You are on page 1of 12

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI

ALIRAN SEJARAH (HISTORIS)

KELOMPOK 9:

LILIK GATI KINTOKO (C1A008019)

ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JAMBI 2009/2010
ALIRAN SEJARAH (HISTORIS)

Dengan berhasilnya tokoh-tokoh neo-klasik dalam mementahkan serangan


pemikiran-pemikiran sosialis/marxis, maka bendera system liberal/kapitalisme
kembali berkibar dan pada waktu bersamaan, di Jerman perkembangan suatu
aliran pemikiran ekonomi yang disebut Aliran Sejarah (historism).
Pola pemikiran aliran sejarah didasarkan pada prespektif sejarah.
Kerangka dasar teoritisnya berikut pola pendekatan yang digunakan oleh aliran
sejarah dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi sangat berbeda dan
terpisah dari aliran utama (mainstream) yang berawal dari kaum klasik. nama
aliran sejarah diinspirasikan oleh keberhasilan metode sejarah dalam bidang-
bidang hukum dan bahasa. Dari beberapa pakar Jerman sendiri ada yang
menamakan alian sejarah sebagai aliran “etis”, untuk menunjukan ketidak
senangan mereka pada paham hidonisme klasik.

A. SERANGAN TERHADAP METODE KLASIK

Pemikiran pemikiran klasik secara eksplisit mengakui bahwa manusia


berdasarkan hakikatnya bersifat serakah (paham hidonisme). Paham ini
kemudian dikembangkan menjadi paham utilitarianisme. Pendekatan-
pendekatan tersebut menurut para pemikir aliran sejarah dinilai terlalu sempit.
Menurut doktrin aliran sejarah, motif orang untuk bertindak tidak hanya
didasarkan pada motif laba dan kepentingan pribadi, tetapi juga didorong etika
dan implus-implus lainnya.
Pandangan kaum klasik perekonomian diserahkan kepada kekuatan
pasar, dimana setiap orang diberi kebebasan berbuat demi kepentingan
masing-masing. Dan akhirnya melalui apa yang disebut invisible hand, akan
tercipta suatu harmoni secara keseluruhan. Pemikiran seperti ini juga dikecam
oleh pakar-pakar sejarah, sebab dinilai terlalu mekanistis, dan menghendaki
agar hal ini diganti dengan dasar pemikir yang lebih etis.
Pada intinya pemikir aliran sejarah menolak argumentasi pemikir
pemikir klasik bahwa ada undang-undang alam tentang kehidupan ekonomi.
Bagi mereka masayarakat harus di ganti sebagai satu kesatuan organisme
dimana interaksi sosoial berkait dan berhubungan antar individu. Pemikir-
pemikir aliran sejarah menghendaki agar kegiatan masayarakat dilandasi pada
suatu system yang menyeluruh, yang mencakup semua organisme dalam
kehidupan bermasayarakat sebagai suatu keseluruhan. Penganut aliran sejarah
yang tidak percaya pada mekanisme pasar bebas klasik pada umumnya
sepakat untuk meminta campur tangan pemerintah dalam perekonomian.
Investasi pemerintah diharapkan mampu membawa proseos ekonomi pada
tujuan-tujuan sosial dan ekonomi yang diinginkan bersama dan tanpa campur
tangan pemerintah dalam perekonomian tidak akan ada jaminan keadailan
sosial.
Bagi pemikir-pemikir sejarah, fenomena-fenomena ekonomi
merupakan produk perkembangan masayarakat secara keseluruhan sebagai
hasil perjalanan sejarah, karena itu semua pemikiran, teori, dan kesimpulan
ekonomi harus di landaskan pada empiris sejarah. Pemikir-pemikir aliran
sejarah tidak setuju dengan anggapan kaum klasik dan neo-klasik bahwa
prinsip-prinsip ekonomi berlaku secara universal.
Pemikir-pemikir aliran sejarah dengan gencar menyerang metode
pendekatan deduktif yang digunakan kaum klasik. Dengan pendekatan
deduktif analisis ekonomi bertitik tolak dari pengamatan secara umum.
Kemudian dari pengamatan secara umum itu diambil kesimpulan secara
khusus (reasoning from the general to the particular). Bagi pakar aliran
sejarah metode deduksi ini dinilai terlalu abstrak dan terlalu teoritis, dimana
dari beberapa postulat kemudian mang-claim bahwa pemikiran-pemikiran
mereka belaku umum (universal). Menurut kau sejarah metode deduksi ini
sering tidak sesuai dengan realitas, dan karenanya sering membawa kita
kedalam kesimpulan yang sering keliru. Untuk mengatasi kelemahan metode
klasik tersebut maka pemikir-pemikir aliran sejarah menawarkan metode
induktif-historis.
Pola pendekatan induksi empiris berpangkal tolak dari pengamatan dan
pengkajian yang bersifat khusus, dan dari sisi ini diambil suatu kesimpulan
umum (reasoning from the particular to the general). Dengan metode induksi
empiris maka hukum-hukum, dalil-dalil dan teori-teori ekonomi hanya berlaku
suatu tempat pada waktu-waktu tertentu, sebab hukum, dalil maupun teori
ekonomi sangat tergantung pada kondisi dan lingkungan setempat.

B. TOKOH-TOKOH ALIRAN SEJARAH

Tokoh-tokoh aliran sejarah sangatlah banyak, namun yang akan


dibahas kali ini yang dianggap paling penting saja, diantaranya yaitu :

1. Friedrich List (1789-1846)


Friedrich List lahir dan memperoleh pendidikan di Jerman. Ia
pernah mengajar di Negara tersebut, tetapi idenya memaksanya untuk
pindah ke Amerika Serikat. Salah satu buku list yang terkenal adalah: Das
Nationale System der Politischen Oekonomie, der Internationale Handel,
die Handels Politik und der Deutche ollverein, atau dalam bahasa
Inggrisnya: The National System of Political Economy, International
Trade, Trade Policy and the German Customs Union (1841). Dalam buku-
buku tersebut List menyerang pakar-pakar klasik yang disebutnya
“kosmopolitan” sebab mengabaikan peran pemerintah.
Lebih lanjut List mengatakan bahwa kita biasa mengambil
kesimpulan tentang perkembangan suatu masyarakat dari data sejarah.
Dari cara mereka berproduksi maka setiap kelompok masyarakat pada
umumnya melewati tahap-tahap sejarah sebagai berikut:
a.) Tahap berburu dan menangkap ikan, atau tahap barbarian, yang
berciri masayarakat primitif sebab kebutuhan dari apa yang disediakan
oleh alam,
b.) Zaman mengembala atau pastoral, yang mulai berternak tapi masih
nomaden atau tidak menetap,
c.) Zaman agraris, dimana masyarakat mulai menetap dan bertani secara
subsisten,
d.) Zaman bertani, menghasilkan industri manifaktur sederhana dan mulai
melakukan perdagangan lokal, dan
e.) Masyarakat bertani, manufaktur lebih maju dan telah melakukan
perdaganagan internasional.
Menurut List, system perdagangan bebas yang dianjurkan kaum
klasia hanya cocok bagi negara-negara yang sudah berada pada tahap ke
lima (waktu itu misalnya Inggris), tapi system perdagangan bebas jelas
tidak cocok untuk keadaan Jerman waktu itu, yang keadaan
industrialisasinya agak tertinggal dengan keadaan industrialisasi di negeri
Inggris.
Untuk memajukan perekonomian Jerman, List menyarankan agar
pemerintah menyusun berbagai kegatan ekonomi sebagai bagian dari
kegiatan produksi dan kemampuan nasional. Dua sektor utama yang
sangat menentukan perekonomian nasaional adalah sektor pertanian dan
industri. Menurut List sektor pertanian diperlukan untuk menyediakan
bahan pangan masyarakat, namun sektor ini tidak dapat membawa
perekonomian lebih maju. Lebih tegasnya List berpendapat bahwa negara
harus juga memajukan perekonomian melalui sektor industri, dan
industrialisasi lah yang merupakan langkah awal membawa perekonomian
lebih maju. Namun industrialisasi tidak hanya bertujuan untuk memajukan
sektor industri, tetapi lebih jauh juga membawa perbaikan pada sektor
pertanaian serta perkembangan dan kemajuan dibidang-bidang lainnya,
termasuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat luas.
Untuk mengembangkan industri dosmetik, List menganjurkan
adanya suatu lembaga negara yang akan melindungi industri dalam negara
melalui pajak impor, dan pemerintah secara intervensi untuk
menyeimbangkan pertanian, industri dan perdagangan.
Dari uraian di atas jelas bahwa List lebih banyak mencurahkan
perhatian pada permasalahan ekonomi, terutama bagaimana melindungi
industrialisasi Jerman yang waktu itu tertinggal dari industrialisasi Inggris.

2. Bruno Hildebrand (1812-1878)


Hildebrand aktif dalam berbagai penelitian dan penulisan karya
karya ilmiah. Dalam melakukan penelaan dan penelitian-penelitian
ekonomi, ia menekankan perlunya mempelajari sejarah, maksudnya
penelitian ekonomi harus didukung oleh data statistik empiris yang
dikumpulkan dalam penelitian sejarah ekonomi.
Hildebrand juga menekankan pentingnya evolusi dalam
perekonomian masyarakat. Menurut Hildebrand, dilihat dari cara tiap
kelompok masyarakat dalam melakukan tukar-menukar dan berdagang,
kelompok-kelompok masyarakat tersebut dapat dibedakan atas tingkatan-
tingkatan sebagai berikut:
a.) Tukar-menukar secara in-natural atau barter,
b.) Tukar menukar dengan perantara uang,
c.) Tukar menukar dengan menggunakan kredit.
Penelitian Hildebrand diatas dianggap cukup baik dalam bidang
sosiologi dan kurang bermanfaat dalam bidang ekonomi. Yang mana
kelemahannya yaitu beberapa penelitan berdasarkan pada monografi
sejarah yang bersifat deskriptif tentang masalah-masalah ekonomi, tetapi
karyanya tersebut tidak ditujukan pada acuan yang padu. Oleh sebab itu
karya-karya penelitan sejarah Hildebrand tersebut dinilai tidak berarti
dalam perkembangan ilmu ekonomi.

3. Gustav von Schmoler (1839-1917)


Schmoler terkenal karena terlibat dalam perdebatan yang sangat
sengit dan pakar-pakar klasik, terutama dengan Carl Menger, tentang
metodologi perkembangan ilmu ekonomi. ia dianggap sebagai pemikir
sejarah yang paling gigih menyarankan agar metode deduktif klasik
ditukar dengan metode induktif-empiris. Pandangan Schmoler agak
berbeda dengan pandangan tokoh-tokoh aliran sejarah lainnya, yang mana
tokoh-tokoh sejarah yang lainnya menghendaki berbagai kebijakan di
dalam bidang ekonomi, Schmoler menghendaki agar kebijaksanaannya
menyangkut politik sosial, dan lebih jauh dari itu, juga meningkatkan
kesejahteraan kaum buruh.
Untuk mencapai tujuannya Schmoler dan rekan-rekannya
mendirikan sebuah forum untuk menghimpun pemikiran-pemikiran dalam
menghadapi berbagi masalah ekonomi dan sosial, dan hasil pertemuan
serta kesimpulan disampaikan kepada pemerintah sebagai masukan. Salah
satu berhasilnya pertemuan-pertemuan yang di sampaikan kepada
pemerintah dengan dibentuknya undang-undang untuk melindungi kaum
buruh dari penindasan kaum pengusaha. Jaminan sosial yang diberikan
kepada kaum buruh tersebut yang sesuai dengan undang-undang yang
telah ditetapkan dianggap sangat maju untuk zaman bagi dirinya, sebab
dinegara-negara Eropa pada umumnya belum ada perundang-undangan
perlindungan kaum buruh seperti yang di Jerman tersebut.

4. Werner Sombart (1863-1941)


Penelitan Sombart yang sering dikutip oleh orang adalah
penelitannya tentang tahap-tahap perkembangan kapitalisme. Sombart
mengatakan bahwa pertumbuhan masyarakat kapitalis sangat erat
kaitannya dengan pertumbuhan masyarakat. Dalam karyanya: Der
Moderne Kapitalismus (1902), Werner Sombart lebih lanjut mengatakan
bahwa pertumbuhan masyarakat kapitalis dapat dibedakan atas beberapa
tingkatan, yaitu:
a.) Tingkat pra-kapitalisme
Pada tingkat pra-kapitalisme kehidupan ekonomi masih
bersifat komunal, struktur sosial masih berat kearah pertanian,
kebutuhan manusia masih rendah, uang belum dikenal, motif laba
maksimum masih belum nampak, dan produk seluruhnya lebih
ditunjukan untuk diri sendiri.
b.) Tingkat kapitalisme menengah
Pada tingkat ini walaupun kehidupan ekonomi masih
bersifat komunal, tetapi mulai memperlihatkan ciri-ciri
individualisme, struktur pertanian industri mulai berimbang,
masyarakat mulai mengenal uang, motif laba maksimum mulai
nampak, dan produksi tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi
ditunjukan juga untuk pasar.
c.) Tingkat kapitalisme tinggi
Pada tingkat ini disebutkan tingkat kapitalisme tinggi, ciri
masyarakat komunal hilang, paham individualisme mulai
menonjol, struktur ekonomi semakin berat ke industri dan
perkotaan, peran uang semakin menonjol, motif laba maksimum
makin kelihatan, dan sebagian produksi dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan pasar.
d.) Tingkat kapitalisme akhir
Tingkat ini ditunjukan oleh ciri-ciri dimana sikap
individualisme lebih tinggi, tetapi kepentingan masyarakat tidak
diabaikan, industri mulai ke padat modal, disamping uang kartal
juga mulai di kenal uang giral, motif laba maksimum lebih tinggi,
tetapi juga dipertimbangkan penggunaan laba untuk kepentingan
masyarakat, dan produksi untuk pasar.

5. Max Weber (1864-1920)


Max Weber adalah ahli sosiologi dalam arti luas dimana ilmu
ekonomi dan sejarah ekonomi oleh Weber juga dimasukan sebagai ilmu
sosiologi. Dalam bukunya yang cukup terkenal, yaitu The Protestant Ethic
and the Spirit of Capitalism (1958) ia menjelaskan ada pengaruhnya ajaran
agama Protestan terhadap prilaku ekonomi.
Perilaku ekonomi kapitalis, kata Weber, bertolak dari harapan akan
keuntungan yang akan diperoleh dengan m,empergunakan kesempatan
bagi tukar menukar yang didasarkan pada kesempatan mendapatkan
keuntungan secara damai. Hasil pengamatan Weber menunjukan bahwa
golongan penganut agama Protestan, terutama kaum Calvinis menduduki
tempat teratas. Menurut orang Calvinis keselamatan hanya diberikan pada
orang-orang terpilih, hal inilah yang mendorong orang bekerja keras agar
masuk menjadi golongan orang terpilih tersebut. Dalam pemikiran teologis
inilah semangat kapitalisme yang bersandar pada cita, ketekunan, hemat,
rasional, berperhitungan, dan sanggup menahan diri, menemukan
pasangannya.
Tidak semua orang menerima tesis Weber, diantaranya yang
menentang, yaitu Bryan S Turner, R.H.Tawney, Kurt Samuelson, Robert
N. Bellah, Andrew Greeley, dan tokoh-tokoh lainnya yang pernah meneliti
dampak ajaran agama lain terhadap kehidupan ekonomi, misalnya
penelitian tentang masyarakat islam dan penganut-penganut agama
Tokugawa di Jepang. Kritik-kritik tersebut antara lain dapat dibaca dalam
buku yang diedit Taufik Abdullah: Agama, Etos Kerja dan Perkembangan
Ekonomi (1979).

6. Henry Charles Carey (1793-1879)


Henry Carey adalah seorang pemimpin gerakan proteksionis dari
Amerika Serikat. Dalam karyanya: Principles of Social Science, Carey
menekankan perlunya diversifikasi industri untuk menciptakan lapangan
pekerjaan lebih luas. Menurutnya suatu negara yang hanya mengandalkan
pembangunan pada ekspor produk-produk pertanian dinilainya sebagai
tindakan yang bodoh dan merugikan.
Pendukung-pendukung aliran sejarah yang lain dari Amerika
Serikat adalah Simon Nelson Patten dan Daniel Reymond. Nelson Patten
(1852-1992) mengajukan argumen-argumen yang menyokong proteksi
sebagaimana yang dikemukakan oleh Carey. Sedangakan Daniel Reymond
(1786-1849) adalah seorang ahli hukum yang kemudian tertarik dengan
persoalan-persoalan ekonomi. Daniel Raymond merupakan ekonom
politik penting pertama muncul di Dia menulis Thoughts on Political
Economy (1820) dan The Elements of Political Economy (1823).
Daniel Reymond berteori bahwa “kekayaan menciptakan tenaga
kerja,” yang mungkin telah perbaikan berdasarkan pemikiran Adam Smith
dari Eropa. Daniel Raymond berpikir bahwa ekonomi Inggris sebenarnya
perekonomian berpangkat lebih tinggi anggota masyarakat, dan bukan
ekonomi seluruh bangsa. Ia berpendapat bahwa kekayaan bukanlah suatu
agregasi nilai tukar, seperti Adam Smith telah mengandung itu. Daniel
Raymond berpendapat bahwa kekayaan adalah kemampuan atau
kesempatan untuk mendapatkan keperluan dan kemudahan hidup oleh
tenaga kerja.
Pada tahun 1845, ia menulis sebuah buku judul “The Elements of
Constitutional Law” yang mencakup definisi dasar sebuah pemerintahan,
sebuah negara berdaulat, sebuah konfederasi dan sebuah konstitusi.
Sementara konsep-konsep ini telah berevolusi, banyak teori-teori dasar
yang masih memiliki relevansi yang diuraikan dalam analisis politik
modern. Tulisannya mempengaruhi perkembangan politik di Amerika
Serikat.

Jika di perhatikan, dapat dikatakan bahwa doktrin aliran sejarah kurang


jelas. Lebih tegas mereka tidak mengembangkan suatu “system” melainkan lebih
merupakan reaksi terhadap pemikiran-pemikiran klasik dan neo-klasik. Pemikir
sejarah lebih banyak hanya mengkritik metode deduksi klasik, tetapi tidak melihat
kelemahan dari metode induksi empiris mereka sendiri.Yang mana kelemahan
utama induksi ialah sulitnya mencapai suatu kesimpulan yang padu tentang
perekonomian masyarkat.
Keuntungan lain yang biasa dipetik dari serangan pemikiran-pemikiran
aliran sejarah terhadap kaum klasik ialah dalam pengembangan penelitian metode
ekonomi. Oleh Schumpeter, perdebatan tentang metode induksi dan deduksi ini di
nilai sebagai penghambur-penghambur energi saja. Tetapi tentu tidak semua orang
berpendapat dengan Schumpeter, sebab sebagaimana yang terbukti kemudian dari
perdebatan ini lahir suatu kesadaran bagi pemikir-pemikir ekonomi di kemudian
hari, bahwa dalam melakukan penelitian ekonomi sebaiknya di gunaka metode
deduksi (reasoning from the general to the particular) dan induksi (reasoning
from the particular to the general) secara hilir mudik, yang kemudian dikenal
dengan metode reflective thinking.
DAFTAR PUSTAKA

Deliarnov. 2003. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo


Utama.
Hudiyanto. 2001. Ekonomi Indonesia: Sistem dan Kebijakan. Yogyakarta: PPE
UMY.
Hamid, Edy Suandi. 2005. Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: UII Press.

You might also like