You are on page 1of 24

TUGAS MANDIRI ILMU PERIODONSIA II

SISTEM PENGUNYAHAN

Oleh :
Kelompok A5
Edmond Pradipta A.
Annisa Mulia S.
Zhafira Rusydina
Ricky Wibowo
Dania Maharani
Putri Qomaria Andarini
Stefanus Ferry S.
Karta Sudibyo W.

021111033
021111034
021111035
021111036
021111037
021111038
021111039
021111040

DEPARTEMEN PERIODONSIA
FKG UNAIR 2013 / 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sistem pengunyahan adalah suatu proses menghancurkan partikel makanan

di dalam rongga mulut yang bertujuan untuk mengubah ukuran dan konsistensi
makanan sehingga membentuk bolus yang mudah untuk ditelan. Penghancuran
makanan dilakukan oleh gigi-geligi dengan bantuan otot-otot mastikasi
(pengunyahan), yang didukung oleh pergerakan kondilus mandibula terhadap
artikular pada tulang tengkorak. Gerakan artikulasi temporomandibula adalah
gerakan kapitulum mandibula, gerakan memundurkan mandibula dan kiri dan
kanan serta gerakan rotasi dan meluncur. Mengunyah terdiri dari beberapa tahap,
yaitu tahap membuka mandibula, tahap menutup mandibula dan tahap berkontak
gigi antagonis satu sama lain atau kontak gigi dengan bolus makanan.
Sistem pengunyahan terdiri dari sendi temporomandibular (TMJ), otot-otot
pengunyahan, gigi geligi dalam rongga mulut, suplai darah serta sistam saraf yang
mendukung semua struktur. Kemampuan untuk memahami anatomi dan fungsi
dari sistem pengunyahan serta menafsirkan dengan benar terkait informasi
diagnostik merupakan prasyarat untuk memenuhi standar komprehensif
perawatan. Disfungsi sistem pengunyahan mengakibatkan tekanan nonfungsional
yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan patologis dalam sendi
temporomandibular, otot-otot pengunyahan, permukaan oklusal gigi, dan
periodontal jaringan pendukung. (Carranza, 2012)
Makalah ini dibuat untuk membahas komponen pendukung pada sistem
pengunyahan dalam segi struktur anatomi dan fungsionalnya, gangguan yang
dapat terjadi pada sistem pengunyahan dan faktor pencetusnya, serta cara evaluasi
komprehensif yang akan dapat diaplikasikan di kemudian hari.

1.2

Tujuan
1.
2.
3.
4.

Menjelaskan struktur anatomi sistem pengunyahan.


Menjelaskan fungsi dari sistem pengunyahan.
Menjelaskan gangguan sitem pengunyahan dan penyebabnya
Menjelaskan cara evaluasi komprehensif pada
gangguan sistem
pengunyahan.

1.3

Manfaat
Mengetahui

struktur

anatomi,

fungsi,

komprehensif pada sistem pengunyahan.

BAB II

gangguan

serta

perawatan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Sistem Pengunyahan

2.1.1 Temporomandibular Joint


Fungsi yang harmonis dari TMJ adalah hasil dari koordinasi antara otot
pengunyahan yang diatur oleh system saraf. Pengetahuan yang baik mengenai
hubungan antara TMJ dengan otot dan sarafnya akan membantu dalam
menentukkan diagnosis yang efektif.
2.1.1.1 Anatomi Temporomandibular Joint
TMJ adalah salah satu sendi pada tubuh manusia yang memiliki struktur
kompleks. Sendi ini dapat bergerak berotasi (hinging/rotation) dan translasi
(gliding), selain itu sendi ini berhubungan dengan tekanan yang besar yang
berasal dari otot pengunyahan. TMJ dibentuk oleh kepala condyle mandibular
yang terletak pada fossa tulang temporal. Badan dari mandibular mengubungkan
kedua condyle sehingga kempampuan condyle sangat bergantung kepada condyle
lainya. Sela antara kepala kondili dan permukaan articular dari tulang temporal
(kepala) adalah diskus artikuler yang terdiri dari jaringan ikat padat. Permukaan
sendi pada tulang biasanya berbentuk convex (cembung) pada keadaan sehat,
sehingga struktur bikonkaf dari diskus artikuler dapat mengkompensasi kedua
sendi yang cembung tersebut. Permukaan sendi pada condyle dan tulang
tengkorak terdiri dari jaringan ikat fibrosa, sehingga tulang-tulang tersebut lebih
resisten terhadap kerusakan dan dapat memperbaiki diri. Pada bagian superfisial
jaringan ikat, tulang rawan artikular memberikan sel dan struktur basis untuk
respon terhadap fungsi penerimaan beban (loading) dan pergerakan TMJ.
Ligamen pada diskus dan perlekatan pada kapsul beserta diskus itu sendiri
menjadi pemisah antara sendi superior dan sendi inferior. Sebagai lubrikasi pada
sendi TMJ,

terdapat cairan synovial yang dihasilkan oleh sel endotel yang

terdapat pada setiap cavity dan pada bagian anterior jaringan retrodiscal.

Gambar 1 : Anatomi Temporomandibular Joint

Gambar 2 : Anatomi Temporomandibular Joint dari sisi lateral

2.1.1.2 Persarafan Temporomandibular Joint


Persarafan sensorik dari sendi temporomandibular berasal dari cabang
auriculotemporal dan masseter dari saraf V3 atau cabang mandibula dari saraf
trigeminal). Ini hanya persarafan sensorik. Mekanisme spesifik proprioception

pada sendi temporomandibular melibatkan empat reseptor. Ruffini berfungsi


mechanoreceptors statis yang terletak pada mandibula. Corpuscles pacinian adalah
mechanoreceptors dinamis yang mempercepat gerakan. Organ Golgi tendon
berfungsi mechanoreceptors statis untuk perlindungan bagi ligamen di sekitar
sendi temporomandibular. Free nerve ending adalah reseptor rasa sakit untuk
sistem pertahanan dari sendi temporomandibular sendiri.
2.1.1.3 Suplai Darah Temporomandibular Joint
Suplai darah pada TMJ didapat dari cabang-cabang arteri karotid eksternal,
dan yang paling dominan adalah cabang temporalis superfisial. Cabang lain dari
arteri karotid eksternal yaitu: arteri dalam auricular, arteri timpani anterior, naik
arteri faring, dan rahang atas arteri-mungkin juga berkontribusi terhadap suplai
darah arteri sendi.

2.1.2 Sistem Otot dan Saraf Pengunyahan


Pada dasarnya otot-otot pengunyahan dikelompokkan menjadi otot elevator
dan otot depressor. Otot yang bertanggung jawab untuk mengangkat mandibula
adalah masseter, pterygoideus medialis, dan beberapa dari otot temporal. Gerakan
elevasi mandibula disebabkan oleh adanya kontraksi otot masseter, otot temporalis
dan otot pterigoideus medialis, sedangkan otot pterigoideus lateralis dalam
keadaan relaksasi. Saat rahang sedang tertutup perlahan, otot temporalis dan otot
masseter juga berkontraksi membantu gigi geligi saling berkontak pada oklusi
normal. (Carranza, 2012)
Serat otot temporalis di bagian posterior juga berperan pada pergerakan
mandibula ke arah posterior. Kumpulan otot masseter di daerah dalam juga
berperan dalam pergerakan mandibula ke arah posterior ketika kumpulan otot di
bawahnya menyeimbangkan kepala kondilus terhadap eminensia artikular. Otot
pterygoideus lateralis diketahui memiliki 2 fungsi yang berbeda, yaitu otot
pterygoideus lateral inferior dan otot pterygoideus lateral superior, yang memiliki
cara kerja berbeda dan fungsi yang berlawanan satu sama lain. Otot pterygoideus

lateralis inferior berperan dalam menurunkan dan menggerakkan mandibula ke


arah posterior. Sedangkan otot pterygoideus lateralis superior yang tidak
berkontraksi selama pergerakan depresi mandibula, berkontraksi bersamaan
dengan otot-otot elevator menguatkan pertahanan kondilus secara antero-medial.
(Carranza, 2012)
Persarafan motorik dan sensorik dari TMJ dan sistem mastikasi yang lain
dilayani oleh struktur persarafan trigeminal. Persarafan pada kedua ligamen
kapsul dan ligamen diskus menerima stimuli proprioseptif yang berkaitan dengan
letak persendian. Neuron eferen atau motorik menyebabkan kontraksi otot ketika
merespon stimuli dari kortikal pusat dan merespon stimuli afferen pada aktivitas
refleks. (Carranza, 2012)
Persepsi nyeri menyebabkan refleks nosiseptif untuk membuka mulut secara
cepat yang melibatkan kontraksi otot-otot depressor dan supresi otot-otot elevator,
konsisten dengan refleks protektif lainnya dalam sistem muskuloskeletal. Refleks
protektif dapat ditekan pada individu yang mengalami parafungsi oklusal kronis
(seperti clenching dan grinding). Persepsi terhadap tekanan merupakan fungsi dari
beberapa mekanoreseptor pada ligamen periodontal saat gigi geligi dalam keadaan
kontak. (Carranza, 2012)
Diskriminasi gigi berdasarkan gigi yang spesifik saat kontak, arah dari gaya
tekan, intensitas tekanan dan pengaruhnya pada aktivitas otot telah dibuktikan
pada penelitian populasi manusia dan penelitian binatang coba. Kedua penelitian
dan pengamatan klinis tersebut menunjukkan bahwa kontraksi otot elevator
ditekan saat gigi anterior mendorong disclusion atau memisahkan gigi posterior
saat penyimpangan pergerakan mandibula. Pasien dengan riwayat bone loss yang
signifikan, gangguan integritas ligamen periodontal disertai inflamasi yang
signifikan, atau parafugsi oklusal kronis dapat mengalami regulasi aktivitas otot
yang berkompromi. (Carranza, 2012)

2.2

Centric Relation
Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu

mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondili berada dalam posisi
bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini
sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat
pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat gigi
supraposisi ataupun overhanging restoration.(Hamzah, 2009)
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: (Hamzah, 2009)
1. Intercupsal Contact Position (ICP) adalah kontak maksimal antara gigi
geligi dengan antagonisnya.
2. Retruded Contact Position (RCP) adalah kontak maksimal antara gigi
geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun
rahang bawah masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
3. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada
saat rahang bawah digerakkan ke anterior.
4. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada
saat rahang bawah digerakkan ke lateral.
Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan rahang
bawah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (Hamzah, 2009)
1. Bilateral Balanced Occlusion, bila gigi geligi posterior pada saat kerja
dan sisi keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak.
2. Unilateral Balanced Occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja
kontak dan sisi keseimbangan tidak kontak.
3. Mutually Protected Occlusion, dijumpai kontak ringan pada gigi geligi
anterior, dan sedang pada gigi geligi posterior.

2.3

Biomekanik Sistem Pengunyahan


Pengunyahan adalah proses menghamcurkan partikel makanan di dalam

mulut, dibantu dengan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar ludah sehingga
merubah ukuran dan konsistensi makanan yang akhirnya membentuk bolus yang
mudah untuk ditelan. Penghancuran makanan dilakukan oleh gigi geligi dengan
bantuan otot-otot pengunyahan dan pergerakan kondilus mandibula melalui
artikulasi temporomandibula. Gerakan artikulasi temporomandibula adalah
gerakan kapitulum mandibula yang terjadi pada waktu mengunyah seperti gerakan
memajukan mandibula, gerakan memundurkan mandibula dan gerakan mandibula
ke samping kiri dan kanan. (Tortora, 1987)
Mengunyah terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap membuka mandibula,
menutup mandibula dan tahap berkontaknya gigi antagonis satu sama lain atau
kontak gigi dengan bolus makanan, dimana setiap tahap mengunyah berakhir 0,51,2 detik. (Runkat, 1998)
Otot-otot yang terutama bertanggung jawab untuk menggerakkan mandibula
selama proses pengunyahan adalah muskulus masseter, muskulus temporalis,
muskulus

pterygoideus

lateralis,

muskulus

pterygoideus

medialis.

Otot

pengunyahan tambahan seperti muskulus mylohyoideus, muskulus geniohyoideus,


muskulus stylohyoideus, muskulus infrahyoideus, muskulus buksinator dan
labium oris.(Dixon, 1986)
Selama proses pengunyahan, otot yang aktif pada saat gerakan membuka
mandibula adalah muskulus pterygoideus lateralis. Pada saat bersamaan muskulus
temporalis, muskulus masseter, dan muskulus pterygoideus medialis yang
berlangsung cepat dan lancar tidak melakukan aktivitas atau menjadi relaksasi
selama mulut dalam keadaan terbuka, baik ketika mulut terbuka perlahan atau
terbuka secara maksimal.(Dixon, 1986)
Gerakan menutup mandibula disebabkan oleh kontraksi muskulus masseter,
muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis, sedangkan muskulus
pterygoideus lateralis dalam keadaan relaksasi. Sementara mandibula tertutup

perlahan, muskulus temporalis dan muskulus masseter juga berkontraksi


membantu gigi-geligi saling berkontak pada oklusi normal. (Salzmann, 1957)
Selain peranan dari otot-otot, kondilus mandibula juga mempunyai peranan
dalam membuka dan menutup mulut dengan melakukan gerakan memutar dan
meluncur. Kepala kondilus sewaktu terjadinya proses pengunyahan melakukan
gerakan ke arah lateral atau ke arah sisi kerja, gerakan ini disebut dengan gerakan
bennet. (Ritonga, 1996)
Pergerakan dari pembukaan mandibula diikuti oleh peluncuran dari
prossesus kondilus dan meniskus ke depan dan ke belakang sepanjang tuberkulum
artikularis. Pergerakan dari penutupan mandibula diikuti tertariknya prossesus
kondilus dan meniskus ke atas dan ke bawah sepanjang tuberkulum artikularis di
dalam fossa mandibula bersama dengan pergerakan serat. Pergerakan dari
memajukan mandibula terjadi karena tertariknya kondilus dan meniskus ke depan
sepanjang tuberkulum artikularis. Pergerakan dari memundurkan mandibula oleh
serat-serat posterior dari muskulus temporalis yang menarik kondilus dan
meniskus ke belakang dan ke atas sepanjang tuberkulum artikularis, muskulus
masseter mempertahankan kontak gigi-geligi. Pergerakan mandibula ke samping
oleh aktivasi muskulus pterygoideus medialis dan muskulus pterygoideus lateralis
pada satu sisi, dimana prossesus kondilaris an diskus artikularis akan terdorong ke
depan dan ke eminensia artikularis.(Anderson, 1986)
Lidah berperan penting selama proses pengunyahan, karena lidah berfungsi
membawa dan mempertahankan makanan diantara permukaan oklusal gigi-geligi,
membuang objek seperti biji, benda asing, fragmen tulang dan substansi yang
tidak enak rasanya, serta berfungsi untuk membawa massa makanan yang sudah
dikunyah ke palatum sebelum akhirnya ditelan. Lidah juga berperan penting
dalam mempertahankan kebersihan mulut, yaitu untuk menghilangkan debris
makanan pada gingiva, vestibulum, dan dasar mulut. (Dixon, 1986)

2.4

Disfungsi dan Deterioration


Idealnya, fungsi tidak pernah melebihi integritas atau batasan adaptif

elemen struktural dari sistem pengunyahan. Pengalaman klinis


bahwa toleransi komponen pengunyahan yang

menunjukkan

sistem dapat dilampaui oleh

trauma akut dan trauma kronis. Trauma akut pada daerah kepala dan leher dapat
berasal dari sumber berbeda, seperti kecelakaan atau pukulan ke wajah, dan
penggunaan berlebihan. Trauma akut dapat menjadi kejadian awal mengarah pada
kronis kondisi, sehingga dokumentasi yang akurat dan monitor secara cermat
dapat membuktikan gejala atau disfungsi yang ada.
Trauma kronis didefinisikan sebagai pengalaman yang berulang-ulang
melebihi toleransi dari struktur sistem pengunyahan yang terkena dampak.
Tekanan postural dan kebiasaan oklusal parafunctional, dengan atau tanpa
diskrepansi oklusal, dapat menghasilkan ketidakharmonisan muskuloskeletal dan
ketidakstabilan ortopedi dari TMJ.
2.4.1 Kelainan Temporomandibular Joint
Gangguan hubungan atau keselarasan dari kondilus, disk, dan permukaan
artikular tulang temporal biasanya disebut gangguan intracapsular atau kekacauan
internal TMJ. Ketika disk tidak dapat kembali ke hubungan normal dengan
kondilus pada penutupan penuh dari mulut, itu dianggap akan mengalami
dislokasi. Perpindahan disk progresif paling sering dimulai pada aspek lateral dan
terjadi dalam anterior dan arah medial karena penyisipan serat otot ke
anteromedial aspek disk dan variabilitas dilaporkan dalam perlawanan lampiran
dari aspek lateral disckus tersebut. Peregangan dari jaringan retrodiscal dan
ligamen kolateral memungkinkan diskus salah tempat dan fungsi terbatas karena
sakit akibat kekuatan tekan pada jaringan retrodiscal. Pada beberapa tahap
pembukaan, elastisitas sisa jaringan retrodiscal dan ketegangan ligamen kapsul
dapat menarik disk ke kepala kondilus, sering dengan suara yang jelas. Penutup
maka hasil dalam disk lagi menjadi dislokasi anterior, dengan suara bersama
umum sering disebut sebagai resiprokal klik (Gambar 3).

Gambar 3 : A, klik Reciprocal terjadi ketika kondilus bergerak ke disk artikular dari posisi
belakang band posterior disc dan kemudian, B, klik off disk ketika kondilus bergerak kembali. Hal
ini terjadi sebagai kondilus translasi ke depan dan kembali dalam pembukaan dan penutupan
gerakan.

Ketika disk tetap berada pada anterior kepala kondilus selama rotasi dan
jangkauan terbatas dari translasi terjadi, kondisi ini disebut close lock atau
kesalahan tempat disk (dislokasi) tanpa reduksi (Gambar 4).

Gambar 4 : A, kondilus berada di fossa pada jaringan retrodiscal dengan disk tertinggal di anterior
kepala kondilus. B, Selama translasi, disk lebih jauh dislokasi, membatasi pembukaan penuh
mandibula.

Bila intensitas dan durasi fungsional dan disfungsional loading TMJ cedera,
agen molekuler muncul untuk aktif dalam degenerasi sendi. Radikal bebas,
berbagai enzim katabolik, neuropeptida, estrogen, sitokin, dan prostaglandin yang
terlibat dalam reaksi inflamasi yang berdampak pada permukaan artikular dan
cairan sinovial. Kehilangan kemampuan cairan sinovial untuk melumasi
permukaan artikular dapat mengakibatkan kepatuhan dari disk. Batasan rotasi
terjadi dengan kepatuhan antara disk dan kondilus, sedangkan fiksasi disk
terhadap fossa memungkinkan rotasi tetapi tidak memungkinkan disk untuk
bergerak maju selama translasi.

2.4.2 Kelainan Selain Disebabkan Temporomandibular Joint


2.4.2.1 Hubungan oklusi gigi
Penelitian prospektif akhir-akhir ini menemukan hubungan yang lemah
dengan ketidakharmonisan oklusal, tetapi korelasi yang signifikan dengan
keduanya melaporkan bruxism dan indeks memakai gigi dan gejala TMD
dibenarkan. Ketika disfungsi TMJ dapat berkorelasi dengan hubungan oklusal
tertentu, tren adalah untuk mengakui bahwa ketika inklinasi gigi posterior
mendominasi fungsi oklusal, keharmonisan pengunyahan sistem terganggu.
Istilah umum untuk parafungsional oklusal yang digunakan dalam teks ini
termasuk bruxism, pengasahan gigi, dan klensing, di mana orang memegang gigi
dengan kuat bersama-sama dengan kekuatan yang signifikan. Bruxism biasanya
dikonfirmasi dengan mengamati keausan gigi yang berlebihan. Jenis klensing dari
parafungsional dapat dibedakan dari penggilingan gigi dan tampaknya lebih
sering dikaitkan dengan gangguan sistem pengunyahan. Bruxism saat tidur dapat
mencakup kedua rahang gigi grinding dan klensing dan tampaknya terjadi
terutama di tahap 1 dan tahap 2 ( [ rapid eye movement ] non - REM ) tidur.
Kejadian ini sering terjadi dalam hubungan dengan otak pendek dan jantung
reactivations disebut micro-arousals" otot pengunyahan aktivitas ritmik relatif
umum di kalangan non-bruxers, tetapi frekuensi dan intensitas kontraksi otot
secara substansial lebih besar untuk yang bruxer tidur. Generator pola pusat
batang otak tidak memodulasi atau mengurangi kontraksi otot selama tidur seperti
yang terjadi saat bangun tidur.
2.4.2.2 Otot Pengunyahan
Kelainan otot TMJ menjadi keluhan yang paling umum terjadi pada pasien.
Dua pengamatan utama mengenai otot adalah kelainan fungsi tubuh dan rasa
sakit. Kasus sederhana kelainan TMJ jenis ini adalah disebabkan oleh penggunaan
yang berlebihan pada otot tersebut. Penyebab umumnya seperti mengunyah
permen karet secara terus-menerus, kebiasaan menggigit kuku dan pensil.
Kebanyakan kasus TMJ bukan merupakan kasus yang sederhana. Kelainan otot
dapat disebabkan karena infeksi/ peradangan, dan trauma yang menyebabkan

terbentuknya fibrosis pada otot sehingga otot tidak bebas bergerak dan
menyebabkan rasa sakit yang dikenal sebagai myofacial pain syndrom. (Ogus,
2010)
Pada akhir tahun 1950-an, Schwartz dkk menemukan bahwa ada pergeseran
perhatian dari faktor oklusi menjadi peranan otot-otot mastikasi. Menurut
Schwartz dkk (1975), rasa nyeri pada atau di dekat sendi disebabkan oleh fungsi
yang tidak terkordinasi atau tidak harmonis dari otot-otot mandibula.Mekanisme
terjadinya perubahan aktivitas otot, masih dalam perdebatan. Yemm (1976) tidak
menemukan bukti bahwa maloklusi dapat menimbulkan hiperaktivitas otot
melalui mekanisme reflek walaupun banyak yang mendukung pendapat klinis
kontemporer tersebut. (Ogus,2010)
2.4.2.3 Psikologis
Berdasarkan studi melalui Electromyography keadaan psikologis yang
terganggu dapat meningkatkan aktivitas otot yang bersifat patologis (Carlsson,
1999). Keadaan psikologis tersebut dapat mempengaruhi stress emosional dan
aktivitas parafungsional.
Stress

emosional

merupakan

penyebab

utama

disfungsi

sendi

temporomandibula (Stegenga, 1991). Stres emosional dapat menyebabkan


peningkatan aktifitas otot pada posisi istirahat atau bruxism atau keduanya, yang
dapat menimbulkan kelelahan yang berakibat pada spasme otot. Spasme otot yang
terjadi nantinya akan menimbulkan kontraktur, ketidakseimbangan oklusal dan
degeneratif atritis. Stres emosional juga dapat meningkatkan respon saraf simpatis
yang menyebabkan nyeri pada otot mastikasi. (Jerolimov, 2009)
Aktifitas parafungsional adalah semua aktifitas diluar fungsi normal (seperti
mengunyah, bicara, menelan) dan tidak mempunyai tujuan fungsional. Contohnya
adalah bruxism dan kebiasaankebiasaan lain seperti menggigit kuku, pensil,
bibir, mengunyah satu sisi, tongue thrust, dan bertopang dagu. Aktifitas yang
paling berat dan sering menimbulkan masalah adalah bruxism termasuk clenching
dan grinding (Wright, 2010). Bruxism adalah mengerat gigi atau grinding
terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah mempertemukan gigi atas

dan bawah dengan keras yang dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari.
Pasien yang melakukan clenching atau grinding pada saat tidur sering melaporkan
adanya rasa nyeri pada sendi rahang dan kelelahan pada otototot wajah saat
bangun tidur (Roda et al, 2007).

2.5

Orofacial Pain
Ketidaknyamanan yang berhubungan dengan gangguan sistem pengunyahan

adalah definisi dari nyeri orofacial. Nyeri yang berhubungan dengan disfungsi
TMJ adalah paling sering berasal dari otot. Sumber sakit gigi atau periodontal
harus diidentifikasi dengan informasi klinis, radiografi, dan / atau riwayat
penderita. Sumber nyeri nondental termasuk struktur TMJ, otot, struktur cervical,
neuropati, peradangan pembuluh darah, semua jenis sakit kepala, gangguan tidur,
gangguan sistemik, dan psychoimmune. (Carranza, 2002)
Sakit kepala dirasakan terutama dalam jalur saraf trigeminal, meskipun saraf
kranial dan servikal lainnya mungkin memberikan input sensorik nyeri. Nyeri
yang berasal dalam struktur sistem pengunyahan, yang juga dipersarafi oleh saraf
trigeminal, merupakan diferensiasi diagnostik dari sakit kepala. Sakit kepala dapat
hadir dalam berbagai bentuk dan dapat mempengaruhi persepsi nyeri dan
diagnosis asal nyeri.
Nyeri yang berasal dari gigi dan periodontal harus didefinisikan secara jelas
dan dibedakan dari serangan jantung, nyeri sinus atau nyeri lainnya. Nyeri
myofacial yang berasal dari nocioceptors pulpa atau periodontal akan dibedakan
dalam evaluasi klinis dan radiografi yang komprehensif. Nyeri orofacial yang
berasal dari TMJ atau otot-otot pengunyahan dapat terjadi sebagai produk dari
neoplasma, macrotrauma, microtrauma berulang, penyakit sistemik, atau anatomi.
Dalam struktur sendi, peradangan atau kompresi komponen vaskularisasi adalah
sumber langsung dari rasa sakit. (Carranza, 2002)
Sinovitis

atau

capsulitis,

dengan

atau

tanpa

osteoarthritis,

dan

polyarthritides adalah karakteristik dari nyeri lokal, membatasi rentang gerak dari
TMJ yang terkena dampak. Selain potensi untuk nyeri, gejala arthritis dapat

menyebabkan pembukaan terbatas pada mandibular, gangguan mekanika rahang


lainnya, dan karakteristik suara dari sendi akibat perubahan degeneratif atau
kontak langsung antara permukaan artikular.The American Academy of Orofacial
pain menyebutkan nyeri myofascial, myositis, myospasm, mialgia lokal, dan
kontraktur myofibrotic sebagai kategori utama kondisi orofacial pain. (Carranza,
2002)
Myostitis otot pengunyahan muncul dari trauma langsung atau infeksi di
dekat otot. Rasa sakit meningkat ketika melakukan gerakan rahang bawah,
sehingga membatasi jangkauan gerak. Spasme otot adalah kontraksi involunter
berkelanjutan yang mengakibatkan rasa sakit dan pemendekan dramatis dari otot
yang terkena. Myospasm otot pengunyahan sangat membatasi gerakan rahang
bawah dan dapat mengubah oklusi mendadak dengan onset cepat. (Carranza,
2002)
Myalgia lokal, bisa terjadi akibat iskemia atau kelelahan otot. Oklusal
parafungsionak, ketidakseimbangan metabolisme, dan pengaruh system saraf
simpatik dikaitkan dengan reaksi otot yang menyakitkan ini. Jangkauan terbatas
gerakan mandibula dapat menyebabkan fibrosis otot, menciptakan suatu kondisi
menyakitkan yang disebut myofibrotic contracture. (Carranza, 2002)
Kondisi sistemik yang dapat menyebabkan atau mempengaruhi individu
untuk regulasi nyeri meliputi gangguan tidur, fibromyalgia, depresi kronis,
sindrom kelelahan kronis, hipotiroidisme, aktivitas reseptor tiroid tidak memadai,
gangguan umpan balik prolaktin, sensitivitas epinefrin yang terkait dengan
prolaps katup mitral, sindrom pramenstruasi, androgen kelebihan pada wanita, dan
gangguan stres pasca trauma. (Carranza, 2002)

2.6

Evaluasi Komprehensif

2.6.1 Riwayat Pasien dan Anamnesa


Riwayat tertulis dan wawancara pribadi untuk pasien harus dirancang untuk
mengundang tanggapan terbuka dan refleksi oleh pasien pada pengalaman masa

lalu dan kondisi saat ini. Isu-isu ini harus didokumentasikan berkaitan dengan
waktu, durasi, frekuensi, dan hubungan dengan riwayat trauma atau keluhan yang
dialami.
2.6.2 Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan fisik sebenarnya dimulai selama anamnesa, ketika adanya
bentuk wajah yang asimetri, postur kepala, dan pola pergerakan rahang bawah
dapat diamati. Evaluasi klinis berbagai struktur dari sistem pengunyahan individu
untuk setiap praktisi, harus memberi kesempatan pasien untuk memahami dan
harus mencakup sebagai berikut
1. Pengamatan dan pengukuran ROM penuh mandibula.
2. Auskultasi dan palpasi ringan dari tiap TMJ di ROM penuh.
3. Load Testing setiap TMJ.
4. Palpitasi setiap otot pengunyahan serta otot kepala dan leher yang terkait.
5. Evaluasi semua jaringan lunak wajah, rongga mulut, dan orofaring.
6. Pemeriksaan periodontal dan gigi.
7. Analisis oklusal lengkap, termasuk model diagnostik dipasang secara
akurat.
Evaluasi TMJ dimulai dengan analisis ROM. Pengamatan proses membuka
dan menutup rahang bawah menunjukkan adanya gangguan intracapsular atau
inkoordinasi otot pengunyah. Rata-rata pembukaan maksimal umumnya adalah 50
mm, pembukaan kurang dari 40 mm menunjukkan pembukaan terbatas yang
disebabkan oleh gangguan sistem pengunyahan. Kisaran kanan dan kiri kunjungan
lateral biasanya sekitar 9 mm , dan tonjolan mandibula biasanya 7 mm . Batasan
dalam ROM mungkin normal untuk beberapa pasien, tetapi untuk sebagian besar,
pengamatan ini memiliki nilai diagnostik.
Auskultasi sendi dengan mendengarkan dengan stetoskop Doppler atau
instrumen lain, yang menguatkan suara bersama untuk kedua pasien dan dokter

gigi, dapat mengungkapkan diagnostik untuk berbagai kondisi. Intensitas dan sifat
dari setiap suara, klik, atau krepitasi harus dicatat secara akurat. Setiap suara
terdeteksi sebagai bagian dari evaluasi awal harus dilacak secara konsisten untuk
mendeteksi perubahan. Palpasi ketat dari TMJ dengan mulut tertutup dapat
menjadi tidak nyaman untuk pasien dengan peradangan pada struktur sendi atau
otot dangkal .
Load Testing TMJ adalah sarana untuk meraba kepala kondilus, permukaan
fossa glenoid, dan jaringan sela di antaranya, kecuali dalam kasus kontak tulangtulang. Dengan manipulasi mandibula bimanual, dokter gigi dapat memberi beban
sendi yang sama dan dapat mendeteksi resistensi atau ketegangan di kedua sisi.
Pasien dalam posisi telentang di kursi gigi untuk meminimalkan pengaruh
postural pada aktivitas otot. Kepala pasien yang difiksasi dengan dukungan dari
kursi dan dengan cara memeluk lengan terhadap dokter gigi atau perut. Jari tengah
dokter gigi menemukan notch pada mandibula dari anterior ke sudut , dan ibu jari
ditempatkan di dekat garis tengah di wilayah mental dari mandibula.

Gambar 5 : Bimanual manipulation load testing pada centric relation.

Awalnya dokter gigi memberikan panduan yang lembut untuk tindakan


rotasi mandibula, dengan gaya angkat sedikit diterapkan oleh jari-jari dan
kekuatan menekan sedikit menggunakan jempol. Jika pasien tetap nyaman,
kekuatan ditambahkan pada kedua titik, akhirnya dengan tekanan yang cukup
untuk load-test sendi. Dengan cakram avascular fibrous discs interposed,
kondilus

dalam

relasi

sentris,

dan

pemuatan

kedua

sendi

nyaman.

Ketidaknyamanan dapat terjadi dengan inkoordinasi otot atau bracing atau dengan
anterior bracing disc dan berusaha pemuatan jaringan retrodiscal vaskular dari
TMJ.
Palpasi otot merupakan teknik yang membutuhkan baik pengalaman dan
keahlian untuk mendapatkan informasi yang dapat diandalkan. Tekanan terlalu
sedikit tidak diagnostik nyeri otot sederhana atau kejang, sedangkan terlalu
banyak tekanan bisa melukai bahkan ketika otot normal dipaloasi. Dari luar, otot
yang teraba termasuk anterior, tengah, dan posterior temporalis, masseter bagian
dalam, anterior dan posterior digastrikus; sternokleidomastoid, trapezius, otot
leher posterior, dan insersi otot pterygoideus medial. Intraoral, masseter
mendalam diuji dengan tekanan meremas moderat , dan otot pterygoideus medial
diraba secara langsung di wilayah umum titik penyisipan untuk anestesi lokal
dengan blok mandibula. Otot pterygoideus lateralis sulit untuk teraba karena
dominasi pterygoideus medial di daerah yang sama. Palpasi superior dan distal ke
titik palpasi untuk pterygoideus medial dapat mencoba distal tuberositas
maksilaris. Menawarkan petunjuk resistensi bagi upaya pasien untuk menonjol
mandibula juga tes otot pterygoideus lateral. Baik metode evaluasi kemungkinan
nyeri otot pterygoideus lateralis benar-benar dapat diandalkan, meskipun
keduanya memberikan beberapa wawasan ke dalam statusnya otot.
Selama palpasi otot, dokter gigi mungkin dapat mendeteksi sebuah band
yang sangat kencang dan tidak nyaman dari serat otot. Kondisi ini merupakan
nyeri myofascial regional atau memicu titik mialgia, yang dapat bertanggung
jawab untuk rujukan nyeri pada gigi dan daerah orofasial lainnya. Diagnostik
injeksi anestesi lokal dapat efektif dalam mengidentifikasi nyeri trigger point dan
pola rujukan nyeri.
Analisis oklusal merupakan perpanjangan logis dari evaluasi gigi dan
periodonsium. Kegoyangan gigi dinilai dalam kedua mode statis dan dinamis.
Tekanan diterapkan pada gigi dengan benda perusahaan memungkinkan deteksi
gerakan baik melalui evaluasi visual dan taktil. Meminta pasien untuk bergerak
dalam kunjungan mandibula tetap menjaga kontak tegas menentang gigi juga
memungkinkan penilaian visual dan taktil.

Evaluasi fisik gigi dan setiap restorasi dapat mencerminkan riwayat trauma
atau pakaian. Pengamatan visual, pendaftaran dengan menandai kertas atau lilin,
dan penilaian elektronik kontak gigi sebagai pasien bergerak di semua kunjungan
dapat

mengungkapkan

ketidakharmonisan

cukup

untuk

menyebabkan

ketidakstabilan ortopedi baik TMJ.


Sementara mempertahankan hubungan centric, dokter gigi melanjutkan
pemeriksaan fisik dengan memposisikan kondilus dalam hubungan sepenuhnya
duduk tanpa kontak antar gigi, menggunakan manipulasi bimanual atau teknik
pengukur daun. Mandibula secara manual dipandu untuk menutup sampai pertama
kontak antar gigi terjadi. Jika posisi itu juga intercuspation maksimal, posisi
duduk kondilus dipertahankan. Jika kontak awal dalam hubungan sentris tidak
intercuspation maksimal, kondilus akan diarahkan dari posisi duduk sepenuhnya
ke

posisi

relatif

kalah

dengan

fossae

masing-masing,

mengakibatkan

ketidakstabilan ortopedi.
Untuk meningkatkan keandalan evaluasi ini, upaya deprogramming otot
dapat digunakan. Pendekatan paling sederhana adalah dengan menggunakan
gulungan kapas ditempatkan antara gigi anterior selama 5 sampai 15 menit untuk
memungkinkan relaksasi otot mungkin melalui menghindari proprioseptif atau
tekanan neurologis masukan. Sebuah akrilik prefabrikasi atau langsung palsu atau
komposit gigitan berhenti untuk gigi anterior menawarkan keuntungan yang sama.
Sebuah cara yang lebih kompleks untuk mengkonfirmasi tempat duduk dari
kondilus dalam hubungan sentris dicapai dengan oklusal alat relaksasi otot rahang
atau mandibula. Peralatan ini menyediakan cakupan penuh untuk masing-masing
lengkung oklusal dan kontak untuk setidaknya satu titik puncak atau tepi insisal
gigi lawan sehingga gigi terlindungi dari pergeseran spontan. Desain oklusal
memberikan disclusion segera semua gigi posterior dalam setiap kunjungan
protrusive atau lateral. Hal ini memungkinkan untuk deprogramming progresif
otot melalui keuntungan dari penurunan kontraksi otot dan masukan neurologis
berbahaya terbatas.
Model gigi harus akurat dipasang untuk diagnostik. Transfer facebow
menghubungkan pemain rahang atas dengan sumbu rotasi artikulator sebagai gigi

rahang atas berhubungan dengan kasus tengkorak. Dengan manipulasi bimanual


hati-hati atau penggunaan dari gigitan berhenti anterior, wafer transfer dihasilkan
dengan kondilus terpasang sepenuhnya pada fossa glenoid mereka. The rahang
atas dan gigi rahang bawah dari masing-masing model diagnostik kemudian
berhubungan satu sama lain dalam hubungan sentris, sebagaimana ditentukan oleh
posisi condylar. Mereka mungkin mengungkapkan perbedaan oklusal dalam
hubungan sentris, yang akan membutuhkan kompensasi oleh pasien.
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjuang pada saat mendiagnosa adanya kelainan TMJ
adalah pemeriksaan radiologis dengan teknik tertentu, antara lain :
1. Teknik untuk melihat jaringan lunak, terutama diskus artikularis adalah
magnetic resonance imaging ( MRI ).
2. Standar tertinggi saat ini untuk melihat gambaran radiologi jaringan
keras, seperti kondilus atau tulang temporal adalah computed
tomography (CT ).
3. Cone-beam CT (CBCT) telah menjadi jauh lebih mudah tersedia untuk
kedokteran gigi dalam beberapa tahun terakhir , dengan sistem perangkat
lunak mampu menampilkan data yang dikumpulkan baik sebagai
anteroposterior dan penggambaran cross-sectional dari kondilus dan
struktur tengkorak dengan gambar yang sama atau lebih baik kualitas
sebagai spiral CT. Sedikitnya eksposur radiasi dan biaya lebih murah
untuk pasien merupakan dua alasan untuk mendukung digunakan CBCT
daripada CT konvensional.
4. Arthrography masih digunakan untuk diagnostik tertentu, seperti diduga
adanya perforasi diskus artikularis, dan kedokteran nuklir telah
mengembangkan protokol untuk gambar TMJ untuk menentukan apakah
kerusakan aktif terjadi .
5. Meskipun film tomografi biasa kadang-kadang fitur beberapa peralatan
radiografi yang lebih baru, teknik yang paling mudah tersedia untuk
sebagian besar praktisi adalah radiografi panoramik. Gambar yang
dihasilkan menggambarkan hanya hubungan umum dan anatomi,
sehingga informasi yang diberikan harus digunakan hanya untuk tujuan

skrining. Ketika patologi atau deformasi ditandai disarankan oleh


radiograf panoramik, pencitraan diagnostik lebih lanjut dan prosedur
dapat dibenarkan.

BAB III

PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Kelainan sistem pengunyahan dapat disebabkan beberapa faktor seperti

kelainan TMJ, oklusi gigi, gangguan otot, serta psikologis. Orofacial pain
merupakan salah satu gejala yang disebabkan oleh beberapa faktor tersebut.
Evaluasi komprehensif perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab gangguan
sistem pengunyahan dan pemberian terapi yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, S. 1986. Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processes, 3rd edition. USA:
R.R Donnelley and Sons Company. p 233.
Carlsson, Magnuson T. 1999. Management of Temporomandibular Disorders in The General
Dental Practice. Germany: Quintessence Publishing. p. 19-23.
Carranza et al. 2002. Clinical Periodontology 9th ed. Philadelphia : WB. Saunders co. p. 398-402.
Carranza FA, Newman MG. 2012. Clinical Periodontology. 11th ed. Philadelpia: WB. Saunders
Co. p. 184-191.
Dixon, AD. 1986. Anatomi Untuk Kedokteran Gigi, 5th edition. p 266.
Hamzah, Zahreni drg, dkk. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Blog Stomatognatik. Jember:
Unej.
Jerolimov V. 2009. Temporomandibular Disorders and Orofacial pain. Medical Sciences; 33 : 5471.
Ogus H.D, Toller P. A. 1990. Gangguan sendi temporomandibula. Alih bahasa. Yuwono Lilian.
Jakarta : Hipokrates. p. 20-32, 33-42, 88-120
Ritonga, M. 1996. Arthrologi General dan Articulations Cranio Vertebralis. Medan. p 40.
Runkat, J. 1998. Mengatasi Gangguan Sendi Rahang (TMJ) sebagai Akibat Disfungsi Otot dalam
Rangka Optimalisasi Kesehatan pada Umumnya. J. Ked Gigi, Vol. 10, No. 4. Bandung. p
3.
Roda RP, Bagan JV, Fernandez JMD, Bazan SH, Soriano YJ. 2007. Review of temporomandibular
joint pathology. Part I: Classification, epidemiology and risk factor. Medicina Oral; 12 :
295-7.
Salzmann, JA. 1957. Orthodontic Principles and Prevention, 2nd edition. Philadelphia: J.B
Lippicontt Company. p 149.
Stegenga B. 1991. TMJ Osteoarthrosis and Internal Derangement, Diagnostic and Therapeutic;
Out come Assessment. Thesis. Groningen : Rijks Universiteit.
Tortora, GJ, Anagnostakos NP. 1987. Principles of Anatomy and Phisiology, 5th edition.
Philadelphia: Harper and Row. p 599.
Wright EF. 2010. Manual of Temporomandibular Disorder. USA: Wiley-Blackwell; p.54-73; 30315.

You might also like