Professional Documents
Culture Documents
: Ny. R
Umur
: 61 tahun
Alamat
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Menikah
Suku
: Aceh
Pekerjaan
Tanggal Masuk
: 17 September 2014
Tanggal Pemeriksaan
: 20 September 2014
1.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
: Kejang-kejang dan penurunan kesadaran
Anamnesis
:
Pasien datang ke IGD RSUD Zainal Abidin dengan kejang-kejang
dan penurunan kesadaran. Menurut keluarga pasien, pasien mengalami
penurunan kesadaran
kesadaran terjadi pada saat pasien sedang beristirahat dan ketika dibangun
oleh suami pasien, pasien tidak merespon. Pasien juga mengalami kejangkejang. Durasi tiap kejangnya 20 menit, lama kejangnya setiap kejang
dan alergi disangkal oleh keluarga pasien. Pada saat pemeriksaan pasien
sudah dalam keadaan sadar penuh dan pasien tidak mengalami kejang lagi.
1.3 Status Internus
1. Keadaan Umum
: Buruk
2. Kesadaran
: E4M6V5
3. Tekanan Darah
: 130/90 mmHg
4. Nadi
: 90 kali/menit
5. Pernafasan
: 20 kali/menit
6. Suhu
: 36,5C
7. Keadaan Gizi
: Obesitas
1.4 Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
1. Warna
2. Turgor
3. Sianosis
4. Ikterus
5. Oedem
6. Anemia
b. Kepala
1. Warna
2. Wajah
3. Mata
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Telinga
Hidung
Mulut
Lidah
Tonsil
Faring
: Sawo matang
: Cepat kembali
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Hitam, sukar dicabut
: Simetris, edema (-), deformitas (-)
: Conjungtiva pucat (-), ikterik (-)
a. Pupil isokor 3 mm/3mm
b. Refleks cahaya langsung(+/+)
c. Refleks cahaya tidak langsung (+/+)
: Serumen (-)
: Sekret (-)
: Bibir pucat (-) mukosa basah (+) sianosis (-)
: Tremor (-) hiperemis (-)
: Hiperemis (-) T1/T1
: Hiperemis (-)
c. Leher
1. Inspeksi
: Simetris
2. Palpasi
: TVJ (N) R-2cm H2O
3. Pembesaran KGB : Tidak ada
d. Thorax
Inspeksi
1. Statis
2. Dinamis
e. Paru
2
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
f.
1.
2.
3.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Pekusi
Kanan
Fremitus N
Sonor
Vesikuler N
Kiri
Fremitus N
Sonor
Vesikuler N
4. Auskultasi
g. Abdomen
1. Inspeksi
2. Palpasi
a. Hepar
b. Lien
c. Ginjal
3. Perkusi
4. Aukultasi
: Tidak teraba
: Tidak teraba
: Ballotement tidak teraba
: Timpani, shifting dullness (-)
: Peristaltik normal
h.
i.
j.
k.
l.
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
: Simetris, nyeri tekan (-)
: Pembesaran KGB (-)
: Akral hangat
Genitalia
Anus
Tulang Belakang
Kelenjar Limfe
Ekstremitas
Superior
Inferior
Sianosis
Kanan
Negatif
Kiri
Negatif
Kanan
Negatif
Kiri
Negatif
Oedema
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Fraktur
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
A. GCS
Pupil
: E4M6V5
3
: Isokor 3mm/3mm
: +/+
: -/-
: (-)
: (-)
: -/-
B. Nervus Cranialis
Kelompok Optik
Kanan
Kiri
6/6
kesan normal
kesan normal
6/6
kesan normal
kesan normal
Nervus II (visual)
-
Visus
Lapangan pandang
Melihat warna
Ukuran
Bentuk Pupil
Refleks cahaya
Nistagmus
Strabismus
3 mm
bulat
positif
negatif
negatif
3 mm
bulat
positif
negatif
negatif
Lateral
Atas
Bawah
Medial
Diplopia
positif
positif
positif
positif
negatif
Kelompok Motorik
Nervus V (fungsi motorik)
-
Membuka Mulut
Menggigit dan mengunyah
Mengerutkan dahi
positif
positif
positif
positif
negatif
Menutup mata
Menggembungkan pipi
Memperlihatkan gigi
Sudut bibir
Bicara
Refleks menelan
Mengangkat bahu
Memutar kepala
Artikulasi lingualis
Menjulurkan lidah
Kelompok Sensoris
Nervus I (fungsi penciuman)
: kesan normal
C. Badan
Motorik
1. Gerakan respirasi
2. Bentuk columna vertebralis
3. Gerakan columna vertebralis
: Abdomino Thorakalis
: Simetris
: Kesan normal
Sensabilitas
1. Rasa suhu
2. Rasa nyeri
3. Rasa raba
D. Anggota Gerak Atas
Motorik
1. Pergerakan
2. Kekuatan
3. Tonus
4. Trofi
: N/N
: N/N
Refleks
1. Biceps
2. Triceps
: +/+
: +/+
: +/+
: 5555/5555
: N/N
: N/N
Refleks
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Patella
Achilles
Babinski
Chaddok
Gordon
Oppenheim
: +/+
: +/+
: -/: -/: -/: -/-
Klonus
1. Paha
2. Kaki
: -/: -/-
Tanda Laseque
: -/-
Tanda kernig
: -/-
Sensibilitas
Kanan
1. Rasa suhu
2. Rasa nyeri
3. Rasa raba
Dbn
Kiri
Dbn
Dbn
Dbn
F. Gerakan Abnormal
: Tidak ditemukan
G. Fungsi Vegetatif
1. Miksi
2. Defekasi
Dbn
Dbn
H. Koordinasi Keseimbangan
1. Cara Berjalan
2. Romberg Test
1.5 Resume
1. Identitas
Ny. R
2. Pemeriksaan
Anamnesis
1. Keluhan utama
: Kejang dan penurunan kesadarn
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Zainal Abidin dengan kejang-kejang
dan penurunan kesadaran. Menurut keluarga pasien, pasien mengalami
penurunan kesadaran
kesadaran terjadi pada saat pasien sedang beristirahat dan ketika dibangun
oleh suami pasien, pasien tidak merespon. Pasien juga mengalami kejangkejang. Durasi tiap kejangnya 20 menit, lama kejangnya setiap kejang
Vital Sign
- Keadaan Umum
- Kesadaran
- Tekanan darah
: Sakit sedang
: E4M6V5
: 130/90 mmHg
7
Nadi
Pernafasan
Suhu
Keadaan Gizi
Status Internus
Status Neurologis
: 90 kali/menit
: 20 kali/menit
: 36,5C
: Overweight
: Dalam batas normal
Nervus cranialis
1. Kelompok optik
Fungsi otonom
:Pupil isokor (3mm/3mm), RCL/RCTL (+/+)
Gerakan okuler (N.III, IV, VI)
: Sdn
Fungsi visual (N II)
: Dbn
2. Kelompok motorik
Fungsi motorik (N.V)
: Dbn
Fungsi motorik
: Dbn
Memperlihatkan gigi
: Dbn
Sudut bibir
: Dbn
Fungsi motorik (N.IX, X)
: Dbn
Fungsi motorik (N.XII)
Artikulasi lingualis
: Dbn
Menjulurkan lidah
: Dbn
3. Kelompok sensorik
Fungsi pengecapan (N.VII)
: Dbn
Fungsi penciuman (N.I)
: Dbn
Fungsi pendengaran (N.VIII)
: Dbn
4. Fungsi motorik
Atas
Pergerakan
+/+
Kekuatan
N/N
Tonus
N/N
Trofi
N/N
Refleks fisiologis
+/+
Refleks patologis
-/-
1.6 Diagnosa
Diagnosa klinis
Diagnosa etiologi
: Kejang Konvulsif
: Meningioma
8
Bawah
+/+
N/N
N/N
N/N
+/+
-/-
Diagnosa topis
Diagnosa patologis
1.7 Terapi
- Inj. Citicolin amp/12jam
- Inj. Ranitidin amp/12jam
- Depaken syr 2xC1
- Drip phenitoin 2,5 cc/jam
1.8 Rencana
- Pemeriksaan EEG
- Konsul bedah saraf
1.9 Prognosa
- Qou ad vitam
- Qou ad functinam
- Qou ad sanactionam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Meningioma adalah tumor jinak, dengan pertumbuhan tumor yang lambat
dan biasanya terjadi di daerah intrakranial. Istilah meningioma pertama kali
dipopulerkan oleh Harvey Cushing pada tahun 1922. Meningioma merupakan
tumor jinak ekstra-aksial atau tumor yang terjadi di luar jaringan parenkim otak
yaitu berasal dari meninges otak. Meningioma tumbuh dari sel-sel arachnoid cap
dengan pertumbuhan yang lambat (Al-Hadidy, 2007).
Meningioma adalah tumor otak jinak yang berasal dari sel-sel yang terdapat
pada lapisan meningens serta derivat-derivatnya. Di antara sel-sel meningen itu
belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan
erat antara tumor ini dengan villi arachnoid. Tumbuhnya meningioma kebanyakan
ditemukan pada villi arachnoid. Dari observasi yang dilakukan Mallary (1920)
dan didukung Penfield (1923) didapatkan suatu konsep bahwa sel yang
membentuk tumor ini ialah fibroblast sehingga menyebutnya arachnoid fibroblast
atau meningeal Fibroblastoma. Meningioma adalah umumnya tumor sistem saraf
pusat yang berasal dari selaput meningeal dari saraf tulang belakang dan
intrakranial. Meskipun sel asal belum dapat dibuktikan, meningioma mungkin
berasal dari sel pembungkus arachnoid. Sel-sel ini dari lapisan arachnoid dan vili
arachnoid yang menunjukkan kesamaan sitologi untuk sel-sel tumor meningioma
(Riemenschneider et al., 2006).
2.2 Anatomi Meningen
Meningen adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus enchepalon
dan medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang
letaknya berurutan dari superficial ke profunda. Bersama-sama, araknoid dan
piamater disebut leptomening (Luhulima, 2003).
10
Duramater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri
dari lamina meningialis dan lamina endostealis. Pada medulla spinalis lamina
endostealis melekat erat pada dinding kanalis vertebralis, menjadi endosteum
(periosteum), sehingga di antara lamina meningialis dan lamina endostealis
terdapat spatium ekstraduralis (spatium epiduralis) yang berisi jaringan ikat
longgar, lemak dan pleksus venosus. Pada enchepalon lamina endostealis melekat
erat pada permukaan interior kranium, terutama pada sutura, basis krania dan tepi
foramen occipitale magnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan yang
licin dan dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan membentuk empat buah septa, yaitu
(Luhulima, 2003) :
1.
2.
3.
4.
Falx cerebri
Tentorium cerebella
Falx cerebella
Diaphragma sellae
Antara duramater dan arachnoid terdapat spatium subdural yang berisi
cairan limf. Arachniod adalah suatu selubung tipis, membentuk spatium subdurale
dengan
duramater.
Arachnoid
bersama-sama
dengan
piamater
disebut
leptomeningens. Kedua lapisan ini dihubungkan satu sama lain oleh trabekula
arachnoideae. Antara arachnoid dan piamater terdapat spatium subarachnoideum
yang berisi liquor cerebrospinalis. Arachnoid yang membungkus basis serebri
berbentuk tebal sedangkan yang membungkus facies superior cerebri tipis dan
transparan. Arachnoid membentuk tonjolan-tonjolan kecil disebut granulation
arachnoidea, masuk kedalam sinus venosus, terutama sinus sagitallis superior
folia cerebri. Membentuk tela chorioidea venticuli. Dibentuk oleh serabut-serabut
retikularis dan elastis, ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah serebral. Piamater
terdiri dari lapisan sel mesodermal tipis seperti endothelium. Berlawanan dengan
arachnoid, membran ini ini menutupi semua permukaan otak dan medulla spinalis
(Luhulima, 2003)
11
mencapai puncak pada usia di atas 60 tahun. Insiden meningioma pada anak-anak
sekitar 4% dari seluruh kejadian tumor intrakranial. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa insiden meningioma pada ras hitam Non-hispanics sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan ras putih Non-Hispanics dan Hispanics. Jenis
kelamin juga memengaruhi prevalensi dari meningioma, yaitu dua kali lebih
tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria (Wiemels, 2010).
2.4 Etiologi
Faktor-faktor terpenting sebagai penyebab meningioma adalah trauma,
kehamilan, dan virus. Pada penyelidikan dilaporkan 1/3 dari meningioma
mengalami trauma. Pada beberapa kasus ada hubungan langsung antara tempat
terjadinya trauma dengan tempat timbulnya tumor. Sehingga disimpulkan bahwa
penyebab timbulnya meningioma adalah trauma. Beberapa penyelidikan
berpendapat hanya sedikit bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara
meningioma dengan trauma. Dilaporkan juga bahwa meningioma ini sering
timbul pada akhir kehamilan, mungkin hal ini dapat dijelaskan atas dasar adanya
hidrasi otak yang meningkat pada saat itu.Teori lain menyatakan bahwa virus
dapat juga sebagai penyebabnya. Pada penyelidikan dengan light microscope
ditemukan virus like inclusion bodies dalam nuclei dari meningioma. Tetapi
penyelidikan ini kemudian dibantah bahwa pemeriksaan electron misroscope
inclusion bodies ini adalah proyeksi cytoplasma yang berada dalam membran inti.
Beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson
yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Para peneliti sedang
mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal usul meningioma. Di antara
40% dan 80% dari meningiomas berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus
gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12,
ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan
beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi
meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi
gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma (ABTA, 2012).
13
yang lebih tinggi. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini.
Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan.
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma
malignan atau meningioma anaplastik. Meningioma malignan terhitung kurang
dari 1 % dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan
yang pertama untuk grade III diikuti dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi
tumor, dapat dilakukan kemoterapi.
Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan lokasi
dari tumor (John dan Nancy, 2013) :
a. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah
selaput yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan
kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital
meningioma terdapat di sekitar falx.
b. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada
permukaan atas otak.
c. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah
belakang mata. Banyak terjadi pada wanita.
d. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang
menghubungkan otak dengan hidung.
e. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah
bagian belakang otak.
f. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah
kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitari.
g. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang
berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pada medulla spinalis
setingkat thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat
menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding dada,
gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
h. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pada atau di
sekitar mata cavum orbita.
i. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di
seluruh bagian otak.
15
16
17
bangkitan
kejang
yang
dahului
dengan
gangguan
penglihatan
b) Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang
menjadi hemianopsia, objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
a) Tumor
biasanya
bertangkai
sehingga
pada
pergerakan
kepala
gangguan
menentukan
tumor
tersebut
tidak
dapat
dioperasi
mengingat
19
yang
psammomatous
hiperdens
dapat
calcifications.
memperlihatkan
Kadang-kadang
gambaran
meningioma
20
c. CT dengan kontras :
Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang nyata
kecuali lesi-lesi dengan perkapuran. Pola enhancement biasanya
homogen tajam (intense) dan berbatas tegas. Duramater yang berlanjut
ke lesinya biasanya tebal, tanda yang relatif spesifik karena bisa
tampak juga pada glioma dan metastasis (Fyann, 2004).
Di sekitar lesi yang menunjukkan enhancement, bisa disertai gambaran
hypodense semilunar collar atau berbentuk cincin. Meningioma sering
menunjukkan enhancement heterogen yang kompleks (Fyann, 2004).
21
22
Pemeriksaan Imonohistokimia
Imunohistokimia dapat membantu diagnosis meningioma. Pada pasien
dengan meningioma, 80% menunjukkan adanya epithelial membrane
antigen (EMA) yang positif. Stain negatif untuk anti-Leu 7 antibodi
(positif pada Schwannomas) dan glial fibrillary acidid protein (GFAP).
Reseptor Progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari meningioma.
Bisa juga terdapat reseptor hormon sex yang lain. Reseptor somatostatin
juga ditemukan konsisten pada meningioma. (Husain, 2003).
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan meningioma terganting darilokasi dan ukuran tumor itu
sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan
pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini
antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh
23
terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau
radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan
faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya
mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang
untuk menurunkan kejadian rekurensi (Pamir dan Black, 2010).
Rencana preoperative.
Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan
dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2
antagonis beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik
perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien untuk organisme
stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas
terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk
organisme
anaerob)
ditambahkan
apabila
operasi
direncanakan
dengan
Grade III Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan
dura, atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang atau
tulang yang hiperostotik)
Radioterapi
Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin banyak
dipakai untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan
24
ion
helium)
dari
cyclotrons.
Semua
teknik
radioterapi
dengan stereotaktik ini dapat mengurangi komplikasi, terutama pada lesi dengan
diameter kurang dari 2,5 cm (Pamir dan Black, 2010).
Kemoterapi
Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum banyak
diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun maligna. Kemoterapi
sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau jinak baru sedikit
sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan regimen kemoterapi
(baik intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine (DTIC) dan
adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung),
walaupun regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak.
25
Laporan
dari
Chamberlin
pemberian
terapi
kombinasi
menggunakan
26
dilaporkan, dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah
maka angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post
operasi selama lima tahun (19421946) adalah 7,9% dan (19571966)
adalah8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu
perdarahan dan edema otak (Pamir dan Black, 2010).
2.11 Komplikasi
Komplikasi operasi termasuk kerusakan jaringan otak di sekitarnya yang
normal, perdarahan, dan infeksi. Tumor akan dapat datang kembali. Risiko ini
27
tergantung pada seberapa banyak tumor yang telah dioperasi dan apakah itu jinak,
atipikal, atau ganas. Jika tumor tidak dihilangkan sepenuhnya dengan operasi,
terapi radiasi sering direkomendasikan setelah operasi untuk mengurangi risiko itu
datang kembali (Park, 2012).
28
BAB III
KESIMPULAN
1. Meningioma adalah tumor jinak, dengan pertumbuhan tumor yang lambat
dan biasanya terjadi di daerah intrakranial. Meningioma adalah tumor otak
jinak yang berasal dari sel-sel yang terdapat pada lapisan meningens serta
derivat-derivatnya.
2. Meningens terdiri dari tiga lapisan dari luar kedalam yaitu duramater,
arachoid dan piamater.
3. Meningioma mencapai sekitar 34% dari semua tumor primer intrakranial.
Meningioma paling sering didiagnosis pada orang dewasa yang lebih tua
diatas 60 tahun. Meningioma jarang ditemukan pada anak-anak.
Meningioma terjadi sekitar dua kali lebih sering pada perempuan
dibandingkan laki-laki.
4. WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah
diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel
dan derajat pada hasil biopsi yang dilihat di bawah mikroskop yaitu terdiri
dari grade 1, 2 dan 3.
5. Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor
pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh
terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari otak). Secara umum,
meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala awal.
6. Dalam mendiagnosis suatu tumor otak yaitu meningioma, selain klinis,
peranan radiologi sangat besar. Dahulu angiografi, kemudian CT Scan dan
terakhir MRI.
7. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan
pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa
tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi
dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi
sebelumnya dan atau radioterapi.
8. Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan
tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen.
DAFTAR PUSTAKA
29
30