Professional Documents
Culture Documents
HIV/AIDS
A. KONSEP DASAR HIV/AIDS
1.
Pengertian
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri dari dua grup, yaitu
HIV-1 dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1
yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak
ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan
lentivirus atau retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang mereplikasi
dengan menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menginfeksi sel
mamalia (Finch, Moss, Jeffries dan Anderson, 2007 ).
Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang
termasuk
dalam
family
lintavirus,
retrovirus
memiliki
kemampuan
menggunakan RNA nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan
dikenali selama masa inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV
menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik laten), dan utamanya
penyebab munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa
kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan
menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam
proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam
2007).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam
sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam
kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini
ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit
maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik
(Zein, 2006).
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan
untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit.
Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan
lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus
kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan
keduanya disebut HIV.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita.Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a. Lelaki homoseksual atau biseks
b. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi
c. Orang yang ketagihan obat intravena
d. Partner seks dari penderita AIDS
e. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
Transmisi infeksi dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu
likes illness.
Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala
tidak ada.
Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, BB 2 menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
3.
Pathofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus
dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan
melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam
nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali
virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh
tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali
antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi
limfosit
sitotoksit,
memproduksi
limfokin,
dan
4.
Manifestasi Klinis
Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2
gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum
terjadi):
Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
Menurut
Mayo
Foundation
for
Medical
Education
and
demam,
sakit
kepala,
sakit
tenggorokan,
ruam
dan
b. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9
tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan
penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai
memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah
bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan
menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
c. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau
lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan
infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat
dibagikan mengikut fasenya.
a.
Fase akut
Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar
3-6 minggu selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul
adalah demam, faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia,
letargi, malaise, anorexia, penurunan berat badan, mual, muntah,
diare,
meningitis,
myelopathy
ensefalitis,
, mucocutaneous
periferal
neuropati,
Fase asimptomatik
Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini
virus HIV akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat
pengembangan penyakit secara langsung berkorelasi dengan tingkat
RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang tinggi
lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada pasien dengan
tingkat RNA virus HIV yang rendah.
c.
Fase simptomatik
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau
lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan
infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
5.
Klasifikasi
SKALA AKTIFITAS
1. Asimtomatik
I
Asimtomatik
2. Limpadenopati generalisata
aktifitas
normal
aktifitas
oral
rekuren,kheilitis angularis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir.
4. Infeksi saluran nafas bagian atas seperti
sinusitis bakterialis.
1. BB menurun > 10%
Pada umumnya lemah,
2. Diare kronis yang berlangsung lebih
aktifitas di tempat tidur
dari 1 bulan.
kurang dari 50 %.
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1
III
4.
5.
6.
7.
IV
bulan.
Kandidiasis orofaringeal.
Oral hairy leukoplakia
TB paru dalam tahun terakhir.
Infeksi bacterial yang berat seperti
pneumonia,piomiositis.
1. HIV wasting syndrome seperti yang Pada umumnya sangat
didefinikan oleh CDC.
lemah, aktifitas ditempat
2. PCP (Pnemonia Pneumocytis Carinii)\
tidur lebih dari 50%
3. Toksoplasmosis otak.
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1
5.
6.
7.
8.
bulan.
Kriptokokus ekstra pulmonal.
Retinitis virus sitomegalo.
Herper simpleks mukokutan > 1 bulan.
Leukoensefalopati multi fokal progresif
.
9. Mikosis
diseminata
seperti
histoplasmosis.
10. Kandidiasis di esophagus,trakea,
bronkus dan paru.
11.Mikobakteriosis atipikal diseminata.
12.Septisemia salmonelosis non tifoid.
13.Tuberkulosisdiluar paru.
14.Limfoma.
15.Sarkoma Kaposi
16.Ensefalopati HIV
7. Komplikasi
a. Neurologik
Ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia
AIDS (ADC; AIDS dementia complex). Manifestasi dini mencakup
gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi
progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia. stadium lanjut
mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam respon verbal,
gangguan efektif seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi
paraparesis spastic, psikosis, halusinasi, tremor, inkontinensia, dan
kematian.
Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam,
sakit kepala, malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status
mental dan kejang-kejang. diagnosis ditegakkan dengan analisis cairan
serebospinal.
b. Gastrointestinal Wasting Syndrome
Kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk
penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10%
dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau
B.
Pengkajian
a. Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, alamat, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal mrs,
sumber biaya
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama :
Pada pasien aids dengan keluhan infeksi pada kulit
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada sendi , malaise, mual, muntah,
anoreksia.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini
4) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan ada keluarganya yang pernah mengalami
penyakit seperti yang diderita pasien.
5) Riwayat psikososial dan spiritual
- Biasanya klien cemas
- Bagaimana mekanisme koping yang digunakan
Gangguan dalam beribadah karena klien tirah baring total.
c. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernapas : dyspnea, takipnea, sianosis, menggunakan otot bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
pasien
dan
keluarga
mengenai
penyakitnya
14) Spiritual
Hanya melakukan di tempat tidur
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma
Tanda-tanda vital meliputi : suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah
Head To Toe
pada gigi
18) Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie
positif.
d Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes yang digunakan untuk mendiagnosis
h) Pengganti
pemeriksaan
western
blot
untuk
memastikan
seropositif.
2)
darah
umum:
DL,SGOT,SGPT,BUN/SC,Protein
3) Biopsi
4) Bronkoskopi
2.
Diganosa Keperawatan
1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunodefesiensi, malnutrisi
dan pola hidup yang beresiko.
2) Isolasi sosial berhubungan dengan stigma penyakit, penarikan diri dari
sistem pendukung prosedur isolasi dan ketakutan dirinya menulari
orang lain.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan
menurunnya absorbsi zat gizi.
4) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya
eksudat di jalan nafas atau sekresi tertahan.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan manifestasi HIV,
ekskoriasi dan diare pada kulit.
6) Diare berhubungan dengan kuman patogen usus dan atau infeksi HIV
7) Gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan infeksi / inflamasi
kulit.
8) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas
terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan dan penurunan ekspansi
paru.
9) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi, kelelahan.
10) Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penurunan
imunitas tubuh.
11) Ketakutan berhubungan dengan prognosis dan pengobatan penyakit.
12) Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber
informasi, permintaan informasi
3. Perencanaan keperawatan
NO Diagnosa
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
Keperawatan
1
Perlindungan infeksi
untuk
yang berisiko
untuk Pengawasan
tindakan
menghilangkan,
mengurangi
ancaman
kesehatan dimodifikasi
-
Menyesuaikan
pengendalian risiko
Memantau faktor
Tujuan
akuisisi
sedang
pribadi
mengurangi risiko
sistem
masalah
untuk - Pantau tanda vital
- Mulai pengawasan kulit rutin
pada pasien berisiko tinggi
- Pantau
keadaan
yang
berpeluang untuk infeksi
Kontrol
infeksi
Infeksi
Pribadi
tindakan
mencegah,
atau
menghilangkan,
mengurangi
ancaman
infeksi
- mengakui
konsekuensi
risiko
tanda-
mengindikasikan
potensi risiko
- mengidentifikasi
strategi
sistem
pendukung
- Pantau situasi keluarga saat ini
- Jelaskan kepada orang lain
yang peduli bagaimana mereka
dapat membantu
- Nilai respon psikologis untuk
situasi dan ketersediaan sistem
pendukung
yang bersih
sosial Keterlibatan Sosial
Isolasi
berhubungan dengan
stigma
penyakit,
penarikan
diri
sistem
lingkungan
dari
pendukung
Kehadiran
kelompok,
atau
organisasi
pengalaman pasien
- Dengarkan
kekhawatiran
ketakutan
teman dekat
- berinteraksi
dengan
pasien
- Tawarkan untuk menghubungi
dengan
dalam
positif
- Yakinkan dan membantu orang
dengan
dirinya
tetangga
- berinteraksi
anggota keluarga
- berpartisipasi
kegiatan
santai
orang lain
Konseling
Dukungan Sosial
- Disediakannya waktu oleh
Tetapkan
hubungan
didasarkan pada
orang lain
- tersedianya informasi oleh dan rasa hormat
terapi
kepercayaan
orang lain
- Tunjukkan empati, kehangatan,
- adanya orang-orang yang
dan ketulusan
bisa
membantu
sesuai - Tetapkan kontrak waktu atau
kebutuhan
panjang nya konseling
- adanya kontak sosial yang - Berikan privasi dan menjamin
mendukung
- jaringan sosial stabil
Konsekuensi
kerahasiaan pasien
- Dorong ekspresi
pasien
kecanduan - Bantu
perasaan
pasien
untuk
Substansi
situasi
adanya
yang
menyebabkan
marabahaya
- Tentukan bagaimana perilaku
depresi
- kesedihan dapat teratasi
- perasaan ketidakberdayaan
teratasi
Terapi
rekreasi
- tidak merasa putus asa
Bantu pasien / keluarga untuk
- rasa kesendirian teratasi
- tidak adanya perasaan takut mengidentifikasi defisit dalam
kesendirian
mobilisasi
- perasaan
merasa
tidak
berharga tidak ada
rekreasi
sesuai
dengan
kemampuan
fisik,
untuk
mengidentifikasi
kegiatan
rekreasi bermakna
- Pantau emosional,
fisik,
dan
respon
sosial
untuk
kegiatan rekreasi
- Berikan penguatan
positif
masalah
Ketidak
Konseling gizi
yang kronik
Definisi
nutrisi
mencukupi
memenuhi kebutuhan
metabolic
- Asupan
Makanan
secara
oral baik
- Asupan dari tabung pengisi
baik
- Asupan cairan oral baik
- Asupan cairan melalui
mengevalulasi
intravena baik
- Asupan
nutrisi
parenteral baik
disukai
- Diskusikan arti dari makanan
kepada pasien
Status
Nutrisi
Asupan
nutrisi
Terapi Nutrisi
- Lakukan
penilaian
gizi
dengan lengkap,
- Pantau cairan / makanan yang
ditelan
dan
menghitung
yang
tinggi
makanan
dan
kalori,
minuman
sesuai
keadaan
- Jaga laporan yang akurat
berkaitan dengan asupan dan
keluaran
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau tanda dan gejala
terhadap retensi cairan
Pernafasan
tidak
efektif
- Buka
menurunnya ekspansi
menghapus sekresi
- Tidak
adanya
pernafasan
suara
yang
tidak
disengaja
- Klien tidak terengah-engah
- Tidak adanya dispnea saat
jalan
angkat
napas,
dengan
atau
teknik
dagu
dorong rahang,
- Posisikan
pasien
memaksimalkan
untuk
potensi
ventilasi
- Masukkan udara melalui jalan
napas oral atau nasofaring,
- Lakukan terapi fisik dada
- Lakukan pernafasan yang
akumulasi
sputum
- Tidak adanya dispnea saat
oksigenasi
- Berikan udara lembab atau
istirahat
- Tidak adanya
oksigen.
- Auskultasi adanya penurunan
klien istirahat
Pernafasan
Pertukaran Gas
- Tekanan
parsial
parsial
karbon
Terapi Oksigen
Bersihkan Sekresi oral, hidung,
dan trakea
- Pertahankan
patensi
jalan
napas
- Siapkan peralatan oksigen dan
kelola
dengan
sistem,
dipanaskan dilembabkan
- Monitor liter aliran oksigen
- Monitor
posisi
layanan
pengiriman oksigen
- Pantau
efektivitas
terapi
oksigen
Monitor kecemasan
yang
- Tidak adanya retraksi dada
berhubungan dengan pasien
pada klien
- Klien tidak bernafas dengan
mengerutkan bibir
- Tidak adanya gangguan
vokalisasi pada klien
- Tidak adanya gangguan
ekspirasi pada klien
- Tidak ditemukan ekspansi
dada yang tidak simetris pada
klien
- Tidak terdengar suara yang
terdistorsi pada saat aukultasi
Pencegahan aspirasi
- Klien
dapat
mengidentifikasi
faktor
resiko
- Klien dapat menghindari
faktor resiko
- Klien
dapat
mempertahankan
kebersihan oral
- Klien
dapat
makanan
memilih
sesuai
dengan
kemampuan menelan
- Klien
dapat
memilih
makanan
dengan
Kerusakan integritas
kulit
dengan
berhubungan
manifestasi
Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
a
menggunakan
sensasi
atau
pakaian
yang longgar
Hindari kerutan
pada
tempat tidur
Jaga kebersihan
kulit
kering
Monitor
adanya kemerahan
Oleskan
lotion
atau
minyak/baby
pada
dan
mencegah
mempertahankan
kelembaban
kulit
dan
perawatan alami
Diare
berhubungan
dengan
Fluid Balance
Kriteria Hasil :
infeksi HIV
Klien
oil
mobilisasi pasien
Memandikan
pasien
hangat
Diarhea Management
a
tidak
mengalami
diare
b
akan
Bowel elimination
kuman
kulit
normal
d
Gangguan
nyaman
rasa
(nyeri)
berhubungan dengan
infeksi
kulit.
inflamasi
1. Pain Level,
2. Pain control,
3. Comfort level
Pain Management
a Lakukan
secara
Kriteria Hasil :
a
pengkajian
penyebab
nyeri,
menggunakan
nonfarmakologi
nyeri
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
yang
untuk
mengurangi
nyeri,
mencari bantuan)
b
seperti
dengan
menggunakan
manajemen
nyeri
c
Mampu
mengenali
nyeri
suhu
ruangan,
dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
farmakologi
non
dan
inter
personal)
e Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
f Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
g Berikan analgetik
untuk
mengurangi nyeri
h Tingkatkan istirahat
i Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
j Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
a Tentukan
lokasi,
nyeri
sebelum
pemberian obat
b Cek instruksi dokter tentang
jenis
obat,
dosis,
frekuensi
c Cek riwayat alergi
d Pilih
analgesik
dan
yang
analgesik
ketika
sesudah
pemberian
tepat
Ketidakefektifan pola
nafas
berhubungan
dengan
jalan
terganggu
spasme
nafas
status
Ventilation
2. Respiratory
a Posisikan
status
akibat
Airway patency
otot-otot
pernafasan
dan
penurunan
ekspansi
paru.
1. Respiratory
hebat
: Airway Management
:
1. Mendemonstrasikan
batuk
mengeluarkan
mampu
bernafas
sputum,
O2
Terapi Oksigen
c
d
e
f
paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
g Monitor adanya kecemasan
(tekanan
secret trakea
b Pertahankan jalan nafas yang
irama
cairan
keseimbangan.
f Monitor respirasi dan status
untuk
mengoptimalkan
dengan
lips)
rentang
memaksimalkan ventilasi
b Lakukan fisioterapi dada jika
(mampu
merasa
untuk
perlu
c Auskultasi suara nafas, catat
Kriteria Hasil :
dan
pasien
b Catat
adanya
fluktuasi
tekanan darah
c Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
d Monitor TD, nadi,
RR,
pernapasan
penyebab
dari
Intoleransi
aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan,
pertukaran
1. Energy conservation
2. Activity tolerance
3. Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
1. Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
2. Mampu melakukan
aktivitas sehari hari (ADLs)
secara mandiri
Activity Therapy
a Bantu
klien
mengidentifikasi
untuk
aktivitas
konsisten
yang
mendapatkan
sumber
diperlukan
untuk
mengembangkan
10
Ketidakefektifan
Hidration
termoregulasi
Immune Status
berhubungan dengan
Kriteria Hasil :
penurunan
imunitas a
Keseimbangan
tubuh.
antara
Monitor
motivasi
tanda-tanda
Selimuti
pasien
mencegah
36,5 - 37 C
kehangatan tubuh
e
untuk
hilangnya
11
Ketakutan
Anxiety
Anxiety Reduction
dan
pengobatan penyakit.
Ajarkan
indikasi
dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
Memberkan
informasi
diagnosis,
Menggunakan
teknik
tentang
relaksasi
untuk
menurunkan ketakutan
Mendengarkan keluhan
yang dirasakan pasien
e
12
Kurang pengetahuan
Kowlwdge : disease
mengenai
process
penyakit
b. Kowledge : health
sumber
Behavior
informasi,
permintaan informasi
Kriteria hasil:
penyakit
bagaimana
hal
dan
ini
Pasien
dan
menyatakan
keluarga
berhubungan
pemahaman
anatomi
dan
keluarga
kembali
dijelaskan
secara benar
Pasien
dan
mampu
melaksanakan
keluarga
menjelaskan
apa
yang
perawat/tim
cara
dengan
proses
yang tepat
Sediakan informasi pada
kesehatan lainnya
4. Penatalaksanaan
a Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
fisiologi,
pengobatan
Pasien
dan
mampu
program
dan
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad.F.2011. ASKEP AIDS HIV DOC. Available on :
http://www.academia.edu/5352879/ASKEP_AIDS_HIV_DOC ( Diakses
tanggal 7 Maret 2015)
Capernito.L.J. 2007. Buku Saku Diangnosa Keperawatan,Edisi 10. Jakarta : ECG
Direktorat