Professional Documents
Culture Documents
Seminar Pajak
Seminar Pajak
Salah satu jenis pajak yang diterapkan di indonesia adalah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). Pajak Pertambahan nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan (PPn), yang
berdasarkan pada undang-undang Nomor 8 tahun 1983 yang ditetapkan sejak 1 April
1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Sampai
sekarang masih berlaku dengan menggunakan pajak pertambahan nilai (PPN). Dasar
pemikiran atas Pajak Pertambahan Nilai adalah untuk mengenakan pajak pada tingkat
kemampuan masyarakat untuk berkonsumsi, yang pengenaannya dilakukan secara tidak
langsung kepada konsumen.
Seminar Pajak
Pengertian
Seminar Pajak
Apa itu faktur pajak? Hal ini sering kali menjadi hal yang dipusingkan oleh
Pengusaha Kena Pajak. Faktur pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh
pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena
pajak atau bukti pemungutan pajak karena impor barang kena pajak yang dilakukan oleh
direktorat jenderal bea dan cukai (Mardiasmo, 2009:288). Sedangkan berdasarkan PER24/PJ/2012 tentang bentuk, ukuran, tata cara pengisian keterangan, prosedur
pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara pembetulan atau penggantian, dan
tata cara pembatalan faktur pajak, faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat
oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak.Terdapat beberapa jenis faktur pajak menurut UU PPN,
diantaranya sebagai berikut:
Seminar Pajak
Seminar Pajak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena pajak
Nama, alamat, NPWP pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak.
Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian dan potongan harga.
PPN yang dipungut
PPnBM yang dipungut
Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak
Seminar Pajak
Faktur Pajak Gabungan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (2) UU PPN
1984 sebenar-nya adalah Faktur Pajak Standar yang memuat semua penyerahan BKP
atau JKP dalam satu Masa Pajak kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama.
Cara penggunaannya diperkenankan kepada PKP atas beberapa kali penyerahan
BKP/JKP kepada pembeli atau penerima jasa yang sama yang dilakukan dalam satu Masa
Pajak, dan harus dibuat selambat-lambatnya pada akhir bulan berikutnya setelah bulan
terjadinya penyerahan BKP/ JKP.
Dalam hal terdapat pembayaran sebelum penyerahan BKP/ JKP atau terdapat
pembayaran sebelum Faktur Pajak Gabungan tersebut dibuat, maka untuk pembayaran
tersebut dibuat Faktur Pajak tersendiri pada saat diterima pembayaran.
Seminar Pajak
Tanggal penyerahan/ pembayaran pada Faktur Pajak diisi dengan tanggal awal
penyerahan BKP/ JKP sampai dengan tanggal terakhir dari Masa Pajak yang dibuatkan
Faktur Pajak Gabungan, dengan melampirkan daftar tanggal penyerahan dari masingmasing Faktur Penjualan
Faktur Pajak Sederhana juga merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh
pengusaha kena pajak untuk menampung kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir.
Pembeli BKP/penerima JKP yang tidak diketahui identitasnya secara lengkap, misalnya:
pembeli yang tidak diketahui NPWP-nya atau tidak diketahui nama dan atau alamat
Seminar Pajak
lengkapnya.Direktur Jendral pajak dapat menetapkan tanda bukti penyerahan atau tanda
bukti pembayaran sebagai faktur pajak sederhana yang paling sedikit memuat:
1. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak.
2. Jenis dan kuantum Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang diserahkan
3. Jumlah harga jual atau penggantian yang sudah termasuk pajak pertambahan nilai
atau besarnya PPN dicantumkan secara terpisah
4. Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana
Seminar Pajak
Bentuk Faktur Pajak Sederhana dapat berupa bon kontan, Faktur Penjualan, segi
cash register, karcis, kuitansi, yang dipakai sebagai tanda bukti penyerahan atau
pembayaran atas penyerahan BKP atau JKP oleh PKP yang bersangkutan.
Faktur Pajak Sederhana dianggap telah dibuat rangkap dua atau lebih,dalam hal
Faktur Pajak Sederhana tersebut dibuat dalam satu lembar yang terdiri dari dua atau
lebih bagian atau potongan yang disediakan untuk disobek atau dipotong, seperti yang
terjadi pada karcis. Faktur Pajak Sederhana tidak dapat digunakan oleh pembeli BKP atau
penerima JKP sebagai dasar untuk pengkreditan Pajak Masukan.
10
Seminar Pajak
Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran adalah Pengusaha Kena Pajak yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan:
a. penyerahan Barang Kena Pajak dengan cara sebagai berikut:
1) melalui suatu tempat penjualan eceran atau langsung mendatangi dari satu
tempat konsumen akhir ke tempat konsumen akhir lainnya;
11
Seminar Pajak
2) dengan cara penjualan eceran yang dilakukan langsung kepada konsumen akhir,
tanpa didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak, atau
lelang; dan
3) pada umumnya penyerahan Barang Kena Pajak atau transaksi jual beli dilakukan
secara tunai dan penjual atau pembeli langsung menyerahkan atau membawa
Barang Kena Pajak yang dibelinya; atau
b. penyerahan Jasa Kena Pajak dengan cara sebagai berikut:
1) melalui suatu tempat penyerahan jasa secara langsung kepada konsumen akhir
atau langsung mendatangi dari satu tempat konsumen akhir ke tempat konsumen
akhir lainnya;
12
Seminar Pajak
Nomor Seri Faktur Pajak adalah nomor seri yang diberikan oleh Direktorat
Jenderal Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak dengan mekanisme tertentu untuk
penomoran Faktur Pajak yang berupa kumpulan angka, huruf, atau kombinasi angka dan
huruf yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
13
Faktur Pajak Tidak Lengkap adalah Faktur Pajak yang tidak mencantumkan
keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai dan/ atau mencantumkan keterangan tidak sebenarnya atau
sesungguhnya dan/ atau mengisi keterangan yang tidak sesuai dengan tata cara dan
prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
Seminar Pajak
Kewajiban Penerbitan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) berdasarkan PMK 151/PMK/2013 tentang Tata Cara
Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak, wajib menerbitkan
faktur pajak untuk setiap:
14
Seminar Pajak
1. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf a dan/atau Pasal 16D Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;
2. penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;
3. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf f Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;
4. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai; dan/atau
15
5. ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
Seminar Pajak
Saat Penerbitan
Menurut PER-24/PJ/2012, Faktur Pajak harus dibuat pada:
1. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak;
2. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau sebelum penyerahan Jasa
Kena Pajak;
16
Seminar Pajak
17
1. Lembar ke-1, disampaikan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa
Kena Pajak.
2. Lembar ke-2, untuk arsip PKP yang menerbitkan Faktur Pajak
Seminar Pajak
18
2. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak;
3. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
4. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
6. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
7. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
Seminar Pajak
19
Seminar Pajak
20
dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan dan/atau ekspor Jasa Kena
Pajak. Jika Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy) yang rusak, salah dalam pengisian,
atau salah dalam penulisan, sehingga tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas dan
benar, Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut dapat menerbitkan
Faktur Pajak pengganti. Jika Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy) yang hilang, baik
Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan maupun pihak yang menerima Faktur Pajak
tersebut dapat membuat copy dari Faktur Pajak dan dilegalisasi oleh Kantor Pelayanan
Pajak. Bentuk faktur pajak kertas dapat dilihat dilampiran.
Seminar Pajak
21
Seminar Pajak
Selama ini ada banyak kasus yang dilakukan oleh oknum pengusaha untuk
memalsukan atau menyalahgunakan Faktur Pajak untuk mendapatkan keuntungan
pribadi dengan upaya melakukan upaya penghindaran pajak yang berasal dari PPN.
Modus penyalahgunaan Faktur Pajak ini dapat dilakukan akibat masih lemahnya sistem
pengawasan terhadap penerbitan Faktur Pajak yang dilakukan oleh pihak Direktorat
Jenderal Pajak. Contoh tindakan penyalahgunaan Faktur Pajak antara lain :
a. Wajib Pajak Non PKP menerbitkan Faktur Pajak,
b. Faktur Pajak tidak atau terlambat diterbitkan,
22
Seminar Pajak
23
Seminar Pajak
24
PKP, untuk periode Juli 2014-Juni 2015 hanya berlaku untuk 45 WP PKP yang sudah
ditunjuk DJP. Namun semua WP PKP akan segera menerapkannya di tahun-tahun
mendatang.
Seminar Pajak
Dasar Hukum
Dasar Hukum dan peraturan yang mengatur teknis tata pelaksanaan e-Faktur yaitu
sebagai berikut:
1. Undang-Undang PPN Tahun 2009, Pasal 13 (8)
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.011/2013 tentang Tata Cara
Pembuatan Dan Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian Faktur Pajak.
25
Seminar Pajak
3. Peraturan Dirjen Pajak, PER-16/PJ/2014 (berlaku sejak 1 Juli 2014) tentang Tata Cara
Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.
4. PER-17/PJ/2014 tentang : Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor Per-24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau
Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak.
5. Peraturan Dirjen Pajak, PER-24/PJ/2014
6. Keputusan Dirjen Pajak, KEP-136/PJ/2014 (berlaku sejak 1 Juli 2014) tentang
Penetapan PKP yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.
26
7. SE-21/PJ/2014 tentang Tata Cara Permintaan Data Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.
8. SE-20/PJ/2014 tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi Dan Password,
Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak Dan Sertifikat Elektronik, Serta
Permintaan, Pengembalian, Dan Pengawasan Nomor Seri Faktur Pajak.
Seminar Pajak
27
kertas (hardcopy), adalah Faktur Pajak yang dibuat secara manual (tidak secara
elektronik). Bentuk Faktur Pajak kertas ini adalah yang digunakan dan berlaku
selama ini.
- elektronik, adalah Faktur Pajak yang dibuat secara elektronik. Bentuk dan tata cara
pembuatan Faktur Pajak elektronik ini akan ditetapkan melalui Peraturan Direktur
Jenderal Pajak. (PER-16/PJ/2014 dan PER-17/PJ/2014)
Bentuk e-Faktur adalah berupa dokumen elektronik Faktur Pajak, yang merupakan
hasil keluaran (output) dari aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 10 ayat (1) PER-16/PJ/2014). e-Faktur
Seminar Pajak
28
tidak diwajibkan untuk dicetak dalam bentuk kertas (hardcopy). (Pasal 10 ayat (2) PER16/PJ/2014).
Seminar Pajak
29
Seminar Pajak
penggunaan (manual user) yang merupakan satu kesatuan dengan aplikasi atau sistem
elektronik tersebut. (Pasal 1 ayat (3) PER-16/PJ/2014)
Faktur Pajak Elektronik atau e-Faktur merupakan bentuk Faktur Pajak yang baru akan
diberlakukan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak. Faktur Pajak Elektronik ini diklaim akan
mempermudah proses administrasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Selain
itu, dengan e-Faktur diharapkan akan lebih mudah bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam
melakukan pengawasan terhadap penerbitan Faktur Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha
Kena Pajak. Sehingga apabila ada Faktur Pajak yang tidak benar, fiktif atau Faktur Pajak
yang telah diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak namun tidak dilaporkan dan disetorkan
30
Seminar Pajak
PPN yang telah dipungut, akan dapat dengan segera diidentifikasi oleh pihak Direktorat
Jenderal Pajak.
Untuk menerapkan pembuatan e-Faktur ini, pihak Direktorat Jenderal Pajak telah
menyediakan aplikasi yang dapat diinstall di perangkat komputer Pengusaha Kena Pajak.
e-Faktur ini akan otomatis terhubung ke program e-SPT, sehingga akan memudahkan
Pengusaha Kena Pajak dalam membuat SPT Masa PPN secara elektronik menggunakan
program e-SPT. Rencananya untuk Wajib Pajak Besar, akan dibuat ketentuan yang
mewajibkan Pengusaha Kena Pajak untuk menyediakan sistem pembuatan e-Faktur yang
terhubung ke server di Direktorat Jenderal Pajak. Salah satu keunggulan dari e-Faktur ini
31
Seminar Pajak
adalah Pengusaha Kena Pajak tidak perlu lagi mencetak Faktur Pajaknya dalam bentuk
hardcopy dan tidak perlu lagi menandatangani Faktur Pajak secara manual karena
nantinya akan diberikan barcode sebagai pengganti tandatangan manual.
Saat Dimulainya Penerapan Faktur Pajak Elektronik. Soft Launcing dan Pembukaan
Piloting Aplikasi e-Faktur Pajak di auditorium Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak
(KPDJP) Senin, 10 Februari 2014. Piloting dihadiri oleh perwakilan pengusaha dan
diberikan sosialisasi mengenai aplikasi e-Faktur Pajak. Piloting bertujuan untuk
menyelesaikan permasalahan yang mungkin dihadapi sebelum dilakukan Hard
Launching.
32
Seminar Pajak
Mulai 1 Juli 2014, e-Faktur Pajak untuk tahap pertama uji coba ini akan diterapkan di
kepada Pengusahan Kena Pajak (PKP) tertentu di Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak
Besar, Kantor Pelayanan Pajak Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak Madya di
Jakarta. Kemudian mulai 1 Juli 2015 e-Faktur Pajak akan diberlakukan untuk seluruh PKP
di Kantor Pelayanan Pajak Pulau Jawa dan Bali. Sedangkan pemberlakukan e-Faktur Pajak
secara nasional akan secara serentak dimulai pada 1 Juli 2016.
Ada 3 gelombang penerapan e-Faktur bagi WP PKP, yaitu:
1. PKP wajib e-Faktur sejak 1 Juli 2014 ada 45 WP PKP yang ditetapkan melalui KEP136/PJ/2014,
33
Seminar Pajak
2. PKP wajib e-Faktur sejak 1 Juli 2015 adalah WP PKP di Jawa & Bali (diktum kedua
KEP-136/PJ/2014)
3. PKP wajib e-Faktur sejak 1 Juli 2016 adalah WP PKP seluruh Indonesia (diktum ketiga
KEP-136/PJ/2014)
Transaksi yang wajib dibuatkan e-Faktur
PKP wajib membuat e-Faktur untuk setiap: (Pasal 2 ayat (1) PER-16/PJ/2014)
Penyerahan BKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a dan/atau
Pasal 16D UU PPN; dan/atau
Penyerahan JKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c UU PPN.
34
Seminar Pajak
35
Seminar Pajak
Manfaat E-faktur
Pada kesempatan yang sama, pihak DJP juga menyampaikan manfaat dari
penggunaan e-Faktur Pajak yaitu:
Bagi Wajib Pajak:
36
Seminar Pajak
a. Pengusaha Kena Pajak tidak perlu lagi mencetak Faktur Pajaknya dalam bentuk
hardcopy. Beban compliance cost berkurang, karena tidak ada lagi biaya kertas,
biaya kirim, printing, tenaga kerja verifikasi, pengkodean, dan mengurangi pegawai
yang dipekerjakan untuk menangani PPN
b. Tampilan eFaktur Pajak bisa dilihat dalam format Pdf dan disimpan di komputer.
c. Tanda tangan basah digantikan dengan tanda tangan elektronik, sehingga e-Faktur
Pajak tidak diwajibkan untuk dicetak dalam lembaran kertas. Nantinya akan
diberikan barcode sebagai pengganti tandatangan manual. Hal ini sangat membantu
PKP yang mengeluarkan banyak faktur pajak dalam sebulan. e-Faktur menggunakan
37
Seminar Pajak
QR Code sebagai pengganti tanda tangan. Uniknya dengan QR Code reader kita bisa
mengecek keabsahan faktur pajak asli atau bodong
d. e-Faktur Pajak memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan karena akan
semakin yakin bahwa faktur pajak telah sesuai dengan transaksi sebenarnya
sehingga dapat dikreditkan. Mereka juga terhindar dari faktur pajak fiktif lawan
transaksi yang dapat merugikan perusahaannya. Ini akan memudahkan para
pengusaha PKP untuk mengetahui apakah lawan transaksinya PKP atau bukan
38
Seminar Pajak
39
b. Lebih mudah bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam melakukan pengawasan terhadap
penerbitan Faktur Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak Memperkecil
resiko faktur pajak fiktif karena adanya validitasi faktur pajak dari DJP secara online.
c. Membantu program go green yang dicanangkan pemerintah, karena tak perlu
dicetak (paperless).
Seminar Pajak
40
Seminar Pajak
41
Seminar Pajak
42
Seminar Pajak
Sistem e-Faktur Pajak dirancang untuk menghubungkan DJP dan KPK penerbit e-Faktur
Pajak. Bagi PKP pembeli belum jelas fitur apa yang dapat memberi tahu mereka bahwa FP
43
yang mereka terima valid. Dengan kata lain deteksi FP fiktif bukan hanya dideteksi dari
pihak DJP tetapi PKP pembeli juga akan tahu kalau FP yang mereka fiktif.
4. Peraturan belum jelas
Karena masih uji coba, belum ada peraturan pelaksanaanya samapi saat ini.
Seminar Pajak
44
Seminar Pajak
Dari simulasi sederhana yang telah dilakukan, ada beberapa fenomena yang
terjadi ketika penggunaan Faktur Pajak manual digantikan dengan e-Faktur. Pertama,
yaitu perubahan proses pembuatan Faktur Pajak oleh PKP, di mana yang sebelumnya
45
Seminar Pajak
harus menggunakan tanda tangan basah, kini dapat digantikan dengan tanda tangan
elektronik (digital signature). Tentunya hal ini dapat memangkas proses pembuatan
Faktur Pajak, sehingga Pengusaha Kena Pajak tidak perlu repot menandatangani Faktur
Pajak yang diterbitkan. Kedua, Pengusaha Kena Pajak kini tidak diwajibkan untuk
mencetak Faktur Pajak, sehingga dapat meminimalisasi penggunaan kertas. Ketiga,
diharapkan dengan adanya e-faktur ini dapat memudahkan DIrektorat Jenderal Pajak
dalam melakukan pengawasan terhadap penerbitan Faktur Pajak yang dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak. Sehingga apabila ada Faktur Pajak yang tidak benar, fiktif atau
Faktur Pajak yang telah diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak namun tidak dilaporkan
46
dan disetorkan PPN yang telah dipungut, akan dapat dengan segera diidentifikasi oleh
pihak Direktorat Jenderal Pajak.
Namun selain fenomena yang menguntungkan, ada beberapa tantangan (threats)
yang harus dihadapi oleh program e-Faktur ini, antara lain:
Seminar Pajak
47
e-Faktur
Dalam ketentuan penggunaan aplikasi e-Faktur yang disediakan oleh DJP, terdapat
ketentuan yang mewajibkan Pengusaha Kena Pajak untuk menyediakan sistem
pembuatan e-Faktur yang terhubung ke server di Direktorat Jenderal Pajak. Jadi dapat
dikatakan bahwa PKP harus memiliki jaringan yang dapat menghubungkan antara PKP
(client) ke DJP (server).
Seminar Pajak
Pertimbangan pertama adalah lokasi kegiatan dari PKP itu sendiri. Bagi PKP yang
berlokasi di sekitar perkotaan dan memiliki akses data dan komunikasi yang baik,
mungkin kebijakan ini tidak akan menjadi permasalahan yang berarti. Namun apabila
48
lokasi PKP kebetulan (dan banyak) yang ada di lokasi yang sulit dijangkau oleh jaringan
data dan komunikasi, maka tentunya sulit untuk menyediakan fasilitas jaringan yang
terhubung ke DJP.
Seminar Pajak
Yang kedua adalah perbandingan antara cost dan benefit atas pelaksanaan eFaktur oleh PKP. Selama ini masih banyak PKP yang masih melakukan pembuatan faktur
dan pelaporan SPT Masa PPN secara manual. Sebagian beralasan karena untuk membuat
Faktur Pajak secara komputerisasi malah akan menambah beban mereka terkait dengan
pengadaan sarana dan prasarananya. Selain itu faktor SDM juga harus dipertimbangkan.
49
Solusi atas tantangan ini adalah dengan mengaplikasikan secara bertahap dan
pelaksanaan pilot project. Kegiatan ini sedang dilaksanakan oleh DJP, yang dalam
prosesnya akan terus mengumpulkan data dan informasi terkait dengan kendala apa saja
yang terjadi di lapangan serta solusinya. Diharapkan dengan suksesnya pilot project ini,
DJP akan dapat mengidentifikasi sebagian besar kendala yang timbul dan bagaimana
solusi atas permasalahan tersebut.
Seminar Pajak
50
Seminar Pajak
Dari ketentuan yang telah dijelaskan terkait dengan aplikasi e-faktur, ada
beberapa ciri-ciri yang dapat disimpulkan mengenai aplikasi e-Faktur:
51
Seminar Pajak
1) Aplikasi yang disediakan oleh DJP berbentuk installer dan akan diinstall ke komputer
Wajib Pajak.
2) Aplikasi ini membutuhkan koneksi internet dalam proses koneksi ke server pusat DJP,
minimal ketika mengupload Faktur Pajak.
3) PKP akan diberikan ID (sebagai pengenal) dan password (sebagai pengamanan
terhadap akses atas aplikasi)
4) Aplikasi hanya dapat diinstall ke OS Microsoft Windows.
5) Data atas Faktur Pajak yang telah dibuat tetap ada pada client dan hanya ada proses
mengupload ke server (tidak timbal balik)
52
Seminar Pajak
Fokus perhatian terletak pada ciri-ciri yang keempat dan kelima. Mengenai aplikasi
yang hanya dapat diinstall ke OS Microsoft Windows, penulis berpikir seharusnya DJP
dapat mengoptimaliasi penggunaan teknologi saat ini. Salah satu caranya adalah
penggunaan aplikasi berbasis web (web-based application) atau yang lebih sering kita
kenal secara luas dengan cloud computing. Secara definisi Cloud adalah awan, sebagai
gambaran Internet, yang bagi user, tidak perlu tahu ada di mana. Yang penting bagi user
adalah dapat terhubung ke Internet. Entah melalui jaringan telpon, jaringan kabel,
jaringan hotspot, jaringan seluler, atau melalui warnet, yang penting terhubung ke
53
Internet dengan koneksi yang cepat dan gratis. Sedangkan computing (komputasi) adalah
berbagai pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan perangkat komputer.
Seminar Pajak
Cloud computing itu sendiri adalah komputasi berbasis internet, dimana server
yang dibagi bersama menyediakan sumber daya, perangkat lunak, dan informasi untuk
komputer dan perangkat lain sesuai permintaan. Cloud computing merupakan evolusi
alami dari luas adopsi virtualisasi, arsitektur berorientasi layanan dan komputasi utilitas.
Cloud computing menggambarkan suplemen baru, konsumsi, dan model pengiriman
untuk layanan berbasis IT di Internet, dan biasanya melibatkan over-the internet
54
Seminar Pajak
penyediaan sumber daya secara dinamis scalable dan sering virtualisasi. Penyedia cloud
computing memberikan aplikasi bisnis yang umum online yang diakses dari yang lain
layanan Web atau perangkat lunak seperti browser Web, sedangkan perangkat lunak dan
data disimpan di server.
55
56
Seminar Pajak
Seminar Pajak
Konsep manfaatnya adalah sama seperti aplikasi yang dapat digunakan dalam
keadaan mobile (contoh: gmail, google drive) dan dapat dijalankan pada berbagai OS
maupun platform. Dengan demikian PKP dapat lebih memanfaatkan mobilitas dari
aplikasi e-faktur ini. PKP dapat mengakses aplikasi e faktur bahkan dari smarphone yang
dimiliki. Apliakasi berbasis web yang saat ini terdapat di pasaran antara lain google docs.
Google docs dapat kita akses melalui browser google chrome, yang tampilan interface,
fungsi, dan prosesnya hampir sama dengan aplikasi di platform lain, misalnya Microsoft
office. Google Docs ini begitu mobile, dapat melakukan sign in dari berbagai platform,
tanpa harus menginstall aplikasi tersebut pada client device.
57
Seminar Pajak
58
Namun seperti yang kita ketahui, ada trade off antara keamanan jaringan dengan biaya
yang dikeluarkan. Apabila perusahaan menginginkan transfer data yang lebih aman,
tentunya perusahaan harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk menyediakan
jaringan tersebut, misalnya saya dengan menggunakan virtual private network (VPN).
Tentunya hal ini akan menjadikan biaya pembuatan Faktur Pajak menjadi lebih besar.
Seminar Pajak
59
Selain tantangan (threats) dapat ditambahkan beberapa kelemahan yang saat ini
dimiliki oleh DJP, antara lain
Seminar Pajak
1) Server dan database. Diperlukan pemeliharaan server dan jaringan pada kantor pusat
DJP terkait arus keluar masuk data faktur pajak. Dengan jumlah faktur pajak jutaan
setiap hari dari seluruh Indonesia maka diperlukan server dan jaringan yang stabil
agar data faktur pajak yang masuk tidak rusak maupun hilang. Demikian juga dengan
pengamanan data faktur yang berasal dari wajib pajak.
2) Peraturan terkait dengan pengaplikasian e-faktur. Mungkin bahwa e-Faktur
direncanakan dan disimulasikan pada keadaan ideal di mana tidak begitu banyak
60
Seminar Pajak
61
Seminar Pajak
62
Seminar Pajak
Agar penjual tidak terlalu dibebani dengan kewajibannya, NTS membuat CRS ini
sederhana dalamaplikasinya. Cara kerja CRS yaitu:
63
64
Seminar Pajak
Seminar Pajak
65
Orang pribadi yang menjual barang daganan atau jasa kepada konsumen
akhir orang pribadi, dengan syarat peredaran usaha tahun sebelumnya telah
mencapai KRW 24 jutaa tau lebih.
Seminar Pajak
66
Meskipun sudah terdaftar dalam CRS, pembeli belum sepenuhnya terlindungi dari
penjual.Ketika pembeli menemukan ketidakpatuhan penjual dalam melaksanakan
program CRS ini, maka pembeli dapat melaporkan hal tersebut.Pembeli yang dengan
sengaja melakukan ketidakpatuhan yang berbentuk:
Seminar Pajak
67
Akan dikenai sanksi berupa sanksi administrasi 5% dari nilai terlapor dan penolakan
pemberian fasilitas-fasilitas perpajakan. Sedangkan untuk konsumen yang melaporkan
adanya ketidakpatuhan tersebut, akan mendapat reward 20% darinilai yang dilaporkan.
Seminar Pajak
Agar masyarakat Korea Selatan mau menggunakan CRS ini, NTS memberikan banyak
keuntungan pada semua pihak yang berpartisipasi.Keuntungan tersebut yaitu:
68
1. Consumers benefits
a. Tax Income deduction
i. Cash receipt dari: diri sendiri, istri, anak, dll
ii. Nilai pengurangan : total pengeluaran cash receipt, kartu kredit, kartu
debet
iii. (Total pengeluaran (total pendapatan X 20%)) X 20% [max. KRW 5
juta]
b. Otomatis diikutsertakan dalam undian berhadiah
Seminar Pajak
2. Issuerss benefits
69
Seminar Pajak
3. Operators benefits
a. US$ 18 per Cash Receipt terminal yang terinstal
b. 2,3 cent per penerbitan cash receipt (1,62 cent untuk transaksi online)
70
Seminar Pajak
Dengan penerapan CRS ini, total nilai cash receipt yang diterbitkan selama tahun
2009 telah mencapai KRW 68 Triliun.Total transaksi yang dapat ditangkap sistem
keuangan menjadi 66% padatahun 2008 (sebelumnya 39% padatahun 2004).
Peningkatan transaksi yang dapat ditangkap ini meningkatkan transaparansi dan
memberikan kemudahan dalam pemeriksaan pajak. Model CRS ini diharapkan dapat
diaplikasikan pada sistem penerbitan invoice/fakturpada Value Added Tax dengan invoicebased credit methods.
71
72
Seminar Pajak
73
Seminar Pajak
Seminar Pajak
Lampiran
74
75
Seminar Pajak
76
Seminar Pajak
Daftar Pustaka
Leaflet Faktur Pajak, DJP, Kemenkeu RI
http://www.pajak.net/info/faktur_pajak.htm diakses 8 November 2014
Seminar Pajak
Corporate
taxpayer
must
issue
e-Tax
invoice
from
http://www.ckcaccounting.com/news/581 diakses 9 November 2014
77
2010
in
Korea.
Seminar Pajak
PER-17/PJ/2014 tentang : Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Per-24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur
Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan
Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak.
78
Seminar Pajak
SE-20/PJ/2014 tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi Dan Password, Permintaan
Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak Dan Sertifikat Elektronik, Serta Permintaan,
Pengembalian, Dan Pengawasan Nomor Seri Faktur Pajak.
79
80
Seminar Pajak