Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Udang merupakan
revitalisasi
salah
perikanan
satu
di
komoditas
Indonesia.
unggulan
Kementrian
telah
terdiri
dan udang
2010). Keberhasilan
windu
Penaeus
produksi
Litopenaeus
monodon
tersebut
sangat
(KKP,
harus
Banyak
dihadapi
dalam
adanya
serangan
penyakit.
Penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dalam
budidaya udang vannamei (Litopennaeus vannamei). Tingginya
tingkat mortalitas udang budidaya diduga disebabkan oleh
infeksi virus maupun bakteri patogen. Nitimulyo et al. (2005)
menyatakan bahwa bakteri patogen yang umum menyerang
dalam budidaya perikanan adalah Vibrio alginolyticus, V.flufialis,
V. vulfinicus, dan V. ordalii. Epidemik yang banyak menyerang
budidaya udang adalah White Spot Syndrome Virus (WSSV),
Taura Syndrome Virus (TSV) dan Yellow Head Virus (YHV) (Smith
et al., 2003).
Salah
satu
upaya
dalam
penanggulangan
dan
tubuh
udang,
yaitu
dengan
menggunakan
tergantung
strain,
lingkungan
substansi
yang
aktif
pemeliharaan,
multiselular
secara
yang
imunologi.
penelitian
menunjukkan
bahwa
rumput
laut
akademika
dan
masyarakat
mengenai
penggunaan
BAB 2
METODE
Metode Penulisan
2.1.
Makalah
ini
ditulis
dengan
menggunakan
metode
dan
akurat
mengenai
fakta-fakta,
secara sistematis,
Sifat-sifat
serta
dalam
imunostimulan
penelitian
udang
dalam
vannamei
rangka
diantaranya
meningkatkan
Kappaphycus
imunostimulan
alami
dalam
meningkatkan
imunitas
udang
vannamei.
Pokok bahasan yang akan penulis coba paparkan adalah
mengenai Uji efektivitas aplikasi rumput laut laut dan ganggang
sebagai imunostimulan sistem pertahanan tubuh non spesifik
udang
L.
terhadap
vannamei
sistem
dapat
kekebalan
dilakukan
tubuh
dengan
pengamatan
nonspesifik
berdasarkan
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
3.1.1
: Animalia
Subkingdom
: Metazoa
Filum
: Artrhopoda
Subfilum
: Crustacea
Kelas
: Malascostraca
Subkelas
: Eumalacostraca
Superordo
: Eucarida
Ordo
: Decapoda
Subordo
: Dendrobrachiata
Famili
: Penaeidae
Genus
: Litopenaeus
5
Spesies
: Litopenaeus vannamei
3.1.2 Morfologi
Menurut Haliman dan Adijaya (2005), tubuh udang
vaname dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite
dan endopodite. Vaname memiliki tubuh berbuku-buku dan
aktifitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik
(moulting).
Farchan (2006) menerangkan bahwa, warna tubuh udang
vaname secara keseluruhan putih agak mengkilap dengan titiktitik warna hitam yang menyebar di sepanjang tubuhnya. Bagian
tubuh udang vaname dibagi menjadi 2 bagian, yang terdiri dari
kepala dan dada (cephalothorax) serta perut (abdomen).
1. Kepala (Thorax)
Cephalotorax disusun oleh kulit yang keras dan tebal
dengan kandungan utamanya chitin yang disebut carapace.
Bagian ujungnya terdapat antena sebanyak dua buah dan
rostrum yang bergerigi. Belakang rostrum terdapat sepasang
mata yang bertangkai berada di kanan dan kiri rostrum. Pada
bagian badan kepala bawah terdapat kaki jalan (pereopoda)
sebanyak 5 pasang, 2 pasang maxillae yang sudah mengalami
modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan (Farchan,
2006).
2. Perut (Abdomen)
Risaldi (2013) menerangkan bahwa, Abdomen terdiri dari
dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang
dan
bersama-sama telson.
ekor)
yang
membentuk
kipas
estuari
Kebiasaan Makan
golongan
omnivora
atau
bersifat
pemakan
segala.
memori,
spesifitas
dan
pengenalan
zat
asing
melalui
tindak
vaksinasi.
Induk-induk
ikan
yang
10
vaksinasi
adalah
untuk
memperoleh
umum,
peningkatan
manfaat
daya
tahan
vaksinasi
ikan,
antara
lain
pencegahan
dalam
efek
hal:
samping
dimatikan,
ekstrak
atau
bagian-bagian
tertentu
dari
oleh
limfosit
dan
kekuatannya
berikatan
dengan
antibodi. Faktor ikan meliputi antara lain, umur, jenis dan kondisi
fisiologis. Salah satu faktor lingkungan budidaya yang sangat
11
harus
optimal
bagi
proses
pembentukan
respon
dapat
bahwa
Candida
meningkatkan
utilis
dan
produksi
Saccharomyces
radikal
oksidatif,
dengan
mensintesis
antibodi,
melainkan
peningkatan
12
sering
dipakai
(lipopolisakarida),
dan
untuk
1,3
imunostimulasi
glukan
yang
adalah
LPS
diperoleh
dari
minggu
kepada
pendederan;
larva
kemudian
ikan
ketika
dihentikan
masih
dalam
pemberiannya,
hapa
diberikan
cara
aplikasi
imunostimulan
didasarkan
atas
infeksi
merupakan
yang
alternatif
harus
upaya
dilakukan
pengendalian
bersama
dengan
produksi
budidaya
melalui
peningkatan
Imunostimulan Alami
13
Imunostimulasi
biasa
dilakukan
dengan
pemberian
diperlukan
usaha
pencarian
sumber
alternatif
merupakan
sumber
senyawa
bioaktif,
yang
telah
terdeteksi dalam alga hijau, alga coklat dan alga merah yang
memproduksi berbagai karekteristik metabolit sekunder dengan
spektrum aktifitas yang luas. Dinding sel dari alga laut kaya akan
polisakarida sulfat (SPs) seperti karagenan yang terkandung
dalam alga merah, dan memiliki banyak senyawa bioaktif
menguntungkan sebagai anti koagulan, antiviral, antioksidan,
antikanker serta aktifasi modulasi imun (Wijesekara et al, 2011).
Rumput laut merupakan alga
multiselular yang
mengandung
substansi
yang
aktif
secara
imunologi.
penelitian
menunjukkan
bahwa
rumput
laut
14
pertahanan
seluler
yang
bersifat
non
spesifik.
dalam
resistensi
terhadap
Aktifitas Fagositosis
15
meningkatnya
aktivitas
fagositosis
sel-sel
hemosit.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
4.1
Spirulina sp Sebagai Imunostimulan
Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap
jumlah
total hemosit (THC) diperoleh bahwa, THC pada hari ke-10 pada
perlakuan A, B, dan C mengalami penurunan dibandingkan pada
hari ke-0. Berbeda dengan perlakuan A, B, dan C yang
mengalami penurunan, pada perlakuan D terjadi kenaikan THC
pada hari ke-10. Selanjutnya pada hari ke-20, THC mengalami
kenaikan pada perlakuan A, B, dan C, sedangkan pada perlakuan
D
mengalami
terlihat
mengalami
17
pengamatan
AF
menunjukkan bahwa
berpengaruh
nyata
sp.
pada
pakan berpengaruh
sangat
nyata
juga
fagositosis
dan
phenoloxidase
selama
Waktu
dengan Kontrol.
Kisaran
nilai
perlakuan
(5,470,15-9,570,15)106
sel/mL,
lainnya
hanya
sebesar
Pembongkaran
pda
ditunjukkan Gambar 4.
Meningkatnya sistem imun pada udang dapat dilihat dari
meningkatnya jumlah hemosit. Hemosit berperan dalam proses
fagositosis,
enkapulasi,
degranulasi
dan
agregasi
nodular
prophenoloxidase
18
dan
krustasea
(Sahoo
krustasea
sangat
terhadap
terjadi,
dalam
hemosit pada
menjaga
resistensi
hal
tersebut
dapat
hemosit
mengakibatkan
Moulla ,2000).
memfagositosis.
meningkatkan
Meningkatnya
total
hemosit
merangsang
juga
aktivasi
bertahan
terhadap serangan
dan phenoloxidase
berbeda
ini,
aktivitas
nyata
(p<0,05)
phenoloxidase
terjadi
(minggu 4)
19
dan
Mekanisme
sistem
imun
k-karagenan
dalam
dalam
meningkatkan
yang
tersebut
diberi
perlakuan karagenan,
mengindikasikan adanya
karagenan
peranan
L.
hal
reseptor
karang P.leniusculus,
protein
meningkat pada
(GBP)
-glucan
komplek
dan
dapat
-glucan
berikatan dengan
binding
menunjukkan
arginyl-glysylikatan
komplek
dalam
motif RGD.
20
4.3
Dictyota
sp,
Glacillaria
sp,
Padina
sp
dan
memegang
peranan
penting
dalam
respon
imun
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pemberian
udang.
Disamping
itu,
Subagiyo
(2009)
suplementasi
ekstrak
rumput
laut
guna
aktivitas
fagositosis
diberikan
sampai
g g-1 secara
22
g g-1, udang
23
g g-1, 4
masing-masing
hari.
Namun,
tidak
ada
duplicatum
sebagai
24
g g-1
25
g g-1 dan 2
g g-1, udang
26
BAB 5
KESIMPULAN
27
jumlah
total
hemosit
dan
peningkatan
mampu meningkatkan
pertumbuhan dan
resistensi
respons
udang
imun,
vaname,
dengan
secara
frekuensi
berulang,
pemberian selama
88,57% dan
14
pertumbuhan
kelangsungan
hidup
bobot
setelah
pada
dengan
phenoloxidase,
dan
THC-nya,
dan
g-1
ditingkatkan
meningkatkan
mempercepat
aktivitas
pernapasan.
L.
dan
pembersihan
fagositosis
yang
efisien.
L.
atau
injeksi
vannamei
28
meningkatkan
dengan
kemampuan
meningkatkan
THC,
aktivitas
phenoloxidase,
percepatan
respirasi,
dan
DAFTAR PUSTAKA
Alifuddin, M. 2002. Imunostimulasi pada hewan akuatik. Jurnal
akuakultur Indonesia.
Febriani, D, Sukenda dan Nuryati, S. 2013. Kappa-karagenan
sebagai Imunostimulan untuk pengendalian penyakit
infectious myonecrosis (IMN) pada udang vaname
Litopenaeus vannamei. Jurnal Akuakultur Indonesia.
29
Putri,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................
DAFTAR ISI............................................................
1. PENDAHULUAN .........................................................
1.1 Latar Belakang ................................................
1.2 Tujuan ..............................................................
2. METODE ....................................................................
30
ii
iii
1
1
2
3
KATA PENGANTAR
iii
31
Malang,
November
2014
Penulis
32
KELAS B
Oleh :
Muhammad Ikhwan I
146080100111021
33