Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat dan Hidayah-Nyalah makalah Kesehatan Lingkungan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dari berbagai sumber
ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami. Makalah ini secara
menyeluruh membahas mengenai Kesehatan Lingkungan, khususnya mengenai
analisa data surveillance epidemiologi, penetapan wabah, KLB, serta upaya untuk
menjaga mutu lingkungan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini, antara lain :
1. dr. Tumpak M. Sinaga, MPH selaku tutor kelompok I yang telah membimbing
kami dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil (DKK) modul I blok XXI
ini.
2. Teman-teman kelompok I yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya
sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik
dan dapat menyelesaikan makalah hasil diskusi kelompok kecil (DKK)
kelompok I.
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2008 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, tentunya makalah ini sangat jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi makalah hasil diskusi
kelompok kecil (DKK) ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
Pendahuluan............................................................................................................1
a. Latar Belakang
.......................................................................................1
.................................................................................2
............................................................................................7
e. Learning Objective
f. Belajar Mandiri
g. Sintesis
.....................................................................................3
..............................................................................8
......................................................................................8
.................................................................................................9
Penutup...................................................................................................................64
Kesimpulan............................................................................................................64
Daftar Pustaka .......................................................................................................65
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Ilmu Kesehatan Lingkungan didefinisikan ilmu yang mempelajari
dinamika hubungan interaktif antara kelompok penduduk atau masyarakat
dengan segala macam perubahan komponen lingkungan hidup seperti
spesies kehidupan, bahan, zat atau kekuatan di sekitar manusia, yang
menimbulkan ancaman, atau berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan
masyarakat, serta mencari upaya-upaya pencegahan.
Kesehatan lingkungan merupakan upaya untuk melindungi kesehatan
manusia melalui pengelolaan, pengawasan dan pencegahan faktor-faktor
lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Dalam konsep ilmu kesehatan lingkungan, terdapat suatu keselarasan
dan keserasian lingkungan hidup melalui upaya pengembangan budaya
perilaku sehat dan pengelolaan lingkungan sehingga dicapai kondisi yang
bersih, aman, nyaman, sehat dan sejahtera terhindar dari gangguan
penyakit, pencemaran dan kecelakaan, sesuai dengan harkat dan martabat
manusia.
Dengan mempelajari makalah ini, diharapkan mampu mewakili
beberapa informasi yang dapat membantu mahasiswa dalam memahami
prinsip dasar ilmu kesehatan lingkungan, menganalisa data surveillance
epidemiologi, penetapan wabah, KLB, serta upaya untuk menjaga mutu
lingkungan.
B.
Manfaat modul
Tujuan modul 1 blok XXI ini adalah mempelajari ilmu tentang
kesehatan lingkungan yang mencakup prinsip dasar ilmu kesehatan
lingkungan, menganalisa data surveillance epidemiologi, penetapan wabah,
KLB, serta upaya untuk menjaga mutu lingkungan. Modul 1 ini digambarkan
ii
ii
BAB II
ISI
Skenario
Kolera Menyerang
Penyakit kolera menyerang sebuah sekolah dasar di Kabupaten X. Dari data
selama tiga minggu terakhir jumlah murid yang absen akibat penyakit kolera
berturut-turut 18, 17, dan 19 orang. Enam minggu sebelumnya angka absensi
akibat kolera berturut-turut sebayak 2, 5, 4, 0, 3, dan 7 orang. Laporan puskesmas
setempat dari data surveilan epidemiologi mengatakan tidak ada yang meninggal
akibat penyakit kolera selama periode tersebut. Apakah ini wabah masih diteliti
oleh petugas puskesmas setempat mengingat ada peningkatan insidensi penyakit.
Disekitar sekolah banyak penjual makanan.
STEP 1
TERMINOLOGI ASING
Insiden
Prevalen
populasi pada waktu tertentu, pada suatu titik waktu tertentu atau selama
periode waktu
Wabah
timbulnya
atau
meningkatnya
kejadian
ii
STEP 2
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apakah yang menyebabkan kejadian kolera meningkat di Kabupaten
tersebut?
2. Faktor apakah yang berperan dalam peningkatan kasus kolera?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit?
4. Apakah hubungan antara banyaknya penjual makanan disekolah dengan
peninkatan kejadian tersebut?
5. Apakah kasus tersebut masuk dalam KLB? Apa saja criteria KLB?
6. Apakah manfaat menilai insidensi dan prevalensi?
7. Bagaimanakah monitoring setelah mengetahui insidensi dan prevalensi?
8. Apakah dapat mempengaruhi lingkungan sekitar?
9. Apa saja tindakan preventif yang bisa dilakukan?
STEP 3
BRAINSTORMING
1. Kejadian kolera meningkat di Kabupaten tersebut dapat terjadi karena
beberapa hal. Salah satunya, sesuai dengan yang telah disebutkan dalam
scenario banyaknya penjual makanan dapat memberikan dampak tersebut. Hal
ini dapat terjadi karena kurangnya hygiene dan sanitasi dari penjual makanan
tersebut yang membuat kuman-kuman menjadi lebih cepat berkembang.
2. Faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kejadian kolera antara lain :
a. Factor Host : umur, seks, ras, genetic, pekerjaan, nutrisi, status kekebalan,
adat istiadat, gaya hidup dan psikis
b. Factor Agent : virulensi, jenis, toksisitas dan ketahanan dari agent
c. Factor lingkungan : stasus social, status fisik, dan kemampuan vector.
3. Pada dasarnya status kesehatan dipengaruhi oleh 3 peran yaitu peran Host,
Agent dan Lingkungan. Menurut teori Blum 4 faktor yang mempengaruhi
status kesehatan atau masalah kesehatan yaitu sosio-budaya, ketahanan psikososial-biologi, pelayanan kesehatan, kemusian gaya hidup atau perilaku.
ii
Fluktuasi alamiah
-
Program pencegahan
ii
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
ii
d. Pelayanan Rehabilitatif.
Pelayanan ini diberikan kepada masyarakat karena penyakit parah atau
kecelakaan parah yang telah mengakibatkan cacat
ii
ii
STEP 4
STRUKTURISASI
Kasus Kolera
Insidens &
Prevalens
Survailance
Epidemiologi
Faktor Risiko
Host
Faktor Risiko
Agent
Faktor Risiko
Lingkungan
Kriteria Kerja
Monitoring
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif
Promotif
ii
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
1. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi status kesehatan (beresiko
terkena penyakit)
2. Memahami konsep dan prinsip dasar Ilmu Kesehatan Lingkungan
3. Menganalisa data-data survailance epidemiologi, epidemiologi, penetapan
wabah, dan criteria KLB
4. Menjelaskan cara preventif dari suatu penyakit
5. Case Fatality Rate dan Proposional Rate
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
Pada langkah ini mahasiswa diberi waktu untuk belajar mandiri, agar lebih
paham dengan materi yang akan dibahas serta mempersiapkan diri dalam diskusi
kelompok kecil yang ke dua ( DKK II ) dan pleno nantinya.
ii
STEP 7
PEMBAHASAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN
HL. Blum (1980) seorang ahli kesehatan masyarakat menyatakan bahwa status
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor dominan yaitu (1)
Keturunan, (2) Pelayanan Kesehatan, (3) Perilaku, dan (4) Lingkungan. Teori
tersebut sampai sekarang masih diakui kebenarannya dan dipakai dalam
penyelenggaraan upaya menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan di banyak
negara.
Paradigma Sakit
STATUS
KESEHATAN
peran
Paradigma Sehat
faktor-faktor
PERILAKU
(20 %)
di
KETURUNAN
(10 %)
LINGKUNGAN
(51 %)
Diagram
besarnya.
Keturunan
tidak
sama
Faktor
memberikan
ii
ii
KESEHATAN LINGKUNGAN
A. Konsep dan Batasan Kesehatan Lingkungan
1. Pengertian kesehatan
a) Menurut WHO
Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak
hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan.
b) Menurut UU No 23 / 1992 ttg kesehatan
Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Pengertian lingkungan
a) Menurut Encyclopaedia of science & technology (1960)
Sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan organisme.
b) Menurut Encyclopaedia Americana (1974)
Pengaruh yang ada di atas/sekeliling organisme.
c) Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976)
Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya
hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung
maupun tidak dpt diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan
maupun kesehatan dari organisme itu.
3. Pengertian kesehatan lingkungan
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi
yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
ii
ii
Tindakan-tindakan
sanitasi
yang
berhubungan
dengan
keadaan
ii
4) Angkutan umum
5) Lingkungan lainnya
: misalnya
yang
bersifat
khusus
seperti
program
pemberantasan
Malaria
sebagai
kesehatan
lingkungan
masuk
dalam
upaya
pelayanan Puskesmas
ii
Interaksi antara agent, host dan lingkungan serta model ekologinya adalah
sebagai berikut :
a) Antara agent Host dan lingkungan dalam keadaan seimbang sehingga
tidak terjadi penyakit.
b) Peningkatan kemampuan agent untuk menginfeksi manusia serta
mengakibatkan penyakit pada manusia.
c) Perubahan lingkungan menyebabkan meningkatnya perkembangan
agent.
2. Karakteristik 3 komponen/ faktor yang berperan dalam menimbulkan
penyakit
1) Karakteristik Lingkungan
ii
Spesies agent
Nama penyakit
Metazoa
Ascaris lumbricoides
Ascariasis
Protozoa
Plasmodium vivax
Malaria Quartana
Fungi
Candida albicans
Candidiasis
Bakteri
Salmonella typhi
Typhus abdominalis
Rickettsia
Rickettsia tsutsugamushi
Scrub typhus
Virus
Virus influenza
Influenza
3) Karakteristik Host/pejamu
ii
ii
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin
memasuki mata air atau sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benarbenar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak
mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi
persyaratan
pencegahan
penularan
penyakit
ii
tersebut
diantaranya
dengan
merancang
rumah/tempat
ii
ini
lebih
berpotensi
menjadi
masalah
kesehatan
yang
ii
ii
setiap
provinsi
(yaitu
Provinsi
sehat).
Khusus
untuk
ii
ii
Surveilans Epidemiologi
A. Pengertian Surveilans Epidemiologi
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis
dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta
kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif
dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Jadi, surveilans
epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah
kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat
penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti
kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya
orang terpapar HIV, terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara masalah
kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan program kesehatan lain,
misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah
kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.
Merupakan kegiatannya yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus.
Sistematis melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran
informasi epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus
menerus menunjukkan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap
saat sehingga program atau unit yang mendapat dukungan surveilans
epidemiologi mendapat informasi epidemiologi secara terus menerus juga.
ii
ii
persiapan internal dan persiapan eksternal. Secara rinci dapat diuraikan sebagai
berikut:
Persiapan
1. Persiapan Internal
Hal-hal yang perlu disiapkan meliputi seluruh sumber daya termasuk
petugas kesehatan, pedoman/petunjuk teknis, sarana dan prasarana pendukung dan
biaya
pelaksanaan.
a. Petugas Surveilans
Untuk kelancaran kegiatan surveilans di desa siaga sangat dibutuhkan
tenaga kesehatan yang mengerti dan memahami kegiatan surveilans. Petugas
seyogyanya disiapkan dari tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Puskesmas sampai
di tingkat Desa/Kelurahan. Untuk menyamakan persepsi dan tingkat
pemahaman tentang surveilans sangat diperlukan pelatihan surveilans bagi
petugas.
Untuk keperluan respon cepat terhadap kemungkinan ancaman adanya
KLB, di setiap unit pelaksana (Puskesmas, Kabupaten dan Propinsi) perlu
dibentuk Tim Gerak Cepat (TGC) KLB. Tim ini bertanggung jawab merespon
secara cepat dan tepat terhadap adanya ancaman KLB yang dilaporkan oleh
masyarakat.
b. Pedoman/Petunjuk Teknis
Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu dibekali
buku-buku pedoman atau petunjuk teknis surveilans.
c. Sarana & Prasarana
Dukungan sarana & prasarana sangat diperlukan untuk kegiatan surveilans
seperti: kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD), surveilans KIT, dll.
d. Biaya
ii
dan
potensi
yang
dimiliki.
Informasi
tentang
situasi
ii
B. Tahap pelaksanaan
1. Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Desa
Pelaksanaan Surveilans oleh Kelompok Kerja
Surveilans Desa.
Surveilans penyakit di tingkat desa dilaksanakan oleh kelompok kerja
surveilans tingkat desa, dengan melakukan kegiatan pengamatan dan pemantauan
situasi penyakit/kesehatan masyarakat desa dan kemungkinan ancaman terjadinya
KLB secara terus menerus. Pemantauan tidak hanya sebatas penyakit tetapi juga
ii
ii
potensial KLB yang perlu diwaspadai dan dideteksi dini apabila terjadi. Sikap
waspada terhadap penyakit potensial KLB ini juga diikuti dengan sikap siaga
tim profesional, logistik dan tatacara penanggulangannya, termasuk sarana
administrasi, transportasi dan komunikasi.
3) Menyampaikan laporan data penyakit secara berkala ke Puskesmas
(mingguan/bulanan).
4) Membuat peta penyebaran penyakit. Melalui peta ini akan diketahui lokasi
penyebaran suatu penyakit yang dapat menjadi focus area intervensi.
5) Memberikan informasi/rekomendasi secara berkala kepada kepala desa
tentang situasi penyakit desa/kesehatan warga desa atau pada saat pertemuan
musyawarah masyarakat desa untuk mendapatkan solusi permasalah terhadap
upaya-upaya pencegahan penyakit.
6) Memberikan respon cepat terhadap adanya KLB atau ancaman akan terjadinya
KLB. Respon cepat berupa penyelidikan epidemiologi/investigasi bersamasama dengan Tim Gerak Cepat Puskesmas.
7) Bersama masyarakat secara berkala dan terjadwal melakukan upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan penyakit.
Melalui
PWS
ini
diharapkan
akan
terlihat
bagaimana
ii
A. STUDI EPIDEMIOLOGI
ii
ii
A.
Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial,
Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-
Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih
tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria,
juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih
lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin
atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya
ii
Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan
ii
4.
Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui
Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan
ii
Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan
genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaanperbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.
Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu
penyakit antar golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus
distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang
dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.
Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan mengenai
pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang klasik
dalam hal ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan kanker lambung.
Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di
Jepang dan keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini
menjadi kurang prevalen di kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini
menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker
lambung.
7.
Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka
kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda;
angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena
semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak
kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orangorang yang tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang
ii
tidak kawin lebih sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya
perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan
penyebab penyakit-penyakit tertentu.
8.
Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh
Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti
Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan
Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna
ii
kemajuan
ekonomi,
pendidikan,
industri,
pelayanan
kesehatan,
ii
Hal lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke
desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan
penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa
di sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit
di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan
darat, udara dan laut; lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi
suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah
dan
pada
menyelidikan-penyelidikan
mengenai
kaum
migran.
Didalam
ii
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya
penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya
disebabkan oleh adanya reservoir infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu
Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan
suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim
ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut receptive area untuk demam
kuning.
Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau
yang frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah
dimana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi
(endemic goiter) di daerah yang kekurangan yodium.
C.
Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan
ii
dengan
yang
ii
perubahan
dalam
susunan
reservoir
penyakit,
ii
Studi riwayat kasus. Dalam studi ini akan dibandingkan antara dua
kelompokorang, yakni kelompok yang terkena penyebab penyakit
dengan kelompok yang tidak.
Studi kohort
Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan pada suatu penyebab
penyakit. Kemudian diambil sekelompok orang lagi yang
mempunyai cirri-ciri yang sama dengan kelompok pertama, tetapi
tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit.
Epidemiologi eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen pada
sekelompok objek, kemudian dibandingkan dengan kelompok
kontrol
ii
Contoh :
Pada bulan Desember 1988 di kecamatan X terdapat penderita campak 80 anak
balita. Jumlah anak yang mempunyai resiko penyakit tersebut (anak balita) di
kecamatan X = 8.000. Maka Incidence Rate penyakit campak tersebut adalah :
80
10
1000
Beberapa catatan :
(a) Didalam mempelajari incidence diperlukan penentuan waktu atau saat
timbulnya penyakit. Bagi penyakit-penyakit yang akut seperti influenza, infeksi
stafilokokus, gastroenteritis, acute myocardial infartion dan cerebral hemorrhage.
Penentuan incidence rate ini tidak begitu sulit berhubung waktu terjadinya dapat
diketahui secara pasti atau mendekati pasti. Lain halnya dengan penyakit dimana
timbulnya tidak jelas, disini waktu ditegakkan diagnosis pasti diartikan sebagai
waktu mulai penyakit.
ii
(b) Incidence rate selalu dinyatakan dalam hubungan dengan periode waktu
tertentu seperti bulan, tahun dan seterusnya. Apabila penduduk berada dalam
ancaman diserangnya penyakit hanya untuk waktu yang terbatas (seperti hanya
dalam epidemi suatu penyakit infeksi) maka periode waktu terjadinya kasus-kasus
baru adalah sama dengan lamanya epidemi. Incidence rate pada suatu epidemi
disebut attack rate.
2. Attack Rate
Jumlah kasus selama epidemi
Attack Rate = --------------------------------------------- x 1000
Populasi yang mempunyai resiko-resiko
Contoh :
Pada waktu terjadinya wabah morbili di kelurahan Y pada tahun 1987, terdapat 18
anak yang menderita morbili. Jumlah anak yang mempunyai resiko di kelurahan
tersebut 2000 anak.
ii
18
1000
(c) Untuk penyakit yang jarang maka incidence rate dihitung untuk periode waktu
bertahun-tahun. Didalam periode waktu yang panjang ini penyebut dapat berubah
karena dalam waktu ini jumlah populasi yang mempunyai resiko juga dapat
berubah.
3. Prevalence Rate
Prevalence rate mengukur jumlah orang di kalangan penduduk yang menderita
suatu penyakit pada satu titik waktu tertentu.
ii
Contoh :
Kasus penyakit TBC paru di kecamatan Moyang pada waktu dilakukan survei
pada Juli 1988 adalah 96 orang dari 24.000 penduduk di kecamatan tersebut.
Maka Prevalence rate TBC di kecamatan tersebut adalah :
96
1000
Catatan :
(a) Prevalence rate bergantung pada 2 faktor (1) jumlah orang yang telah sakit
pada waktu yang lalu dan (b) lamanya menderita sakit. Meskipun hanya sedikit
orang yang sakit dalam setahun, apabila penyakit tersebut kronis, jumlahnya akan
meningkat dari tahun ke tahun dan dengan demikian prevalence secara relatif akan
lebih tinggi dari incidence. Sebaliknya apabila penyakitnya akut (lamanya sakit
ii
pendek baik oleh karena penyembuhan ataupun oleh karena kematian) maka
prevalence secara relatif akan lebih rendah daripada incidence.
4. Period Prevalence
Contoh :
Pada periode tahun 1988 (Januari-Desember) di Kelurahan A terdapat 75
penderita malaria. Pada pertengahan tahun 1988 penduduk kelurahan A tersebut
berjumlah 5.000 orang.
ii
15
1000
Period prevalence terbentuk dari prevalence pada suatu titik waktu ditambah
kasus-kasus baru (incidence) dan kasus-kasus yang kambuh selama periode
observasi.
ii
ii
morbilitas dari pddk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi
peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal
abggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis
yang sesuai dengan urutan generasi kasus.
LANGKAH-LANGKAH INVESTIGASI WABAH
1. Konfimasi / menegakkan diagnosa
Definisi kasus
Pemeriksaan laboratorium
ii
ii
c. Cara penulara
d. Faktor lain yang berperan
9. Lakukan tindakan penanggulangan
Pendahuluan
Latar Belakang
Hasil penelitian
Tindakan penanggulangan
Dampak-dampak penting
Saran rekomendasi
Untuk penyakit-penyakit endemis (penyakit yang selalu ada pada keadaan
biasa), maka KLB didefinisikan sebagai : suatu peningkatan jumlah kasus yang
melebihi keadaan biasa, pada waktu dan daerah tertentu.
Pada penyakit yang lama tidak muncul atau baru pertama kali muncul di
suatu daerah (non-endemis), adanya satu kasus belum dapat dikatakan sebagai
suatu KLB.
Untuk keadaan tersebut definisi KLB adalah : suatu episode penyakit dan
timbulnya penyakit pada dua atau lebih penderita yang berhubungan satu sama
lain. Hubungan ini mungkin pada faktor saat timbulnya gejala (onset of illness),
faktor tempat (tempat tinggal, tempat makan bersama, sumber makanan), faktor
orang (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan lainnya).
Uraian tentang batasan Wabah atau KLB tersebut di atas terkandung arti
adanya kesamaan pada ciri-ciri orang yang terkena, tempat dan waktunya. Untuk
ii
itu dalam mendefinisikan KLB selalu dikaitkan dengan waktu, tempat dan orang.
Selain itu terlihat bahwa definisi KLB ini sangat tergantung pada kejadian
(insidensi) penyakit tersebut sebelumnya
Di Indonesia definisi wabah dan KLB diaplikasikan dalam Undangundang Wabah sebagai berikut :
-
Wabah
meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan
dapat menimbulkan malapetaka.
-
dengan
angka
rata-rata
sebulan
dalam
setahun
ii
4. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu dalam satu
bulan di suatu kecamatan, menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, bila
dibandingkan CFR penyakit yang sama dalam bulan yang lalu di
kecamatan tersebut.
5. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam
waktu satu bulan, dibandingkan dengan proportional rate penderita baru
dari penyakit menular yang sama selama periode waktu yang sama dari
tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih.
6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS :
Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di atas,
di suatu daerah endemis yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di
atas.
Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena penyakit tersebut
di atas. Di suatu kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit
tersebut, paling sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.
7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu
kelompok masyarakat.
8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang sebelumnya
tidak ada/dikenal.
Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan,
sehingga metoda yang dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. :
ii
ii
ii
ii
ii
B. Penetapan KLB
ii
ii
ii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua aspek dari alam dan lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Kesehatan lingkungan didefinisikan oleh
World Health Organization sebagai: Aspek-aspek kesehatan manusia dan penyakit
yang disebabkan oleh faktor-faktor dalam lingkungan. Hal ini juga mengacu pada
teori dan praktek dalam menilai dan mengendalikan faktor-faktor dalam
lingkungan yang dapat berpotensi mempengaruhi kesehatan.
Kesehatan lingkungan mencakup baik efek patologis langsung bahan
kimia, radiasi dan beberapa agen biologis, dan dampak (sering tidak langsung) di
bidang kesehatan dan kesejahteraan fisik yang luas, psikologis, sosial dan estetika
lingkungan termasuk perumahan, pembangunan perkotaan, penggunaan lahan dan
transportasi.
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan
hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan
dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap
timbulnya masalah kesehatan masyarakat.
3.2 Saran
Dengan memahami LO yang didapat, penulis menyarankan pembaca dapat
termotivasi untuk mendalami materi yang kami ulas, sehingga nantinya saat
diklinik atau rotasi klinik para mahasiswa dapat menerapkannya. Mengingat
masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi diskusi
kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari dosen dan teman-teman angkatan.
ii
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
ii