You are on page 1of 3

Pengertian Hasil Belajar Matematika

Menurut Para Ahli


Ditulis pada 29 January 2013

Kemarin kita telah melihat tentang Contoh Identifikasi Masalah Penelitian, kali ini kita
akan melihat lebih jauh tentang Pengertian Hasil Belajar Matematika Menurut para Ahli.
Semoga bermanfaat.Pengertian Belajar
Belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah proses perubahan tingkah laku
(Depdikud, 1998).Menurut Hilgard dan Brower (Hamalik, 2003) mengemukakan bahwa
belajar merupakan dalam perbuatan melalui aktifitas, praktek dan pengalaman.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Hudoyo (1990), belajar merupakan suatu proses aktif
dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan
tingkah laku.
Slameto (2003) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan
suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa pengertian belajar dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan
yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk mendapatkan perubahan dan memperoleh
pengetahuan serta keterampilan baru yang sifatnya permanen.

Hakekat Belajar Matematika


Berdasarkan etimologis, perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh
dengan bernalar. Sedangkan Ruseffendi (1990) berpendapat bahwa matematika terbentuk

sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide proses dan penalaran. Dan
Djaali (2006) berpendapat bahwa matematika sebagai ilmu pengetahuan abstrak tentang
ruang dan bilangan, ia sering dilukiskan sebagai kumpulan sistem matematika dengan ide-ide
struktur dan hubungannya yang teratur memuat urutan yang logis.
Menurut Dienes (Bell, 1981) bahwa matematika dapat dipandang sebagai studi tentang
struktur, yaitu menganalisis berbagai struktur matematika dan hubungan logis dari strukturstruktur itu, dan sebagainya.
Dalam matematika tampak adanya kehirarkian di antara pokok-pokok bahasannya, yaitu
suatu pokok bahasan merupakan prasyarat pokok bahasan lainnya. Oleh karena itu, menurut
Soedjadi (1983) bahwa untuk menguasai matematika diperlukan cara belajar yang berurutan
setapak demi setapak dan berkesinambungan. Pendapat ini bersesuaian dengan pendapat
Herman Hudoyo (1990) yang mengatakan bahwa dalam matematika, mempelajari konsep B
yang berdasarkan pada konsep A, maka perlu memahami dahulu konsep B. Oleh karena itu,
untuk belajar matematika harus dilakukan secara bertahap, berurutan, dan berkesinambungan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka belajar matematika adalah proses perubahan tingkah
laku melalui pengalaman belajar matematika.

Hasil Belajar Matematika


Menurut Kimble dan Garmezy (Ali, 1987), sifat perubahan perilaku dalam belajar bersifat
permanen. Dengan demikian hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan
melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama.
Menurut Abdurrahman (1999), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui
kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang, di mana hasil belajar
dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan anak tentang materi yang akan dipelajarinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar
matematika dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa
terhadap bidang studi matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat
pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya. Di mana hasil belajar matematika siswa
dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seorang siswa digolongkan
menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang
ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari
luar individu. Kedua faktor tersebut mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka
membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.
Menurut Ahmadi (2004), yang tergolong dalam faktor internal adalah sebagai berikut:
(1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya
penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. (2) Faktor psikologis yang terdiri
atas faktor intelektif misalnya kecerdasan dan bakat, serta faktor non-intelektif yaitu unsur-

unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan
penyesuaian diri. (3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Dan yang tergolong dalam faktor eksternal adalah :
(1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat dan lingkungan kelompok. (2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian. (3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah,
fasilitas belajar, dan iklim. (4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Dimyati (1989) mengemukakan faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar meliputi
perbedaan kemampuan, kreativitas, motivasi berhasil, kecemasan, minat dan sebagainya.
Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekolah, lingkungan rumah tangga dan
keadaan sosial ekonomi. Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa tinggi rendahnya hasil
belajar yang dicapai oleh siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intelegensi melainkan
juga faktor non-intelegensi seperti minat, motivasi berprestasi, emosi, penyesuaian diri dan
kecerdasan emosional.

Proses Kerangka Berfikir untuk Merumuskan Hipotesis:


K e r a n g k a p i k i r m e r u p a k a n i n t i s a r i d a r i t e o r i ya n g t e l a h d i k e m b a n g k a n
ya n g d a p a t mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka
memberi jawabanterhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar
variabel berdasarkan pembahasan teoritis.
Perlu dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka pikir.
Kerangka p i k i r p a d a u m u m n ya h a n ya d i p r u n t u k k a n p a d a j e n i s p e n e l i t i a n
kuantatif
. Untuk penelitian
kualitatif
kerangka berpikirnya terletak pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati
secaralangsung oleh penulis. Sedangkan untuk penelitian tindakan kerangka berpikirnya
terletak padarefleksi, baik pada peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan kerangka
berpikir yang tajamyang dapat digunakan untuk menurunkan hipotesis.Pada proposal
penelitian kajian teoritik secara analisis dan konklusif harus membuahkan premis-premis bagi
penelitian yang menganut model hipotesis deduktif. Pada kerangka berpikir tersebut,
peneliti mengajukan argumentasi ilmiah yang mengarah pada jawaban
permasalahans e c a r a d e d u k t i f . K e r a n g k a b e r p i k i r m e n g a r a h p a d a p e r u m u s a n
hipotesis. Oleh karena itu
kerangka berpikir disusun untuk setiap rumusan hipotesis
. Untuk memperjelas uraian perludigambarkan kerangka berpikir tersebut pada suatu
model sehingga alur pikir peneliti dapat dengan mudah dipahami pembaca.

You might also like