You are on page 1of 16

MENGENAL BUAH NAGA

Buah naga atau dragon fruit memang belum lama dikenal, dibudidayakan, dan diusahakan di
Indonesia. Tanaman dengan buahnya berwarna merah dan bersisik hijau ini merupakan
pendatang baru bagi dunia pertanian di Indonesia dan merupakan salah satu peluang usaha
yang menjanjikan dan pengembangan tanaman buah naga sangat bagus dibudidayakan
didaerah tropis seperti di Indonesia.

Sejarah Penyebaran Buah Naga.


Tanaman kaktus ini berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah, dan Amerika Utara dan
saat ini sudah menyebar diseluruh penjuru dunia. Di daerah asalnya buah naga ini dinamai
pitahaya atau pitaya roja. Penduduk disana sering memanfaatkan buah ini untuk dihidangkan
sebagai buah konsumsi segar dimeja hidangan.

Tetapi dalam perkembangannya buah naga lebih dikenal sebagai tanaman dari Asia karena
sudah dikembangkan secara besar-besaran di beberapa Negara Asia terutama Negara Vietnam
dan Thailand. Pada awalnya tanaman ini ditujukan sebagai tanaman hias, karena bentuk
batangnya segitiga dan berduri pendek dan memiliki bunga yang indah mirip dengan bunga
Wijayakusuma berbentuk corong dan mulai mekar disenja dan akan mekar sempurna pada
malam hari. Karena itulah tanaman ini juga dijuluki night blooming cereus.

Nama buah naga atau dragon fruit mungkin disebabkan buah ini memiliki warna merah
menyala dan memiliki kulit dengan sirip hijau yang mirip dengan sosok naga dalam imajinasi
dinegara China. Dulu masyarakat China kuno sering menyajikan buah ini dengan
meletakkannya diantara dua ekor patung naga diatas meja altar dan dipercaya akan
mendatangkan berkah.

Seperti didaerah asalnya Mexico dan Amerika, meskipun awalnya tanaman ini ditujukan
untuk tanamanan hias dalam perkembangannya masyarakat Vietnam mulai mengembangkan
sebagai tanaman buah, karena memang bukan hanya dapat dimakan, rasa buah ini juga enak
dan memiliki kandungan yang bermanfaat dan berkhasiat. Maka tanaman ini mulai
dibudidayakan dikebun-kebun sebagai tanaman yang diambil buahnya.

Buah naga masuk atau mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 2000, dan bukan dari
budidaya sendiri melainkan di impor dari Thailand. Padahal pembudidayaan tanaman ini
relatif mudah dan iklim tropis di Indonesia sangat mendukung pengembangannya.

Tanaman ini mulai dikembangkan sekitar tahun 2001, dibeberapa daerah di Jawa Timur di
antaranya Mojokerto, Pasuruan, Jember dan sekitarnya. Tetapi sampai saat inipun areal
penanaman buah naga masih bisa dibilang sedikit dan hanya ada di daerah tertentu karena
memang masih tergolong langka dan belum dikenal masyarakat luas.

Klasifikasi Buah Naga

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)


Subdivisi : Agiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo : Cactales
Famili : Cactaceae
Subfamily : Hylocereanea
Genus : Hylocereus
Species : - Hylocereus undatus (daging putih)
- Hylocereus polyrhizus ( daging merah)
- Hylocereus costaricensis (daging merah super)
- Selenicereus megalanthus (kulit kuning, tanpa sisik)

Buah naga termasuk kelompok tanaman kaktus atau family Cactaceae dan subfamily
Hylocereanea. Termasuk genus Hylocereus yang terdiri dari dari beberapa species, dan
diantaranya adalah buah naga yang biasa dibudidayakan dan bernilai komersial.

Morfologi Buah Naga.

Tanaman buah naga merupakan jenis tanaman memanjat. Di habitat aslinya tanaman ini
memanjat tanaman lainnya untuk menopang dan bersifat epifit masih bisa hidup meskipun
akarnya yang ditanah dicabut karena masih bisa memperoleh makanan dari udara melalui akar
yang tumbuh dibatangnya. Secara morfologis tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap
karena tidak memiliki daun.

Berikut ini penjelasan lebih lanjut morfologi tanaman buah naga dari akar, batang dan cabang,
bunga , buah dan biji :

Akar
Perakaran buah naga bersifat epifit, merambat dan menempel pada tanaman lain. Dalam
pembudidayaannya, dibuat tiang penopang untuk merambatkan batang tanaman buah naga
ini. Perakaran buah naga tahan terhadap kekeringan tetapi tidak tahan dalam genangan air
terlalu lama. Meskipun akar dicabut dari tanah, masih bisa hidup dengan menyerap makanan
dan air dari akar udara yang tumbuh pada batangnya.

Perakaran buah naga bias dikatakan dangkal, saat menjelang produksi hanya mencapai
kedalaman 50-60 cm, mengikuti perpanjangan batang berwarna coklat yang didalam tanah.
Hal inilah yang bias digunakan sebagai tolak ukur dalam pemupukan.

Supaya pertumbuhan akar bias normal dan baik memerlukan derajat keasaman tanah pada
kondisi ideal yaitu pH 7. Apabila pH tanah dibawah 5, pertumbuhan tanaman akan menjadi
lambat dan menjadi kerdil. Dalam pembudidayaannya pH tanah harus diketahui sebelum
maupun sesudah tanaman ditanam, karena perakaran merupakan faktor penting untuk
menyerap hara yang ada didalam tanah.

Batang dan Cabang


Batang buah naga berwarna hijau kebiru-biruan atau keunguan. Batang tersebut berbentuk
siku atau segitiga dan mengandung air dalam bentuk lender dan berlapiskan lilin bila sudah
dewasa. Dari batang ini tumbuh cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan batang dan
berfungsi sebagai daun untuk proses asimilasi dan mengandung kambium yang berfungsi
untuk pertumbuhan tanaman. Pada batang dan cabang tanaman ini tumbuh duri-duri yang
keras dan pendek. Letak duri pada tepi siku-siku batang maupun cabang dan terdiri 4-5 buah
duri disetiap titik tumbuh.

Bunga
Bunga buah naga berbentuk corong memanjang berukuran sekitar 30 cm dan akan mulai
mekar di sore hari dan akan mekar sempurna pada malam hari. Setelah mekar warna mahkota
bunga bagian dalam putih bersih dan didalamnya terdapat benangsari berwarna kuning dan
akan mengeluarkan bau yang harum.
Buah
Buah berbentuk bulat panjang dan biasanya terletak mendekati ujung cabang atau batang.
Pada cabang atau batang bias tumbuh lebih dari satu dan terkadang berdekatan. Kulit buah
tebal sekitar 1-2 cm dan pada permukaan kulit buah terdapat sirip atau jumbai berukuran
sekitar 2 cm.

Biji
Biji berbentuk bulat berukuran kecil dan tipis tetapi sangat keras. Biji dapat digunakan
perbanyakan tanaman secara generatif, tetapi cara ini jarang dilakukan karena memerlukan
waktu yang lama sampai berproduksi. Biasanya biji digunakan para peneliti untuk
memunculkan varietas baru. Setiap buah mengandung lebih 1000 biji.

Analisa Usaha Berkebun Buah Naga

Berikut ini analisis usaha budidaya buah naga pada lahan 1 hektare berisi 1600 tiang dan 4
tanaman pertiang ( 6400 tanaman ). Analisis usaha ini menganut asas maksimal dalam
pembiayaan dan minimal untuk pendapatan.

PENGELUARAN
A. Biaya Investasi
- Sewa lahan 1 hektare selama 5 tahun : 5 x Rp. 3.000.000,00 =
Rp.15.000.000,00
- Pembuatan tiang beton penyangga : 1600 x Rp. 15.000.000,00 =
Rp.24.000.000,00
- Mulsa penutup permukaan tanah : 4 x Rp. 300.000,00 =
Rp.1.200.000,00
- Pompa air dan instalasi mikro irigasi : 1 x Rp. 5.000.000,00 =
Rp.5.000.000,00
Total investasi = Rp. 45.200.000,00

B. Biaya Operasional
- Pembelian bibit buah naga daging merah : 6400 x Rp. 10.000,00 =
Rp.64.000.000,00
- Tenaga kerja 4 orang @ Rp. 300.000,00 : 4 x 24 x Rp. 300.000 =
Rp.28.000.000,00
- Pupuk organik 64.000 kg @ Rp. 150,00 : 64.000 x Rp. 150,00 =
Rp.9.600.000,00
- Dolomite 32.000 kg @ Rp. 100,00 : 32.000 x Rp. 100,00 =
Rp.3.200.000,00
- Sarana produksi, dll : Rp. 5.000.000,00
Total biaya operasional : Rp.109.800.000,00
Total biaya yang harus dikeluarkan : Rp.155.000.000,00

PEMASUKAN
A. Hasil Panen tahun ke 1 :
5 x 6400 x 0,4 kg x Rp.20.000,00 = Rp. 256.000.000,00
B. Hasil Panen tahun ke 2 :
10 x 6400 x 0,5 kg x Rp.20.000,00 = Rp.640.000.000,00
Total Pemasukan = Rp.896.000.000,00

LABA SEBELUM PAJAK


Laba sebelum pajak adalah seluruh biaya pengeluaran dikurangi dengan total pemasukan :
Rp. 896.000.000,00 – Rp. 155.000.000,00 = Rp. 741.000.000,00

KELAYAKAN USAHA
1. Break Event Point ( BEP )
A. BEP untuk volume produksi :
Rp.155.000.000,00 : Rp. 20.000,00/ kg = 7.750 kg
( Titik balik modal tercapai jika produksi buah naga merah daging merah
mencapai 7.750 kg )

B. BEP untuk harga produksi :


Rp.155.000.000,00 : 44.800 kg = Rp. 3.550,00/ kg
( Titik balik modal tercapai jika harga jual buah naga merah daging merah adalah
Rp.3.550,00/ kg )
2. B/C Ratio ( Perbandingan antara penerimaan dan biaya )
B/C = Rp. 741.000.000,00 : Rp. 155.000.000,00 = 4.78
( Artinya, setiap penambahan biaya sebesar Rp. 1,00 memperoleh penerimaan
Rp.4,78 )

Keterangan :
1. Bibit yang dipakai adalah dari jenis naga merah daging merah ( Hylocereus costaricensis ) yang bisa berbuah
pada umur 8 bulan sejak penanamannya.
2. Bibit dalam keadaan sudah berakar sehingga langsung bisa tumbuh.
3. Pada panen tahun pertama diasumsikan jumlah buah hanya 5 biji per tanaman dengan berat hanya 400 gram/
buah, sehingga hasil panennya : 5 x 6400 x 0,4 kg = 12.800 kg.
4. Panen tahun ke 2, diasumsikan dalam satu pohon menghasilkan 10 buah dengan berat 500 gram, sehingga
hasil panennya mencapai : 10 x 6.400 x 0,5 kg = 32.000 kg
5. Harga jual buah naga merah daging merah lebih tinggi daripada daging putih : Rp. 25.000/ kg.
6. Umur tanaman bisa mencapai 20 tahun. Perhitungan ini hanya pada tahun pertama dan kedua.
7. Tiang beton yang dipakai berpenampang segi tiga sehingga biayanya lebih murah dan jika ingin lebih
menekan biaya investasi bisa menggunakan tiang dari tanaman lain (hidup) yang berbatang kayu lurus.

8. Satu hektare berisi 1600 tiang dengan jarak antara tiang 2.50 m, tiap tiang berisi 4 tanaman sehingga satu
hektare bisa terisi 6.400 tanaman buah naga.

Sumber : denidi.com
Pemupukan Berkala Pada Buah Naga

Tanaman buah naga mempunyai respon pertumbuhan yang tinggi. Karena itu pemupukan
secara berkala sangat dibutuhkan untuk melayani respon pertumbuhan yang tinggi dari
tanaman ini. Pemupukan berkala merupakan syarat utama untuk keberhasilan pembuahan
buah naga.

Pemupukan berkala adalah pemupukan yang dilaksanakan sepanjang tahun dengan interval
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan tanaman buah naga. Karena tanaman ini bisa
mencapai usia 20 tahun, maka pemupukannya pun harus disesuaikan dengan kehidupan
jangka panjangnya.

Satu hal penting yang harus dan mutlak diketahui jika kita menginginkan berhasil dalam
budidaya buah naga. Mengenali kebutuhan pupuk sesuai dengan tahapan pertumbuhan
tanaman buah naga. Setiap tahap pertumbuhan memebutuhkan jumlah pupuk yang berbeda-
beda. Pada masa awal pertumbuhan yakni sejak tanaman muda hingga tanaman menjelang
berbunga dan berbuah, tanaman buah naga banyak membutuhkan pupuk dengan kandungan
unsur nitrogen (N) yang tinggi. Selanjutnya ketika tanaman buah naga mendekati masa
berbunga dan berbuah, maka tanaman banyak membutuhkan pupuk dengan kandungan fosfor
(P) dan kalium (K) yang tinggi.

Berikut ini jadwal pemupukan secara berkala yang disusun sesuai dengan prinsip kebutuhan
pupuk seperti tersebut diatas. Pemupukan berkala berikut ini disajikan dlam 2 macam.
Pertama, pemupukan berkala menggunakan pupuk kimia, yang kedua dengan menggunakan
pupuk kandang. Jadwal berikut ini adalah pemupukan pada tahun pertama. Pada setiap tahun
berikutnya jadwal pemupukan bisa dilanjutkan sesuai dengan jadwal pemupukan seperti
berikut, tapi dosisnya dinaikkan 10 persen.

Tanaman buah naga adalah tanaman yang berbuah setiap tahun khususnya memasuki bulan
September hingga Desember. Berkenaan dengan prinsip kebutuhan pupuk, pemupukan
berkala juga harus disesuaikan dengan tahapan pertumbuhan tanaman buah naga.

Tabel Pemupukan Berkala dengan Pupuk Anorganik (kimiawi).


Tabel Pemupukan Berkala Dengan Pupuk Organik ( pupuk kandang )

Keterangan :
1. Pemupukan diulang setiap tahun dan dosisnya dinaikkan 10 % setiap tahun.
2. Air seni kambing bisa digantikan dengan pupuk kandang, dosisnya 8 kg per tanaman.

3. Top soil adalah tanah permukaan yang kaya humus

Sumber : denidi.com

BERTANAM BUAH NAGA DI POT

Tanaman buah naga bisa digunakan sebagai tanaman hias untuk memperindah halaman
rumah sekaligus bisa dinikmati buahnya.. Tentunya sangat menyenangkan bila kita bisa
memetik sendiri dan menikmati buah naga, buahnya dapat dipetik setiap minggu apabila
sudah memiliki lebih dari 10 cabang produksi.

Kelebihan penanaman buah naga di pot adalah kita biasa memindahkan dan mengatur letak
tanaman sesuai keinginan. Tetapi untuk menghasilkan tanaman buah naga yang produktif
tetap harus diketahui cara perawatan dan pemupukan yang benar.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pembudidayaan buah naga di pot :

1. Menyiapkan Pot
Anda bisa menggunakan berbagai jenis pot dari bahan semen, plastic, tanah liat atau drum
bekas yang dipotong. Tetapi menurut pengalaman, pot dari bahan tanah liat adalah yang
paling ideal karena tanaman buah naga membutuhkan perubahan suhu yang drastic dari siang
ke malam dalam proses pembungaan. Ukuran pot yang digunakan semakin besar semakin
baik, minimal berdiameter sekitar 40cm.

2. Menyiapkan Tiang Panjatan


Tanaman buah naga membutuhkan tiang panjatan untuk menopang supaya tidak roboh.
Nantinya tiang ini akan dililit akar udara dan akan menopang beberapa cabang produksi yang
berat yang tentu saja perlu dipilih dari bahan yang kuat tetapi juga perlu diperhatikan jangan
sampai pot tidak bisa menahan beban berat tiang panjatan.

Sebaiknya tiang panjatan dibuat dari besi beton berdiameter 8-10 cm, atau balok kayu yang
kuat dan tahan lama karena usia buah naga yang bisa mencapai puluhan tahun. Tinggi tiang
antara 150-200 cm disesuaikan dengan besar pot. Pada bagian bawah tiang diberi kaki-kaki
penguat agar nantinya bisa kuat dan tidak mudah goyah. Untuk tiang dari besi beton, bagian
yang terpendam dalam tanah bisa diberi aspal untuk menghindari karat. Untuk bagian atas
tiang diberi piringan yang berbentuk seperti stir mobil yang berfungsi untuk menyangga
cabang-cabang produksi yang banyak.

3. Media Tanam
Setelah pot dan tiang panjatan sudah selesai disiapkan, selanjutnya adalah menyiapkan media
tanam. Bahan-bahannya adalah pasir, tanah, pupuk kandang dan kompos dengan
perbandingan 2:1:3:1. Anda juga bisa menambahkan bubuk batu bata merah secukupnya dan
dolomit (kapur pertanian) sebanyak 100 g dicampur rata dengan bahan-bahan tersebut.
Kemudian media tanam disiram dengan air hingga kondisi jenuh dan dibiarkan selama sehari
semalam.

4. Penanaman bibit
Bibit sebaiknya dipilih yang besar, dari batang tua yang berwarna hijau tua keabuan dan
bebas dari penyakit. Idealnya panjang bibit yang ditanam minimal 30 cm. Selanjutnya bibit
ditanam disekitar tiang panjatan dengan kedalaman 10 cm, jangan terlalu dalam karena akan
mengakibatkan pertumbuhan yang kurang bagus. Setelah ditanam media tanam ditekan-tekan
agar bibit tidak mudah roboh. Selanjutnya media tanam disiram dengan air dan diletakkan
ditempat terbuka tidak ternaungi yang terkena sinar matahari langsung.

5. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman buah naga yang ditanam di pot tidak jauh beda dengan buah naga yang
ditanam dikebun yaitu meliputi pemupukan, penyiraman dan pemangkasan cabang yang tidak
diperlukan ( untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di http://www.buahnaga.us ) .Selain itu, yang
perlu diperhatikan adalah tanaman dipastikan menempel dengan baik pada tiang panjatan dan
tidak roboh, oleh karena itu perlu dilakukan pengikatan batang buah naga pada tiang dengan
menggunakan tali atau kawat dengan bentuk ikatan seperti angka ‘8’ tidak boleh terlalu
kencang karena bisa merusak batang atau cabang seiring pertumbuhannya yang semakin
membesar.

Cabang hasil pemangkasan bisa ditanam kembali untuk menambah jumlah bibit yang bisa di
tanam di pot yang lain. Semoga bermanfaat.

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUAH NAGA

Tanaman Buah Naga sebenarnya termasuk tanaman yang tahan banting dan relatif mudah
perawatannya. Tetapi tentunya dalam budidaya selalu ada gangguan hama dan penyakit yang
menyerang yang bisa mengakibatkan hasil produksi yang tidak maksimal dan bisa mengalami
kerugian. Oleh karena itu harus diperhatikan apabila anda menjumpai gangguan hama dan
penyakit yang menyerang tanaman buah naga.

Adapun gangguan hama yang menyerang tanaman buah naga yaitu :

Tungau
Hama Tungau (Tetranychus sp.) akan menyerang kulit batang atau cabang yang merusak
jaringan klorofil yang berfungsi untuk asimilasi dari hijau menjadi cokelat.
Penanggulangannya dengan menyemprotkan Omite dengan dosis 1-2 gr/ltr air yang dilakukan
2-3 kali seminggu.

Kutu Putih
Tanaman buah naga yang diserang hama kutu putih (mealybug) pada permukaan batang atau
cabang akan berselaput kehitaman dan terlihat kotor. Hama ini bisa dikendalikan dengan
menyemprotkan Kanon dengan dosis 1-2 cc/ltr air seminggu sekali pada cabang yang
diserang. Biasanya dua kali penyemprotan hama kutu putih sudah hilang.

Kutu Sisik
Hama kutu sisik (Pseudococus sp.) umumnya berada pada bagian cabang yang tidak terkena
matahari langsung dan cabang yang diserang hama ini akan terlihat kusam. Hama ini juga
bisa diatasi dengan penyemprotan Kanon dengan dosis sama dengan pengendalian hama kutu
putih pada sela-sela tanaman yang ternaungi atau tidak terkena sinar matahari.

Kutu Batok
Hama kutu batok (Aspidiotus sp.) menyerang tanaman dengan mengisap cairan pada batang
atau cabang yang menyebabkan cabang berubah menjadi berwarna kuning. Pengendaliannya
juga bisa menggunakan cara yang sama dengan pengendalian hama kutu putih dan kutu sisik.

Bekicot
Hama bekicot sangat merugikan tanaman buah naga karena merusak batang atau cabang
dengan menggerogotinya dan dapat mengakibatkan cabang busuk. Hama ini disebabkan
karena kebersihan kebun yang kurang terjaga.

Semut
Pada umumnya semut akan muncul pada saat tanaman buah naga mulai berbunga. Semut
mulai mengerubungi bunga yang baru kuncup dan akan mengakibatkan kulit buah nantinya
akan berbintik-bintik berwarna coklat yang tentunya harga buah akan menurun dengan
kualitas seperti itu. Pengendaliannya dengan menyemprotkan Gusadrin dengan dosis 2 cc/ltr
air.

Burung
Gangguan burung pada buah naga umumnya jarang terjadi dan tidak perlu dikuatirkan.
Biasanya menyerang buah yang telah masak pada bagian atas.

Penyakit Buah Naga


Penyakit yang menyerang tanaman buah naga terhitung tidak banyak jenis dan penyebabnya.
Meskipun demikian, jika tanaman terserang harus segera diatasi agar tidak menyebar ke
tanaman yang lain. Berikut ini penyakit buah naga dan penyebabnya serta tindakan
pengobatannya :

Busuk Pangkal Batang


Penyakit ini umumnya menyerang pada awal penanaman buah naga, tanaman buah naga
sering mengalami pembusukan pada pangkal batang, berwarna kecokelatan dan terdapat bulu
putih. Pembusukan tersebut disebabkan oleh kelembaban tanah yang berlebihan sehingga
muncul jamur yang menyebabkan kebusukan yaitu Sclerotium rolfsii Sacc. Penyakit ini sering
terjadi pada bibit setek yang belum tumbuh akar dalam bentuk potongan.

Pengobatan tanaman buah naga yang terserang penyakit ini dengan penyemprotan Benlate
dengan dosis 2 g/ltr air atau menggunakan Ridomil 2 g/ltr air sebulan sekali. Bila muncul
gejala kekuningan pada pangkal batang maka segera dilakukan penyemprotan pada seluruh
batang dan diutamakan pada pangkal batang yang terserang.
Untuk pencegahan penyakit ini bisa dilakukan pengairan yang disertai dengan penyemprotan
fungisida dan Atonik didaerah pangkal batang pada tanaman yang berumur 30 hari pada awal
penanaman.

Busuk Bakteri
Gejala tanaman buah naga yang terserang penyakit ini adalah tanaman tampak layu, kusam,
terdapat lendir putih kekuningan pada tanaman yang mengalami pembusukan. Penyakit ini
disebabkan oleh Pseudomonas sp. Pengobatannya dengan mencabut tanaman yang sakit,
kemudian pada lubang tanam diberi Basamid dengan dosis 0,5-1 g dalam bentuk serbuk
kemudian pada lubang tanam tersebut ditanam bibit baru.

Fusarium
Penyakit yang disebabkan oleh Fusarium oxysporium Schl. Gejalanya antara lain cabang
tanaman berkerut, layu, dan busuk berwarna coklat. Penanggulangannya dengan
menyemprotkan Benlate dengan dosis 2g/liter air dalam seminggu 1-2 kali penyemprotan
pada bagian batang dan cabang.

KEKURANGAN UNSUR HARA BUAH NAGA

Nitrogen
Tanaman buah naga yang kekurangan unsur Nitrogen (N) gejalanya adalah pertumbuhan
batang dan cabang kecil dan ramping, pertumbuhannya lambat dan panjang cabang atau
batang tidak seimbang dengan ukuran diameternya. Warna kulit menjadi pucat hijau
kekuningan dan semakin lama terlihat kusam dan mongering. Antisipasinya dengan
memberikan pupuk dengan unsure nitrogen yang cukup.

Fosfor
Gejala buah naga yang kekurangan unsur ini adalah batang atau cabang akan berwarna merah
keunguan dan semakin lama berubah menjadi cokelat kekuningan. Bentuk buah menjadi tidak
normal yaitu berukuran kecil, jelek dan cepat tua.

Untuk mengatasi gangguan tersebut dengan pemupukan dengan unsur Fosfor (P) yang mudah
diserap tanaman. Diberikan melalui akar dan daun dengan penyemprotan lebih rutin.

Kalium
Jika tanaman buah naga terlihat lemah atau lembek seperti mengandung banyak air, berwarna
hijau terang dan mudah melengkung atau bengkok itu tandanya tanaman tersebut kekurangan
unsur Kalium (K). Untuk mengatasinya tanaman diberi pupuk yang mengandung kalium
misalnya KCl atau ZK.

Kalsium
Tanaman buah naga yang kekurangan unsur Kalsium (Ca) adalah batang atau cabang
berwarna hijau tidak merata dan pada cabang atau batang muda terlihat cepat mengering.
Antisipasinya tanaman diberikan pupuk daun yang mengandung unsur Kalsium tinggi.

Magnesium
Gejala tanaman buah naga yang kekurangan unsur Magnesium (Mg) adalah berwarna hijau
pucat dan mengering, biasanya terdapat bintik-bintik putih dan bergeripis. Untuk
mengatasinya bisa diberikan dolomit melalui akar pada media tanam atau memberikan pupuk
daun dengan kandungan Magnesium tinggi.
Mangan
Kekurangan unsur Mangan (Mn) akan menyebabkan tanaman terhambat pertumbuhan cabang
atau batangnya, meskipun masih bisa tumbuh tetapi akan menjadi kerdil dan terhenti
pertumbuhannya. Untuk mengatasinya diberikan pupuk mikro yang mengandung unsur Mn

Besi
Tanaman buah naga yang kekurangan unsur Besi (Fe) akan menyebabkan cabang atau batang
rapuh dan mudah patah, berwarna hijau muda pada tepi cabang dan untuk mengatasinya
dengan pemberian pupuk mikro yang mengandung unsure Fe.

Tembaga
Kekurangan unsur Tembaga (Cu) biasanya terjadi pada tanaman yang sudah berbuah,
Tandanya antara lain buah menjadi kecil dan kulitnya mengeras dan harus segera diatasi
dengan pemberian pupuk yang mengandung unsur Cu.

Seng
Gejala kekurangan unsur Seng (Zn) adalah cabang menjadi pendek dan beruas pendek,
tampak bintik-bintik yang akhirnya berlubang.

Boron
Kekurangan unsur Boron akan menyebabkan buah kerdil dan bentuknya tidak normal. Selain
itu batang atau cabang akan berwarna coklat kehitaman.

Molibdenum
Batang atau cabang buah naga muda terlihat menguning dan semakin cokelat kemudian
mengering itu tandanya kekurangan unsure ini dan harus segera diberikan pupuk dengan
menyemprotan yang mengandung unsur molybdenum.

BUDIDAYA BUAH NAGA DI KEBUN

Pembudidayaan buah naga untuk usaha produksi dilakukan dikebun. Untuk menghasilkan
produksi yang maksimal tentu saja harus dengan persiapan yang matang, perawatan yang baik
dan penanggulangan gangguan penyakit yang tepat. Berikut ini kegiatan pembudidayaan
diulas secara lengkap :

Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah faktor penting yang harus diperhatikan agar tanaman buah naga bisa
tumbuh dan berkembang dengan baik. Perakaran buah naga memerlukan tanah yang gembur
karena perakarannya merayap dipermukaan tanah, apabila tanah terlalu keras atau liat, akar
tidak bisa tumbuh baik pada tanah.

Sebelum digemburkan sebaiknya tanah dibersihkan dari gulma dan rerumputan untuk
menghindari penyakit. Setelah itu tanah digemburkan dengan mencangkul sedalam satu
cangkulan dengan dibolak-balik. Setelah itu dibuat lubang-lubang tanam sesuai dengan cara
tanamnya apakah menggunakan system panjatan tunggal atau sistem kelompok

Pada sistem panjatan tunggal pengolahan tanah hanya dilakukan disekitar lubang tanam saja,
berbeda dengan sistem kelompok pengolahan tanah dilakukan pada seluruh alur barisan
tempat penanaman.
Media tanam untuk panjatan tunggal menggunakan campuran tanah galian diberi pasir sekitar
5 kg, bubuk bata merah 5 kg, pupuk kandang kering 10 kg dan dolomit 300 g kemudian
dicampur sampai merata.

Pada model sistem tanam berkelompok untuk setiap alur sepanjang 4 m media tanamnya yaitu
pasir 8 kg, pupuk kandang 20 kg dan bisa ditambahkan bubuk bata merah sebanyak 10 kg
apabila tanah terlalu porous. Jika tidak menggunakan bubuk bata merah , jumlah pupuk
kandang ditambahkan 10 kg lagi jadi total 30 kg. Ditambah dolomit yang mengandung
magnesium sebanyak 600g. Bahan-bahan tersebut dicampur merata pada tanah galian.

Setelah penyiapan media tanam selesai kemudian disiram dan biarkan terkena matahari
sampai kering. Pengeringan ini bertujuan agar tanah terbebas dari racun dan penguapan lain.

Sistem Pengairan
Untuk sistem pengairan pada lahan disesuaikan dengan kondisi lahan, system cara tanamnya,
dan pengadaan sumber air yang ada disekitar lahan. Bisa menggunakan cara pengairan
tradisional yaitu system leb yaitu menggunakan parit sedalam 20 cm yang dibuat disekitar
barisan tanaman. Atau juga bisa menggunakan system pengairan pipa yang dibuat sedemikian
rupa untuk mengalirkan air pada seluruh tanaman.

Penanaman Pada Lahan


Penanaman bibit lahan tanam yang harus diperhatikan adalah kedalaman yang terlalu dalam
malah akan menghambat pertumbuhannya. Kedalaman penanaman adalah 20% dari panjang
bibit. Misal bibit yang mau ditanam berukuran panjang 50-80 cm maka kedalamannya sekitar
10-15 cm. Sebelum ditanam sebaiknya bibit setek diolesi Ridomil sebanyak 40 g yang
dicampur dengan 1 liter air untuk mencegah kebusukan pada pangkal batang setek.

MODEL PANJATAN TANAMAN BUAH NAGA

Buah naga termasuk tanaman merambat sehingga membutuhkan penopang/panjatan untuk


menopang tanaman. Tiang panjatan harus kuat dan mampu bertahan selama beberapa tahun
karena usia tanaman buah naga yang panjang.

Tiang panjatan dalam penanaman buah naga ada dua macam bentuk/model, yaitu bentuk
tunggal dan bentuk kelompok/pagar. Berikut ini penjelasannya :

Tiang Panjatan Bentuk Tunggal


Tiang panjatan bentuk tunggal bisa menggunakan beton dan panjatan hidup/batang tanaman
yang hidup. Kedua jenis panjatan ini digunakan untuk menopang sebanyak empat tanaman
yang berproduksi dengan produktivitas rata-rata 3 kg per tanaman.

Panjatan yang umum digunakan adalah panjatan tiang beton segi empat berukuran 10 cm x 10
cm dengan tinggi 2 – 2,5 m, bentuk lain dibuat bulat ataupun segitiga. Penggunaan tiang
beton lebih baik karena kuat dan tahan lama menahan beratnya tanaman. Kelemahan dari
penggunaan tiang dari beton adalah percabangan tanaman dibagian dalam menjadi tidak
produktif karena batang buah naga berbentuk segitiga dan bagian yang menempel/ternaungi
tidak menghasilkan bunga dan buah.

Panjatan tiang beton ini ditancapkan ditanah dengan cara dicor dengan kedalaman sekitar 30 –
50 cm agar tiang berdiri kokoh dan kuat menyangga tanaman. Pada ujung tiang bagian atas
diberi besi melingkar berdiameter sekitar 50 – 60 cm berbentuk seperti stir mobil. Besi
lingkaran ini berfungsi sebagai tempat menopang cabang dan anak cabang/tunas. Apabila besi
beton dirasa terlalu mahal, bisa menggunakan ban sepeda motor atu bisa juga para-para dari
kayu yang dibentuk menyilang.

Alternatif lain selain menggunakan tiang beton, bisa menggunakan tiang panjatan hidup.
Artinya, tiang panjatan berupa tanaman hidup yang memiliki perakaran cukup dalam minimal
30 cm dan tanaman tersebut harus tahan pemangkasan berat karena buah naga harus terkena
sinar matahari langsung agar bisa berproduksi dengan maksimal. Karena itulah harus sering
dilakukan pemangkasan daun apabila sudah menutupi batang dan cabang buah naga. Tiang
panjatan hidup harus memiliki tinggi minimal 2 meter dan memiliki diameter minimal 10 cm
karena kalau diameter lebih kecil dikhawatirkan tidak kuat menopang tanaman buah naga
yang berat. Penggunaan tiang jenis ini lebih hemat biaya daripada tiang beton meskipun tidak
sekuat dan tahan lama seperti tiang dari beton.

Tiang Panjatan Bentuk Kelompok (Double Rowing)


Model tiang panjatan ini mirip dengan tiang untuk menjemur pakaian. Dua buah tiang
dihubungkan dengan kawat tebal penyangga batang tanaman buah naga dengan jarak antar
tiang 4 meter. Tiang terbuat dari semen cor berukuran minimal 10 x 10 cm tinggi 2-2,5 meter
termasuk bagian yang terpendam didalam tanah 30 – 50 cm. Pada tiang cor ini diberi pengait
sebagai tempat ikatan kawat yang menghubungkan dua tiang yang berfungsi sebagai pengikat
batang pokok tanaman buah naga.Jarak antar kawat pengikat batang 50 cm dan 100 cm dari
permukaan tanah.Tiang sebaiknya diberi penguat agar tidak miring nantinya ketika menopang
beratnya sulur buah naga. Pada ujung tiang dipasang besi beton berukuran 8 inci melintang
sepanjang 50 – 60 cm.

Sistem panjatan double rowing ini dengan panjang 4 meter dapat menampung 20 – 26
tanaman buah naga, dibagi sama pada sisi kiri dan kanan. Misal 20 tanaman maka
penataannya 10 di sisi kiri dan 10 di sisi kanan. Jarak tanam antar baris 30 cm dan antar
tanaman dalam baris juga 30 cm. Dengan penataan seperti itu akan membuat jumlah cahaya
diterima dan jumlah sulur yang bertumpuk bisa merata dan seimbang.Sulur yang menghadap
cahaya lebih mudah berbuah dan menghasilkan buah 80% kelas A.

PENGADAAN BIBIT BUAH NAGA

Pengadaan bibit merupakan faktor penting dalam proses budidaya. Dengan bibit yang baik
atau memenuhi syarat akan menghasilkan tanaman yang berkualitas dengan hasil yang
maksimal.

Berikut ini akan diulas cara atau kiat memperoleh bibit yang bagus , baik dari membuat
sendiri atau dari membeli dari penyedia bibit yang mulai banyak tersedia dipasaran. :

Membuat Bibit Sendiri


Saat ini persediaan bibit buah naga dipasaran bias dikatakan masih kurang pasokan, karena
memang masih terhitung pendatang baru dan masih langka. Perbanyakan tanaman merupakan
kegiatan pokok dalam usaha budidaya. Kebutuhan bibit dalam pembudidayaan memerlukan
6.000 – 10.000 pohon per hektar yang tergantung system penanamannya apakah memakai
tiang tunggal atau system double rawing.

Perbanyakan buah naga terdiri dari perbanyakan generatif/biji dan perbanyakan vegetatif/stek.
Perbanyakan generatif
Perbanyakan generatif melalui biji memiliki kelebihan yaitu bibit yang diperoleh dalam
jumlah banyak dengan pertumbuhan yang seragam. Namun kelemahan perbanyakan dengan
cara ini ialah dibutuhkan waktu relatif lebih lama hingga diperoleh bibit yang siap tanam.
Karena itulah cara ini jarang digunakan.

Perbanyakan melalui biji tentunya membutuhkan biji yang berkualitas baik dan harus benar-
benar memenuhi syarat yang berasal dari buah yang benar-benar sehat, tua, dan matang
dipohon.

Pengambilan biji dari buah juga tidak boleh sembarangan untuk memperoleh kualitas biji
yang baik. Buah yang sudah dipilih dibelah dan daging uah diambil menggunakan sendok lalu
biji disaring dengan penyaring yang lembut terbuat dari kasa berlubang dari bahan plastik
atau kawat nyamuk berbentuk seperti saringan the. Daging buah ditekan-tekan pada penyaring
sampai tertinggal bijinya saja, biji yang sudah disaring dicuci/dibersihkan dengan air mengalir
lalu diangin-anginkan sampai kering. Biji tersebut bias disimpan atau langsung disemaikan di
tempat penyemaian.

Menurut pengalaman hanya 75% saja dari jumlah biji yang disemaikan yang siap tanam. Jadi
dari 1000 biji hanya diperoleh sekitar 750 an yang siap tanam. Untuk lahan satu hektar
dengan sistem penanaman double rawing membutuhkan sekitar 10.000 bibit siap tanam, dan
untuk menyemaikan membutuhkan lahan 15 meter persegi.

Media semai menggunakan bahan campuran pasir, humus halus, dan pupuk guano atau
kotoran burung yang sudah dihaluskan dengan perbandingan 6:1:1. Media tersebut setelah
dibasahi dengan air kemudian dimasukkan dalam bok dengan tinggi kurang dari 5 cm dengan
ukuran panjang dan lebar sesuai keinginan. Sebelum ditebarkan pada media semai biji
dikukus dulu dengan dibungkus dengan kain halus selama kurang lebih setengah menit.
Penyebaran benih secara merata kemudian ditutup dengan lapisan humus tipis setelah itu
permukaan disemprot dengan Ridomil kemudian diletakkan ditempat yang terkena cahaya
dan sirkulasi udara lancar. Tempat persemaian diberi naungan teduh dengan pencahayaan
remang sampai bibit tumbuh sekitar 3 cm.

Kelembaban media harus selalu dijaga jangan sampai penyiramannya terlambat. Pemberian
dengan air dengan sprayer halus setiap hari saat medianya terlihat kering. Untuk mencegah
tumbuhnya jamur bias ditambahkan larutan belerang yang diberikan pada waktu-waktu
tertentu, karena jamur akan mudah tumbuh di kelembaban media tinggi. Dosis larutan
belerang sebanyak 0,5 g/ltr air untuk persemaian seluas 4 meter persegi. Larutan belerang bisa
diganti dengan Dithane atau Ridomil dengan dosis sama seminggu sekali.

Setelah bibit berukuran 2-3 cm, bisa dipindahkan dalam polibag berukuran 15 cm x 20 cm
dengan media tanam menggunakan campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan
perbandingan yang sama 1:1:1. Media tanam diberi pupuk NPK 16:16:16 sebanyak 5 kg/200
ltr air untuk sekitar 10.000 polibag.

Setelah ditanam, bibit disemprot dengan Ridomil dicampur dengan Atonik seminggu sekali
dengan dosis 15 g Ridomil dan 5 cc Atonik yang dilarutkan dalam 10 liter air untuk areal bibit
seluas 15 meter persegi. Penyemprotan ini bertujuan untuk mencegah jamur dan menjaga
metabolisme bibit.

Bibit dalam polibag diletakkan ditempat yang teduh selama seminggu kemudian dipindahkan
di lahan terbuka tetapi jangan ditanam dulu. Bibit disiram dengan air secukupnya sehari sekali
pada pagi atau sore hari. Setelah dua bulan bibit siap ditanam dilahan penanaman.

Perbanyakan Vegetatif
Perbanyakan vegetatif merupakan perbanyakan menggunakan setek cabang atau batang.
Batang atau cabang yang digunakan harus dalam kondisi sehat, tua, dan sudah berbuah,
berwarna hijau gelap kelabu, dengan ukuran ideal 20-30 cm. Dengan ukuran tersebut tunas
yang tumbuh akan mudah membesar dan sesuai untuk batang paling bawah bila ditanam
untuk produksi. Karena setek diambil dari batang yang tua dan sudah berbuah maka
pertumbuhan yang pesat, kokoh dan cepat bertunas. Apabila setek diambil dari batang muda
dan belum pernah berbuah atau setek susulan akan mengakibatkan bibit bersifat lunak seolah
memiliki kadar air yang tinggi dan akan mempengaruhi umur produksi dan tentunya akan
mengakibatkan pembengkakan biaya karena waktu pemeliharaan yang lebih lama.

Bibit yang baik dipengaruhi oleh diameter batang, akan lebih baik bila diameter batang
semakin besar dan bibit cenderung lebih tahan terhadap serangan penyakit busuk pangkal
batang. Bahan setek dipilih dari yang pernah berbuah 3-4 kali dan sehat dipotong-potong
dengan ukuran 20-30 cm menggunakan gunting steril dan untuk membedakan bagian bawah
dan atas, untuk bagian bawah dipotong meruncing dan bagian atas dipotong mendatar. Setelah
dipotong, setek dikeringanginkan sampai getah mongering supaya batang tidak mudah busuk.
Setelah kering, bagian pangkal batang dicelupkan dalam larutan Rootone F ( campuran 3
sendok Rootone F dan 2 sendok the air ). Pemberian Rootone F berguna untuk mempercepat
perakaran.

Bedengan sebagai penanaman bibit dibuat dengan ukuran tinggi 15 cm dan lebar 100cm,
untuk panjang bisa disesuaikan dengan keadaan lahan. Pada bedengan ini diberikan pasir
sebanyak 10 kg/meter persegi, pupuk kandang kering sebanyak 3 kg/meter persegi, dan
dolomite sebanyak 250g/meter persegi. Diatas permukaan diberikan pupuk NPK sebanyak
50g/meter persegi kemudian permukaan bedengan diaduk merata sedalam 10-15 cm lalu
diratakan dan biarkan selama semalam. Setelah itu pada bedengan dibuatkan lubang-lubang
tanam berukuran 20 cm x 20 cm dengan menggunakan tugal berdiameter 4 cm. Kedalaman
lubang tanam 5 cm dan terdapat 16 lubang tanam setiap 1 meter persegi.

Selanjutnya setek ditanam pada lubang tanam yang sudah dibuat dengan posisi tegak. Setelah
ditanam seluruhnya bedengan diberikan naungan dari plastik bening/tembus cahaya untuk
mencegah terkena air hujan. Tindakan perawatan dilakukan penyiraman 2-3 kali sehari pada
pagi atau sore hari.

Setelah tiga minggu, setek akan mulai berakar, dan naungan dari plastik bisa dibuka agar
terkena sinar matahari langsung. Setelah dua minggu naungan dibuka, bibit sudah tumbuh
tunas cabang dapat diberikan pupuk ZA, TSP, dan KCI dengan perbandingan 1:1:1. Pupuk
tersebut ditaburkan dalam larikan sedalam 3 cm dengan dosis 100g/mtr persegi/bulan. Sering
terjadi tumbuh tunas lebih dari satu secara bersamaan, dipilih satu tunas cabang yang
berbentuk kokoh dan lebih besar, sedangkan tunas satunya dipotong dan jika mucul tunas lagi
juga segera dipotong. Pemangkasan selalu dilakukan selama bibit belum ditanam pada lahan,
sebaiknya bekas luka pangkas disemprot larutan fungisida.. Dengan demikian keseragaman
bibit akan terjamin.

Selain menggunakan bedengan, bibit setek juga bisa dibesarkan pada polibag ukuran 15 cm x
20 cm dengan komposisi media tanam sama dengan yang digunakan pada bedengan.
Perawatan juga hampir sama dengan bibit yang ditanam pada bedengan.

You might also like