Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah,maka tujuan dari makalah ini adalah:
1. Tujuan umum dari penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat
melakukan penanganan pada pasien hepatitis.
2. Tujuan khusus dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mengetahui pengertian penyakit hepatitis.
b. Mengetahui jenis-jenis penyakit hepatitis.
c. Mengetahui tanda dan gejala penyakit heptitis.
d. Mengetahui etiologi penyakit hepatitis.
e. Mengetahui patofisiologi penyakit hepatitis.
f. Mengetahui manifestasi klinis penyakit hepatitis.
g. Mengetahui komplikasi penyakit hepatitis.
h. Menegtahui penatalaksanaan dan terapi penyakit hepatitis.
i. Mengetahui proses keperawatan penyakit hepatitis.
BAB II
PEMBAHASAN
3) Virus Hepatitis C
HCV mencakup sekitar 20% dari semua kasus hepatitis viral dan paling sering
ditularkan melalui darah dan cairan tubuh atau didapat dari tatto. Virus ini dapat
menyerang semua kelompok usia, tetapi lebih sering menyerang orang dewasa. Masa
inkubasi berkisar antara 15 sampai 150 hari, rata-rata sekitar 50 hari.
Hepatitis B
Hepatitis C
Darah yang ditransfusi dari donor asimtomatik, berbagi jarum dengan pengguna
obat intravena dan tatto
Hepatitis D
Terbatas pada pasien yang mengalami rangkaian hepatitis B akut maupun kronis
Hepatitis E
Penularan oral-fekal
Terbawa air
Hepatitis G
Terbawa darah
perubahan psikologis
penurunan berat badan (rata-rata -45%)
peraturan abnormal sistem nervus otonom dan hormon
Malnutrisi
Nyeri
Inflamas
i
Edema mukosa
makanan kemerahan
Batuk
Demam
kesulitan menelan
Sputum
Penguapan
Resti
Proses terjadinyadepisit
Batuk
volume
cairan
Pembrsihan
jalan nafas
tidak efektif
Inspirasi
Glotis akan tertutup
Gangguan
nutrisi
Batuk
kadar Hb menurun
Tekanan osmotik
dalam rongga usus
meninggi
Terjadi
pergeseran air
dan elektrolit
kedalam rongga
usus
Isi rongga usus yang
berlebihan akan
merangsang usus untuk
Menimbulkan
rangsangan
tertentu yaitu
menimbulkan
mekanisme
tubuh untuk
mengeluarkan
toksin
Peningkatan sekresi
air dan elektrolit
kedalam8 rongga
usus
Diare
Menimbulkan
mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan
toksin
Peningkatan gerakan
usus
(Hiperperistaltik)
Berkurangnya
kesempatan usus
menyerap
makanan
Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu (Sudoyo Aru dkk., 2009):
1. Fase Inkubasi : waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus.
Panjang fase tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur
penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi.
2. Fase prodormal (pra ikterik): fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama
dan timbulnya gejala ikterus. Fase prodromal diikuti oleh fase ikterik dan awitan
ikterus. Fase ini biasanya berlangsung selama 4 hingga 6 minggu namun dapat
mulai mereda dalam beberapa hari. Awitannya dapat disingkat atu insidious
ditandai dengan malaise umum, mialgia, atralgia, mudah lelah, gejala saluran
napas atas dan anoreksia, diare, demam, dan nyeri abdomen di kuadran kanan
atas atau epigastrium.
3. Fase ikterus: fase munculnya setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul
bersamaan dengan munculnya gejala. Setelah timbul ikterus jarang terjadi
perburukan gejala prodormal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang
nyata.
Perubahan
kenyamanan
Gangguan
metabolisme
karbohidrat, lemak
dan protein
Inflamasi pada
hepar
Peregang
an
kapsula
Gangguan suplay
darah normal pada
sel-sel hepar
Hepatome
gali
Kerusakan sel
parenkim, sel hati
dan duktuli
empedu
Perasaan tidak
nyaman dikuadran
kanan atas
Anoreksi
a
Bilirubin tidak
Resiko
sempurna
Bilirubinuria
Perubahan
dikeluarkan
nutrisi:gangguan
Kurang
dan
kemih
Bilirubin
fungsi
melalui
dariKerusakan
kebutuhan
berwarna
direk duktus
Nyeri
10
Ekresi
Peningkatan
Glikogene
Glukoneogene
Obstruk
Regurgugitasi
padake
Perubahan
Gangguan
garam empedu
Intoleransi sis menurun
Larut
sis Resiko
si
duktuli
empedu
kenyaman
ekresi
Ikteru
dalam
darahBilirubin
Glikogen
dalam
Glikogenesis
direk
aktivitas
Pruritu
Glukosa
ketidakstabilan
Cepat
dalam hepar
darah dalam
Retensi
menurun
intrahepatik
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual
dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin
tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.Akibatnya
billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi
(akibat kerusakan sel ekskresi), empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin
indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk).Jadi
ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena gangguan dalam
pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Feses mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu feses tampak pucat
(abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
Penyakit liver
Diabetes mellitus
Obesitas (kegemukan)
11
urobilirubin direk
bilirubin urine
urobilinogen urine
urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
albumin serum
globulin serum
HbsAG
c. Waktu protombin
LDH
Amonia serum
2. Radiologi
a. foto rontgen abdomen
b. pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
c. kolestogram dan kalangiogram
d. arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
a. laparoskopi
12
b. biopsi hati
2.8 Penatalaksaan dan Terapi
Penatalaksanaan dan terapi pada pasien hepatitis, yaitu :
1. Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif, misalnya istirahat sesuai
kebutuhan.
2. Pasien yang menderita hepatitis harus menghindari konsumsi alkohol. Alkohol
memperburuk stadium dan mempercepat perburukan HBV dan khususnya HCV.
Pemakain alkohol pada pasien yang menderita HCV meningkatkan risiko
terjadinya karsinoma hepatoselular dan menurunkan respon terhadap
pengobatan.
3. Penderita hepatitis harus mendapatkan penyuluhan mengenai cara penularan
kepada mitra seksual dan anggota keluarga.
4. Terapi obat bagi individu yang terinfeksi biasanya dilakukan secara bertahap
untuk infeksi kronis. Suntikan interferon alfa (IFN-alpa), suatu sitokin paten,
telah dipakai untuk mengobati HBV dan HBC. Suntikan biasanya diberikan 3
kali seminggu selama minimal 3 bulan. Keefektifan IFN-alpa untuk kedua
infeksi tersebut bervariasi. Bahkan pada individu yang memperlihatkan
perbaikan enzim hati setelah pengobatan, efek obat ini hanya smentara. Dengan
obat ini, HBV menetap yang dijumoai pada sekitar 30% pasien, sementara
hilangnya HCV dalam jangka waktu lama jarang sekali terjadi. Interferon
umunya dikontraindikasikan bagi penderita yang penyakit hati yang berada pada
stadium sangat lanjut. Selain itu, interferon dihubungkan dengan efek samping
yang signifikan, termaksuk mialgia, demam, trombositopenia, dan depresi.
Munculnya efek samping tersebut menyebabkan banyak pasien yang tidak
diindikasikan untuk pengobatan ini dan pengobatan dihentikan sejak awal untuk
pasien tertentu.
5. Analog nukleotida yang secara selektif bekerja pada enzim reverse transcriptase
virus menjadi obat penting bagi hepatitis kronis. Obat-obat ini awalnya dibuat
dan digunakan untuk pasien pengidap HIV dan khususnya membantu sejumlah
besar pasien yang terserang HIV sekaligus hepatitis virus. Tingkat respons
terhadap obat-obat golongan ini tinggi. Analog nukleotida, seperti lamivudin dan
ribavirin, biasanya ditoleransi dengan baik, sehingga sering dijadikan obat
pilihan pertama bagi pasien. Obat-obat lain jenis ini juga telah dikembangkan.
Keterbatasannya adalah potensi resistensi terhadap obat.
6. Terapi kombinasi interferon termodifikasi dengan analog nukleotida adalah
pengobatan yang paling berhasil untuk saat ini. Interferon termodifikasi, disebut
interferon pegilase atau penginterfero, mempunyai paruh waktu kebih lama
dibandingkan IFN-alpa dan tidak membutuhkan pengukuran dosis berulang.
13
14
d. Riwayat psikologis
e. Riwayat sosial.
Hubungan sosial.
2. Pemeriksaan Fisik
Data dasar yang di dapat dari hasil pemeriksaan fisik tergantung pada
penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.
a. Aktivitas
Kelemahan
Kelelahan
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
Urine gelap
Anoreksia
Peningkatan edema
Asites
e. Neurosensori
15
Cenderung tidur
Letargi
f. Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen
Sakit kepala
Gatal ( pruritus )
g. Keamanan
Demam
Urtikaria (hives/biduran)
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien penyakit hepatitis, yaitu :
1. Ketidakseimangan nutrisi kurang dari kebutuhan tuuh b.d, perasaan tidak nyaman
di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan,
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia,
mual, muntah.
2. Nyeri b.d pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan
vena porta.
3. Hipertermia b.d invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi
hepar.
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
16
5. Resiko gangguan fungsi hati b.d penurunan fungsi hati dan terinfeksi virus
hepatitis.
6. Resiko ketidakstailan kadar glukosa darah b.d gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein, kurang penerimaan terhadap diagnostik dan asupan diet yang
tepat.
C, Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan dan
.
1.
Kriteria Hasil
NOC
Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Nutritional
Intervensi
NIC
Nutritional Management
tubuh
Status: Food
and Fluid
Intake
untuk
Nutritional
menentukan
metabolik
Status:
Batasan karakteristik:
nutrient intake
nutrisi yang
Weight control
dibutuhkan pasien
memenuhi kebutuhan
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Kriteria Hasil:
peningkatan
berat badan
Bising usus
sesuai dengan
hiperaktif
tujuan
ideal sesuai
Kelemahan otot
dengan tinggi
untuk menelan
badan
Mengeluh
Mampu
mengidentifik
17
Kolaborasi
Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
Monitor jumlah
nutrisi dan
Berat badan
memakan mamakan
Adanya
Ketidakmampuan
kandungan kalori
-
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
gangguan sensasi
asi kebutuhan
rasa
nutrisi
Faktor-faktoryang
berhubungan :
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Nutrition Monitoring
-
batas normal
tanda-tanda
malnutrisi
BB pasien dalam
Menunjukkan
jumlah aktivitas
Ketidakmampuan
peningkatan
yang biasa
untuk mencerna
fungsi
dilakukan
makanan
pengecapan
Ketidakmampuan
dari menelan
untuk mengabsorbsi
Tidak ada
dibutuhkan
Tidak terjadi
Monitor pucat,
nutrien
penurunan
kemerahan, dan
Ketidakmampuan
berat badan
kekeringan
untuk menelan
yang berarti
jaringan
konjungtiva
makanan
Monitor kalori
dan intake nutrisi
2.
Nyeri akut
NOC
NIC
Definisi: pengalaman
Pain level
Pain control
Comfort level
Perubahan selera
makan
Perubahan tekanan
darah
Pain management
-
pengkajian nyeri
secara
Kriteria hasil:
komprehensif
Mampu
termasuk lokasi,
mengontrol
karakteristik,
nyeri (tahu
durasi, frekuensi,
penyebab
kualitas dan
nyeri, mampu
menggunakan
tekhnik
Perubahan
nonfarmakolo
frekwensi jantung
gi untuk
18
Lakukan
faktor presipitasi
-
Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Sikap melindungi
mengurangi
area nyeri
nyeri, mencari
komunikasi
Melaporkan nyeri
bantuan)
terapeutik untuk
Melaporkan
mengetahui
bahwa nyeri
pengalaman nyeri
berkurang
pasien
secara verbal
Gangguan tidur
dengan
Gunakan teknik
menggunakan
mempengaruhi
manajemen
respon nyeri
nyeri
Berikan analgetik
Mampu
untuk mengurangi
mengenali
nyeri
nyeri (skala,
intensitas,
frekwensi dan
tanda nyeri)
Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
3.
Hipertermia
NOC
NIC
Thermoregulation
Fever treatment
Monitor suhu
sesering mungkin
Suhu tubuh
Konvulsi
dalam rentang
Kulit kemerahan
normal
Peningkatan suhu
Nadi dan RR
RR
dalam rentang
normal
normal
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Tidak ada
perubahan
19
Monitor tekanan
Berikan anti
piretik
4.
Anastesia
warna kulit
Dehidrasi
Penyakit
Intoleransi aktivitas
Definisi: ketidakcukupan
pusing
NOC
rehabilitasi medik
Self care :
dalam
ADLs
merencanakan
yang tepat
Mampu
terhadap aktivitas
(ADLs) secara
Respon frekuensi
mandiri
jantung abnormal
TTV normal
terhadap aktifitas
Energy
Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi, dan
sosial
psikomotor
Status
respirasi:
Ketidakseimbangan
pertukaran gas
dan ventilasi
kebutuhan oksigen
hati
program terapi
aktifitas
5.
tolerance
melakukan
Menyatakan merasa
Kolaborasikan
dengan tenaga
sehari-hari
Kelemahan umum
Risiko gangguan fungsi
Activity
darah abnormal
Activity Therapy
Kriteria hasil :
Respon tekanan
lemah
Energy
conservation
melanjutkan atau
menyelesaikan aktifitas
NIC
adekuat
NOC
NIC
Liver
function, risk
for impaired
pengetahuan
Risk control
tentang proses
mungkin menggangu
20
Beritahukan
kesehatan
Faktor risiko:
drug use
Risk control
penyakit
-
Berikan medikasi
alcohol use
Kriteria
proses penyakit
kokain)
hasil
yang mendasari,
:Penghentian
untuk
perilaku
menurunkan
hepatitis A, hepatitis B,
penyalahguna
risiko gangguan
hepatitis C, Epstein-Barr)
an alcohol
fungsi hati.
Penyalahgunaan zat
(misalnya, alkohol,
Respon
Surveilance
terhadap
Mengumpulkan,
pengobatan
menginterpretasi
Pengendalian
dan mensintesis
risiko :
data pasien
penggunaan
secara terarah
alkohol
dan kontinyu
untuk mengambil
keputusan klinis
6.
Risiko ketidakstabilan
kadar glukosa darah
NOC
NIC
Blood
Hyperglikemia
glucose, risk
management
for unstable
Penerimaan :
Pantau tanda-
kondisi
kesehatan
hiperglikemia:
Kepatuhan
poliuria,
Kurang
perilaku: diet
polidipsia,
penerimaan
sehat
polifagia, lemah,
terhadap diagnosis
gula darah
Kriteria hasil:
Memantau kadar
Pemantauan
tepat
Asupan diet
Dapat
mengontrol
21
kelesuan, malaise,
mengaburkan
kadar gula
darah
kepala
-
Memantau keton
urine , seperti
yang ditunjukkan
Memantau
tekanan darah dan
denyut nadi
ortostatik, seperti
yang ditunjukkan
C. Implementasi Keperawatan
Seperti tahap lainnya dalam proses keperawatan fase pelaksanaan terdiri dari :
validasi recana keperawatan, dokumentasi rencana keperawatan dan melakukan
tindakan keperawatan.
1. Validasi rencana keperawatan
Suatu tindakan untuk memberiakn kebenaran. Tujuan validasi data adalah
menekankan serendah mungkin terjadinya kesalahpahaman, salah persepsi.
Karena adanya potensi manusia berbuat salah dalam proses penilaian.
2. Dokumentasi rencana keperawatan
Agar rencana keperawatan dapat berarti untuk semua pihak, maka harus
mempunyai landasan
22
D. Evaluasi Keperawatan
Merupakan suatu kegiatan yang terus menerus dengan melibatkan klien,
keluarga klien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan
pengetahuan kesehatan daan strategi evaluasi.Tujuan dari evaluasi adalah menilai
apakah tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
E. Contoh Kasus Penyakit Hepatitis dan Asuhan Keperawatannya
Tn A, 38 tahun di rawat hari ke 2 di ruang penyakit dalam RS Sahabat. Tn A
datang dengan keluhan demam, mengeluh perut terasa begah dan nyeri abdomen
kurang lebih 4 hari yang lalu. Saat pengkajian didapatkan S 38,7 oC, TD
110/80mmHg, FP 22X/mnt vesikuler, FN 80X/mnt. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan pembengkakan pada hati, sclera ikterik.Selain itu keluarga mengatakan
urin tampak berwarna gelap dan feses berwarna hitam kemerahan.Pada pemeriksaan
HbsAg, konsentrasi IgM, dan tingkat IgG meningkat.
1. Pengkajian
a. DS: keluhan demam, perut terasa begah dan nyeri abdomen kurang lebih 4 hari
yang lalu. keluarga mengatakan urin tampak berwarna gelap dan feses
berwarna hitam kemerahan.
b. DO: pengkajian didapatkan S 38,7oC, TD 110/80mmHg, FP 22X/mnt vesikuler,
FN 80X/mnt. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan pada hati,
sclera ikterik. Pada pemeriksaan HbsAg, konsentrasi IgM, dan tingkat IgG
meningkat.
2. Diagnosa keperawatan:
a. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan hepar ditandai dengan klien mengeluh nyeri
abdomen kurang lebih 4 hari yang lalu, ditemukan pembengkakan hati saat
pemeriksaan fisik.
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum ditandai dengan klien mengeluh lemah,
enggan untuk bergerak.
c. Hipertermi b.d proses inflamasi ditandai dengan klien mengeluh demam, suhu
38,70C.
3. Rencana keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan dan
Intervensi
23
Rasional
KH
1
ditandai
dengan
klien
mengeluh nyeri
abdomen
kurang lebih 4
hari yang lalu,
o Berguna
Setelah
pembengkakan
saat
nyeri,
pengawasan
dilakukan
catat
lokasi,
keefektifan
askep selama
karakteristik ,
kemajuan
1x24
beratnya
penyembuhan.
nyeri
(skala nyeri),
Perubahan
pada
berkurang
selidiki
karakteristik
nyeri
jam
Tidak
ada
keluhan
pemeriksaan
fisik
untuk
o Kaji
KH:
ditemukan
hati
Mandiri:
dan
laporkan
menunjukkan
perubahan
terjadinya
nyeri dengan
tepat
abses/peritonitis
o Menghilangkan
tegangan
nyeri
Ekspresi
o Pertahankan
wajah ceria
Tanda-
obat,
istirahat
tanda vital
dengan posisi
dalam batas
semi fowler
yang
abdomen
bertambah
dengan
terlentang
o Fokus
posisi
perhatian
kembali,
normal
meningkatkan
menit P :
16-20x/
meningkatkan
menit S : 36
0
37 C
o Berikan
kemampuan koping
aktivitas
hiburan
o Memungkinkan
pasien
untuk
berpartisipasi
secara
aktif
dan
meningkatkan
rasa
control
24
o Dorong
penggunaan
ketrampilan
manajemen
nyeri
misal
tehnik
relaksasi,
visualisasi,
bimbingan
o Menghilangkan nyeri,
mempermudah
kerjasama
dengan
intervensi terapi
imajinasi
Kolaborasi:
o Berikan
analgesik
sesuai
2
Intoleransi
aktivitas
b.d
kelemahan
umum ditandai
dengan
klien
mengeluh
lemah, enggan
untuk bergerak
Tujuan:
indikasi
Mandiri:
Toleransi
o Tingkatkan
o Meningkatkan istirahat
aktivitas
tirah
dan
ketenangan.
setelah
baring/duduk.
Aktivitas
dan
dilakukan
Berikan
askep selama
lingkungan
menurunkan
tenang:
KH:
batasi
pengunjung
Klien mampu
sesuai
menunjukkan
keperluan
perilaku yang
25
mencegah
posisi
aliran
sirkulasi
dan
memampukan
meminimalkan tekanan
kembali
pada
melakukan
untuk
menurunkan
aktivitas,
resiko
kerusakan
melaporkan
kemampuan
area
tertentu
jaringan
posisi o Tirah baring lama dapat
dengan sering.
menurunkan
Berikan
kemampuan
o Ubah
melakukan
peningkatan
perawatan kulit
toleransi
yang baik
aktivitas
o Menunjukkan
kurangnya
resolusi
penyakit, memerlukan
o Tingkatkan
istirahat
aktivitas sesuai
mengganti
toleransi,bantu
terapi
lanjut,
program
melakukan
latihan rentang o Membuang
agen
gerak
sendi
penyebab pada hepatitis
pasif/ aktif
toksik dapat membatasi
o Awasi
derajat
kerusakan
terulangnya
jaringan
anoreksia dan
nyeri
tekan
pembesaran
hati
o Membantu
menejemen kebutuhan
tidur
26
dalam
Kolaborasi:
o Berikan
antidote
atau
bantu
dalam
prosedur sesuai
indikasi
o Menentukan
kadar
peningkatan premature
sesuai indikasi:
sedative,
berulang.
o Berikan
agen
antiansietas,
contoh
diazepam
(valium),
lorazepam
(ativan)
o Awasi
3
enzim hati
Mandiri:
o Peningkatan
proses
Setelah
inflamasi
ditandai dengan
klien mengeluh
demam,
38,70 C
kadar
suhu
o Kaji
adanya
tubuh
suhu
akan
dilakukan
keluahan tanda-
menujukkan berbagai
askep selama
tanda
peningkatan
tubuh normal
suhu tubuh
teraba hangat
o Demam
disebabkan
efek-efek
37 C
KH:
o Monitor tanda
Suhu 370 C,
27
tanda vital
terutama
suhu
dari
endotoksin
pada
hipotalamus
dan
efinefrin
yang
demam hilang
tubuh
melepaskan pirogen
o Akxila
jaringan
merupakan
tipis
terdapat
dan
pembulu
berada
proses
dan
dahi
didekat
kompres hangat
hipotalamus sehingga
pada
cepat
dahi
aksila/
respon
memberikan
dalam
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis merupakan jenis penyakit yang sangat mengganggu bagi sistem
pencernaan. Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahanbahan kimia Sedangkan virus hepatitis merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas. Virus yang menyebabkan penyakit
28
ini berada dalam cairan tubuh manusia yang sewaktu-waktu bisa ditularkan ke orang
lain. Virus hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakiatkan hepatitis A
(HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), delta hepatitis (HDV), hepatitis E
(HEV), hepatitis F dan hepatitis G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut
(Hepatitis A), bisa kronik (Hepatitis B & Hepatitis C) dan bisa juga kemungkinan
menjadi kanker hati (Hepatitis B). Jadi, untuk mengatasi hal terseut diperlukan asuhan
keperawatan yang tepat dan sesuai pada pasien penyakit hepatitis.
3.2 Saran
Pendidikan kesehatan mengenai cara penularan beserta cara pencegahan dari
hepatitis penting untuk mulai diberikan kepada masyarakat umum sehingga
masyarakat bisa lebih berhati-hati dan memperhatikan lingkungan sekitar untuk
mengantisipasi terjangkit penyakit tersebut.
29