Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Fadhli Aufar Kasyfi
04111001091
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
PERNYATAAN
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini dengan ini menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister dan/ atau doktor), baik di
Universitas Sriwijaya maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian Saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan verbal Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka Saya
bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.
iii
NIM
: 04111001091
Program Studi
Fakultas
: Kedokteran
Jenis Karya
: Skripsi
Yang Menyatakan
iv
ABSTRAK
KARAKTERISTIK PASIEN DISLOKASI SENDI BAHU DI
SUBBAGIAN BEDAH ORTOPEDI RSUP Dr. MOHAMMAD
HOESIN PALEMBANG TAHUN 2012-2013
(Fadhli Aufar Kasyfi, Januari 2015, 45 halaman)
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Latar Belakang: Epidemiologi kasus dislokasi sendi bahu masih kurang
dipahami sampai saat ini. Tingkat morbiditas penderita dislokasi sendi bahu masih
relatif tinggi berkaitan dengan faktor resiko dan tatalaksana yang dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien dislokasi sendi
bahu di Subbagian Bedah Ortopedi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
ditinjau dari segi demografi, kejadian dislokasi, dan tatalaksana.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross
sectional. Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat inap dislokasi sendi
bahu di Subbagian Bedah Ortopedi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Sampel diambil dengan metode total sampling dari seluruh rekam medik pasien di
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dari bulan Januari 2012 sampai bulan
Desember 2013.
Hasil: Subjek penelitian adalah 55 pasien yang terdiri dari 39 laki-laki dan 16
perempuan. Sebanyak 26,1% penderita berusia 14-24 tahun dan 70,9% diderita
oleh laki-laki. Berdasarkan waktu kejadian dislokasi, 76,4% pasien datang dengan
dislokasi akut. Penyebab utama dislokasi adalah trauma (90,9%). 60% kasus
terjadi akibat mekanisme trauma langsung. Dislokasi anterior menjadi yang paling
banyak yaitu 50 dari 55 kasus (90,9%) yang diteliti. 34,5% kasus ditemukan
komplikasi berupa fraktur-dislokasi. Teknik reduksi menjadi yang paling banyak
dilakukan dalam penatalaksanaan yaitu 56,4%.
Kesimpulan: Usia muda dan jenis kelamin laki-laki adalah faktor resiko
terjadinya dislokasi sendi bahu. Kejadian dislokasi terbanyak adalah dislokasi
anterior, dislokasi akibat trauma, dan dislokasi akut.
Kata kunci: dislokasi sendi bahu, dislokasi akut, dislokasi anterior, frakturdislokasi.
Palembang, 19 Januari 2015
Mengetahui
Pembimbing I
Pembantu Dekan I
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas
kesehatan dan segala kemudahan yang di berikan- Nya sehingga Skripsi dengan judul
Karakteristik pasien dislokasi sendi bahu di Subbagian Bedah Ortopedi RSUP
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2012-2013 ini dapat diselesaikan dengan baik
tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran (S. Ked).
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan,
bimbingan, doa, semangat, serta saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. DR. Dr. M. Zulkarnain, MMedSc, PKK., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
2. DR. dr. Nur Rachmat Lubis, Sp. OT selaku pembimbing substansi dan penguji
1(satu) yang telah bersedia mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga untuk
mengarahkan serta mendorong saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. DR. dr. Legiran, M.Kes selaku pembimbing metodologi penelitian dan penguji
2(dua) yang telah bersedia mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga untuk
mengarahkan serta mendorong saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Indri Septadina, M.Kes, selaku penguji 3 (tiga) yang telah menguji dan
memberikan saran untuk perkembangan skripsi ini.
5. Prof. DR. Dr. Yuwono, M.Biomed., sebagai penguji kelayakan etik proposal
skripsi
vii
6. Keluarga saya secara khusus kepada kedua orang tua saya DR. Ir. Kuswanta Futas
Hidayat, M. P., dan Yati Surini, S. Kep., Ners, M. Pd., kepada kakek saya tercinta,
dan juga kepada saudara/i saya Fanny dan Farid atas dukungan baik secara moral
maupun material dan doa restu dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kekasih saya Rinda Mentari, sahabat-sahabat saya Dimas, Riedho, Riandri,
Ganda, Johannes, Agien, Tafdhil, dan semua teman dekat maupun kawan-kawan
seangkatan sekalian yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah turut
membantu dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan dan penyelesaian skripsi ini yang tidak bias saya sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penelitian lain selanjutnya dan bagi
masyarakat. Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan berkat dan
rahmat bagi kita semua. Amin.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAAN ............................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
1.4.1 Manfaat Ilmiah ........................................................................ 4
1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat ........................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sendi Bahu ........................................................................................... 5
2.1.1. Anatomi .................................................................................. 5
2.1.2. Biomekanik............................................................................. 7
2.2 Dislokasi Sendi Bahu............................................................................ 9
2.2.1. Definisi ................................................................................... 9
2.2.2. Epidemiologi .......................................................................... 9
2.2.3. Etiologi ................................................................................... 10
2.2.4. Patofisiologi ............................................................................ 10
2.2.5. Mekanisme.............................................................................. 11
2.2.6. Klasifikasi ............................................................................... 12
2.2.6.1 Dislokasi Anterior....................................................... 12
2.2.6.2 Dislokasi Posterior...................................................... 13
2.2.6.3 Dislokasi Inferior ........................................................ 13
2.2.7. Diagnosis ................................................................................ 13
2.2.8. Pengkajian Diagnostik ............................................................ 14
2.2.9. Manifestasi Klinik .................................................................. 14
2.2.10. Komplikasi.............................................................................. 15
2.2.11. Penatalaksanaan ...................................................................... 15
ix
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
Judul
Halaman
Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ................................................ 30
Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 31
Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Dislokasi ............................... 31
Distribusi Sampel Berdasarkan Arah Dislokasi ............................... 32
Distribusi Sampel Berdasarkan Penyebab Dislokasi ....................... 33
Distribusi Sampel Berdasarkan Mekanisme Dislokasi .................... 33
Distribusi Sampel Berdasarkan Fraktur Komponen Sendi .............. 34
Distribusi Sampel Berdasarkan Penatalaksanaan............................. 35
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
Judul
Halaman
Ligamentum pada sendi bahu......................................................... 6
Otot- otot pada bahu ....................................................................... 7
Teknik Reduksi Cooper-Milch....................................................... 16
Teknik Reduksi Stimsons ............................................................. 16
Teknik reduksi Hipocrates ............................................................. 17
Teknik reduksi Kocher ................................................................... 18
Teknik manipulasi Countertraction ............................................... 19
Teknik reduksi Spaso ..................................................................... 19
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik
4.1
4.4
4.6
Judul
Halaman
Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ................................................ 36
Distribusi Sampel Berdasarkan Arah Dislokasi ............................... 39
Distribusi Sampel Berdasarkan Mekanisme Dislokasi .................... 41
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
2
3
4
5
Judul
Halaman
Lampiran Data Pasien ..................................................................... 59
Lampiran Surat Etik ........................................................................ 62
Lampiran Surat Izin Penelitian........................................................ 63
Lampiran Surat Selesai Penelitian .................................................. 64
Lampiran Artikel ............................................................................. 65
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri pada bahu serta adanya
riwayat trauma. Diagnosis pada kasus dislokasi yaitu dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboraturium. Sebagian kasus dislokasi sendi
merupakan kompetensi dokter spesialis. Dokter umum harus memiliki
kemampuan untuk mendiagnosis awal dan melakukan sitem rujukan yang benar
untuk menghindari tingginya angka morbiditas dan komplikasi yang serius. Pada
beberapa kasus, contohnya pada kasus dislokasi bahu posterior, didapatkan 60
80% sering terjadi kesalahan mendiagnosis kasus (Koval dan Zuckerman, 2006).
Pada keadaan akut, penatalaksanaan yang lama dan tidak cermat dapat
menimbulkan berbagai komplikasi salah satunya nekrosis vaskular dan dislokasi
berulang
yang
disbut
juga
luksasio
habitualis
(Sjamsuhidajat,
2010).
Penatalaksaan dalam kasus dislokasi sendi bahu dibagi menjadi tindakan operatif
dan non-operatif atau konservatif. Dalam sebuah studi di Inggris didapatkan terapi
operatif lebih menurunkan angka terjadinya dislokasi sendi bahu berulang.
Penanganan yang cepat dan tepat merupakan kunci untuk menurunkan angka
morbiditas (Handoll, 2004).
Berdasarkan pernyataan masih kurangnya tingkat pengetahuan mengenai
epidemiologi dislokasi sendi bahu, angka morbiditas yang tinggi serta tingkat
pengetahuan dokter umum yang sangat penting berkaitan dengan diagnosis awal
dan rujukan, timbul pemikiran bahwa informasi dan pengetahuan penyebab, jenis,
dan faktor risiko terjadinya dislokasi sendi menjadi sangat penting dan perlu
pengetahuan yang lebih jelas berkaitan dalam pendekatan diagnosis, tatalaksana,
dan pencegahan. Dalam hal ini, peneliti memilih semua rekam medis dislokasi
sendi bahu di Sub Bagian Bedah Ortopedi RS Dr. Mohammad Hoesin, Palembang
Januari 2012 Desember 2013 sebagai sampel penelitian.
penelitian
ini
bagi
peneliti
yaitu
mendapatkan
b. Bagi Institusi
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data epidemiologi
dislokasi sendi bahu di Subbagian Bedah Ortopedi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2012 - 2013.
2. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan
pembanding untuk penelitian selanjutnya.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang
berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang kedokteran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sendi,
yaitu
sendi
sternoclavicular,
sendi
glenohumeral,
sendi
2.1.2 Biomekanika
Gerakan-gerakan dari bahu dibagi dua, yang didasarkan pada kelompok
otot penggeraknya. Gerakan tersebut antara lain gerakan skapula dan gerakan dari
humerus. Gerakan Scapula meliputi gerakan elevasi, depresi, abduksi, adduksi,
upward rotation, downward rotation, upward tilt, dan reduction of upward tilt.
sebagian yang bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.
Dikatakan Recurrent apabila terjadi suatu dislokasi berulang sedangkan Habitual
apabila dislokasi dapat diprofokasikan sendiri oleh penderitanya, keadaan ini
bersifat kongenital atau akibat injeksi berkali-kali (biasanya antibiotika) ke dalam
otot (Apley, 2010).
Dislokasi sendi bahu adalah lepasnya hubungan sendi pada bahu yang
sering disebabkan oleh suatu cedera akut karena lengan dipaksa berabduksi di luar
kemampuan dari kaput humeri yang dipertahankan pada sendi glenoidale yang
dangkal oleh labrum glenoidale, ligamentum glenohumerale, ligamentum
coracohumerale, kanopi arcus coracoacromiale, dan otot di sekeliling (Helmi,
2012). Kelemahan ligamen atau glenoid dysplasi dan stress pada sendi akibat
aktivitas yang berlebihan bisa juga menyebabkan terjadinya dislokasi ini
(Nagayam, 2010).
Dislokasi bisa terjadi juga karena kekuatan yang menyebabkan gerakan
rotasi eksterna dan ekstensi bahu. Kaput humerus terdorong ke depan, sehingga
menyebabkan
avulsi
simpul
sendi
dan
kartilago
beserta
periosteum
2.2.2 Epidemiologi
Sendi bahu menjadi kasus yang paling sering terjadi dengan angka 45 %
dari seluruh kasus dislokasi, menyusul sendi panggul, dan siku. Dalam sebuah
studi di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kasus dislokasi sendi bahu berupa
95% dislokasi anterior, 4% dislokasi posterior, 0,5% dislokasi inferior, serta
kurang dari 0,5% dislokasi superior (Koval dan Zuckerman, 2006). Dislokasi
10
sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa, jarang ditemukan pada anakanak (Apley, 2010). Pada kasus ini ditemukan 71,8% laki-laki yang mengalami
dislokasi, 46,8% penderita berusia antara 15-29 tahun, 48,3% terjadi akibat
trauma seperti pada kegiatan olahraga. Tingkat dislokasi yang lebih tinggi terlihat
pada perempuan yang berusia >60 tahun. Penyebab tersering didapatkan 58,8%
akibat jatuh. Kasus fraktur penyerta komponen sendi 16% terjadi pada kasus
dislokasi sendi bahu (Zachilli dan Owens, 2010). Pada penelitian di Norwegia
(Oslo) tahun 2009, didapatkan rasio insidensi 56,3 per 100.000 orang per tahun,
dengan rasio 82,2 dan 30,9 per 100.000 orang per tahun pada laki-laki dan
perempuan (Liavaag dkk., 2011).
2.2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, dislokasi sendi bahu dibagi atas dislokasi
kongenital, patologik, dan trauma. Dislokasi Congenital adalah dislokasi yang
terjadi sejak lahir akibat kesalahan saat organogenesis maupun trauma saat
kelahiran. Dislokasi patologik adalah akibat penyakit sendi dan atau jaringan
sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan
oleh kekuatan tulang yang menyokong sendi berkurang. Dislokasi traumatik
terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekelilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan
sistem vascular (Clifford, R. W., 2012).
2.2.4 Patofisiologi
Mekanisme cedera dari dislokasi anterior biasanya disebabkan oleh jatuh
pada tangan dan dipaksa berabduksi, berotasi luar, dan ekstensi. Humerus
terdorong kedepan merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.
Kadang-kadang hal ini menyebabkan bagian posterolateral kaput hancur. Pada
dislokasi posterior, gaya tidak langsung dapat menyebabkan rotasi interna dan
adduksi yang nyata harus sangat kuat untuk dapat menyebabkan dislokasi.
Keadaan ini terjadi biasanya diakibatkan oleh sentakan kuat dalam posisi yang
11
luar biasa, misalnya setelah serangan epilepsi atau kejutan listrik yang hebat
(Helmi, 2012).
Pada dislokasi berulang, labrum dan kapsul sering terlepas dari lingkar
anterior glenoid. Tetapi pada beberapa kasus labrum tetap utuh dan kapsul serta
ligamentum glenohumerus keduanya terlepas atau terentang kearah anterior dan
inferior. Selain itu mungkin ada lesi pada bagian posterolateral kaput humerus
(lesi Hill-Sachs), yaitu suatu fraktur kompresi akibat kaput humerus menekan
lingkar glenoid anterior setiap kali mengalami dislokasi (Koval dan Zuckerman,
2006).
2.2.5 Mekanisme
Mekanisme dislokasi dibagi menjadi akibat trauma langsung, trauma tidak
langsung, kejadian kejang, dan dislokasi rekuren atau berulang. Pada trauma
langsung, terdapat gaya yang langsung merusak komponen sendi sehingga
dislokasi dapat terjadi seperti pada kasus kecelakaan. Trauma tidak langsung
berkaitan dengan pergerakan sendi seperti abduksi, ekstensi, rotasi interna, serta
rotasi eksterna. Pada kejadian kejang juga dapat menyebabkan terjadinya
dislokasi, sering pada kasus dislokasi bahu posterior. Dislokasi berulang
merupakan dislokasi yang terjadi setelah dislokasi primer terjadi sebelumnya
dengan gaya yang kecil. Pada kasus ini ligamen komponen sendi sudah
mengalami kelemahan (Koval dan Zuckerman, 2006).
Dislokasi anterior disebabkan oleh adanya trauma tidak langsung dengan
mekanisme abduksi, ekstensi, dan rotasi eksternal. Kepala dari humerus bergeser
kedepan, kapsul sendi mengalami tear, dan terbentuk avulsi dari labrum
glenoidale (Bankart Lesion). Dislokasi posterior, biasanya disebabkan rotasi
interna dan abduksi yang berat. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang
mengalami kejang atau keadaan tersambar listrik. Dislokasi inferior (luxutio
erecta), merupakan kondisi dislokasi bahu yang serius meskipun jarang terjadi.
Dislokasi ini disebabkan hiperabduksi yang hebat menyebabkan kepala humerus
bergeser ke sebrang inferior dari cavitas glenoidale (Helmi, 2012).
12
2.2.6 Klasifikasi
2.2.6.1 Dislokasi Anterior
Dislokasi anterior dapat mengenai komponen preglenoid, subcoracoid, dan
subclaviculer. Pada kasus ini paling sering ditemukan jatuh dalam keadaan out
stretched atau jatuh yang menyebabkan rotasi eksternal bahu atau cedera akut
karena lengan dipaksa berabduksi, dan ekstensi. Trauma pada scapula dengan
gambaran klinis nyeri hebat dengan gangguan pergerakan bahu, kontur sendi bahu
rata, dan caput humerus bergeser ke depan pada pemeriksaan radiologis (Koval
dan Zuckerman, 2006).
13
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis
kasus
dislokasi
bahu
ditegakkan
melalui
anamnesis
penyakit
pasien
dan
riwayat
trauma
sebelumnya,
untuk
14
15
sedangkan jika telah lebih dari 2 minggu disebut dislokasi kronik. Dislokasi
kronik sangat berhubungan dengan terjadinya dislokasi berulang apabila tidak
mendapat penanganan yang adekuat dan segera (Verhaegen, 2012).
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi dini dapat berupa cedera saraf, cedera pembuluh darah, serta
terjadinya fraktur-dislokasi. Bila tidak mendapat penanganan atau penanganan
tidak memadai dapat terjadi komplikasi lanjut, yaitu kekakuan bahu, atrofi atau
kelemahan otot, serta dislokasi berulang. Biasanya dislokasi berulang terjadi
karena ligamen-ligamen pada sendi tersebut menjadi kendor. Apabila terjadi
fraktur-dislokasi, direkomendasikan untuk melakukan open reduksi dan fiksasi
internal. Bila keadaan belum membaik, tindakan operasi sangat dianjurkan untuk
menghindari keadaan yang lebih buruk (Helmi, 2012).
2.2.11 Penatalaksanaan
Reduksi dislokasi harus dilakukan segera mungkin. Beberapa intervensi dalam
melakukan reduksi bahu, meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Teknik Cooper-Milch
a. Dibawah conscious sedation, tempatkan penderita pada posisi supine
dengan siku fleksi 90o.
b. Luruskan siku dan dengan sangat perlahan pindahkan lengan pada posisi
abduksi penuh yang ditahan pada traksi lurus dimana seorang asisten
mengaplikasikan tekanan yang lembut pada sisi medial dan inferior dari
humeral head.
c. Adduksi lengan secara bertahap.
d. Pasang collar dan cuff, kemudian lakukan X ray post reduksi.
16
2. Teknik Stimsons
a. Berikan analgesik IV dimana penderita berbaring pada posisi pronasi
dengan lengan tergantung di sebelah trolley dengan beban seberat 2,5-5kg
terikat pada lengan tersebut.
b. Perlahan setelah 5-30 menit, lakukan relokasi bahu.
c. Pasang collar dan cuff, periksa x ray post reduksi.
17
3. Teknik Hipocrates
Metode ini dilakukan jika metode stimson tidak memberikan hasil dalam
waktu 15 menit.
a. Reposisi dilakukan dengan menggunakan general anestesi.
b. Lengan pasien ditarik kearah distal punggung dengan sedikit abduksi,
sementara kaki penolong berada diketiak pasien untuk mengungkit kaput
humerus kearah lateral dan posterior.
c. Setelah reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi endorotasi dengan
penyangga ke dada selama paling sedikit 3 minggu
d. Pasang collar dan cuff, periksa x-ray post reduksi
4. Teknik Kocher
Penderita ditidurkan diatas meja. Penolong melakukan gerakan yang dapat
dibagi menjadi 4 tahap :
a. tahap 1 : dalam posisi siku fleksi penolong menarik lengan atas kearah
distal.
b. tahap 2 : dilakukan gerakan ekserotasi dari sendi bahu
c. tahap 3 : Melakukan gerakan adduksi dan fleksi pada sendi bahu
d. tahap 4 : Melakukan gerakan endorotasi sendi bahu
18
Setelah terreposisi sendi bahu difiksasi dengan dada, dengan verban dan
lengan bawah digantung dengan sling (mitella ) selama 3 minggu.
5. Teknik Countertraction
Bermanfaat sebagai sebuah manuver back-up ketika cara-cara diatas gagal.
a. Dibawah conscious sedation, tempatkan pasien berbaring supine dan
tempatkan rolled sheet dibawah aksila dari bahu yang terkena.
b. Abduksi lengan sampai 45o dan aplikasikan sustained in line traction
sementara. Asisten memasang traksi pada arah yang berlawanan
menggunakan rolled sheet.
c. Setelah relokasi, pasang collar dan cuff, periksa X ray post reduksi.
d. Penempatan : klinik ortopedik setelah 3 hari.
19
6. Teknik Spaso
Walaupun teknik ini tidak dikenal secara luas tetapi dianggap bahwa metode
ini merupakan metode yang paling mudah dilakukan dengan angka
keberhasilan yang tinggi.
a. Dibawah conscious sedation, letakkan lengan yang sakit di dinding dada.
b. Fleksikan lengan pada bahu, dan lakukan rotasi eksternal secar simultan.
Pada kebanyakan kasus, sebelum bahu mencapai fleksi kedepan 90 o, akan
terdengar bunyi clunk, dan head humerus telah kemabali pada posisinya.
c. Adduksi lengan
d. Pasang collar & cuff dan periksa X ray post reduksi (Bishop, 2004).
20
2.2.12 Prognosis
Tingkat kesembuhan pada kasus ini baik jika tidak timbul komplikasi
(Rasjad, 2007)
21
Kondisi
Patologis
Trauma
Usia
Jenis Kelamin
Dislokasi
Bahu
Kongenital
Penatalaksanaan
Teknik Operatif
Teknik Reduksi
Kmponen
sendi
terganggu
n. axillaris
tertekan caput
humerus
Inflamasi
Mengeluarka
n zat
nosiseptik
Nyeri
Nosiseptik
Kapsul
articularis
meregang
Ligamen
meregang
Rotator cuff
mengalami
spasme
Dislokasi
berulang
Frakturdislokasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
23
dan Ruang Diagnostik dan Tindakan Sub Bagian Bedah Ortopedi RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2012 sampai
Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria Inklusi :
1. Pasien dislokasi sendi bahu.
Kriteria Eksklusi :
1. Pasien dislokasi selain sendi bahu.
2. Pasien dengan data rekam medik tidak lengkap.
3. Pasien dengan dislokasi multiple
Alat Ukur
: Rekam medik
Cara Ukur
: Observasi
Skala Pengukuran
: Interval
Hasil Ukur
24
Alat Ukur
: Rekam medik
Cara Ukur
: Observasi
Skala Pengukuran
: Nominal
Hasil Ukur
: Dikategorikan atas:
a. Laki-laki
b. Perempuan
Alat Ukur
: Rekam medik
Cara Ukur
: Observasi
Skala Pengukuran
: Ordinal
Hasil Ukur
: Dikategorikan atas:
a. Akut
b. Kronik
Alat Ukur
: Rekam medik
Cara Ukur
: Observasi
Skala Pengukuran
: Nominal
Hasil Ukur
: Dikategorikan atas:
a. Anterior
25
b. Posterior
c. Inferior
Alat Ukur
: Rekam medik
Cara Ukur
: Observasi
Skala Pengukuran
: Nominal
Hasil Ukur
: Dikategorikan atas:
a. Trauma
b. Patologik
Alat Ukur
: Rekam medik
Cara Ukur
: Observasi
Skala Pengukuran
: Nominal
Hasil Ukur
: Dikategorikan atas:
a. Trauma langsung
b. Trauma tidak langsung
c. Lainnya
Alat Ukur
: Rekam medik
Cara Ukur
: Observasi
Skala Pengukuran
: Ordinal
Hasil Ukur
: Dikategorikan atas:
26
a. Disertai fraktur
b. Tidak disertai fraktur
3.5.8 Penatalaksanaan
Definisi
Alat Ukur
: Rekam medik
Cara Ukur
: Observasi
Skala Pengukuran
: Nominal
Hasil Ukur
: Dikategorikan atas:
a. Operatif
b. Non-operatif (Manipulasi dan reduksi)
27
Pengumpulan Data
Hasil Penelitian
Kesimpulan
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Hasil Penelitian
Telah
dilakukan
penelitian
deskriptif
untuk
mengetahui
29
30
(55)
3-13 tahun
10,9
14-24 tahun
16
29,1
25-35 tahun
10
18,2
36-46 tahun
16,4
47-57 tahun
10
18,2
58-68 tahun
1,8
69-79 tahun
5,5
Total
55
100
Dari tabel di atas, pada periode tahun 2012 dan 2013, pada
kelompok usia 3-13 tahun didapatkan sebanyak 6 kasus (10,9%). Kasus
dislokasi sendi bahu paling sering terjadi pada usia 14-24 tahun yaitu
sebanyak 1 kasus (29,1%). Selanjutnya pada usia 25-35 tahun sebanyak 10
kasus (18,2%). Pada usia 36-46 tahun dan 47-57 tahun berturut-turut yairu
sebanyak 9 kasus (16,4%) dan 10 kasus (18,2%). Kasus paling sedikit
ditemui pada usia 58-68 tahun yaitu hanya 1 kasus (1,8%) dan yang
terakhir pada usia 69-79 tahun sebanyak 3 kasus (5,5%). Nilai rata-rata
umur yang mengalami dislokasi sendi bahu yaitu sebesar 32,69 tahun
dengan umur paling muda 3 tahun dan umur paling tua 78 tahun.
31
(55)
Laki-laki
39
70,9
Perempuan
16
29,1
Total
55
100
(55)
Akut
42
76,4
Kronik
13
23,6
Total
55
100
32
(55)
Anterior
50
9 90,9
Posterior
7,3
Inferior
1,8
Total
55
1 100
33
Penyebab Dislokasi
(55)
Trauma
Patologik
Total
50
90,9
9,1
55
100
(55)
Trauma langsung
33
60,0
17
30,9
Lainnya
9,1
Total
55
100
34
(55)
Fraktur positif (+)
19
34,5
36
65,5
Total
55
100
Hasil
distribusi
kasus
dislokasi
sendi
bahu
berdasarkan
35
(55)
Operatif
24
43,6
Non-operatif
31
56,4
Total
55
100
36
4. 2.
Pembahasan
kategori usia
30,00%
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
3-13
tahun
14-24
tahun
25-35
tahun
36-46
tahun
47-57
tahun
58-68
tahun
69-79
tahun
37
38
39
Arah Dislokasi
100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Anterior
Posterior
Inferior
40
Ligamentum
anteromedial
dan
anteroinferior
glenohumeral
41
Persentase
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Trauma Langsung
Trauma tidak
langsung
Lainnya
42
merupakan salah satu akibat banyaknya kasus dislokasi sendi bahu yang
terjadi (Nan-Ping Y, 2011).
43
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Berdasarkan demografi pasien, rentang usia yang paling banyak
menderita dislokasi sendi bahu adalah usia 14-24 tahun dengan frekuensi
kejadian terdapat 16 dari 55 kasus (29,1%). Laki-laki lebih sering
mengalami dislokasi sendi bahu yaitu ditemukan sebanyak 39 dari 55
kasus (70,9%).
b. Berdasarkan kejadian dislokasi, dislokasi sendi bahu lebih sering terjadi
secara akut yaitu sebanyak 42 dari 55 kasus (76,4%). Dislokasi arah
anterior menjadi yang paling banyak dibandigkan dengan arah posterior
dan inferior yaitu dengan jumlah kasus 50 dari 55 kasus (90,9%).
Penyebab tersering pada kasus dislokasi sendi bahu yaitu akibat trauma
dengan 50 kasus (90,9%) Trauma langsung menjadi mekanisme yang
paling banyak terjadi yaitu sebanyak 33 dari 55 kasus (60,0%). Sebanyak
34,5% atau 19 dari 55 kasus dijumpai mengalami fraktur penyerta dari
komponen sendi bahu.
c. Tindakan
non-operatif
yaitu
teknik
reduksi
menjadi
tindakan
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A Graham & Solomon, Louis. 2010. Ortopedi dan Fraktur sistem Apley,
Ninth edition ISE. Jakarta: CRC Press.
Beltran J., et al. 1997. Glenohumeral instability: evaluation with MR
arthrography. Radiographics. 17(3):657-673.
Bishop J, Flatow EL. 2004. Orthopedic Surgery: The Shoulder. In Principles of
Surgery, 7th edition. Edited by Schwartz, Seymour. New York: McGraw
Hill.
Brady WJ, Knuth CJ, Pirrallo RG. Bilateral inferior glenohumeral dislocation:
luxatio erecta, an unusual presentation of a rare disorder. J Emerg Med
1995; 13:37.
Brett Owens, MD, study co-author. 2010. High rates of shoulder dislocation in
young men and elderly women. New York: Uniformed Services
University of Health Sciences
Clifford R. Wheeless. 2012. Anterior Instabillity of the Shoulder from
http://www.wheelessonline.com/ortho/anterior_instability_of_the_shoulde
r diakses 4 September 2014.
Crenshaw. 1992. AH Dislocation in Campbells Operative Orthopaedics, 8th ed.
Vol II Mosby Year Book, St.Louis Baltimore Boston Chicago London
Philadelphia Sydney Toroto.
Cole, W. H., Zollinger R. M., 1970. Textbook of Surgery, Ninth Edition. New
York: Meredith Corporation.
Handoll H., 2004. Surgical versus non-surgical treatment for acute anterior
dislocation, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14974064 ,
diakses 5 September 2014.
46
47
48
Saylor S., 2012. Shoulder Dislocation and Separation in Youth Sport. DO Blain
Orthopaedics. Altoona: Blair Orthopaedics.
Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta:
EGC.
Snell, R., S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Ed 6, Jakarta:
EGC.
Smith, R., L. Brunolli, J. J., 1990. Shoulder kinesthesia after anterior
glenohumeral joint dislocation. Journal Of Orthopaedic & Sports Physical
Therapy, 11(11): 507-513.
Verhaegen, F. 2012. Aspect of current management. Chronic shoulder dislocation,
78(3): 291-295.
Zachilli, M. A., Owens, B. D., 2010. Epidemiology of shoulder dislocation. Bone
Joint Surgery, from www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20194311 , diakses 8
September 2014.
Lampiran 1
Nama
Usia
Jenis
Jenis
Arah
Penyebab
Mekanisme
Fraktur
Kelamin
Dislokasi
Dislokasi
Dislokasi
Dislokasi
Komponen
Tatalaksana
Trauma tidak
1
AS
33
Akut
Anterior
Trauma
langsung
negatif
Operatif
Non-
AT
29
Akut
Anterior
Patologik
Lainnya
positif
Operatif
negatif
Operatif
Trauma
3
FS
74
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma
AK
50
Kronik
Anterior
Trauma
AKS
31
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Nonpositif
Operatif
negatif
Operatif
Trauma tidak
langsung
Non-
Trauma
6
IT
41
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Nonnegatif
Operatif
positif
Operatif
negatif
Operatif
Trauma tidak
7
IA
38
Kronik
Anterior
Trauma
langsung
Trauma tidak
AU
20
Kronik
Anterior
Trauma
langsung
Trauma tidak
JA
54
Kronik
Anterior
Trauma
langsung
Nonpositif
Trauma tidak
10
MLH
39
Akut
Posterior
Trauma
langsung
Nonnegatif
Trauma
11
FH
19
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Operatif
Operatif
Non-
negatif
Operatif
positif
Operatif
Trauma
12
AP
13
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma
13
WS
18
Akut
Posterior
Trauma
Langsung
14
KJ
53
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Nonnegatif
Operatif
negatif
Operatif
Trauma
Non-
Non15
TR
51
Kronik
Anterior
Patologik
Lainnya
positif
Operatif
negatif
Operatif
positif
Operatif
positif
Operatif
negatif
Operatif
Trauma tidak
16
SU
60
Akut
Posterior
Trauma
langsung
Trauma
17
MI
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma
18
API
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma
19
SA
53
Kronik
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma tidak
20
HR
12
Akut
Anterior
59
Trauma
langsung
Nonnegatif
Operatif
Lampiran 1
Trauma
21
FE
19
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
negatif
Operatif
22
JA
37
Kronik
Anterior
Patologik
Lainnya
negatif
Operatif
Non-
Trauma
23
RO
26
Akut
Inferior
Trauma
Langsung
Nonnegatif
Operatif
positif
Operatif
Trauma
24
HM
43
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma tidak
25
DH
28
Kronik
Anterior
Trauma
langsung
Nonnegatif
Operatif
positif
Operatif
Trauma
26
RA
14
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma
27
IS
17
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Nonnegatif
Trauma
28
ZA
52
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Nonnegatif
Trauma tidak
29
RM
16
Akut
Anterior
Trauma
langsung
Operatif
Operatif
Non-
negatif
Operatif
positif
Operatif
positif
Operatif
positif
Operatif
Trauma
30
RG
22
Kronik
Anterior
Trauma
Langsung
31
RC
19
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma
Trauma
32
JR
45
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma
33
AA
36
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Nonnegatif
Operatif
negatif
Operatif
negatif
Operatif
Trauma
34
AY
39
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma
35
MM
53
Kronik
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma tidak
36
SD
17
Akut
Anterior
Trauma
langsung
Nonnegatif
Trauma tidak
37
JL
16
Akut
Anterior
Trauma
langsung
Operatif
Non-
negatif
Operatif
positif
Operatif
negatif
Operatif
Trauma
38
ES
35
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
39
SH
26
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma
Non-
Trauma
40
SP
51
Kronik
Anterior
Trauma
Langsung
Nonnegatif
Operatif
positif
Operatif
Trauma
41
EP
29
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Trauma tidak
42
YT
17
Akut
Anterior
60
Trauma
langsung
Nonnegatif
Operatif
Lampiran 1
43
ST
77
Kronik
Posterior
Patologik
Lainnya
negatif
Trauma tidak
44
DR
21
Akut
Anterior
Trauma
langsung
45
AG
36
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Nonnegatif
Operatif
negatif
Operatif
Trauma
Non-
Trauma
46
KM
32
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Operatif
Nonnegatif
Operatif
positif
Operatif
positif
Operatif
Trauma tidak
47
MR
18
Akut
Anterior
Trauma
langsung
Trauma tidak
48
AN
15
Akut
Anterior
Trauma
langsung
Trauma
49
PH
48
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Nonnegatif
Trauma
50
SL
24
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Operatif
Non-
negatif
Operatif
negatif
Operatif
Trauma
51
MF
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Non52
EY
51
Kronik
Anterior
Patologik
Lainnya
positif
Trauma tidak
53
DN
78
Akut
Anterior
Trauma
langsung
54
ES
30
Akut
Anterior
Trauma
Langsung
Operatif
Non-
negatif
Operatif
negatif
Operatif
positif
Operatif
Trauma
Non-
Trauma
55
ML
Akut
Anterior
61
Trauma
Langsung
Lampiran 2
76
Lampiran 3
63
Lampiran 4
64
Lampiran 5
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Jl. Dr. Mohammad Ali
Komplek RSUP Dr. Mohammad Hoesin Km.3,5, Palembang, 30126, Indonesia
2. Bagian Bedah Ortopedi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang, Jl.Jendral Sudirman Km.3,5, Palembang, Indonesia
3. Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Jl..Dr. Mohammad Ali Komplek RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Km.3,5, Palembang, 30126, Indonesia
email : fadlix2@yahoo.com
Abstrak
Epidemiologi kasus dislokasi sendi bahu masih kurang dipahami sampai saat ini. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan rancangan cross-sectional dengan melihat seluruh rekam medik pasien rawat inap dislokasi sendi
bahu periode 2012-2013 sebagai subjek penelitian dan bertujuan untuk mengindentifikasi karakteristik demografi,
kejadian dislokasi, dan tatalaksana dari penderita dislokasi sendi bahu di Subbagian Bedah Ortopedi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Karakteristin pasien dislokasi sendi bahu di Subbagian Bedah Ortopedi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2012-2013 adalah sebanyak 26,1% penderita berusia 14-24 tahun dan 70,9%
diderita oleh laki-laki. Berdasarkan waktu kejadian dislokasi, 76,4% pasien datang dengan dislokasi akut. Penyebab
utama dislokasi adalah trauma (90,9%). 60% kasus terjadi akibat mekanisme trauma langsung. Dislokasi anterior
menjadi yang paling banyak yaitu 50 dari 55 kasus (90,9%) yang diteliti. 34,5% kasus ditemukan komplikasi berupa
fraktur-dislokasi. Teknik reduksi menjadi yang paling banyak dilakukan dalam penatalaksanaan yaitu 56,4%.
Kata kunci: dislokasi sendi bahu, dislokasi akut, dislokasi anterior, fraktur-dislokasi.
Abstract
Characteristics Of Shoulder Dislocation Patients at Orthopaedics Surgery Subdivision RSUP Dr. Mohammad
Hoesin on 2012-2013. Epidemiology of shoulder dislocation was poorly understood. The study is descriptive study
with cross-sectional design that see all the medical records of shoulder dislocation patients on 2012-2013 as a subject
that aims to investigate the characteristic of dermographics, incidence of dislocation, and management of shoulder
dislocation patients at Orthopaedics Surgery Subdivison RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Characteristics Of
Shoulder Dislocation Patients at Orthopaedics Surgery Subdivision RSUP Dr. Mohammad Hoesin on 2012-2013 is A
total of 26.1% is patients with aged 14-24 years and 70.9% suffered in male. Based on the time occurrence of
dislocation, 76.4% of patients come with acute dislocation. The major cause is traumatic dislocation (90.9%). 60% of
cases result from direct trauma mechanism. Anterior dislocation became the most dislocation with 50 of 55 cases
(90.9%) were studied. 34.5% of cases are found with fracture-dislocation. Reduction techniques become the most
widely applied in the management of which 56.4%.
Keywords: shoulder dislocation, acute dislocation, anterior dislocation, fracture-dislocation
65
1. Pendahuluan
Dislokasi sendi merupakan salah satu kasus yang sering
dijumpai di bagian bedah ortopedi. Dislokasi adalah
keadaan di mana tulang- tulang yang membentuk sendi
tidak lagi berhubungan secara anatomis. Dislokasi ini
dapat terjadi pada komponen tulangnya saja yang
bergeser atau seluruh komponen tulang terlepas dari
tempat yang seharusnya.1
Sendi bahu menjadi kasus yang paling sering terjadi
dengan angka 45 % dari seluruh kasus dislokasi,
menyusul sendi panggul dan siku. Sampai saat ini,
epidemiologi kasus dislokasi sendi bahu masih kurang
dipahami. Dalam sebuah studi di Amerika Serikat
dilaporkan bahwa kasus dislokasi sendi bahu berupa
95% dislokasi anterior, 4% dislokasi posterior, 0,5%
dislokasi inferior, serta kurang dari 0,5% dislokasi
superior. Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada
orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak. Pada
kasus ini ditemukan 71,8% laki-laki yang mengalami
dislokasi, 46,8% penderita berusia antara 15-29 tahun,
48,3% terjadi akibat trauma seperti pada kegiatan
olahraga. Tingkat dislokasi yang lebih tinggi terlihat
pada perempuan yang berusia >60 tahun. Penyebab
tersering didapatkan 58,8% akibat jatuh. Kasus fraktur
penyerta komponen sendi 16% terjadi pada kasus
dislokasi sendi bahu.2,3,4
2.
Metode Penelitian
N
(55)
6
16
10
9
10
1
3
55
%
10,9
29,1
18,2
16,4
18,2
1,8
5,5
100
3.
Hasil
Jenis Kelamin
n
(55)
Laki-laki
39
70,9
Perempuan
Total
16
55
29,1
100
Lampiran 5
Tabel 3 menunjukkan kejadian dislokasi sendi bahu
sering terjadi secara akut yaitu sebanyak 42 kasus
(76,4%), sementara kronik sebanyak 13 kasus
(23,6%)
n
(55)
42
%
76,4
13
55
Mekanisme Dislokasi
n
(55)
23,6
Trauma langsung
33
60,0
100
17
30,9
Lainnya
9,1
Total
55
100
n
(55)
Anterior
50
Posterior
Inferior
9 90,9
7
7,3
1
1,8
Total
55
1 100
n
(55)
Trauma
50
90,9
Patologik
9,1
Total
55
100
n
(55)
19
34,5
36
65,5
Total
55
100
Fraktur Komponen
67
Penatalaksanaan
n
(55)
Operatif
24
43,6
Non-operatif
31
56,4
Total
55
100
4. Pembahasan
Sampel
Berdasarkan
Penyebab
Lampiran 5
Diketahui dislokasi sendi bahu terbanyak terjadi
akibat trauma sebanyak 50 dari 55 kasus (90,9%)
dan akibat patologis sebanyak 5 dari 55 kasus
(9,1%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan di Altoona, Amerika Serikat yaitu
sebanyak kurang lebih 90% dislokasi sendi bahu
diakibatkan oleh trauma, baik trauma tidak langsung
maupun trauma langsung.10
Distribusi
Dilokasi
Sampel
Berdasarkan
Mekanisme
Distribusi
Sampel
Komponen Sendi
Berdasarkan
5.
Kesimpulan
Fraktur
69
Daftar Acuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Nama
Telpon/HP
: 081366341324
: fadlix2@yahoo.com
Agama
: Islam
Ibu
Jumlah Saudara
: 2 (dua)
Anak Ke
: 2 (dua)
Riwayat Pendidikan
71