You are on page 1of 4

BAB IX

ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT


Perdagangan ekspor impor merupakan transaksi yang mempunyai resiko
sangat tinggi. Barang-barang yang diangkut baik melalui laut, udara maupun darat
menempuh jarak jauh dapat menimbulkan kerusakan dan kehilangan dalam
perjalanan. Pembeli dan penjual saling berjauhan, tidak saling kenal mengenal
bahkan juga tidak pernah bertemu sama sekali. Bonafiditas pembeli baik perusahaan
maupun negaranya sama sekali asing dan tidak diketahui dengan pasti. Tagihan ada
kemungkinan tidak terbayar, resiko semacam ini disebut resiko Non Payment yang
berati barang sudah terkirim tetapi tagihan piutang tidak dapat diterima. Resiko
kerusakan fisik maupun non payment ini dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi
laut (Marine Insurance), atau badan usaha Anjak Piutang (Factoring) asal kita mau
membayar premi asuransinya.
9.1

Pengertian Asuransi Dan Prinsip-Prinsip Pokok Pertanggungan


Menurut Pasal 246 KUHD maka yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu

perjanjian dari suatu persetujuan di dalam mana pihak penanggung ( The Insurer)
berjanji akan menggantikan keinginan berhubungan dengan kerusakan, kerugian,
kehilangan laba yang diharapkan yang dialami oleh pihak tertanggung (The Insured)
dan disebabkan oleh kejadian yang tidak disangka. Mengenai perjanjian dan
persetujuan mana pihak tertanggung harus membayar uang premi kepada
penanggung. Persetujuan asuransi ini dicantumkan secara terperinci yang lazim
disebut dengan POLIS ASURANSI yang telah ditanda tangani oleh kedua belah
pihak.
Prinsip-prinsip pokok pertanggungan berlandaskan pada kesepakatan kedua
belah pihak baik eksportir maupun importir dengan perusahaan asuransi yang dipilih.
Adapun prinsip-prinsip pertanggungan dalam asuransi pengangkutan akan meliputi
hal sebagai berikut:

77

1.

Adalah pertanggungan itu termasuk suatu perjanjian dan persetujuan


yang dilandaskan pada itikad (The Utmost Good Faith). Penanggung
hanya

resiko dan menetapkan jumlah premi disampaikan secara jujur

berdasarkan fakta-fakta.
2.

Adalah adanya kepentingan tertanggung (Interest) atas barang yang


dipertanggungkan. Seorang akan mempertanggungkan sesuatu yang
dimiliki karena mempunyai kepentingan terhadap sesuatu tersebut.

3.

Adalah adanya ganti rugi (Indeminity) sudah disepakati oleh semua


pihak yang terlibat.

9.2

Tanggung Jawab Maskapai Pengangkutan


Dalam perdagangan luar negeri barang-barang niaga pada umumnya diangkut

oleh perusahaan-perusahaan pengangkutan baik di darat, udara maupun laut. Namun


dari sekian maskapai pengangkutan paling umum dipergunakan adalah sarana
angkutan laut, mungkin kareana bisa mengangkut lebih banyak disamping ongkos
lebih murah. Disamping itu dapat mengangkut dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan dengan alat angkut lainnya.
Tugas dan tanggung jawab maskapai pengangkutan antara lain sebagai
berikut:
1.

Menyelenggarakan pengangkutan barang sesuai dengan keinginan


para pembeli dan penjual.

2.

Menyelamatkan barang-barang selama dalam perjalanan.

3.

Memelihara dan menjaga barang-barang yang diangkut.

4.

Bertanggung jawab atas kerusakan dan kerugian atas barang-barang


selama dalam pengangkutannya, karena selama itu akan menjadi
tanggung jawab agen pengangkutan kecuali hal-hal sebagai berikut:
a.

Bencana alam (Act of Gods)

b.

Serangan musuh (Act of The Kings Enemies)

c.

Kerusakan oleh sifat-sifat barang itu sendiri

d.

Kelalaian dalam pengepakan oleh pemilik barang itu sendiri

78

Bila kita teliti lebih lanjut maka resiko kerusakan atau kerugian akibat
pengangkutan tersebut dapat dilakukan penuntutan ganti rugi, namun sangat terbatas
sekali sedangkan kerugian-kerugian yang terjadi disebabkan hal-hal yang tidak
terduga umumnya akan menjadi tanggung jawab pemilik barang. Dengan adanya
kemungkinan pemilik barang mempertanggungjawabkan resiko kerusakan maka
dengan sendirinya resiko kerusakan atau kerugian ini dapat di limpahkan menjadi
tanggung jawab perusahaan asuransi.
9.3

Jenis Kerugian Dan Kerusakan Pengangkutan Laut


Adapun jenis kerugian dan kerusakan dalam pengangkutan laut meliputi hal

sebagai berikut:
9.3.1

Total Loss adalah kerugian karena terjadi kerusakan keseluruhan


barang-barang-barang yang dingkut terdiri dari:
1. Actual Total Loss artinya keseluruhan kapal dan muatannya
hilang, lenyap secara keseluruhan.
2. Constructive Total Loss artinya secara keseluruhan kapal dan
barang kehilangan wujud semula, walaupun secara fisik tidak
mengalami kerusakan.

9.3.2

Partial Loss adalah kerugian karena terjadi kerusakan pada sebagian


barang yang diangkut, terdiri atas:
1.

General Average adalah kerugian dengan sengaja dilakukan


untuk keselamatan semua pihak yang berkepentingan terhadap
pengangkutan tersebut.

2.

Particular Average adalah kerugian khusus yang diderita oleh


kapal ataupun muatannya karena kecelakaan yang terjadi tanpa
sengaja oleh siapapun.

Sekalipun dewasa ini hampir seluruh resiko kerusakan dan kerugian sudah
dapat diasuransikan, akan tetapi masih tetap dianggap perlu juga dicantumkan resikoresiko khusus yang dianggap perlu dicantumkan dalam perjanjian asuransi. Adapun
resiko umum yang ditanggung oleh perusahaan asuransi sebagai berikut:

79

1.

Bencana alam seperti: angin, badai, gelombang, kabut, batu


karang, gunung es dan petir serta bencana lainnya seperti
tabrakan dan kebakaran.

2.

Bencana karena perbuatan manusia antara lain perbuatan awak


kapal dan perbuatan pihak ketiga seperti bajak laut, penyamun
dan pencurian.

3.

Resiko yang bersifat khusus antara lain karena bencana:


perang, pemogokan, kerusuhan, pemberontakan, kehilangan di
darat, penyusutan resiko karena keterlambatan bongkar muat.

80

You might also like