Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti
balon dan mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada
kekuatan
untuk
mempertahankan
pengembangannya.
Paru-paru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di
dalam
pleura
yang
menyebabkan
kolapsnya
paru
yang
terkena10.
B. Klasifikasi
Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu 2,12 :
1. Pneumotoraks spontan
Yaitu
setiap
pneumotoraks
yang
terjadi
secara
tiba-tiba.
Pneumotoraks tipe ini dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu
:
a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi
secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Pneumotoraks ini kadang
terjadi pada anak usia belasan tahun dan pada orang dewasa muda,
paling sering pada anak laki-laki yang tinggi dan kurus.
b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi
dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki
sebelumnya, misalnya fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik
kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru.
2. Pneumotoraks traumatik,
Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik
trauma penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura,
dinding dada maupun paru.
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua
jenis, yaitu :
a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang
terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada,
barotrauma.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi
akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun
masih dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental
Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan
medis karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan
tersebut, misalnya pada parasentesis dada, biopsi pleura.
2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan
dengan cara mengisikan udara ke dalam rongga pleura.
pada
pengobatan
tuberkulosis
sebelum
era
berdasarkan
jenis
fistulanya,
maka
pneumotoraks
dapat
13
Pneumotoraks
juga
diketahui
berhubungan
dengan
gangguan
Rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume hemitoraks, dimana
masing-masing volume paru dan hemitoraks diukur sebagai volume kubus
2
103
2.
512
=
______ __
= 50 %
1000
% luas pneumotoraks
3.
A + B + C (cm)
x 10
3
__________________
Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan
luas hemitoraks 11
D. Gejala klinis
Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul
adalah 2,12,13 :
1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak
dirasakan mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas
tersengal, pendek-pendek, dengan mulut terbuka.
2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam
pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada
b.
2)
Udara
yang
tadinya
terjebak
di
G. Penatalaksanaan
Tujuan
utama
penatalaksanaan
pneumotoraks
adalah
untuk
pernapasannya
harus
dipertimbangkan.
Kadang-kadang
morfin
atau
meperidin diperlukan.11
Pada neonatus, pernapasan dengan 100% oksigen mempercepat resorpsi
udara bebas pleura ke dalam darah dan mengurangi tekanan nitrogen dalam
darah.11 Pemberian makan yang sering dengan porsi kecil dapat mencegah
dilatasi lambung dan meminimalkan bayi menangis, yang dapat menganggu
ventilasi lebih lanjut dan memperjelek pneumotoraks.
11
Pada prinsipnya,
b.
klem
penyumbat
dibuka,
akan
tampak
Jarum abbocath
Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari
gabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada
posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus ke
rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal.
Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus
set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang
berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak
gelembung udara yang keluar dari ujung infuse set yang
berada di dalam botol 13.
3)
3. Torakoskopi
Yaitu suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks
dengan alat bantu torakoskop.
4. Torakotomi11
a. Torakotomi tertutup (memasukkan pipa dada dengan cara
sederhana) dan drainase udara yang terperangkap melalui kateter,
dengan bagian ujung eksternanya dipertahankan pada posisi
H. Pengobatan Tambahan
1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan
ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru
diberi OAT, terhadap bronkhitis dengan obstruksi saluran napas diberi
antibiotik dan bronkodilator 13.
2. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat 13.
3. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat
dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi, seperti
emfisema 12.
I. Rehabilitasi 13
1. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan
pengobatan secara tepat untuk penyakit dasarnya.
BAB III
KESIMPULAN
Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh
udara, sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru yang
menimbulkan gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat
proses respirasi. Oleh karena itu, pada pasien sering mengeluhkan adanya sesak
napas dan nyeri dada.
Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dapat terjadi baik secara
spontan maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat
primer dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat
iatrogenik dan non iatrogenik. Dan menurut fistel yang terbentuk, maka
pneumotoraks dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil (tension).
Dalam menentukan diagnosa pneumotoraks seringkali didasarkan pada
hasil foto rntgen berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan
bronkovaskuler pada lapang paru yang terkena, disertai adanya garis putih yang
merupakan batas paru (colaps line). Dari hasil rntgen juga dapat diketahui
seberapa berat proses yang terjadi melalui luas area paru yang terkena
pendesakan serta kondisi jantung dan trakea.
Pada prinsipnya, penanganan pneumotoraks berupa observasi dan
pemberian O2 yang dilanjutkan dengan dekompresi. Untuk pneumotoraks yang
berat dapat dilakukan tindakan pembedahan. Sedangkan untuk proses medikasi
disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga perlu
diperhatikan agar pneumotoraks tidak terjadi lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang, Alwi, Idrus K., et al. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2006. H. 1063.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sistoza
LC.
Pneumothorax
In
Neonatology:
Management,
10.
11.
12.
13.
14.
[Cited
25
November
2014].
Available
from:
http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm
15.
16.