Professional Documents
Culture Documents
Tanggal :
Dosen Pembimbing I
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul PENGARUH PENAMBAHAN TRAS MURIA
TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR PADA BATA BETON
PEJAL
Oleh:
Nama : Tri Anggi purnomo
NIM : 12114007
Telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian Skripsi Jurusan
Teknik Sipil, Institut Sains dan Teknologi Nasional ( ISTN ) pada :
Hari
: Jumat
NIP.131851323
Mengetahui
Drs. Lashari, MT
NIP. 131741402
NIP.130875753
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat dalam penyelesaian studi Strata 1 guna mencapai gelar Sarjana Teknik.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai
Penyusun
iv
SARI
Tri Anggi Purnomo 2013
Pengaruh Penambahan Tras Muria
terhadap Kuat Tekan dan Serapan Air pada Bata Beton Pejal.
Jurusan Teknik Sipil Institut Sains
Dan Teknologi nasional. Pembimbing I: Ir. Feizal manaf, Msc.
Kata kunci : Bata beton pejal, Tras, Kuat tekan, Serapan air.
Salah satu alternatif dalam pemasangan dinding adalah dinding dengan
bahan bata beton pejal dengan memanfaatkan bahan lokal yaitu tras sebagai
bahan pozolan sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap semen.
Penelitian mengenai penambahan tras dalam pembuatan bata beton pejal
dimaksudkan untuk mengetahui sifat karakteristik bahan penyusun bata beton
pejal, kuat tekan dan serapan air bata beton pejal. Dari penelitian ini
diharapkan dapat diketahui pengaruh
penambahan
tras
dalam
pembuatan bata beton pejal, dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam pembuatan bata beton pejal, dan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif bahan bangunan dalam dunia usaha.
Pada pembuatan bata beton pejal dengan bahan tambah tras digunakan
variabel penelitian yaitu penambahan tras (terhadap volume bata beton pejal)
sebesar 0,00; 0,11 ; 0,21 ; 0,27 ; 0,32 ; 0,37 ; 0,43 ; 0,53 terhadap komposisi
1,00 pc: 5,92 psr.
Dari hasil penelitian diketahui kuat tekan tertinggi terjadi pada komposisi
0,27tras:1,00pc:5,92psr yaitu kuat tekan rata-rata sebesar 47.576 Kg/cm2 (masingmasing bata beton pejal masuk mutu A1 dan A2). Pada perbandingan
campuran
0,11tras:1,00pc:5,92psr dan 0,21tras:1,00pc:5,92psr masing-masing kuat tekan
rata-rata sebesar 42.543 Kg/cm2 dan 43.960 Kg/cm2 (masing-masing bata beton
pejal masuk mutu A2). Pada perbandingan campuran 0,00tras:1,00pc:5,92psr;
0,32tras:1,00pc:5,92psr; 0,37tras:1,00pc:5,92psr; 0,43tras:1,00pc:5,92psr dan
0,53tras:1,00pc:5,92psr, yaitu masing-masing kuat tekan rata-rata sebesar 34.525
Kg/cm2, 39.706 Kg/cm2, 37.445, Kg/cm2 35.347Kg/cm2, dan 30.836
Kg/cm2(masing-masing bata beton pejal mutu A1 dan A2). Persyaratan mutu
yang diuraikan tersebut adalah persyaratan mutu yang sesuai dalam PUBI-1982.
Untuk nilai serapan air menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah pasta,
maka nilai serapan air semakin meningkat. Serapan air terendah terjadi pada
perbandingan campuran 0,00tras:1,00pc:5,92psr yaitu sebesar 14.79 %, dan
serapan
air
tertinggi
terjadi
pada
perbandingan
campuran
0,0,53tras:1,00pc:5,92psr sebesar 17.62 %. Serapan air tertinggi tersebut
ternyata masih sangat memenuhi syarat untuk bata beton pejal dengan tingkat
mutu A1 dan A2.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING.
ii
HALAMAN PENGESAHAN....................iii
KATA PENGANTAR...
iv
SARI..
DAFTAR ISI.
vi
xi
DAFTAR TABEL....
xii
DAFTAR GAMBAR....
xiii
DAFTAR LAMPIRAN..
xiv
BAB I PENDAHULUAN...
vi
10
12
13
14
15
17
18
18
19
19
20
2.5.3 Air.
20
2.5.4 Tras..............................21
2.6 Penelitian-Penelitian Terdahulu dan Pemanfaatan Tras.
25
29
31
3.1 Bahan.......................................31
3.2 Alat Penelitian..........
31
33
34
35
3.4.2
41
3.4.3
42
vii
BAB 1V
3.4.4
43
3.4.5
Analisis Data ..
43
3.4.6
Pengambilan Kesimpulan..
46
47
47
4.1.1 Air...
47
47
4.1.3 Pasir. .
47
4.1.4 Tras.................50
4.2 R ancangan Adukan Bata Beton Pejal......................................51
BAB V
51
56
PENUTUP
60
5.1
Kesimpulan.
60
5.2
Saran
62
DAFTAR PUSTAKA...
63
LAMPIRAN..
65
viii
Sahabat yang sejati adalah orang-orang yang berkata benar, bukan orangorang yang membenarkan kata-katamu
Hamka
Persembahan:
- Bapak, ibuku tersayang, my lovely
sister
nbrother, dan segenap keluarga.
- Phe yang selalu mendukungku
dan
semangatku
- My best patner: Mefri, Bowo, Wahyu,
Anton - Temen-teman terdekatku yang sering
kurepotkan
- Keluarga Besar Civilian 12
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Persyaratan fisik bata beton (SII 0285-80)
10
20
23
24
56
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Hubungan kuat tekan dengan variasi komposisi
campuran bata beton umur 30 hari, umur 60 hari
dan umur 90 hari...
28
29
53
Gambar 4.3 Hubungan jumlah pasta dan serapan air bata beton
Pejal...................................................................................... 58
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
67
Lampiran 4
68
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9 Data hasil pengujian serapan air bata beton pejal dengan
penambahan tras Muria...............77
Lampiran 10
78
xii
81
82
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan kawasan hunian akan memacu peningkatan kebutuhan
(Nadhiroh,
1996).
komponen
bangunan yang terdiri dari atap, dinding, lantai, pondasi, dan bahan
tambah
aksesoris lainnya. Salah satu alternatif
dalam pemasangan dinding adalah dinding dengan bahan bata beton pejal.
Bata beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dengan cara
mencampurkan portland semen, air, dan agregat dengan perbandingan tertentu.
Bata beton dicetak dalam suatu wadah atau cetakan dalam keadaan cair kental
sampai mampu mengeras dengan baik.
mudah, tahan terhadap cuaca dan lapuk, dan bata beton dapat dibuat
dengan memanfaatkan bahan lokal.
Bata beton khususnya bata beton pejal dinilai lebih praktis dan ekonomis.
Bata beton pejal dipilih sebagai bahan bangunan didasarkan pada beberapa
pertimbangan antara lain: pemasangannya mudah ,
banyak bahan
kerja
tidak
membutuhkan
banyak
tenaga
beton pejal,
Bahan
pengikat utama untuk bata beton pejal saat ini masih menggunakan semen.
Ketergantungan terhadap semen untuk masa mendatang ini kiranya
perlu
dikurangi, karena produksi semen di Indonesia merupakan tumpuan
khususnya
untuk wilayah Asia Tenggara, karena beberapa negara produsen seperti
Jepang
dan Korea akan mengurangi produksinya.(Husin, 1998)
Total penggunaan
semen
sebesar 60% adalah untuk perumahan, sedangkan 80% dari 60% tersebut
diperuntukkan bagi konstruksi non-struktural, ini berarti 80%x 60% atau 48%
dari total produk semen diperuntukkan pekerjaan non-struktural untuk
sektor perumahan saja (www.kimpraswil.go.id).
Tras adalah batuan gunung api yang telah mengalami perubahan
komposisi kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air
bawah
tanah. Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan,
kompak dan padu dan agak sulit digali dengan alat sederhana. Tras
memiliki
bahan
penyusun
kimia
yaitu
SiO2(62,85%),
Al2O3(18,18%),
Fe2O3(4,99%),
K2O(3,45%), Na2O(1,86%), MnO(0,06%). (Hijhoff,1970) Oksida-oksida
tersebut
dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen ketika bereaksi
dengan
air.
Dalam ilmu bahan bangunan ada beberapa jenis bahan yang dikategorikan
sebagai bahan ikat dalam adukan, di antaranya adalah semen, kapur, pozolan dan
penambahan tras terhadap kuat tekan dan serapan air pada bata beton pejal
dengan variasi komposisi campuran tertentu.
dengan tras
sebagai
bahan
ikat
tambahan.
Macam dan jenis penelitian akan dibatasi pada permasalahan sebagai berikut :
1. Konsentrasi variasi komposisi campuran bahan susun bata beton pejal
sesuai
yang tercantum dalam variabel penelitian.
2. Benda uji berupa bata beton pejal dengan ukuran 40 x 20 x 10 cm.
3. Pengujian kuat tekan dan serapan air pada bata beton pejal berumur 90 hari.
4. Setiap pengujian satu variasi dibuat 8 benda uji (dapat dilihat pada
variabel
penelitian).
5. Semen portland yang dipakai adalah Semen Tonasa type1, kemasan 50 kg.
6. Tras yang dipakai adalah tras dari daerah Muria Kabupaten Kudus.
7. Pemeriksaan terhadap pasir meliputi pemeriksaan gradasi pasir, berat
jenis
pasir, kandungan lumpur pasir, berat satuan pasir, kekekalan butir pasir.
8. Pemeriksaan terhadap tras meliputi berat jenis, kadar air tras dan berat
satuan
tras.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Bata Beton Pejal
Bata beton adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari campuran
bahan perekat hidrolis atau sejenisnya dan agregat, ditambah air secukupnya
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya.
sehingga memenuhi syarat
pasangan dinding. Bata beton dapat dibagi atas dua jenis ( SK SNI S-04-1989F), yaitu:
a. Bata beton berlubang adalah bata yang dibuat dari bahan perekat
hidrolis
atau sejenisnya ditambah dengan agregat dan air dengan atau tanpa
bahan
pembantu lainnya dan mempunyai luas penampang lubang lebih dari 25%
luas
penampang batanya dan volume lubang lebih dari 25% volume batanya.
b. Bata beton pejal adalah bata beton yang mempunyai luas penampang
pejal
75% atau lebih dari luas penampang seluruhnya dan mempunyai volume
pejal
lebih dari 75 % volume seluruhnya.
Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI1982), bata beton pejal diklasifikasikan
berikut :
a. Bata beton pejal mutu A1
Adalah bata beton pejal yang hanya digunakan untuk kontruksi yang
tidak memikul beban, dinding penyekat dan lain-lain serta kontruksi yang
terlindung dari cuaca luar,
.Anonim, Standard Nasional Indonesia, Departement Pekerjaan Umum, Bandung, 2002, hlm. 31.
7
yang tidak
Setelah melalui
proses
pemeliharaan (di dalam ruangan selama sekitar 3 hari). Bata beton pejal
siap
dipakai setelah berumur 4 minggu.
*2 . Husin, AA, Suratman, Semen Abu terbang Untuk Genteng beton, Jurnal penelitian pemukiman Vol. 14
b. Bata beton pejal buatan mesin, adalah bata cetak beton yang dibuat
dengan
mencetak campuran lembab dari pasir dan semen portland di dalam
sebuah
mesin cetak getar, sehingga diperoleh pemampatan maksimum.
Setelah
melalui proses pemeliharaan selama sekitar 4 minggu, bata beton cetak
siap
dipakai.
Sifat-sifat bata beton pejal sebagai bahan pasangan dinding (Husin
dan Suratman, 1995) yaitu :
a. Ukurannya seragam.
b. Mutunya seragam bila dibuat dengan cara yang sama.
c. Cukup kuat dan awet.
d. Tidak mudah terbakar.
e. Pemasangannya mudah dan rapi, tidak perlu pemotongan.
f. Permukaan menarik dan tidak perlu diplester lagi.
g. Harga pasangan jadi bersaing dengan bahan lainnya.
*3 . Ibid
b. Persyaratan Fisik
Menurut SII 0285-80 (dalam Husin dan Suratman, 1995) bata beton
harus mempunyai sifat-sifat fisis seperti pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Persyaratan fisik bata beton (SII 0285-80 dalam Husin dan
Suratman,
1995)
Bata beton
mutu
HB 20
HB 35
HB 50
HB 70
Penyerapan air
maksimum
(% volume)
35
25
Penyerapan air
Kuat Tekan Minimum *) (Kg/cm2)
Rata-Rata dari
Masing-masing
5 buah
Bata
A1
A2
B1
B2
25
40
70
100
21
35
65
90
Maksimum
(% volume)
35
25
*) Kuat tekan adalah beban tekan (kg) pada waktu benda uji
pecah dibagi dengan luas bidang tekan bata beton (diukur
dalam cm)
*4
. Ibid
10
Ukuran + Toleransi, mm
Lebar
190+ 2
Tebal
100+ 2
Beton termasuk
bahan
yang berkekuatan tekan tinggi, dan mempunyai sifat tahan terhadap
baik,
kuat tekannya dapat sama dengan batuan alami (Tjokrodimulyo,1996).
Semakin
tinggi mutu beton maka semakin tinggi pula kuat tekannya. Hubungan antara
komposisi campuran pasir semen dengan kuat tekan bata beton pada umur 28
hari
menurut data teknis hasil percobaan Puslitbang DPU Semarang (1985)
ditunjukkan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Hubungan antara komposisi campuran dengan kuat tekan (Data
teknis
hasil percobaan Puslitbang DPU Semarang , 1985)
3 Komposisi Campuran
4
Pc : Ps
No
1: 6
1: 7
1
1: 8
2
1 : 10
57
36
26
11
kenaikan
kekuatan beton dipengaruhi oleh fas dan suhu perawatan. Semakain tinggi
fas
maka semakin lambat kenaikan kekuatanya dan semakin tinggi
suhu
perawatan maka kenaikan kekuatan beton semakin cepat.
(Tjokrodimuljo,
1996)
3) Jenis semen, setiap jenis semen mempunyai laju kenaiakan yang berbeda- beda
12
13
Serapan air dalam agregat adalah prosentase berat air yang mampu diserap
oleh suatu agregat jika direndam dalam air. Agregat mempunyai pori dengan
ukuran yang beragam, semakin besar pori semakin besar pula serapan air
pada agregat. Pori dalam agregat tersebar di seluruh tubuh butiran, beberapa
merupakan poripori yang tertutup, beberapa lainnya terbuka pada permukaan
butiran. Beberapa jenis agregat yang sering dipakai mempunyai pori tertutup
sekitar 0 % sampai 20 % dari volume butirnya.
Menurut Tjokrodimulyo (1996) bahwa dalam adukan beton atau
mortar,
air dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen.
selain
mengisi pori-pori diantara agregat halus, juga bersifat sebagai perekat
atau
pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butir-butir agregat saling terikat
kuat
dan terbentuklah suatu masa yang kompak atau padat.
Penyebab
semakin
meningkatnya porositas pasta semen sebagai akibat kelebihan air yang
tidak
bereaksi dengan semen.
semen
yang akan menyebabkan terjadinya pori-pori (capillary pores) pada pasta
semen
sehingga
akan
menghasilkan
pasta
yang
porous,
hal
ini
akan
menyebabkan
semakin berkurangnya kekedapan air pasta semen dan juga kuat tekan beton
yang
dihasilkan.
14
semen
portland
dapat
diuraikan
yaitu
terdiri
dari
susunan
senyawanya secara kimia, akan terlihat jumlah oksida yang membentuk
bahan
semen tersebut. Semen dibuat dari bahan-bahan yang mengandung oksidaoksida.
Unsur-unsur oksida tersebut seperti yang tercantum pada Tabel 2.5 sebagai
berikut :
Tabel 2.5 Komponen bahan baku semen (Wuryati dan Candra , 2001)
Jenis Bahan
Kapur ( CaO)
Silika (SiO2)
Alumina (Al203)
Besi
Magnesia (MgO)
Prosentase (%)
60 - 65
17 - 25
3 - 8
0.5 - 5
0.5 - 4
15
16
berapi, sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan
dalam tiga macam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai.
Pasir merupakan agregat halus, menurut Neville (1997) agregat halus
merupakan agregat yang besarnya tidak lebih dari 5 mm atau 3/16. Agregat
halus berupa pasir dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alam
dari
batu-batuan atau berupa pasir pecahan batu yang dihasilkan alat mesin pemecah
batu.
Menurut (SK-SNI-S-04-1989-F) disebutkan mengenai persyaratan agregat
halus yang baik adalah sebagai berikut :
1) Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan indeks
17
b. Berat jenis semu, jika volume benda padatnya termasuk pori-pori tertutupnya
18
(selaput
permukaan air) disekitar butir-butir pasir. Ketebalan lapisan air itu
bertambah
dengan bertambahnya kandugan air didalam pasir, dan ini berarti
pengembangan
volume secara keseluruhan. Akan tetapi pada suatu kadar air tertentu, volume
19
pasir mulai berkurang dengan bertambahnya kadar air. Pada kadar air
tertentu pula besar penambahan volume pasir itu menjadi nol, berarti
volume pasir menjadi sama dengan volume pasir kering.
2. 5.2.4 Modulus Halus Butir
Modulus halus butir adalah suatu indek yang dipakai untuk
menjadi ukuran kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat. Modulus
halus butir ini didefinisikan sebagai jumlah besar komulatif dari butirbutir agregat yang tertinggal diatas suatu set ayakan dan kemudian dibagi
seratus.
Makin besar nilai modulus halus menunjukkan bahwa makin besar
butirbutir agregatnya. Pada umumnya pasir mempunyai modulus halus butir
antara 1,5 sampai 3,8
2.5.2.5 Gradasi Agregat Halus
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila
butirbutir agregat memiliki ukuran yang sama (seragam) volume pori akan
besar.
Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori
yang
kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran yang
besar,
sehingga pori- porinya sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi.
Pada agregat untuk pembuatan bata beton pejal diinginkn suatu
butiran yang kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit, dan ini
berarti hanya membutuhkan bahan ikat sedikit saja (bahan ikat mengisi pori
antara butir-butir agregat), bila volume pori sedikit berarti bahan ikat sedikit
pula.
Agregat halus yang dipakai untuk campuran adukan bata beton pejal
harus
memenuhi syarat yang ditetapkan SK-SNI-S-04-1989-F yaitu dengan modulus
20
halus 1,5 sampai 3,8. Dilihat dari syarat batas gradasinya agregat halus
dibagi menjadi 4 zone seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.6 dibawah ini.
Tabel 2.6 Syarat batas gradasi pasir
Lubang
Ayakan
(mm)
10
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
Keterangan :
Zone 1
Zone 2
Zone 3
Zone 4
Zone 1
Bawah Atas
100
100
90
100
60
95
30
70
15
34
5
20
0
10
Zone 4
Bawah Atas
100
100
95
100
95
100
90
100
80
100
15
50
0
15
= Pasir Kasar
= Pasir Agak Kasar
= Pasir Halus
= Pasir Agak Halus
Suatu agregat dikatakan tidak kekal apabila terjadi perubahan volume yang
menyebabkan memburuknya sifat beton. Hal ini dapat muncul dalam bentuk
perubahan setempat
pada
suatu kedalaman yang cukup besar.
dari
kenampakan yang berubah sampai keadaan struktural membahayakan.
2.5.3 Air
Air yang dimaksudkan disini adalah air sebagai bahan pembantu dalam
konstruksi bangunan meliputi kegunannya dalam pembuatan dan perawatan
bata beton pejal.
21
2.5.4 Tras
Tras adalah suatu bahan mentah alami atau hasil buatan.
awal pembentukannya tras berasal dari batuan gunung berapi.
Pada
Pada keadaan
yang pasti oleh cuaca pada akhirnya terbakar atau tergosok api dari letusan
dapur api gunung berapi. Tras berguna pada industri bangunan sebagai mortar
hidraulik, bahan yang terdapat dalam tras adalah silikat. (Hijhoff, 1970)
Tras
adalah
batuan
gunung
api
yang
telah
mengalami
perubahan
komposisi kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air
bawah
tanah. Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan,
22
kompak
dan
padu
dan
agak
sulit
digali
dengan
alat
yang
sederhana. (www.garut.go.id)
Pozolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri
dari
unsur-unsur silikat dan atau aluminat yang aktif.
sifatsifat semen tetapi dalam keadaan halus jika dicampur dengan kapur padam dan
air
setelah beberapa waktu dapat mengeras pada suhu kamar sehingga
akan
membentuk suatu masa yang padat dan sukar larut dalam air.(PUBI-1982)
Pozolan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pozolan alam dan
pozolan
buatan. Yang termasuk pozolan alam adalah tras, sedangkan pozolan
buatan
adalah : semen merah (bata merah / genteng keramik yang telah digiling),
gilingan
terak
dapur
tinggi
(slag),
fly
ash/abu
terbang
(abu
PLTU).
(www.kimpraswil.go.id)
Tras adalah pozolan alam yang dapat dipakai sebagai
bahan ikat
tambahan dalam pembuatan beton. Bahan ikat tambahan ini dapat membuat
beton tahan garam, sulfat, dan air asam.
Sifat tras yang penting adalah apabila dicampur dengan kapur padam
dan
air akan membentuk semacam semen.
silika
( SiO2 ) yang amorf dan oksida alumina ( Al2O3 ) yang terkandung didalam
tras
bersifat asam.
(
2001)
23
harus
Syarat Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
<6
6- 8
9-10
0
10-30
2
75-100
12-16
0
30-50
3
50-75
8-12
Persyaratan kimia tras yang termasuk dalam abu terbang kelas N sesuai
dengan SK-SNI-S-15-1990-F terdapat pada Tabel 2.8 sebagai berikut:
Tabel 2.8 Persyaratan kimia abu terbang kelas N / tras. (SK-SNI-S-15-1990-F)
No
1
2
3
4
5
Senyawa
Jumlah oksida SiO2+Al2O3+Fe2O3 minimum
SO2 maksimum
Hilang pijar maksimum
Kadarair maksimum
Total alkali dihitung sebagai Na2O maksimum
Tras
di
Indonesia
terdapat
Kadar %
70%
5%
6%
3%
1,5%
dibeberapa
daerah
24
Jawa Tengah yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan Propinsi Jawa Tengah
tercantum dalam Tabel 2.9 sebagai berikut:
Tabel 2.9 Hasil analisa kimia tras Muria, Kabupaten Kudus Jawa Tengah (Dinas
Pertambangan Propinsi Jawa Tengah, 1991)
No
1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Komposisi
SiO2
Al2o3
Fe2O3
CaO
MgO
Na2O
K2O
MnO
TiO2
P2O5
SO3
Tras (% berat)
52,70
28,60
4,33
0,50
0,02
1,29
1,64
0,20
0,28
0,05
0,98
Tras merupakan bahan pozolan, sehingga bila dipakai sebagai bahan ikat
tambahan pengganti semen portland umumnya berkisar antara 10-35%
berat semen, laju kenaikan kekuatannya lebih lambat dari pada beton normal.
Pada umur 28 hari kekuatan tekan lebih rendah dari beton normal, namun
sesudah umur 90 hari kekuatannya dapat lebih tinggi. (Tjokrodimuljo,1996)
25
memenuhi
syarat.
Menurut Prasetyo (2002) bahwa pengaruh penambahan tanah tras
terhadap
kuat tekan dan modulus elastisitas beton yang diberi perawatan tekanan
uap
(steam curing) dengan variasi tanah tras mulai dari 5 %, 10 %, 15 %, 20 %, 25
%,
dan 30 % dari berat semen yang telah ditetapkan dalam rancangan adukan
(mix
design). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tanah tras
penambahan
tanah tras 17% yaitu sebesar 165,207 kg/cm 2 atau meningkat sebesar 43%
dari
beton yang tidak ditambahkan tanah tras 115,198 kg/cm 2.
elastisitas
Modulus
26
optimum terjadi pada penambahan tanah tras 13% yaitu sebesar 9,3% dari
beton yang tidak ditambahkan tanah tras sebesar 98,327 kg/cm2.
Menurut penelitian Majid (2001) bahwa penggunaan tras alam dari
Banjarnegara pada pembuatan beton menunjukkan semakin panjang umur
beton
makin tinggi kuat desaknya. Laju kenaikan kuat desak beton pada umur 7 hari14
hari meningkat.
menurun.
Pada penelitian penggunaan tras alam Banjarnegara sebagai subtitusi
semen,
dengan mengganti semen dengan tras sampai prosentase 30% masih dapat
untuk
menghasilkan beton mutu kelas II yaitu beton dengan kuat desak 10 Mpa20Mpa.
Penggantian semen dengan tras sampai 20% masih dapat menghasilkan
beton
yang disyaratkan yaitu 20 Mpa, sedangkan penggantian semen lebih dari
20%
kuat desaknya kurang dari beton yang disyaratkan.
Untuk mengetahui
laju
kenaikan kuat desak beton rat-rata
2.10
sebagai
berikut:
Tabel 2.10 Laju kenaikan kuat desak beton rata-rata dalam % (Majid, 2001)
Umur
(hari)
Beton Beton
normal Tras-5%
7 ke 14
4 ke 28
43,689 51,565
43,696 16,876
Beton
Tras10%
43,233
39,051
Beton
Tras15%
75,892
2,817
Beton
Tras20%
80,268
2,179
Beton
Tras25%
49,517
15,881
Beton
Tras30%
64,649
2,759
27
0Fa:
1pc:8ps pada umur bata beton 30 hari dicapai kuat tekan rata-rata 24,83
kg/cm2,
kuat tekan optimum bata beton terjadi pada komposisi antara 1,6 s/d
1,8Fa:1pc:8
ps pada umur 30 hari dan umur 60 hari, selanjutnya terjadi penurunan kuat
tekan.
Sedangkan pada bata beton umur 90 hari kuat tekan optimum terjadi
pada
28
Umur 30 hari
Umur 60 hari
Umur 90 hari
55
50
Conblock Umur 90 hari
45
Conblock Umur 60 hari
40
Conblock Umur 30 hari
35
30
y = -0.721x2 + 9.4764x + 18.359
R2 = 0.9086
25
20
15
10
5
0
0: 1:8
1,3:1:8
1,4:1:8
1,5:1:8
1,6:1:8
1,8:1:8
:
Gambar 2.1 Hubungan kuat tekan dengan variasi komposisi campuran bata
beton
umur 30 hari, umur 60 hari dan umur 90 hari. (Prakoso,2006)
Hubungan antara berat pasta dan serapan air oleh Prakoso
(2006)
dinyatakan bahwa semakin banyak jumlah pasta semen, maka serapan air
yang terjadi semakin besar.
29
Hubungan antara berat pasta semen dan serapan air dapat dilihat
pada Gambar 2.2 sebagai berikut :
272,8
276,8
280,8
285,0
353,6
2. 7
Pemikiran Dasar
Bata beton pejal merupakan bahan bangunan yang terbuat dari
campuran semen portland, agregat halus, air dan dengan atau tanpa bahan
tambah. Bata beton pejal dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan
sebagai bahan untuk penyekat dinding.
30
C S H ................................ (2.1)
Dan
CH + A + H
C A H..................................(2.2)
Keterangan :
CH = kalsium hidroksida ( kapur bebas )
S
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Semen portland yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen
portland
type I produksi PT. Tonasa, dengan berat 50 Kg. Menurut
Tjokrodimuljo
(1996) berat jenis semen adalah 3,15 gr/cm3.
b. Pasir yang digunakan dalam penelitian adalah pasir Muntilan
Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah.
c. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari instalasi air
bersih.
d. Tras yang digunakan dalam penelitian adalah tras Muria Kabupaten
Kudus,
Jawa Tengah.
32
2) Timbangan
Timbangan dengan merk Radjin, digunakan untuk menimbang bahan
susun adukan beton dan benda uji dengan kapasitas 150 Kg.
3) Gelas ukur
Gelas ukur volume 250 ml digunakan pada pemeriksaan kandungan
zat organik pasir. Gelas ukur volume 50 ml, 100 ml, 250 ml, 1000 ml,
digunakan untuk mengukur volume air yang dibutuhkan untuk adukan beton
dan juga untuk memeriksa karakteristik bahan susun bata beton pejal.
3) Stop watch
Stop watch, digunakan untuk pengukuran waktu pengujian.
4) Piknometer
Digunakan untuk mencari berat jenis pasir dengan kapasitas 500 gram.
5) Oven
Oven dengan merk Memmert digunakan untuk memanaskan benda uji.
6) Cetakan Bata beton pejal
Cetakan bata beton pejal dengan ukuran 40 x 20 x 10 cm yang
digunakan untuk pengujian kuat tekan dan serapan air.
7) Jangka sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur semua dimensi benda uji.
9) Alat uji tekan
Alat uji tekan yang digunakan adalah mesin uji desak
(compression
Tension Machine ) merk indotest dengan kapasitas kuat tekan 150 ton
digunakan
33
34
35
butiran pasir dan modulus kehalusan pasir. Alat yang digunakan yaitu satu set
36
ayakan ( 4,8 mm; 2,4mm; 1,2m; 0,6mm; 0,3mm dan 0,15mm), timbangan dan
alat
penggetar. Langkah-langkah pemeriksaan gradasi pasir adalah sebagai berikut:
a) Mengeringkan pasir dalam oven dengan suhu 110o C sampai beratnya tetap.
b) Mengeluarkan pasir dari oven, didinginkan dalam desikator selama 3 jam.
c) Menyusun ayakan sesuai dengan urutannya, ukuran terbesar diletakkan di
atas yaitu 4,8 mm; 2,4 mm; 1,2 mm; 0,6 mm; 0,3 mm dan 0,15 mm.
d)
Memasukkan pasir dalam ayakan paling atas, tutup dan ayak dengan
cara
digetarkan selama 10 menit kemudian diamkan pasir selama 5 menit
agar
pasir tersebut mengendap.
e)
f)
pasir
yang
lolos pada
ukur, timbangan,
cawan,
pipet
dan
oven.
Langkah-langkah
37
b) Mencuci pasir dengan air bersih yaitu dengan menuangkan pasir ke dalam
gelas ukur yang berisi air yang mencapai 250 cc. Kemudian goyanggoyangkan (kocok) gelas ukur tersebut sebanyak
10 kali. Kemudian
didiamkan selama 10 menit. Air yang kotor dibuang tanpa ada pasir yang ikut
terbuang.
c) Menuangkan pasir kedalam cawan kemudian membuang sisa air dengan
pipet.
Setelah itu pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 110o C selama 24 jam.
d) Setelah 24 jam pasir dikeluarkan dari dalam oven dan didinginkan
hingga
mencapai suhu kamar kemudian pasir ditimbang beratnya (G2).
4) Pemeriksaan berat satuan
Langkah-langkah pemeriksaan berat satuan pasir adalah sebagai berikut:
a) Bejana yang akan digunakan ditimbang dulu (W1).
b) Contoh pasir dalam keadaan SSD pada kadar air 18,040 % dimasukkan ke
38
Mengambil sampel agregat yang telah dicuci dan keringkan dalam oven
sebanyak 300 gr selama 24 jam. Setelah 24 jam pasir dikeluarkan dari
oven
dan dibiarkan dingin kemudian masukkan pasir dalam 3 buah gelas
sehingga
masing-masing gelas berisi 100 gr dan diisi larutan jenuh Na2SO4 dan
MgSO4 pada masing masing gelas.
b)
diatas
ayakan 0,075 mm hingga air tampak jernih.
c)
Sisa sampel yang tersisa dimasukkan kembali dalam oven hingga beratnya
tetap lalu ditimbang.
b. Semen Portland
Dalam
penelitian
ini,
pemeriksaan
semen
hanya
dilakukan
gumpalan
maka
gumpalan
semen
tersebut
c. Tras
Pemeriksaan tras dilakukan secara visual yaitu tras yang masih berupa
batuan dihaluskan dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Tras yang dipakai
sebagai bahan pengikat lolos ayakan diameter 0.075 mm.
39
40
hingga penuh.
sehingga
suhunya bisa dipertahankan. Mengeringkan permukaan dengan kain atau
lap.
j) Timbang piknometer berisi air (W4 gram).
2) Pemeriksaan kadar air tras
Pemeriksaan kadar air dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a). Mengambil sampel tras 3 bagian dengan berat masing-masing sebesar
100
gram (W1).
b)
setelah
itu tras dikeringkan dengan oven dengan suhu 110 C selama 24 jam.
c). Setelah 24 jam cawan yang berisi tras dikeluarkan dari oven dan
didinginkan
hingga mencapai suhu kamar kemudian cawan berisi tras ditimbang (W2).
d. Air
Pemeriksaan terhadap air dilakukan secara visual yaitu air harus
bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan garam sesuai dengan persyaratan
air untuk minum. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air bersih.
Menimbang bahan-bahan susun bata beton pejal yaitu semen, pasir bahan
tambah (tras) dan air dengan berat yang telah ditentukan dalam
perencanaan campuran bata beton pejal.
41
2)
telah
direncanakan
dalam
keadaan kering. Langkah ini dilakuakan agar pencampuran antara
bahanbahan tersebut dapat lebih homogen, sehingga diharapkan hasil
yang diperoleh maksimal.
2)
Memasukkan air 80% dari air yang dibutuhkan dengan faktor air semen (fas)
0,4 kedalam campuran bahan semen, pasir dan tras yang telah tercampur
Memasukkan adukan bahan bata beton pejal kedalam cetakan bata beton
pejal yang sebelumnya pada bagian dalam cetakan diberi minyak pelumas.
2) Mengisi cetakan dengan adukan bata beton pejal sampai penuh kemudian
dipadatkan. Permukaan bata beton pejal harus benar-benar dalam
keadaan
rata pada bagian atas cetakan.
3)
Setelah dipadatkan, kemudian bata beton pejal dikeluarkan dari cetakan dan
diletakan pada tempat perawatan 90 hari.
42
d. Perawatan
Perawatan bata beton pejal dilakukan selama 90 hari dengan disimpan
didalam ruangan dengan kondisi lembab dan disiram dengan air selama masa
perawatan. Hal tersebut dilaksanakan sebab tras termasuk pozolon, dimana
bahan yang mengandung pozolon bila dipakai sebagai pengganti semen
portland laju kenaikan kekuatannya lebih lambat daripada beton normal, dan
baru dapat lebih tinggi kekuatanya sesudah umur 90 hari.(Tjokrodimuljo,1996)
43
Penambahan beban
2 - 4 kg/cm2 per
detik
Plat landasan
Bata beton pejal
Plat landasan
Gambar 3.1 Pengujian kuat tekan bata beton pejal
d. Melakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan mencatat
beban
maksimum yang terjadi selama pungujian benda uji.
B 500 B t
500
..( 3 1 )
..( 3 2)
B 500 B t
Bk
.( 3 3)
B B k B t
500 B k
..( 3 4)
B k x 100 %...
44
Dimana:
Bt
Bk
500
Kandungan Lumpur =
x 100%.............................(3.5)
Dimana :
G1 = berat pasir kering oven
G2 = berat pasir kering setelah di cuci
c. Berat satuan pasir atau tras
Berat satuan pasir
=
W W
2
W W
3
..( 3 6)
Dimana:
W1 = berat bejana (gram)
W2 = berat bejana berisi pasir atau tras (gram)
W3 = berat bejana berisi air (gram)
d. Kekekalan butir pasir atau tras
Kekekalan butir pasir =
W W
2
W1
x 100 %...
..(3 7)
Dimana:
W1 = berat pasir setelah dicuci kemudian dikeringkan dalam oven (gram)
W2 = berat pasir atau tras setelah direndam larutan Na2SO4 atau MgSO4 (gram)
45
(W W )
2
(
W W 1 ) ( W 3 W 4 )
(3 8)
Dimana :
W1 = berat piknometer (gram)
W2 = berat piknometer berisi tras (gram)
W3
(
W W )
2
x 100 %...
..(3 9)
Dimana :
W1 = berat tras sebelum dioven (gram)
W2 = berat cawan berisi tras setelah kering oven
(gram) W3 = berat cawan (gram)
g).Kuat tekan bata beton pejal
P
fc A
Dimana
:
fc
...( 3 10)
46
W W
2
W1
x 100%........................................................(3.11)
Dimana :
W1 = berat bata beton pejal dalam keadaan kering mutlak
(dioven) W2 = berat bata beton pejal setelah direndam
penelitian dari yang tertinggi sampai yang terendah pada tiap variasi perbandingan
campuran, yaitu lima benda uji untuk pemeriksaan kuat tekan bata beton pejal
dan tiga benda uji untuk pemeriksaan serapan air bata beton pejal.
Data
yang
telah disusun tersebut akan dikelompokkan sesuai tingkatan, yaitu kelompok nilai
terbesar
sampai
kelompok
nilai
terendah
pada
tiap
variasi
perbandingan
campuran.
diambil
suatu kesimpulan.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.3 Pasir
Pasir Muntilan yang digunakan dalam penelitian ini secara umum
mutu pasir tersebut memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai bahan
bangunan, walaupun demikian perlu diadakan pemeriksaan mengenai mutu
pasir tersebut. Berikut ini adalah hasil pemeriksaan yang dilakukan.
48
120
100
80
60
40
bata
s
baw
ah
Batas
atas
Psr.Mun
tilan
20
0
0.15
0.3
0.6
1.2
2.4
4.8
10
49
dalam
penelitian ini dilakukan dengan dua cara,
larutan
Na2SO4
8.75%.
Dimana menurut SNI -S - 04 - 1989 - F jika dipakai larutan Na2SO4
bagian
hancur maksimal 12,00 %.
dengan
menggunakan larutan
jika
50
4.1.4 Tras
Tras yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat
sebagai pozolan berdasarkan kandungan kimia yaitu :
- SiO2 +Al2O3+Fe2O3 yang terkandung sebesar 85,63% > 70%
- SO3 yang terkandung sebesar 0,98 % < 5%
- Na2O yang terkandung sebesar 1,29% ,1,5 %
Persyaratan kimia tras tersebut sesuai dengan persyaratan yang
disyaratkan dalam SK-SNI-S-15-1990-F.
Pemeriksaan tras ini bertujuan untuk mengetahui keadaan sifat fisik
dan bahan tras yang digunakan dalam penelitian.
meliputi: pemeriksaan berat jenis dan kadar air tras serta berat satuan tras.
a. B erat jenis dan kadar air
Pemeriksaan berat jenis dan kadar air tras ini dilakukan dua kali
yaitu terhadap sampel 1dan 2.
rata-rata sebesar 1,79 gram/cm3 dan kadar air rata-rata tras sebesar 7.35 %.
Dari hasil penelitian ini tras digolongkan sebagai agregat ringan. (Lampiran 6)
51
b. Berat satuan
Pemeriksaan berat satuan tras ini dilakukan dua kali yaitu terhadap
sampel 1 dan 2.
pemadatan ratarata sebesar 0,90 ton/m3 . Sedangkan berat satuan tras dengan
pemadatan ratarata sebesar 1,17 ton/m3. (Lampiran 7)
52
pada lampiran 8.
singkat
34,525
42,543
43,960
47,576
39,706
37,445
35,347
30,836
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kuat tekan rata-rata bata beton
pejal
terendah terdapat pada perbandingan campuran 0,00tras:1,00pc:5,92psr yaitu
sebesar 34,525Kg/cm2 dan kuat tekan rata-rata bata beton pejal tertinggi terdapat
Kuat
tekan
rata-rata bata beton pejal semakin naik dari perbandingan campuran
0,00tras:1,00pc:5,92
psr
sampai
perbandingan
campuran
0,27tras:1,00pc:5,92psr.
Setelah mencapai kuat tekan rata-rata bata beton pejal tertinggi yaitu pada
53
PUBI-1982
90
Mutu B2
80
70
Mutu B1
60
50
40
Mutu A2
30
Mutu A1
20
10
0
0.00:1:5.92 0.11:1:5.92 0.21:1:5.92 0.27:1:5.92 0.32:1:5.92 0.37:1:5.92 0.43:1:5.92
0.53:1:5.92
Gambar 4.2 Grafik hubungan kuat tekan bata beton pejal dengan komposisi
campuran bahan susun bata beton pejal
Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa kuat tekan bata beton pejal
mengalami kenaikan
perbandingan
karena
penambahan
tras
pada
tertinggi
terjadi
pada
perbandingan
campuran
0,27tras:1,00pc:5,92psr, kuat tekan bata beton pejal menurun kembali
pada
54
campuran 0,32tras:1,00pc:5,92psr
tersebut
ternyata
masih
diatas
nilai
kuat
tekan
bata
beton
pejal
pada
perbandingan
campuran 0,00tras:1,00pc:5,92psr. Hal ini sesuai dengan pendapat (Ratmaya,
2002 dalam Andoyo, 2006) yang mensyaratkan penggunaan tras (salah satu
bahan
pozolan alam) sebagai bahan bangunan yang paling baik adalah 20%-30%.
Selama perbandingan campuran 0,11tras:1,00pc:5,92psr sampai
campuran
0,32tras:1,00pc:5,92psr tersebut kuat tekan bata beton pejal masih diatas nilai
bata beton normal.
Kenaikan kuat tekan bata beton pejal pada penambahan tras pada
variasi
tersebut terjadi karena
bereaksi
mengikat kapur bebas atau kalsium hidroksidaCa(OH ) 2 yang dilepaskan semen
saat proses hidrasi. Reaksi kimia yang terjadi tersebut membuat kapur bebas
yang semula adalah mortar udara mengeras bersama air dan tras yang
akhirnya mempengaruhi kekuatan tekan bata beton pejal. Kadar kalsium
hidroksida akibat proses hidrasi yang berkurang karena adanya pengikatan
yang terjadi dengan tras menyebabkan
porositas
dan
permeabilitas
berkurang sehingga membuat bata beton pejal menjadi lebih padat dan lebih
kuat.
Bata beton pejal mengalami penurunan kuat tekan pada perbandingan
campuran
0,32tras:1,00pc:5,92psr
sampai
perbandingan
campuran
55
dengan menggunakan bahan susun tras seluruhnya (non pasir) kuat tekan
yang akan terjadi masih dibawah batu bata pejal normal.
Untuk
tekan
bata
beton pejal
juga
disebabkan
karena
semen
yang
berfungsi
sebagai
bahan
pengikat
semakin
berkurang,
sedangkan tras yang mengikat zat kapur yang terkandung dalam semen
sudah
terlalu banyak, sehingga tras hanya berfungsi sebagai bahan pengisi saja
dengan
daya ikat antar butiran sangat kecil, sehingga daya ikat hanya dibebankan
pada
semen saja.
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kuat tekan masing-masing bata
beton
pejal pada perbandingan campuran 0,00tras:1,00pc:5,92psr dari lima bata
beton
pejal termasuk dalam mutu A1 dan mutu A2.
bata
beton
pejal
0,11tras:1,00pc:5,92psr;
0,32tras:1,00pc:5,92psr;
0,37tras:1,00pc:5,92psr;
1982 yang mensyaratkan bahwa untuk mutu A1 kuat tekan minimum masingmasing bata beton pejal sebesar 21Kg/cm2 dan mutu A2 kuat tekan minimum
56
terlebih
dahulu dioven pada suhu kamar 110C selama 24 jam. Setelah dioven bata
beton
pejal direndam dalam air selama 24 jam.
Nevile
(1977) yang menyatakan bahwa apabila dilakukan pengeringan pada suhu
tinggi
maka
serapan
air
akan
mencapai
angka
ekstrim,
karena
dengan
dilakukan
pengeringan tersebut maka
air
dalam
beton,
adapun pengeringan pada suhu biasa tidak mampu mengeluarkan
seluruh
kandungan air.
Hasil pengujian serapan air bata beton pejal secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran 9, sedangkan secara singkat dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Jumlah pasta pada tiap variasi perbandingan bata beton pejal dan
hasil
Serapan air
(%)
14.79
14.91
15.27
15.62
15.91
16.37
16.76
17.62
57
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa serapan air semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah tras dalam tiap perbandingan campuran.
Serapan air terkecil pada perbandingan campuran 0,00tras:1,00pc:5,92psr
yaitu sebesar 14,79 %,
kemudian
serapan
air
meningkat
sampai
bahwa
serapan air tertinggi sebesar 17,62% terjadi pada perbandingan campuran
0,53tras:1,00Pc:Psr, pada perbandingan campuran tersebut bata beton pejal
masuk
dalam mutu A1 dan A2. Dengan demikian serapan air sebesar 17,62 %
tersebut
masih sangat memenuhi persyaratan fisik bata beton pejal, karena mutu A1
dan
A2 masih dibawah mutu B1.
B1
disyaratkan penyerapan air maksimum 35%.
dari
perbandingan
campuran
0,00tras:1,00pc:5,92psr
sampai
perbandingan
campuran
0,53tras:1,00pc:5,92psr bata beton pejal masuk mutu A1 dan A2 dan
dengan
serapan
air
maksimal
sebesar 17,62%
memenuhi
persyaratan fisik bata beton pejal.
bata
beton
pejal
masih
58
30
25
20
15
10
0
0,00:1,00:5,92 0,11:1,00:5,92 0,21:1,00:5,92 0,27:1,00:5,92 0,32:1,00:5,92 0,37:1,00:5,92 0.43:1,00:5,92 0,53:1,00:5,92
Gambar 4.3 Hubungan komposisi campuran bahan susun bata beton pejal dan
serapan air bata beton pejal
Dari gambar 4.3 dapat dilihat
meningkat dalam tiap variasi campuran maka serapan air yang terjadi
semakin
meningkat. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Troxell (dalam Suroso, 2001)
bahwa pengeringan beton dengan cara dipanaskan mengakibatkan kandungan
air
bebas dalam beton dan sekaligus air dalam bentuk koloid (berukuran 0,000001
0,000002 mm) yang lebih kenyal yang terikat dalam pasta akan
menguap.
Kondisi penguapan kandungan air dalam beton selanjutnya menimbulkan
59
maka
semakin banyak jumlah pasta, maka kerusakan yang terjadi akibat
pemanasan
semakin besar sehingga beton menjadi lebih porus dan serapan air semakin
besar.
Hasil penelitian
industri
soda sebagai bahan substitusi pada pembuatan bata beton, paving block,
dan
genteng beton, yang menunjukkan bahwa nilai serapan air bata beton
mengalami
peningkatan seiring dengan jumlah pasta
(semen+kapur+air). Meskipun
dalam
penelitian ini kedudukan kapur sebagai subtitusi agregat, tetapi kapur
masih
termasuk dalam bahan ikat dan butiran kapur lebih besar daripada butiran
semen.
Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan pada pasta akibat pemanasan,
sehingga
porositas dan serapan air meningkat. Hal yang demikian juga terjadi pada
tras
yang menjadi bahan ikat tambahan dalam bata beton pejal dan butiran tras
lebih
besar daripada butiran semen sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan
pada
pasta
akibat
meningkat.
pemanasan,
sehingga
porositas
dan
serapan
air
Kecenderungan
meningkatnya
serapan
air
pada
bata
beton
pejal
disebabkan
karena selain tras memiliki bentuk butiran yang lebih besar dari semen
sehingga
tidak dapat mengisi rongga-rongga antara butiran pasir, tras juga
memiliki
kadar
air yang tinggi yaitu sebesar 7,35%.
Tras
mempunyai
sifat
higrokopis
sehingga
tras
mempunyai
kecenderungan untuk menyerap air. Hal ini yang menyebabkan serapan air
bata beton pejal menjadi semakin besar seiring dengan peningkatan jumlah
pasta yang terdiri dari tras, semen dan air, dimana kandungan tras semakin
meningkat jumlahnya pada tiap variasi campuran.
60
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian mengenai
penggunaan tras dalam bata beton pejal yang telah dilaksanakan, yaitu:
1. Dari penelitian ini dapat diketahui sifat karakteristik bahan susun bata beton pejal
pasir Muntilan yaitu modulus kehalusan pasir Muntilan adalah 3,07. Berat jenis
pasir Muntilan adalah 2,56. Kadar lumpur pasir Muntilan adalah 4,30%.
Pemeriksaan kekekalan butir pada pasir Muntilan dengan menggunakan larutan
Na2SO4
Sedangkan
kekekalan
butir
dengan
menggunakan
larutan
MgSO4
dihasilkan kekekalan butir dimana bagian hancur sebesar 8,23%. Berat satuan
pasir Muntilan diperoleh hasil yaitu besarnya berat satuan pasir Muntilan yang
dilakukan dengan pemadatan sebesar 1,69 ton/m3
berupa tras yaitu: berat jenis tras diperoleh sebesar 1,79 gram/cm3 dan kadar air
rata-rata tras sebesar 7,35 %. Pemeriksaan berat satuan tras diperoleh berat
61
campuran 0,00tras:1,00pc:5,92psr dari lima bata beton pejal termasuk dalam mutu
A1 dan mutu A2. Kuat tekan masing-masing bata beton pejal pada perbandingan
campuran
0,11tras:1,00pc:5,92psr;
0,21tras:1,00pc:5,92psr
dan
0,27tras:1,00pc:5,92psr dari lima bata beton pejal masuk dalam mutu A2. Kuat
tekan masing-masing
masuk dalam mutu A1 dan A2. Dengan demikian serapan air sebesar 17,62 %
tersebut masih sangat memenuhi persyaratan fisik bata beton pejal, karena mutu
A1 dan A2 masih dibawah mutu B1. Sedangkan pada bata beton pejal mutu B1
persyaratan fisik bata beton pejal sesuai persyaratan dalam PUBI 1982.
62
5.2 Saran
Ada beberapa saran terkait dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
sehingga penelitian tersebut benar-benar dapat diaplikasikan dalam kehidupan
seharihari, antara lain:
1. Ada penambahan nilai fas dalam tiap variasi perbandingan campuran, yang dalam
hal ini tidak terkontrol. Dalam penelitian lain sebaiknya dilakukan
pencatatan
pada penambahan fas.
2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam sehingga didapatkan komposisi
campuran bahan yang terdiri dari semen portland dan tras yang menghasilkan bata
beton pejal yang berkualitas, memiliki kuat tekan yang tinggi serta mempunyai
menjadi bahan pengikat alternatif yang dapat mengurangi konsumsi semen, maka
DAFTAR PUSTAKA
Industri soda
sebagai bahan Substitusi pada Pembuatan Conblock,
Pavingblock dan
Genteng Beton, Jurnal Penelitian Permukiman Vol.19-21, 1993, Jakarta
63
64
65
ANALISA KEBUTUHAN BAHAN PADA PEMBUATAN BATA BETON PEJAL DENGAN PENAMBAHAN TRAS
Berat satuan tras
=
Berat satuan pasir =
Berat satuan semen =
Fas
=
Volume bata beton pejal =
Perbandingan camp
dlm volume
bata beton pejal
Tras
0.00
0.11
0.21
0.27
0.32
0.37
0.43
0.53
1.799 Ton/m3
2.565 Ton/m3
3.15 Ton/m3
0.4
0,007220 m
PC
Pc (kg)
1.00
1.550
1.00
1.527
1.00
1.504
1.00
1.492
1.00
1.482
Psr
Ps (kg)
5.92
12.400
5.92
12.211
5.92
12.029
5.92
11.939
5.92
11.850
Tras
(m3)
Air (kg)
0.00
0.620
15.24
0.611
29.95
0.601
37.21
0.597
44.30
0.593
1.00
1.470
1.00
1.460
1.00
1.439
5.92
11.764
5.92
11.678
5.92
11.511
51.31
0.588
58.23
0.584
71.71
0.575
Pc
(m3)
Ps
(m3)
144.54
Tras (kg)
Pc (kg)
Ps (kg)
Air (kg)
Jumlah
Tras
(kg)
855.46
0.000
180.679
1445.722
72.272
1698.673
0.000
142.38
842.38
17.827
177.977
1423.625
71.191
1690.620
0.153
140.25
829.80
35.042
175.308
1402.367
70.123
1682.840
0.301
139.17
823.62
43.540
173.965
1391.910
69.586
1678.999
0.373
138.18
817.52
51.837
172.724
1381.601
69.090
1675.252
0.445
137.13
811.56
60.036
171.406
1371.540
68.563
1671.545
0.515
136.13
805.64
68.125
170.167
1361.531
68.067
1667.890
0.584
134.17
794.12
83.903
167.710
1342.063
67.084
1660.760
0.720
65
Lampiran 1
PEMERIKSAAN GRADASI PASIR MUNTILAN
Nama
NIM
Program Studi
Penelitian
Zone 1
Bawah Atas
100
100
90
100
60
95
30
70
15
34
5
20
0
10
Lubang
ayakan
(mm)
10
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
sisa
B tertinggal
(gram)
113
411
151
127
149
49
1000
B tertinggal
(%)
0
0
11.3
41.1
15.1
12.7
14.9
4.9
100
306 ,5
B tertinggal
kumulatif (%)
0
0
11.3
52.4
67.5
80.2
95.1
306.5
3,065
100
Dari analisis uji gradasi pasir Muntilan masuk di zone1 (kasar)
Pasir
Muntilan
100
100
88.7
47.6
32.5
20
9.7
B tembus
kumulatif (%)
100
100
88.7
47.6
32.5
19.8
4.9
66
Lampiran 2
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR MUNTILAN
Nama
: Tri Anggi Purnomo
NIM
: 12114007
Program Studi : Teknik Sipil, S1
Penelitian
: PENGARUH PENAMBAHAN TRAS MURIA
TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR PADA
BATA BETON PEJAL
Pemeriksaan
No
SAMPLE I
SAMPLE
(Gram)
II (Gram)
500
500
1030.05
1031.1
478.25
479.02
725.5
725.5
2.45
2.46
2.56
2.57
2.75
2.76
4.55 %
4.38 %
2.56%
Berat jenis pasir tersebut termasuk berat normal karena standar berat jenis
pasir Muntilan adalah 2,500 - 2,700.
67
Lampiran 3
DATA HASIL PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR PASIR MUNTILAN
Nama
NIM
Program Studi
Penelitian
Pemeriksaan
No
Keterangan
Sampel 1
(Gram)
Sampel 2
(Gram)
26.7
26.7
126.7
126.7
122.2
122.6
A ) 4.5 % 4.1 %
4
5
(B1 A)
(B 1 A)
(B2
x100%
4.3 %
68
Lampiran 4
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN PASIR MUNTILAN
Nama
NIM
Program Studi
Penelitian
Pemeriksaan
Keterangan
Sample I (gr)
Sample I (gr)
362
362
957.3
966
595.3
604
500
500
1.19
1.21
1.20 kg/m3
Keterangan
Sample I (gr)
Sample I (gr)
362
362
1203.5
1206
841.5
844
500
500
1.68
1.69
3
1.69kg/m
69
Lampiran 5
PEMERIKSAAN KEKEKALAN BUTIR PASIR MUNTILAN
Nama
NIM
Program Studi
Penelitian
KETERANGAN
Berat pasir setelah dicuci kemudian
SAMPLE I
SAMPLE
(Gram)
II (Gram)
100
100
91
91.5
9%
8.5%
W 2 W 1
x 100%
W1
8.75%
Menurut (SK SNI - S - 04 - 1989 - F) jika dipakai Natrium Sulfat (Na 2SO4)
bagian hancur maksimal 12 %.
70
KETERANGAN
Berat pasir setelah dicuci kemudian
SAMPLE I
SAMPLE
(Gram)
II (Gram)
100
100
92.20
92
8.45%
8%
W 2 W 1
x 100%
W1
8.23%
71
Lampiran 6
PEMERIKSAAN BERAT JENIS TRAS
Nama
NIM
Program Studi
Penelitian
Keterangan
Sampel 1
(Gram)
Sampel 2
(Gram)
230
230
730
730
948
948.7
725.5
725.5
Suhu to C
25
25
A = W2 - W1
500
500
B = W3 - W4
222.5
223.2
C = A- B
277.5
276.8
1.802
1.806
1.797
1.801
5
6
7
8
9
1.79
72
Pemeriksaan
No
1
2
3
4
115.5
117.5
23.5
24
23.5
94
91.5
94
6.38 %
9.28 %
6.38 %
7.35%
Menurut persyaratan mutu tras dan semen merah dengan kadar air bebas antara 6 8% masuk syarat mutu II
73
Lampiran 7
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN TRAS
Nama
NIM
Program Studi
Penelitian
Pemeriksaan
KETERANGAN
SAMPLE I
SAMPLE II
(Gram)
(Gram)
351.5
351.5
802
799
450.5
447.5
500
500
0.901
0.895
0.90 kg/m3
74
KETERANGAN
SAMPLE I
SAMPLE
(Gram)
II (Gram)
351.5
351.5
960
912
608.5
560.5
500
500
1.22
1.121
1.17 kg/m3
75
Lampiran 8
DATA HASIL PENGUJIAN KUAT TEKAN BATA BETON PEJAL DENGAN
PENAMBAHAN TRAS MURIA
1.
2.
3.
4.
0,00tras:1pc:5,99psr
0,11tras:1pc:5,99psr
0,21tras:1pc:5,99psr
0,27tras:1pc:5,99psr
4.
5.
6.
7.
0,32tras:1pc:5,92psr
0,37tras:1pc:5,92psr
0,43 tras:1pc:5,92psr
0,53tras:1pc:5,92psr
A1
11.80
37.80
9.00
18.40
340.20
9900
29.10
A1
A2
12.60
37.90
8.90
18.50
337.31
13600
40.32
A2
A3
12.00
37.90
9.00
18.40
341.10
11300
33.13
A4
A5
12.60
11.20
38.00
38.00
8.90
8.90
18.50
18.30
338.20
338.20
11200
12500
33.12
36.96
A1
A1
B1
11.80
38.80
8.80
18.40
341.44
15500
45.40
A2
B2
12.20
37.90
8.90
18.50
337.31
16000
47.43
34.525
42.543
A1
A2
A2
B3
11.70
37.90
9.00
18.40
341.10
12000
35.18
B4
B5
11.80
11.80
37.90
37.80
8.90
9.00
18.40
18.50
337.31
340.20
13500
15200
40.02
44.68
A2
A2
C1
11.40
37.90
8.90
18.50
337.31
15100
44.77
A2
C2
11.80
38.00
8.80
18.40
334.40
15200
45.45
A2
C3
11.90
37.80
8.90
18.50
336.42
13900
41.32
C4
C5
10.80
11.20
37.70
37.90
8.90
8.90
18.40
18.40
335.53
337.31
13400
16300
39.94
48.32
A2
A2
D1
11.1
37.90
8.90
18.30
337.31
18200
53.96
D2
11.60
38.00
8.80
18.40
334.40
15700
46.95
A2
A2
D3
11.40
37.80
9.00
18.30
340.20
15700
46.15
D4
D5
11.30
11.40
37.90
37.80
8.90
8.80
18.40
18.50
337.31
332.64
13600
16800
40.32
50.51
43.960
47.576
A2
A2
A2
A2
76
Kode
Berat
Sampel
(Kg)
p
37.90
l
t
(cm2)
8.80
18.40
RataMutu
Luas Beban Kuat
tekan
rata
tamp tekan
.
(kg) (kg/cm2) (kg/cm2)
10500
31.48
A1
333.52
E1
11.40
E2
11.60
37.90
8.90
18.50
337.31
14900
A2
44.17
39.706
A2
E3
11.10
38.00
8.80
18.30
334.40
12100
36.18
E4
E5
12.10
11.50
37.80
37.80
8.90
9.00
18.30
18.30
336.42
340.20
17100
12200
50.83
35.86
A2
A2
F1
11.60
38.00
8.90
18.40
338.20
14800
43.76
A2
F2
11.20
37.80
8.80
18.30
332.64
12000
36.08
A2
F3
11.70
37.90
9.00
18.30
341.10
11300
33.13
F4
F5
11.00
11.70
37.90
37.90
8.70
8.80
18.50
18.40
329.73
333.52
14500
10100
43.98
30.28
A2
A1
G1
11.90
38.00
8.80
18.30
334.40
12800
38.28
A2
G2
11.90
37.90
8.90
18.40
337.31
10000
29.65
37.445
A1
A1
35.437
A1
G3
12.00
37.80
9.00
18.40
340.20
11800
34.69
G4
G5
12.60
11.40
37.70
37.90
8.80
8.80
18.50
18.40
331.76
333.52
13800
11000
41.60
32.98
A1
A1
H1
11.40
37.80
8.80
18.30
332.64
10500
31.57
A1
H2
12.20
37.80
8.90
18.40
336.42
6000
17.83
A1
H3
12.50
37.90
9.00
18.30
341.10
13600
39.87
H4
H5
11.70
12.70
38.80
38.90
8.90
9.00
18.40
18.30
345.32
350.10
9000
13600
26.06
38.85
30.836
A2
A1
A2
77
Lampiran 9
DATA HASIL PENGUJIAN SERAPAN AIR BATA BETON PEJAL DENGAN
PENAMBAHAN TRAS MURIA
1.
2.
3.
4.
0,00tras:1pc:5,99psr
0,11tras:1pc:5,99psr
0,21tras:1pc:5,99psr
0,27tras:1pc:5,99psr
Kode
Benda Uji
Variasi
A1
W1 W2
11.5 13.2
4.
5.
6.
7.
0,32tras:1pc:5,92psr
0,37tras:1pc:5,92psr
0,43 tras:1pc:5,92psr
0,53tras:1pc:5,92psr
Serapan Air
(%)
14.78
Rata-Rata (%)
A2
11.2
12.9
15.18
A3
11.1
12.7
14.41
14.79
B1
B2
B3
11.3
11.5
11.4
12.9
13.3
13.1
14.16
15.65
14.91
14.91
C1
C2
C3
11.1
11.1
11.2
12.8
12.8
12.9
15.32
15.32
15.18
15.27
D1
11.1
12.8
15.32
D2
D3
11
11.2
12.8
12.9
16.36
15.18
15.62
E1
E2
E3
11.1
11
11.2
12.8
12.7
13.1
15.32
15.45
16.96
15.91
F1
F2
F3
11.3
11.1
11.2
13.1
12.9
13.1
15.93
16.22
16.96
16.37
G1
G2
G3
11
11.2
11.2
12.7
13.1
13.2
15.45
16.96
17.86
16.76
H1
H2
H3
11.3
11.1
11.1
13.2
13.2
13
16.81
18.92
17.12
17.62
78
Lampiran 10
KEBUTUHAN BAHAN PER BENDA UJI
1. 0,00 Tras
:1 Pc : 5,92 pasir
2. 0,11 Tras
:1 Pc : 5,92 pasir
3. 0,21 Tras
:1 Pc : 5,92 pasir
4. 0 ,27Tras
:1 Pc : 5,92 pasir
5. 0,32 Tras
:1 Pc : 5,92 pasir
6. 0,37 Tras
:1 Pc : 5,92 pasir
7. 0,43 Tras
:1 Pc : 5,92 pasir
8. 0,53 Tras
:1 Pc : 5,92 pasir
= 1,69 ton/m3
= 1,17ton/m3
= 1,25 ton/m3
Fas
= 0,4
Contoh:
Perbandingan : 0,11 Tras:1Pc: 5,92 pasir
Ukuran bata beton pejal = 38 x 19 x10
cm Vol bata beton pejal = 38*19*10
= 7220 cm3 = 0,007220 m
Penyelesaian :
1m3 bata beton pejal dalam volume :
Tras
0 ,11
7,02
x 1000 = 15,24m3
79
1 ,00
x1000
Pc m3
= 7, 02
=142,38
5 , 92
Psr
=
x1000
=842,38m3
7, 02
Pc
Psr
Air
= 0,000072m3 +
= 0,007148 m3
Pc
Psr
Air
Pc
Psr
Air
80
81
82
83
84
82
Lampiran 12
- Tahap persiapan alat dan bahan.
Semen portland
Tras
Pasir
Timbangan
83
84