You are on page 1of 29

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

HIV/AIDS
A. KONSEP DASAR HIV/AIDS
1.

Pengertian
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri dari dua grup, yaitu
HIV-1 dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1
yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak
ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan
lentivirus atau retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang mereplikasi
dengan menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menginfeksi sel
mamalia (Finch, Moss, Jeffries dan Anderson, 2007 ).
Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang
termasuk

dalam

family

lintavirus,

retrovirus

memiliki

kemampuan

menggunakan RNA nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan
dikenali selama masa inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV
menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik laten), dan utamanya
penyebab munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa
kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan
menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam
proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam
2007).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam
sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam
kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini
ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit
maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik
(Zein, 2006).
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan
untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit.

AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga


akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada
seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun,
penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Laurentz, 2005).
AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome dan
menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV (Brooks, 2009).
Virus HIV ini akan menyerang sel-sel sistem imun manusia, yaitu sel T dan
sel CD4 yang berperan dalam melawan infeksi dan penyakit dalam tubuh
manusia. Virus HIV akan menginvasi sel-sel ini, dan menggunakan mereka
untuk mereplikasi lalu menghancurkannya. Sehingga pada suatu tahap, tubuh
manusia tidak dapat lagi mengatasi infeksi akibat berkurangnya sel CD4 dan
rentan terhadap berbagai jenis penyakit lain. Seseorang didiagnosa
mengalami AIDS apabila sistem pertahanan tubuh terlalu lemah untuk
melawan infeksi, di mana infeksi HIV pada tahap lanjut (AVERT, 2011).
2.

Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan
lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus
kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan
keduanya disebut HIV.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita.Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a. Lelaki homoseksual atau biseks
b. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi
c. Orang yang ketagihan obat intravena
d. Partner seks dari penderita AIDS
e. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
Transmisi infeksi dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu

Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.

Tidak ada gejala.


Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu

likes illness.
Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala

tidak ada.
Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, BB 2 menurun, diare, neuropati, lemah, rash,

limfadenopati, lesi mulut.


AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor
pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.

3.

Pathofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus
dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan
melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam
nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali
virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh
tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali
antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi

limfosit

sitotoksit,

memproduksi

limfokin,

dan

mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper


terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang
serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster
dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

4.

Manifestasi Klinis
Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2
gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum
terjadi):
Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan


c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala minor:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Batuk menetap lebih dari 1 bulan


Dermatitis generalisata
Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
Kandidias orofaringeal
Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
Retinitis virus Sitomegalo

Menurut

Mayo

Foundation

for

Medical

Education

and

Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas


beberapa fase.
a. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan
tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu
seperti

demam,

sakit

kepala,

sakit

tenggorokan,

ruam

dan

pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai


gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada
orang lain.

b. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9
tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan
penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai
memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah
bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan
menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
c. Fase akhir

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau
lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan
infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat
dibagikan mengikut fasenya.
a.

Fase akut
Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar
3-6 minggu selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul
adalah demam, faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia,
letargi, malaise, anorexia, penurunan berat badan, mual, muntah,
diare,

meningitis,

myelopathy

ensefalitis,

, mucocutaneous

periferal

neuropati,

ulceration,, dan erythematous

maculopapular rash. Gejala-gejala ini muncul bersama dengan


ledakan plasma viremia. Tetapi demam, ruam kulit, faringitis dan
mialgia jarang terjadi jika seseorang itu diinfeksi melalui jarum suntik
narkoba daripada kontak seksual. Selepas beberapa minggu gejalagajala ini akan hilang akibat respon sistem imun terhadap virus HIV.
Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami limfadenopati
dalam fase ini yang akan sembuh sendiri.
b.

Fase asimptomatik
Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini
virus HIV akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat
pengembangan penyakit secara langsung berkorelasi dengan tingkat
RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang tinggi
lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada pasien dengan
tingkat RNA virus HIV yang rendah.

c.

Fase simptomatik
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau
lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan
infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

5.

Klasifikasi

WHO mengklasifikasikan infeksi HIV pada orang dewasa sebagai berikut:


STADIUM GAMBARAN KLINIS

SKALA AKTIFITAS

1. Asimtomatik
I

Asimtomatik

2. Limpadenopati generalisata

aktifitas

normal

1. BB menurun < 10%


Simptomatik

aktifitas

2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan normal


seperti : dermatitis seboroik,prurigo,
onikomikosis,ulkus
II

oral

rekuren,kheilitis angularis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir.
4. Infeksi saluran nafas bagian atas seperti
sinusitis bakterialis.
1. BB menurun > 10%
Pada umumnya lemah,
2. Diare kronis yang berlangsung lebih
aktifitas di tempat tidur
dari 1 bulan.
kurang dari 50 %.
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1

III
4.
5.
6.
7.
IV

bulan.
Kandidiasis orofaringeal.
Oral hairy leukoplakia
TB paru dalam tahun terakhir.
Infeksi bacterial yang berat seperti

pneumonia,piomiositis.
1. HIV wasting syndrome seperti yang Pada umumnya sangat
didefinikan oleh CDC.
lemah, aktifitas ditempat
2. PCP (Pnemonia Pneumocytis Carinii)\
tidur lebih dari 50%
3. Toksoplasmosis otak.
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1
5.
6.
7.
8.

bulan.
Kriptokokus ekstra pulmonal.
Retinitis virus sitomegalo.
Herper simpleks mukokutan > 1 bulan.
Leukoensefalopati multi fokal progresif

.
9. Mikosis

diseminata

seperti

histoplasmosis.
10. Kandidiasis di esophagus,trakea,
bronkus dan paru.
11.Mikobakteriosis atipikal diseminata.
12.Septisemia salmonelosis non tifoid.
13.Tuberkulosisdiluar paru.
14.Limfoma.
15.Sarkoma Kaposi
16.Ensefalopati HIV

7. Komplikasi
a. Neurologik
Ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia
AIDS (ADC; AIDS dementia complex). Manifestasi dini mencakup
gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi
progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia. stadium lanjut
mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam respon verbal,
gangguan efektif seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi
paraparesis spastic, psikosis, halusinasi, tremor, inkontinensia, dan
kematian.
Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam,
sakit kepala, malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status
mental dan kejang-kejang. diagnosis ditegakkan dengan analisis cairan
serebospinal.
b. Gastrointestinal Wasting Syndrome
Kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk
penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10%
dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau

kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuhan atau menetap


tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
c. Respirasi
Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas
(dispnea), batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan
menyertai pelbagi infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh
Mycobacterium Intracellulare (MAI), cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides.
d. Dermatologik.
Lesi Kulit StafilokokusVirus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus
dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai
dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit.
moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh
pembentukan plak yang disertai deformitas. dermatitis sosoreika akan
disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit
kepala serta wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan
folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan
mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti ekzema dan psoriasis.
e. Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata :
retinitis sitomegalovirus berefek kebutaan.
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati,
meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.

B.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1.

Pengkajian
a. Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, alamat, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal mrs,
sumber biaya
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama :
Pada pasien aids dengan keluhan infeksi pada kulit
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada sendi , malaise, mual, muntah,
anoreksia.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini
4) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan ada keluarganya yang pernah mengalami
penyakit seperti yang diderita pasien.
5) Riwayat psikososial dan spiritual
- Biasanya klien cemas
- Bagaimana mekanisme koping yang digunakan
Gangguan dalam beribadah karena klien tirah baring total.
c. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernapas : dyspnea, takipnea, sianosis, menggunakan otot bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

2) Makan dan Minum : Intake makan dan minum menurun, mual,


muntah, BB menurun. Disamping itu, kaji kemampuan pasien
untuk membeli dan mempersiapkan makanan harus dinilai.
Pertimbangan berat badan, pengukuran antopometrik, pemeriksaan
kadar BUN (Blood Urea Nitrogen), protein serum, albumin dan
transparerin akan memberikan parameter status nutrisi yang
objektif.
3) Eliminasi : pasien biasanya mengalami diare kronis yang
berlangsung lebih dari 1 bulan, kaji mengenai diare pasien. Kaji
juga BAK pasien
4) Gerak Aktivitas : pasien biasanya mengalami kelemahan otot
5) Istirahat Tidur
Terganggu karena nyeri kepala, taua nyeri yang dirasakan akibat
injury biologis
6) Pengaturan suhu : pasien biasanya mengalami demam kronik
selama 1 bulan
7) Kebersihan Diri : pasien mengalami defisit perawatan diri karena
kelemahan otot dalam melakukan aktivitas.
8) Rasa Nyaman : timbulnya sakit kepala, demam kronik, serta injury
biologis menimbulkan ketidaknyamanan pasien
9) Rasa Aman
Rasa takut akan penyakitnya, rasa takut akan kematian
10) Sosial dan Komunikasi
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak
terkontrol
11) Bekerja
Keletihan dan kelemahan
12) Rekreasi
Berbicara dengan keluarga
13) Belajar
Kurangnya pengetahuan

pasien

dan

keluarga

mengenai

penyakitnya
14) Spiritual
Hanya melakukan di tempat tidur
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma
Tanda-tanda vital meliputi : suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah
Head To Toe

1) Kulit : Pucat dan turgor kulit agak buruk


2) Kepala dan leher : Normal tidak ada kerontokan rambut, warna
hitam dan tidak ada peradangan
3) Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata
cekung
4) Hidung

:Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak

ada polip, dan fxungsi penciuman normal


5) Telinga
:Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan,
tidak ada perdarahan
6) Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan
mukosa, terjadi Peradangan dan perdarahan

pada gigi

,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa mulut klien nampak


kering dan bibir pecah-pecah.
7) Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
8) Dada : dada masih terlihat normal
9) Abdomen : Turgor jelek ,tidak ada massa, peristaltik usus
meningkat dan perut mules dan mual.
10) Perineum dan genitalia : Pada alat genital terdapat bintik-bintik
radang
11) Extremitas atas/ bawah : Extremitas atas dan extremitas bawah
tonus otot lemah akibat tidak ada energi karena diare dan proses
penyakit.
12) Neurologis : gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,
ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.
13) Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu
melakukan ADL.
14) Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi.
15) Pernapasan : dyspnea,

takipnea, sianosis, menggunakan

otot bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.


16) GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB
menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali,
kuning.
17) Genital : lesi atau eksudat pada genital.

18) Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie
positif.
d Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes yang digunakan untuk mendiagnosis

HIV dan melihat

perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi HIV yaitu:


1) Tes anti bodi HIV :
a) Tes ELISA ( Enzym Linked Immunosorbent Assay )
b) ELIZA tidak menegakkan diagnosis AIDS tapi menunjukkan
bahwa sesorang terinfeksi HIV.
c) Western Blot Assay
d) Mengenali antibody HIV dan memastikan seropositiftas HIV.
e) RIPA ( Radio Immuno Precipitation Assay )
f) Mendeteksi protein dari anti bodi
g) Indirect Immunoflouresence

h) Pengganti

pemeriksaan

western

blot

untuk

memastikan

seropositif.
2)

Pelacakan HIV : antigen p24,reaksi rantai polimerasi (PCR),kultur


sel mononuclear darah perifer untuk HIV-1,kultur sel kualitatif,
klutur plasma kuantitatif, Mikroglobulin B2,neopterin serum.

3) Status Imun : sel-sel CD4+, % sel-sel CD4+,rasio CD4:CD8,hitung


sel darah putih,kadar immunoglobulin,tes fungsi sel CD4+,reaksi
sensitivitas pada tes kulit.
b) Pemeriksaan sitologis urine,feses,cairan spinal,sputum dan sekresi
untuk mengidentifikasi infeksi protizoa,jamur,bakteri,viral.
c) Pemeriksaan

darah

umum:

DL,SGOT,SGPT,BUN/SC,Protein

total,Albumin, Globulin, Kolestrol, AGD, Elektrolit.


1) Radiologi: Thorak foto ,USG
2) Pemeriksaan neurologist : EEG,MRI,CT Scan otak, EMG

3) Biopsi
4) Bronkoskopi
2.

Diganosa Keperawatan
1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunodefesiensi, malnutrisi
dan pola hidup yang beresiko.
2) Isolasi sosial berhubungan dengan stigma penyakit, penarikan diri dari
sistem pendukung prosedur isolasi dan ketakutan dirinya menulari
orang lain.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan
menurunnya absorbsi zat gizi.
4) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya
eksudat di jalan nafas atau sekresi tertahan.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan manifestasi HIV,
ekskoriasi dan diare pada kulit.
6) Diare berhubungan dengan kuman patogen usus dan atau infeksi HIV
7) Gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan infeksi / inflamasi
kulit.
8) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas
terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan dan penurunan ekspansi
paru.
9) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi, kelelahan.
10) Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penurunan
imunitas tubuh.
11) Ketakutan berhubungan dengan prognosis dan pengobatan penyakit.
12) Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber
informasi, permintaan informasi

3. Perencanaan keperawatan

NO Diagnosa

Tujuan (NOC)

Intervensi (NIC)

Keperawatan
1

Resiko tinggi infeksi Status Imun


berhubungan dengan
imunodefesiensi,
malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.

Perlindungan infeksi

Memperoleh resistensi tepat Pencegahan dan deteksi dini


ditargetkan

untuk

antigen terhadap infeksi pada pasien

internal dan eksternal

yang berisiko

- Integritas Kulit Normal


- Monitor tanda-tanda sistemik
- Imunisasi berjalan dengan
dan lokal dan gejala infeksi
- Pertahankan teknik isolasi,
baik
- Fungsi pernafasan baik
- Ajarkan pasien dan keluarga
- Fungsi pencernaan baik
bagaimana
menghindari
- Suhu tubuh baik
infeksi
- Skrining
untuk
infeksi
- Sediakan kamar pribadi,
berjalan dengan baik
sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda Vital
Kontrol Resiko
Pribadi
mencegah,
atau

untuk Pengawasan

tindakan

menghilangkan,

mengurangi

ancaman

kesehatan dimodifikasi
-

Menyesuaikan

pengendalian risiko
Memantau faktor

Tujuan

akuisisi

sedang

berlangsung, interpretasi, dan


sintesis dari data pasien untuk

strategi pengambilan keputusan klinis

risiko - Tentukan risiko kesehatan


pasien
pribadi
pasien
mengenai
Memodifikasi gaya hidup - Minta
tanda-tanda, gejala, atau
untuk mengurangi risiko
Menggunakan
dukungan

pribadi

mengurangi risiko

sistem

masalah
untuk - Pantau tanda vital
- Mulai pengawasan kulit rutin
pada pasien berisiko tinggi
- Pantau
keadaan
yang
berpeluang untuk infeksi

Kontrol

infeksi

Proses Peningkatan sistem dukungan

Infeksi

Fasilitasi pasien dukungan oleh

Pribadi

tindakan

mencegah,
atau

untuk keluarga, teman, dan masyarakat

menghilangkan,

mengurangi

ancaman

infeksi
- mengakui

konsekuensi

pribadi yang terkait dengan


infeksi
- mengidentifikasi

risiko

infeksi dalam situasi seharihari


- mengidentifikasi

tanda-

tanda pribadi dan gejala


yang

mengindikasikan

potensi risiko
- mengidentifikasi

strategi

- Identifikasi tingkat dukungan


keluarga
- Tentukan sistem pendukung
yang saat ini digunakan
- Tentukan hambatan untuk
menggunakan

sistem

pendukung
- Pantau situasi keluarga saat ini
- Jelaskan kepada orang lain
yang peduli bagaimana mereka
dapat membantu
- Nilai respon psikologis untuk
situasi dan ketersediaan sistem
pendukung

untuk melindungi diri dari


infeksi lain.
- memelihara
2

yang bersih
sosial Keterlibatan Sosial

Isolasi

berhubungan dengan
stigma

penyakit,

penarikan

diri

sistem

lingkungan

dari

pendukung

Kehadiran

Interaksi sosial dengan orangorang,

kelompok,

atau

- Tunjukkan sikap menerima


- Komunikasi secara verbal,
merasa empati atau pahami

organisasi

prosedur isolasi dan

- berinteraksi dengan teman-

pengalaman pasien
- Dengarkan
kekhawatiran

ketakutan

teman dekat
- berinteraksi

dengan

pasien
- Tawarkan untuk menghubungi

dengan

dukungan lain, seperti ustadz


- Bangun kepercayaan dan hal

dalam

positif
- Yakinkan dan membantu orang

dengan

tua dalam peran pendukung

dirinya

menulari orang lain.

tetangga
- berinteraksi
anggota keluarga
- berpartisipasi
kegiatan

santai

orang lain

mereka dengan anak mereka

Konseling

Dukungan Sosial
- Disediakannya waktu oleh

Tetapkan

hubungan

didasarkan pada
orang lain
- tersedianya informasi oleh dan rasa hormat

terapi

kepercayaan

orang lain
- Tunjukkan empati, kehangatan,
- adanya orang-orang yang
dan ketulusan
bisa
membantu
sesuai - Tetapkan kontrak waktu atau
kebutuhan
panjang nya konseling
- adanya kontak sosial yang - Berikan privasi dan menjamin
mendukung
- jaringan sosial stabil
Konsekuensi

kerahasiaan pasien
- Dorong ekspresi

pasien
kecanduan - Bantu

perasaan

pasien

untuk

Substansi

mengidentifikasi masalah atau

keparahan perubahan status

situasi

kesehatan dan fungsi sosial


akibat kecanduan zat
- tidak

adanya

yang

menyebabkan

marabahaya
- Tentukan bagaimana perilaku

keluarga mempengaruhi pasien


perasaan - verbalisasi perbedaan antara

depresi
- kesedihan dapat teratasi
- perasaan ketidakberdayaan

perasaan pasien dan perilaku

teratasi
Terapi
rekreasi
- tidak merasa putus asa
Bantu pasien / keluarga untuk
- rasa kesendirian teratasi
- tidak adanya perasaan takut mengidentifikasi defisit dalam
kesendirian
mobilisasi
- perasaan
merasa
tidak
berharga tidak ada

- Bantu pasien untuk memilih


aktivitas

rekreasi

sesuai

dengan

kemampuan

fisik,

psikologis, dan sosial


- Bantu
pasien

untuk

mengidentifikasi

kegiatan

rekreasi bermakna
- Pantau emosional,
fisik,

dan

respon

sosial

untuk

kegiatan rekreasi
- Berikan penguatan

positif

untuk berpartisipasi dalam


setiap kegiatan
Keinginan untuk hidup
- Berikan ekspresi tekad untuk
hidup
- Berikan ekspresi rasa kontrol
- Gunakan
strategi
untuk
mengkompensasi

masalah

yang terkait dengan penyakit


- Gunakan
strategi
untuk
meningkatkan kesehatan
- Gunakan
strategi
untuk
memperpanjang hidup
- Gunakan pengobatan untuk
memperpanjang hidup

Ketidak

seimbangan Status Nutrisi

Nutrisi : Kurang dari


kebutuhan tubuh b.d
anoreksia dan diare

Konseling gizi

- Asupan nutrisi baik


- Asupan makanan baik
- Asupan cairan baik

- Lakukan hubungan terapeutik


berdasarkan kepercayaan dan
kepedulian
- Tentukan asukan makanan

yang kronik
Definisi
nutrisi
mencukupi

Asupan Status Nutrisi : Asupan


tidak makanan dan cairan
untuk

memenuhi kebutuhan
metabolic

- Asupan

Makanan

secara

oral baik
- Asupan dari tabung pengisi
baik
- Asupan cairan oral baik
- Asupan cairan melalui

pasien dan kebiasaan makan


- fasilitasi identifikasi terhadap
perilaku makan yang harus di
ganti
- Gunakan standar gizi yang
sudah disetujui untuk klien
dalam

mengevalulasi

keadekuatan asupan makanan


- Diskusikan makanan yang

intravena baik
- Asupan
nutrisi

klien sukai dan yang tidak


secara

parenteral baik

disukai
- Diskusikan arti dari makanan
kepada pasien

Status

Nutrisi

Asupan

nutrisi

Terapi Nutrisi

- Lakukan

Asupan kalori memadai


Asupan protein cukup
Asupan lemak cukup
Asupan karbohidrat cukup
Asupan serat cukup
Asupan vitamin cukup
Asupan mineral cukup
Asupan zat besi cukup
Asupan kalsium cukup
Asupan garam cukup

penilaian

gizi

dengan lengkap,
- Pantau cairan / makanan yang
ditelan

dan

menghitung

asupan kalori harian


- Sediakan makanan

yang

dibutuhkan dalam batas diet


yang ditentukan
- Berikan pasien dengan tinggi
protein,

tinggi

makanan

dan

kalori,
minuman

bergizi jari yang dapat mudah


dikonsumsi,
- Pilih suplemen gizi,
Manajemen Cairan/Elektrolit
- Pantau level serum elektrolit
yang tidak normal
- Berikan
Cairan,

sesuai

keadaan
- Jaga laporan yang akurat
berkaitan dengan asupan dan
keluaran
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau tanda dan gejala
terhadap retensi cairan

Bersihan jalan nafas Status

Pernafasan

: Manajemen jalan nafas

tidak

efektif

- Buka

b.d Kepatenan jalan Nafas

menurunnya ekspansi

paru dan penumpukan sekret


-

Tingkat pernafasan baik


Ritme pernafasan baik
Kedalaman iinspirasi baik
Adanya kemampuan untuk

menghapus sekresi
- Tidak
adanya
pernafasan

suara

yang

tidak

disengaja
- Klien tidak terengah-engah
- Tidak adanya dispnea saat

jalan

angkat

napas,

dengan

atau

teknik

dagu

dorong rahang,
- Posisikan
pasien
memaksimalkan

untuk
potensi

ventilasi
- Masukkan udara melalui jalan
napas oral atau nasofaring,
- Lakukan terapi fisik dada
- Lakukan pernafasan yang

akumulasi

lambat dan dalam, dan batuk


- Instruksikan cara batuk efektif
- Monitor pernafasan dan status

sputum
- Tidak adanya dispnea saat

oksigenasi
- Berikan udara lembab atau

istirahat
- Tidak adanya

oksigen.
- Auskultasi adanya penurunan

klien istirahat

pada ventilasi daerah yang


Status

Pernafasan

Pertukaran Gas
- Tekanan

parsial

adanya suara adventif


oksigen

dalam darah artrial (PaO2)


baik
- Tekanan

parsial

tercatat atau tidak ada dan

karbon

dioksida dalam darah arteri


baik
- pH arteri Klien baik
- adanya
Keseimbangan
perfusi pada ventilasi
- Tidak adanya sianosis

Status Pernafasan : Ventilasi

Terapi Oksigen
Bersihkan Sekresi oral, hidung,
dan trakea
- Pertahankan

patensi

jalan

napas
- Siapkan peralatan oksigen dan
kelola

dengan

sistem,

dipanaskan dilembabkan
- Monitor liter aliran oksigen
- Monitor
posisi
layanan
pengiriman oksigen
- Pantau
efektivitas

terapi

oksigen
Monitor kecemasan
yang
- Tidak adanya retraksi dada
berhubungan dengan pasien
pada klien
- Klien tidak bernafas dengan

mengerutkan bibir
- Tidak adanya gangguan
vokalisasi pada klien
- Tidak adanya gangguan
ekspirasi pada klien
- Tidak ditemukan ekspansi
dada yang tidak simetris pada
klien
- Tidak terdengar suara yang
terdistorsi pada saat aukultasi
Pencegahan aspirasi
- Klien

dapat

mengidentifikasi

faktor

resiko
- Klien dapat menghindari
faktor resiko
- Klien

dapat

mempertahankan
kebersihan oral
- Klien
dapat
makanan

memilih

sesuai

dengan

kemampuan menelan
- Klien
dapat
memilih
makanan

dengan

konsistensi yang tepat

Kerusakan integritas
kulit
dengan

Tissue Integrity : Skin and NIC : Pressure Management

berhubungan
manifestasi

HIV, ekskoriasi dan

Mucous Membranes

Kriteria Hasil :
a

diare pada kulit


b

menggunakan

Integritas kulit yang baik


bisa dipertahankan
Melaporkan
adanya
gangguan

Anjurkan pasien untuk

sensasi

atau

pakaian

yang longgar
Hindari kerutan

pada

tempat tidur
Jaga kebersihan

kulit

nyeri pada daerah kulit


c

agar tetap bersih dan

yang mengalami gangguan


Menunjukkan pemahaman

kering
Monitor

adanya kemerahan
Oleskan
lotion

atau

minyak/baby

pada

dalam proses perbaikan


kulit
d

dan

mencegah

terjadinya sedera berulang


Mampu melindungi kulit
dan

mempertahankan

kelembaban

kulit

dan

perawatan alami

Diare

berhubungan

dengan

Fluid Balance

patogen usus dan atau

Kriteria Hasil :

infeksi HIV

Klien

oil

derah yang tertekan


Monitor aktivitas dan

mobilisasi pasien
Memandikan
pasien

hangat
Diarhea Management
a

Kaji konsistensi , frekuensi


feses dan adanya darah.

tidak

mengalami

diare
b

akan

dengan sabun dan air

Bowel elimination

kuman

kulit

Feses lunak dan berwarna

Auskultasi bising usus

Evaluasi intake makanan


yang masuk

normal
d

Monitor tanda dan gejala


diare

Instruksikan pasien untuk


makan rendah serat , tinggi
protein dan tinggi kalori
jika memungkinkan

Gangguan
nyaman

rasa
(nyeri)

berhubungan dengan
infeksi
kulit.

inflamasi

1. Pain Level,
2. Pain control,
3. Comfort level

Pain Management
a Lakukan
secara

Kriteria Hasil :
a

Mampu mengontrol nyeri


(tahu
mampu
tehnik

pengkajian

penyebab

nyeri,

menggunakan
nonfarmakologi

nyeri

komprehensif

termasuk

lokasi,

karakteristik,

durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor


presipitasi
b Kontrol lingkungan

yang

untuk

mengurangi

nyeri,

mencari bantuan)
b

seperti

Melaporkan bahwa nyeri


berkurang

dengan

menggunakan

manajemen

nyeri
c

Mampu

mengenali

nyeri

dan tanda nyeri)


Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
e

Tanda vital dalam rentang


normal

suhu

ruangan,

pencahayaan dan kebisingan


c Kurangi faktor presipitasi
nyeri
d Pilih

dan

lakukan

penanganan

(skala, intensitas, frekuensi


d

dapat mempengaruhi nyeri

nyeri

(farmakologi,
farmakologi

non
dan

inter

personal)
e Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
f Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
g Berikan analgetik

untuk

mengurangi nyeri
h Tingkatkan istirahat
i Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
j Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
a Tentukan

lokasi,

karakteristik, kualitas, dan


derajat

nyeri

sebelum

pemberian obat
b Cek instruksi dokter tentang
jenis

obat,

dosis,

frekuensi
c Cek riwayat alergi
d Pilih
analgesik

dan

yang

diperlukan atau kombinasi


dari

analgesik

ketika

pemberian lebih dari satu


e Pilih rute pemberian secara

IV, IM untuk pengobatan


nyeri secara teratur
f Monitor vital sign sebelum
dan

sesudah

pemberian

analgesik pertama kali


g Berikan
analgesik

tepat

waktu terutama saat nyeri


8

Ketidakefektifan pola
nafas

berhubungan

dengan

jalan

terganggu
spasme

nafas

status

Ventilation
2. Respiratory

a Posisikan
status

akibat

Airway patency

otot-otot

3. Vital sign Status

pernafasan

dan

penurunan

ekspansi

paru.

1. Respiratory

hebat
: Airway Management
:

1. Mendemonstrasikan

batuk

efektif dan suara nafas yang


bersih, tidak ada sianosis
dyspneu

mengeluarkan
mampu

bernafas

sputum,

adanya suara tambahan


d Berikan bronkodilator bila
perlu
e Atur intake

yang paten (klien tidak


tercekik,

O2
Terapi Oksigen

dalam rentang normal, tidak


ada suara nafas abnormal)
3. Tanda Tanda vital dalam
normal

c
d
e
f

paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda

hipoventilasi
g Monitor adanya kecemasan

(tekanan

darah, nadi, pernafasan)

Bersihkan mulut, hidung dan

secret trakea
b Pertahankan jalan nafas yang

irama

nafas, frekuensi pernafasan

cairan

keseimbangan.
f Monitor respirasi dan status

2. Menunjukkan jalan nafas

untuk

mengoptimalkan

dengan

lips)

rentang

memaksimalkan ventilasi
b Lakukan fisioterapi dada jika

(mampu

mudah, tidak ada pursed

merasa

untuk

perlu
c Auskultasi suara nafas, catat

Kriteria Hasil :

dan

pasien

pasien terhadap oksigenasi


Vital sign Monitoring
a

Monitor TD, nadi, suhu, dan


RR

b Catat

adanya

fluktuasi

tekanan darah
c Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
d Monitor TD, nadi,

RR,

sebelum, selama, dan setelah


aktivitas
e Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
f Monitor pola
abnormal
g Identifikasi

pernapasan

penyebab

dari

perubahan vital sign


9

Intoleransi

aktivitas

berhubungan dengan
kelemahan,
pertukaran

1. Energy conservation
2. Activity tolerance
3. Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :

oksigen,

malnutrisi, kelelahan.

1. Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
2. Mampu melakukan
aktivitas sehari hari (ADLs)
secara mandiri

Activity Therapy
a Bantu

klien

mengidentifikasi

untuk
aktivitas

yang mampu dilakukan


b Bantu
untuk
memilih
aktivitas

konsisten

yang

sesuai dengan kemampuan


fisik, psikologi dan social
c Bantu untuk mengidentifikasi
dan
yang

mendapatkan

sumber

diperlukan

untuk

aktivitas yang diinginkan


d Bantu untuk mendapatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
e Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
f Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
g Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
h Bantu
pasien
untuk

mengembangkan
10

Ketidakefektifan

Hidration

termoregulasi

Immune Status

berhubungan dengan

Kriteria Hasil :

penurunan

imunitas a

Keseimbangan

tubuh.

diri dan penguatan.


Temperature regulation
a

Monitor suhu minimal tiap


2 jam

antara

Monitor TD , nadi dan RR

produksi panas , panas yang

Monitor

diterima , dan kehilangan


panas.
b

motivasi

tanda-tanda

hipotermi dan hipertermi


d

Selimuti

pasien

Temperature tubuh stabil :

mencegah

36,5 - 37 C

kehangatan tubuh
e

untuk

hilangnya

Tingkatkan intak cairan dan


nutrisi

11

Ketakutan

Anxiety

Anxiety Reduction

berhubungan dengan Kriteria Hasil :


prognosis

dan

pengobatan penyakit.

Rasa takut yang dirasakan


pasien dapat berkurang

Ajarkan
indikasi
dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan

Gunakan pendekatan yang


tenang dan meyakinkan

Memberkan

informasi
diagnosis,

Menggunakan

teknik

tentang

relaksasi

untuk

pengobatan , dan prognosa

menurunkan ketakutan

Dorong keluarga untuk


tinggal dengan pasien

Mendengarkan keluhan
yang dirasakan pasien

e
12

Kurang pengetahuan

Kowlwdge : disease

mengenai

process

penyakit

b/d tidak mengenal

b. Kowledge : health

sumber

Behavior

informasi,

permintaan informasi

Kriteria hasil:

Anjurkan pasien tentang


penggunaan teknik relaksasi
a Kaji tingkat pengetahuan
b

pasien dan keluarga


Jelaskan
patofisiologi
dari

penyakit

bagaimana

hal

dan
ini

Pasien

dan

menyatakan

keluarga

berhubungan

pemahaman

anatomi

tentang penyakit, kondisi,


prognosis
b

dan

keluarga

kembali
dijelaskan

cara yang tepat


Gambarkan
penyakit,

secara benar
Pasien
dan
mampu

dengan cara yang tepat.


Gambarkan tanda dan
pada penyakit, dengan

melaksanakan

prosedur yang dijelaskan


c

keluarga
menjelaskan

apa

yang

perawat/tim

dengan cara yang tepat

aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab


sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis.
Terapi AZT (Azidotimidin).
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3.
Terapi Antiviral Baru.
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1) Didanosine
2) Ribavirin
3) Diedoxycytidine.

cara

pasien tentang kondisi,

opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang

dengan

proses

yang tepat
Sediakan informasi pada

kesehatan lainnya
4. Penatalaksanaan
a Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi

fisiologi,

gejala yang biasa muncul

pengobatan
Pasien
dan
mampu

program

dan

dengan

4) Recombinant CD 4 dapat larut.


d

Vaksin dan Rekonstruksi Virus.


Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan
keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang
pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makanmakanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan
-

yang mengganggu fungsi imun.


Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T

dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).


5. Evaluasi
a Klien dinyatakan bebas dari tanda dan gejala infeksi
b Klien dapat menyesuaikan diri secara tepat
c Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
d Klien tidak merasa tercekik , irama nafas , frekuensi nafas , dalam rentang
e
f
g
h
i
j
k
l

normal serta tidak ada suara nafas abnormal.


Integritas kulit klien dapat dipertahankan
Klien tidak mengalama diare.
Rasa nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang .
Respirasi pasien dalam rentang yang normal
Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
Suhu tubuh klien dalam rentang normal .
Rasa ketakutan yang dirasakan klien dapat berkurang.
Klien dapat memahami penyakit yang dideritanya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad.F.2011. ASKEP AIDS HIV DOC. Available on :
http://www.academia.edu/5352879/ASKEP_AIDS_HIV_DOC ( Diakses
tanggal 7 Maret 2015)
Capernito.L.J. 2007. Buku Saku Diangnosa Keperawatan,Edisi 10. Jakarta : ECG
Direktorat

Bina Pelayanan Keperawatan Depkes. 2008. Modul Pelatihan

Keperawatan. Pencegahan& Dukungan Pada ODHA


Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa
: I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
FKUI Jakarta, 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Balai penerbit FKUI. Jakarta
Nurarif.A.H & Hardi.K. 2013. Aplikasi Nanda NIC-NOC. Yogjakarta;MediAction
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardi, 2013, Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NICNOC Jilid 1, Media Action,
Jakarta
Sandi. 2013. Laporan Pendahuluan HIV/ AIDS. Available :
http://sandilee7.wordpress.com/2013/11/05/laporan-pendahuluan-hivaids/ (
Diakses tanggal 7 Maret 2015)

You might also like