
risiko pencemaran air

berdasarkan kriteria fisik saja,


tidak berbau, tidak berwarna,
tidak keruh dan tidak berasa.
Tidak dilakukan pengambilan
sampel, pemeriksaan
bakteriologis.

Dibentuk struktur organisasi,


kepala puskesmas sebagai
penanggungjawab program,
melimpahkan kekuasaan kepada
Koordinator program
(programmer), kemudian
melakukan koordinasi dengan
pelaksana program.

Bentuk Struktur Organisasi


Ka Puskesmas
(Dr. H. Elfis, MM)

4.
5.

3.

Proses
- Pengorganisasian

(+)

Koordinator Kesehatan
Lingkungan (Ibu.Ela)
Staf Pusling, Staf Promkes
Ketua RT/RW
- Struktur organisasi sudah
jelas, namun koordinasi
belum maksimal.

Pelaksanaan

Sesuai dengan rencana dan


metode yang telah ditetapkan,
dilaksanakan secara berkala :
pengumpulan data 1 x setahun
dan pengawasan kualitas air
bersih 2 x setahun. Dilakukan
pengambilan sampel sesuai
dengan jenis sarana air bersih,
kemudian dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk menilai
kandungan bakteriologi/kimia dan
serta dilakukan pemeriksaan
risiko pencemaran air.

Tidak dilakukan pengambilan


sampel, pemeriksaan
bakteriologi.

(+)

Pengawasan

Adanya pencatatan tiap


bulan/tahunan dan pelaporan
secara berkala tentang kegiatan
pengawasan kualitas air ke tingkat
Kabupaten minimal 3 bulan sekali
dan apabila terjadi kejadian luar
biasa karena penurunan kualitas
air.

Pencatatan tiap bulan dan tiap


tahun dan laporan hasil
pemeriksaan ke Dinas
Kesehatan tiap 3 bulan sekali
sudah dilakukan, namun data
yang disajikan berbeda-beda
dengan hasil laporan bulanan,
3 bulanan dan tahunan (2012)

(+)

18

4.

Lingkungan
- Fisik

Non-Fisik

Kondisi geografis dapat


mempengaruhi kualitas air

- Lokasi sarana air bersih


mudah dijangkau dengan
sarana transportasi yang
ada.
- Iklim tidak mempengaruhi
pelaksanaan program.

a. Keadaan social ekonomi


masyarakat dapat
mempengaruhi keberhasilan
program

a. Sebagian besar penduduk


bermata pencaharian
petani dan 1/3 dari total
jumlah penduduk
merupakan masyarakat
miskin, hal tersebut dapat
mempengaruhi akses
untuk mendapatkan sarana
air bersih yang memadai.
b. Karena sebagian besar
penduduk merupakan
tamatan SD, pengetahuan
tentang kualitas air dan
sarana air bersih masih
kurang.
c. Sebagian masyarakat
masih menggunakan air
sungai untuk keperluan
mandi, mencuci, tempat
buang air besar, dan
tempat pembungan limbah
keluarga. Tidak ada data
penggunaan air sungai
sebagai sumber air minum.

b. Tingkat pendidikan dapat


mempengaruhi keberhasilan
program.

c. Perilaku masyarakat dalam


menggunakan air bersih dapat
mempengaruhi keberhasilan
program.

(+)

(+)

(+)

(+)

19

Bab VI
Perumusan Masalah

Berdasarkan data-data dan pembahasan yang disajikan, didapatkan masalah-masalah yang


ditemukan dalam evaluasi Program Pengawasan Air bersih di UPTD Puskesmas Cilamaya
Periode Januari sampai dengan Desember 2013, adalah :
a. Masalah pada Keluaran
-

Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan seharihari masih rendah, yakni 64.63% dari target 75% (Dinas Kesehatan Kab.
Karawang).
Besar masalah : (75% - 64.63%) x 100% = 16.04%
64.63%

Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 64.77% dari target 75%
(Dinas Kesehatan Kab. Karawang).
Besar masalah : (75% - 64.77%) x 100% = 15.79%
64.77%

Tidak dilakukannya pengambilan sampel air (laboratorium) (0% dari target 80%).

Tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis (0% dari target 100%) dan


pemeriksaan kualitas sarana air bersih hanya dilakukan secara fisik saja.

Jumlah SAB dengan perlindungan dari risiko pencemaran air masih rendah, yaitu
66.26% dari target 95%.

Besar masalah : (95% - 66.26%) x 100% = 43.37%


66.26%
b. Masalah pada Input
-

Tenaga (Man)
Hanya terdapat satu tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana
program yang terampil di bidangnya, hal ini sangat menyulitkan dalam
pemeriksaan terhadap 16.677 Sarana Air Bersih yang tersebar di 7 desa.

Dana (Money)
Tidak laporan penggunaan dana yang diterima dan dana operasionalnya masih
kurang.

Metode
Tidak dilakukannya pengambilan sampel air dan pemeriksaan bakteriologis.
20

c. Masalah pada Proses


-

Pengorganisasian
Struktur dan pelimpahan tugas dari Kepala Puskesmas ke koordinator program
(programmer) sudah ada, namun kurang koordinasi. Kurangnya koordinasi lintas
program antara pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes,
pusling dan bidan desa.

Pelaksanaan
Sudah dilakukan pengumpulan data 1 x setahun dan pengawasan kualitas air 2 x
setahun. Namun tidak dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologi
dan tingkat risiko pencemaran air.

Pengawasan dan pelaporan


Pencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan laporan hasil pemeriksaan ke dinas
kesehatan tiap 3 bulan sekali sudah dilakukan, namun data yang disajikan
berbeda-beda dengan hasil laporan bulanan, 3 bulanan dan tahunan (2013).

d. Masalah pada Lingkungan


-

Non-Fisik

Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani dan 1/3 dari total jumlah
penduduk merupakan masyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi
akses untuk mendapatkan sarana air bersih yang memadai

Karena sebagian besar penduduk merupakan tamatan SD, pengetahuan tentang


kualitas air dan sarana air bersih masih kurang.

Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai untuk keperluan mandi,


mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembungan limbah keluarga.
Tidak terdapat data penggunaan air sungai sebagai sumber air minum.

21

Bab VII
Prioritas Masalah

Masalah menurut keluaran :


A. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari
masih rendah, yakni 64.63% dari target 75%.
B. Cakupan inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 64.77% dari target 75%.
C. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air (laboratorium) (0 % dari target 80 %),
D. Tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis (0 % dari target 100 %) dan pemeriksaan
kualitas sarana air bersih hanya dilakukan secara fisik saja.
E. Jumlah SAB dengan perlindungan dari risiko pencemaran air 66.26% dari target 95%.

Tabel 7.1: Prioritas masalah


No

Parameter

Masalah
A

Besarnya masalah

Berat ringannya masalah

Keuntungan sosial karena terselesainya masalah

Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan 3

masalah
5

Teknologi yang tersedia

Jumlah

22

19

18

17

15

Keterangan :
5 : Sangat penting
4 : Penting
3 : Cukup penting
2 : Kurang penting
1 : Tidak penting

Yang menjadi prioritas masalah adalah :


A. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih 64.63% dari target 75%.
B. Cakupan inspeksi sarana air bersih 64.77% dari target 75%.
22

Bab VIII
Penyelesaian Masalah

8.1 Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari
masih rendah, yakni 64.63% dari target 75%.
Penyebab masalah ini adalah :

Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan air bersih masih rendah.

Perilaku masyarakat yang masih menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.

Terbatasnya sarana air bersih yang ada dimasyarakat

Penyelesaian masalah :
Dilakukannya penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya
penggunaan air bersih untuk kepentingan sehari-hari.
Mengusulkan pembuatan sarana air bersih kepada dinas kesehatan yang bekerjasama
dengan departemen pekerjaan umum, terutama pembuatan sarana perpipaan (PDAM)
yang dibiayai oleh Pemerintah.

8.2 Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 64.77% dari target 75%.
Penyebab masalah ini adalah :
Tenaga
Kurangnya jumlah tenaga terampil di bidang kesehatan lingkungan di Puskesmas
Cilamaya.
Dana
Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima, dana operasionalnya masih
kurang.

Sarana
Tidak ada alat pengambilan sampel, seperti botol steril, tas / kotak pengepakan botol
dan tidak ada alat pengukur kualitas air (water test kit).

Metode
Pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan berdasarkan kriteria fisik saja. Tidak
dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan bakteriologis.

23

Penyelesaian Masalah

Tenaga
1. Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas.
2. Pemberdayaan masyarakat (pembentukan kader).
3. Menambah tenaga baru (staff) di bagian kesehatan lingkungan.

Dana
Dilakukan pelaporan dana yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada
puskesmas, mencari sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas, melakukan
swadaya dengan melibatkan masyarakat setempat.

Sarana
Pengadaan alat-alat pengambilan sampel dan alat pemeriksaan kualitas air.

Metode
Dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologis, dan pemeriksaan
kimia agar syarat kualitas air bersih dapat lebih akurat.

24

Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih dengan cara pendekatan sistem
dapat diambil kesimpulan bahwa program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Cilamaya, Kabupaten Karawang pada periode Januari sampai dengan
Desember 2013 belum mencapai target. Ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi
masalah, yaitu:
a. Cakupan jumlah keluarga diperkotaan/pedesaan yang mengunakan air dari sarana air
bersih adalah 64.63%
b. Hasil inspeksi sarana air bersih adalah 64.77%.
c. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program pengawasan
sarana air bersih
d. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air (laboratorium), pemeriksaan bakteriologis.
Kualitas sarana air bersih hanya dilakukan secara fisik saja.
e. Jumlah sarana air bersih dengan perlindungan dari risiko pencemaran masih rendah
66.26%.
Dari ke lima masalah diatas yang menjadi prioritas masalah adalah cakupan penggunaan
sarana air bersih yang masih rendah dan cakupan inspeksi sarana air bersih yang kurang.

9.2 Saran
9.2.1 Saran bagi Puskesmas
Menggalakkan promkes untuk memberikan penyuluhan yang intensif kepada
masyarakat tentang pentingnya sarana air bersih.
Memantau (supervise) kegiatan pengawasan sarana air bersih dengan cara
membandingkan dengan hasil tahun sebelumnya, juga bertanya kepada pemegang
dan pelaksana program mengenai kendala apa saja yang ditemui.
Meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar dapat
berjalan dengan baik, seperti memberikan sarana dan alternatif dana.

25

Memfasilitasi pelatihan terhadap tenaga kesehatan guna menambah tenaga


pelaksana program guna meningkatkan kinerja terutama dibagian pengawasan
sarana air bersih.
9.2.2 Saran bagi pemegang program pengawasan sarana air bersih

Meningkatkan koordinasi dengan bagian lain seperti promkes dan bidan desa ketua
RT/RW, kepala desa, tokoh agama dan masyarakat setempat.

Melakukan pelatihan terhadap tenaga kesehatan yang lain dalam inspeksi sarana
air bersih dan kualitas air bersih.

Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan
untuk pengawasan sarana air bersih. Peningkatan koordinasi dengan staf kesehatan
lain dalam pelaksanaan program pengawasan air bersih.

Peningkatan dalam ketelitian penulisan dan penyajian data hasil kegiatan.

Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program
pengawasan sarana air bersih pada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai
tingkat keberhasilan sesuai target yang diharapkan.

26

Daftar Pustaka

1.

Badan

Perencanaan

Perencanaan

Pembangunan

Pembangunan

Nasional

Nasional.

(Bappenas),

Laporan

Singkat

Kementerian
Pencapaian

Negara

Millenium

Development Goals Indonesia 2009.


2.

Rihadi S. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan. Maret 2001.


Diunduh dari http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/top-1.htm, 23 Oktober 2012.

3.

Staf

Ahli

MENLH

bidang

Ekonomi

dan

Pengentasan

Kemiskinan

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Parallel Event : Lokakarya Event : Lokakarya


Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup. Desember 2007. Diunduh dari
http://wwwnew.menlh.go.id, 23 Oktober 2012.
4.

BBPK

Depkes

RI.

Laporan

Riset

Kesehatan

Dasar

2010.

Diunduh

dari

http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/Lap
oran_riskesdas_2010.pdf, 24 Oktober 2012
5.

Kumalasari F, Satoto Y. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air Bersih.Cetakan
Pertama. Bekasi : Laskar Aksara,2011.

6.

Idaman SN, Yudo S. Masalah dan Strategi Penyediaan Air Bersih di Indonesia. Diunduh
dari : http://www.kelair.bppt.gos.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB3MASALAH.pdf

7.

Sub Unit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Kemenkes RI. Situasi
Diare Di Indonesia. Diunduh dari :
http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf, 22 Oktober 2012.

8.

BPS.

Millennium

Development

Goals.

Diunduh

dari

http://mdgs-

dev.bps.go.id/main.php?link=home, 24 Oktober 2012.


9.

Departemen kesehatan RI. Pedoman kerja Puskesmas Jilid III. Jakarta; Departemen
kesehatan RI; 1999.

10. Permenkes no 492/menkes/per/iv/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.


Diunduh dari :
http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_download&gid=637
&Itemid=112, 25 Agustus 2012

27

You might also like