You are on page 1of 23

METODE INQUIRY

I.

Pengertian Metode Inquiry


Mendefinisikan pendidikan berbasis Inquiry sama dengan kita mendefinisikan pendekatan
pendidikan multi dimensi. Terdapat banyak intepretasi visi John Dewwey ini, mulai dari
kontrukvisme, pendekatan pemecahan masalah, pembelajaran berbasis projek dan sebagainya,
kita akhirnya akan menemukan bahwa inti dari Inquiry adalah proses yang berpusat pada siswa.
Semua pembelajaran dimulai dengan pembelajar. Apa yang diketahui siswa dan apa yang ingin
mereka lakukan dan pelajari merupakan dasar utama pembelajaran.
Pendekatan Inquiry didukung oleh empat karakteristik utama siswa, yaitu :

1.
2.
3.
4.

Secara intensif siswa selalu ingin tahu


Di dalam percakapan siswa selalu ingin berbicara dan mengkomunikasikan idenya
Dalam membangun (kontruksi) siswa selalu ingin membuat sesuatu
Siswa selalu mengekspresikan seni
Dalam sudut pandang siswa, metode pembelajaran ini merupaka akhir dari paradigma
kelas belajar melalui mendengar dan memberi mereka kesempatan mencapai tujuan yang nyata
dan autentik. Bagi guru, pembelajaran berbasis Inquiry merupakan akhir dari paradigma
berbicara untuk mengajar dan mengubah peran mereka menjadi kolega dan mentor bagi
siswanya. Inquiry sebagai pendekatan pembelajaran melibatkan proses penyelidikan alam atau
materi alam, dalam rangka menjawab pertanyaan dan melakukan penemuan melalui
penyelidikan untuk memperoleh pemahaman baru.
Inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan
melakukan observasi dalam atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah
terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan
logis (Schmidt,2003). Inquiry sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh
ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena
alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Hebrank,
2000;Budniz, 2003; Chiapetta & Adams, 2004)
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap
memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban
menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan

penjelasa, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru
berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan
menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari
apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek
belajar yang aktif (Mulyasa, 2003:234)
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry
menuntut peserta didik berfikir. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman
belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode
ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis.
Kata Inquiry berarti menyelidiki dengan cara mencari informasi dan melakukan
pertanyaan-pertanyaan. Dengan pendekatan Inquiry pembelajar dimotivasi untuk aktif berpikir,
melibatkan diri dalam kegiatan dan mampu menyelesaikan tugas sendiri.
Dalam pendekatan Inquiry yang digunakan dalam belajar mengajar, stuktur peristiwa
belajar bersifat terbuka. Pembelajar diberi kesempatan bebas untuk mencari sesuatu sampai
menemukan hasil belajar melalui proses-proses, yaitu:

Asimilasi yaitu memasukkan hasil pengamatan ke dalam struktuf kognitif yang telah ada pada
siswa.

Akomodasi yaitu mengadakan perubahan-perubahan dengan pengertian penyesuaian alam


struktur kognitif sehingga sesuai dengan gejala (fenomena) baru yang diamati.
Menurut J. Richard Suchman, tentang hakikat proses Inquiry baik dari model teori dan
komponen-komponennya, menjelaskan bahwa proses Inquiry ditunjukkan kepada kreativitas.
Dengan kata lain, bagaimana pembelajar mengadakan respon (reaksi) kalau datang stimulus
(rangsangan) pada persepsinya.
Tujuan proses Inquiry yang diajukan Suchman merupakan pemikiran yang mantap yang
implikasinya dapat untuk memperbaiki pendidikan pengajar dan untuk peningkatan peristiwa
kegiatan belajar mengajar. Seorang pengajar jendaknya dapat mengembangkan proses Inquiry
dengan memusatkan pada masalah-masalah yang perlu dipecahkan oleh pembelajar. Orientasi
guru ialah memandang siswa sebagai individu yang memiliki potedi yang perlu
dikembangkan. Pengajar selalu mengutamakan pertumbuhan dan peningkatan kognitif dan

perkembangan kreativitas pembelajar. Mengajar ertujuan mengembangkan bakat-bakan dan


membantu pengajar mengembangkan konsep dirinya.

II.

Strategi Pelaksanaan Model Inquiry


Langkah-langkah dalam proses Inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap

sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang
valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah
menggunakan kesimpulan untuk menganalisa data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan Inquiry adalah:
1. Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan tehadap materi yang akan diajarkan.
2. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa
didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa.
3. Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan
peserta didik.
4. Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah di pelajari sebelumnya.
5. Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236)

Metode Inquiry menurut Roetiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang di
pergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu
masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi berberapa kelompok, dan masing-masing kelompok
mendapat tugas yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas
tugasnya di dalam kelompok. Setelah kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian
dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno,
dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai
kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang
harus dilaksanakan, hal itu perlu di perhatikan.
Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan
aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka
belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan
pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat,
meyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental yang lebih

tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan


eksperimen, mengumpulkan dan mengalisa data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry,
dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya
dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di
atas berarti siswa sedang melakukan inquiry.
Secara umum, inquiry merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan
mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber
informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, meriview apa yang
telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan mengunakan alat untuk
memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan
mengkomunikasikan hasilnya (Depdikbud, 1997; NRC,2000)
Menurut Hacket, (1998) di dalam Standar Nasional Pendidikan Sains di Amerika Serikat,
Inquiry digunakan dalam dua terminologi yaitu sebagai pendekatan pembelajaran (scientific
inquiry) oleh guru dan sebagai materi pelajaran sains (science as inquiry) yang harus dipahami
dan mampu dilakukan oleh siswa. Sebagai strategi pembelajaran, inquiry dapat di
implementasikan secara terpadu dengan strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan
pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan inquiry oleh siswa.
Sedangkan seagai bagian dari materi pelajaran Biologi, Inquiry merupakan kemampuan yang
harus dimiliki oleh siswa agar dapat melakukan penyelidikan ilmiah. Sehubungan dengan hal
tersebut, Chiapeta&Adams (2004) menyatakan bahwa pemahaman mengenai peranan materi dan
proses sains dapat membantu guru menerapkan pembelajaran yang bermula dari pertanyaan atau
masalah dengan lebih baik.
Meskipun sudah cukup banyak bukti-bukti yang menunjukkan keunggulan inquiry
sebagai model dan strategi pembelajaran, dewasa ini masih banyak guru yang merasa keberatan
atau tidak menerapkanya di dalam kelas. Kebanyakan guru dan dosen masih tetap bertahan pada
strategi pembelajaran tradisional, karena menganggap Inquiry sebagai salah satu strategi
pembelajaran yang sulit diterapkan (Straits&Wike,2002). Meskipun demikian, didalam
kurikulum 2004 dan standar isi dari BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) juga
mencantumkan Inquiry dalam hal ini. Metode ilmiah baik sebagai proses maupun sebagai produk
yang di terapkan secara terintegerasi di kelas. Negara lain seperti Amerika Serikat, Standart
Nasional Pendidikan Sains (1996), di sana menekankan agar semua pendidik dalam bidang sains

pada seluruh jenjang pendidikan untuk menerapkan kegiatan berbasis Inquiry dalam kegiatan
pembelajaran khususnya dalam bidang sains.

III.

Langkah-langkah dalam Proses Inquiry

Hal yang harus diperhatikan pengajar :


1. Menciptakan kebebasan untuk memiliki dan mengekpresikan ide-ide atau gagasan dan
mengetesnya dengan data.
2. Menyediakan suatu lingkungan yang reponsif sehingga setiap ide didengar dan dapat dimengerti,
dipahami oleh setiap pembelajar serta dapat memperoleh data yang dibutuhkan.
3. Membantu setiap pembelajar menemukan suatu jalan untuk bergerak maju.
Peranan Pengajar dalam Inquiry:
1. Pengajar mampu menstimulasi (merangsangan & menentang pembelajar untuk berpikir).
2. Pengajar mampu memeri dukungan untuk Inquiry.
3. Pengajar mampu memberikan fleksibilitas (kesempatan & keluwesan serta kebersamaan).
4. Pengajar mampu mendiagnosis kesulitan-kesulitan pembelajar &membantu mengatasinya.
5. Pengajar mampu mengidentifikasi dan menggunakan kemampuan mengajar serta waktu
mengajar dengan seabik-baiknya.
Kondisi yang diperlukan dalam Inquiry:
1. Kondisi fleksibel, bebas, terbuka untuk berinteraksi.
2. Kondisi lingkungan yang responsif.
3. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian.
4. Kondisi yang bebas dari tekanan.
Hal-hal yang perlu mendapat stimulus (rangsangan):
1. Adanya hak otonomi pembelajar.
2. Kebebasan dan dukungan terhadap pembelajar.
3. Sikap keterbukaan.
4. Percaya diri dan kesadaran akan harga diri.
5. Adanya konsep dirinya (self concept).
6. Pengalaman Inquiry, menunjukkan terlibat dalam masalah-masalah.
Inquiry dapat dilakukan memaui berberapa aktivitas yakni:
1. Bertanya, artinya tidak semata-mata mendengarakan dan mengahfal.
2. Bertindak, artinya tidak semata-mata melihat dan medengarkan.

3. Mencari, artinya tidak semata-mata mendapatkan.


4. Menemukan masalah, artinya tidak semata-mata mempelajari fakta-fakta.
5. Menganalisis, artinya tidak semata-mata mengamati.
6. Membuat sintesis, artinya tidak semata-mata membuktikan.
7. Berfikir, artinya tidak semata-mata melamun atau membayangkan.
8. Mengahsilkan dan memprodusir, artinya tidak semata-mata menggunakan.
9. Menyusun, artinya tidak semata-mata mengumpulkan.
10. Menciptakan, artinya tidak semata-mata memproduksi kembali.
11. Menerapkan, artinya tidak semata-mata mengingat-ingat.
12. Mengekspresimenkan, artinya tidak semata-mata membenarkan.
13. Mengkritik, artinya tidak semata-mata menerima.
14. Merancang, artinya tidak semata-mata beraksi.
15. Mengevaluasi, artinya tidak semata-mata mengulangi.

IV.

Tingkatan-tingkatan Inquiry
Berdasarkan komponen-komponen dalam proses dalam proses Inquiry yang meliputi topik

masalah, sumber masalah atau pertanyaan, bahan, prosedur atau rancangan kegiatan,
pengumpulan dan analisis data serta pengambilan kesimpulan (Bonnstetter,2000) membedakan
Inquiry menjadi lima tingkat yaitu praktikum (traditional hands-on), pengalaman sains terstuktur
(structured science experiences), Inquiry terbimbing (guinded inquiry), Inquiry siswa mandiri
(student directed inquiry), dan penelitian siswa (student research).
Klasifikasi Inquiry menurut Bonnstetter (2000) didasarkan pada tingkat kesederhanaan
kegiatan siswa dan dinyatakan sebaiknya penerapan Inquiry merupakan suatu kontinum yaitu
dimulai dari yang paling sederhana dahulu.
1. Traditional Hands-On
Praktikum (traditional hands-on) adalah tipe Inquiry yang paling sederhana. Dalam
praktikum guru menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus
ditemukan siswa dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap. Pada tingkat ini komponen esensial
dari Inquiry yakni pertanyaan atau masalah tidak muncul, oleh karena itu, Martin-Hansen (2002),
menyatakan bahwa pratikum tidak termasuk kegiatan Inquiry.
2. Pengalaman Sains yang Terstruktur

Tipe Inquiry berikutnya adalah pengalaman sains terstruktur (structured science


experiences), yaitu kegiatan Inquiry dimana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan
prosedur sedangkan analisisi hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa.
3. Inquiry Terbimbing
Inquiry terbimbing (guided Inquiry), dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja
merumuskan prosedur, menganalisis hasl dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan
dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai
fasilisator.
4. Inquiry Siswa Mandiri
Inquiry siswa mandiri (student directed inquiry), dapat dikatakan sebagai inquiry penuh
(Martin-Hansen, 2002) karena pada tingkatan ini siswa bertanggung jawab secara penuh
terhadap proses belajarnya, dan guru hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan
topik dan pengembangan pertanyaan. Tipe Inquiry yang paling kompleks ialah penelitian siswa
(student research). Dalam Inquiry tipe ini, guru hanya berperan sebagai fasilitor dan pembimbing
sedangkan penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh komponen Inquiry
menjadi tanggung jawab siswa.
Ahli lain yaitu Callahan, et al (1992) menyusun klasifikasi Inquiry lain yang didasarkan pada
variasi bentuk keterlibatannya dan intesitas keterlibatan siswa. Ada tiga bentuk keterlibatan siswa

dalam Inquiry yaitu :


Identifikasi Masalah
Pengambilan keputusan tentang teknik pemecahan masalah
Indentifikasi solusi tentatif terhadap masalah

1. Inquiry Tingkat Pertama


Inquiry tingkat pertama merupakan kegiatan Inquiry di mana masalah dikemukakan oleh
guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap
masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru. Inquiry tipe ini tergolong kategori
Inquiry terbimbing (guided Inquiry) menurut kriteria Bonnstetter (2000); Marten-Hansen (2002)
dan Oliver-Hoyo, et al (2004). Sedangkan Orlich, et al (1998) menyebutnya sebagai
pembelajaran penemuan (discovery learning) karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk
menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkannya kepadanya.
Dalam Inquiry terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan luaran
pembelajaran sudah dapat diprediksikan sejak awal. Inquiry jenis ini cocok untuk diterapkan

dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang
ilmu tertentu.
Orlich, et al (1998) menyatakan ada berberapa karakteristik dari Inquiry terbimbing yang

perlu di perhatikan yaitu :


Siswa mengembangkan kemampuan berfikir melalui observasi spesifik hingga membuat

inferensi atau generalisasi.


Sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek kemudian menyusun

generalisasi yang sesuai.


Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran, misalnya kejadian, data, materi dan

berperan sebagai pemimpin kelas.


Tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di

dalam kelas.
Kelas diharapkan sebagai laboratorium pembelajaran.
Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa.
Guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat
dimanfaatkan oleh seluruj siswa dalam kelas.

2. Inquiry Bebas
Inquiry tingkat kedua dan ketiga menurut Callahan, et al (1992) dan Bonnstetter (2000)
dapat dikategorikan sebagai Inquiry bebas (unguided Inquiry) menurut definisi Orlich, et al
(1998). Dalam Inquiry bebas, siswa difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi masalah dan
merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan
merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan
merancang cara untuk menguji gagasan tersebut. Untuk itu siswa diberi motivasi untuk melatih
ketrampilan berpikir kritis seperti mencari informasi, menganalisis argumen dan data,
membangun dan mensintesis ide-ide baru, memanfaatkan ide-ide awalnya untuk memecahkan
masalah serta mengeneralisasikan data. Guru berperan dalam mengarahkan siswa untuk
membuat kesimpulan tentatif yang menjadikan kegiatan belajar lebih menyerupai kegiatan
penelitian seperti yang biasa dilakukn oleh para ahli.

Berberapa karakteristik yang menandai kegiatan Inquiry bebas adalah :


Siswa mengembangkan kemampuan dalam melakukan observasi khusus untuk membuat

inferensi.
Sasaran belajar adalah proses pengamatan kejadian, obyek dan data yang kemudian

mengarahkan pada perangkat generalisasi yang sesuai.


Guru hanya mengontrol ketersediaan materi dan menyarankan materi inisiasi.

Dari materi yang tersedia siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa bimbingan guru.
Ketersediaan materi didalam kelas menjadi penting agar kelas dapat berfungsi sebagai

laboratorium.
Kebermaknaan didapatkan siswa melalui observasi dan inferensi serta melalui interaksi dengan

siswa lain.
Guru tidak membatasi generalisasi yang dibuat oleh siswa.
Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi yang dibuat sehingga dapat
bermanfaat bagi semua siswa dalam kelas.
Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi fokus kegiatan Inquiry harus dapat mengarahkan
siswa pada penentuan cara kerja yang tepat serta asumsi mengenai kesimpulan yang akan
diperoleh. Pertanyaan yang menjadi pangkal kegiatan Inquiry sangat penting bagi siswa yang
belum berpengalaman dalam belajar secara mandiri. Peran guru dalam melatih siswa untuk
menyususn pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penelitian sangat penting.
Dengan menentukan kriteria pertanyaan ilmiah dan tidak ilmiah, Marbach-Ad&Classen (2001)
hanya berhasil mengantarkan sekitar 41% mahasiswa tingkat awal untuk mampu merumuskan
pertanyaan yang dapat mengarahkan pada penelitian.
Fakta ini menunjukkan bahwa melatih siswa untuk merumuskan pertanyaan yang dapat
mendorong Inquiry tidak mudah. Oleh karena itu, guru harus berusaha mengembangkan Inquiry
mulai dari melatih siswa untuk merumuskan pertanyaan. Bagi siswa sekolah menengah
khususnya di Indonesia kegiatan Inquiry perlu dilatih secara bertahap, mulai dari Inquiry yang
sederhana (Inquiry-terbimbing) kemudian dikembangkan secara bertahap ke arah kegiatan
Inquiry yang lebih kompleks dan mandiri (Inquiry-Bebas).
Keterampilan Inquiry berkembang atas dasar kemampuan siswa dalam menemukan dan
merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ilmiah dan dapat mengarahkan pada kegiatan
penyelidikan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya. Schamel&Ayres (1992)
mengemkakan bahwa mengajarkan siswa bertanya sangat bermanfaat bagi perkembangannya
sebagai saintis karena bertanya dan memformulasikan pertanyaan dapat mengembangkan
kemampuan memberi penjelasan yang dapat diuji kebenarannya dan merupakan bagian penting
dari berfikir ilmiah. Marbach-Ad&Classen (2001) menemukan bahwa dengan melatih
pembelajar membuat pertanyaan atas dasar kritera-kriteria yang disusun oleh pengajar dapat
meningkatkan kemampuan Inquiry pembelajar. Oleh karena itu, pada tahap awal Inquiry guru
harus melatih siswa untuk mampu merumuskan pertanyaan dengan baik. Hal ini berkaitan

dengan kemampuan dasar siswa SMA yang umumnya masih sulit mengembangkan pertanyaanpertanyaan yang bersifat ilmiah dan memerlukan penyelidikan jawaban
(Butterner&Windschitl,2000). Dalam proses pembelajaran melalui kegiatan Inquiry siswa perlu
dimotivasi untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan Inquiry atau ketrampilan proses
sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan sikap ilmiah seperti menghargai gagasan orang lain,
terbuka terhadap gagasan baru, berfikir kritis, jujur dan kreatif (Prayitno,2004).

V.

Keunggulan Metode Inquiry

1. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat
mengerti tentang konsep dasar Ide-ide dengan lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan
terbuka.
4. Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
5. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
6. Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9. Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional.
10. Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi
11. Pengajaran berpusat pada diri pembelajar.
Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar dan makin sering
keterlibatan dan mengakomodasi informasi. pembelajar dalam kegiatan makin besar baginya
untuk mengalami proses belajar. Dalam proses belajar Inquiry, pembelajar tidak hanya belajar
konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri, pengendalian
diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial terpadu.
12. Pengajaran Inquiry dapat membentuk self concept (konsep diri), sehingga terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru, lebih kreatif, berkeinginan untuk selalu mengambil kesempatan
yang ada dan pada umumnya memiliki mental yang sehat.
13. Tingkat pengharapan bertambah, yaitu ada kepercayaan diri serta ide tertentu bagaimana ia dapat
menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri.
14. Pengembangan bakat dan kecakapan individu, lebih banyak kebebasan dalam proses belajar
mengajar berarti makin besar kemungkinannya untuk mengemangkan kecakapan, kemampuan
dan bakat-bakatnya.

15. Dapat memberi waktu pada pembelajar untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Belajar yang sesungguhnya yaitu jika pembelajar bereaksi dan bertindak terhadap informasi
melalui proses mental.
16. Dapat menghindarkan pembelajar dari cara-cara belajar tradisional yang bersifat hafalan.

VI.
1.
2.
3.
4.
5.

Kelemahan Metode Inquiry

Memerlukan waktu yang cukup lama.


Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.
Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.
Tidak efektif jika terdapat berberapa siswa yang pasif.
Diperlukan kesiapan mental untuk cara belajar. Dengan percaya diri yang kuat pembelajar harus

mampu menghilangkan hambatan.


6. Kalau pendekatan Inquiry diterapkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar yang besar,
kemungkinan besar tidak berhasil.
7. Pembelajar yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah dirancang pengajar,
biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. Lebih-lebih kalau harus belajar mandiri.
Dampaknya dapat mengecewakan pembelajar dan pengajar sendiri.
8. Lebih mengutamakan dan mementingkan pengertian, sikap dan ketrampilan memberi kesan
terlalu idealis. Ada kesan dananya terlalu banyak, lebih-lebih kalau penemuannya kurang
berhasil hanya merupakan pemborosan belaka.

I.

PENDAHULUAN
Pendekatan inkuiri pada prinsipnya telah lama digunakan dalam kehidupan manusia.
Tidak sedikit penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat berguna untuk
memperbaiki kehidupan manusia. Dalam kehidupannya, seseorang dalam keluarga sejak masa
kanak-kanak sering menanyakan sesuatu, mencoba melakukan sesuatu, sehingga ia memperoleh
kejelasan atau menemukan jawabannya dari apa yang ingin diketahuinya. Jadi, sebenarnya
potensi untuk menyelidiki dan menemukan sesuatu telah banyak dimiliki seseorang sejak kecil,
namun sering terhambat oleh lingkungan keluarga dan sekolah yang kurang memadai.
Orang tua sering tidak melayani atau merasa terganggu, takut rusak, rugi dan sebagainya,
apabila anaknya banyak bertanya, mencoba melakukan sesuatu yang mungkin sampai rusak.
Para guru umumnya kurang mengembangkan metode inkuiri ini sehingga para siswa di sekolah
lebih banyak bersifat menerima informasi. Maka hal ini banyak akan menghambat
perkembangan potensi siswa.
Pada makalah ini akan dibahas pengertian inkuiri, prinsip pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri, jenis-jenis pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, dan kelebihan dan kekurangan pendekatan inkuiri.

II. TUJUAN
1. Dapat memahami pengertian pendekatan inkuiri
2. Dapat mengetahui prinsip pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
3. Dapat mengetahui jenis-jenis pendekatan inkuiri dalam pembelajaran
4. Dapat memahami langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
5. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran
III. PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN SAINS
3.1 Pengertian Inkuiri
Pembelajaran berbasis inkuiri adalah metode pembelajaran yang dikembangkan sejak
tahun 1960. Metode pembelajaran ini dikembangkan untuk menjawab kegagalan bentuk
pengajaran tradisonal, di mana siswa dikehendaki untuk mengingat fakta-fakta muatan bahan
pengajaran. Pembelajaran inkuiri adalah suatu bentuk pembelajaran aktif, di mana kemajuan
dinilai dengan bagaimana siswa mengembangkan keterampilan eksperimental dan analitik dari
pada seberapa banyak pengetahuan yang mereka miliki.

Pembelajaran berbasis inkuiri atau sains berbasis inkuiri pada intinya mencakup
keinginan bahwa pembelajaran seharusnya didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan siswa.
Pembelajaran menginginkan siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah daripada
menerima pengajaran langsung dari guru. Guru dipandang sebagai fasilitator dalam
pembelajaran daripada bejana bagi pengetahuan. Pekerjaan guru dalam lingkungan pembelajaran
inkuiri adalah bukan menawarkan pengetahuan melainkan membantu siswa selama proses
mencari pengetahuan mereka sendiri.
Penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran dilandasi pandangan
konstruktivisme. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang
sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan
yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan
terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah ini, dapat dikatakan
bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Pembelajaran berbasis inkuiri telah berpengaruh besar dalam pendidikan sains, dan
biasa disebut sains berbasis inkuiri. Para ilmuwan biasanya menggunakan proses inkuiri dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dunia alam. Mereka menggunakan prinsipprinsip, konsep-konsep, dan teori-teori untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala yang
terjadi di alam semesta. Ketika siswa sedang belajar dengan menggunakan proses inkuiri, mereka
menggunakan ide-ide yang sama seperti ilmuwan gunakan bila mereka melakukan penelitian.
Siswa akan menjadi ilmuwan kecil.
Karakteristik dari pendekatan inkuiri ini adalah guru tidak mengkomunikasikan
pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar bagi mereka sendiri, kemudian topik, masalah
yang dipelajari, dan metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan dapat ditentukan
oleh siswa, dapat ditentukan oleh guru, dan dapat ditentukan bersama oleh siswa dan guru.
Pembelajaran inkuiri memberi tekanan pada ide-ide konstruktivis dari belajar. Kemajuan belajar
terbaik terjadi dalam situasi kelompok.
Inkuiri juga didefinisikan sebagai usaha mencari kebenaran, informasi, atau pengetahuan
dengan bertanya. Proses inkuiri memulai dengan mengumpulkan informasi dan data dengan
melibatkan panca indera seperti melihat, mendengar, menyentuh, merasakan dan mencium.

Sistem pendidikan tradisional telah terlaksana dalam cara yang menghilangkan semangat proses
alami dari inkuiri. Siswa menjadi cenderung kurang mengajukan pertanyaan. Dalam pengajaran
tradisional, siswa belajar bukan untuk bertanya banyak pertanyaan, melainkan mendengar dan
mengulang jawaban yang diharapkan.
Beberapa kehilangan semangat proses belajar sains muncul dari kurang pemahaman
tentang hakekat dari pembelajaran berbasis inkuiri. Bahkan hal ini cenderung memandang
sebagai kegagalan pembelajaran. Inkuiri yang efektif lebih daripada hanya bertanya. Suatu
proses yang kompleks terlibat bila setiap siswa berusaha untuk mengubah informasi dan data ke
dalam pengetahuan yang berguna. Penerapan pembelajaran inkuiri melibatkan beberapa faktor
seperti suatu konteks untuk pertanyaan, kerangka pertanyaan, fokus pertanyaan, dan tingkat
perbedaan pertanyaan. Pembelajaran inkuiri yang dirancang baik menghasilkan bentuk
pengetahuan yang dapat diterapkan secara luas.
Pendekatan inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa
dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Menurut Sund (1975), inkuiri adalah
proses mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Contoh
konsep: inti sel, kecepatan, panas, energi, masyarakat, demokrasi, tragedi, reaksi, segitiga, dan
lain-lain; contoh prinsip: logam bila dipanasi memuai, atau lingkungan berpengaruh terhadap
organisme; contoh proses-proses mental: mengamati, menggolong-golongkan, membuat
dugaan/menduga, menjelaskan, mengukur, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
3.2 Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri
Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan pendekatan yang menekankan kepada
pengembangan intelektual peserta didik. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan pendekatan pembelajaran inkuiri:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari pendekatan inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.
Dengan demikian pendekatan pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan dan proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana peserta didik dapat
menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana peserta didik beraktivitas mencari dan
menemukan sesuatu. Makna dari sesuatu yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui proses

berpikir adalah sesuatu yang dapat ditentukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu
setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.
b. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara peserta
didik maupun interaksi peserta didik dengan guru bahkan interaksi antar peserta didik dengan
lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru
perlu mengarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui
interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang
mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri.
c. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri
adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu,
kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis
dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk
meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan
atau bertanya untuk menguji.
d. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir
(learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri
maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa
anak untuk berpikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Oleh
karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan,
misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur
estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
e. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin
saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah

pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis
yang diajukan.
3.3 Jenis-jenis Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri
Metode penemuan (inkuiri) terdiri atas beberapa jenis. Ada jenis metode penemuan yang masih
banyak dibimbing atau diarahkan guru, tetapi ada pula jenis metode penemuan di mana siswa
banyak diberi kebebasan dan dilepas oleh guru dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajarnya.
Moh. Amin menguraikan jenis-jenis inkuiri yang dapat dilakukan seperti berikut:
1. Guided Inquiry (inkuiri terbimbing)
Pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry sebagian besar perencanaan dibuat oleh
guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas
kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup
luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
Umumnya guided inquiry dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a.

problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan
biasa.

b. konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan belajar harus
dituliskan dengan jelas dan tepat.
c.

alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa, untuk melakukan kegiatan

d. diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk
didiskusikan sebelum para siswa melakukan kegiatan inkuiri
e.

kegiatan metode inkuiri oleh siswa berupa kegiatan percobaan penyelidikan yang dilakukan oleh
siswa untuk menemukan konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru

f.

proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang mental operation siswa yang diharapkan
selama kegiatan berlangsung

g. pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan yang mengarah kepada
pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa
h. catatan guru berupa catatan-catatan yang meliputi:
penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan-kegiatan/pelajaran

isi/materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan


faktor-faktor variabel yang dapat mempengaruhi hasil-hasilnya terutama penting sekali apabila
kegiatan percobaan/penyelidikan tidak berjalan (gagal).
2. Modified inquiry
Dalam metode ini guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula
bahan atau alat-alat yang diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui
pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya.
Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara kelompok atau
perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, narasumber (resourse person), dan bertugas
memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.
Kegiatan-kegiatan belajar siswa terutama ditekankan dengan eksplorasi, merancang, dan
melaksanakan eksperimen.
Pada waktu siswa melakukan proses belajarnya untuk mencari pemecahan atau jawaban
masalah itu, bantuan yang dapat diberikan guru ialah dengan teknik-teknik pertanyaan, bukan
berupa penjelasan. Ini dimaksudkan agar siswa tetap dirangsang berpikir untuk mencari dan
menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Untuk itu berikanlah pertanyaan-pertanyaan
pengarah kepada pemecahan masalah yang perlu dilakukan siswa.
3. Invitation into inquiry
Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti
oleh ilmuwan. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan
melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk
melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin semua kegiatan berikut:
a.

Merancang eksperimen

b. Merumuskan hipotesis
c.

Menetapkan kontrol

d. Menentukan sebab dan akibat


e.

Menginterpretasi data

f.

Membuat grafik

g. Menentukan peranan diskusi dan simpulan dalam merencanakan penelitian


h. Mengenal bagaimana kesalahan eksperimental mungkin dapat dikurangi atau diperkecil
4. Pictorial riddle

Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk
mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam situasi kelompok kecil maupun besar.
Gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara
berpikir kritis dan kreatif siswa. Suatu riddle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan
poster, atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan riddle tersebut.
Dalam membuat rancangan (design) suatu riddle, guru harus mengikuti langkah sebagai berikut:
a. Memilih beberapa konsep atau prinsip yang akan diajarkan atau didiskusikan
b. Melukiskan suatu gambar, menunjukkan ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang
menunjukkan konsep, proses, atau situasi
c. Suatu proses bergantian adalah untuk menunjukkan sesuatu yang tidak sewajarnya, dan
kemudian meminta siswa untuk mencari dan menemukan mana yang salah dengan riddle
tersebut. Misalnya, tunjukkan suatu masyarakat petani di mana semua prinsip ekologi
disalahgunakan. Kemudian ajukan pertanyaan kepada siswa mengenai hal-hal apa yang keliru
atau salah dalam hubungan dengan segala sesuatu yang telah dilakukan di dalam komunitas
tersebut.
d. Membuat pertanyaan-pertanyaan berbentuk divergen yang berorientasi proses dan berkaitan
dengan riddle (gambar dan sebagainya) yang akan membantu siswa memperoleh pengertian
tentang konsep atau prinsip apakah yang terlibat di dalamnya.
3.4 Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran. Pada langkah pendekatan pembelajaran inkuiri, guru merangsang dan mengajak
siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat
penting. Keberhasilan pendekatan pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa
untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.
2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin
dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban
yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pendekatan inkuiri, oleh
sebab melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki yang
menjadi masalah dalam inkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus
dicari dan ditemukan.

3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk
berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari
kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu
permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia sampai pada posisi
yang dapat mendorong untuk berpikir lebih lanjut.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu,
tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Bahwa yang terpenting dalam
menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di
samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

Artinya jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan akhir dalam proses pembelajaran.
Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang
dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana
yang relevan.
3.5 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri
Kelebihannya:
Beberapa kelebihan metode ini ialah:
1. Strategi (model atau siasat) pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi
oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar
rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di mana
siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi dengan kadar proses mental yang lebih
tinggi atau lebih banyak.
2. Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered. Guru tidak lagi
mendominasi sepenuhnya kegiatan belajar siswa, tetapi lebih banyak bersifat membimbing dan
memberikan kebebasan belajar kepada siswa.
3. Keuntungan metode ini adalah:
a.

Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik

b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan dalam transfer kepada situasi-situasi proses belajar
yang baru
c.

Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri

d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri


e.

Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik

f.

Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

4. Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa menuju kepada pembentukan
manusia seutuhnya ( a fully functioning person); misalnya di dalam situasi inkuiri, siswa tidak

hanya belajar tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi ia juga mengalami proses belajar
tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi sosial.
5. Proses belajar melalui kegiatan inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada
diri siswa. Dengan demikian, secara psikologis diri peserta didik akan merasa aman, terbuka
terhadap pengalaman-pengalaman baru, berkeinginan untuk selalu mengambil dan
mengeksplorasi (menjelajahi) kesempatan-kesempatan yang ada, lebih kreatif, dan umumnya
memiliki mental yang sehat.
6. Menambah tingkat penghargaan siswa. Tidak sedikit siswa yang mengeluh karena dia tidak
dapat mengerjakan soal-soal dari guru, atau prestasi belajarnya tidak baik. Akan tetapi dengan
inkuiri mungkin saja dia dapat mengerjakan soal-soal itu atau prestasi belajarnya meningkat.
Sering kita dengar siswa berkata bahwa ia dapat mengerjakan tugas-tugas dengan caranya
sendiri. Ini berarti ada hal-hal tertentu yang ditemukannya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu.
7. Penggunaan inkuiri memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
8. Metode ini dapat mengembangkan bakat/kecakapan individu.
9. Metode ini dapat menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal) dan memberikan waktu
yang memadai bagi siswa untuk mengumpulkan dan mengolah informasi.
10. Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya
(tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.
Kekurangannya:
Kekurangan metode ini adalah:
1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara berpikir siswa yang menerima informasi dari guru secara
apa adanya, kalau guru tidak ada tidak belajar, ke arah membiasakan belajar mandiri dan
berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah
suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.
2. Guru juga dituntut mengubah kebiasaan mengajarnya yang umumnya sebagai pemberi atau
penyaji informasi menjadi sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar.
Inipun merupakan pekerjaan yang tidak gampang karena pada umumnya guru belum mengajar
dan belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah).

3. Metode ini banyak memberikan kebebasan kepada siswa dalam belajar, tetapi kebiasaan itu tidak
berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan baik dalam arti mengerjakannya dengan tekun,
penuh aktivitas, dan terarah.
4. Metode ini dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan berbagai sumber belajar dan fasilitas
yang memadai yang tidak selalu mudah disediakan.
5. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik seperti pada
waktu siswa melakukan penyelidikan dan sebagainya. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar)
dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.
6. Pemecahan masalah mungkin saja dapat bersifat mekanistis, formalitas, dan membosankan.
Apabila hal ini terjadi tidak menjamin penemuan yang penuh arti.
IV. PENUTUP
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Referensi:
Amin, Moh. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode
Discovery dan Inkuiri. Jakarta: Depdikbud.
Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sudirman, N., dkk. (1992). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://en.wikipedia.org/wiki/Inquiry-based_learning

http://www.thirteen.org/edonline/concept2class/inquiry/index_sub1.html

You might also like