Professional Documents
Culture Documents
: Tn. S
Nomor RM
: 147668
Umur
: 35 tahun
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Alamat
Masuk RS
: 2 Januari 2014
Anamnesis
Tanggal
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan di kemaluan
Riwayat Penyakit Sekarang
Muncul benjolan pada kemaluan sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit.
Benjolan membesar mendadak setelah pasien batuk. Tidak didapatkan keluhan
mual dan muntah. BAB terakhir 15 menit sebelum masuk rumah sakit,
konsistensi lembek, darah (-). BAK tidak ada keluhan.
Anamnesis Sistem
Serebrospinal
Kardiovaskuler
Respirasi
Gastrointestinal
Urogenital
Integumentum
Muskuloskeletal
:
:
:
:
:
:
:
Riwayat DM ( - )
Riwayat HT (-)
Riwayat DM ( - )
Riwayat HT (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum
Keadaan umum : Cukup baik
Kesadaran
: Kompos Mentis
Berat Badan
GCS : E4V5M6
: 67 kg
Tanda Vital
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
Suhu
:
:
:
:
120/80 mmHg
88 kali / menit
15 kali / menit
36,3 C
Status Lokalis
Kepala
Leher
Toraks
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Ekstremitas
:
:
:
:
:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap
Parameter
Sel darah putih
Limfosit %
Mid %
Granulosit %
Hemoglobin
Hasil
RBC
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
14.7
14.8
4.3
80.9
14.8
109/L
%
%
%
g/dL
Satuan
Rujukan
4.0-10.0
20.0-40.0
3.0-9.0
50.0-70.0
11.0-16.0
4.80
42.5
88.7
30.8
348
243
1012/L
%
Fl
Pg
g/L
109/L
3.50-5.50
37.0-50.0
82.0-95.0
27.0-31.0
320-360
100-300
: 16
SGPT 37C
: 12
: 0.61
(N : 0,5 - 0,9)
Ureum
: 13 MG/DL
(N: 10 50 MG/DL)
: 145.3
(N: 135-148)
Elektrolit
Natrium
Kalium
Chloride
: 3.82
: 119.1
(N: 3.50-5.30)
(N: 98.0 107.0)
DIAGNOSIS KLINIS
HIL
TINDAKAN OPERASI
Hernioraphy
PENATALAKSANAAN ANESTESI
Status Anestesi
Diagnosis
Anamnesis
Status fisik
goyang.
: Berat badan 67 kg, tekanan darah 116/72 mmHg, frekuensi
Penunjang
Perencanaan Anestesi
Konsultasi kepada dokter spesialis anestesi dengan instruksi sebagai
berikut :
Teknik
Premedikasi
Anestetik
Induksi
Maintenance
Pelaksanaan Anestesi
Berikut ini adalah langkah-langkah kerja yang dilakukan selama
pelaksanaan anestesi pada pasien Tn. S di ruang operasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi Bupivacain spinal 0,5
% dan dimasukkan pelan-pelan (0,5 ml/detik) diselingi aspirasi
sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. Jika yakin
ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar,
putar arah jarum 900 biasanya likuor keluar.
Hasil pemantauan tanda vital (tekanan darah dan frekuensi nadi), cairan
masuk, dan cairan keluar selama dilakukan anestesi :
Perdarahan
Urine
: 200 cc
: 50 cc
PEMBAHASAN
Pasien Tn S, 35 tahun dengan diagnosis HIL akan dilakukan tindakan
hernioraphy. Dari hasil anamnesis, layak dilakukan tindakan dengan status ASA I.
Adapun klasifikasi American Society of Anesthesiologists (ASA) adalah :
- ASA I
- ASA II
fungsional
- ASA III
tanpa operasi
- ASA VI
Bila operasi yang dilakukan darurat (emergency) maka penggolongan ASA diikuti
huruf E (misalnya 1E atau 2E).
Pada kasus ini, Tn. S diberikan anestesi regional dengan teknik spinal
anestesi. Anestesi spinal adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan
obat anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi spinal atau
subarachnoid disebut juga sebagai blok spinal intradural atau blok intratekal. Pada
pemberian anestesi ini, yang dipengaruhi dahulu ialah saraf simpatis dan
parasimpatis, diikuti dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba dan tekanan
dalam. Yang mengalami blockade terakhir yaitu serabut motoris, rasa getar dan
propioseptif. Blockade simpatis ditandai dengan adanya kenaikan suhu kulit
tungkai bawah. Setelah anestesi selesai, pemulihan terjadi dengan urutan
sebaliknya, yaitu fungsi motoris yang pertama kali akan pulih. Obat anestesi ini
dimasukkan ke dalam ruang subarachnoid di daerah antara vertebra L4-L5.1
I.
menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang secara mekanik sebenarnya
melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang tetap tegak.
Columna vertebralis terdiri dari 33 korpus vertebralis: 7 servikal, 12 torakal, 5
lumbal, 5 sakral dan 4 koksigeus. Columna vertebralis mempunyai 4 lekukan,
yaitu lordosis servikalis, kifosis torakalis, lordosis lumbalis dan kifosis sakralis.2
vertebralis serta tulang belakang penting artinya dalam klinik untuk menentukan
tinggi lesi pada medula spinalis dan juga untuk mencapainya pada pembedahan.
Lapisan yang harus ditembus untuk mencapai ruang sub arakhnoid dari
luar yaitu kulit, subkutis, ligamentum supra spinosum, ligamentum flavum dan
duramater. Arakhnoid terletak antara duramater dan piamater serta mengikuti
otak sampai medula spinalis dan melekat pada duramater. Antara arakhnoid
dan piamater terdapat ruang yang disebut ruang sub arakhnoid.
Duramater dan arakhnoid berakhir sebagai tabung pada vertebra sakral 2,
sehingga di bawah batas tersebut tidak terdapat cairan serebrospinal. Ruang
subarakhnoid merupakan sebuah rongga yang terletak sepanjang tulang
belakang berisi cairan otak, jaringan lemak, pembuluh darah dan serabut saraf
spinal yang berasal dari medula spinalis. Pada orang dewasa medula spinalis
berakhir pada sisi vertebra lumbal 2. Dengan fleksi tulang belakang medula
spinalis berakhir pada sisi bawah vertebra lumbal
II.
Analgesia Spinal
Analgesia spinal (intratekal, intradural, subdural, subarachnoid) ialah
III.
Indikasi
1. Peralatan Monitor
Tekanan darah, nadi, oksimetri denyut, dan EKG
2. Peralatan resusitasi / anesthesia umum
3. Jarum spinal
VI.
Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis
tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas
meja operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan
posisi pasien. Perubahan posisi berlebihan dalam 30 menit pertama akan
menyebabkan menyebarnya obat. Adapun langkah-langkah dalam melakukan
anestesi spinal adalah sebagai berikut :
10
11
sampai T-2
Hipoventilasi
Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali napas
Trauma pembuuh darah
Trauma saraf
Mual-muntah
Gangguan pendengaran
Blok spinal tinggi atau spinal total
VIII.
1.
2.
3.
4.
5.
IX.
Lidokain
Farmakodinamik : Jenis anestesi local kuat yang digunakan secara luas
dengan pemberian topical dan suntikan. Merupakan aminoetilamid. Pada larutan
12
0,5% toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2 % lebih toksik. Anestesi ini lebih
efektif digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorpsi dan
toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek. Sediaan berupa larutan
0,5-5% dengan atau tanpa epinefrin 1:50.000 sampai 1:200.000).
Farmakokinetik : lidokain mudah diserap dari tempat suntikan dan dapat
melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasenta fetus dapat mencapai 60%
kadar dalam darah ibu. Di dalam hati, lidokain mengalami dealkilasi oleh enzim
oksidase fungsi ganda membentuk monoetilglisin dan xilidid.
Efek samping : biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP
(mengantuk, pusing, parastesia, gangguan mental, koma dan seizure). Dosis
berlebih dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi vebtrikel atau oleh henti
jantung. 4
Bupivakain (marcain)
Secara kimia dan farmakologis mirip lidokain. Toksisitas setaraf dengan
tetrakain. Untuk infiltrasi dan blok saraf perifer dipakai larutan 0,25-0,75%. Dosis
maksimal 200mg. Duration 3-8 jam. Konsentrasi efektif minimal 0,125%. Mula
kerja lebih lambat dibanding lidokain. Setelah suntikan kaudal, epidural atau
infiltrasi, kadar plasma puncak dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun
perlahan-lahan dalam 3-8 jam. Untuk anesthesia spinal 0,5% volume antara 2-4
ml iso atau hiperbarik. Untuk blok sensorik epidural 0,375% dan pembedahan
0,75%.
13
DAFTAR PUSTAKA
14