Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ovarium mempunyai fungsi dan peranan yang penting sebagai organ reproduksi
khususnya bagi wanita , namun dalam fungsi dan peranannya terdapat masalah yang
patut untuk diperhatikan. Masalah tersebut adalah kista ovarium, potensinya dapat
menyerang kaum wanita pada umumnya. Namun pada hegemoni sekarang ini kaum
wanita kurang atau bahkan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan sehingga resiko
timbul kista ovarium menjadi tinggi. Demikian juga etiologi dari kista ovarium juga
sangat erat dengan aktifitas sehari-hari menjadi faktor pendukung kerentanan individu
terkena kista ovarium.
Tahun 2008 WHO (World Health Organization) telah memaparkan bahwa kista
ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasa ginekologi. Kista
ovarium juga merupakan kanker kelima yang sering menjadi penyebab kematian pada
wanita setelah setelah kanker paru-paru, kolorental, payudara dan pankreas. Angka
insiden pada wanita di bawah 50 tahun sebanyak 5,3/100.000 dan meningkat menjadi
41,4/100 pada wanita di atas 50 tahun. Resiko yang paling ditakuti dari kista ovarium
yaitu mengalami degenerasi keganasan, disamping itu bisa juga mengalami torsi atau
terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau infeksi.
Begitu tingginya resiko terjadi kista ovarium mengharuskan setiap kaum wanita
meningkatkan perhatian dan kewaspadaan terhadap segala yang berkaitan mengenai
kista ovarium. Sehingga peran perawat dalam health educator sangat diperlukan yaitu
menjelaskan, mengajarkan, memberi arahan serta memberi asuhan keperawatan yang
sesuai terhadap penanganan klien dengan kista ovarium.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep dari
1.2.2
kista ovarium
Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kista ovarium
1.2.2.2 Mampu menemukan masalah keperawatan pada klien dengan kista
ovarium
1.2.2.3 Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kista
ovarium
Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami tentang Kista Ovarium sehingga dapat
menunjang pembelajaran perkuliahan pada mata kuliah Keperawatan
Reproduksi I.
2. Mahasiswa mampu memahami proses asuhan keperawatan yang dilakukan
pada klien dengan Kista Ovarium sehingga dapat menjadi bekal saat
melakukan proses asuhan keperawatan selama dirumah sakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
digerakkan. Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada
pria.Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar. Saat
ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk sementara.
Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit
kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturasi seksual,
luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan
nodular menjadi kasar.
2.
Ektremitas Uterina (superior) ujung yang yang dekat dengan uterus dan
Ekstremitas Tubaria (inferior) ujung yang dekat dengan Tubae Unterinae.
3.
Facies Medialis ( Facies yang datar yang menghadap ke Tubae Uterinae) dan
Facies Latelaris ( facies yang lebih cembung yang menghadap ke Ligamentum
Suspensorium Ovarii)
1.
2.
3.
sepasang
organ
berbentuk
kelenjer
dan
tempat
menghasilkan ovum. Kelenjer itu berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan dan
kiri uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uteri. (Evelin, 200: 261)
Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel
primordiial dan medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh darah, serabut sara dan sedikit otot polos. (Bobak. 1995: 25)
Fungsi ovarium adalah:
1. Memproduksi ovum
Hormon gonodotrofik
dari
kelenjar
hipofisis
bagian
anterior
perubahan anak gadis pada masa pubertas dan penting untuk tetap adanya sifat
fisik dan mental yang menandakan wanita normal. (Evelin, 2000: 262)
3. Memproduksi hormon progesterone
Hormon progesteron disekresi oleh luteum dan melanjutkan pekerjaan
yang dimulai oleh estrogen terhadap endometrium yaitu menyebabkan
endometrium menjadi tebal, lembut dan siap untuk penerimaan ovum yang telah
dibuahi. (Bobak, 1995: 28)
2.2
Definisi
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel
telur dari ovarium. Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang
berisi cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional
karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu
ovulasi. (Yatim, 2005).
Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang bersifat
non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari korpus luteum. Tetapi disamping
itu ditemukan pula jenis yang merupakan neoplasma. Oleh karena itu, kista ovarium
dibagi dalam 2 golongan :
1.
peritonem parietale. Kista ini berasal dari teratoma. Selain itu, bisa terjadi ileus
karena perlekatan dan produksi musim yang terus bertambah akibat
pseudomiksoma peritonei.
Etiologi
2.4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Manifestasi Klinis
Kebayakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar
gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi
tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
1.
2.
3.
4.
5.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
Perasaan penuh dan tertekan diperut bagian bawah.
Nyeri saat bersenggama.
Perdarahan.
2.5
Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih
dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista di tengahtengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis
dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mulamula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikural dan luteal yang kadang-kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuik FSH
dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atausensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal, kelainan
yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel de graaf yang tidak pecah atau folikel yang
sudah pecah dan segera menutup kembali.
Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan
serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi
cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak sampai
mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah
pelvis.
Pada
neoplasia
tropoblastik
gestasional
(hydatidiform
mole
WOC
(terlampir)
2.7
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pap smear
Pap Smear untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya
2.
kanker / kista.
Ultrasound / scan CT
Memungkinkan visualisasi kista yang diameternya dapat berkisar dari 1-6 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi
3.
4.
5.
2.8
Penatalaksanaan
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah,
missal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2.
3.
menghilangkan kista.
Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian
penurunan
tekanan
intra
abdomen
yang
diakibatkan
oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
4.
penyangga.
Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti
kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan
tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda tanda infeksi, perawatan insisi
luka operasi.
( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba
(Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup
keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan
insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi
mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan
rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton, 1995).
Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena
kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan
dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih,
drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas
pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu
minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu,
hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan
kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah
operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran (Long, 1996)
2.9. Komplikasi
FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan
hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid
berkaitan dengan prognosis yang buruk. Sebagian besar tumor sel germinal yang
terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik.(william, 2005)
Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih
baik dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak
agresif dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi
tetap berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka
bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2% (william, 2005)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang
dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan keputusan
yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya meliputi :
1. Biodata
Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.
2. Riwayat kesehatan
Meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
3.
c. Riwayat persalinan
d. Riwayat KB
4. Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)
a. Kaji tingkat kesadaran
b. Ukur tanda-tanda vital
c. Auskultasi bunyi nafas
d. Kaji turgor kulit
e. Pengkajian abdomen
a) Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
b) Auskultasi bising usus
c) Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
d) Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
e) Kaji status balutan
f. Kaji terhadap nyeri atau mual
g. Kaji status alat intrusif
h. Palpasi nadi pedalis secara bilateral
i. Evaluasi kembajinya reflek gag
j. Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya
waktu di bawah anestesi.
k. Kaji status psikologis pasien setelah operasi
5. Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP)
b. Terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun peroral
3.2
Analisa Data
Data
DS : Klien mengatakan
bahwa dia merasa
nyeri pada luka di
perutnya.
P : Klien merasa nyeri
karena adanya luka post
operasi.
Etiologi
Kista Ovarium
Operasi
Luka Insisi
Diskontinuitas Jaringan
Nyeri
Masalah Keperawatan
Gangguan rasa nyaman :
nyeri abdomen
Q : Klien mengatakan
nyerinya seperti
berdenyut-denyut.
R : Klien merasakan nyeri
di perutnya.
S : Skala nyeri yang
dialami klien adalah 2
(sedang).
0 : Tidak nyeri
1: Nyeri ringan
2 : Nyeri sedang
3: Nyeri berat
4: Nyeri tak tertahankan
T : nyerinya sejak 2 hari
yang lalu setelah
dilakukan operasi dan
nyerinya kadang-kadang
muncul
DO :
-Klien masih terlihat
meringis kesakitan ketika
bergerak.
- Skala nyeri 2 (sedang).
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 85 kali/menit
T : 36,5 oC
R : 20 kali/menit
DS : DO : Luka post Op
DO : klien menyatakan
Kista Ovarium
Pembedahan
Resiko infeksi
Kista Ovarium
Resiko infeksi
Ansietas
kecemasannya
DS : klien terlihat tidak
tenang
DS : Klien mengatakan
mual, muntah.
DO :
- Klien hanya memakan
dari porsi yang disediakan
- Klien tampak tidak nafsu
makan
- BB menurun (1kg dalam
seminggu) 64kg menjadi
63 kg
DS :
Operasi
Kurang pengetahuan
Ansietas
Kista Ovarium
Pembesaran ovarium
kebutuhan
Kista Ovarium
Imobilitas
tidak keluar
Resiko konstipasi
-Klien
mengatakan
sebelumnya tidak pernah
seperti ini
DO :
-Klien tampak kurang
beraktivitas
-Klien
terlihat
Resiko konstipasi
3.3
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen
(Long,1996)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap pembedahan
(Carpenito, 1995)
3. Resiko konstipasi berhubungan dengan pembedahan abdominal (Doenges, 2000)
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual,
muntah.
5. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi (Doenges, 2000)
3.4
Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada
abdomen (Long,1996)
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :
Skala nyeri 0, pasien mengungkapkan berkurangnya rasa nyeri, tanda-tanda vital
normal.
Intervensi :
a. Jelaskan penyebab nyeri pada pasien.
b. Kaji skala nyeri pasien.
c. Ajarkan tehnik distraksi selama nyeri.
d. Berikan individu kesempatan untuk istirahat yang cukup.
e. Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik sesuai
program dokter.
f. 30 menit setclah pemberian obat pengurang rasa sakit, evaluasi kembali
efektifitasnya.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap
pembedahan (Carpenito, 1995)
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi (TTV normal, tidak ada peningkatan leukosit).
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV
b.
Dorong pemasukan cairan adekuat, termasuk sari buah bila pemasukan peroral
dimulai.
c.
Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Tinjau ulang efek prosedur pembedahan dan harapan pada masa dating.
b.
Diskusikan
dengan
lengkap
masalah
yang
diantisipasi
selama
masa
penyembuhan.
c.
d.
e.
f.
g.
Dorong minum obat yang diberikan secara rutinIdentifikasi tanda atau gejala
yang memerlukan evaluasi medis.
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel
telur dari ovarium. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan
dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi keempat. Jakarta:EGC.
Pearce, Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Barui. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Mansjoer ,Arif.2001.Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta : EGC