You are on page 1of 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR GLUKOSA


NAMA
: SULTAN
NIM
: H311 12 268
HARI/TGL. PERC. : RABU/ 26 MARET 2014
KELOMPOK
: III (TIGA)
ASISTEN
: SARTIKA

LABORATORIUM
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS
DAN ILMU

BIOKIMIA
MATEMATIKA
PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas yang senantiasa dilakukan sehari-hari, baik itu merupakan
kebiasaan kita berdiri, berjalan, mandi, makan dan sebagainya atau yang hanya
kadang-kadang lakukan. Untuk melakukan aktivitas itu kita membutuhkan energi.
Energi yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan makanan yang kita makan.
Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa
kimia, yaitu karbohidrat, protein dan lipid atau lemak. Dari ketiga unsur utama
tersebut karbohidrat memegang peranan yang sangat penting karena merupakan
sumber tenaga bagi kegiatan kita sehari-hari. Tanpa karbohidrat tersebut
kemungkinan besar segala aktivitas yang kita lakukan ditiap harinya akan
terhambat (Sudarmadji, dkk., 1996).
Karbohidrat adalah polihidroksi dari aldehida atau keton. Nama
karbohidrat atau hidrat dari karbon adalah istilah yang dilontarkan pada masa
awal dipelajarinya kimia karbohidrat. Banyak dari senyawa ini mempunyai bobot
molekul kelipatan CH2O, misalnya C6H12O6 dan C5H10O5

(Sudarmadji,

dkk., 1996).
Karbohidrat

digolongkan

menjadi

monosakarida,

disakarida

dan

polisakarida. Salah satu contoh monosakarida ialah glukosa. Glukosa merupakan


senyawa penting di alam karena perannya yang penting dalam proses biologis.
Glukosa merupakan molekul paling sederhana hasil hidrolisis dari semua
karbohidrat dalam tubuh sebelum proses oksidasi. Glukosa dapat mereduksi ion

kupri menjadi kupro sehingga reaksi ini dapat digunakan sebagai dasar di dalam
penentuan glukosa dan dilakukan dengan berbagai metode antara lain Luff
Schrool,

Munson-Walker,

Lane-Eynon

dan

Somogy-Nelson

(Sudarmadji, dkk., 1996).


Metode Somogy-Nelson didasarkan pada hasil reduksi ion kupri oleh
glukosa (gula reduksi) dalam suasana basa dengan arsenomolibdat yang
memberikan warna biru (molybdenum blue). Intensitas warna yang terbentuk
bergantung pada konsentrasi glukosa. Absorbansi diukur pada panjang gelombang
tertentu dengan spektrofotometer. Dengan menggunakan larutan standar maka
konsentrasi glukosa dapat diketahui. Berdasarkan teori di atas maka dilakukanlah
percobaan ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari teknik penentuan kadar glukosa dalam suatu sampel dengan
menggunakan metode Somogy-Nelson.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar
glukosa yang terkandung dalam sampel menggunakan spektrofotometer 20 D+
dengan metode Somogy-Nelson.
1.3 Prinsip Percobaan
Penentuan kadar glukosa dalam sampel melalui reduksi ion Cu2+ oleh
glukosa sehingga membentuk endapan merah bata Cu2O dengan penambahan

arsenomolibdat akan membentuk warna biru yang kemudian akan ditentukan


kadarnya melalui spektrofotometer 20 D+ pada panjang gelombang maksimal.
Nilai Absorbansi berhubungan dengan kadar glukosa dalam sampel.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Karbohidrat merupakan sumber kalori atau mikronutrien utama bagi


organisme heterotropi. Sebagian lagi sebagai bahan utama sandang. Industri
(rami, rosela), bahan bangunan (kayu, bambu) atau bahan bakar (kayu bakar,
seresah). Disamping sebagai sumber utama biokalori dalam bahan makanan,
beberapa jenis karbohidrat dan turunannya (derivatnya) memegang peranan
penting dalam teknologi makanan misalnya gum (arabic, karaya, guar) sebagai

bahan pengental atau CMC (Carboxy Metahyl Cellulose) sebagai bahan penstabil
dan banyak lagi sebagai bahan pemanis

(sukrosa, glukosa, fruktosa)

(Sudarmadji, dkk., 1996).


Karbohidrat dalam hal ini glukosa, dibentuk dari karbondioksida dan air
dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Selanjutnya glukosa yang
terjadi diubah menjadi amilum dan disimpan pada bagian yang lain, misalnya
pada buah atau umbi. Peristiwa ini kita kenal dengan sebutan fotosintesis. Secara
garis besar reaksi fotosintesis dapat ditulis sebagai berikut (Poedjiadi, 1994):
6CO2 + 6H2O

sinar matahari

C6H12O6 + 6O2

klorofil

glukosa

Salah satu monosakarida yang amat penting adalah glukosa atau sering
dikenal dengan dekstrosa. Glukosa adalah gula yang mempunyai enam atom
karbon dan dengan demikian disebut heksosa. Karbohidrat lima karbon dikenal
sebagai pentosa dan selanjutnya. Kenyataan bahwa gugus karbonil adalah sebuah
aldehida yang ditunjukkan dengan menggolongkan glukosa sebagai aldoheksosa.
Monosakarida yang amat penting yaitu D-glukosa sering dikenal sebagai dektrosa
(Pine, dkk., 1988).
CHO
H
HO

OH
H

OH

OH
CH2OH

D - glukosa

Rumus proyeksi Fischer adalah cara umum untuk menggambarkan


molekul monosakarida. Proyeksinya biasa digambar dengan sebuah rantai karbon
vertikal dan gugus karbonil paling dekat dengan puncak (Pine, dkk., 1988).
Dalam bidang bioteknologi, analisa yang dilakukan untuk menentukan
jenis dan perubahan kimiawi yang dialami glukosa selama proses fermentasi
misalnya menjadi penting untuk menentukan kondisi proses yang optimal. Dalam
bidang kimia murni, analisis dilakukan misalnya untuk penentuan struktur polimer
glukosa, bentuk rantai polimer yang lurus atau bercabang, sifat optik aktifnya,
reaksinya dengan unsurlain dan sebagainya. Sedangkan dalam biokimia, analisa
dari glukosa dapat meliputi analisa perubahan-perubahanyang dapat terjadi selama
proses biologis, peranan dan fungsinya dalam pembentukan biomolekul atau
kaitannya dengan struktur sel (Hadisumarno, 2004).
Glukosa yang berbentuk polimer memiliki ukuran molekul yang sangat
besar dan kompleks serta memiliki satuan suatu monomer berbagai jenis
menyebabkan glukosa sulit ditentukan jumlah sebenarnya (Hadisumarno, 2004).
Penentuan monosakarida yang dihasilkan dapat dengan salah satu cara
sebagai berikut (Sudarmadji, dkk., 1996) :
a.

Cara Luff Schrool, yang ditentukan bukannya koprooksida yang


mengendap tetapi dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum
direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan
dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi
dengan menggunakan Na-Tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel
ekuivalen dengan gula reduksi.

b.

Cara Munson Walker, penentuan gula cara ini adalah dengan menentukan
banyaknya koprooksida yang terbentuk dengan cara penimbangan atau dengan
melarutkan kembali dengan asam nitrat kemudian menitrasi dengan tiosulfat.
Jumlah kuprooksida yang terbentuk ekuivalen dengan banyaknya gula reduksi
yang ada dalam larutan.

c.

Cara Lane-Eynon, penentuan gula cara ini adalah dengan cara menitrasi
resgen Soxhlet (larutan CuSO4, K-Na-tartrat) dengan larutan gula yang akan
diselidiki. Banyaknya larutan contoh yang dibutuhkan untuk menitrasi reagen
Soxhlet dapat diketahui banyaknya gula yang ada dengan melihat tabel LaneEynon. Agar diperoleh penentuan yang tepat maka reagen Soxhlet perlu
distandarisasi dengan larutan standar.

Standarisasi ini dikerjakan untuk

menentukan besarnya faktor koreksi dengan menggunakan tabel Lane-Eynon.


Salah satu alat yang dapat mengukur absorban dari larutan yang berwarna
adalah spektrofotometer. Teknik spektrofotometri telah lama digunakan sebagai
suatu teknik yang handal untuk deteksi, identifikasi dan pengukuran kadar
senyawa kimia dalam suatu larutan. Spektrum cahaya yang dapat terlihat oleh
mata terentang antara 400 nm sampai 800 nm. Pada teknik spektrofotometri,
cahaya dari sumber cahaya diuraikan dengan menggunaka prisma sehingga
diperoleh cahaya monokromatis yang diserap oleh zat yang akan diperiksa
(Soewoto, dkk., 2001).
Cahaya monokromatis merupakan cahaya satu warna dengan satu panjang
gelombang, sehingga cahaya yang diserap oleh larutan berwarna dapat diukur.
Hubungan antara konsentrasi dengan cahaya yang diserap dinyatakan dalam
hukum Beer-Lambert. Hukum Beer-Lambert menyatakan pengurangan intensitas

cahaya monokromatis yang melalui suatu larutan berwarna berlangsung secara


eksponensial dan bergantung pada panjang larutan yang dilalui cahaya dan kadar
zat dalam larutan (Soewoto, dkk., 2001).

Io

l
Hukum

Beer-Lambert

menghasilkan

persamaan

sebagai

berikut

(Soewoto, dkk., 2001):

Dengan Io

= intensitas cahaya masuk

= intensitas cahaya keluar

= konstanta yang didasarkan pada sifat-sifat zat dalam larutan

= konsentrasi zat tersebut

= panjang larutan yang dilalui cahaya

Perbandingan I/Io disebut sebagai transmisi sinar (T) dan dinyatakan


dalam persen (%). Serapan (Absorbance) = A atau disebut juga kerapatan optik
(optical density) = OD, merupakan istilah yang lebih sering digunakan dan berasal
dari persamaan (Soewoto, dkk., 2001):

Jadi

= - log T

= Kcl

Pada alat spektrofotometer yang lebih canggih, sinar yang datang benarbenar diusahakan berupa sinar monokromatis dengan cara membuat kontainer
larutan (kuvet) yang sedemikian rupa, sehingga tidak ada sinar yang tertahan. Jika
jalur sinar pada setiap bagian kuvet itu sama, maka nilai k untuk berbagai
senyawa dalam berbagai larutan dan berbagai panjang gelombang dapat dihitung
(Soewoto, dkk., 2001).
Penentuan kadar glukosa tidak hanya dapat dilakukan pada suatu sampel
yang berupa makanan ataupun

minuman melainkan dapat juga dilakukan

penentuan kadar glukosa darah. Penentuan kadar glukosa darah sangat penting
untuk mengetahui kondisi fisiologis manusia sebagai ketidakseimbangan hormon
yang dapat menyebabkan kelainan pada metabolisme glukosa. Dalam hal ini,
metode tradisional sebagai estimasi glukosa dengan metode kolorimetri dan
titrimetri yang terlibat dalam besar pengeluaran dan waktu. Modifikasi kolorimetri
microwell sebagai pembaca metode yang diusulkan dalam penelitian ini dilakukan
dengan sejumlah kecil sampel dan reagen dengan linearitas yang sama yang
diamati dalam analisis kolorimetri normal. Metode dimodifikasi tidak hanya
mengurangi biaya dari tes untuk hampir sepertiga dari metode kolorimetri normal,
tetapi juga memberikan kesempatan untuk menyaring sejumlah besar sampel
dalam durasi singkat (Srikanth, dkk., 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Hadisumarno, S., 1994, Nutrisi, Bumi Aksara, Jakarta.


Pine, S. H., Hendrickson, J. B., Cram, D. J., dan Hammond, G. S., 1988, Kimia
Organik 2, Edisi Keempat, ITB, Bandung.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

Soewoto, H. M., Sadikin, M. V., Kurniati, S. I., Wanandi, D., Retno, P., Abadi, A.,
Retnoprijati, I. P., Harahap, S., A., dan Jusman, 2001, Biokimia
Eksperimen Laboratorium, Widya Medika, Jakarta.
Srikanth, M., Rao, G. V., dan Rao, K. R. S. S., 2004, Modified Assay Procedure
For The Estimation Of Serum Glucose Using Microwell Reader (online),
Indian Journal Clinical Biochemistry, 19 (1), 34-35.
Sudarmadji, S. B., Haryono, dan Suhardi, 1996, Analisa Bahan makanan dan
Pertanian, Liberty Yogyakarta Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan sampel IA,
akuades, reagen Nelson A, reagen nelson B, dan reagen warna arsenomolibdat.

3.2 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet ukur dengan skala 1 mL; 2 mL; 5 mL, bulb, pipet tetes panjang, gelas
kimia 500 mL, hotplate, penjepit tabung reaksi (gegep), buret, statif stopwatch,
botol semprot, kuvet, dan spectronic 20D+.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Larutan Induk 1 mg/mL
Sebanyak 0,01 gram glukosa monohidrat ditimbang ke dalam labu ukur
10 mL. Glukosa monohidrat dilarutkan dengan akuades hingga tanda batas dan
dihomogen.
3.3.2 Pembuatan Larutan Standar
Pembuatan larutan standar dengan konsentrasi 0,002 mg/mL, larutan induk
dipipet sebanyak 0,01 mL kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan akuades sebanyak 4,99 mL sehingga volume total larutan tersebut
menjadi 5 mL. Larutan tersebut dihomogenkan. Perbandingan larutan standar dan
akuades lainnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Konsentrasi

Volume Larutan

Volume Akuades

Volume Total

(mg/mL)
0,002
0,004
0,006
0,008
0,010
0,012

Induk (mL)
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06

(mL)
4,99
4,98
4,97
4,96
4,95
4,94

(mL)
5
5
5
5
5
5

3.3.3 Pembuatan Pereaksi


Sebanyak 16 mL pereaksi Nelson A dipipet ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan sebanyak 0,64 mL pereaksi Nelson B. Campuran pereaksi


dihomogenkan larutan tersebut.
3.3.5 Penentuan Kadar Glukosa
Sebanyak 0,5 mL larutan standar, sampel, dan blanko dipipet ke dalam
tabung reaksi. Masing-masing sebanyak 1 mL reagen Nelson ditambahkan ke
dalam larutan standar, sampel dan blanko kemudian dihomogenkan. Tabung reaksi
dipanaskan selamat 20 menit, lalu didinginkan dalam air es. Sebanyak

1 mL

larutan arsenomolibdat ditambahkan masing-masing ke dalam larutan sampel,


strandar dan contoh kemudian dihomogenkan serta ditambahkan akuades
sebanyak 3,5 mL dan dihomogenkan kembali. Kemudian ditambahkan 7 mL
akuades dan diukur absorbansi larutan sampel, stantar dan blanko pada panjang
gelombang maksimum.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan penentuan kadar glukosa ini dilakukan dengan


menggunakan metode Somogy-Nelson. Metode ini didasarkan pada hasil reduksi
ion kupri oleh glukosa (gula reduksi) dalam suasana basa dengan reagen
arsenomolibdat yang memberikan warna biru (molybdenum blue). Selanjutnya
diukur absorbansinya pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan
spektrofotometer. Pada percobaan ini absorban yang diukur yaitu pada larutan
sampel, blanko, dan larutan standar. Adapun hasil pengamatan dari percobaan ini

adalah:

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang Gelombang Maksimum (nm)
640
650
660

Absorban
0,232
0,240
0,235

Grafik 1. Grafik Penentuan Panjang Gelombang

Grafik penentuan panjang gelombang menunjukkan bahwa panjang


gelombang maksimum larutan adalah 650 nm. Selanjutnya dilakukan penentuan
kadar glukosa dengan mengukur larutan standar terlebih dahulu yang memiliki
konsentrasi 0,002 mg/mL, 0,004 mg/mL, 0,006 mg/mL, 0,008 mg/mL,
0,010 mg/mL, dan 0,012 mg/mL pada panjang gelombang 650 nm, setelah itu
dilanjutkan dengan mengukur larutan standar A dan didapatkan hasil seperti pada
tabel dibawah ini:
Tabel 3. Data Pengamatan Penetapan Kadar Glukosa pada Panjang
Gelombang Maksimum 675 nm

Konsentrasi (mg/mL)
0,002
0,004
0,006
0,008
0,010
0,012
Sampel IA

Absorban
0,082
0,169
0,240
0,390
0,444
0,528
0,357

Grafik 2. Grafik Penentuan Kadar Glukosa


Perhitungan kadar untuk sampel IA:
y

= 45,78x - 0,011

0,357

= 45,78x - 0,011

0,346

= 45,78x

= 0,0076 mg/mL

Jadi, kadar glukosa dalam sampel IA adalah 0,0076 mg/mL.


4.2 Reaksi

OH

OH

OH

OH

H
+ CuO

OH

Cu2O + OH

OH

OH

CH2OH

CH2OH

Cu+

Cu+2 + 1e-

MoO42- + 8H+ + 3e-

Mo3+ + 4H2O x 1 MoO42- + 8H+ + 3e-

3Cu2+ + 3e-

x 3 3 Cu+

3Cu+ + MoO42- + 8H+

Mo3+ + 4 H2O
3Cu2+ + Mo3+ + 4H2O

4.3 Pembahasan
Metode Nelson-Somogy didasarkan pada hasil reduksi ion kupri oleh
glukosa (gula reduksi) dalam suasana basa dengan reagen arsenomolibdat yang
memberikan warna biru (molybdenum blue). Selanjutnya diukur absorbansinya
pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan spektrofotometer. Pada
percobaan ini dilakukan tiga persiapan utama sebelum sample diukur yakni
mempersiapkan larutan induk, larutan standar dan larutan sampel.
Larutan induk yang digunakan pada percobaan ini berasal dari glukosa
monohidrat sehingga perlu adanya penyetaraan dengan glukosa anhidrat. Dari
larutan induk inilah kemudian dibuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi
yaitu 0,002 mg/mL, 0,004 mg/mL, 0,006 mg/mL, 0,008 mg/mL, 0,010 mg/mL,
dan 0,012 mg/ mL. Sedangkan pada pembuatan larutan sampel diambil dari
sampel penelitian 1 A.

Setelah pembuatan reagen Nelson, kemudian reagen tersebut dicampurkan


pada larutan sampel, larutan standar dan blanko kemudian dikocok agar
bercampur dengan baik dan dipanaskan. Larutan Nelson disini ditambahkan agar
terjadi reduksi ion Cu2+ oleh glukosa (glukosa mengalami oksidasi) sedangkan
pemanasan disini dilakukan agar reaksi berjalan dengan lebih cepat atau
sempurna. Penambahan arsenomolibdat disini berfungsi untuk memberikan warna
biru pada sampel agar mempermudah pembacaan pada spektrofotometer. Setelah
itu, diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang
650 nm yang ditujukan untuk mengetahui absorban dari glukosa. Intensitas warna
yang terbentuk bergantung pada konsentrasi glukosa. Semakin pekat warna
larutan, semakin tinggi kadar glukosa yang terkandung di dalam larutan tersebut.
Begitu juga sebaliknya, kadar glukosa yang terkandung dalam larutan rendah
apabila warnanya makin memudar.
Pada tabel data hasil pengukuran, kita dapat ketahui bahwa konsentrasi
berbanding lurus dengan A atau absorban. Artinya, semakin besar konsentrasi
yang diperoleh maka makin besar pula absorbannya (A). Begitu pula sebaliknya
semakin kecil konsentrasi yang diperoleh maka makin kecil pula absorbannya.
Kadar glukosa dalam sampel cair yang diperoleh dari perhitungan yaitu
0,0076 mg/mL.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
kadar glukosa yang terdapat dalam sampel IA adalah 0,0076 mg/mL.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk laboratorium
Saran untuk laboratorium sebaiknya penyediaan alat-alat praktikum
terutama bulb disediakan dalam jumlah yang cukup agar praktikum dapat berjalan
dengan lancar dan tidak memakan waktu yang cukup lama.
5.2.2 Saran untuk Percobaan
Saran saya untuk percobaan adalah sebaiknya pengenceran untuk sampel
diketahui sehingga tidak terjadi kesalahan saat praktikum.

5.2.2 Saran untuk asisten

Saran untuk asisten kinerjanya sudah sangat baik dan penjelasannya juga
jelas, saya harap dapat dipertahankan.

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 1 April 2014


Asisten

(SARTIKA)

Praktikan

(SULTAN)

Lampiran 1. Bagan Kerja


1. Pembuatan Larutan Induk
sebanyak 0,01 gram ditimbang ke dalam labu ukur 10 mL
Larutan Glukosa
dilarutkan dengan akuades hingga tanda batas
dihomogenkan
2. Pembuatan
Larutan Standar
Hasil
dipipet masing-masing sebanyak 0,01 mL; 0,02 mL; 0,03 mL;
Larutan Induk
0,04 mL; 0,05 mL; 0,06 mL ke dalam tabung reaksi.
ditambahkan akuades hingga 5 mL
dihomogenkan
diberi label pada tiap tabung sesuai dengan konsentrasinya.
Hasil
3. Pembuatan
Pereaksi Nelson
dipipet
Larutan Nelson
A sebanyak 16 mL

dipipetBsebanyak 0,64 mL
Larutan Nelson

dimasukkan ke dalam tabung reaksi


dihomogenkan
Hasil
4. Penentuan Kadar Glukosa
masing-masing
0,5 mL
Larutan StandardipipetLarutan
Sampel sebanyak
Larutan
Blanko
ditambahkan dengan iodin 1 mL
ditambahkan reagen Nelson sebanyak 1 mL
dihomogenkan
dipanaskan selama 20 menit, lalu didinginkan dalam air es
ditambahkan larutan arsenomolibdat sebanyak 1 mL
diencerkan dengan akuades.
dihomogenkan kembali
diukur absorbansinya
Hasil

Lampiran 2. Perhitungan
1. Pembuatan Larutan Standar
a. Konsentrasi 0,002 mg/mL

C1 V1 C 2 V2
1 mg
V1

mL

V1 0,002 mg

5 mL 0,002 mg
1 mg

mL

5 mL

mL 0,01 mL

mL

b. Konsentrasi 0,004 mg/mL

C1 V1 C 2 V2
1 mg
V1

mL

V1 0,004 mg

5 mL 0,004 mg
1 mg

mL

5 mL

mL 0,02 mL

mL

c. Konsentrasi 0,006 mg/mL

C1 V1 C 2 V2
1 mg
V1

mL

V1 0,006 mg

5 mL 0,006 mg
1 mg

mL

5 mL

mL 0,03 mL

mL

d. Konsentrasi 0,008 mg/mL

C1 V1 C 2 V2
1 mg
V1

mL

V1 0,008 mg

5 mL 0,008 mg
1 mg

mL

5 mL

mL 0,04 mL

mL

e. Konsentrasi 0,010 mg/mL

C1 V1 C 2 V2
1 mg
V1

mL

V1 0,010 mg

5 mL 0,010 mg
1 mg

mL

5 mL

mL 0,05 mL

mL

f. Konsentrasi 0,012 mg/mL

C1 V1 C 2 V2

1 mg
V1

mL

V1 0,012 mg

5 mL 0,012 mg
1 mg

mL

5 mL

mL 0,06 mL

mL

2. Pembuatan Larutan Induk 1 mg/mL


mg
mL
x mg
1 mg/mL
10 mL
x 10 mg 0,01 gram
mg/mL

3. Pembuatan Reagen Nelson


Reagen Nelson A : Reagen Nelson B = 25 : 1
= 16 mL : 0,64 mL
4. Preparasi Sampel
Volume total
FP

=
Volume yang dipipet
5 mL

10.000 kali =

x
= 0,0005 mL

Lampiran 3. Foto Hasil Percobaan

Gambar 1. Larutan standar

You might also like