Professional Documents
Culture Documents
Nama
NRP
Kelompok
Meja
Tanggal Percobaan
Asisten
Oleh :
: Kendis Nandya Salim
: 123020027
:A
: 1 (Satu)
: 11 Maret 2015
: Mugni Srinovia
I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2)
Tujuan Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.
1.1. Latar Belakang Percobaan
Di Indonesia umumnya pengolahan minyak kelapa dilakukan dengan
menggunakan kopra sebagai bahan dasar atau dengan cara tradisional lainnya
misalnya pembuatan minyak klentik. Minyak yang dibuat dari kopra mempunyai
kandungan asam lemak yang tinggi (sekitar 5%) dengan bau yang kurang
disenangi sehingga perlu diberi perlakuan pemurnian lebih lanjut sebelum
digunakan atau dikonsumsi.
Pembuatan minyak kelapa merupakan tindakan pasca panen yang sangat
penting untuk buah kelapa. Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari
buah kelapa. Minyak kelapa sering dipergunakan sebagai bahan baku industri dan
pembuatan minyak goreng. Selain itu, minyak kelapa baik digunakan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat. Maka, tidak heran minyak kelapa atau yang
biasa dikenal sebagai virgin coconut oil ini sempat menjadi incaran banyak orang.
Teknik pembuatan minyak kelapa yang baik dapat meningkatkan dan
menjaga kualitas dan kuantitas minyak yang dihasilkan. Minyak kelapa dapat
diekstrak dari daging buah kelapa. Mengekstrak minyak dari daging buah kelapa
merupakan teknik pembuatan tradisional yang masih sering dipergunakan karena
mudah dilakukan serta tidak memerlukan banyak biaya. Namun masih terdapat
Buah Kelapa
Pengupasan
Pembelahan
Krim
Pengendapan (t= 5
Pemerasan
jam)
Daging Kelapa
Pemarutan
7.
8.
Analisa
Nama Produk
Basis
Bahan Utama
1. Air
Bahan Tambahan
1. Asam asetat glasial
Berat Produk
% Produk
Sifat Organoleptik
1. Warna
2. Rasa
3. Aroma
4. Tekstur
5. Kenampakan
Hasil Pengamatan
Minyak Kelapa
1500 gram
15 gram
88,7 gram
5,91 %
Jernih agak keruh
Khas minyak
Khas minyak
Berlemak
Kusam
Gambar Produk
didapatkan hasil bahwa berat produk yang dihasilkan adalah 189 gram atau 26,66
%.
Minyak kelapa merupakan minyak yang dihasilkan dari daging buah
kelapa. Secara umum pembuatan minyak kelapa terbagi menjadi 3 macam yaitu:
1. Cara kering
Metode pembuatan minyak kelapa dengan cara kering, terlebih dahulu daging
buah kelapa dibuat dalam bentuk kopra. Untuk dibuat dalam bentuk kopra, maka
daging buah kelapa dibuat menjadi kering dengan jalan menjemur pada terik
matahari atau dikeringkan melalui oven. Pengeringan daging kelapa dengan
penjemuran sangat tergantung pada kondisi cuaca, sehingga pengeringan akan
lebih baik ketika berada pada musim panas dan apabila pengeringan dilakukan
pada musim penghujan, proses pengeringan dapat memakan waktu yang lebih
lama. Waktu yang lama dalam proses pengeringan akan sangat mengganggu
kualitas kopra yang dihasilkan yang disebabkan karena adanya proses biologis.
Untuk proses pengeringan dengan menggunakan oven akan lebih cepat
dibandingankan dengan cara pengeringan melalui penjemuran pada sinar
matahari.
hasil
penyaringan
diberi
perlakuan
berikut:
asam
bahan
penyerap
lemak
(absorben)
bebas).
warna,
biasanya
pengasaman,
mekanik,
enzimatk
dan
penggaraman.
pelarut, daging buah kelapa juga dibuat dalam bentuk kopra. Prinsip dari cara ini
yaitu menggunakan pelarut yang dapat melarutkan minyak. Adapun karakteristik
pelarut yang digunakan untuk ekstraksi minyak kelapa diantaranya bertitik didih
rendah, mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan
residunya tidak beracun. Urutan dari proses ekstraksi minyak kelapa dengan
menggunakan bahan pelarut yaitu:
1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk.
2. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada
ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap
pelarut akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang
mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak serbuk
kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang
mengandung minyak akan mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju
ruang penguapan semula.
3. Di ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan menguap,
sedangkan minyak tetap berada di ruang penguapan. Proses berlangsung
terus menerus sampai 3 jam.
4. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi
pada kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan, tapi
dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan
lagi untuk ekstraksi. penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan tidak
sawit secara alami berwarna kuning karena kandungan beta-karoten yang tinggi.
Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang
dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga berbeda
dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos nucifera).
Perbedaan ada pada warna (minyak inti sawit tidak memiliki karotenoid sehingga
tidak berwarna merah), dan kadar lemak jenuhnya. Minyak sawit mengandung
41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak kelapa 86%
(Anonim,2014).
Santan yang diperoleh dari hasil pemerasan daging kelapa dengan
penambahan air panas mengandung minyak yang lebih banyak bila dibandingakn
dengan penambaahan air dingin. Hal ini disebabkan karena pengikatan globula
lemak oleh air panas lebih besar bila dibandingkan dengan pengikatan oleh air
dingin, sehingga kandungan lemak yang terbuang dalam ampas sedikit.
Santan yang diperoleh dimasukkan dalam corong pemisah dan dibiarkan
selama 3 jam, tujuannya untuk memisahkan krim dengan skim. Lapisan yang
terbentuk selama pemisahan dalam corong pisah, terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
1.
2.
3.
yang tinggi.
Lapisan tengah adalah skim santan kelapa
Lapisan bawah adalah endapan, yaitu padatan yang tidak larut
dalam air dalam jumlah kecil.
Lapisan yang digunakan untuk pembuatan minyak yaitu lapisan atas (krim)
yang telah dipisahkan dari skim. Krim yang terpisahkan merupakan emulsi
minyak dalam air dan harus dipisahkan untuk mendapatkan minyak yang
diinginkan.
Krim yang diperoleh kemudian dipanaskan pada suhu 90-100C, selama +
20 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk menguapkan semua air yang terkandung
dalam krim, sehingga diperoleh campuran minyak dan protein yang menggumpal
(galendo).
Lama pemanasan harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap kualitas
minyak yang dihasilkan. Semakin lama pemanasan, maka semakin tinggi reaksi
oksidasi pada minyak, karena bilangan peroksida yang dihasilkan tinggi.
Setelah proses pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan proses ekstraksi
yang tujuannya untuk memisahkan minyak dari protein. Pemisahan ini harus
dilakukan dengan teliti dan hati-hati, agar diperoleh minyak yang jernih dan sudah
tidak bercampur dengan protein (galendo).
Minyak yang dihasilkan harus mempunyai warna yang jernih. Bila warna
minyak tidak jernih, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya zat warna dan
kotoran-kotoran lainya. Warna coklat pada minyak kelapa yang mengandung
protein dan karbohidrat, dapat pula disebabkan oleh reaksi pencoklatan antara
karbonil yang berasal dari pemecahan peroksida dengan asam amino dari protein.
Aroma dan flavor pada minyak yang dihasilkan, selain terdapat secara
alami, juga terjadi karena pembentukkan asam-asam yang berantai sangat pendek
sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak. Akan tetapi pada
umumnya aroma dan flavor ini disebabkan oleh komponen bukan minyak, bau
yang khas dari minyak kelapa ditimbulkan oleh nonil metal keton. Aroma yang
baik untuk minyak kelapa adalah yang khas minyak kelapa yang dapat diketahui
Minyak kelapa industri. Minyak ini dibuat dengan bahan baku kopra
melalui proses RBC (refining, bleaching and deodorizing). Setelah kopra dipres,
dibersihkan, diputihkan, lalu dihilangkan bau tengiknya. Minyak kelapa yang
dijual untuk memasak kerap dicampur dengan minyak sayur lain, sehingga
harganya cukup murah.
2.
Minyak kelapa kelentik. Minyak ini dibuat dengan cara tradisional oleh para
petani kelapa atau ibu rumah tangga. Caranya, dengan memasak santan kelapa
hingga minyak terpisah dari blondo (karamel). Kerapkali minyak ini berwarna
kuning sampai kecokelatan, akibat terkontaminasi karamel yang gosong.
3.
Minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO). Minyak ini
merupakan minyak kelapa yang tidak mengalami proses hidrogenasi. Agar tidak
mengalami hidrogenasi, ekstrasi minyak ini dilakukan dengan proses dingin,
misalnya dengan fermentasi, pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali,
pengeringan parutan kelapa secara cepat, dan lain-lain.
4.
Meski Ir. Winarno tidak menyebutkan satu jenis VCO yang terakhir ini, Anda
perlu tahu bahwa ada satu produk minyak kelapa yang disebut organik
ekstra mengandung MCT atauMedium Chain Triglyserides. Ini merupakan hasil
pengolahan lebih lanjut dari VCO berkualitas baik melalui proses esterifikasi
gliserol yang diturunkan dari minyak nabati berkadar laurat tinggi dengan asam
lemak rantai sedang. Cara paling sederhana membedakan organik ekstra VCO
mengandung MCT dengan VCO lain adalah dengan merasakannya. Bila VCO
biasa masih terasa sebagai minyak di lidah, MINYAK MCT terasa seperti air
(Anonim, 2010).
Pada pembuatan minyak kelapa ditetapkan ada 4 tahap yang termasuk titik
kritis (CCP), yaitu tahap pemerasan santan, penambahan koagulan, pemanenan
minyak mentah dan pengemasan minyak, serta penyaringan minyak.
Pemerasan santan menjadi CCP karena tahap ini menggunakan air sebagai
bahan pengekstrak minyak menjadi santan yang kadang tidak mempergunakan air
yang sesuai bagi air minum (tidak dimasak). Batas kritisnya adalah santan tidak
tercemar kotoran atau air yang kurang baik. Monitoring dilakukan sebelum proses
pemerasan dimulai yaitu dari higienis pekerja dan pemeriksaan visual terhadap
santan yang dihasilkan.
Penambahan asam asetat glasial menjadi CCP karena tahap ini penting
untuk mengoptimalkan pemisahan santan, akan tetapi bila terlalu banyak
ditambahkan maka santan menjadi asam dan berpengaruh terhadap minyak yang
dihasilkan.
Tahap lain yang menjadi CCP adalah proses pemanenan dan penyaringan
minyak. Apabila waktu panen terlalu lama maka minyak yang dihasilkan akan
terjadi penurunan kualitas dengan meningkatnya bilangan peroksida dan kadar
asam lemak bebas.
Proses penyaringan yang tidak sesuai yaitu berada dalam ruangan yang
tidak tertutup dengan peralatan tidak bersih serta tercampurnya blondo dalam
minyak lebih dari satu hari sehingga menyebabkan minyak yang dihasilkan
menjadi rusak.
Tahap proses lain yang menjadi CCP adalah pengemasan minyak yang
sering terjadi adalah tutup botol minyak rusak atau isi minyak tumpah ke luar
akibat isi minyak dalam botol terlalu penuh.
Kriteria uji
Keadaan
Bau
Warna
Kadar air dan bahan menguap
Bilangan Asam
Bilangan Peroksida
Minyak Pelikan
Asam linolenat (C18:3) dalam
komposisi asam lemak minyak
Cemaran Logam
Kadmium (Cd)
Timbal (Pb)
Timah(Sn)
Merkuri (Hg)
Cemaran Arsen (As)
Satuan
Persyaratan
Normal
Normal
Maksimum 0,15
Maksimum 0,6
Maksimum 10
Negatif
Maksimum 2
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maksimum 0,2
Maksimum 0,1
Maks. 40,0/250,0*
Maksimum 0,05
Maksimum 0,1
% b/b
Mg KOH/g
Mek O2/Kg
protein dan karbohidrat, dapat pula disebabkan oleh reaksi pencoklatan antara
karbonil yang berasal dari pemecahan peroksida dengan asam amino dari protein.
Aroma dan flavor pada minyak yang dihasilkan, selain terdapat secara alami,
juga terjadi karena pembentukkan asam-asam yang berantai sangat pendek
sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak. Akan tetapi pada
umumnya aroma dan flavor ini disebabkan oleh komponen bukan minyak, bau
yang khas dari minyak kelapa ditimbulkan oleh nonil metal keton. Aroma yang
baik untuk minyak kelapa adalah yang khas minyak kelapa yang dapat diketahui
dengan mencium minyak kelapa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
(2010).
Jenis
Minyak
Kelapa,
http://female.kompas.com/read/2010/03/19/08205226/Mengenal.Jenis.Miny
ak.Kelapa , Akses 14 Maret 2015.
Anonim,
(2011).
Pembuatan
Minyak
Kelapa.
http://jai.staff.ipb.ac.id/2011/02/04/laporan-praktikum-pembuatan-minyakkelapa/,Akses 14 Maret 2015.
Anonim,
(2012).
Teknik
Pembuatan
Minyak
Kelapa.
http://hmakuii.wordpress.com/artikel/teknik-pembuatan-minyak-kelapa/,
Akses 14 Maret 2015.
Anonim, (2014), Minyak Sawit. http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_sawit/,
Akses 14 Maret 2015.
Ketaren, (1986), Pengolahan Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI-Press,
Jakarta.
Rumokai. M.M., (1987), Mempelajari Ekstraksi dan Hidrolisis Minyak
Kelapa Secara Enzimatis, FAFETA, IPB, Bogor.
Winarno, F.G, (1984), Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Lampiran Perhitungan Minyak kelapa
Basis = 200 gram
=
3
4
x 709 = 531,75 %
Kelapa =
1
4
x 709 = 177,25 %
Air
W produk
= 189 gram
%Produk
W produk
W basis
189
709
x 100%
x 100% = 26,66 %
Kelapa + air =
= 140 gram
Kelapa
3
8
Air
5
8
Sukrosa
60
100
Susu
40
100
Sukrosa
60
100
Kacang tanah =
750
781
x 100 % = 96,03 %
Gula
21
781
x 100 % = 2,69 %
Minyak
10
781
x 100 % = 1,28 %
LAMPIRAN SNI
Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI 3741:2013
No.
1.
1.1
1.2
2.
3.
4.
5.
6.
7.
7.1
7.2
7.3
Kriteria uji
Keadaan
Bau
Warna
Kadar air dan bahan menguap
Bilangan Asam
Bilangan Peroksida
Minyak Pelikan
Asam linolenat (C18:3) dalam
komposisi asam lemak minyak
Cemaran Logam
Kadmium (Cd)
Timbal (Pb)
Timah(Sn)
Satuan
Persyaratan
Normal
Normal
Maksimum 0,15
Maksimum 0,6
Maksimum 10
Negatif
Maksimum 2
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maksimum 0,2
Maksimum 0,1
Maks. 40,0/250,0*
% b/b
Mg KOH/g
Mek O2/Kg
7.4
7.5
Merkuri (Hg)
Cemaran Arsen (As)
mg/kg
mg/kg
Maksimum 0,05
Maksimum 0,1