Professional Documents
Culture Documents
Karakteristik
Nama Dagang
ehirte chiva, black tar, speed balling, dope, brown, dog,negra, nod, white hores,
stuff.
Nama Paten
Nama Kimia
: Diasetilmorfin
:(5,6)-7,8-didehydro-4,5-epoxy-17-methylmorphinan-
3,6-diol diacetate
Struktur Kimia
Rumus Kimia
: C21H23NO5
Jenis heroin yang sering diperdagangkan :
1. Bubuk putih
3.
Cara pemakaian
Injeksi
Injeksi secara intravena, subkutan atau intra muskular. Injeksi lebih praktis
dan efisien untuk heroin kadar rendah. Injeksi secara intravena dapat
menimbulkan efek eforia dalam 7-8 detik. Injeksi intra muskuler efeknya lebih
lambat yaitu 5-8 menit. Ketika akan menyuntikkan heroin ke dalam tubuh,
pertama-tama heroin di larutkan ke dalam air lalu dipanaskan, cara ini dilakukan
untuk menghasilkan larutan liquid. Lalu pengguna bisa menginjeksikan larutan
tadi ke dalam tubuhnya.
Kerugian injeksi:
Dapat menyebabkan septikemi dan infeksi lain.
Dapat menyebabkan hepatitis atau HIV.
Injeksi berulang dapat merusak vena, menyebabkan trombosis dan abses.
Dihirup
Bubuk heroin ditaruh di aluminium foil dan dipanaskan diatas api,
dihisap. Penggunaan heroin secara dihisap atau dihirup (chasing the dragon) saat
ini meningkat untuk menghindarkan efek yang terjadi akibat penyuntikan.
Penggunaan secara dihisap lebih aman dibandingkan dihirup, oleh karena masuk
ke dalam tubuh secara bertahap sehingga lebih mudah dikontrol.
Administration (SAMHSA) 2011 National Survey on Drug Use and Health (NSDUH),
620.000 orang dilaporkan menggunakan heroin dalam satu tahun terakhir; 281.000 atau
0,1% merupakan pengguna heroin yang berusia 12 dan lebih tua, sedangkan 426.000
merupakan orang yang ketergantungan heroin. Sekitar 178.000 orang yang berusia 12
atau lebih tua dilaporkan menggunakan heroin untuk pertama kalinya dalam 12 bulan
terakhir. Usia rata-rata pada penggunaan pertama adalah 25,5 tahun pada tahun 2011.
Menurut National Institute on Drug Addiction (NIDA), laki-laki lebih mungkin
Onset aksi, efek puncak, dan durasi dari aksi bervariasi tergantung dengan metode
yang digunakan. Pasien mengalami efek heroin dalam waktu 1-2 menit ketika
disuntikkan intravena dan dalam waktu 15-30 menit ketika disuntikkan intramuskuler.
Efek puncak terapeutik dan toksin heroin umumnya dicapai dalam waktu 10 menit ketika
disuntikkan intravena, dalam waktu 30 menit ketika disuntikkan secara intramuskuler
atau ketika dihisap, dan dalam waktu 90 menit ketika disuntikkan subkutan. Efek
analgesik biasanya berlangsung 3-5 jam.
Heroin dengan cepat dikonversi menjadi 6-monoacetylmorphine (6-MAM)
dengan hati, otak, jantung, dan ginjal dan tidak dapat dideteksi dalam darah pada saat
pengambilan darah. 6-MAM kemudian diubah menjadi morfin. Morfin dimetabolisme
oleh hati dan diekskresikan sebagai produk glukuronida atau dalam bentuk bebasnya oleh
ginjal. Waktu paruh morfin jauh lebih panjang dari heroin (yaitu, 2-3 jam). Sejumlah
kecil 6-MAM yang tidak diubah akan diekskresikan dalam urin sampai 24 jam setelah
penggunaan heroin. Karena 6-MAM hanya berasal dari heroin, deteksi dalam urin dapat
berarti bahwa pasien menggunakan heroin atau 6-MAM.
e. Tanda dan gejala
Sistem saraf pusat
1. Analgesia
Khasiat analgetik didasarkan atas 3 faktor:
a. Meningkatkan ambang rangsang nyeri.
b. Mempengaruhi emosi, dalam arti bahwa morfin dapat mengubah reaksi yang timbul
menyertai rasa nyeri pada waktu penderita merasakan rasa nyeri. Setelah pemberian
obat penderita masih tetap merasakan (menyadari) adanya nyeri, tetapi reaksi khawatir
takut tidaklagi timbul. Efek obat ini relatif lebih besar mempengaruhi komponen
efektif (emosional) dibandingkan sensorik.
c. Memudahkan timbulnya tidur.
2. Eforia
Pemberian morfin pada penderita yang mengalami nyeri, akan menimbulkan perasaan
eforia dimana penderita akan mengalami perasaan nyaman terbebas dari rasa cemas.
Sebaliknya pada dosis yang sama besar bila diberikan kepada orang normal yang tidak
mengalami nyeri, sering menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir disertai mual,
muntah, apati, aktivitas fisik berkurang dan ekstrimitas terasa berat.
3.Sedasi
Pemberian morfin dapat menimbulkan efek mengantuk dan lethargi. Kombinasi morfin
dengan obat yang berefek depresi sentral seperti hipnotik sedatif akan menyebabkan tidur
yang sangat dalam.
4.
Pernafasan
Pemberian morfin dapat menimbulkan depresi pernafasan, yang disebabkan oleh inhibisi
langsung pada pusat respirasi di batang otak. Depresi pernafasan biasanya terjadi dalam 7
menit setelah ijeksi intravena atau 30 menit setelah injeksi subkutan atau intramuskular.
Respirasi kembali ke normal dalam 2-3 jam.
5.
Pupil
Pemberian morfin secara sistemik dapat menimbulkan miosis. Miosis terjadi akibat
stimulasi pada nukleus Edinger Westphal N. III.
6.
Disebabkan oleh stimulasi langsung pada emetic chemoreceptor trigger zone di batang
otak.
d) Traktus urinarius
Tonus ureter dan vesika urinaria meningkat, tonus otot sphinkter meningkat,sehingga
dapat menimbulkan retensi urine.
Menurut national Institute Drug Abuse (NIDA), dibagi menjadi efek jangka
pendek (shortterm) dan efek jangka panjang (long term).
Tabel 2.2 Efek jangka pendek dan jangka panjang dari heroin
Short term
Long term
Gelisah
Addiksi
Depresi pernafasan
HIV, hepatitis
Kolaps vena
Infeksi bakteri
Menekan nyeri
Abortus spontan
TBC)
Infeksi
jantung
dan
katupnya
Pengaruh heroin terhadap wanita hamil:
Bayi yang lahir dari ibu pecandu narkotik memiliki resiko tinggi untuk terjadinya
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome)
Bayi yang lahir dari ibu pecandu narkotik dapat mengalami gejala with drawl
dalam
24-36 jam setelah lahir. Gejalanya bayi tambah gelisah, agitasi, sering
menguap, bersin dan menangis, gemetar, muntah, diare dan pada beberapa kasus
terjadi kejang umum.
f. Penegakan diagnosis
Identifikasi dari zat psikoaktif yang digunakan dapat dilakukan berdasarkan
- data laporan individu,
- analisis objektif dari spesimen urin, darah, dan sebagainya
- bukti lain (adanya sampel obat yang ditemukan pada pasien, tanda dan gejala klinis,
atau dari laporan pihak ketiga).
Selalu dianjurkan untuk mencari bukti yang menguatkan lebih dari satu sumber, yang
berkaitan dengan penggunaan zat.
Diagnosis berdasarkan PPDGJ III
F1x.0 Intoksikasi akut
Pedoman Diagnostik
Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan: tingkat dosis zat digunakan (dose-dependent),
individu dengan kondisi organik tertentu yang mendasarinya (misal insufisiensi ginjal
atau hati) yang dalam dosis kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi berat yang tidak
proporsional.
Disinhibisi yang ada hubungannya dengan konteks sosial perlu dipertimbangkan
(misalnya disinhibisi perilaku pada pesta atau upacara keagamaan).
Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan
alkohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif,
persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan respon psikofisiologis lainnya.
Intensitas intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya
menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi. Dengan demikian orang tersebut akan
kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi
lainnya.