You are on page 1of 23

ANALISA LAPORAN KEUANGAN

MODUL LABORATORIUM & PRAKTIKUM

Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)


Akuntansi Manajemen (Managerial Accounting)
Manajemen Finansil (Financial Management)
Manajemen Keuangan ((Managerial Finance)
Ilmu Ekonomi Keuangan (Financial Economics)
Ilmu Ekonomi Manajerial (Managerial Economics)
Corporate Finance
Corporate Analysis

VERSION II: 20140126

OLEH

SANDO SASAKO(

(
You may contact the author through these communication channels +62 21 4027 8375, +62 852 1035 6516,
aapluz@yahoo.co.id
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

DAFTAR ISI

1. Analisa Angka, Analisa Kuantitatif, Analisa Data


1.1. Analisa Kuantitatif
1.2. Analisa Data
1.3. Hambatan bagi Efektivitas Analisa Data
1.4. Penilaian terhadap (Stabilitas Hasil) Penelitian

2. Analisa Finansil
2.1. Pengertian
2.2. Standar Akuntansi Keuangan (PSAK, GAAP, IFRS)
2.3. Peran Perusahaan Audit dalam PSAK
2.4. Analisa Finansil sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan
2.5. Analisa Fundamental

3. Rasio Finansil
3.1. Efisiensi Aktivitas Usaha.
3.1.1. asset turnover.
3.1.2. receivables turnover.
3.1.3. average collection period.
3.1.4. inventory turnover.
3.1.5. inventory period.
3.2. Likuiditas.
3.2.1. working capital ratio.
3.2.2. current ratio.
3.2.3. quick ratio.
3.2.4. cash ratio.
3.2.5. current income ratio.
3.2.6. investment to policy ratio.
3.2.7. current debts to inventory ratio.
3.3. Profitabilitas.
3.3.1. gross profit margin.
3.3.2. net profit margin.
3.3.3. return on equity.
3.3.4. return on assets dan return on capital employed.
3.3.5. return on capital dan return on invested capital.
3.3.6. return on investments.
3.3.7. interest coverage (times interest earned).
3.3.8. financial leverage.
3.3.9. financial leverage efficiency.
3.4. Solvabilitas.
3.4.1. solvency ratio.
3.4.2. debt to asset ratio.
3.4.3. debt to equity ratio.
3.4.4. long-term debts to equity ratio.
3.4.5. current debts to net worth ratio.
3.4.6. fixed charge coverage.
3.4.7. loan to asset ratio.
3.4.8. loan to deposit ratio.
3.5. Kapitalisasi (Struktur Modal).

i
Sando Sasako

3.5.1. fixed assets to net worth ratio.


3.5.2. capitalisation ratio.
3.5.3. total liabilities to net worth ratio.
3.5.4. capital adequacy ratio.
3.6. Produktivitas.
3.7. Pertumbuhan.
3.8. Kontribusi terhadap stakeholder (DPR, CSR).
3.8.1. dividend policy ratios
3.8.2. corporate social responsibility

ii
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

ANALISA ANGKA, ANALISA KUANTITATIF, ANALISA DATA

Analisa Kuantitatif
Analisa angka (numerical) berbeda dengan analisa kuantitatif. Dalam analisa numeric, angka
tidak memiliki asosiasi atau hubungan dengan fenomena sosial yang ada yang sedang diteliti.
Analisa angka lebih bersifat matematis murni, sementara dalam analisa kuantitatif, angka
yang ada merupakan kuantifikasi dari fenomena sosial yang sedang diobservasi. Dalam
analisa kuantitatif, ada semacam asosiasi dan korelasi yang ingin ditemukan derajat
konektivitasnya. Fokus utama dalam analisa kuantitatif terbagi atas aspek statistik dan
peluang, aplikasi kalkulus (stokastik) dalam persamaan diferensial parsial, dan ekonometrik.

Analisa Data
Analisa data merupakan proses menginspeksi, membersihkan, transformasi, dan memodelkan
data dengan tujuan untuk menemukan informasi yang berguna, menyarankan kesimpulan,
dan mendukung pengambilan keputusan. Pembersihan dalam pengumpulan data mencakup
filtrasi, klasifikasi, segmentasi, dan sejenisnya. Pemodelan data mencakup algoritme dan/atau
spesifikasi hubungan (korelasi atau kausal). Proses dan/atau hasil akhir dari analisa data yang
terintegrasi adalah data yang tervisualisasi dan disebarkan (disseminated).

Bagan - Proses Visualisasi Data

Pesan kuantitatif dari (analisa dan visualisasi) data:


1. Time-series.
2. Pemeringkatan (ranking, rating).
3. Kontribusi (persentase).
4. Deviasi, antara anggaran dan aktual (realisasi).
5. Distribusi frekuensi.
6. Korelasi.
7. Pembandingan nominal.
8. Geografis atau geospasial.

1
Sando Sasako

Dalam aplikasi statistik, analisa data dibedakan menurut sifatnya yang deskriptif, eksploratif
(exploratory data analysis, EDA), konfirmatif (confirmatory data analysis, CDA), prediktif,
atau analisa teks (text analytics).
Fokus EDA adalah pada menemukan (discovering) fitur-fitur baru dalam data; sementara
CDA berfokus pada konfirmasi atau menyalahkan hipotesis yang ada; dan analisa prediktif
berfokus pada aplikasi model statistik untuk peramalan (forecasting) atau klasifikasi yang
sifatnya prediktif. Analisa teks menerapkan teknik-teknik statistik, linguistik, dan struktural
untuk mengekstrak dan mengklasifikasi informasi dari sumber-sumber teks, satu spesies dari
data yang tidak terstruktur.
Data mining merupakan salah satu teknik analisa data yang berfokus pada pemodelan dan
penemuan pengetahuan lebih untuk keperluan prediksi, daripada hanya sekedar memberikan
deskripsi. Business intelligence adalah aplikasi lanjutan dari analisa data yang sangat
tergantung pada agregasi dan integrasi serta berfokus pada informasi bisnis.

Bagan - Hubungan antara Data, Informasi, dan Intelijen


Sumber: Joint Intelligence / Joint Publication 2-0 (Joint Chiefs of Staff)

Hambatan bagi Efektivitas Analisa Data


Data bisa dibaca berbeda menurut pengumpul, analis, dan pengguna. Beberapa data bisa
merupakan gabungan fakta, opini, bias kognitif, dan salah kalkulasi. BIas konfirmasi
tergantung cara, persepsi, keinginan, kebutuhan komunikator dan komunikan. Informasi yang
disampaikan bisa mislead, misinform, atau memang murni kesalahan teknis penghitungan
dalam bentuk normalisasi (common-sizing), asumsi, skenario. Asumsi bisa dibuat secara
logis, empiris, atau berdasarkan ekspektasi.

Penilaian terhadap (Stabilitas Hasil) Penelitian


Dua cara yang umum dalam menguji reliabilitas dan kemungkinan hasil analisa yang sama
adalah validasi silang dan analisa sensitivitas. Empat metode statistik yang paling populer
adalah linier (OLS, t test, ANOVA, ANCOVA, MANOVA); model linier yang dijeneralisir;
pemodelan persamaan struktural (SEM, structural equation modelling); dan teori respon item.

2
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

ANALISA FINANSIL

Pengertian
Analisis finansil memiliki padanan kata (bersinonim) dengan analisa laporan finansil, analisa
laporan keuangan, analisa pembiayaan (finance), atau analisa akuntansi. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan gambaran tentang situasi, kondisi, dan posisi keuangan suatu organisasi
seperti yayasan, partai politik, instansi, departemen atau kementerian, perusahaan, atau
lainnya.
Data dan informasi yang dibuat dan disajikan berdasarkan analisa laporan keuangan sangat
berguna bagi pengambilan keputusan suatu tindakan, kegiatan, kebijakan, dan kelangsungan
operasional suatu organisasi. Beberapa analisa dibuat dengan memasukkan pertimbangan
risiko, biaya, harga, potensi keuntungan/kerugian, dan kelayakan finansil.
Struktur laporan keuangan pada umumnya sama. Walau demikian, perbedaan sangat
mencolok terjadi di hampir semua unit usaha, divisi, organisasi, institusi, perusahaan, sektor,
dan industri. Hal ini disebabkan karena setiap individu, baik dalam kapasitasnya sebagai
orang maupun institusi, memiliki standar dan definisinya masing-masing terhadap semua hal.
Perbedaan di setiap individu didasari oleh 3 faktor utama, yakni sensasi (emosi), persepsi,
dan kepentingan atau ekspektasi.

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK, GAAP, IFRS)


Standar yang berbeda dapat dilihat pada semakin banyaknya kesamaan dalam prinsip
akuntansi yang diterima secara umum (GAAP, Generally Accepted Accounting Principles).
Ada US GAAP, UK GAAP, GAAP ala Jerman dengan nama (Grundstze ordnungsmiger
Buchfhrung), GAAP Indonesia (PSAK, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), dan
lainnya. Walau kelihatannya sama, dalam praktek akuntansinya bisa sangat berbeda. Seperti
kata pepatah, the devil is in details.
Dalam rangka komparasi internasional, standar pelaporan finansil (International Financial
Reporting Standards, IFRS) dibuat dan dijaga oleh International Accounting Standards Board
(IASB). Berdiri sejak 1 April 2001, untuk kepentingan publik, misi utama IASB adalah
mengembangkan satu standar pelaporan finansil internasional yang bermutu tinggi, dapat
dipahami, dapat memaksa (enforceable), dan diterima secara global berdasarkan prinsip-
prinsip yang diartikulasikan secara jelas.

Peran Perusahaan Audit dalam PSAK


Empat perusahaan audit global (Big Four), yakni Deloitte Touche Tohmatsu Ltd (DT),
PriceWaterHouseCoopers (PwC), Ernst & Young (EY), dan KPMG (Klynveld Main
Goerdeler - Peat Marwick) memberikan interpretasinya masing-masing dalam
membandingkan US GAAP, IFRS, dan PSAK.
Di tahun 1987, industri audit keuangan global menjadi semakin terkonsentrasi menjadi Big 8
ketika Klynveld Main Goerdeler bergabung dengan Peat Marwick menjadi KPMG. Tujuh
perusahaan audit lainnya mencakup Arthur Andersen, Ernst & Whinney, Arthur Young &
Co., Price Waterhouse, Coopers & Lybrand, Deloitte Haskins & Sells, dan Touche Ross.
Di tahun 1989, Ernst & Whinney bergabung dengan Arthur Young & Co. menjadi Ernst &
Young di bulan Juni; dan Deloitte Haskins & Sells bergabung dengan Touche Ross menjadi
Deloitte Touche di bulan Agustus. Di bulan Juli 1998, Price Waterhouse bergabung dengan
Coopers & Lybrand menjadi PriceWaterhouseCoopers. Skandal Enron di tahun 2001
membuat Arthur Andersen harus dilikuidasi di tahun 2002.
Kebesaran 4 perusahaan audit dibangun atas dasar jaringan dan rantai kerjasama kesatuan
standar, merek, dan mutu. Dalam bahasa yang sederhana, mereka terikat dalam suatu ikatan
franchise.

3
Sando Sasako

Di Indonesia, PwC diwakili oleh KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan, PT Prima Wahana
Caraka, PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory, PT PricewaterhouseCoopers
Consulting Indonesia, (PT PricewaterhouseCoopers FAS); DT diwakili oleh KAP Osman
Bing Satrio & Eny, PT. Deloitte Konsultan Indonesia (DKI) dan Deloitte Tax Solution
(DTS); EY oleh KAP Purwantono, Suherman & Surja (PSS); dan KPMG oleh KAP Sidharta
dan Widjaja.

Analisa Finansil sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan


Berbagai macam angka yang terdapat dalam laporan keuangan bisa dijadikan alat dan ukuran
bagi kinerja suatu usaha. Walau demikian, angka nominal suatu perusahaan sering tidak bisa
dibandingkan secara langsung (head-to-head) dengan perusahaan sejenis atau dengan
perusahaan dari sektor atau industri lainnya.
Pembandingan secara nominal jelas bisa membedakan seberapa besar suatu usaha dengan
usaha lainnya. Dengan menggunakan pendekatan rasio, pembandingan nilai secara relatif bisa
berarti lain. Perusahaan yang besar secara nominal mungkin tidak lebih baik kinerja
keuangannya dengan perusahaan yang lain yang skalanya lebih kecil.
Baiknya kinerja keuangan perusahaan bisa dilihat dari ukuran kemampuannya menjaga
kelancaran aktivitas usaha (activity ratio), tingkat likuiditas, struktur dan kecukupan modal,
tingkat keuntungan (profitabilitas), solvabilitas, sumbangsih (insentif) terhadap stakeholder
(dalam bentuk deviden, CSR, capital gain), dan stabilitas pertumbuhan dalam jangka panjang.

Analisa Fundamental
Analisa terhadap fundamental suatu usaha yang utama adalah untung atau rugi. Supaya
untung, harga produk yang dijual harus lebih besar dari biaya produksi. Potensi rugi bisa
terealisasi bila risiko usaha tidak terkalkulasi dan tidak bisa diantisipasi dengan baik.
Berbagai langkah antisipasi seharusnya disiapkan dalam rencana contingency agar
operasional usaha tersebut bisa layak dan sehat secara finansil.
Analisa terhadap (keuangan) internal usaha (company analysis) menjadi lebih berarti bila
dibandingkan dengan perusahaan sejenis dalam satu industri (industry analysis) atau dengan
industri lain, atau dengan kondisi ekonomi makro, baik di tingkat regional, nasional, atau
internasional (economic analysis).
Penyebutan analisa fundamental biasanya banyak disandingkan dengan analisa teknikal,
valuasi instrumen finansil, aset modal (capital asset), aset finansil (financial asset), analisa
(harga saham/instrumen finansil di) pasar (perdagangan), analisa prilaku (herd behavioural
finance/economics), analisa investasi, analisa portfolio, atau lainnya.
Analisa fundamental seharusnya hanya terbatas pada valuasi usaha atau valuasi suatu
perusahaan (company analysis). Sifatnya yang dihasilkan dari kondisi (keuangan) internal
banyak direfleksikan dan ditransformasikan ke dalam harga saham (instrumen finansil)
perusahaan. Salah kaprah banyak pihak (mainstream analysts) adalah penilaian harga saham
tersebut yang dinilai dari kondisi keuangan internal harus cocok dengan kondisi keuangan
dan ekonomi di pasar finansil yang sifatnya eksternal.
Harga saham suatu perusahaan di pasar merupakan bentuk judgment dari pelaku pasar
berdasarkan berbagai sentimen dan ekspektasi yang berkembang. Harga saham yang rendah
dan memiliki frekuensi perdagangan yang tinggi biasanya merefleksinya posisi lemahnya
manajemen perusahaan dalam 'mengelola' turn-over pemegang saham.
Harga saham suatu perusahaan dan nilai suatu perusahaan bisa sejalan, atau sebaliknya, bisa
terlepas satu sama lain. Harga saham bisa naik-turun sesuai kehendak dan kemauan pasar.
Perusahaan yang kuat biasanya tidak (terlalu) terpengaruh dengan naik-turunnya harga
sahamnya di pasar.
Beberapa kondisi yang membuat harga saham terlepas dari nilai suatu perusahaan adalah bila

4
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

kinerja operasional dan kinerja keuangan tidak terlalu terpengaruh pada perubahan harga
saham yang sangat dinamis. Perusahaan tetap bisa berjalan dan operasional sesuai dengan
koridornya dan dalam batasan normal dan wajar (business as usual), tanpa hambatan yang
berarti.
Kita tidak akan pernah mengetahui secara langsung apakah tingginya pergantian pemegang
saham (minoritas) memang murni terkait atau tidak terkait dengan pemegang saham
mayoritas. Kemungkinan yang lain adalah apakah pemegang saham minoritas merupakan
figur dummy, boneka, atau kuda troya bagi pemegang saham mayoritas?
Perdagangan saham (atau instrumen finansil lainnya) memiliki pola dan tren serta aturannya
tersendiri. Beberapa istilah teknis mencakup head and shoulders, double top/bottom reversal,
rata-rata bergerak, indeks kekuatan relatif, support, resistance, channels, formasi aman
(obscure) seperti flags, panji-panji (pennants), balance days, cup and handle, candlestick
charting, put/call ratios, bull/bear ratios, short interest, implied volatility, dan lainnya.
Dinamika pasar instrumen finansil sangat tergantung pada prilaku pedagang harian (active
day traders), market makers, pit traders atau floor traders. Analisa teknik lebih baik dijadikan
sebagai cara dalam mengidentifikasi peluang perdagangan, ketimbang sebagai alat untuk
memprediksi harga. Intervensi terhadap pasar bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk
pemerintah, otoritas moneter, pemegang instrumen finansil, bahkan investor kelas kakap.
Cukup banyak teori dan pendekatan dilakukan dalam mengidentifikasi peluang (sinyal)
perdagangan. Beberapa diantaranya mencakup teori Dow, teori gelombang Elliott, hipotesa
pasar yang efisien (EMH), pendekatan mekanis atau sistematis, transformasi harga dan
volume perdagangan, identifikasi dan interpretasi pola perdagangan, korelasi harga inter-
market dan intra-market, siklus usaha, siklus pasar (saham), atau lainnya.

5
Sando Sasako

6
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

RASIO FINANSIL

Beberapa rasio finansil.


1. Efisiensi aktivitas usaha.
2. Likuiditas.
3. Profitabilitas.
4. Solvabilitas.
5. Kapitalisasi.
6. Produktivitas.
7. Pertumbuhan.
8. Kontribusi terhadap stakeholder (DPR, CSR).

1. Rasio-rasio Efisiensi Aktivitas Usaha


Rasio aktivitas bertujuan mengukur efektivitas organisasi dalam mengoperasikan dana.
Beberapa padanan kata dari rasio-rasio aktivitas usaha adalah rasio perputaran aset, rasio
efisiensi, rasio penggunaan aset (utilisasi), rasio manajemen aset. Rasio aktivitas bertujuan
mengukur efisiensi dan efektivitas organisasi dalam mengoperasikan aset dan dana.
Beberapa rasio aktivitas usaha mencakup:
a. asset turnover.
b. receivables turnover.
c. average collection period.
d. inventory turnover.
e. inventory period.

a. Perputaran aset (total assets turnover)


Perputaran aset = sales / aset total
Asset Turnover = sales / total assets

Rasio perputaran aset merupakan rasio efisiensi yang mengukur kemampuan


perusahaan mendapatkan (generate) penjualan asetnya dengan membandingkan
penjualan terhadap total aset.
Dalam beberapa kasus, banyak laporan keuangan yang tidak mencantumkan kata sales,
melainkan kata revenues. Dalam bahasa Indonesia, padanan katanya sering rancu
(misleading) antara pendapatan, pemasukan, penjualan, atau lainnya. Oleh karena itu,
istilah bahasa Inggris akan lebih baik dipergunakan dalam membaca dan menganalisis
laporan keuangan yang telah dipublikasikan.

atau
Perputaran aset rata-rata (average asset turnover)
Perputaran aset = sales / rata-rata total aset
Asset Turnover = Sales / Average Total Assets

Definisi kedua dari rumus perputaran aset adalah dengan menggantikan nilai aset total
dengan nilai rata-rata aset total. Rata-rata total aset dihitung dengan membagi dua
jumlah dari nilai aset pada awal periode dan nilai akhir periode. Nilai penjualannya
adalah bersih dari sales returns and refunds.

7
Sando Sasako

atau
Rasio perputaran aset tetap (fixed assets turnover)
Perputaran aset tetap = sales / aset tetap
Fixed Assets Turnover = Sales / Fixed Assets

Definisi ketiga dari rumus perputaran aset adalah dengan menggantikan nilai aset total
dengan nilai aset tetap, bisa itu pada akhir periode atau rata-rata dari jumlah nilai aset
pada awal periode dan nilai akhir periode.
Penilaian tinggi rendahnya rasio perputaran aset harus disikapi dengan baik. Beberapa
pihak menilai semakin tinggi nilai perputaran aset, semakin efisien aktivitas perusahaan
dalam mengelola asetnya. Semakin rendah nilainya, perusahaan 'dinilai' memiliki
masalah dalam hal manajemen dan produksi. Bila hasil analisis dibuat demikian, sang
analis bisa disamakan dengan orang buta yang mencoba mendeskripsikan gajah.
Dalam praktek dan kenyataan empiris, tingginya perputaran aset banyak terjadi di dua
hal yang spesifik, yakni:
1) Produk yang dijual memiliki marjin keuntungan yang rendah (low profit margins).
2) Industri ritel harus memberikan harga yang bersaing dan bisa mematikan pesaingnya
(cutthroat and competitive pricing).

b. Perputaran piutang (receivables turnover)


Perputaran piutang = penjualan kredit tahunan / piutang
Receivables Turnover = Annual Credit Sales / Accounts Receivable

Perputaran piutang merupakan indikasi kecepatan perusahaan menagih piutang dalam


hitungan hari penjualan kredit ada dalam akun piutang sebelum ditagih. Angka
perputaran piutang yang didapat merupakan periode penagihan (collection period).

c. Rata-rata periode penagihan (average collection period)


Ada 2 cara menghitung periode penagihan, antara lain:
Rata-rata periode penagihan = piutang / (penjualan kredit tahunan / 365)
Average Collection Period = Accounts Receivable / (Annual Credit Sales / 365)

atau
Rata-rata periode penagihan = 365 / perputaran piutang
Average Collection Period = 365 / Receivables Turnover

d. Perputaran inventaris (inventory turnover)


Perputaran inventaris = harga pokok penjualan / rata-rata inventaris
Inventory turnover = Cost of Goods Sold / Average Inventory

Inventaris banyak disinonimkan dengan persediaan, inventory. Perputaran inventaris


dihitung dengan membagi harga pokok penjualan (HPP, COGS) pada satu periode
waktu dengan rata-rata inventaris selama periode tersebut.

e. Periode inventaris (inventory period)


Periode inventaris merupakan bentuk laporan yang lain dari perputaran inventaris,
yakni jumlah hari nilai inventaris yang tersedia di gudang. Nilai inventaris yang dipakai
bisa pada akhir periode atau rata-rata dari jumlah nilai inventaris pada awal periode dan
akhir periode. Ada 2 cara untuk menghitung periode inventaris, antara lain:
Periode inventaris = inventaris / rata-rata harian dari harga pokok penjualan

8
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

Inventory period = Average Inventory / (Annual Cost of Goods Sold / 365)

atau
Periode inventaris = 365 / perputaran inventaris
Inventory Period = 365 / Inventory Turnover

2. Rasio-rasio Likuiditas
Rasio likuiditas bertujuan menguji kecukupan uang, kemampuan organisasi untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya (short-term obligations). Dengan kata lain, rasio
likuiditas diekspresikan sebagai rasio atau persentase dari pasiva lancar. Dengan pasiva
lancar sebagai denominator (penyebut atau pembagi), beberapa variabel yang biasanya
dipakai menjadi bilangan yang dibagi (pembilang, numerator) adalah aktiva lancar, aktiva
lancar tanpa inventaris, dan operating cash flow.
Dalam ilmu ekonomi, likuiditas banyak dipakai sebagai alat ukur likuiditas akuntansi
(accounting liquidity) dan likuiditas suatu aset (market liquidity). Sebagai ukuran
akuntansi, likuiditas merefleksikan kemampuan peminjam (debtor) membayar utangnya
ketika utangnya jatuh tempo. Sebagai ukuran pasar, likuiditas aset merefleksikan seberapa
cepat suatu aset bisa dicairkan, dijual, atau dilikuidasi.
Dalam prakteknya, setiap rasio bisa berbeda menurut industri dan sistem hukum yang
berlaku. Ada beberapa industri yang meminta persyaratan angka kecukupan likuiditas
yang tinggi, ada yang rendah, atau bahkan ada yang meminta kestabilan dalam
(penerimaan) arus kas seperti pada perusahaan-perusahaan manufaktur.
Sebagai perbandingan, di industri perbankan, preferensi likuiditas berhadapan dengan
kecilnya pendapatan yang diterima (trade-off). Semakin tinggi likuiditas suatu aset seperti
uang tunai, semakin kecil pendapatan (bunga) dari uang tunai. Oleh karena itu, setiap bank
diwajibkan memiliki kecukupan likuiditas (kecukupan modal, Capital Adequacy Ratio,
CAR) untuk memenuhi ketentuan persyaratan minimum (Reserved Requirement-RR, Giro
Wajib Minimum-GWM).
Sifatnya sebagai kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban finansil jangka
pendek membuat indikator likuiditas banyak diasosiasikan dengan segala hal terkait aktiva
lancar. Atas dasar ini, beberapa rasio item dalam kriteria aset lancar bisa diklasifikasikan
sebagai indikator likuiditas. Piutang dan inventaris merupakan bagian dari harta lancar.
Beberapa indikator likuiditas terkait piutang dan inventaris adalah perputaran piutang
(receivables turnover) dan perputaran inventaris (inventory turnover).
Beberapa rasio likuiditas mencakup:
a. working capital ratio.
b. current ratio.
c. quick ratio.
d. cash ratio.
e. current income ratio.
f. investment to policy ratio.
g. current debts to inventory ratio.

a. Rasio modal kerja (working capital ratio)


Rasio modal kerja = modal kerja bersih / pasiva lancar
Working Capital Ratio = Net Working Capital / Current Liabilities

Modal kerja kotor = aktiva lancar


Modal kerja bersih = aktiva lancar pasiva lancar

9
Sando Sasako

b. Rasio lancar (current ratio, CR)


Rasio lancar = aktivas lancar / pasiva lancar
Current Ratio = Current Assets / Current Liabilities

Ada dua pihak yang memiliki persepsi dan kepentingan yang berseberangan tentang
nilai rasio lancar. Kreditur jangka pendek lebih menyukai nilai rasio lancar yang tinggi.
Kondisi ini merefleksikan mimimnya risiko utang (dagang) tidak terbayar. Di sisi lain,
pemegang saham lebih menyukai rasio lancar yang rendah. Rendahnya rasio lancar
diharapkan bisa memberikan peluang bagi perusahaan untuk mengelola asetnya dalam
jumlah yang lebih besar dalam rangka mengembangkan usahanya. Pemegang saham
bisa mayoritas atau minoritas, dan bisa termasuk pihak yang duduk dalam manajemen
internal atau manajemen rantai nilai (supply chain management).
Nilai rasio lancar berbeda menurut perusahaan dan industri. Perusahaan yang
beroperasi dalam industri yang musiman (cyclical, seasonal) bisa menjaga rasio lancar
yang tinggi agar bisa tetap solvent selama musim sepi (downturns).

c. Rasio cepat (quick ratio, QR)


Rasio cepat = (aktiva lancar - inventaris) / pasiva lancar
Quick Ratio = (Current Assets - Inventory) / Current Liabilities

Rasio cepat sering disebut acid test, liquid ratio. Rasio cepat merupakan ukuran
likuiditas yang lain. Sebagai alternatif dari rasio lancar, ukuran rasio cepat tidak
memasukkan unsur inventaris dalam penghitungan aktiva lancar. Sifat dari inventaris
adalah nilai likuidasinya yang tidak pasti (uncertain) bila ingin dijual cepat. Beberapa
item dalam aktiva lancar yang digunakan dalam penghitungan rasio cepat adalah kas,
piutang dagang (accounts receivable), wesel tagih (notes receivable), dan uang premi
(prepayments/tagihan bulanan).
Beberapa pihak menilai rasio cepat sebagai ukuran daya jual aset untuk menutupi utang
(jangka pendek). Bila QR bernilai kurang dari 1.0, perusahaan harus menjual
inventarisnya dalam rangka memenuhi utang jangka pendek. Bila ini terjadi,
perusahaan sedang berada dalam posisi (keuangan) yang kurang baik.
QR lebih banyak dipakai dalam industri keuangan, yakni dijadikan sebagai alat ukur
likuiditas pasar daripada aset yang dimiliki suatu perusahaan bila ingin dijual cepat ke
pasar. Oleh karena itu, cara terbaik untuk menutupi utang (jangka pendek) adalah
dengan memakai cash flow sebagai bilangan yang dibagi.

d. Rasio kas (cash ratio)


Rasio kas = (kas + surat berharga) / pasiva lancar
Cash Ratio = (Cash + Marketable Securities) / Current Liabilities

Rasio kas merupakan rasio likuiditas yang paling konservatif. Nilai ini hanya memuat
bagian dari aset lancar yang paling likuid, yakni kas dan setara kas, dan tidak
memasukkan seluruh unsur dalam (penghitungan) aktiva lancar. Rasio kas digunakan
untuk mengukur kemampuan uang kas dan setara kas memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio kas merupakan indikasi kemampuan perusahaan untuk melunasi
seluruh kewajiban lancarnya ketika pada suatu ketika seluruh pembayaran harus
dilaksanakan dengan sesegera mungkin.

10
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

e. Rasio pendapatan lancar (current income)


Pendapatan lancar = arus kas dari operasi / pasiva lancar
Current Income = Operating Cash Flow / Current Liabilities

Dalam sistem akuntansi berbasis uang tunai (cash-based accounting), pendapatan lancar
sering dipakai ukuran likuiditas suatu perusahaan.

f. Rasio investasi terhadap kebijakan (investment to policy ratio)


Rasio investasi terhadap kebijakan = surat berharga / pasiva lancar
Investment to Policy Ratio = Securities / Current Liabilities

Investment to policy ratio bertujuan mengukur kemampuan surat berharga yang


dimilikinya dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini banyak
digunakan dalam industri perbankan, dimana nilai pasiva lancar digantikan dengan nilai
jumlah deposit yang ada. Bila demikian, rasio ini merupakan ukuran kemampuan bank
dalam melunasi kewajiban terhadap para deposannya dengan melikuidasi surat-surat
yang berharga yang di milikinya. Semakin besar rasio, semakin bagus likuiditas bank
tersebut.

g. Rasio utang lancar terhadap inventaris (current debts to inventory ratio)


Rasio utang lancar terhadap inventaris = kewajiban lancar / inventaris
Current Debts to Inventory Ratio = Current Liabilities / Inventory

Rasio ini merefleksikan ketergantungan perusahaan terhadap keberadaan inventaris


bagi pelunasan utang.

3. Rasio-rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Beberapa rasio profitabilitas mencakup:
a. gross profit margin.
b. net profit margin.
c. return on equity.
d. return on assets dan return on capital employed.
e. return on capital dan return on invested capital.
f. return on investments.
g. interest coverage (times interest earned)
h. financial leverage.
i. financial leverage efficiency.

a. Marjin laba kotor (gross profit margin)


Marjin laba kotor = (penjualan - harga pokok penjualan) / penjualan
Gross Profit Margin = (Sales - Cost of Goods Sold) / Sales

Penjualan banyak disinonimkan dengan pemasukan, pendapatan, sales, revenue, return,


income, earnings, net turnover.

b. Marjin laba bersih (net profit margin)


Marjin laba bersih = pendapatan bersih / penjualan
Net Profit Margin = Net Earnings / Sales

11
Sando Sasako

Banyak analis mengidentikkan net income adalah sama dengan net earnings, atau
sebaliknya.
Bersih di sini bisa diartikan bersih dari harga pokok penjualan (HPP, COPGS) saja;
atau termasuk bersih dari pajak (earnings before tax, EBT); bersih dari pajak dan bunga
(earnings before interest and tax, EBIT); bersih dari pajak, bunga, depresiasi, dan non-
operating income. Di sini, marjin laba bersih memiliki 4 varian.
Beberapa varian yang lain adalah earnings after tax (EAT), earnings after interest and
tax (EAIT), laba bersih (net profit), marjin laba operasi, net operating profit after tax
(NOPAT), nilai tambah ekonomis (economic value added, EVA), dan economic rents.

c. Return on Equity (ROE)


Return on Equity = pendapatan bersih / modal saham
Return on Equity = Net Income / Shareholder Equity

d. Return on Asset (ROA) dan Return on Capital Employed (ROCE)


Return on Assets = pendapatan bersih / aset
Return on Assets = Net Income / Total Assets

Beberapa istilah sering dipertukarkan, yakni antara ROA dan ROCE; capital employed
dengan invested capital; net income dengan net earnings. ROA sering disinonimkan
dengan return on capital employed (ROCE). Capital employed banyak disinonimkan
dengan invested capital.
Net income di sini bisa diartikan bersih dari harga pokok penjualan (HPP, COPGS)
saja; atau termasuk bersih dari pajak (earnings before tax, EBT); bersih dari pajak dan
bunga (earnings before interest and tax, EBIT); bersih dari pajak, bunga, depresiasi, dan
non-operating income.
ROCE seharusnya dihitung dengan membandingkan EAT (earnings after tax) terhadap
capital employed. Capital employed bisa dihitung dari total aset dikurangi pasiva
lancar; atau sebagai penjumlahan aset tetap dengan modal kerja; atau nilai rata-rata dari
jumlah awal dan akhir periode.
ROCE juga bisa menjadi indikator nilai keuntungan dari aset atau kerugian dari
kewajiban. Semakin kecil nilai ROCE, semakin banyak aset dalam bentuk lahan.
Semakin tua umur aset, semakin tinggi nilai depresiasinya, semakin tinggi nilai ROCE-
nya dibandingkan aset yang lebih baru.
Nilai buku yang didepresiasi menaikkan nilai ROCE, walau arus kas tetap. Di sisi lain,
inflasi bisa mempengaruhi arus kas dan penerimaan (revenues), tetapi nilai buku aset
dan nilai capital employed tidak terpengaruh inflasi.

e. Return on Capital (ROC) dan Return on Invested Capital (ROIC)


Return on Capital = NOPAT / (investasi modal - kas)
Return on Capital = NOPAT / (Invested Capital - Cash)

NOPAT merupakan singkatan dari net operating profit after tax. Investasi modal
(invested capital) banyak disinonimkan dengan capital employed. Ada beberapa cara
untuk menghitung nilai investasi modal, antara lain:
1) seluruh modal moneter yang diinvestasikan, yakni utang jangka panjang, saham
biasa, dan saham preferensi.
2) jumlah nilai buku modal utang (utang jangka panjang) dan nilai buku modal saham.
3) pendekatan operasional.
4) pendekatan pembiayaan (financing).

12
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

Pada pendekatan operasional,


Investasi modal = modal kerja operasi bersih + nilai netto properti, pabrik, peralatan +
kapitalisasi nilai leasing operasi + aset operasional lainnya + nilai operasional tidak
kasat mata (intangible) - kewajiban operasional lainnya - nilai penyesuaian amortisasi
litbang kumulatif
Invested capital = net operating working capital + net property, plant & equipment +
capitalized operating leases + other operating assets + operating intangibles - other
operating liabilities - cumulative adjustment for amortization of R&D

Pada pendekatan pembiayaan (financing),


Investasi modal = total utang dan leasing + total ekuitas dan setara ekuitas - kas dan
investasi non-operasional
Invested capital = total debt and leases + total equity and equity equivalents - non-
operating cash and investments

Ketika ROC lebih besar dari biaya modal (biasanya diukur sebagai biaya modal rata-
rata tertimbang), perusahaan menciptakan nilai. Ketika nilai ROC kurang dari biaya
modal, berarti perusahaan tidak menghasilkan nilai, tetapi justru menghancurkan nilai.

Return on Invested Capital = NOPAT / investasi modal


Return on Invested Capital = NOPAT / Invested Capital

ROIC merupakan ukuran kemampuan perusahaan menghasilkan uang tunai relatif


terhadap modal yang diinvestasikan. Nilai investasi modal juga banyak dipakai dalam
penghitungan EVA (economic value added) dan arus kas bebas (Free Cash Flow).

f. Return on Investment (ROI)


Return on Investment = (keuntungan dari investasi - biaya investasi) / biaya investasi
Return on Investment = (Gain from Investment - Cost of Investment) / Cost of
Investment

Keuntungan investasi mengacu pada hasil (proceeds) atau keuntungan bersih dari
penjualan investasi pada suatu objek. Objek investasi bisa berupa aset fisik, aset
finansil, akuisisi modal, proyek, program, initiatives, atau instrumen finansil tradisional
seperti saham atau modal ventura.
Pada aset fisik seperti properti yang dibiayai ulang (refinanced) atau digadai (second
mortgage), penghitungan ROI menjadi lebih rumit. Pinjaman kedua atau yang dibiayai
ulang dikenakan tambahan bunga dan biaya pinjaman (loan fees). Kedua elemen ini
jelas menurunkan ROI. Belum lagi tambahan biaya perawatan, pajak properti, biaya
utility (listrik, air, telpon). Bunga hipotik (adjustable rate mortgage, ARM) pun
biasanya bersifat eskalatif per tahunnya.
ROI sering diidentikkan dengan hasil (yield, proceed) dari uang yang diinvestasikan
(rates of return on money), tetapi bukan sebagai NPV (net present value) yang
disesuaikan. Dalam jangka panjang, nilai waktu investasi harus disesuaikan (PV) atau
didiskon (Discounted ROI), seperti halnya nilai arus kas (discounted cash flow, DCF).
Bila ROI jangka panjang bernilai lebih rendah dari biaya modal, perusahaan seharusnya
melikuidasi aset dan mendepositokan hasilnya di bank.
ROI bukan merupakan indikator efisiensi penggunaan dana, melainkan ROCE, internal
rate of return (IRR), payback period, dan perputaran inventaris.

13
Sando Sasako

ROI banyak diaplikasikan pada aktivitas pemasaran dan kegiatan sosial. Dalam
kegiatan sosial, ROI disebut social return on investment (SROI), yakni sebagai ukuran
nilai finansil ekstra. Nilai ekstra ini adalah nilai lingkungan dan sosial yang tidak
dimasukkan ke dalam penghitungan finansil konvensional. SROI banyak diaplikasikan
sebagai ukuran dampak terhadap stakeholders, identifikasi cara meningkatkan kinerja,
dan meningkatkan kinerja investasi.

g. Beban bunga (interest coverage, times interest earned)


Beban bunga = EBIT / biaya bunga
Interest Coverage = EBIT / Interest Charges

Biaya bunga merupakan total hutang bunga obligasi dan kontrak utang lainnya. Beban
bunga banyak disinonimkan dengan interest coverage, times interest earned, dan fixed-
charged coverage. Indikator banyak digunakan sebagai ukuran kemampuan (earnings)
perusahaan memenuhi kewajiban bunga utangnya (debt obligations).

h. Beban finansil (financial leverage)


Beban finansil = total aset / modal saham
Financial Leverage = total assets / stockholder's equity

Beban finansil merupakan ukuran indikasi ketergantungan operasional perusahaan pada


modal utang. Solvabilitas jangka panjang bisa tidak teratasi.

i. Efisiensi beban finansil (financial leverage efficiency)


Efisiensi beban finansil = persentase perubahan EBT / persentase perubahan
penerimaan
Efficiency of Financial Leverage (X) = Percentage change of Net Income for the Year
Before Tax / Percentage change of Net Turnover

4. Solvabilitas
Solvabilitas merupakan ukuran kemampuan (pendapatan/keuntungan) perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban finansil jangka panjangnya (long-term fixed expenses),
kebutuhan dan pertumbuhan jangka panjang. Indikator ini berbeda menurut industri.
Beberapa ukuran solvabilitas mencakup:
a. solvency ratio
b. debt to asset ratio.
c. debt to equity ratio.
d. long-term debts to equity ratio.
e. current debts to net worth ratio.
f. fixed charge coverage.
g. loan to asset ratio.
h. loan to deposit ratio.

a. solvency ratio (SR)


Solvency ratio = (laba setelah pajak + depresiasi) / kewajiban total
Solvency ratio = (EAT + Depreciation) / Total Liabilities

Suatu perusahaan dinilai sehat secara finansil (solvent) bila nilai SR 20%. Dengan
memasukkan nilai depresiasi, fokus SR (leverage ratio) adalah lebih kepada
pengukuran arus kas, daripada net earnings. Tujuannya adalah sebagai indikator

14
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

kapasitas perusahaan untuk bisa tetap hidup (afloat), khususnya kapasitas arus kas
terhadap seluruh kewajiban (liabilities).
Arus kas merupakan determinant yang lebih baik sebagai indikator solvabilitas,
khususnya pada perusahaan yang memiliki nilai depresiasi aset yang tinggi tetapi
memiliki profitabilitas aktual yang rendah. Perusahaan di industri utilities dan
infrastruktur (seperti jaringan pipa) biasanya memiliki utang yang besar dan indikator
solvabilitas yang lebih rendah daripada perusahaan yang bergerak di bidang teknologi.

b. rasio utang terhadap aset (Debt to Asset Ratio, DAR)


rasio utang terhadap aset = utang / aset
Debt to Asset Ratio = Total Debts / Total Assets

DAR lebih sering disebut dengan debt ratio. Rasio solvabilitas ini merupakan ukuran
kemampuan perusahaan melunasi seluruh utangnya dengan sebagian atau seluruh aset
yang dimiliki. Sebagai alternatif dari rasio beban finansil, semakin tinggi porsi pasiva
terhadap aktivanya, beban utang perusahaan dinilai sangat utang (highly leveraged) dan
lebih berisiko bagi pemberi pinjaman dalam hal utang tidak tertagih.

c. rasio utang terhadap modal (Debt to Equity Ratio, DER)


rasio utang terhadap modal = utang / modal
Debt to Equity Ratio = Total Debts / Equity

Semakin rendah rasio DER, semakin solvent perusahaan. Semakin banyak utang,
semakin sedikit ekuitas. Hal ini mengindikasikan perusahaan memiliki posisi utang
yang besar (more leveraged position) dan semakin tinggi risiko dan potensi gagal bayar
(kupon/bunga) obligasi. Ukuran utang (DER) ini tidak membedakan proporsi
kewajiban operasional (jangka pendek) dan utang (pinjaman jangka panjang).
Struktur modal yang optimal ditandai oleh DER terbaik dalam hal memaksimalkan nilai
dan/atau meminimalkan biaya modal. Biaya modal dalam hal pembayaran bunga bisa
mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan (tax deductible). Di sisi lain, beberapa
pihak melihatnya secara terbalik, yakni dengan membagi modal terhadap nilai utang.

rasio modal terhadap utang = modal / utang


Equity to Debt Ratio = Equity / Total Debts

d. rasio utang jangka panjang terhadap modal (long-terms debts to equity ratio,
LDER)
rasio modal terhadap utang jangka panjang = modal / utang jangka panjang
Equity to Long-Term Debts Ratio = Equity / Long-Term Debts

Pada rasio modal terhadap utang jangka panjang dengan nilai kurang dari 1
merefleksikan tingginya ketergantungan modal perusahaan dari kreditur dibandingkan
modal dari pemilik perusahaan. Beberapa kewajiban jangka panjang mencakup leasing
modal (capital lease) dan dana pensiun.

e. rasio utang lancar terhadap modal saham (current debts to net worth ratio)
Rasio utang lancar terhadap modal saham = kewajiban lancar / nilai buku modal saham
Current Debts to Net Worth Ratio = Current Liabilities / Net Worth

Rasio ini mengindikasikan persentase tagihan kreditur terhadap investasi pemegang

15
Sando Sasako

saham.

f. debt service coverage ratio (DSCR)


rasio penutupan utang = EBIT / total utang
Debt Service Coverage Ratio = EBIT / Total Debt Service

Total debt service merupakan jumlah utang pokok, bunga utang, dana pensiun, leasing,
dan dana tertanam (sinking fund obligations). EBIT disini sering diasosiasikan sebagai
kecukupan arus kas perusahaan yang didapat sebagai pendapatan operasi netto (net
operating income).
Semakin tinggi nilai DSCR, semakin baik perusahaan dalam mengelola pendapatan
kasnya dalam mencicil utang. Nilai yang kurang dari 1 mengindikasikan perusahaan
tidak bisa menghasilkan laba operasi yang cukup guna melunasi utangnya.

g. kemampuan laba menutup biaya tetap (fixed charge coverage)


Kemampuan laba menutup biaya tetap = (EBIT + biaya leasing) / (biaya leasing +
bunga)
Fixed Charge Coverage = (EBIT + Leasing Expenses) / (Leasing Expenses + Interest)

Contoh riel dari fixed charge adalah biaya-biaya sebelum pajak seperti biaya leasing,
premi asuransi, pembayaran deviden bagi pemegang saham preferensi.

h. rasio pinjaman yang diberikan terhadap aset (Loan to Asset Ratio, LAR)
rasio pinjaman yang diberikan terhadap aset = pinjaman kredit / aset
Loan to Asset Ratio = Loan / Assets

i. rasio pinjaman yang diberikan terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio, LDR)
rasio pinjaman yang diberikan terhadap simpanan = pinjaman kredit / nilai deposit
Loan to Deposit Ratio = Loan / Deposit

5. Rasio-rasio Struktur Modal


Neraca keuangan terbagi atas 2 kelompok, aktiva di kiri dan pasiva di kanan. Aktiva
terbagi atas 2 kelompok, yakni aset tetap dan aset tidak tetap. Aktiva banyak disinonimkan
dengan harta, kekayaan, aset. Aset tetap banyak disinonimkan dengan aktiva tetap, harta
tetap, kekayaan tetap, fixed assets, non-current assets. Aset tidak lancar banyak
disinonimkan dengan aktiva lancar, harta lancar, kekayaan lancar, current assets.
Kolom pasiva terbagi atas kewajiban (liabitlites) dan ekuitas (modal). Dalam kerangka
kerja corporate finance, mengotak-atik (tinkering) terhadap pasiva perlu dilakukan dalam
rangka menjaga (mutu, keseimbangan, dan pertumbuhan) aset. Menurut kelompok
mayoritas, tingkat utang yang rendah dan korespondensinya pada tingkat ekuitas yang
tinggi merupakan sinyal yang sangat positif bagi mutu investasi.
Tiga ukuran neraca bermutu investasi adalah kecukupan modal kerja, kinerja aset, dan
struktur modal. Kapitalisasi perusahaan berbeda dengan kapitalisasi (saham perusahaan di)
pasar. Kapital perusahaan terbagi atas modal ekuitas (equity capital) dan modal utang
(debt capital). Pembandingan dua komponen ini, modal saham dan modal utang,
merupakan basis bagi pengukuran (rasio) struktur modal.
Tingkat pertumbuhan ekuitas (equity growth rate) memberikan indikasi perubahan modal
sebagai dampak dari retensi laba. Keberadaan laba ditahan setelah pembayaran deviden
merefleksikan kenaikan pada tingkat pertumbuhan ekuitas, atau sebaliknya. Modal yang
ditanamkan (invested capital) biasanya berbentuk sunk cost pada berbagai macam aset

16
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

tetap seperti pabrik (tangible plant), properti, dan peralatan (equipment).


Beberapa analis memberikan ukuran tersendiri atas rasio kedua indikator ini, rasio modal
saham terhadap aset tetap netto atau sebaliknya. Aset tetap netto adalah nilai aset tetap
dikurangi nilai depresiasi dan amortisasi.
Secara sederhana, struktur utang terbagi atas utang jangka pendek dan utang jangka
panjang. Didalam komponen utang, ada utang dagang (accounts payable), pinjaman
jangka pendek (notes payable), pinjaman jangka panjang, utang leasing (operasional), dan
manfaat pensiun. Istilah utang (debt) sering disamakan dengan kewajiban, dan sebaliknya.
Debts, loans, borrowings, leverage memiliki definisinya masing-masing dalam kaitan dan
implikasinya terhadap utang dan kewajiban dalam neraca keuangan suatu perusahaan.
Istilah leverage lebih banyak digunakan dalam rangka pertumbuhan dan ekspansi (aset)
perusahaan. Pendapatan (earnings) dari borrowed funds dinilai lebih besar daripada
membayar biaya bunga dan fee pinjaman.
Kondisi highly leverage merefleksikan posisi utang yang terlalu banyak dibandingkan
nilai ekuitas. Termasuk didalamnya biaya bunga yang tinggi sebagai konsekuensi
kepemilikan utang yang tinggi. Proporsi utang terhadap modal merupakan sesuatu yang
relatif berbeda di setiap perusahaan dan industri, bidang usaha, dan tahap perkembangan
usaha. Banyak pihak menyarankan supaya porsi utang yang lebih rendah dan porsi ekuitas
yang lebih tinggi.
Beberapa rasio struktur modal mencakup:
a. fixed assets to net worth ratio.
b. capitalisation ratio.
c. total liabilities to net worth ratio.
d. capital adequacy ratio.

a. Rasio aset tetap terhadap modal saham (fixed assets to net worth ratio)
rasio aset tetap terhadap modal saham = aset tetap / nilai buku modal saham
Fixed Assets to Net Worth Ratio = Fixed Assets / Net Worth

Rasio ini merepresentasikan persentase aset tetap terhadap modal saham.

b. Rasio kapitalisasi (capitalisation ratio)


Rasio kapitalisasi = (kewajiban utang + modal saham) / ekuitas
Capitalisation Ratio = (Debt Obligations + Total Shareholders' Equity) / Equity

Semakin kecil rasio kapitalisasi, semakin sehat modal suatu perusahaan. Goodwill yang
dinyatakan sebagai intangible assets dicatat sebagai intangible pula dalam komponen
ekuitas. Modal utang atau funded debt merupakan istilah lain bagi utang jangka panjang
(long-term debts) seperti obligasi, pinjaman jangka panjang, pinjaman (borrowings,
loans) dengan maturitas tetap.
Selama pembayaran bunga pinjaman jangka panjang lancar, pemegang obligasi tidak
bisa meminta (percepatan) pelunasan obligasi. Hal ini berbanding terbalik dengan utang
bank. Bank bisa meminta klausul percepatan pelunasan utang. Dari sudut pandang
investor, semakin tinggi persentase modal utang terhadap total utang, semakin baik
penilaian investor. Modal utang memberikan ruang gerak perusahaan yang lebih besar.

c. Rasio kewajiban total terhadap modal saham (total liabilities to net worth ratio)
Rasio kewajiban total terhadap modal saham = kewajiban total / nilai buku modal
saham
Total Liabilities to Net Worth Ratio = Total Liabilities / Net Worth

17
Sando Sasako

Rasio ini mengukur hubungan antara total utang dan modal saham. Semakin tinggi
rasio merefleksikan semakin rendah perlindungan bagi kreditur.

d. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio, CAR)


Dalam industri perbankan, di dunia, rasio struktur modal dikenal dengan istilah rasio
kecukupan modal (capital adequacy ratio, CAR) atau rasio modal terhadap aset
tertimbang menurut risiko (capital to risk weighted assets ratio, CRAR).
Masyarakat tidak akan pernah bisa menilai langsung CAR suatu bank berdasarkan
laporan keuangan yang sudah dipublikasikan. Unsur tertimbang yang ditetapkan oleh
panitia, komite, dewan pengawas bersifat sangat 'subjektif'. Beberapa bank (di
Indonesia) boleh dan bisa tidak mempublikasikan aset yang diklasifikasikan selama
beberapa bulan. Di Indonesia pula, beberapa bank besar dan terbesar pun boleh
melakukan hal serupa. Bulan ini ada, bulan besok boleh tidak ada.
CAR di Indonesia diatur dalam 2 Peraturan Bank Indonesia (PBI), yakni:
1) PBI No.14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor berdasarkan
Modal Inti Bank, tertanggal 27.12.2012, http://www.ojk.go.id/dl.php?i=1367
2) PBI No.14/18/PBI/2012 tentang Persyaratan Minimum Kecukupan Modal bagi Bank
Komersil, tertanggal 28.11.2012, http://www.ojk.go.id/dl.php?i=2208.

Berdasarkan modal inti yang dimiliki, bank dikelompokkan menjadi 4 BUKU (Bank
Umum berdasarkan Klasifikasi Usaha), yaitu:
1) BUKU 1 adalah Bank dengan Modal Inti kurang dari Rp 1 trilyun.
2) BUKU 2 adalah Bank dengan Modal Inti antara Rp 1 trilyun - Rp 5 trilyun.
3) BUKU 3 adalah Bank dengan Modal Inti antara Rp 5 trilyun - Rp 30 trilyun.
4) BUKU 4 adalah Bank dengan Modal Inti lebih dari Rp 30 trilyun.

6. Produktivitas
Produktivitas per pekerja = penerimaan / jumlah karyawan
Personnel Productivity = Net Turnover / Personnel

Profitabilitas per pekerja = EBT / jumlah karyawan


Personnel Profitability = EBT / Personnel

7. Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan bertujuan mengukur kemampuan organisasi untuk tetap tumbuh
dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi di tingkat industri dan/atau ekonomi
secara keseluruhan. Sebagian analis mengasosiasikan rasio pertumbuhan dengan indikator
solvabilitas.

8. Kontribusi terhadap Stakeholder


a. Dividend Policy Ratios
Hasil deviden = deviden per saham / harga saham
Dividend Yield = Dividends Per Share / Share Price

Hasil deviden tidak identik dengan tingkat hasil masa depan yang tinggi (high future
rate of return). Kesinambungan dan peningkatan pembagian deviden merupakan hal
yang perlu dicermati oleh manajemen perusahaan.

18
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

Rasio pembayaran deviden = deviden per saham / EPS


Payout Ratio = Dividends Per Share / Earnings Per Share

b. CSR

You may contribute to this publication to BCA A/C No.084.0789.934

19

You might also like