You are on page 1of 16

MAKALAH KEGAWAT DARURATAN

DENGAN MASALAH KEJANG DEMAM PADA ANAK

OLEH KELOMPOK 4:
RATNA WUANDARI
RAHMATULLAH
SABILA HASANAH ALMAFAZAH
SHANTI ARIESTANTYA

AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH


BANDAR LAMPUNG
2014/2015
KATA PENGANTAR
1

Assalammualaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah KEPERAWATAN GAWAT DARURAT. Adapun
makalah ini membahas mengenai KEJANG DEMAM PADA ANAK.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan
penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang,
khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Baitul Hikmah.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih.
Wassalammualaikum Wr.Wb

Bandar Lampung,
Penyusun

BAB I
2

Februari 2015

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa menakutkan pada kebanyakan
orang tua karena kejadianya yang mendadak dan kebanyakan orang tua tidak tau harus
berbuat apa. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu
rektal > 38) yang disebabkan oleh suatu proses diluar otak. Tidak jarang orang tua khawatir
jika anaknya panas , apakah nanti akan kejang atau tidak .
Dari penelitian , kejang demam sendiri telah terlalu besar yaitu sekitar 2-4% artinya
dari 100 anak dengan demam ada sekitar 2-4% yang mengalami kejang. Kejang demam
terjADI pada usia 6 bln- 5 thn dan terbanyak terjadi pada usia 17-23bln saat menghadapiu
sikecil yang sedang kejang sedapat mungkin cobalah bersikap tenang.
B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana bagaimana proses terjadinya kejang demam secara
sistematis, serta mengetahui apa yang yang menjadi konsep penyakit yang terjadi pada klien
yang mengalami kejang demam, serta dapat mengaplikasakanya dalam bentuk asuhan
keperawatan yang di alami kliendengan gejala kejang demam.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai
>38C). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakanial maupun ekstrakanial. Kejang demam
3

terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun. Paling sering pada anak usia 17-23
bulan. Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Ciri ciri kejang ini adalah :
a. Kejang berlangsung singkat
b. Umurnya serangan berhenti sendiri dalam waktu >10 menit
c. Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Ciri kejang ini :
a. Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
B. Etiologi
Kejang dibedakan menjadi intrakanial dan ekstrakranial.
Intrakanial meliputi:
a. Trauma (perdarahan) : perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikuler
b. Infeksi : bakteri, virus, parasite misalnya meningitis
c. Kongenital : disgenesis, kelainan serebri
Ekstrakranial
a. Gangguan metabolic : hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia, gangguan elektrolit (Na
dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya.
b. Toksik : intoksikasi, anestesi local, sindroma putus obat
c. Kongenital : gangguan metabolism asam basa atau ketergantungan dan kekurangan piridoksin
Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu :
a. Riwayat kejang dalam keluarga
b. Usia kurang dari 18 tahun
c. Tingginya suhu badan sebelumnya kejang

makin tinggi suhu sebelum kejang demam,

semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang


d. Lamanya demam sebelum kejang

semakin pendek jarak antara mulainya demam

dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang demam berulang.

C. Patofisiologi

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10c akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal1015%dankebutuhano2akanmeningkat20%.Kenakansuhutubuhdapatmengubah
keseimbangandarimembranselneurondandalamwaktuyangsingkatterjadidifusiionk+
maupunNa+,melaluimembrantersebutsehinggaterjadilepasmuatanlistrik,halinibisa
meluaskeseluruhselmaupunkebembranselsekitarnyadenganbantuanneurontransmiter
danterjadilahkejang.Kejangyangberlangsunglamadisertaidenganapnea,meningkatkan
kebutuhan o2 dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnea dll,selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat hingga terjadi
kerusakanneuronotakselamaberlangsungnyakejanglama.

D. Klasifikasi
Kejang demam dapat di klasifikasikan dalam tiga bentuk :
1. Kejang tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa
kehamilan kurang dari 34 minggu dengan bayi prenatal berat berlangsung 10 s/d 15 menit,
bisa juga lebih.
2. Kejang klonik
Kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,biasanya berlangsung selama 1-2 menit
3. Takikardia : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit

4. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjasi sebagai akibat menurunnya
curah jantung
5. Gejala bendungan system vena : Hepatomegali dan peningaktan tekanan vena jugularis.
E. Manifestasi Klinis
1. sebagian besar kejang demam terjadi dalam 24 jam pertama sakit
2. Sering sewaktu suhu tubuh meningkat cepat, tetapi pada sebagian anak, tanda
pertama penyakit mungkin kejang dan pada yang lain, kejang terjadi saat demam
menurun
(Abraham M. Rudolph, 2006)
1. kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu
tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tonik
klonik lama beberapa detik sampai 10 menit
2. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses
infeksi atau toksik
3. Mata terbalik ke atas disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang.
(Behman (2000: 843)
F. Komplikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya & tidak menimbulkan
gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih lama (>15 menit) yaitu:
1. Kerusakan otak
2. Retardasi mental
3. Biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosislaktat, hipotensi artrial, suhu tubuh
makin meningkat.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit, dan glukosa
darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan yang berarti.
2. Indikasi lumbal pungsi pada keajng demam adalah untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi pada pasien dengan kejang demam meliputi:
a. Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala meningitis sering tidak jelas
b. Bayi antara 12 bulan 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal pungsi kecuali pasti
bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-Scan, dan.atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa kelainan
neurologist karena hamper semuanya menunjukkan gambaran normal. CT Scan atau MRI
direkomendasiakan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi organic di otak.
H. Discharge Planning

Menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan


kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.
a. Pencegahan berulang
1. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
2. Pengetahuan kesehatan tentang
6

a) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter


b) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara
pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada
anak ( 36-37C)
c) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai
demam dan jangan menunggu sampai meningkat
d) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami
b.
a)
b)
c)
d)
e)

kejang demam bila anak akan diimunisasi.


Mencegah cedera saat kejang berlangsung
Baringkan pasien pada tempat yang rata
Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
Lepaskan pakaian yang ketat
Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

I. Penatalaksanaan
a. Medis
a.) Pengobatan saat terjadi kejang
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan
kejang. Dosis pemberian :
- 5mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3tahun
- Atau 5mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB >10 KG
- 0,5-0,7 mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5 mg/kgBB. Pemberian secara
perlahan lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per menit untuk menghindari depresi
pernafasan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan penyuntikkan. Diazepam
dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak
dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB perlahan lahan.
Kejang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50mg IM dan pasang ventilator bila perlu.
b) Setelah kejang berhenti
Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan
pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah terjadinya kejang
demam. Obat yang diberikan berupa :
1. Antipiretik, parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali atau
tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping berupa hyperhidrosis.
Dan Ibuprofen 10mg.kgBB/kali diberikan 3 kali
2. Antikonvulsan, berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat
c)

demam menurun resiko berulangnya kejang.


Bila kejang berulang
Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproate dengan dosis asam

valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis, sedangkan fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 2 dosis indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan adalah :
1. Kejang lama >15 menit
7

2. Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang misalnya
hemiparese, cerebral palsy, hidrocefalus
3. Kejang fokal
4. Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsy
Disamping itu, terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk
a) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
b) Kejang demam terjasi pada bayi <12 bulan
b. Keperawatan
Perawat memberikan Asuhan Keperawatan dengan Pembebasan jalan nafas dengan
cara kepala dimiringkan, pakaian di longgarkan dan pengisapan lendir, Pemberian kompres
untuk membantu menurunkan suhu tubuh. Kompres diletakan pada jaringan penghantar
panas, dan Tirah baring.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KGD
KEJANG DEMAM PADA ANAK
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengumpulan Data
b. Biodata
- Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa, diagnosa, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, no. medical record, dan alamat.
Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
RSMRS, Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit yang
sama ketika klien masuk rumah sakit.
b) Keluhan utama : kejang demam
c) Riwayat keluhan utama
P : kejang
Q : hilang timbul
R : seluruh tubuh
S
:T
: tiap 15 menit
d) Riwayat kesehatan dahulu
- Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
a. Pengkajian Primer
Pada kasus kejang demam yang biasanya dikaji adalah :
1. Airway ( jalan nafas ) karena pada kasus kejang demam Inpuls-inpuls radang dihantarkan ke
hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh Hipotalamus menginterpretasikan

impuls menjadi demam Demam yang terlalu tinggi merangsang kerja syaraf jaringan otak
secara berlebihan , sehingga jaringan otak tidak dapat lagi mengkoordinasi persyarafanpersyarafan pada anggota gerak tubuh. wajah yang membiru, lengan dan kakinya tesentaksentak tak terkendali selama beberapa waktu. Gejala ini hanya berlangsung beberapa detik,
tetapi akibat yang ditimbulkannya dapat membahayakan keselamatan anak balita. Akibat
langsung yang timbul apabila terjadi kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah tidak
terkontrol. Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran
pernapasan. Tindakan yang dilakukan :
a) Semua pakaian ketat dibuka
b) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
c) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
d) Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
Evaluasi :
a) Inefektifan jalan nafas tidak terjadi
b) Jalan nafas bersih dari sumbatan
c) RR dalam batas normal
d) Suara nafas vesikuler
2. Breathing (pola nafas) karena pada kejang yang berlangsung lama misalnya lebih 15 menit
biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi meningkat untuk kontraksi
otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis. Tindakan
yang dilakukan :
a) Mengatasi kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis
yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan
suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan
berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara
intravena.
a) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
Evaluasi :
- RR dalam batas normal
- Tidak terjadi asfiksia
- Tidak terjadi hipoxia
3.
Circulation karena gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga
meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel
neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi
serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi. Tindakan yang dilakukan :
a) Mengatasi kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu
selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama
9

juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3
dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
-

Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :


1. Semua pakaian ketat dibuka
2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3. Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen
4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen
Evaluasi :
1.
2.
3.
4.

Tidak terjadi gangguan peredaran darah


Tidak terjadi hipoxia
Tidak terjadi kejang
RR dalam batas normal

b. pengkajian sekunder
1. Riwayat penyakit sebelumnya.
Apakah klien pernah menderita :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Penyakit stroke
Infeksi otak
DM
Diare dan muntah yang berlebihan
Tumor otak
Intoksiaksi insektisida
Trauma kepala
Epilepsi dll.

2. Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas dan istirahat


Data Subyektif:
a)
b)
c)
d)
e)
f)

kesulitan dalam beraktivitas


kelemahan
kehilangan sensasi atau paralysis.
mudah lelah
kesulitan istirahat
nyeri atau kejang otot

Data obyektif:
a) Perubahan tingkat kesadaran
b) Perubahan tonus otot ( flasid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ), kelemahan
umum.
c) gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subyektif:
a) Riwayat penyakit stroke
b) Riwayat penyakit jantung
10

Penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung, endokarditis bacterial.


c) Polisitemia.
Data obyektif:
a) Hipertensi arterial
b) Disritmia
c) Perubahan EKG
d) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
e) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Eliminasi
Data Subyektif:
a) Inkontinensia urin / alvi
b) Anuria
Data obyektif
a) Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh )
b) Tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
d. Makan/ minum
Data Subyektif:
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Nafsu makan hilang


Nausea
Vomitus menandakan adanya PTIK
Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan
Disfagia
Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah

Data obyektif:
Obesitas ( faktor resiko )

e. Sensori neural
Data Subyektif:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

Syncope
Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
Kelemahan
Kesemutan/kebas
Penglihatan berkurang
Sentuhan : kehilangan sensor pada ekstremitas dan pada muka
Gangguan rasa pengecapan
Gangguan penciuman

Data obyektif:
a)
b)
c)
d)

11

Status mental
Penurunan kesadaran
Gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang)
Gangguan fungsi kognitif

e) Ekstremitas : kelemahan / paraliysis genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya


reflek tendon dalam
f) Wajah: paralisis / parese
g) Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan
berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari
h)
i)
j)
k)

keduanya. )
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, stimuli taktil
Kehilangan kemampuan mendengar
Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
Reaksi dan ukuran pupil : reaksi pupil terhadap cahaya positif / negatif, ukuran pupil
isokor / anisokor, diameter pupil

f. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
a) Tingkah laku yang tidak stabil
b) Gelisah
c) Ketegangan otot
g. Respirasi
Data Subyektif : perokok ( faktor resiko )

h. Keamanan
Data obyektif:
a) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
b) Perubahan persepsi terhadap tubuh
c) Kesulitan untuk melihat objek
d) Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
e) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
f) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh\
g) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan
h) Berkurang kesadaran diri
i. Interaksi sosial
Data obyektif:
a) Problem berbicara
b) Ketidakmampuan berkomunikasi
c. Menilai GCS
Ada 3 hal yang dinilai dalam penilaian kuantitatif kesadaran yang menggunakan Skala Coma
Glasgow :
a. Respon motorik
b. Respon bicara
12

c. Pembukaan mata
1) Pengelompokan Data
a. Data Subyektif
a) Keluarga Klien mengatakan klien tidak mampu melakukan aktifitas
b) Keluarga Klien mengatakan klien merasa mual dan muntah
c) Keluarga Klien mengatakan klien Pusing, mata berkunang-kunang
d) Keluarga Klien mengatakan klien susah bernafas
e) Kekuarga Klien mengatakan klien takut dengan keadaanya
b. Data obyektif
a) Klien tampak kesulitan bernafas
b) Tampak peningkatan sekresi mucus
c) Klien nampak lemah
d) Klien nampak mual dan muntah
e) Klien nampak gelisah
f) Klien nampak pusing
A. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a)
b)
c)
d)

Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neoromuskular
Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh
Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan
ansietas b/d kondisi kesehatan klien

B. INTERVENSI
Diagnosa 1, Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neuromuskular.
Tujuan : Inefektifnya bersihan jalan tdk terjadi
Kriteria hasil : Jalan napas bersih dari sumbatan, suara napas vesikuler, sekresi mukosa tidak ada, RR
dalam batas normal
Intervensi :
1.

Atur posisi tidur klien fowler atau semi fowler.


Rasionalnya : Untuk memberikan rasa nyaman pada klien
2. Lakukan penghisapan lendir,
Rasional : untuk membersihkan dan mengurangi secret
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
Rasional : kolaborasi terapi untuk memberikan pengobatan yang tepat pada klien
Diagnosa 2, Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh. Tujuan : Aktivitas kejang tidak
berulang
Kriteria hasil : Kejang dapat dikontrol, suhu tubuh kembali normal
Intervensi :
1) Kaji faktor pencetus kejang.
Rasional : Untuk memberikan tindakan yang tepat
13

2) Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.


Rasional : keluarga sangat penting dalam mendukung proses penyembuhan klien
3) Observasi tanda-tanda vital. Lindungi anak dari trauma.
Rasional : Pemantauan TTV perlu untuk mengetahui perkembangan kondisi klien, trauma dapat
memberikan dapak psikologis bagi klien
4) Berikan kompres dingin pda daerah dahi dan ketiak.
Rasional: Untung menurunkan suhu tubuh klien
Diagnosa 3, Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan. Tujuan :
Kerusakan mobilisasi fisik teratasi
Kriteria hasil : Mobilisasi fisik klien aktif , kejang tidak ada, kebutuhan klien teratasi
Intervensi :
1) Kaji tingkat mobilisasi klien.
Rasional : Mengetahui sejauh mana batas kemampuan klien dalam beraktivitas
2) Kaji tingkat kerusakan mobilsasi klien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan otot untuk beraktivitas
3) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan.
Rasional : Pemenuhan kebutuhan klien perlu untuk mendukung proses perkembangan klien
4) Latih klien dalam mobilisasi sesuai kemampuan klien.
Rasional : Sebagai penilaian atas kemampuan klien dalam tindakan mandiri
5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.
Rasional ; Peran keluarga penting dalam mendukung pemulihan klien
Diagnosa 4, Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi. Tujuan : Pengetahuan keluarga
meningkat
Kriteria hasil : Keluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam, keluarga klien tidak
bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.
Intervensi :
1) Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
Rasional : Dapat mengetahui kemampuan klien dalam memahami penyait klien
2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana keluarga klien mengetahui tentang penyakit yang di
derita klien.

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a.

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu mencapai >38C). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakanial
maupun ekstrakanial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6
bulan s/d 5 tahun. Paling sering pada anak usia 17-23 bulan.

b. Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex serebral
yang ditandai dengan serangan yang tiba tiba (marillyn, doengoes. 1999 : 252)
Penyebab dari kejang demam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu : Obat obatan racun,
alkhohol, obat yang diminum berlebihan Ketidak seimbangan kimiawi,hiperkalemia. Hipoglikemia
dan asidosis. Demam

paling sering terjadi pada anak balita, Patologis otak akibat dari cidera

kepala, trauma, infeksi, peningkatan TIK, Eklampsiahipertensi prenatal, toksemia gravidarum


Idiopatik penyebab tidak diketahui.
B. Saran
Diharapkan semoga dengan Makalah tentang Kejang Demam Pada Anak ini yang
merupakan bagian dari Keperawatan Dawat darurat dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman
dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang
makalah ini. tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien tersebut.
Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami butuhkan, baik itu dari teman-teman
ataupun para pembaca.

15

DAFTAR PUSTAKA
a) Huda N. Amin.dkk . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NandaNIC NOC.Jilid 1. Yogyakarta : Med Action Publishing ; 2013.
b) Asuhan Keperawatan Kejang Demam http://asprasasti.blogspot.com/2011/05/kejang-demampada-anak.html , 15 Februari 2015.
c) Asuhan

Keperawatan

Kejang

Demam.

Http://panduankeperawatan.com/asuhan-

keperawatan/asuhan-keperawatan-kejang-demam/ , 15 Februari 2015.


d) Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Vol.3.Jakarta : EGC ; 2002.

16

You might also like