You are on page 1of 38

Kuat selama Empat Tahun

RICHALDO HARIANDJA

Tidak terasa sudah empat tahun mantan Ketua KPK Antasari Azhar mendekam di
penjara. Secara fisik ia sehat, tapi secara mental dan rohani perlu dipertimbangkan.
TIDAK pernah dalam satu hari pun terpikirkan oleh saya bahwa saya pantas berada di sini.
Kata-kata itu meluncur secara berapi-api dari mulut mantan Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) Antasari Azhar. Kata-kata itu merupakan pengobar semangat Antasari dalam
menjalani kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Tangerang, tempat dirinya
menghabiskan empat tahun terakhir dengan status terpidana pembunuhan Direktur PT
Rajawali Putra Banjaran Nasrudin Zulkarnaen.
Saat dikunjungi Andy Noya dan tim Kick Andy, pria yang akrab disapa Antasari itu terlihat
segar secara fisik, tetapi secara mental belum tentu terlihat dari luar.
Secara fisik iya (sehat). Secara mental dan rohani masih perlu dipertimbangkan, ucap
Antasari.
Tinggal dalam penjara bukan perkara mudah bagi Antasari. Beberapa kabar yang berkembang
di masyarakat menyatakan orang tidak akan mati di penjara, tapi potensi tidak sehat secara
mental sangat tinggi. Hal itu dirasakan pria berkacamata tersebut saat menjalani hari-harinya
di balik jeruji besi.

Bukan berarti Antasari sama sekali tidak mengalami gangguan secara mental. Berteriak dan
menangis pernah dialaminya layaknya kebanyakan orang yang tinggal di hotel prodeo.
Saya pernah menangis ketika selesai salat dan memikirkan nasib anak dan istri saya, ujar
Antasari.
Kala matahari terbenam merupakan saat terberat bagi Antasari. Pasalnya, ia merasa waktu
berputar sangat lambat. Tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan, tidak seperti saat pagi
dan siang.
Ia pun memilih membaca buku dan menulis surat untuk anak dan istrinya. Surat itu pun selalu
ia bawa di dalam sakunya.
Berbagi pengalaman
Sebagai mantan penegak hukum, rasanya aneh menjadi orang bersalah dan menjalani
hukuman. Setidaknya itulah yang terbersit di pikiran Antasari dalam menjalani masa tahanan,
baik di polda maupun di LP Kelas 1 Tangerang.
Meski begitu, Antasari bersyukur karena ia menilai yang terjadi di dunia tidak ada kebetulan,
tetapi kehendak Yang Kuasa. Jika pada awalnya Antasari tidak mengerti, sekarang ia
mengaku keberadaannya di sana memberikan dampak positif bagi para warga binaan lainnya.
Antasari melihat banyak penghuni LP yang buta secara hukum. Mereka belum sepenuhnya
mengerti proses peradilan di Indonesia, yang bisa mengajukan banding atas vonis yang telah
dijatuhkan. Semua ia peroleh dari observasi dan mengobrol dengan warga binaan lainnya.
Dengan berkaca pada hal itu, Antasari sempat mengajukan kepada pimpinan LP untuk
membentuk lembaga bantuan hukum di dalam penjara sebagai sebuah bentuk inovasi hukum
di Indonesia dan membuat para warga binaan menjadi sadar akan hak mereka.
Bukan sebagai sebuah tindakan pemberontakan, melainkan agar mereka mendapat hak lebih
baik, tambah Antasari.
Keaktifan Antasari di LP membuatnya mendapatkan jabatan khusus sebagai koordinator
pemuka pembinaan, yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan pembinaan yang
berlangsung di dalam LP. Tidak tanggung-tanggung, Antasari berhasil membawa tim sepak
bola dan bulu tangkis LP Kelas 1 Tangerang ke pertandingan persahabatan di LP Cipinang.
Hasilnya seri, ucapnya sambil tertawa.
Mencari keadilan
Sudah empat tahun Antasari berada di balik jeruji. Hingga kini ia tetap berupaya mencari
kebenaran di balik kasusnya. Ia melihat banyak kejanggalan dan hal itu membuatnya
berusaha sekuat mungkin mengumpulkan bukti-bukti demi keadilan.

Salah satu bukti yang dianggapnya akan menghadirkan keadilan ialah kejelasan mengenai
bukti SMS yang diajukan kepadanya. Selain itu, baju korban yang turut tidak dihadirkan
dalam persidangan juga hendak diselidiki olehnya.
Kalau di baju itu ada bubuk mesiunya, berarti kan penembakan dilakukan secara langsung,
bukan dari luar mobil, ucap Antasari.
Antasari pun turut mengajak pengacara dan rekan-rekannya yang mengerti hukum untuk
membantunya mengumpulkan bukti-bukti yang akan membantunya bebas dan menunjukkan
siapa sebenarnya dalang dari kasus yang memberatkannya tersebut.
Antasari pun mengaku sudah sejak lama dia mengetahui siapa dalang sebenarnya. Diakuinya
dengan bertahajud dan tak henti-hentinya memanjatkan doa kepada Yang Kuasa, maka
akhirnya dia tahu siapa aktor di balik konspirasi yang membuat namanya tercemar tersebut.
Akan tiba saatnya bagi masyarakat untuk tahu, pungkas Antasari. (M-4)

Menghargai Keluarga

DEDIKASI Antasari Azhar kepada pekerjaan selama ini patut diapresiasi. Diakui mantan
Ketua KPK itu, tidak jarang keluarga dinomorduakan karena menganggap pekerjaan lebih
penting.
Pernah saat Antasari sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan bersama keluarga, ia
mendapat panggilan mendesak dari kantornya. Hasilnya, istri dan anaknya diberikan kunci
mobil, sedangkan Antasari langsung meluncur ke tempat bekerja menggunakan taksi.
Tapi semua sudah berubah. Saat saya di penjara, merekalah yang pertama kali mengunjungi
saya, ucap Antasari.
Karena itu, Antasari sepanjang malam selalu memikirkan nasib keluarganya. Memikirkan apa
yang mereka makan sementara kepala keluarga tidak bisa berkontribusi apa-apa.
Bahkan saat pertama kali berada di penjara, yang paling ditakutkan ialah kondisi mental dari
anak-anaknya. Dirinya merasa takut jika karena kasus ini anak-anaknya mendapatkan cercaan
dari berbagai pihak.
Tapi ketika mereka berkunjung, justru mereka yang menguatkan saya dengan berkata bahwa
saya tidak perlu khawatir, ucap Antasari.
Dengan statusnya yang kini menjadi seorang kakek, Antasari tidak merasa gusar ketika kelak
cucunya akan mengenalnya lewat pemberitaan yang selama ini memberatkannya. Pasalnya
Antasari akan menjelaskan perjalanan hidupnya melalui buku dan tulisan yang dibuatnya.
Bahkan Antasari mengaku ada mantan wartawan yang membuatkan buku baginya yang akan
terbit pada akhir bulan ini.
Judulnya Antasari Azhar Melawan Angin Kencang, nantikan saja, pungkasnya. (Ric/M-4)

Surat Antasari

YANG terhormat istri dan anakku tercinta. Bahwa keadaan sudah seperti ini, kita harus
terima.
Walaupun masyarakat sementara ini menilai saya bersalah, yakinlah di mata Allah saya
tetap mulia.
Doaku kepada Allah selalu bahwa: Yang pertama, Ya Allah bukakanlah, siapa sebetulnya
yang membuat cerita ini semua sehingga aku berada di sini.
Yang kedua, Ya Allah walaupun aku berada dalam keadaan di lembaga permasyarakatan,
berilah aku kesehatan, juga kepada istri dan anakku.
Yang ketiga, Ya Allah, sekalipun aku bertempat di sini, tetap tinggikanlah derajatku sebagai
manusia.
Dan yang terakhir kumohon, kepada istri dan anakku, yakinlah kehidupan di hari-hari penuh
dengan kenangan, juga terpengaruh dengan janji-janji yang memang dikondisikan, pada
akhirnya yakinlah kebenaran akan terwujud.

Kahia dalam Ajal yang Bergeming


Oleh: EKO TRIONO

PEREMPUAN Tua menjelaskan, Kalian menuduhku hanya karena aku mampu bicara
dengan kahia? Mengapa kalian tak tuduh diri sendiri? Kalian yang lebih mampu lihat kahia.
Siapa beri tahu kalian buat menuduh?
Ya, ya. Tak perlu dilanjut. Aku tahu namanya. Orang itu lagi. Aku dengar suaranya di toa
saat lufu kie. Aku tahu, dia punya sakit jantung dan tulang punggung. Hatinya juga.
Mengapa dia tak ikut dan hanya utus kalian? Kalian lihat sekarang? Aku hanya perempuan
tua pembuat boso dari sekian banyak perempuan Marekofo. Aku tak punya bahan peledak.
Tak seperti pencari ikan yang sering membuatku bangun buru-buru di tengah malam.
Mau kucerita? Malam itu aku cium bau solar dari mesin perahu cepat. Rasa-rasanya, ini tak
kulebih-lebihkan--semoga Allah mengampuni--aku dengar jerit kahia! Jadi, mengapa kalian
tak tuduh mereka? Mengapa malah aku?
Aku cuma punya koin uang dari kemenyan. Aku seperti perempuan di pulau ini, hanya lebih
tua--seperti kalian lihat--bekerja membuat boso. Anak dan cucu kami menjualnya ke pulaupulau lain, sampai Raja Ampat, orang-orang butuh forno buat bakar sagu. Kami tak
mengeluh soal sulitnya hidup. Kami hanya tak suka mereka merusak tanah kami. Kalian tahu
kan, maksud mereka?
Jauh-jauh hari, Sultan Nuku mewarisi kami bukit tanah liat abadi. Tak pernah habis meski
kami tambang buat boso. Kalau kami bersyukur, kami akan cukup. Kalau kamu kufur, kami
akan kurang. Itu kata Sultan. Jadi, buat apa membunuh kahia-kahia? Untuk isu? Untuk tipu?
Kalian pikir kami ini apa?
Harusnya kalian ingatlah petuah kimelaha, Oli se nyemo-nyemo budi se bahasa. Bertutur
kata yang baik. Jangan asal tuduh. Tahu?
Putra keduaku pergi dari rumah juga karena tuduh-menuduh tak jelas. Dia ketahuan bantu
buat boso. Di sini, yang boleh buat boso hanya perempuan. Ini sesuai asal nama Pulau
Mare, dari Mire: nama perempuan raksasa penghuni pulau ini di masa lalu.

Dia menangis. Tak tega. Kakaknya sudah pergi bertani, mencari tanah liat, dan melaut. Dia
bilang tak tega melihatku meraba-raba tanah liat, membuatnya menjadi beragam perkakas.
Jangan! cegahku, Ibu tidak ingin kamu dikutuk! Dia tak percaya. Dan, entah, aku tak tahu
lagi. Aku tak dengar suaranya jadi banci. Yang kudengar, ada orang yang melihatnya. Ya,
mereka teriak-teriak soal kutukan, mereka mengabarkan ke semua orang soal azab jadi
banci.
Putraku yang baik kudengar ambil dayung, bersampan pada malam yang cuma hanya bisa
kudengar. Kupanggil, ia tetap pergi, kupanggil, ia tetap hilang. Sejak itu, aku mulai punya
hubungan dengan kahia. Aku bicara dengan mereka. Aku sering menemui mereka sebagai
obat kehilangan anak, diantar cucu berdayung-dayung di antara mereka, sampai tiba suatu
hari, orang cerita, kalau putra kedua yang kutunggu, yang melanggar adat Mare dan kata
orang jadi banci, terlihat datang dari Pulau Jailolo. Aku bergegas. Tapi, tak kudengar suara
remajanya memanggil namaku. Hanya kerumunan suara orang yang biasa. Ada yang bisik,
Tak mungkinlah kau dengar suaranya yang remaja, dia harusnya sekarang sudah punya
anak. Tapi, aku tak percaya. Dia pasti belum kembali. Kalau sudah, pasti menemuiku.
Ya, dia anak yang baik. Aku menunggu sampai suatu malam, aku rasa perlu ke laut, ada
firasat. Kuajak cucu. Kurasa perlu lebih jauh, kubilang. Benar, perahu kami membentur
kahia-kahia yang terluka! Yang mengambang dan menjerit sakit.
Ya, kahia yang telah mengganti anakku yang pergi. Kami bawa satu per satu, kuobati di
tepian, meski gagal, dan orang-orang mengira akulah yang membunuhnya. Kalian juga.
***
Pejabat setempat berkata, Keterangan apa yang harus saya berikan? Kami mendengar itu
dari pihak kepolisian. Seberapa penting isu kematian beberapa kahia ini?
Kalau dibilang penting sekali, ya tidak juga. Kalau dibilang tidak, ya penting juga. Pasalnya
begini, kami sedang bangkit dari ketertutupan sejarah. Anda tentu lihat, di tempat kami ada 4
benteng Spanyol dan satu benteng Portugis. Ferdinand Magellan pada abad 16 tidak mungkin
datang ke pulau kami tanpa maksud. Mereka mencari barang mahal. Mereka mencari
rempah-rempah. Eropa jadi maju karena rempah. Tapi kami? Masih seperti ini juga. Jadi
perlu strategi. Perlu dibangun hotel dan kelengkapan wisata.
Tapi, orang-orang Pulau Mare menentang. Ada banyak batu. Ada banyak pohon. Ada banyak
tempat. Bahkan ada banyak ikan yang dilarang. Kalau semua dilarang, bagaimana mungkin
kami bisa bergerak?
Turis-turis pasti akan senang. Mereka melihat sejarah masa silam. dan juga ratib taji besi,
jumbia, kora-kora, lufu kie, dan lain lain. Makanan; gohu, nasi jaha, sambal dabu-dabu, ikan
fufu, sayur lilin, dan seterusnya. Kami ingin mengubah paradigma masyarakat, untuk
menyadari posisinya dalam kedudukan perekonomian global saat ini, yang tidak lagi

bertumpu pada rempah-rempah. Kami punya wisata. Kami ingin mengubah keadaan Pulau
Mare. Tapi, ditentang lagi, katanya ada daerah yang dilarang, inilah, itulah.
Selama ini, kahia jarang sekali muncul, sehingga nyaris misterius, namun kemarin ada yang
mati. Kahia itu dibaringkan pada sehelai kafan putih. Tubuh mereka pucat. Kalau tidak salah,
ada lima kahia.
Iya, benar? Ya, memang lima berarti.
Beberapa sirip mereka patah. Tubuh mereka tercabik. Dan, di sana ada seorang yang
diamankan; perempuan tua. Berdasarkan informasi yang saya terima, dia bersama cucunya
yang pertama kali kedapatan menggeret-geret bangkai kahia-kahia itu. Cucunya kemudian
melarikan diri berperahu ke laut. Kabarnya sudah ditangkap.
Kecurigaan lebih jauh muncul, sebab diketahui oleh masyarakat sekitar, perempuan tua itu
sebelumnya memang dikenal mampu berbicara dengan kahia dan menjadikannya sebagai
pengganti anaknya yang juga, kabarnya, terkutuk.
Tapi, sekarang kahia-kahia itu sudah mati. Jadi, mungkin kita akan sulit membuktikan, atau
sulit memercayai hal seperti itu. Positifnya, akan ada perubahan.
***
Anak Keriting membela, Iya, dia nenekku. Dia tidak membunuh kahia! Tidak. Kalau
percaya, mengapa tetap menuduh kami? Buat apa kuceritakan? Aku sudah cerita di tepi laut.
Orang-orang tidak percaya. Kalau ayahku sudah pulang melaut, dia pasti percaya. Atau
pamanku yang pertama. Atau pamanku yang kedua.
Paman kedua? Aku tidak tahu. Kata nenek, dia pergi. Belum pernah kembali. Paman
pertama? Dia tentara. Tiap tahun dia pulang. Aku diajak ke Ternate dan Halmahera. Aku
ingin ke Jawa, ke Jakarta. Aku menemani nenek. Berperahu. Duduk di belakang. Dia sering
menangis di laut. Ingin paman kedua pulang. Ia bicara dengan kahia. Bakar koin uang
kemenyan, lalu dilempar ke laut, lalu ketuk perahu tiga kali. Mereka terdengar datang.
Mereka berenang-renang di sisi kami. Nenek senang. Dia tersenyum, meski ke arah salah.
Tinggal tepuk-tepuk air lagi, lalu mereka akan pergi.
Ceritanya? Ya, sempat pulang, kata orang, tapi dia lihat ada boso pecah di beranda. Dia
kira, ibunya sudah tak mau kembali dengan tanda itu. Padahal, itu adalah cara nenek.
Ya, buat beri tahu kalau keluarga lebih berharga dari sebuah boso yang bisa dipecah dan
diganti. Nenek yang menjelaskan.
Mungkin kapan-kapan lagi. Sekolah di Tidore. Naik perahu ke Gamtufkange. Suka. Ada
acara orang-orang menusuk dadanya. Berdarah. Tapi tidak mati! Kata nenek, ratib taji besi.

Kahia? Nenek tidak membunuh kahia! Ya, mengajakku ke luar. Dia bilang aku tidak kuat lagi.
Tidak tahu tidak kuat apa. Tapi, bukan nenek yang membunuh kahia!
Banyak orang pakai bom buat cari ikan dan karang. Itu orang asing. Itu mereka mau buat
hotel, tempat turis. Nenek tidak suka.
Malam itu, nenek ingin panggil kahia. Katanya, ia mimpi tentang paman, anak keduanya.
Nenek bilang, ia belum pernah melihat wajah anaknya sejak anak itu lahir. Nenek mencium
bau solar. Dia meminta aku mendayung ke arah yang dia tunjuk dengan penciumannya. Dan
nenek berteriak. Banyak kahia mengambang, menjerit-jerit. Kami membawanya satu per satu
ke tepi.
Orang-orang lihat. Orang-orang menuduh kami. Menuduh nenek. Kasihan nenek.
Padahal, meski hidup lama di sini, dia tidak tahu seperti apa warna laut kami, benteng
Tidore, Maitara, Ternate. Nenek juga sering tanya, hijau itu seperti apa? Apa benderabendera di juanga kagunga itu indah? Seperti apa warna-warni mereka. Apa janur-janur di
hongi itu berkibaran? Seperti apa? Ceritakan pada nenek soal karang indah di bawah
perahu kita ini. Ikan-ikannya? Kahia itu?Seperti apa mulutnya, siripnya, warnanya?
Ceritakan, kata nenek.
Kasihan nenek. Kalian bahkan sudah tahu, dia buta, dan tetap saja menuduhnya.
+++
Eko Triono, menulis fiksi dan meneliti dunia pendidikan, peserta pascasarjana PBI UNS
Surakarta.
Catatan:
Kahia: lumba-lumba (bahasa Tidore)
Lufu kie: upacara adat tahunan di Tidore, keliling pulau
Boso: kerajinan tanah liat, belanga
Forno: alat pembakar sagu
Kimelaha: pemuka masyarakat
Oli se nyemo-nyemo budi se bahasa: menjaga tata krama bicara
Juanga kagunga: kapal kebesaran Kesultanan Tidore
Hongi perahu

Redaksi menerima kiriman naskah cerpen, ketik sebanyak 9.000 karakter, karya orisinal dan
belum pernah diterbitkan di media massa lain. Kirim e-mail ke
cerpenmi@mediaindonesia.com dan cerpenmi@yahoo.co.id
@Cerpen_MI

PIGURA

Wabah Maesasura
ONO SARWONO

TRAGEDI pesawat AirAsia QZ8501 menguak banyaknya praktik pelanggaran aturan izin
terbang. Berdasarkan hasil investigasi tim internal Kemenhub, ternyata tidak hanya AirAsia.
Maskapai lain, termasuk milik pemerintah, disebut pula tidak patuh terhadap aturan.
Kiranya soal tidak taat aturan, indisipliner di negeri ini bukan sesuatu yang aneh. Pengabaian
norma, etika, dan bahkan pelanggaran undang-undang dan hukum bukan sesuatu yang saru
dan tabu. Dianggap biasa-biasa saja. Malah ada yang merasa gagah. Sungguh menggiriskan.
Pada aspek kepribadian, perilaku sesukanya atau semaunya sendiri itu sejatinya
mendegradasi martabat diri sebagai manusia. Adapun dari perspektif sosial kemasyarakatan,
hal demikian itu merusak peradaban.
Umumnya, perilaku kiri tersebut dilatarbelakangi nafsu menikmati kebebasan, kesenangan,
atau kepuasan sendiri. Pada sisi lain, hal itu karena ingin mendapatkan keuntungan materi
dengan jalan pintas (korup). Para pelaku itu bisa dipastikan tidak memiliki sensitivitas
humanisme, tidak peduli kepada liyan dan lingkungan.
Dalam kisah dunia wayang, pasemon terhadap mereka yang berperilaku saenake udele dhewe
itu digambarkan pada Maesasura (maesa artinya kerbau, sura bermakna berani). Ia titah
raksasa yang berkepala kerbau lengkap dengan tanduk. Ini sindiran terhadap manusia yang
pikiran dan polah tingkahnya tidak ubahnya hewan kerbau.
Kerbau adalah hewan yang nafsunya ingin memamah (makan) tanpa henti. Seperti tiada
pernah kenyang. Kemudian, wataknya dablek dan tidak peduli sekitarnya. Hewan herbivora
tersebut juga gemar bermain lumpur. Semakin pekat lumpur kian bergairah. Dengan kata lain,
kesukaannya memang bergulung di tempat-tempat kotor.
Tabrak hukum
Syahdan, Maesasura bersama saudaranya, Jatasura, bertapa di hutan di Nusatembini. Mereka
mencari kesaktian (kepandaian). Keduanya juga memuja dewa agar jiwanya dijadikan satu.
Dengan begitu, bila satunya mati kemudian dilangkahi saudaranya, ia akan hidup kembali.
Berkat kegenturan prihatin mereka, dewa mengabulkan.
Meski bersaudara kembar, secara fisik mereka memiliki perbedaan. Uniknya serbakebalikan.
Jika Maesasura berbadan raksasa berkepala kerbau, sedangkan Jatasura berbadan kerbau

berkepala raksasa. Satunya jiwa dari dua fisik yang berbeda merupakan simbol bahwa titah
yang berperilaku sesukanya sendiri itu sama saja dengan kerbau.
Dikisahkan, karena memiliki kesaktian luar biasa, Maesasura mampu menghimpun banyak
bala. Modal itulah yang mengantarkan Maesasura mendirikan kerajaan yang diberi
mendirikan kerajaan yang diberi nama Goa Kiskenda. Ia mengangkat dirinya sendiri sebagai
raja. Jatasura dijadikan panglima perang. Kursi patih diberikan kepada Lembusura, raksasa
berkepala sapi.
Setelah menjadi penguasa, Maesasura bersikap kumalungkung (congak bongak), bertindak
sewenang-wenang, dan semaunya sendiri. Ia menabrak angger-angger (hukum) pasangan
karena (hukum) pasangan karena menginginkan istri yang bukan dari golongannya sendiri.
Maesasura mendambakan bidadari kelas atas bernama Dewi Tara sebagai pasangan hidupnya.
Untuk memenuhi hasratnya, Maesasura bersama Jatasura, Lembusura, serta satu batalion
prajurit gergasi menuju ke Kahyangan. Di depan penguasa Kahyangan, Bethara Manikmaya,
Maesasura langsung menyampaikan maksudnya untuk melamar Tara.
Manikmaya menolak pinangan Maesasura karena itu melanggar hukum. Kodrat jagat
menggariskan bahwa raksasa harus berpasangan dengan raksesi, dewa-dewi, bethara-bethari,
kesatria-putri, dan sebagainya. Maesasura tidak peduli hukum itu. Maka, terjadilah
peperangan.
Tidak ada yang mampu membendung amukan Maesasura. Semua bala dorandara (pasukan)
Kahyangan dan para dewa kocar-kacir. Kahyangan mencekam dan terancam.
Dalam situasi kritis itu, Manikmaya mengutus Bathara Narada turun ke marcapada mencari
bantuan. Sabda Manikmaya, Narada mesti menemui Subali yang sedang bertapa di Hutan
Sunyapringga. Menurut wangsit yang diterima, Subali merupakan titah yang bisa
memulihkan keamanan Kahyangan.
Narada buru-buru pamit dan meluncur ke Sunyapringga. Sesampainya di tempat, ia
membangunkan Subali yang sedang bertapa ngalong (posisi kaki di atas berpegangan pada
cabang pohon dengan posisi kepala di bawah, seperti kalong).Di sana juga ada adik Subali,
yakni Sugriwa, yang bertapa ngidang (hidup seperti kidang). Keduanya melakoni hidup
prihatin untuk menebus dosa atas perbuatan mereka berebut pusaka wingit dewa, cupumanik
astagina.
Subali sendika dhawuh (siap) melaksanakan tugas. Pada hari itu juga, ia terbang ke
Kahyangan disertai Sugriwa. Singkat cerita, Subali mampu memundurkan Maesasura hingga
sampai ke istana Goa Kiskenda. Di tempat itulah Subali menyirnakan Maesasura dan Jatasura
dengan cara membenturkan kepala mereka. Sedangkan Lembusura tewas di tangan Sugriwa.
Kahyangan pun kembali tenteram.
Kendalikan nafsu

Kisah Maesasura itu menceritakan titah yang perilakunya hanya menuruti nafsunya sendiri
ibarat kerbau. Gemar bermain kotor. Bila ada yang menghalangi, siapa pun, digudak
(ditanduk). Tidak peduli aturan, norma, etika, undang-undang atau hukum. Semua palang
diterjang.
Bila dikontekskan dengan kondisi kehidupan masyarakat kini, rasanya perilaku Maesasura
telah mewabah. Potretnya, tidak terbilang yang berlaku sesukanya sendiri. Mulai hal sepele
hingga serius. Pada bagian lain, tidak terhitung pula yang maunya meraup untung sendiri
dengan cara akal-ukil atau korup.
Bila kita renungkan dari perspektif kebangsaan, kita sedang mengalami krisis integritas.
Bangsa ini seperti tanpa entitas, sekadar sekumpulan orang yang hidup di wilayah yang
disebut Indonesia. Kita hanyalah individu-individu yang berpacu mencari madu sendirisendiri.
Pertanyaan, bagaimana membasmi mental Maesusura? Seperti kodratnya kerbau, supaya
manut, nurut, ya dikelohi (dicokok hidungnya) dan kemudian diikat. Artinya, mesti ada
kesadaran pribadi setiap insan untuk mengikat atau mengendalikan diri nafsu hewaninya.
Kemudian, yang terbukti bermain kotor, mesti divonis seperti cara Subali menghabisi
Maesasura, yakni mereka harus dikepruk dengan hukuman setimpal. (M-4)
sarwono@mediaindonesia

Pasukan Matahari, Soal Janji dan Nilai Diri

HERA KHAERANI

Meskipun tubuh anak-anak itu tak sempurna, mereka pun punya cita-cita menggapai
langit.
SUARA deru helikopter tak pernah membuat Doni dan sahabat-sahabatnya jemu. Perayaan
Hari ABRI 1984 itu menurut rencana diadakan di Menes, Banten, tempat tinggal mereka.
Maka setiap hari, ada saja helikopter yang melintas bahkan mendarat di alun-alun Menes.
Sedang asyik di tengah permainan kelereng sekalipun, mereka bisa langsung berhenti, lantas
menggowes sepeda mengejar helikopter yang terbang rendah di atas kampung. Kapal minta
uang! Kapal minta uang! begitu teriakan yang biasa mereka sahutkan.
Tidak pernah ada uang yang dilemparkan tentunya, tetap saja mereka girang. Selain Doni,
ada Wahyu, Nurdin, Yusuf, mereka girang. Selain Doni, ada Wahyu, Nurdin, Yusuf, Irma,
Fitri, Nani, juga Iroh, mereka biasa disebut Pasukan Semut. Kedelapan anak kelas 5 sekolah
dasar itu dikenal sebagai bocah-bocah yang pintar dan lincah walaupun acap nakal.
Sekali waktu, ada helikopter yang mendarat di alun-alun. Sontak kehadirannya menjadi
tontonan warga sekampung, tidak ketinggalan Pasukan Semut. Saat menyaksikan benda yang
mampu terbang itu dari dekat, Doni terkesima dan bertekad menjadi pilot suatu hari nanti.
Dia ingin merasakan terbang keliling dunia, menyinggah tempat-tempat yang belum pernah
didatanginya.
Lalu pada kesempatan lain, ada pesawat terbang yang melayang rendah di atas Menes.
Bukannya mendarat, beberapa orang bertopi baja justru berlompatan keluar melakukan terjun

payung. Satu-satu penerjun mendarat selamat di alun-alun, disambut masyarakat bak


pahlawan.
Jauh dari kerumunan itu, Doni duduk berteduh di bawah pohon asam. Tanpa disangka,
seorang penerjun mendarat di sana, parasutnya menyangkut di dahan pohon, lalu turun persis
di hadapan Doni. Takjub oleh lelaki gagah di hadapannya yang diturunkan dari pesawat,
makin mantaplah bocah itu dengan cita-citanya menjadi pilot. Dia juga berharap jadi
penerjun. Dia yakin bila belajar dengan tekun dan menjaga kondisi tubuhnya, keinginannya
itu akan bisa terlaksana.
Nyali Doni
Siapa yang bisa menebak kejutan apa yang menanti di kemudian hari atau bahkan beberapa
menit dari apa yang baru saja dilalui? Tidak ada. Melambung oleh cita-citanya, Doni
bergegas pulang disusul semua sahabatnya. Ada rencana bermain di kepalanya, untuk
mencoba terjun dari atas pohon seri di halaman rumah dengan bermodalkan payung milik
ibunya.
Larangan teman-temannya tidak mempan. Doni yang berlagak jenderal kecil itu memang
sulit dilarang kalau sudah ada maunya. Dalam percobaan pertama, dia melompat dari dahan
di ketinggian 2 meter. Buk... dia mendarat dengan aman, membuat sahabatnya lega.
Namun, Doni belum puas. Dia naik lagi ke dahan yang lebih tinggi. Kali ini sekitar 3 meter.
Makin resah, kawannya mengingatkan bahaya melompat dari pohon pada jam segitu, saat
azan asar baru saja berkumandang. Nanti penunggu pohon seri marah sama kamu, cegah
Wahyu.
Dia diajari ayahnya untuk tidak memercayai takhayul, jadi tak peduli oleh kekhawatiran
temannya. Dan lompatan itu terjadi, payungnya yang mengembang kemudian tertutup terkena
hempasan angin. Suara yang terdengar kemudian benturan yang sangat keras, Doni tergeletak
dan mengaduh sakit. Di atas sikut lengan kirinya, ada tulang menonjol. Sejak saat itulah
hidupnya mulai berubah.
Bukannya membawa Doni ke rumah sakit, ayahnya yang seorang guru olahraga justru
memutuskan membawanya ke dukun urut lebih dulu. Setelahnya, nyaris sepekan dia
terbaring lemah di dipan, segala kebutuhannya harus dilayani. Ketika akhirnya dibawa ke RS,
tangan kirinya sudah mati dan tidak ada lagi darah yang mengalir.Tangan itu dipenuhi bisulbisul bernanah dan borok, juga ada infeksi di persendiannya. Lengan putra semata
wayangnya itu harus diamputasi hingga sebatas sikut.
Meski mulanya ada kekhawatiran akan masa depan Doni yang kini menyandang disabilitas,
hal itu tidak terbukti. Dia juga tidak tumbuh menjadi anak yang rendah diri. Kondisi itu tidak
terlepas dari pertemuannya dengan teman-teman yang sepenanggungan. Saat di rumah sakit,
dia sekamar dengan Yayat yang kaki kanannya buntung dari bawah lutut akibat terlindas

kereta, Ujer yang kehilangan tangan kanannya, dan Herman yang tangan kirinya celaka
akibat main petasan. Keempat anak itu menamakan diri Pasukan Matahari.
Kisah soal Doni dan kawan-kawannya menjadi sentral dalam Pasukan Matahari, novel
terbaru Heri Hendrayana Harris yang lebih dikenal dengan sebutan Gol A Gong. Melihat
karakter utamanya, ada kesan Doni ialah duplikasi Gong sendiri yang memang kehilangan
tangan kirinya setelah menantang uji nyali buat terjun dari pohon.
Tanggal kelahiran Doni juga dipilih bertepatan dengan kelahirannya Gong, yakni 15 Agustus.
Begitu pula dengan karakter ayah yang menguatkannya melalui bacaan dan olahraga bulu
tangkis, persis kisah hidupnya sendiri.
Melalui buku ini, Gong sukses menyuguhkan kisah petualangan anak-anak hingga meraih
impiannya. Disisipi pula ajaran-ajaran baik, seperti untuk tidak bersikap diskriminatif
terhadap penyandang disabilitas, cara membesarkan anak dengan disabilitas, pola-pola
pengajaran dalam keluarga, dan pentingnya budaya membaca. Mengambil Banten sebagai
latarnya, Gong pun berkali-kali menyentil soal harus beralihnya budaya provinsi itu dari
kebiasaan mengedepankan otot, bukannya otak.
Menurut pengakuan Gol A Gong, novel tersebut diselesaikan selama dua tahun (2012-2014).
Dalam prosesnya, buku itu telah direvisi 18 kali. Sayang sekali, setelah belasan direvisi pun
ternyata masih banyak kesalahan ketik dalam buku terbitan Indiva itu. Contohnya di halaman
58 dalam kalimat, Dia mendorong motornya, lali (mestinya lalu) parkir di sebelah mobil
yang kusewa. Di halaman 262, Doni juga melihat Pasukan Senmut (mestinya Semut)
berdiri di belakang Pak Subhan.
Kendati demikian, kekurangan itu tidak menghambat kenikmatan membaca petualangan yang
disajikan di dalamnya. Membaca buku tersebut, ada kemiripan dengan kisah persahabatan
dalam buku 5 Cm karya Donny Dhirgantoro, yakni soal beberapa orang yang bersahabat
berjanji untuk bertemu dan melakukan petualangan naik gunung Semeru. Bedanya, janji Doni
dan sahabat-sahabatnya di Pasukan Semut juga Pasukan Matahari dilakukan ketika mereka
dewasa, dengan Anak Gunung Krakatau sebagai destinasinya.
Dengan caranya, Gong menghadirkan keindahan Banten dan budaya setempat, sambil tak
ragu mengkritik tempat tinggalnya itu beserta sifat orang-orangnya. Bahkan soal dinasti yang
koruptif di pemerintahan Banten pun diulasnya.
Lagi-lagi melalui Pasukan Matahari, Gol A Gong membuktikan kemampuannya menulis soal
perbedaan dan disabilitas tidak bisa diragukan. Apa yang ditulis, betul mewakili apa yang
diketahuinya.
Namun bila Anda mengikuti karya-karya dari penulis yang dikenal luas berkat Balada Si Roy
itu, boleh jadi Anda pun menyadari banyak repetisi kisah dari karya sebelumnya. Hanya,
terus dibalut variasi setting, karakter, dan alur kisah berbeda.

Kejutan itu belum ada, kita mungkin harus menunggu karya berikutnya. Semoga saja Gong
yang juga presiden Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) ini tak bosan menantang
dirinya untuk mencoba sesuatu yang lain. (M-2)
miweekend@mediaindosia.com

Getar Getir di Tumpuan Balet


MELEBIHI pakaian indah dan tata rias menawan, ternyata ada banyak hal tersimpan di balik
tarian seorang balerina. Ada perjuangan, keteguhan, semangat, daya tahan, pemahaman,
latihan panjang, luka, sakit hati, juga bahkan rasa sepi tanpa banyak kawan yang memahami
dunia ini.
Apa sesungguhnya makna bertahan di ujung pointe, semua itu tertuang dalam memoar
tentang Jetty Maika, balerina yang sudah malang melintang menjadi penari dan pengajar tari
balet di Tanah Air. Buku berjudul Bertahan di Ujung Pointe yang ditulis oleh Budi Maryono
dan Gana Stegmann tersebut diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dan resmi
diluncurkan Selasa (6/1).
Melalui buku itu, terangkum kisah hidup Jetty yang sudah pernah menjajal berbagai
panggung pementasan balet, baik sebagai penari utama maupun penata tari. Meski berawal
dari paksaan ibunya dan membenci tarian itu setengah mati, balet kemudian berubah menjadi
napas baginya.
Belakangan, Jetty tak hanya hidup dari balet, dia pun hidup dalam balet. Berkali-kali nyaris
berhenti, godaan untuk kembali menari tak bisa ditolaknya ketika tawaran itu datang. Bahkan
ketika selepas melahirkan dan tubuhnya menjadi kaku, dengan dukungan suaminya dia
melatih tubuh untuk bisa menari kembali.
Dia tahu kapan masanya tuntas. Namun, ketika akhirnya tak lagi menari balet, sepak
terjangnya tak bisa dikatakan usai. Tongkat estafet itu sudah siap dilanjutkan ke Jemima
Vaya, putri yang mewarisi bakatnya dan mendapat beasiswa untuk belajar balet di Gelsey
Kirkland Academy of Classic Ballet, Amerika Serikat.
Ada cita-cita yang terus dipupuknya dan ditanamkan ke Vaya, semua ilmu balet yang didapat
dari berbagai negara, pada akhirnya harus kembali memperkaya Indonesia.
Menariknya, buku yang mulanya ditulis oleh Gana Stegmann itu, nyaris terbuang. Menurut
pengakuan Nana Lystiani, editor dari GPU, tulisan Gana itu sempat masuk tumpukan naskah
yang ditolak. Kebetulan ia berada di tumpukan teratas dan diselamatkan oleh Nana. Kala itu
tulisannya memang belum memenuhi standar kualitas dan belum banyak menggali hal-hal
yang inspirasi.
Karena itulah kemudian diminta agar dicari seseorang untuk menulis ulang. Budi Maryono
yang dipilih, merupakan seorang penulis asal Surabaya. Buku yang kemudian terbit ini
merupakan hasil penulisan ulang, melalui wawancara jarak jauh.
Buku ini menjadi bacaan yang menarik di kancah literasi Indonesia. Tak banyak yang
mengupas soal balet baik terkait profesi ataupun hobi. (Her/M-2)

BUKU BARU

Between Shades of Gray


SETELAH meraih banyak penghargaan dan mendapat pengakuan dunia, novel debut Ruta
Sepetys berjudul Between Shades of Gray akhirnya diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Terjemahan buku yang pertama kali diterbitkan di Amerika Serikat (AS) 2011 lalu
itu diterbitkan Penerbit Noura Books di penghujung 2014.
Novel fiksi itu mengisahkan kehidupan Lisa. Pada 1941, gadis berusia 15 tahun itu sedang
bersiap memasuki sekolah seni. Selayaknya gadis seusianya, dia bersiap menikmati musim
panas dan kencan pertama. Namun, suatu malam, satuan kepolisian rahasia Soviet menerobos
masuk rumahnya, mendeportasi Lisa beserta ibu dan adik lelakinya. Mereka dikirim ke kamp
di Siberia. Sementara itu, ayahnya sudah dipisahkan dari mereka dan divonis hukuman mati.
Lina berjuang demi hidupnya, bersumpah bahwa jika dia bertahan, dia akan berjuang bagi
keluarganya dan ribuan orang lain yang bernasib sepertinya. Hal itu hendak dilakukannya
dengan mendokumentasikan pengalaman mereka dalam seni dan tulisan. Dia hadapi semua
risiko untuk menggunakan karya seninya sebagai pesan sembari berharap pesan itu akan
sampai ke kamp penahanan ayahnya. Dengan begitu, dia akan tahu mereka masih hidup.
Between Shades of Gray sukses menangkap sisi luar biasa dari manusia. Dia meraih banyak
penghargaan internasional, termasuk di antaranya sebagai pemenang Prix Farniente di
Prancis, Peter Pan Silver Star di Swedia, Amazon Top Ten Books Amazon Top Ten Books
2011, Prix des Libraries du Quebec di Kanada. (Her/M-2)

BIDASAN BAHASA

Karikatur
M NAFIUL HARIS Peneliti

Hal yang oleh satu pihak dianggap sebagai ekspresi kebebasan berpendapat ternyata
oleh pihak lain dianggap sebagai provokasi.
TAK seorang pun tahu pasti siapa yang menemukan--yang pertama kali membuat--karikatur.
Itu kalimat pertama artikel The History of Caricature yang ditulis Douglas Wolk (The New
York Times, 2 Desember 2011). Kutipan itu layak kita ajukan di sini sebagai pembuka ulasan
singkat mengenai karikatur pascatragedi yang menimpa mingguan satire Charlie Hebdo,
terbitan Paris, Prancis.Rabu (7/1), kantor mingguan itu diserang orang bersenjata, yang secara
dingin menembak mati 12 orang, 4 di antaranya karikaturis.
Ada pendapat yang menyatakan penemu karikatur ialah Leonardo da Vinci. Terlepas apakah
benar penemu karikatur Da Vinci atau bukan, yang pasti, kata karikatur oleh Kamus Besar
Bahasa Indonesia edisi IV 2008 diartikan sebagai gambar olok-olok yang mengandung
pesan, sindiran, dan sebagainya. Yang berasal dari bahasa Italia caricatura, kata benda; dan
kata kerjanya ialah caricare yang berarti memuat, memberati, melebih-lebihkan. Kedua
kata itu berakar dari bahasa Latin, carricare. Itu menurut kamus Merriam-Webster dan baru
digunakan dalam bahasa Inggris mulai 1500-an.
Apabila seseorang digambar secara karikatural, sang karikaturis akan mengeksploitasi ciri
lahiriah sang tokoh untuk menghasilkan efek komik atau fantastis, aneh sekali. Misalnya,
tokoh politik yang suka bohong digambar dengan hidung panjang seperti Pinokio.
Lenn Redman dalam bukunya, How to Draw Caricatures (1984), menyarankan para
karikaturis agar melebih-lebihkan demi kebenaran dan bukannya menyangkal kebenaran.
Karena alasan latar belakang kultur, ideologi, dan pandangan hidup, hal yang oleh satu pihak
dianggap sebagai bentuk ekspresi kebebasan berpendapat, sebagai perwujudan dari nilai-nilai
demokrasi, ternyata oleh pihak lain dianggap sebagai provokasi yang menyakitkan. Seperti
itu tragedi yang menimpa mingguan satire Charlie Hebdo. Pendek kata, penggambaran wajah
seseorang yang terkenal dengan cara melebih-lebihkan ciri lahiriahnya bertujuan mengkritik,
sekaligus mencerminkan perbuatannya.
Di Prancis, pada awal 1880-an, Charles Philipon, karikaturis politik, menggambarkan kepala
Raja Prancis Louis-Philippe seperti buah pir. Gambaran Louis-Philippe seperti itu segera
diterima publik sebagai simbol Louis-Philippe dan rezimnya. Namun, sejak itu diterbitkan
undang-undang yang membatasi kebebasan pers dan akibatnya karikatur politik dilarang.

Karikatur, karena itu, dikatakan sebagai bagian dari kebebasan berekspresi, kebebasan
mengemukakan pendapat, yang merupakan batu sendi dari demokrasi. Akan tetapi, menurut
Howard LaFranchi, (The Christian Science Monitor, 9/1/2015), karikatur di Charlie Hebdo
bersifat bete et mechant (bodoh dan ganas). Itu sangat berbeda dengan konsep jurnalisme,
yakni tidak melukai, mempermalukan, menghina, dan menghabisi pihak lain meskipun tetap
mengkritik secara tajam.
Namun, pemahaman akan definisi kebebasan tersebut berbeda-beda di banyak negara. Bagi
negara-negara Barat, mungkin, kebebasan adalah kebebasan; sementara kita di Indonesia
sebagaimana yang diajarkan bapak kamus bahasa Indonesia WJS Poerwadarminta harus
dengan kata bertanggung jawab, jadi kebebasan yang bertanggung jawab.
***
Media Indonesia menerima kiriman artikel yang terkait dengan bahasa, dengan panjang
naskah 440 kata dan berformat .doc (word document). Naskah dikirim ke alamat surat
elektronik bahasa@mediaindonesia.com.

Keluarga Terpidana Mati Minta Maaf


LILIEK DHARMAWAN

Keluarga terpidana mati pasrah dengan eksekusi yang dilakukan regu tembak.
Eksekusi mati ini menjadi bukti pemerintah tidak menoleransi kejahatan narkoba.
REGU tembak yang berasal dari Brimob Polda Jawa Tengah dan Subdetasemen Brimob
Purwokerto mengeksekusi lima terpidana mati di Lembaga Pemasyarakatan Batu, Pulau
Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, dini hari tadi sekitar pukul 00.00 WIB.
Sementara terpidana mati Tran Thie Bich dieksekusi mati di Boyolali, Jateng. Perempuan asal
Vietnam ini minta dieksekusi dengan memakai pakaian adat Vietnam. Sebelum dieksekusi
Tran Thie dipindahkan dari Lapas II A wanita Semarang menuju ke Boyolali dengan kawalan
8 mobil pada pukul 21.00 WIB, kemarin.
Terpidana Daniel Enemua, 38, asal Nigeria juga meminta toleransi kepada petugas untuk bisa
bertemu dengan anaknya yang datang dari Nigeria.
Petugas juga akan memenuhi permintaan terpidana Marco Archer Cardoso Mareira, 53
(Brasil) untuk mengkremasi jasadnya dan menyerahkan abunya kepada tantenya yang berada
di lokasi eksekusi.
Berdasarkan informasi yang diterima Media Indonesia, pihak Kedubes Belanda sempat
bertemu Ang Kim Soei, 62. Begitu pula pihak Kedubes Nigeria juga bertemu dengan
warganya yang akan dieksekusi.
Tidak ada protes kecuali pasrah bagi keluarga atas pelaksanaan eksekusi mati para terpidana
kasus narkoba itu, seperti keluarga Rani Andriani alias Mellisa Aprilia.
Susah diungkapkan kalau berbicara perasaan. Saya tak bisa berbicara banyak. Gak nyangka
saja keponakan saya harus dihukum mati, jelas Obar Sobari, paman Rani, yang ditemui di
Lembaga Pemasyarakatan Batu, Nusakambangan, kemarin.
Menurutnya, pihak keluarga telah menyiapkan lahan permakaman bagi jasad Rani di
Kampung Ciranjang RT 01/08 Desa/Kecamatan Ciranjang, Jawa Barat. Nanti Rani akan
dimakamkan dekat makam ibunya, kata Obar.
Namaona Denis, warga asal Malawi, yang dikunjungi istrinya, Dewi Retno Atik, juga
mengaku pasrah dengan hukuman mati dirinya. Pria 48 tahun ini menitipkan surat wasiat
kepada istrinya untuk dibacakan setelah dirinya dieksekusi oleh regu tembak.

Dalam suratnya, Denis meminta maaf kepada Presiden Joko Widodo dan seluruh rakyat atas
kesalahan yang dia perbuat semasa hidupnya. Ia menilai hukuman mati dirinya telah
merampas keadilan dirinya yang telah menjalani hukuman.
Saya berharap kepada seluruh rakyat Indonesia untuk bisa mendoakan suami saya. Saya
mohon, suami saya ialah orang yang baik, kata Dewi seraya menangis seusai membacakan
surat yang ditulis suaminya.
Prioritas
Mengingat Indonesia telah menjadi tujuan peredaran narkoba terbesar di Asia Tenggara,
Jaksa Agung HM Prasetyo pun mengisyaratkan akan memprioritaskan terpidana mati kasus
narkotika berikutnya.
Kita berusaha mengirim sinyal, pesan, kalau kita ini darurat narkoba, makanya kita harus
perangi mereka itu, kita tidak ada kompromi, tidak ada maaf, karena kejahatan ini sudah luar
biasa, ujar Prasetyo saat dihubungi, kemarin.
Mengingat masih banyaknya pihak yang kontra dengan hukuman mati, Prasetyo meminta
mereka dapat memahami komitmen pemerintah dalam memerangi kejahatan narkoba. Selain
itu, dirinya tetap berpegang pada undang-undang bahwa hukuman mati masih menjadi hukum
positif di Indonesia.
Yang tidak sepakat ya harus memahami kalau itu merupakan komitmen pemerintah untuk
memerangi kejahatan narkoba dan harus kita laksanakan, mereka harus tahu kalau hukuman
mati merupakan hukum positif kita, pungkasnya. (FR/X-10)
lilik@mediaindonesia.com

Indonesia Krisis Jumlah Hakim


CAHYA MULYANA

Ego sektoral antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dalam lima tahun terakhir
akhirnya mengorbankan nasib hakim dan hak peradilan masyarakat.
WAKIL Ketua Komisi Yudisial (KY) Taufiqurrahman Syahuri mengatakan Indonesia tengah
menghadapi krisis jumlah hakim akibat tidak adanya rekrutmen sejak 2009. Jumlahnya tidak
tanggung-tanggung, Indonesia saat ini butuh tambahan 1.250 hakim.
Ya, kalau dulu setiap tahun selalu ada perekrutan 250 hakim. Selama lima tahun terakhir,
tidak ada perekrutan, berarti kebutuhannya 1.250 (5 tahun x 250) hakim. Kekurangan hakim
itu terjadi di tingkat pengadilan tingkat pertama baik umum, tata usaha negara, maupun
pengadilan agama, jelasnya dalam perbincangan di dalam perbincangan di Jakarta, kemarin.
Akibatnya, sambung Taufiqurrahman, bisa jadi proses persidangan sebuah kasus dalam lima
tahun terakhir berjalan lambat karena setiap hakim dibebani perkara yang menumpuk.
Saking terbatasnya jumlah hakim, beberapa pengadilan di daerah sampai memanggil hakim
dari daerah lain, ujarnya.
Ia menerangkan situasi itu terjadi akibat KY dan Mahkamah Agung (MA), yang sejatinya
ditugaskan UU untuk merekrut hakim, malah berselisih paham. Dua institusi negara itu saling
mengedepankan cara masing-masing ketimbang mencari formula bersama rekrutmen hakim.
Saat itu, ada kesan MA ngotot ingin melakukan hal itu sendiri sehingga keputusan bersama
KY dan MA tidak bisa disepakati untuk melaksanakan penerimaan calon hakim itu. Dan ini
tidak diperhatikan oleh Presiden sebelumnya (Susilo Bambang Yudhoyono) untuk mendorong
harmonisasi kedua lembaga, ujarnya.
Meskipun demikian, ego sektoral keduanya mereda pascatransisi pemerintahan kepada
Presiden Joko Widodo. Di akhir 2014, peraturan bersama antara MA dan KY sudah diteken
setelah diskusi lama. Hasilnya, terbit Surat Keputusan Ketua MA No. 80/KMA/SK/V/2014
tentang Tim Penghubung MA dan KY untuk membahas bersama tentang rekrutmen hakim,
paparnya.
Namun, masalah tak berhenti di situ. Proses rekrutmen hakim makin tersendat akibat tidak
kunjung keluarnya aturan pelaksanaan dari UU No. 49/2009 tentang Peradilan Umum, UU
No. 50/2009 tentang Peradilan Agama, dan UU No. 51/2009 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara. Tiga UU itu mengubah status hakim dari sebelumnya pegawai negeri sipil menjadi
pejabat negara.

Sejak tiga UU itu disahkan pada 2009, sampai sekarang belum ada peraturan pemerintah
peraturan pemerintah yang mengatur hak hakim sebagai pejabat negara. Bagaimana KY-MA
mau merekrut hakim kalau hak-hak mereka belum diatur? tanya Taufiqurrahman.
Segera terbit
Wakil Ketua K Y Imam Anshori menambahkan, Jumat (16/1) lalu, seluruh anggota KY telah
menghadap Presiden Joko Widodo. Mereka menyampaikan persoalan belum adanya PP yang
mengatur hak para hakim tersebut.
Kami sampaikan kepada Presiden supaya honor, fasilitas, dan tunjangan hakim nantinya
memiliki dasar hukum. Aturan itu harus segera keluar juga, karena kecilnya gaji para hakim.
Ini berimbas pada lemahnya pelayanan hukum di semua peradilan. Para hakim akhirnya
banyak yang ambil lembur, katanya.
Mengutip ucapan Presiden saat itu, Imam mengatakan Presiden akan segera menerbitkan
payung hukum tersebut.
Pak Jokowi menyatakan segera mungkin akan memberikan payung hukum. Maka setelah
itu, kita lakukan rekrutmen hakim, tegasnya. (P-1)
cahya@mediaindonesia.com

Kompolnas Sebut KPK tidak Kooperatif


ADHI M DARYONO

Keputusan Jokowi menunda pelantikan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri dinilai
cerdas.
KENDATI Presiden Joko Widodo sudah membuat keputusan untuk meredakan kegaduhan,
polemik terkait dengan pencalonan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai kapolri belum
berakhir. Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menyebut Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) tidak kooperatif ketika dimintai bantuan untuk mengetahui rekam jejak Budi.
Komisioner Kompolnas M Nasser menepis anggapan bahwa Kompolnas tidak meminta
pertimbangan KPK sebelum menyodorkan daftar calon Kapolri, termasuk Komjen Budi
Gunawan, untuk dipilih Presiden. Ia menegaskan, pada 2013 pihaknya sudah mengirim surat
ke KPK dan juga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk meminta
informasi perihal track record mereka.
Pak Budi Gunawan juga dicalonkan sebagai Kapolri menggantikan Timur Pradopo. Pada 23
April 2013, Kompolnas mengirim surat ke KPK, PPATK, dan Komnas HAM untuk meminta
informasi rekam jejak Budi Gunawan, tapi KPK dan PPATK tidak membalas sampai detik
ini. Hanya Komnas HAM yang membalas surat,'' ujar Nasser di Jakarta, kemarin.
Nasser mengeluhkan KPK tidak kooperatif sehingga terjadi kegaduhan setelah Budi diajukan
Presiden sebagai kapolri baru menggantikan Jenderal Sutarman. Namun, sehari sebelum fit
and proper test di DPR, Budi yang oleh Polri dinyatakan clear terkait transaksi keuangan tak
wajar, ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Kami sedih sebagai lembaga negara yang memiliki kewenangan memberi pertimbangan
(calon kapolri) kepada Presiden, tapi tidak diberi kesempatan mengetahui profil keuangan
dan transaksi mencurigakan mereka. Kompolnas ini seperti ada, tapi tiada, tidak
diperhitungkan, tandas Nasser.
Ia pun membandingkan dengan panitia-panitia seleksi (pansel) seperti pansel hakim
Mahkamah Konstitusi yang lebih diperhatikan KPK dan PPATK. Pansel-pansel yang ad hoc
itu diberi akses oleh KPK dan PPATK. Kami tidak diberi. Padahal, kami sudah ada MoU
dengan KPK.''
Saat hendak dimintai konfirmasi lewat telepon dan pesan singkat perihal pernyataan Nasser
itu, keempat pimpinan KPK tidak merespons. Begitu juga Ketua PPATK M Yusuf dan wakil
ketua Agus Santoso.
Langkah cerdas

Keputusan Presiden menunda pelantikan Budi Gunawan yang sudah disetujui DPR sebagai
kapolri dinilai cerdas. Presiden juga memberhentikan Jenderal Sutarman dan menunjuk
Komjen Badrodin Haiti sebagai Plt. Kapolri.
Menurut pakar komunikasi politik Tjipta Lesmana, keputusan tersebut bijak dan cantik.
Hanya saja, ia berharap Presiden sesegera mungkin menetapkan kapolri definitif dan KPK
mesti secepatnya menuntaskan kasus yang disangkakan kepada Budi Gunawan.
`'Jika tidak, tudingan bahwa KPK bermain politik akan semakin lantang,'' tukas Tjipta.
Pada diskusi lainnya, guru besar Universitas Pertahanan Salim Said mengutarakan hal
senada. Tidak menolak DPR, tidak menolak KPK. Jokowi pintar agar semua tidak
dikecewakan. Ini cara untuk meredam sementara masalah.''
Ini mungkin sejarah bagi Polri, kapolri ada plt-nya. Namun, ini keputusan yang cerdas,
timpal mantan Wakapolri Oegroseno.
Tokoh-tokoh lintas agama menyebut Jokowi telah menunjukkan sikap kenegarawanan
dengan menunda pelantikan Budi Gunawan. Namun, menurut mereka, hal itu belum cukup.
Kami menuntut Presiden membatalkan pelantikan Budi Gunawan sebagai kapolri, tandas
Romo Edy Purwanto.
Hadir dalam pernyataan sikap itu antara lain tokoh NU Masdar Farid Mas'udi, Frans Magnis
Suseno, Romo Benny Susetyo, I Nyoman Udayana, dan Pendeta Henriette Hutabarat Lebang.
(AI/Wib/Beo/X-9)
adhi@mediaindonesia.com
Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui e-mail: interupsi@mediaindonesia.com
Facebook: Harian Umum Media Indonesia Twitter: @MIdotcom Tanggapan Anda bisa
diakses di metrotvnews.com

Teroris Poso Diduga Tinggal di Kebun Warga


TAUFAN BUSTAN

Aksi pembunuhan terhadap tiga warga sipil dipicu balas dendam setelah enam warga
setempat ditangkap polisi terkait dengan terorisme.
POLDA Sulawesi Tenggara (Sultra) menengarai kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur
(MIT) pimpinan Santoso tidak bersembunyi di hutan pegunungan, tetapi di perkebunan milik
warga.
Kapolda Sulteng Brigadir Jenderal Idham Azis, seusai mengunjungi keluarga tiga warga sipil
yang tewas dibunuh kelompok MIT, menegaskan hal itu. Untuk itu, dalam penyisiran mencari
para teroris, Polda Sultra menambah jumlah pasukan.
Sebenarnya kelompok itu tidak bersembunyi di hutan pegunungan, tetapi bersembunyi di
kebun-kebun warga. Maka dari itu imbauan Kapolda jika warga melihat kelompok tersebut
segera melaporkan ke pihak kepolisian terdekat. Warga jangan takut melaporkan, kata Kabid
Humas Polda Sultra Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto mewakili Kapolda Sulteng, di Palu,
kemarin.
Untuk mempermudah penyisiran, Idham Azis meminta warga di Desa Tangkura untuk tidak
beraktivitas di perkebunan sampai operasi benar-benar selesai. Ini untuk mengantisipasi
adanya hal-hal yang tidak diinginkan sehingga warga diingatkan berhenti berkebun dahulu
hingga operasi benar-benar selesai, tambahnya.
Kematian tiga warga Desa Tangkura bernama Dols Alipa, 22, Heri Tobio, 55, dan Aditya
Tetembu, 38 terkait dengan aksi balas dendam setelah enam warga setempat ditangkap polisi.
Pekan lalu tim gabungan Densus 88 serta Polda dan Polres Poso menangkap enam warga
diduga terkait dengan jaringan teroris MIT. Keenam warga berinisial R, S, H, R, A, dan I, dua
di antara mereka pasangan suami istri.
Kemudian satu warga lainnya tewas saat akan ditangkap Densus 88 di Luwu Timur, Sulawesi
Selatan.
Enam warga tersebut merupakan orang dekat Santoso yang memiliki peran beragam, antara
lain penyuplai logistik, uang, senjata, dan keperluan lainnya. Aksi balas dendam itu terungkap
berdasarkan pengakuan ibu Dolfis yang didatangi Santoso, Daeng Koro, dan Basri setelah
pembunuhan.
Eksekutor

Sementara itu, anggota kelompok MIT, Rony alias Jaka yang tewas di Kediri, Jawa Timur,
dimakamkan di TPU Desa Krenceng, Kecamatan Kepung, Jumat (16/1).
Keluarga tidak percaya Rony anggota kelompok Santoso. Kami ikhlas tapi kami belum
percaya Rony disebut teroris, kata Supriyanto, kerabat Rony.
Kabid Penindakan Tim Densus 88 Antiteror Kombes Ibnu memaparkan kehadiran Rony di
Kediri bukan sekadar pulang kampung. Ia akan melakukan aksi teror di Kediri. Makanya
kami langsung cegah. Dia merupakan anggota jaringan teroris Poso kelompok Santoso,
ujarnya.
Aparat sudah menguntit Rony selama dua pekan di kediaman orang tuanya. Bahkan Ibnu
memastikan Rony memiliki keahlian sebagai eksekutor dan sudah menembak sejumlah
polisi.
Ibnu juga memaparkan sepak terjang Rony selama ini. Menurutnya, Rony pernah dipenjara
selama tujuh tahun pada 2006 karena kasus pembunuhan terhadap temannya sendiri di
Kediri. Semula Rony dipenjara di LP Kediri, kemudian dipindah ke LP Porong, Sidoarjo.
Ada dugaan kuat Rony bergaul dengan sejumlah narapidana kasus teroris. Setelah keluar dari
penjara, ia pindah ke Bima, Nusa Tenggara Barat, dan tinggal di Ponpes Umar bin Khattab.
Dari Bima inilah, berdasarkan catatan polisi, ia mulai melakukan aksi teror dengan
membunuh dan menembak Kapolsek Ambalata Iptu Abu Salam, anggota Polres Bima Bripka
Yamin, dan anggota Intel Polres Bima Hanafi.
Kemudian ia pindah ke Poso. Di sana ia membunuh enam anggota Brimob dengan sangat
sadis, ujarnya. (ES/N-4)
taufan@mediaindonesia.com

Presiden Segera Lantik Wantim

POLITIKUS Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa menegaskan dirinya


masuk ke sembilan calon anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Presiden
Joko Widodo.
Selain Suharso, Presiden juga menunjuk Subagyo HS, Sidarto Danusubroto, Hendropriyono,
Yusuf Kartanegara, Hasyim Muzadi, Rusdi Kirana, Jan Darmadi, dan Mooryati Soedibyo
sebagai calon anggota Wantimpres. Sesuai rencana, mereka akan dilantik pada Senin (19/1).
Iya saya sudah dikonfirmasi terkait kesiapan menjadi salah satu anggota dari Wantimpres,
ujar Suharso saat dihubungi, kemarin.
Pada Kamis (15/1) lalu, para ketua umum partai politik yang tergabung dalam Koalisi
Indonesia Hebat sudah berkumpul di kediaman Megawati Soekarnoputri untuk membahas
Wantimpres.
Mereka yang ikut pertemuan itu ialah Megawati selaku tuan rumah, Ketua Umum Partai
NasDem Surya Paloh, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan Ketum Partai Hanura
Wiranto.
Sebelumnya, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif mengaku sempat
ditelepon pihak istana untuk dimintai kesediaannya menjadi calon anggota Wantimpres.
Buya, begitu Syafii biasa disapa, mengaku tidak bersedia menjadi anggota Wantimpres
dengan alasan pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Jawaban saya, dulu pernah menjadi anggota DPA dan sekarang saya sudah tua. Dicari yang
muda saja, kata Buya ketika ditemui di rumahnya di Nogotirto, Sleman, Yogyakarta,
kemarin.
Buya menegaskan, ketidaksediaannya menjadi calon anggota Watimpres bukan karena
berseberangan sikap dengan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Ia mengatakan dirinya
terus mendukung agar pemerintahan Jokowi-JK berhasil. (Cah/AT/P-1)

Pengusaha Bisa Diancam Denda Rp50 Miliar


PERINTAH Presiden Joko Widodo menurunkan harga kebutuhan pangan dan tarif jasa
angkutan menyusul penurunan harga BBM untuk kedua kalinya dalam sebulan ini tampaknya
belum digubris banyak pihak.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Srie
Agustina mengatakan pihaknya sudah mengirim surat kepada pelaku usaha, produsen, ritel,
asosiasi distributor, ataupun para pengelola pasar di Indonesia untuk segera menyesuaikan
harga bahan pokok. Sifatnya segera dan instruktif untuk menurunkan harga, ujarnya ketika
dihubungi, Jakarta, kemarin.
Selain itu, Kemendag juga melakukan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan untuk
menemukan solusi atas permasalahan logistik dan distribusi. Cara itu guna membangun
konektivitas sehingga disparitas bisa ditekan. Itu bukan semata-mata penurunan harga
premium ataupun solar, tetapi pembenahan, tutur Srie.
Dari pantauan Media Indonesia di sejumlah daerah, harga kebutuhan pangan masih
cenderung tinggi, termasuk tarif jasa angkutan. Bahkan para sopir angkutan umum, seperti di
Purwakarta, Jawa Barat, menolak turun tarif. Alasannya, beban operasionalnya sempat tinggi
saat harga BBM naik beberapa waktu lalu.
Pemerintah daerah pun beralasan masih menunggu surat resmi dari Presiden dan tidak
memiliki regulasi memaksa para pengusaha menurunkan harga kebutuhan pangan.
Pemerintah, menurut ekonom dari Universitas Padjadjaran Ina Primiana, seharusnya
menggunakan regulasi UU No. 7/2014 tentang Perdagangan untuk memaksa pengusaha
menurunkan harga.
Dalam UU Perdagangan No. 7 Tahun 2014 tersebut memang dijelaskan bagi para pelaku
penimbun barang yang mengakibatkan ketidakwajaran harga di pasar dapat diganjar dengan
membayar denda sebesar Rp50 miliar.
Ini perlu kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah karena harga di setiap daerah
berbeda. Mereka dapat melakukan perhitungan dari semua elemen yang ada di rantai pasok
suatu komoditas, kata Ina.
Saat menanggapi UU Perdagangan ini, Dirjen PDN menegaskan Kemendag akan
meningkatkan intensitas sidak sebagai fungsi kontrol.

Ia mengungkapkan Kemendag menemukan indikasi penimbunan beras ketika sidak ke


gudang beras. Kalau ketahuan menimbun ancamannya bisa penjara 4-5 tahun dan atau
denda Rp20 miliar, tegas Srie.
Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Adiningsih menilai penurunan harga
memang tidak dapat dilakukan dengan cepat. Pasalnya, komoditas tersebut bergantung pada
situasi cuaca dan musim. (Bow/Riz/YK/PO/RZ/X-10)

Akbar Tawarkan Munas Bersama

KETUA Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung menawarkan solusi atas
terbelahnya kekuatan partai itu melalui islah atau rekonsiliasi yang diwujudkan dalam bentuk
musyawarah nasional (munas) bersama.
Golkar harus segera mencari te robosan agar suara partai ini tidak semakin terancam.
Apalagi, pemilihan kepala daerah (pilkada) sudah dimulai awal Maret nanti. Di Jawa Timur
saja ada 16 pilkada dan secara nasional akan digelar di 204 daerah, kata Akbar Tandjung di
sela-sela pertemuan DPD Partai Golkar se-Jawa Timur di Malang, kemarin.
Karena itu, tegasnya, harus ada satu solusi yang baik agar permasalahan internal Partai
Golkar segera diselesaikan dalam waktu relatif singkat. Kami berikan pertimbangan pada
DPP, yakni melalui islah atau rekonsiliasi yang diwujudkan dengan munas bersama,
tegasnya.
Menurut dia, rencana munas itu harus disepakati dulu oleh kedua belah pihak (DPP versi
Munas Ancol dan versi Munas Bali). Selain itu, kepanitiaan munas juga harus disepakati
kedua belah pihak, termasuk pimpinannya.
Munas pun harus diikuti seluruh jajaran partai. Tugas utama munas hanya satu, yakni
pemilihan ketua umum. Kalau ini disepakati oleh semua pihak, siapa yang terpilih harus
diakui dan itulah ketua umum yang benar-benar pasti, tegasnya.
Ia mengemukakan, jika sampai akhir Januari 2015 munas bersama tak disepakati, suara Partai
Golkar pada pilkada akan terancam.
Saat dihubungi di kesempatan berbeda, Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Ancol,
Agung Laksono, mengatakan proses islah saat ini mulai mengerucut pada penggabungan dua
kepengurusan yang ada.
Baru Selasa (20/1) besok, kami akan bahas dalam rapat pimpinan harian, jelas Agung.
Dalam rapat tersebut, lanjutnya, akan dibahas mengenai format penggabungan kepengurusan
yang bisa disepakati. Diakuinya, dalam penyusunan kepengurusan baru tersebut tidak tertutup
kemungkinan ada posisi yang dinegosiasikan.

Ada yang bisa dinegosiasikan, tapi ada juga posisi yang tidak bisa. Saya tidak bisa
menyebutkan posisinya yang mana, ucap Agung.
Ia menjelaskan dalam perundingan berikutnya kedua kubu hanya membicarakan masalah
penggabungan kepengurusan. Pasalnya, masalah visi politik partai sudah disepakati.
(Nur/BG/Ant/P-1)

Evakuasi Badan Pesawat belum Bisa Dilakukan

CUACA buruk menyebabkan evakuasi badan utama pesawat AirAsia QZ8501 belum bisa
dilakukan. Deputi Bidang Potensi SAR Marsekal Pertama TNI Sunarbowo Sandi mengatakan
saat ini pihaknya masih mengkaji opsi pengangkatan badan utama pesawat AirAsia QZ8501.
Pasalnya, kondisi cuaca atapun ketinggian ombak membatasi upaya. Belum bisa dilakukan,
kata dia ketika dihubungi, di Jakarta, kemarin.
Namun, ia meyakini Basarnas memiliki kemampuan untuk mengevakuasi badan utama
pesawat AirAsia QZ8501.
Sebelumnya, Basarnas menyampaikan tiga opsi untuk pengangkatan badan pesawat. Pertama
dilakukan pasukan TNI-AL menggunakan cara yang sama saat mengangkat ekor pesawat.
Cara kedua yakni Basarnas akan berkoordinasi dengan Pemkab Kotawaringin Barat untuk
menyiapkan tugboat disertai ponton. Pengangkatan akan dilakukan dengan menggunakan
crane yang dibawa kapal tersebut dan melibatkan penyelam tradisional.
Opsi terakhir yakni Basarnas akan mendatangkan regu dan balon-balon dari Batam untuk
mengangkat badan pesawat.
Pada bagian lain, tiga jenazah diduga korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 yang
ditemukan di perairan Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan,
diterbangkan ke Surabaya, Jawa Timur, kemarin.
Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut di Banjarmasin Kolonel Haris Bima Bayu Seto
mengatakan 3 jenazah tersebut, masing-masing 1 pria dan 1 wanita dewasa serta 1 anak
perempuan dan diduga masih satu keluarga, telah diterbangkan menggunakan pesawat Cassa
TNI-AL dari Bandara Gusti Sjamsir Alam, Kotabaru. Sebelumnya, tiga jenazah dibawa
dengan menggunakan kapal perang Sadewa dari Pulau Sembilan dan tiba di Kotabaru pada
Jumat (16/1) malam.
Dia menambahkan hingga kini tim SAR gabungan dibantu masyarakat nelayan di Pulau
Sembilan masih menyisir korban AirAsia di perairan Kalimantan Selatan.

TNI-AL pun telah mengerahkan sejumlah kapal, di antaranya KRI Pandrong dan KRI
Soputan, untuk membantu pencarian korban AirAsia di perairan Pulau Sembilan. Upaya
pencarian belum membuahkan hasil selain tiga jenazah sebelumnya, kata Haris.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotabaru Tri Basuki menambahkan
cuaca buruk dan ketinggian gelombang laut mencapai 3-4 meter menyulitkan upaya
pencarian. Terlebih masyarakat nelayan menggunakan perahu dan hanya mengandalkan
pengamatan visual, jelasnya.
Penemuan jenazah diduga korban AirAsia di perairan Kalimantan Selatan berimbas pada
menurunnya harga ikan laut. Sebagian warga enggan mengonsumsi ikan laut dan memilih
ikan tawar, daging, dan ayam. (Bow/DY/N-4)

Paus Pimpin Misa di Tengah Hujan Badai

PAUS Fransiskus, kemarin, memimpin misa di tengah hujan badai yang sedang melanda kota
Tacloban, Filipina. Di hadapan sekitar 200 ribu orang di kota yang sempat hancur dilanda
topan Haiyan 14 bulan silam, pemimpin umat Katolik sedunia berusia 78 tahun itu
menyampaikan khotbahnya.
Sebagian besar orang yang hadir di Tacloban mengenakan ponco plastik kuning tipis yang
diberikan oleh penyelenggara. Paus juga menggunakan ponco yang sama sebelum berjalan ke
panggung dan memimpin misa di tengah hujan deras.
Saya ingin memberi tahu Anda sesuatu yang dekat dengan hati saya, kata Paus sembari
menggenggam salib dan meneteskan air mata. Ketika saya melihat bencana yang terjadi (di
Tacloban) dari Roma, saya merasa harus berada di sini. Beberapa hari setelahnya, saya
memutuskan untuk datang ke sini. Kini saya ada di sini bersama Anda semua.
Pada 8 November 2013, topan Haiyan meluluhlantakkan Tacloban di provinsi Leyte. Lebih
dari 14,5 juta warga terkena dampak di 6 wilayah dan 44 provinsi.
Paus juga menyatakan memahami penderitaan yang dialami oleh para korban topan Haiyan.
Beberapa dari Anda telah kehilangan anggota keluarga. Yang bisa saya lakukan hanyalah
diam. Saya akan terus berjalan dengan Anda semua walau hati saya diam, kata Paus.
Banyak warga yang berpartisipasi dalam misa mengatakan bahwa kata-kata Paus
menyemangati mereka. Saya dipenuhi dengan rasa syukur. Saya tidak pernah menyangka
akan bisa melihat Paus dalam hidup ini, kata ibu rumah tangga Virginia Torres, 68.
Meski begitu, rencana Paus untuk menghabiskan lima hari di Tacloban dan sekitarnya
terpaksa dipersingkat. Badai dan hujan yang terjadi kemarin kian mengganas. Bahkan,
seorang relawan penyelenggara meninggal akibat tertimpa kerangka baja. Paus pun kembali
ke Ibu Kota Manila saat makan siang.

Pesawat yang membawa Paus mendarat di Manila dengan selamat. Namun, pesawat yang
membawa tiga pembantu utama Presiden Benigno Aquino tergelincir dari landasan pacu saat
hendak tinggal landas dari Tacloban. Tidak ada yang terluka parah dalam insiden itu.
Hari ini, sebagai puncak kunjungannya, Paus dijadwalkan memimpin misa massal di taman di
Manila. Penyelenggara memperkirakan misa itu akan dihadiri 6 juta orang. Jumlah itu akan
melebihi rekor terdahulu, ketika 5 jutaan orang hadir saat Paus Yohanes Paulus II berkunjung
ke tempat yang sama pada 1995.
Filipina telah lama menjadi benteng Gereja Katolik di Asia. Jumlah umat Katolik di negara
bekas jajahan Spanyol tersebut mencapai 80% dari total populasi. (AFP/Fox/I-1)

Dikejutkan Korsel, Australia Hadapi Tiongkok


SETELAH menang besar di dua laga penyisihan Grup A, Australia harus puas hanya menjadi
runner-up klasemen akhir. Secara mengejutkan, the Socceroos ditekuk Korea Selatan 0-1
lewat gol tunggal Lee Jung-hyub pada menit ke-32 memanfaatkan umpan silang apik dari
Lee Keun-ho.
Dengan hasil ini, mantan penghuni zona Oceania tersebut hanya mengoleksi nilai enam,
sedangkan Korsel sembilan. Di perempat final, tim besutan Ange Postecoglou itu akan
berhadapan dengan Tiongkok yang sudah memastikan diri sebagai juara Grup B.
Striker veteran Australia Tim Cahill tak dapat menahan rasa kecewa akibat kekalahan ini.
Pasalnya, mereka hanya butuh imbang untuk lolos sebagai juara grup setelah menang 4-1 atas
Kuwait dan 4-0 atas Oman di dua partai sebelumnya.
Saya merasa kami seharusnya bisa mengakhiri pertandingan ini dengan hasil imbang dan
menjadi juara grup, ujar Cahill.
Pencetak gol terbanyak timnas Australia itu baru diturunkan saat laga tinggal 20 menit.
Meskipun demikian, striker milik New York Red Bulls ini tak mampu berbuat banyak.
Apalagi menyelamatkan timnya dari kekalahan.
Satu-satunya peluang emas Australia dibukukan Nathan Burns di menit 70, tetapi
tendangannya ditepis kiper Kim Jin-hyeon.
Selain kehilangan posisi teratas, tim kuning-hijau itu juga harus tampil tanpa Matthew
Spiranovic di perempat nal akibat akumulasi kartu kuning. Partai melawan Tiongkok akan
dilangsungkan di Stadion Brisbane, (22/1).

Sementara itu, Taegeuk Warriors--julukan Korsel--masih menunggu lawan dari runner-up


Grup B antara Arab Saudi dan Uzbekistan. Keduanya baru akan saling berhadapan di laga
hidup mati yang dimainkan di Melbourne Rectangular Stadium, (18/1), hari ini.
Di Newcastle Stadium, dua tim yang sudah pasti tersingkir Oman dan Kuwait juga
memainkan laga hiburan. Dalam pertandingan itu, Oman mencuri tiga poin terakhir dari Grup
A setelah mengemas kemenangan 1-0 lewat gol semata wayang Abdul Aziz Al Muqbali di
menit 69.
Meski sama-sama tersingkir, kemenangan ini menempatkan Oman di peringkat ketiga grup
dengan nilai tiga di bawah Kuwait yang sama sekali gagal meraup satu angka pun di
turnamen. (AFP/Ash/R-1)

You might also like