You are on page 1of 10

Organ reproduksi hewan

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok

:
:
:
:

Rizki prasetya nugroho


B0A013055
I
4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belekang


Semua jenis makhluk hidup berusaha meneruskan keturunannya, baik dalam kondisi
lingkungan yang normal atau pun dalam kondisi lingkungan yang sulit. Secara khusus,
reproduksi mempelajari perkembangbiakan makhluk hidup dengan segala seluk-beluk
perkembangbiakannya. Biologi menggolongkan reproduksi makhluk hidup atas dua cara,
yakni reproduksi seksual dan reproduksi aseksual. Begitupun reproduksi pada hewan juga
terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara seksual pada hampir semua hewan,
sedangkan reproduksi secara aseksual hanya terjadi pada hewan-hewan tertentu, terutama
hewan-hewan invertaebrata (Champell, 2004).
Reproduksi aseksual terjadi tanpa peleburan sel kelamin jantan dan betina. Reproduksi
aseksual biasanya terjadi pada hewan tingkat rendah atau tidak bertulang belakaang
(avertebrata). Reproduksi seksual umumnya terjadi pada hewan tingkat tinggi atau hewan
betulang belakang (vertebrata). Perkembangbiakan tersebut melibatkan alat kelamin jantan
dan alat kelamin betina dan ditandai oleh adanya peristiwa pembuahan (Fertilisasi).
Reproduksi aseksual pada hewan umumnya terjadi pada avertebrata dan tidak melibatkan
alat reproduksi. Ada 3 cara perkembangbiakan pada hewan secara aseksual, yaitu
pertunasan, pembelahan sel, dan flagmentasi. Kebanyakan organisme mempunyai
perbedaan yang nyata antara individu jantan dan individus betina (Campbell 2004).
Reproduksi aseksual pada hewan meliputi perkembangbiakan dengan konjungsi dan
peleburan dua sel gamet. Konjugasi, yaitu perkembangbiakan secara kawin pada organisme
yang belum jelas alat kelaminnya, contohnya Spirogyra. Peleburan dua sel gamet, dapat
terjadi pada hewan yang telah memiliki alat kelamin tertentu, sebagai contoh pada cacing
tanah terjadi perkawinan silang antara dua cacing yang kawin. Keuntungan cara reproduksi
secara aseksual ini adalah suatu individu tidak memerlukan pasangan untuk menghasilkan
individu baru sehingga akan mempercepat penyebarluasannya serta hanya mengeluarkan
sedikit energi dibandingkan dengan reproduksi secara seksual (Irlawati 2000).
Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang terjadi pada tumbuhan. Beberapa cacing
kecil berkembang biak dengan cara fregmentasi. Setelah tumbuh mencapai besar norma,
cacing tersebut secara spontan terbagi-bagi menjadi delapan atau sembilan bagian. Setisp
bagian berkembang menjadi dewasa dan proses tadi terulang lagi. Sejumlah hewan
berkembang biak dengan cara pertunasan (budding). Pada beberapa spesies, seperti pada
ubur-ubur, tunas tersebut lepas dan hidup bebas. Pada yang lain, misalnya koral, tunas

tersebut tetap terikat pada induk dan proses ini menyebabkan terjadinya koloni.
Pertunasan juga lazim didapatkan pada hewan parasit. Contoh yang terkenal adalah cacing
pita. Cacing pita yang terdiri dari suatu kapsul yang mengandung skoleks (Kimball 2000).
Biasanya reproduksi aseksual adalah suatu alternatif dan bukanya suatu pengganti dari
reproduksi seksual. Sebagaimana pada tumbuhan hanya pad reproduksi seksual dapat
terjadi kombinasi gen baru. Dalam waktu yang lama, variabilitas genetik yang terjadi karena
reproduksi seksual itulah yang memungkinkan suatu spesies secara cepat berdaptasi pada
perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Pada hewan tidak terdapat generasi haploid
dan diploid secara bergantian (Kimball 2000)

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mengamati organ reproduksi katak jantan dan betina
2. Mengamati organ reproduksi ikan jantan dan betina

II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak bedah, alat bedah,
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah katak sawah (Fejervarya concrivora)
betina/jantan dan ikan Nilem (Osteochilus hasselti) jantan/betina

2.2. Cara kerja


2.2.1. Pengamatan organ reproduksi katak
1. Diambil katak betina/jantan lalu dilemahkan dengan merusak bagian otaknya
2. Setelah itu, diambil katak dan letakkan pada bak preeparat dengan posisi
terlentang.
3. Direntangkan kaki katak dengan menusuk jari-jarinya dengan jaaarum pentul.
4. Disayat bagian perut sepanjang garis midventral dengan menggunakan gunting
bedaah
5. Dikeluarkan bagian usus yang menghalangi pengamatan organ reproduksi.
6. Diamati organ-organ reproduksi jantan/betinna yang ditemukan lalu digambar
sesuai posisinya dalam tubuh.

2.2.2. Pengamatan organ reproduksi ikan lele


1. Diambil ikan Nilem betina atau jantan
2. Dibius ikan Nilem dengan cara merusak oraknya menggunakan jarum kasur
3. Direntangkan ikan Nilem yang sudah terbius diatas bak bedah.
4. Dibuat guntingan dibagian kulit ikan tersebut tanpa merobek ususnya
5. Dengan menggunakan pinset dan gunting bedah, digunting bagian dinding
abdomen ke arah atas dan samping tubuh.
6. Dibuka bagian perut ikan tersebut dan pisahkan ususnya kebagian bawah,
hingga tampak bagian gonadnya..
7. Digambar organ reproduksinya sesuai posisi di dalam tubuh.

2.3. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil pada organ bagian
katak (Fejervarya cancrivora) terdapat beberapa organ reproduksi diantaranya adalah
corpus adiposum, ginjal, ureter, vesica urinaria dan kloaka . Dari bahan yang dibawa,
masing-masing memiliki jumlah sepasang yang reproduksi yang berbeda. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kimball (2000), bahwa reproduksi pada hewan dapat terjadi secara
seksual dan aseksual.Osteochillus hasselti dan Fejervarya cancrivora Merupakan hewan

yang bereproduksi secara seksual. Reproduksi secara seksual adalah sistem reproduksi yang
melibatkan dua sel kelamin, yaitu sel telur dan spermatozoa. Keturunan yang dihasilkan
dalam reproduksi seksual akan memiliki materi genetik yang merupakan gabungan dari
kedua induknya.
Fejervarya cancrivora termasuk dalam kelas Amphibia. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kimball (2000).Katak jantan, testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang
digantungkan oleh mesorsium. Sebelah caudal dijumpai korpus adiposum, terletak di
bagian posterior rongga abdomen. Pada saluran reproduksi, duktus mesoneferus akan
membesar membentuk vasikula seminalis. Pada katak betina terdapat ovarium yang
berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak bermwarna kuning
(korpus adiposum). Pada saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelokkelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan
lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah caudal mengadakan
pelebaran yang disebut duktus mesonefrus dan akhirnya bermuara di kloaka.
Pembuahan pada reproduksi secara seksual dibagi menjadi dua, yaitu secara internal
dan eksternal. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2004), bahwa pembuahan internal
adalah pembuahan sel telur oleh sperma di dalam tubuh hewan betina. Sedangkan
pembuahan secara eksternal merupakan pembuahan yang terjadi di luar tubuh hewan
betina.Bahan yang digunakan dalam praktikum, hewan yang bereproduksi secara internal
adalah Osteochillus hasselti, karena melakukan pembuahan di dalam tubuh hewan betina.
Sedangkan hewan yang melakukan pembuahan secara eksternal adalah Fejervarya
cancrivora.
Reproduksi pada vertebrata umumnya sama, tetapi karena tempat hidup,
perkembangan anatomi dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan
pada proses fertilisasi. Sistem reproduksi pada katak jantan terdiri atas testis, vassa
efferentia, vesica seminalis, corpus adiposum yang merupakan bahan cadangan makanan
yang digunakan pada musim perkelaminan. Katak jantan mempunyai sepasang testis
(bentuknya oval, warnanya keputih putihan) terletak di sebelah atas ginjal. Testis diikat
oleh alat penggantungnya yang disebut mesorchium. Testis terdapat saluran yang disebut
vassa efferentia yang bermuara di cloaca. Bagian ureter yang dekat cloaka mengalami
pembesaran yang disebut vesica seminalis yang berfungsi untuk penampungan sementara
spermatozoa (Zug,1993). Organ reproduksi katak betina terdiri atas sepasang ovarium yang
terdapat pada bagian belakang rongga tubuh diikat oleh penggantungnya yang disebut
mesovarium. Katak betina ketika musim kawin pada ovarium terpadat, ovum yang masak
akan menuju ke saluran yang disebut oviduct. Bagian posterior oviduct membesar

membentuk uterus. Selanjutnya telur dikeluarkan melalui cloaka keluar dari tubuh. Katak
sendiri terjadi fertilisasi eksternal (pembuahan di luar tubuh) dan pada musim kawin terjadi
isyarat kawin oleh katak jantan dan katak betina. Perkawinan dilakukan dengan cara katak
jantan menempel di atas punggung katak betina, lalu keduanya menyemprotkan selsel
gametnya ke luar tubuh (Zug,1993).
Organ reproduksi pada Ikan Nilem tersusun dari gonad dengan saluran kelenjar
asesorisnya. Ada dua macam gonad yang menyusunnya yaitu gonad yang menghasilkan sel
kelamin jantan (spermatozoa) disebut testis. Ikan Nilem jantan mempunyai sepasang testis
berukuran panjang dan terletak dibagian ventral dari ginjal. Ujung cauda mulai dari dari vas
defferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Ikan Nilem betina mempunyai
sepasang ovarium panjang dan secara simetris terletak pada sisi kanan dan kiri tubuh. Di
sebelah dalam ovarium terdapat sarang-sarang telur yang berisi sel gamet primordial
(oogonia / oosit). Ovarium ini mempunyai rongga yang ke cauda melanjutkan ke oviduct,
yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Fertilisasi dilakukan di dalam air. Telur-telur
yang dilekatkan pada tumbuhan yang ada air. Ikan Nilem jantan dan Ikan Nilem betina
dapat dibedakan setelah masak kelamin. Permukaan luar operkulum Ikan Nilem betina
lebih halus sedangkan Ikan Nilem jantan kasar. Ikan Nilem jantan apabila diurut perutnya
dari abdomen ke papilla genital maka akan keluar cairan seperti santan (milk) sedangkan
Ikan Nilem betina tidak. Perut Ikan Nilem jantan langsing sedangkan pada betina buncit dan
lunak (Rodiopoetro, 1977).
Ikan merupakan kelompok hewan ovipar, ikan betina dan ikan jantan tidak memiliki
alat kelamin luar. Ikan betina tidak mengeluarkan telur yang bercangkang, namun
mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh
sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui
kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina mencari tempat yang rimbun olehtumbuhan air atau
diantara bebatuan di dalam air. Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan
sperma dar testis yang disalurkan melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus
saluran sperma) dan keluar melalui kloaka, sehingga terjadifertilisasi di dalam air (fertilisasi
eksternal). Peristiwa ini terus berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada
tumbuhan air atau pada celah-celah batu. Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti
bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 24 40
jam. Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari sisa kuning
telurnya, yang tampak seperti gumpalan di dalam perutnya yang masih jernih. Dari
sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat bertahan hidup
(Rodiopoetro, 1977).

Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan
katak betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada
saat kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan
akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian
katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan
diselaputi oleh selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya, ovum katak yang telah matang
dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan
melalui oviduk. Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang
menggembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan
ureter. Oviduk nya berkelok-kelok dan bermuara di kloaka. Segera setelah katak betina
mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Sperma
dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam vas deferens. Vas
deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas deferens sperma lalu bermura di
kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga
kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal
yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air
dengan alat hisa (zug, 1993).

III. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa


Hasil pengamatan organ reproduksi katak betina dan jantan adalah

Katak jantan : Badan lemak, testis, saluran sperma, ginjal, ureter, uretrus, kantung
kemih, dan kloaka.

Katak betina : Badan lemak, ovarium, oviduct, ginjal, ureter, uretrus, kantung
kemh, dan kloaka.

Hasil pengamatan organ reproduksi mencit

Jantan : testis

Betina : ovarium

DAFTAR REFERENSI

Campbell, N.A. 2004. Biologi Jilid 3. Erlangga Jakarta.


Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Irlawati. 2000. Ringkasan Materi Olimpiade Internasional. Bandung. ITB.
Kimball, W John. 2000. Biologi Jilid 2 edisi ke-5. Jakarta. Erlangga.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Sharma, Subhasini, K. Sharma, N. Yadav, K. Ojha, S. Sharma, and K.P. Sharma. 2011. Efficacy
of Distillery Soil Leachete on Reproductive Health of Swiss Albino Male Mice (Mus
musculus L.). Journal Pharmacologyonline 2: 748-754.
Siswanto, Mahmud, N. W. Patmawati, N. N. Trinayani, I. N. Wandia, dan I. K. Puja. 2013.
Penampilan Reproduksi Sapi Bali pada Perternakan Intensif di Instalasi Pembibitan
Pulukan. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan 1(1): 11-15.
Zug, George R. 1993. Herpetolology: an Introduction Biology of Ampibians and Reptiles.
Academic Press, London.

You might also like