Professional Documents
Culture Documents
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Oxalidales
Suku
: Oxalidaceae
Genus
: Averrhoa
Spesies
: Averrhoa bilimbiLinn.
tanaman tropis yang mempunyai kelebihan yaitu dapat berubah sepanjang tahun.
Belimbing wulih biasanya terlebih dahulu diolah menjadi manisan, pikel, juice, sirup
atau dikeringkan sebelum dikonsumsi. (Safitri, 2010)
Belimbing wuluh merupakan salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat karena memiliki beragam khasiat. Salah satu khasiat yang dimiliki
belimbing wuluh adalah sebagai obat antihipertensi. Hasil penelitian farmakologis
menunjukkan bahwa ekstrak belimbing wuluh dengan dosis 8,3 mg/kg berat badan
dapat menurunkan tekanan darah 33-45 mmHg. Selain itu belimbing wuluh juga
bermanfaat untuk menurunkan kolesterol dalam darah. Infus dari ekstrak buah
belimbing wuluh mempunyai pengaruh terhadap kadar kolesterol darah tikus. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian infus belimbing wuluh
menyebabkan penurunan kolesterol darah tikus secara bermakna. Belimbing wuluh
mengandung senyawa flavonoid, pektin dan vitamin C yang dapat menurunkan
tekanan darah (Masruhen, 2010).
Mursito (2002) menyatakan, dari berbagai penelitian didapatkan bahwa dalam
belimbing wuluh terdapat kandungan zat aktif berupa saponin, tanin, flavonoid,
glukosida, asam formiat, asam sitrat, dan beberapa mineral, serta banyak mengandung
kalsium oksalat serta kalium.
Menurut Lingga (1990), kandungan vitamin C dalam buah belimbing wuluh
segar sebesar 25 miligram dalam 100 gram buah segar. Kandungan vitamin C ini
mendekati kandungan vitamin C jeruk nipis sebesar 27.00 miligram dalam 100 gram
buah segar. Kandungan vitamin C yang cukup tinggi tersebut dapat dijadikan acuan
dalam pemanfaatan buah belimbing wuluh sebagai minuman kesehatan. Belimbing
wuluh memiliki banyak potensi mendorong perlunya penelitian pemanfaatan
belimbing wuluh agar lebih optimal. Salah satu pengolahan untuk memperpanjang
umur simpan dan nilai kegunaan belimbing wuluh adalah dengan memanfaatkannya
sebagai bahan baku dalam pembuatan minuman serbuk instan. Pengolahan belimbing
wuluh menjadi minuman serbuk instan diharapkan dapat memudahkan masyarakat
dalam mengkonsumsi dan memanfaatkan khasiat-khasiat belimbing wuluh.
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Belimbing Wuluh (per 100 g bahan segar)
Zat Gizi
Jumlah
Berat dapat dimakan (%)
100,00
Air (%)
93,00
Energi (kalori)
32,00
Protein (g)
0,40
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
7,00
Serat (g)
0,60
Abu (g)
0,30
Kalsium / Ca (mg)
3,40
Fosfor / P (mg)
11,10
Zat Besi / Fe (mg)
0,40
Natrium / Na (mg)
4,00
Kalium / K (mg)
148,00
Vitamin A (S.I)
Tiamin / Vitamin B1 (mg)
0,01
Riboflavin / Vitamin B2 (mg)
0,02
Asam Askorbat / Vitamin C (mg)
25,00
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996)
Tabel 2. Kandungan Asam Organik Belimbing Wuluh
Asam organik
(mEq asam / 100 g total padatan)
Asam asetat
1,6 1,9
Asam sitrat
92,6 133,8
Asam format
0,4 0,9
Asam laktat
0,4 1,2
Asam oksalat
5,5 8,9
Sedikit asam malat
Sumber: Lathifah (2008)
Menurut Utami (2007), asam organic memiliki sifat sangat sensitif dengan
udara (oksidasi), mudah rusak atau hilang oleh alkali-alkali, besi dan garam-garam
tembaga, pemanasan pada suhu tinggi, enzim oksidasi, udarabebas dan cahaya.
Kandungan asam organik yang paling berbahaya yang terdapat pada buah belimbing
wuluh adalah senyawa asam oksalat (Noonan dan Savage, 1999).
Buah dan daun mengandung kristal asam oksalat sehingga menimbulkan rasa
asam, oksalat dapat ditemukan dalam jumlah yang relatif kecil pada banyak tumbuhan
(Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000). Proses pemanasan dapat mengurangi
kelarutan oksalat dan perebusan dapat mengurangi kadar oksalat dengan cara
membuang air rebusan, perendaman dalam garam dan menaikan supply kalsium pada
buah sehingga dapat menetralkan pengaruh dari oksalat (Catherwood, et al., 2007).
Daftar Pustaka
Catherwood, D.J, Savage G.P, Mason S.M, and Scheffer J.J. 2007. Oxalate content of
cormels of japanese taro corns (Colocasia esculente (L). Schott) and the effect of
cooking. Journal of Food Composition and Analysis 2000,(20) : 147151.
Gunawan D, Mulyani S. Ilmu obat alam (farmakognasi) jilid 1. 1st ed, Jakarta: Penebar
Swadaya, 2004: 105-20
Lathifah, Q. A. 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada Buah
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. UIN Malang:
Malang.
Masruhen. 2010. Pengaruh Pemberian Infus Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.)
terhadap Kolesterol Darah Tikus. Skripsi. Akademi Farmasi Putra Indonesia
Malang. Malang.
Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Malaria. PT. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Noonan S, and Savage G.P. 1999. Oxalate content of food and its effect on humans. Asia
Pacific Journal Of Clinical Nutrition, Vol. 8 (1) : 64-67.
Safitri, K. 2009. Pengaruh ekstrak belimbing wuluh (Averrhea bilimbi L) sebagai
penggumpalan lateks terhadap mutu karpet. Universitas Sumatra Utara. Medan
Tjitrosoepomo, G., 2000. Taksonomi Tumbuhan Spermathophyta. Cetakan ke-9, UGM Press,
Yogyakarta
Utami, P.W. 2007. Pembuatan Manisan Tamarilo (Kajian konsentrasi Perendaman Air Kapur
Ca(OH)2 dan Lama Pengeringan Terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Organoleptik).
Skripsi. Jurusan THP, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
Malang.
Wijayakusuma, H. dan Dalimartha, S. 2000. Ramuan Tradisional Untuk Darah Tinggi.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Wijayakusuma, H., Dalimartha, S. (2006). Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah
Tinggi. Cetakan VI. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 13, 42-43.