Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Untuk
memastikan
keberlanjutan
lingkungan
hidup,
pemerintah
Indonesia
banyak
yang
mengalami
kegagalan
dalam
pengoperasian
dan
5,3%.4 Sedangkan di Wilayah Kerja Puskesmas Cilamaya, kejadian diare sebesar 15,9%
dan gangguan kulit 9.7% pada tahun 2013.
Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization) atau WHO telah
menetapkan standar air minum yang bersih dan sehat (layak digunakan), diantaranya
adalah tidak berwarna, tidak berbau yang berarti jernih, tidak berasa dan sejuk. 5 Menurut
Depkes, dikatakan sarana air bersih apabila sumber airnya berasal dari air ledeng/PAM,
air ledeng eceran, sumur bor/pompa, sumur gali terlindung, dan mata air terlindung.
Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2010 menunjukkan penggunaan sumber
air untuk memenuhi keperluan rumah tangga, yaitu : air ledeng/PAM (19,5%), air ledeng
eceran (1,3%), sumur bor/pompa (22,2%), sumur gali terlindung (27,9%), sumur gali tak
terlindung (10,2%), mata air terlindung (8,4%), mata air tak terlindung (3,7%),
penampungan air hujan (1,6%), air sungai/danau/irigasi (4,9%), dan lainnya (0,4%).
Dikatakan sarana air bersih apabila sumber airnya berasal dari air ledeng/PAM, air ledeng
eceran, sumur bor/pompa, sumur gali terlindung, dan mata air terlindung. Dari data
tersebut daerah perkotaan memiliki cakupan Sumber air bersih sebesar 90,1%, sedangkan
dipedesaan sebesar 67,6% sehingga diperlukan evaluasi mengetahui masalah yang
terdapat di dalam unsur sistem pada program pengawasan sarana air bersih di UPTD
Puskesmas Cilamaya, periode Januari sampai dengan Desember 2013.4
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
-
Masih tingginya penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap air bersih dan
sanitasi dasar.
Masih rendahnya penggunaan sarana air bersih untuk kebutuhan sehari-hari oleh
masyarakat, terutama di pedesaan sebesar 67,6 %.
Masih tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan
sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya tahun 2013, seperti diare
sebesar 15,9% dan gangguan kulit 9.7%.
Belum tercapainya target penggunaan sarana air bersih dan pengawasan sarana air
bersih di Puskesmas Cilamaya, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang selama
tahun 2013.
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan umum
Mengetahuinya tingkat keberhasilan masalah yang terdapat di dalam unsur-
unsur sistem pada program pengawasan sarana air bersih secara menyeluruh agar
dapat meningkatkan mutu dan jangkauan program pengawasan sarana air bersih
secara optimal di Puskesmas Cilamaya periode Januari sampai Desember 2013
dengan harapan dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat faktor
resiko kurangnya sarana air bersih.
1.3.2
Tujuan khusus
1.4
Manfaat
1.4.1
-
Bagi Evaluator
Menerapkan ilmu yang telah diperoleh saat kuliah mengenai evaluasi program
dengan pendekatan sistem.
Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengambil langkahlangkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
1.4.2
1.4.3
1.4.4
-
Bagi Masyarakat
Masyarakat mendapatkan air bersih yang layak untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
1.5
Sasaran
Seluruh penduduk dan sarana air di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya,
kecamatan Cilamaya, kabupaten Karawang periode Januari sampai Desember 2013.
Bab II
Materi dan Metode
2.1
Materi
Materi yang dievaluasi terdiri dari hasil laporan kegiatan bulanan Puskesmas
mengenai program Pengawasan Air Bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilamaya,
Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013 yang terdiri dari :
1. Data tentang sarana air bersih yang digunakan.
2. Jumlah penduduk yang menggunakan sarana air bersih.
3. Hasil inspeksi sarana air bersih keluarga.
4. Cakupan pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program pengawasan sarana air
bersih.
5. Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan.
6. Jumlah sarana air bersih yang mempunyai tingkat risiko pencemaran yang rendah.
7. Pencatatan dan Pelaporan
2.2
Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan cara pengumpulan data yang dikumpulkan
untuk dievaluasi kemudian diolah, dianalisis dengan pendekatan sistem dan
diinterpretasikan sehingga ditemukan permasalahannya. Dari permasalahan yang
ditemukan tersebut kemudian diberi masukan dan saran agar permasalahan pada program
pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilamaya, Kabupaten
Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013 dapat terselesaikan, sehingga
diharapkan dalam pelaksanaan program pengawasan sarana air bersih kelak dapat dicapai
hasil sesuai target yang diharapkan.
Bab III
Kerangka Teoritis
3.1.
Kerangka Teoritis
5. Dampak (impact)
Adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
6. Lingkungan (environment)
Adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh
besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.
3.2.
umpan balik dan dampak yang digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai
dalam program Pengawasan Air Bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilamaya,
Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013.
Bab IV
Penyajian Data
4.1. Sumber Data
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari :
1. Data Monografi UPTD Puskesmas Cilamaya, Kabupaten Karawang tahun 2013.
2. Laporan tahunan Program Penyehatan Sarana Air Bersih UPTD Puskesmas
Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari Desember 2013.
3. Profil Kesehatan UPTD/ DTP/ PONED Puskesmas Cilamaya, Kabupaten Karawang
tahun 2013 dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.
: Laut Jawa
2. Sebelah Selatan
: Kecamatan Banyusari
3. Sebelah Barat
4. Sebelah Timur
: Kabupaten Subang
: 25.503 jiwa
: 25.340 jiwa
: 16.677 jiwa
: 710 jiwa
: 704 jiwa
C. Sarana (Material)
: ada
: ada
: tidak ada
Alat tulis
: ada
: tidak ada
: tidak ada
Sarana transportasi
: ada
D. Metode (Method)
Pendataan jumlah dan sarana air bersih
Data diambil dari laporan pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
UPTD Puskesmas Cilamaya tahun 2013, diperoleh :
- Jumlah sarana air = 16.677 buah yang terdiri dari SPT, SGL dan pompa listrik.
Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih.
Inspeksi dilakukan secara berkala minimal 2x setahun, untuk pemeriksaan kualitas
air bersih diperiksa secara fisik, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak keruh,
tidak berasa, dan sejuk. Pemeriksaan secara lengkap terdapat di lampiran formulir
inspeksi sanitasi air bersih.
Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik pengambilan yang
disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya, untuk sumur pompa sampel diambil
setelah 5 menit air keluar, untuk sumur gali sampel diambil dengan kedalaman 20
cm di bawah permukaan air, dan untuk PAM sampel diambil setelah 2 menit air
keluar. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil sebanyak 2 liter, untuk
pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil sebanyak 5 liter, dan untuk
pemeriksaan bakteriologis wadah penampungan harus steril dan bisa disterilkan
dengan jumlah air yang diambil sebanyak 100 ml, kemudian diberi etiket dan
dikirim ke laboratorium. Prosedur pengambilan sampel secara lengkap terdapat di
lampiran SOP pengambilan sampel.
Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan.
10
4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai :
1. Pendataan jumlah sarana air bersih
Terdapat pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah
pengguna.
2. Pemeriksaan sarana air bersih
Pemeriksaan dilakukan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh
petugas kesehatan lingkungan terlatih. Pada sarana air bersih dengan tingkat
pencemaran berat dilakukan pemeriksaan tiap 2 minggu selama 1 tahun, untuk
pencemaran ringan sampai sedang dilakukan pemeriksaan sebulan sekali selama satu
tahun. Pemeriksaan lengkap terlampir.
3. Pengambilan sampel air
Terdapat pengambilan sampel air sesuai dengan jenis sarana air bersih, hal pertama
yang dilakukan adalah menyiapkan alat-alatnya seperti kotak air/termos/botol steril,
11
4.3.2.2 Pengorganisasian
Dibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggungjawab program,
melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian
programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana program.
Bagan Struktur Organisasi
Kepala Puskesmas
Dr. H Elfis Yunandar, MM
Ka. Tata Usaha
Bpk. Sumari
Staff Promkes
Pebantu Pelaksana
Ketua RT/RW
12
Bagan 4.1 Struktur Organisasi Program Kesehatan Lingkungan (Pengawasan Air Bersih)
UPTD Puskesmas Cilamaya, Kabupaten Karawang.
Dengan struktur organisasi kesling diatas dalam menjalankan program kesling tidak
berjalan dengan lancar, karena pemberdayaan masyarakat masih kurang untuk melakukan
atau melaksanakan program.
4.3.2.3 Pelaksanaan
1. Pendataan jumlah sarana air bersih
Dilakukan pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah
pengguna.
2. Pemeriksaan sarana air bersih
Dilakukan pemeriksaan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh
petugas kesehatan lingkungan dibantu staf promkes dan RT sekitar dengan
mendatangi rumah penduduk yang menggunakan SAB di wilayah kerja
Puskesmas Tempuran dan memberikan formulir inspeksi sanitasi untuk diiisi oleh
kepala keluarga (perwakilan).
3. Pengambilan sampel air
Tidak dilakukan pengambilan sampel air.
4. Pemeriksaan bakteriologis
Tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis.
5. Pemeriksaan risiko pencemaran
Dilakukan pemeriksaan fisik terhadap adanya risiko pencemaran sesuai dengan
formulir inspeksi sanitasi. Perhitungan diambil dari Formulir Inspeksi Sanitasi
yang telah dicatatkan ke Laporan Tahunan Pemeriksaan Penyehatan Lingkungan,
Puskesmas Cilamaya, jumlah SAB yang mempunyai tingkat risiko pencemaran air
rendah merupakan jumlah SAB yang memenuhi syarat (MS).
6. Pencatatan dan pelaporan :
- Pencatatan: Dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan
- Pelaporan: Dilakukan setiap awal bulan.
13
4.3.2.4 Pengawasan
Adanya pencatatan yang sistemik secara berkala tentang kegiatan pengawasan
kualitas sarana dan air bersih setiap satu bulan dan satu tahun. Kemudian dilaporkan
ke tingkat Kabupaten minimal 3 bulan sekali dan jika terjadi kejadian luar biasa yang
timbul akibat penurunan kualitas air minum.
4.3.3. Keluaran
Tabel 4.1 Jumlah SAB yang diperiksa dan Jumlah Pemakai SAB di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Cilamaya Periode Januari 2013 Desember 2013
Yang
Memenuhi
Jumlah
Diperiksa
Syarat
Pemakai
SPT
4560
2973
12.686
SGL
3837
2593
12.919
Pompa Listrik
2406
1610
7.259
Total
10.803
7.077
32.864
NO
Jenis SAB
32.864
50.843
x 100% = 64,63%
Target : 75%
2. Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih (SAB)
Jumlah SAB yang diinspeksi
Jumlah SAB yang ada
Cakupan
10.803
16.677
Target : 75%
x100%
x 100% = 64.77%
x100%
14
kesehatan
Jumlah sampel air SAB yang memenuhi syarat bakteriologis
Jumlah sampel air yang diperiksa dari SAB sejenis
x100%
x100%
10.803
Target : perlindungan SAB terhadap risiko pencemaran 95%
6.
Laporan yang disajikan merupakan laporan absolut cakupan air bersih, hasil
inspeksi sarana air bersih dan laporan perlindungan sarana air bersih yang
mempunyai risiko pencemaran air yang rendah.
Tidak ada data mengenai jumlah sarana air bersih dengan kualitas
bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan.
4.3.4. Lingkungan
1. Fisik
Iklim :
Lokasi :
Semua lokasi sarana air dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada
(sepeda motor pribadi) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda
motor.
Iklim :
Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program.
15
2. Non fisik
Keadaan sosial ekonomi dan pendidikan dan perilaku yang rendah mempengaruhi
keberhasilan program.
Tidak adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan sekali
yang membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.
4.3.6. Dampak
1. Dampak langsung seperti menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan yang
berhubungan dengan air seperti diare dan penyakit kulit belum dapat dinilai.
2. Dampak tidak langsung yaitu :
16
Bab V
Pembahasan
Variabel
Keluaran :
- Cakupan
Jumlah
penduduk
yang
mengunakan air dari
sarana air bersih
- Hasil inspeksi sarana
air bersih (SAB)
- Cakupan
pengambilan sampel
air
- Cakupan
SAB
dengan
kualitas
bakteriologis
yang
memenuhi
syarat
kesehatan
- Perlindungan SAB
dari
risiko
pencemaran
Masukan :
- Tenaga (Man)
Tolak Ukur
Target total Kabupaten Karawang
75 %
Pencapaian
Masalah
64.63%
(+)
75 %
64.77%
(+)
80 %
Tidak dilakukan
(+)
100 %
Tidak dilakukan
(+)
95 %
66,26%
(+)
(+)
Dana (Money)
(+)
Material
(+)
Metode
1.
2.
Dilakukan pendataan
Dilakukan pemeriksaan SAB
(+)
17
3.
Dilakukan pengambilan
sampel air
Dilakukan pemeriksaan
bakteriologis air
Dilakukan pemeriksaan
risiko pencemaran air
4.
5.
3.
Proses
- Pengorganisasian
(+)
Koordinator Kesehatan
Lingkungan (Ibu.Ela)
Staf Pusling, Staf Promkes
Ketua RT/RW
- Struktur organisasi sudah
jelas, namun koordinasi
belum maksimal.
Pelaksanaan
(+)
Pengawasan
(+)
18
4.
Lingkungan
- Fisik
Non-Fisik
(+)
(+)
(+)
(+)
19
Bab VI
Perumusan Masalah
Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan seharihari masih rendah, yakni 64.63% dari target 75% (Dinas Kesehatan Kab.
Karawang).
Besar masalah : (75% - 64.63%) x 100% = 16.04%
64.63%
Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 64.77% dari target 75%
(Dinas Kesehatan Kab. Karawang).
Besar masalah : (75% - 64.77%) x 100% = 15.79%
64.77%
Tidak dilakukannya pengambilan sampel air (laboratorium) (0% dari target 80%).
Jumlah SAB dengan perlindungan dari risiko pencemaran air masih rendah, yaitu
66.26% dari target 95%.
Tenaga (Man)
Hanya terdapat satu tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana
program yang terampil di bidangnya, hal ini sangat menyulitkan dalam
pemeriksaan terhadap 16.677 Sarana Air Bersih yang tersebar di 7 desa.
Dana (Money)
Tidak laporan penggunaan dana yang diterima dan dana operasionalnya masih
kurang.
Metode
Tidak dilakukannya pengambilan sampel air dan pemeriksaan bakteriologis.
20
Pengorganisasian
Struktur dan pelimpahan tugas dari Kepala Puskesmas ke koordinator program
(programmer) sudah ada, namun kurang koordinasi. Kurangnya koordinasi lintas
program antara pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes,
pusling dan bidan desa.
Pelaksanaan
Sudah dilakukan pengumpulan data 1 x setahun dan pengawasan kualitas air 2 x
setahun. Namun tidak dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologi
dan tingkat risiko pencemaran air.
Non-Fisik
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani dan 1/3 dari total jumlah
penduduk merupakan masyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi
akses untuk mendapatkan sarana air bersih yang memadai
21
Bab VII
Prioritas Masalah
Parameter
Masalah
A
Besarnya masalah
masalah
5
Jumlah
22
19
18
17
15
Keterangan :
5 : Sangat penting
4 : Penting
3 : Cukup penting
2 : Kurang penting
1 : Tidak penting
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1 Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari
masih rendah, yakni 64.63% dari target 75%.
Penyebab masalah ini adalah :
Perilaku masyarakat yang masih menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Penyelesaian masalah :
Dilakukannya penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya
penggunaan air bersih untuk kepentingan sehari-hari.
Mengusulkan pembuatan sarana air bersih kepada dinas kesehatan yang bekerjasama
dengan departemen pekerjaan umum, terutama pembuatan sarana perpipaan (PDAM)
yang dibiayai oleh Pemerintah.
8.2 Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 64.77% dari target 75%.
Penyebab masalah ini adalah :
Tenaga
Kurangnya jumlah tenaga terampil di bidang kesehatan lingkungan di Puskesmas
Cilamaya.
Dana
Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima, dana operasionalnya masih
kurang.
Sarana
Tidak ada alat pengambilan sampel, seperti botol steril, tas / kotak pengepakan botol
dan tidak ada alat pengukur kualitas air (water test kit).
Metode
Pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan berdasarkan kriteria fisik saja. Tidak
dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan bakteriologis.
23
Penyelesaian Masalah
Tenaga
1. Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas.
2. Pemberdayaan masyarakat (pembentukan kader).
3. Menambah tenaga baru (staff) di bagian kesehatan lingkungan.
Dana
Dilakukan pelaporan dana yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada
puskesmas, mencari sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas, melakukan
swadaya dengan melibatkan masyarakat setempat.
Sarana
Pengadaan alat-alat pengambilan sampel dan alat pemeriksaan kualitas air.
Metode
Dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologis, dan pemeriksaan
kimia agar syarat kualitas air bersih dapat lebih akurat.
24
Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih dengan cara pendekatan sistem
dapat diambil kesimpulan bahwa program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Cilamaya, Kabupaten Karawang pada periode Januari sampai dengan
Desember 2013 belum mencapai target. Ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi
masalah, yaitu:
a. Cakupan jumlah keluarga diperkotaan/pedesaan yang mengunakan air dari sarana air
bersih adalah 64.63%
b. Hasil inspeksi sarana air bersih adalah 64.77%.
c. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program pengawasan
sarana air bersih
d. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air (laboratorium), pemeriksaan bakteriologis.
Kualitas sarana air bersih hanya dilakukan secara fisik saja.
e. Jumlah sarana air bersih dengan perlindungan dari risiko pencemaran masih rendah
66.26%.
Dari ke lima masalah diatas yang menjadi prioritas masalah adalah cakupan penggunaan
sarana air bersih yang masih rendah dan cakupan inspeksi sarana air bersih yang kurang.
9.2 Saran
9.2.1 Saran bagi Puskesmas
Menggalakkan promkes untuk memberikan penyuluhan yang intensif kepada
masyarakat tentang pentingnya sarana air bersih.
Memantau (supervise) kegiatan pengawasan sarana air bersih dengan cara
membandingkan dengan hasil tahun sebelumnya, juga bertanya kepada pemegang
dan pelaksana program mengenai kendala apa saja yang ditemui.
Meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar dapat
berjalan dengan baik, seperti memberikan sarana dan alternatif dana.
25
Meningkatkan koordinasi dengan bagian lain seperti promkes dan bidan desa ketua
RT/RW, kepala desa, tokoh agama dan masyarakat setempat.
Melakukan pelatihan terhadap tenaga kesehatan yang lain dalam inspeksi sarana
air bersih dan kualitas air bersih.
Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan
untuk pengawasan sarana air bersih. Peningkatan koordinasi dengan staf kesehatan
lain dalam pelaksanaan program pengawasan air bersih.
Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program
pengawasan sarana air bersih pada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai
tingkat keberhasilan sesuai target yang diharapkan.
26
Daftar Pustaka
1.
Badan
Perencanaan
Perencanaan
Pembangunan
Pembangunan
Nasional
Nasional.
(Bappenas),
Laporan
Singkat
Kementerian
Pencapaian
Negara
Millenium
3.
Staf
Ahli
MENLH
bidang
Ekonomi
dan
Pengentasan
Kemiskinan
BBPK
Depkes
RI.
Laporan
Riset
Kesehatan
Dasar
2010.
Diunduh
dari
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/Lap
oran_riskesdas_2010.pdf, 24 Oktober 2012
5.
Kumalasari F, Satoto Y. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air Bersih.Cetakan
Pertama. Bekasi : Laskar Aksara,2011.
6.
Idaman SN, Yudo S. Masalah dan Strategi Penyediaan Air Bersih di Indonesia. Diunduh
dari : http://www.kelair.bppt.gos.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB3MASALAH.pdf
7.
Sub Unit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Kemenkes RI. Situasi
Diare Di Indonesia. Diunduh dari :
http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf, 22 Oktober 2012.
8.
BPS.
Millennium
Development
Goals.
Diunduh
dari
http://mdgs-
Departemen kesehatan RI. Pedoman kerja Puskesmas Jilid III. Jakarta; Departemen
kesehatan RI; 1999.
27