You are on page 1of 58

Komputer dalam Keperawatan (ITI)

January 2, 2010 at 7:24 am (Uncategorized)


Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan,
mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya
peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya.
Pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan
mutu asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi keperawatan merupakan
bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat kepada pasiennya.
Dengan adanya pendokumentasian yang benar maka bukti secara profesional dan legal dapat
dipertanggung jawabkan
Sistem informasi keperawatan
Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan untuk
mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan
yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan.
Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung dengan
kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi
yang cepat dan modern dipelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik
oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan
kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan
asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang
sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada
realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan
konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai. Contohnya
dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat mempunyai
potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki
sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem
Informasi Manajemen. Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang
sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah teknologi PDA
( personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah
dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat, dokter, bahkan pasien akan
lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah alat komputer
genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun

terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam,
kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video,
membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA terbaru bahkan memiliki
tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak,
HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses
internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan
terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch
screen.7)
Perusahaan Apple Computer-lah yang pertama kali mengenalkan PDA model Newton
MessagePad di tahun1993. Setelah itu kemudian muncul beragam perusahaan yang menawarkan
produk serupa seperti yang terpopuler adalah PalmOne (Palm) yang mengeluarkan seri Palm
Pilots from Palm, Inc dan Microsoft Pocket PC (Microsoft). Palm menggunakan Palm Operating
System (OS) dan melibatkan beberapa perusahaan seperti Handspring, Sony, and TRG dalam
produksinya . Microsoft Pocket PC lebih banyak menggunakan MS produk, yang banyak
diproduksi oleh Compaq/Hewlett-Packard and Casio. 9) Bahkan saat ini juga telah muncul Linux
PDA, dan smart phone. Coba klik : http://www.mobiletechreview.com/. Di masa yang akan
datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance
(PDA). Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses
data pasien serta informasi perawatan terakhir. Aplikasi klinis yang banyak digunakan selama
ini adalah referensi tentang obat/drug reference.
Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA
semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data
pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat
medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di
mana pun kapan pun, dengan bandwidth ponsel yang diperluas atau jaringan institusional
internet nirkabel kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien atau
gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset,
demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Meski demikian, PDA tidak akan dapat
menggantikan komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan memberikan kemudahan
tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana saja.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat mengakses secara cepat
informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV
fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data
dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan
intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan; PDA dapat menyimpan
daftar nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk program
pembelajaran keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat. Apabila
pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat mutahir dapat
diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien
(telenursing). PDA dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang berguna untuk
kepentingan riset dalam bidang keperawatan. Sudah selayaknya institusi pendidikan keperawatan
sebaiknya memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya, untuk mulai mengaplikasikan

touch over tech (sentuhan tehnologi dalam bidang keperawatan). Sehingga saat si perawat
tersebut telah lulus, mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas,
mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien,
dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat. Sebagian besar perawat secara umum masih
gaptek tehnologi, termasuk PDA. Kita bisa memulai bergabung dengan grup penggermar PDA
dan masuk dalam kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter, membuka
website tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah terbiasa
menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti agenda harian, organizer,
mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri. Namun
sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan,
agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di
negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari
institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi
belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa
di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat
langsung akses browser internet.
Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang
Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai organizer, dan smart
phone dapat membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap kegiatan
rapat, pengambilan keputusan, penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses
segera melalui PDA. Setiap data yang ada di RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa riset
keperawatan, masukkan untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi
informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network (jaringan
keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan program kesehatan
secara online tanpa mengenal batas geografis.
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan bersinggungan
dan berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan
keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak berkembang pesat.
Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di ruang rawat semisal medikal pada pasien
jantung koroner/MI, yang dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data
base pasien, dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan
dimonitor melalui komputer menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui. Hingga ada
saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi beban kerja perawat, dan
meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat
minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan faktor
penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika
khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum
terintegrasinya sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam parktek keperawatan di klinik.

Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan
institusi pelyanan kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen
berbasis IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa menyulitkan dan
membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program tersebut. Namun setelah terbiasa
terasa sangat membantu perawat sehingga mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan
keperawatan. Seperti contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs
pasien (dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke
komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu diisikan, sekarang
cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan keperawatan)
Perangkat aplikasi adalah program praktis yang digunakan untuk membantu pelaksanaan
tugas yang spesifik seperti menulis, membuat lembar kerja, membuat presentasi, mengelola
database dan lain sebagainya.
Rekam medis berbasis komputer adalah penggunaan database untuk mencatat semua data
medis, demografis serta setiap event dalam manajemen pasien di rumah sakit
Tujuan pengembangan sistem informasi ini tak lain adalah untuk :
1. Mengembangkan dan memperbaiki sistem yang telah ada sehingga memberikan suatu nilaitambah
bagi manajemen
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam rangka pengelolaan rumah sakit
3.

Memberikan dasar pengawasan bagi manajemen yang kuat dalam bentuk suatu struktur
pengendalian intern didalam sistem yang dikembangkan.

entuk Aplikasi Komputer dalam Keperawatan


Elektronic chart
Sistem ini dikembangkan di departemen radiologi. Hasil penelitian aplikasi ini didapatkan bahwa
ada beban kerja perawat dengan sistem ini menjadi 28,2% lebih rendah dari menggunakan
kertas. Beban kerja perawat secara keseluruhan terjadi penurunan secara bermakna yaitu sebesar
20,6%, beban kerja staf administrasi meningkat 28,4% (Youngyih Han, Seung Jae Huh, Sang
Gyu Ju, Yong Chan Ahn, Do Hoo san Lim, Jung Eun Lee and Won Park, 2005, dalam
http://jjco.oxfordjournals.org/terms.shtml.).
Computerized whiteboard
Aplikasi ini dibutuhkan di bagian perawatan gawat darurat dan hal ini sangat penting. Hal ini
karena dalam perawatan gawat darurat dibutuhkan analisis tinggi dan cepat sehingga dapat
dengan cepat mangambil keputusan atas keadaan klien. Keputusan yang cepat dan tepat akan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan keperawatan pada khususnya. Computerized


whiteboard yaitu sistem informasi keperawatan berbasis computer yang dimodifikasi dengan
menambahkan layar lebar di Whiteboard. Tayangan yang lebar di Whiteboard akan memudahkan
setiap tenaga kesehatan dan pasien untuk melihat informasi yang diperlukan, termasuk
perkembangan kondisi kesehatan klien. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terjadi
peningkatan kualitas asuhan pasien dan terjadi efesiensi waktu dan tenaga.

Computer-Based Patient Record (CPR) systems


Yaitu melakukan pencatatan terhadap kondisi dan perkembangan penyakit pasien dengan
menggunakan komputer. Dalam sisitem ini dilengkapi sistem pemantauan klien secara progresif.
Sistem ini dikembangkan oleh Jose A. Borges, Merbil Gonzalez, Jose Navarro, and Nestor J.
Rodriguez pada tahun 1997 (http://www.computer.org/portal/pages). Dalam penelitian mereka
tentang aplikasi sistem tersebut, ditemukan bahwa terjadi penurunan biaya administrasi.

Beberapa bentuk Sistem Informasi Rumah Sakit


1. web based electronic health record
Model web based electronic health record yang memungkinkan pasien menyimpan data
sementara kesehatan mereka di Internet. Data tersebut kemudian dapat diakses oleh dokter atau
rumah sakit setelah diotorisasi oleh pasien. Teknologi ini merupakan salah satu model aplikasi
telemedicine yang tidak berjalan secara real time.
2. Smart card
Pendekatan yang dilakukan menggunakan teknologi informasi adalah penggunaan smart card
(kartu cerdas yang memungkinkan penyimpanan data sementara). Smart card sudah digunakan di
beberapa negara Eropa maupun AS sehingga memudahkan pasien, dokter maupun pihak asuransi
kesehatan. Dalam smart card tersebut, selain data demografis, beberapa data diagnosisi terakhir
juga akan tercatat
3. Bar code
Aplikasi penyimpan data portabel sederhana adalah bar code (atau kode batang). Kode batang ini
sudah jamak digunakan di kalangan industri sebagai penanda unik merek datang tertentu
mempermudah supermarket dan gudang dalam manajemen retail dan inventori. Food and Drug
Administration (FDA) di AS telah mewajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk menggunakan
barcode sebagai penanda obat.Penggunaan bar code juga akan bermanfaat bagi apotik dan

instalasi farmasi di rumah sakit dalam mempercepat proses inventori. penggunaan barcode juga
dapat digunakan sebagai penanda unik pada kartu dan rekam medis pasien.
4. RFID (radio frequency identifier)
Teknologi penanda unik yang sekarang semakin populer adalah RFID (radio frequency
identifier) yang memungkinkan pengidentifikasikan identitas melalui radio frekuensi. Jika
menggunakan barcode, rumah sakit masih memerlukan barcode reader, maka penggunaan RFID
akan mengeliminasi penggunaan alat tersebut. Setiap barang (misalnya obat ataupun berkas
rekam medis) yang disertai dengan RFID akan mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam
database komputer. Sehingga pengidentifikasian akan berjalan secara otomatis.
5. Teknologi nirkabel
Pemanfaatan jaringan computer dalam dunia medis sebenarnya sudah dirintis sejak hampir 40
tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital dan Walter Reed Army
Hospital mengembangkan local area network (LAN) yang memungkinkan pengguna dapat log
on ke berbagai komputer dari satu terminal di nursing station. Saat itu, media yang digunakan
masih berupa kabel koaxial. Saat ini, jaringan nir kabel menjadi primadona karena pengguna
tetap tersambung ke dalam jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan
nir kabel, dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggun
mobilitasnya.

Keuntungan Penggunaan Komputer Dalam Dunia Keperawatan


1. Pendidikan keperawatan
Pembelajaran menggunakan sistem komputer memiliki banyak kelebihan dan manfaat yang bisa
diambil oleh perawat secara pribadi maupun oleh rumah sakit. Sehubungan dengan perannya
sebagai alat instruksional untuk keterampilan klinis, CAL (computer assisted learning), memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih di tempat yang nyaman dan dapat melihat ulang
demonstrasi sesering mungkin sesuai dengan yang diinginkan (Bauer & Huynh, 2001).
Multimedia teknologi dalam bentuk video klip, foto dan grafik interaktif dapat membantu dalam
menyampaikan langkah-langkah prosedur dengan cara yang konsisten dan mudah terlihat dan
fitur ini membuat CAL cocok untuk berbagai prosedur keterampilan keperawatan.
Program interaktif dengan sistem komputer dapat lebih dinikmati dan menimbulkan kepuasan
belajar bagi peserta didik, hal ini dikarenakan peserta didik bebas memilih waktu, tempat dan

pengetahuan yang diperlukan yang semuanya ada di materi pembelajaran. Sesuai dengan yang
dikemukakan Suroso ( dalam DeAmicis, 1997; Harrington & Walker, 2003; Rouse, 1999),

bahwa orang dewasa menyukai pembelajaran yang fleksibel.


CAL dapat menghemat waktu, karena dengan metode ini peserta didik cukup masuk dalam

aplikasi sistem, selanjutnya dapat langsung memilih materi yang diperlukan.


Sumber CAL dapat dengan mudah diperbaharui sehingga selalu bersifat up to date
CAL sangat efisien dan dapat digunakan secara mandiri tidak tergantung pada sumber daya
manusia untuk memberikan pendidikan
2. Praktek keperawatan

Memudahkan perawat merencanakan asuhan keperawatan, dapat mengevaluasi dan


memperbarui informasi setiap saat, memanggil data yang sesuai dengan diagnosis keperawatan
tertentu, serta mengurangi penggunaan berbagai flowsheet.

Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan.


Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam penyimpanan arsip.

Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang dengan baik akan


mendukung otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan

Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu pengambilan
keputusan secara cepat.

Meningkatkan produktivitas kerja.


Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan

Menghimpun berbagai data klinis pasien tentang hasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat
diagnosisi (EKG, radiologi, dll), konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi
klinis.

Catatan yang siap sedia. Rekam medis pasien telah siap sedia untuk digunakan dan waktu untuk
mengambilnya sedikit.
Megurangi dokumentasi yang berlebihan
Mencetak instruksi pemulangan
Ketersediaan data
Mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat.
Mempermudah penetapan biaya.

Catatan terorganisasi dan dokumentasi sesuai dengan standar keperawatan.


Sedangkan menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat keuntungan utama dari
dokumentasi berbasis komputer yaitu:
1. Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan cepat diketahui.
2. Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Accessebility, legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik dari pasien dalam satu
lokasi.

Kekurangan Penggunaan Komputer Dalam Dunia Keperawatan


1. Pendidikan keperawatan
Kekurangan penggunaan computer dalam pendidikan keperawatan ,antara lain adalah;
Teknologi sendiri bisa menjadi penghalang untuk belajar (Kenny, 2002).
Biaya dan sarana awal yang dibutuhkan untuk membangun sistem yang terkadang dirasa berat
oleh managemen pendidikan.
2. Praktek keperawatan
Dikhawatirkan akan adanya penurunan proses berpikir kritis dari perawat tersebut, karena
informasi yang didapat mudah untuk diakses.
Dimungkinkan pula terjadi penurunan kepekaan antara perawat yang satu dengan yang lain
ataupun antara perawat dengan klien. Karena segala sesuatu dapat dilakukan secara online
(misaltele-health), tanpa harus tatap muka
Keterbatasan kapasitas penyimpanan data
Kemungkinan bisa terjadi gangguan teknis (disebabkan virus dan factor lainnya)
Tentunya dokumentasi keperawatan berbasis komputer juga mempunyai kelemahan, diantaranya
adalah kemampuan perawat dalam melaksanakan proses keperawatan dan keterampilan perawat

menggunakan komputer (Ammenthwerth, at all, 2003).


Kendala umum:
Peningkatan biaya untuk startup, memelihara, melatih, dan upgrade
Komputer dibutuhkan-takut komputer
Kerahasiaan, privasi dan keamanan sulit untuk menjamin
Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi.

Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan
mengembangkan sistem informasi

Teknologi Informasi Dunia Medis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peran teknologi informasi kini telah mencakup hampir di semua bidang ilmu,
tidak terkecuali di bidang ilmu kedokteran. Saat ini perkembangan dunia teknologi
sangat berkembang pesat terutama dalam dunia IT (Informatic Technology).
Perkembangan dunia IT berimbas pada perkembangan berbagai macam aspek
kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan dunia IT
adalah kesehatan.
Dewasa ini dunia kesehatan modern telah memanfaatkan perkembangan
teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan.
Diharapkan dengan berkembangnya teknologi di bidang kedokteran dan kesehatan
serta semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi (ICT), akses untuk
masyarakat

umum

mendapatkan

informasi

menjadi

sangat

terbuka

luas.

Masyarakat juga harus mendapatkan sumber informasi secara benar, sehingga


masyarakat umum akan terlindungi dari informasi-informasi yang tidak benar dan
kurang akurat, terutama informasi dibidang kesehatan dan kedokteran.
Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai
kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak
menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada
masyarakat saat ini sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan
kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi yang
cepat dan modern dipelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas
dimanfaatkan dengan baik oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit,
terutama pelayanan keperawatan.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam makalah ini akan menjelaskan mengenai :
1. Apakah pengertian TI dalam dunia medis?
2. Apa sajakah aplikasi TI dalam dunia medis?
3. Apakah kelemahan dan kelebihan penerapan TI dalam dunia medis?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa mengetahui pengertian TI dalam dunia medis.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi TI dalam dunia medis.
3. Mahasiswa mengetahui kelebiahan dan kekurangan penerapan TI dalam dunia
medis.
4. Memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian TI dalam Dunia Medis

Sebelum mengetahui apa pengertian TI dalam dunia medis ada baiknya terlebih
dahulu kita mengetahu pengertian TI secara umum. Berikut ini adalah pengertian TI
oleh beberapa ahli.
1. Haag dan Keen (1996)
TI adalah seperangkat alat yg membantu anda bekerja dengan informasi dan
melakukan tugas tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi.
2.
Martin (1999)
TI tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (software & hardware) yang
digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga teknologi
komunikasi untuk mengirimkan informasi.
3.
Williams & Sawyer (2003)
TI adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan dan jalur
komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.
Dari pendapat para ahli diatas kami menyimpulkan bahwa TI dalam dunia medis
adalah teknologi informasi dan komunikasi yang diaplikasikan dalam dunia medis
yang berhubungan dengan juru medis, pasien dan karyawan. Sebagai contoh sistem
informasi digunakan untuk mencatat rekaman medis pasien secara elektronik.
Manfaat perkembangan TI dalam dunia medis terutama di rumah sakit yaitu :
a. Memudahkan penyebaran informasi & koordinasi bagi paramedis.
b. Melepaskan dimensi ruang & waktu bagi paramedis.
c. Memudahkan monitoring pasien secara on-line.
2.2 Aplikasi Perkembangan TI dalam dunia medis
Saat ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat terutama
dalam dunia IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia IT berimbas pada
perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang
terkena efek perkembangan dunia IT adalah kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan
modern telah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi
serta efektivitas di dunia kesehatan.
Aplikasi TI dalam dunia kesehatan yaitu :
1. CT scan
2. USG
3. Sensor Untuk Alat Pendeteksi Golongan Darah
4. PDA
5. Smartcard Kesehatan
6. Video Conference
7. Penyimpanan gambar / image atau hasil sensor / telemetri
8. Monitor jarak jauh untuk pasien di ICU.
2.2.1 CT Scan (Computer Tomography Scanning)
Ketepatan suatu diagnosa akan sangat membantu dalam penanganan terapi
suatu penyakit, oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas yang dapat menunjang

prosedur tersebut yaiitu CT-Scan yang merupakan modalitas radiodiagnostik


canggih.
CT-Scan merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang
universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot
dan tulang, tenggorokan, rongga perut. Dengan melakukan CT-Scan diagnosa suatu
penyakit akan lebih cepat ditegakkan sehingga tindakan terapi yang optimal dapat
segera dilakukan.
Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu sistem pemroses citra, sistem
komputer dan sistem kontrol.
a. Sistem pemroses citra
Merupakan bagian yang secara langsung berhadapan dengan obyek yang
diamati (pasien). Bagian ini terdiri atas sumber sinar-x, sistem kontrol, detektor dan
akusisi data.
Bagian keluaran dari sistem pemroses citra
Adalah sekumpulan detektor yang dilengkapi sistem akusisi data. Detektor
adalah alat untuk mengubah besaran fisik-dalam hal ini radiasi-menjadi besaran
listrik. Detektor radiasi yang sering digunakan adalah detektor ionisasi gas.
Detektor lain yang sering digunakan adalah detektor kristal zat padat. Susunan
detektor yang dipasang tergantung pada tipe generasi CT Scanner. Tetapi dalam hal
fungsi semua detektor adalah sama yaitu mengindentifikasi intensitas sinar-x
setelah melewati obyek.

b. Sistem Komputer dan Sistem Kontrol


Bagian komputer bertanggung jawab atas keseluruhan sistem CT Scanner,
yaitu mengontrol sumber sinar-x, menyimpan data, dan mengkonstruksi gambar
tomografi. Komputer terdiri atas processor, array processor, harddisk dan sistem
input-output. Operation Station mempunyai fungsi sebagai operator kontrol untuk
mengontrol beberapa parameter scan seperti tegangan anoda, waktu scan dan
besarnya arus filamen. Sedangkan viewer station mempunyai fungsi untuk
memanipulasi sistem pemroses citra. Bagian ini mempunyai sistem kontrol yang
dihubungkan dengan sistem keluaran seperti hard copy film, magnetic tape, dan
paper print out. Dari bagian ini dapat dilakukan pekerjaan untuk mendiagnosa hasil
scanning.
Identifikasi CT-Scan

Berbagai kelainan dari beberapa jaringan maupun organ tubuh dapat

dideteksi dengan pemeriksaan CT-Scan pada:


Kepala, leher, tulang belakang (infeksi, tumor, kelainan pembuluh darah)
Telinga, Hidung, Tenggorokan (Sinusitis, ca nasopharynx, larynx)
Rongga Dada (Thorax) (Tumor paru, infeksi)
Rongga Perut (abdomen) (Hati, ginjal, limpa, pankreas, tractus biliaris
Organ kebidanan dan kandungan
Otot tulang (Muculoskeletal)
Prinsip Kerja CT Scan
CT scan merupakan alat imaging yang menggunakan Sinar
X. Alat ini

mula-mula digunakan untuk mengetahui kelainan-

kelainan pada otak. Tetapi dengan perkembangannya alat ini


dapat dipakai untuk mendeteksi kelainan-kelainan seluruh tubuh.
Dengan CT Scan akan lebih banyak penyakit-penyakit yang
dapat terdeteksi dimana dengan alat imaging konvensional tidak
dapat terlihat
A. Pemeriksaan Otak
Pada trauma kepala dengan mudah dapat dilihat
adanya Fraktur Calvaria, Pendarahan Intracarnial dan Oedema
cerebri.

Pada pathologi otak, dengan alat konvensional, kita

sukar untuk menentukan penyakit-penyakit pada otak. Dengan


CT Scan akan dapat terdeteksi adanya penyakit stroke, tumor
otak,

radang

otak,

hydrocephalus

dan

kelainan-kelainan

congenital.
B. Pemeriksaan bagian lain kepala di luar otak
Bagian-bagian lain diluar otak yang dapat diperiksa
dengan CT Scan adalah Orbita, Nasopharynx, dan Larynx.
C. Pemeriksaan pada abdomen baik atas maupun bawah
Dengan CT Scan dapat dilihat penyakit-penyakit yang ada
di organ intraabdominal maupun yang ada di retroperitoneal:
Pada hepar dapat dilihat tumor hepar, radang hepar,
dan kelainan pada sistem billier dan kista.
Pada pancreas dapat dilihat tumor pancreas, radang
pancreas dan cysta pancreas
Pada limpa dapat dilihat tumor limpa dan kista limpa
Pada usus dapat dilihat tumor usus
Pada ginjal dapat dilihat tumor ginjal dan batu ginjal
Pada kandung kemih dapat dilihat tumor dan batu
Pada uterus dapat dilihat tumor

Pada ovarium dapat dilihat tumor dan kista

Rekonstruksi
Bagian terakhir dari CT Scanner adalah rekonstruksi. Banyak metode yang
dapat digunakan untuk merekonstruksi gambar tomografi, mulai dari
projection sampai konvolusi.
Metode back projection banyak digunakan dalam bidang kedokteran.

back
ini

menggunakan pembagian pixel-pixel yang kecil dari suatu irisan melintang. Pixel
didasarkan pada nilai absorbsi linier. Kemudian pixel-pixel ini disusun menjadi
sebuah profil dan terbentuklah sebuah matrik. Rekonstruksi dilakukan dengan jalan
saling menambah antar elemen matrik.
Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih baik, maka digunakan
metode konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat dinyatakan dalam
bentuk matematik yaitu transformasi Fourier. Dengan menggunakan konvolusi dan
transformasi Fourier, maka bayangan radiologi dapat dimanipulasi dan dikoreksi
sehingga dihasilkan gambar yang lebih baik.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami pengurangan
intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan
intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam
bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis
bahan dan energi radiasi yang dipancarkan. Dalam CT scan, untuk menghasilkan
citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang
obyek dari berbagai sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh detektor untuk
kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian diolah
menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu metode yang
disebut sebagai rekonstruksi.
Proses pengumpulan data intensitas radiasi terusan pada bidang irisan obyek
untuk berbagai sudut dinamakan scanning atau pemayaran. Terdapat berbagai
macam cara pemayaran, bergantung pada "generasi" CT scan yang digunakan.
Istilah "generasi" menggambarkan tipe komersial yang tersedia yang mengacu
pada perbedaan geometris gerak pemayaran, waktu pemayaran, bentuk berkas
radiasi perunut, dan sistem detektor yang berbeda-beda antara satu generasi dan
generasi lain. Untuk lebih jelasnya, skema dasar CT scan dapat dilihat pada Gambar
1 untuk CT scan generasi ke-2. Walaupun terdapat perbedaan antara berbagai
"generasi", secara umum CT scan terdir atas empat bagian pokok, yaitu sumber
radiasi, sistem deteksi, manipulator mekanis, dan

komputer beserta penampil.

Fungsi sumber radiasi adalah menghasilkan radiasi, sumber ini dapat berupa
generator sinar X atau radioisotop yang menghasilkan radiasi X. Sistem deteksi
ditentukan berdasarkan jenis radiasi yang digunakan, salah satu contoh detektor
yang biasa digunakan dalam CT scan salah adalah kristal natrium iodida yang
"dikotori" dengan talium (kristal NaI(Tl). Manipulator mekanis yang digunakan
berfungsi

menentukan

geometris

gerak

pemayaran

yang

bergantung

pada

"generasi" CT scan. Komputer berfungsi mengolah dan mengumpulkan data yang


kemudian ditayangkan pada penampil sehingga diperoleh gambar irisan tampang
lintang dua dimensi atau peta distribusi internal tiga dimensi obyek yang di-scan
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang
ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pada awalnya
penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian
bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekira tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang
ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran.
Cara Kerja USG
USG yang mempergunakan alat yang disebut transduser dimana di dalam
USG gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut :
1. Gelombang akan diterima transduser.
2. Gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk
tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Interaksi antara fenomena fisik
tissue dan diikuti dengan teknik pendetektian hasil interaksi itu sendiri untuk
diproses dan direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi dasar bekerjanya
peralatan MI. Oleh karena itu USG memerlukan komputer untuk menyempurnakan
hasil yang ditampilkan.
Skema Cara Kerja USG
1.Transduser
Adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan
prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap
pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima
masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi
kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang

elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam
bentuk gambar.
2.Monitor
Monitor yang digunakan dalam USG.
3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah
data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG
sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU
pada PC.
Cara USG Merubah Gelombang Menjadi Gambar
Pada dasarnya tubuh manusia, 75% adalah molekul air, dimana atom
hidrogen adalah salah satu komponen penyusun molekul air. Karena tiap atom
hidrogen secara alami berputar (spinning), sehingga menghasilkan momen magnet
yang dapat dibayangkan seperti batang magnet yang kecil. Tetapi karena orientasi
yang acak, sehingga total dari momen magnet tersebut tidak menghasilkan
informasi yang dapat dimanfaatkan. Dalam medan magnet yang relative kuat, kirakira lebih dari 20 ribu kali dari kuat medan magnet bumi, momen magnet tiap atom
hidrogen dapat dibuat sejajar dengan arah medan magnet yang digunakan. Untuk
membuat suatu citra jaringan sel yang diinginkan, pulsa dalam radio frequency (RF)
ditrasmisikan dari antena khusus, untuk memaksa orientasi momen magnet yang
telah sejajar berubah dari posisi awal. Kemudian setelah pengaruh pulsa (RF)
hilang, orientasi momen magnet dari atom hidrogen berbondong- bondong kembali
ke posisi awal (sejajar dengan medan magnet), sambil meng-emisi-kan sinyal radio
yang lemah pada frequency tertentu. Kemudian dengan coil, sinyal radio itu
dideteksi dan dianalisa serta diolah dengan komputer digital untuk menghasilkan
suatu citra.
2.2.3 Sensor untuk Alat Pendeteksi Golongan Darah
Prinsip kerja dari sensor ini memanfaatkan komponen opto elektronik yaitu
LED dan LDR. Dimana LED berfungsi sebagai sumber cahaya yang menyinari test
area yang kemudian akan diterima oleh LDR.. Dan LDR yang berfungsi sebagai
receiver mendeteksi intensitas cahaya yang mengalami absorbansi oleh darah
melalui test area.
2.2.4 PDA
Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang
sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah

teknologi PDA ( personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan
kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA).
Perawat, dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta
informasi perawatan terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah
alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain
sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA
memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses,
mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan,
sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA memiliki kelebihan hanya
menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7). Bahkan sebuah PDA
dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA semacam ini
memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data
pasien

guna

mengakses

rekam

medis

mereka,

seperti

obat

yang

tengah

dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain.


Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat
mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan
kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan
data

pasien,

membuat

grafik/table,

mengefisiensikan

data

dan

menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan


intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan; PDA dapat
menyimpan daftar nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA
sangat

berguna

untuk

program

pembelajaran

keperawatan;

meningkatkan

keterlibatan dan hubungan pasien-perawat. Apabila pasien dan perawat memiliki


PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat mutahir dapat diterapkan, yang tidak
lagi

menonjolkan

peran

tatap

muka

hubungan

interaksi

perawat-pasien

(telenursing). PDA dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang
berguna untuk kepentingan riset dalam bidang keperawatan.
2.2.5 SmartCard Kesehatan
Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan, dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada
pasien pada sarana pelayanan pasien. Dalam meningkatkan pelayanan pasien
sistem smartcard adalah salah satu aplikasi yang dapat digunakan karena
kemudahan pengaksesan data, keamanan penyimpanan data, perlindungan data

dari pihak-pihak yang tidak berwenang, serta mengurangi waktu pasien dalam
menyelesaikan masalah administrasi di rumah sakit.
Hasil yang diperoleh mampu meningkatkan pelayananan rekam medis untuk sistem
antrian, tingkat kerahasiaan rekam medis lebih terjamin dibandingkan sistem
manual dengan penggunaan autentifikasi dan verifikasi kartu secara login password
pasien, admin, dan dokter, sistem keamanan jaringan menggunakan Linux
menjamin sekuritas terhadap akses data rekam medis yang berhak saja, serta
sistem mampu dikembangkan secara online.

2.2.6 Video Conference


Jika dirasakan perlu untuk

melihat

gambar

ada

baiknya

dilanjutkan

perkembangan tempat diskusi tersebut menggunakan fasilitas video conference.


Teknologi CU-SeeMe & Microsoft NetMeeting dapat digunakan untuk keperluan
tersebut. Basis teknologi jaringan komputer yang digunakan adalah tetap TCP/IP &
Internet hanya akan membutuhkan reflector video conference & bandwidth yang
lebar.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Aplikasi TI dalam dunia medis


2.3.1. Kelebihan aplikasi TI dalam dunia medis
Karena menggunakan system digital maka alat-alat TI pada dunia medis ini dapat
mengidentifikasi penyakit yang sulit dideteksi secara manual, mengetahui datadata yang berhubungan dengan pasien dengan mudah tanpa harus mencari-cari
kembali arsip.
2.3.2. Kekurangan aplikasi TI dalam dunia medis
Pengambilan gambar dengan sinar X dapat menimbulkan penyakit kanker. Karena
itu, pasien sebaiknya menanyakan secara kritis segala sesuatu mengenai sinar X
apabila akan menjalani pengobatan menggunakan sinar X.Sinar X menghasilkan
radiasi ion yang juga terjadi secara alami. Dosis yang efektif yang dapat diterima
manusia diukur dengan satuan ukuran millisiverts, yaitu satuan ukuran radiasi.
Selain itu, aplikasi teknologi ini memerlukan biaya yang mahal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan makalah kami di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. TI dalam dunia medis adalah teknologi informasi dan komunikasi yang
diaplikasikan dalam dunia medis yang berhubungan dengan juru medis, pasien dan

karyawan.
2. Aplikasi TI dalam dunia kesehatan yaitu :
CT scann
USG
Sensor Untuk Alat Pendeteksi Golongan Darah
PDA
Smartcard Kesehatan
Video Conference
Penyimpanan gambar / image atau hasil sensor / telemetri
Monitor jarak jauh untuk pasien di ICU.
3. Kelebihan aplikasi TI dalam dunia medis
Karena menggunakan system digital maka alat-alat TI pada dunia medis ini
dapat mengidentifikasi penyakit yang sulit dideteksi secara manual, mengetahui
data-data yang berhubungan dengan pasien dengan mudah tanpa harus mencaricari kembali arsip.
4.Kekurangan aplikasi TI dalam dunia medis
Pengambilan gambar dengan sinar X dapat menimbulkan penyakit kanker.
Karena

itu, pasien sebaiknya menanyakan secara kritis segala sesuatu mengenai

sinar X apabila akan menjalani pengobatan menggunakan sinar X.Sinar X


menghasilkan radiasi ion yang juga terjadi secara alami. Dosis yang efektif yang
dapat diterima manusia diukur dengan satuan ukuran millisiverts, yaitu satuan
ukuran radiasi. Selain itu, aplikasi teknologi ini memerlukan biaya yang mahal.
3.2 Saran
Setelah mempelajari teknologi komunikasi dalam dunia medis pembaca dapat
memberitahukan kepada masyarakat umum akan pentingnya peranan teknologi
dan komunikasi khususnya dalam dunia medis.

Sejarah Perkembangan Komputer Dalam Keperawatan


1. Sejarah Perkembangan Komputer Dalam Keperawatan
Komunikasi adalah hal yang sangat penting bagi sebuah institusi perawatan
kesehatan karena banyaknya bagian/departemen yang terlibat dalam proses
perawatan pasien. Pelayanan dan manajer keperawatan harus memasukkan banyak
data/informasi mengenai pasien mulai dari saat masuk hingga pasien pulang.
Saat ini komputer secara absolut penting untuk mengatur:
1. Makin kompleksnya masalah keuangan
2. Melaporkan permintaan beberapa bagian/departemen
3. Kebutuhan komunikasi dari tim perawatan kesehatan yang berbeda
4. Pengetahuan yang relevan untuk perawatan pasien
Komputer mempengaruhi praktek, administrasi, pendidikan serta penelitian, dan
dampaknya akan terus meluas. Abad informasi bagi masyarakat yang besar
merupakan sejarah baru dalam perubahan teknologi, dan akan terus berkembang
mempengaruhi kehidupan dan pekerjaan selama beberapa dekade.
A. Perspektif Sejarah
Komputer telah dikenal sekitar lima puluh tahun yang lalu, tetapi rumah sakit
lambat dalam menangkap revolusi komputer. Saat ini hampir setiap rumah sakit
menggunakan jasa komputer, setidaknya untuk manajemen keuangan.
Perawat terlambat mendapatkan manfaat dari komputer, usaha pertama dalam
menggunakan komputer oleh perawat pada akhir tahun 1960-an dan 1970-an
mencakup:
1. Automatisasi catatan perawat untuk menjelaskan status dan perawatan pasien.
2. Penyimpanan hasil sensus dan gambaran staf keperawatan untuk analisa
kecenderungan masa depan staf.
Pada pertengahan tahun 1970-an, ide dari sistem informasi rumah sakit (SIR)
diterapkan, dan perawat mulai merasakan manfaat dari sistem informasi
manajemen. Pada akhir tahun 1980-an memunculkan mikro-komputer yang
berkekuatan besar sekali dan perangkat lunak untuk pengetahuan keperawatan
seperti sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK)
B. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIR)
Sistem informasi rumah sakit (SIR) sangat luas, desain sistem komputer yang
komplek untuk menolong komunikasi dan mengatur informasi yang dibutuhkan dari
sebuah rumah sakit. Sebuah SIR akan diaplikasikan untuk perijinan, catatan medis,
akuntansi, kantor, perawatan, laboratorium, radiologi, farmasi, pusat supali,
mutrisi/pelayanan makan, personel dan gaji. Jumlah aplikasi-aplikasi lain dapat
dimasukkan bagi beberapa bagian/departemen dan untuk beberapa tujuan yang

praktikal.
Manajer-manajer perawat perlu mengenal komputer, yang mencakup mengenal
istilah umum yang digunakan komputer. Pada masa depan dapat diharapkan bahwa
semua pekerjaan perawat akan dipengaruhi oleh komputer, dan beberapa posisi
baru akan dikembangkan bagi perawat-perawat di bidang komputer.
C. Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK)
Sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK) merupakan paket perangkat
lunak yang dikembangkan secara khusus untuk divisi pelayanan keperawatan. Paket
perangkat lunak ini mempunyai program-program atau modul-modul yang dapat
membentuk berbagai fungsi manajemen keperawatan. Kebanyakan SIMK
mempunyai modul-modul untuk :
1. Mengklasifikasikan pasien
2. Pambentukan saraf
3. Penjadwalan
4. Catatan personal
5. Laporan bertahap
6. Pengembangan anggaran
7. Alokasi sumber dan pengendalian biaya
8. Analisa kelompok diagnosa yang berhubungan
9. Pengendalian mutu
10. Catatan pengembangan staf
11. Model dan simulasi untuk pengembilan keputusan
12. Rencana strategi
13. Rencana permintaan jangka pendek dan rencana kerja
14. Evolusi program
Modul SIMK untuk klasifikasi pasien, pengaturan staf, catatan personal, dan laporan
bertahap sering berhubungan. Pasien diklasifikasikan menurut kriterianya. Informasi
klasifikasi pasien dihitung berdasarkan formula beban kerja. Juga susunan pegawai
yang dibutuhkan dan susunan pegawai yang sebenarnya dapat dibuat.
SIMK dan komputer dapat membuat perawatan pasien lebih efektif dan ekonomis.
Perawat-perawat klinis menggunakannya untuk mengatur perawatan pasien,
termasuk di dalamnya sejarah pasien, rencana perawatan, pemantauan psikologis
dan tidak langsung, catatan kemajuan perawatan dan peta kemajuan. Hal ini dapat
dilakukan di semua kantor/ruang perawat.
Perawat-perawat klinis dapat menggunakan SIMK untuk mengganti sistem manual
pada pencatatan data. Hal ini dapat mengurangi biaya sekaligus memungkinkan
peningkatan kualitas dari perawatan. Dengan sistem informasi usia, manajer
perawat dapat merencanakan karier untuk mereka sendiri dan perawat klinis
mereka. Karier baru di SIMK mungkin satu jawaban untuk perawat.
D. Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Model dalam Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
1) Metode Kasus

2) Metode Fungsional
3) Metode Perawatan Tim
4) Metode Perawatan Primer
5) Metode Keperawatan Modular
6) Metode Manajemen Kasus
2. Issue-issue dalam Manajemen Asuhan Keperawatan
Ada banyak issue-issue yang berkembang dalam manajemen asuhan keperawatan
dimasa yang akan datang, beberapa diantaranya adalah :
1) Robotik
Robot akan membnatu perawat dalam menjelaskan beberapa tugas. Hal yang
paling praktis dengan menggunakan robot yaitu penggunaan kartu elektronik,
dimana digunakan untuk penyimpanan dan transpor obat-obatan, kain-kain dan
persediaan-persediaan lain. Contoh lain yaitu tangan robot yang dapat digunakan
untuk mengangkat yang berat. Kemungkinan aplikasi dimasa yang akan datang
termasuk prosedur-prosedur yang tidak dapat untuk dibentuk seperti mata, otak,
atau perbedaan tulang belakang atau prosedur dimana kontak secara langsung
merupakan kontra indikasi untuk bahaya kesehatan. Seperti seorang pasien dengan
tidak ada sistem kekebalan.
2) Komunikasi Suara
Komunikasi suara akan membantu perawat untuk berbicara dengan komputer
mereka. Keyboard dan pembaca bar code tidak akan dibutuhkan untuk
memasukkan atau mendapatkan kembali informasi komputer akan diminta untuk
menampilkan informasi atau untuk mencatatnya dengan perintah suara.
3) Sistem Ahli dan Inteligensia Buatan
Kecenderungan masa depan lainnya adalah sistem ahli dan inteligensia buatan.
Manajer perawat mempunyai akses ke kuantitas informasi yang besar yang
memungkinkan mebantu mereka dalam membuat keputusan setiap hari. Dengan
sistem ahli, manajer perawat dapat mengidentifikasi situasi manajemen, kriteria
pendefinisian masalah, dan tujuan dari penanganan situasi. Manajer perawat
kemudian mengevaluasi alternatif dan membuat keputusan.
Sistem ahli membuat kode pengetahuan yang relevan dan pengalaman dari ahli-ahli
dan untuk memungkinkannya ada pada orang yang kurang berpengetahuan dan
kurang berpengalaman. Suatu contoh dimana diperlukannya pengetahuan dan
pengalaman total dari spesialis perawat klinis dibidang keperawatan ilmu neurologi,
hal ini kemudian dikodekan dalam program komputer, dan dimungkinkannya ada
untuk perawat melaksanakan klinis di area ilmu neurologi. Mereka akan
mengkonsultasikannya untuk memecahkan masalah asuhan keperawatan.
3. Sistem Klasifikasi Pasien
Dalam menentukan kebutuhan tenaga di ruang rawat, perawat perlu memantau
klasifikasi klien. Sistem klasifikasi pasien adalah pengelompokan pasien
berdasarkan kebutuhan perawatan yang secara klinis dapat diobservasikan oleh

perawat. Pada dasarnya sistem klasifikasi pasien ini mengelompokkan pasien sesuai
dengan ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk memberi asuhan keperawatan yang dibutuhkan.
Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk
mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang
dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien
adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan
menentukan nilai produktivitas.
Sistem klasifikasi pasien oleh Swanburg (1999) adalah sebagai berikut :
1) Kategori I : Self care
Biasanya membutuhkan waktu : 2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24
jam.
2) Kategori II : Minimal care
Biasanya membutuhkan 3 4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24 jam.
3) Kategori III : Moderate care atau Intermediate care
Biasanya membutuhkan 5 6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam/24 jam.
4) Kategori IV : Extensive care atau Modified Intensive care
Biasanya membutuhkan 7 8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam/24 jam.
5) Kategori V : Intensive care
Biasanya membutuhkan 10 14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24 jam.
4. Jenis kegiatan dalam asuhan keperawatan
Beban kerja seorang perawat pelaksana juga ditentukan oleh jenis kegiatan yang
harus dilakukannya. Dalam memberikan pelayanan keperawatan Gillies (1994) ada
tiga jenis bentuk kegiatan yaitu:
1) Kegiatan perawatan langsung
Adalah aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara
khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis dan spiritual pasien. Kebutuhan ini
meliputi: komunikasi, pemberian obat, pemberian makan dan minum, kebersihan
diri, serah terima pasien dan prosedur tindakan, seperti: mengukur tanda vital
merawat luka, persiapan operasi, melaksanakan observasi, memasang dan
observasi infus, memberikan dan mengontrol pemasangan oksigen.
2) Kegiatan perawatan tidak langsung
Adalah kegiatan tidak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan untuk menyusun
rencana perawatan, menyiapkan/memasang alat, melakukan konsultasi dengan
anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan/perawatan, melaporkan
kondisi pasien, melaksanakan tindak lanjut dan melakukan koordinasi.
3) Kegiatan pengajaran/penyuluhan
Adalah kegiatan penyuluhan kesehatan yang diberikan pada pasien dan bersifat
individual. Hal ini dimaksudkan agar materi pengajaran/penyuluhan sesuai dengan
diagnosa, pengobatan yang ditetapkan, dan keadaan pola hidup pasien. Umumnya

pasien memerlukan arahan yang meliputi tingkat aktivitas, pengobatan serta tindak
lanjut perawatan dan dukungan masyarakat/keluarga.

2. SISTEM Informasi KEPERAWATAN di Puskesmas

Puskesmas sebagai salah satu institusi pelayanan umum, dapat dipastikan


membutuhkan keberadaan sistem informasi yang akurat dan handal, serta cukup
memadai untuk meningkatkan pelayanan puskesmas kepada para pengguna
(pasien) dan lingkungan terkait. Dengan lingkup pelayanan yang begitu luas,
tentunya banyak sekali permasalahan kompleks yang terjadi dalam proses
pelayanan di puskesmas. Banyaknya variabel di puskemas turut menentukan
kecepatan arus informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dan lingkungan
puskesmas.
Selama ini banyak puskesmas yang masih mengelola data-data kunjungan
pasien, data-data arus obat, dan juga membuat pelaporan dengan menggunakan
cara-cara yang manual. Selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratan dari
pengelolaan data juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan kesalahan
sangat besar. Beberapa puskesmas mungkin sudah memakai komputer sebagai alat
bantu untuk pengelolaan data, hanya saja sampai sekarang belum banyak program
komputer yang secara khusus didesain untuk manajemen data di puskesmas.
Sistem Informasi Puskesmas (Simpus), sesuai namanya, adalah sebuah
sistem informasi rekam medis yang secara khusus dirancang untuk digunakan di
Puskesmas. Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan, memiliki kebutuhankebutuhan yang unik, berbeda dengan unit pelayanan kesehatan lainnya.
Kebutuhan-kebutuhan Puskesmas yang unik tersebut, telah sejak lama
dengan tekun dipelajari dan diikuti perkembangannya oleh seorang teman, Raharjo.
Setelah selama beberapa tahun Mas Jojok, demikian ia biasa dipanggil,
mengembangkan dan memasarkan Simpus yang berupa aplikasi desktop (yang
telah digunakan pada hampir 500 Puskesmas yang tersebar di seluruh Indonesia),
pada tahun 2008, ia mengajak kami untuk bersama-sama mengembangkan Simpus
yang berbasis web. Keputusan ini diambilnya setelah melihat fakta di lapangan
bahwa Simpus berbasis web memiliki peluang memberikan dukungan yang lebih

baik pada Puskesmas dalam melayani masyarakat. Dalam waktu kurang lebih
setahun semenjak itu, Simpus berbasis web telah digunakan oleh beberapa
Puskesmas.
Simpus merekam data rekam medis pasien-pasien yang berkunjung di
Puskesmas. Tidak hanya itu, Simpus juga membantu Puskesmas dalam menyusun
laporan-laporan rutin bulanan, baik untuk keperluan internal Puskesmas, ataupun
untuk pelaporan ke Dinas Kesehatan.
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian utama kami dalam
mengembangkan Simpus berbasis web ini:
1. Kemudahan dalam pengoperasian. Dari pengalaman sejauh ini, dengan
pelatihan dua hari, yang dilakukan selepas jam kerja Puskesmas, kebanyakan
pengguna sudah memahami alur Simpus dan cara menggunakannya.
2. Kecepatan proses pengisian data. Sudah sejak lama kami menyadari bahwa
pengisian data melalui tampilan berbasis web cenderung lebih lama, bila
dibandingkan dengan pengisian data melalui tampilan aplikasi desktop. Kami
berupaya meminimalkan waktu pengisian data dengan menyederhanakan
alur, tanpa mengurangi kelengkapan data yang diisikan. Pengisian data pada
semua titik (ruang pendaftaran, ruang pelayanan medis, dll) secara rata-rata
dilakukan dalam waktu 1-2 menit.
3. Dukungan bantuan kepada pengguna. Kami menyadari bahwa belum banyak
petugas Puskesmas yang terbiasa dengan penggunaan aplikasi berbasis web.
Proses pembiasaan tentu saja akan membutuhkan waktu, dan dalam proses
tersebut mungkin akan ada kendala-kendala yang dijumpai. Dengan
dukungan dari petugas setempat, kami selalu berupaya memberikan bantuan
untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.
Saat ini, Puskesmas yang telah menggunakan Simpus kami adalah:

Kota Magelang: Puskesmas Magelang Selatan, Puskesmas Magelang Utara,


Puskesmas Botton, Puskesmas Jurangombo, Puskesmas Kerkopan

Kabupaten Demak: Puskesmas Karangawen

Kabupaten Sukoharjo: Puskesmas Kartasura, Puskesmas Polokarto

Kabupaten Bangka Barat: Puskesmas Muntok

SIMPUS dikembangkan dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi yang


secara umum banyak dijumpai di puskesmas. SIMPUS mempunyai tunjuan
pengembangan yang jelas, antara lain :

Terbangunnya suatu perangkat lunak yang dapat digunakan dengan mudah oleh
puskesmas, dengan persyaratan yang seminimal mungkin dari segi perangkat keras
maupun dari segi sumber daya manusia yang akan menggunakan perangkat lunak
tersebut.

Membantu dalam mengolah data puskesmas dan dalam pembuatan berbagai


pelaporan yang diperlukan.

Terbangunnya

suatu

sistem

database

untuk

tingkat

kabupaten,

dengan

memanfaatkan data-data kiriman dari puskesmas.

Terjaganya data informasi dari puskesmas dan Dinas Kesehatan sehingga dapat
dilakukan analisa dan evaluasi untuk berbagai macam penelitian.

Terwujudnya unit informatika di Dinas Kesehatan Kabupaten yang mendukung


terselenggaranya proses administrasi yang dapat meningkatkan kwalitas pelayanan
dan mendukung pengeluaran kebijakan yang lebih bermanfaat untuk masyarakat.

Berbagai kendala dalam implementasi SIMPUS ataupun program aplikasi


yang sudah pernah dialami di berbagai daerah ikut menjadi masukkan untuk
menentukan model pengembangan SIMPUS. Kendala-kendala yang secara umum
sering dijumpai di puskesmas antara lain :
1. Kendala di bidang Infrastruktur

Banyak puskesmas yang hanya memiliki satu atau dua komputer, dan biasanya
untuk pemakaian sehari-hari di puskesmas sudah kurang mencukupi. Sudah mulai
banyak pelaporan-pelaporan yang harus ditulis dengan komputer. Komputer lebih
berfungsi sebagai pengganti mesin ketik semata. Selain itu kendala dari sisi sumber
daya listrik juga sering menjadi masalah. Puskesmas di daerah-daerah tertentu
sudah biasa menjalani pemadaman listrik rutin sehingga pengoperasian komputer
menjadi terganggu. Dari segi keamanan, banyak gedung puskesmas yang kurang
aman, sering terjadi puskesmas kehilangan perangkat komputer.
2. Kendala di bidang Manajemen
Masih jarang sekali ditemukan satu orang staf atau petugas atau bahkan unit kerja
yang khusus menangani bidang data/komputerisasi. Hal ini dapat dijumpai dari
tingkat puskesmas ataupun tingkat dinas kesehatan di kabupaten/kota. Pada kondisi
seperti ini nantinya akan menjadi masalah untuk menentukan siapa yang
bertanggung jawab atas data-data yang akan ada, baik dari segi pengolahan dan
pemeliharaan data, maupun dari segi koordinasi antar bagian.
3. Kendala di bidang Sumber Daya Manusia
Kendala di bidang SDM ini yang paling sering ditemui di puskesmas. Banyak staf
puskesmas yang belum maksimal dalam mengoperasikan komputer. Biasanya
kemampuan operasional komputer didapat secara belajar mandiri, sehingga tidak
maksimal. Belum lagi dengan pemakaian komputer oleh staf yang kadang-kadang
tidak pada fungsi yang sebenarnya.
APLIKASI SIMPUS
Dengan

melihat

berbagai

tujuan

dan

berbagai

kendala

diatas,

SIMPUS

dikembangkan. Kondisi-kondisi yang ada benar-benar menjadi pertimbangan


rancangan Aplikasi SIMPUS. Hal utama yang harus diketahui dari SIMPUS ini adalah :
SIMPUS

adalah

program

aplikasi

yang

dikembangkan

khusus

dari

puskesmas, untuk puskesmas dengan melihat kebutuhan dan kemampuan


puskesmas dalam mengelola, mengolah dan memelihara data-data yang
ada.

SIMPUS adalah aplikasi yang bersifat single user atau hanya dapat diaplikasikan
hanya oleh satu orang pada saat itu. SIMPUS bukan aplikasi multi user yang
memungkinkan satu database diolah bersama-sama oleh beberapa staf, dari
beberapa ruang pelayanan yang ada di puskesmas.
Dengan luasnya lingkup pekerjaan di puskesmas, maka SIMPUS nantinya akan
dikembangkan secara modular, atau terpisah antara program kerja yang satu
dengan program kerja yang lain.
Beberapa hal mengenai SIMPUS antara lain :
Menggunakan Sistem Operasi Windows, menampilkan tampilan secara grafis dan
mudah digunakan. Untuk proses keluaran data bahkan hampir semua tampilan bisa
di akses dengan menggunakan tetikus (mouse).
Menyimpan informasi riwayat kunjungan dari pasien dengan akurat. Penomoran Index
yang tepat dan benar akan lebih mempermudah dalam proses pencarian data
pasien tertentu.
Input data yang cepat, dengan sumber data dari kartu registrasi pasien. Desain
masukkan data yang dikembangkan dengan mengacu pada pengalaman di
puskesmas menjadi pertimbangan utama untuk membuat proses entry harus cepat.
Dalam kondisi normal hanya butuh waktu dibawah 1 menit untuk memasukkan satu
data pasien.
Dapat menampilkan rekapitulasi data pasien dan obat, serta membuat pelaporan LB1
dan LPLPO dengan cepat. Periode keluaran data dapat ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan, dari data harian, periode harian, mingguan, bulanan atau tahunan.
Dapat menampilkan data 10 Besar / 20 Besar penyakit dengan cepat.
Menampilkan data-data keluaran secara tabel maupun secara grafik dengan cepat.
Dapat digunakan untuk melakukan filter data kunjungan dengan cepat dan mudah,
sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
METODOLOGI PENGEMBANGAN

Pengembangan suatu sistem informasi, jelas membutuhkan langkah-langkah dan


strategi yang harus dijalankan. Pengembangan tidak dapat dilakukan dengan hanya
membeli satu perangkat lunak kemudian dibagikan ke puskesmas yang ada, tetapi
juga harus diikuti dengan berbagai langkah secara organisatoris maupun secara
operasional.

Langkah-langkah

pengembangan

dapat

berupa

program

pra-

implementasi dan program pasca-implementasi. Beberapa langkah yang harus


dilakukan antara lain :
Pendataan awal berbagai masalah baik dari segi perangkat keras ataupun calon
petugas data.
Pembentukan team informasi baik tingkat puskesmas atau tingkat dinas kesehatan.
Team untuk tingkat puskesmas dapat terdiri dari seorang penanggung jawab
program, disertai beberapa operator. Sedangkan untuk tingkat dinas kesehatan,
mungkin diperlukan satu team khusus untuk mengorganisir alur data dan juga
bertanggung jawab untuk manajemen data-data kesehatan. Apabila dimungkinkan
dapat dibentuk satu sub dinas Informatika / Pengolahan Data Elektronik.
Inventarisasi data-data dasar, baik untuk tingkat puskesmas ataupun tingkat dinas
kesehatan. Data-data dasar itu antara lain : data puskesmas, data petugas medis,
data tempat pelayanan kesehatan, data obat-obat gudang farmasi, data diagnosis,
dan beberapa data-data dasar lainnya. Data-data ini nantinya akan dikodekan
karena SIMPUS akan banyak membutuhkan masukkan data berupa kode.
Sosialisasi data-data dasar. Hal ini perlu dilakukan ke semua staf medis dan petugas di
puskesmas supaya lebih mengenal sedini mungkin sistem yang akan dipakai.
Pelatihan petugas SIMPUS. Dalam proses masukkan data, tentunya dibutuhkan petugas
khusus yang benar-benar menguasai program SIMPUS. Untuk itu perlu minimal 2
orang dari tiap puskesmas yang harus di beri pelatihan untuk awal pelaksanaan
implementasi SIMPUS. Setelah beberapa saat di implementasikan, maka diharapkan
staf-staf puskesmas dapat belajar dari petugas yang sudah menguasai.
Ujicoba implementasi. Hal ini dibutuhkan untuk mencoba semua staf, dalam pengisian
lembar registrasi pasien, juga untuk mengasah ketrampilan masukkan data dari
petugas yang sudah dilatih.

Evaluasi, dilakukan untuk mencari masukkan dan juga memberi masukkan kepada
semua pihak yang terkait dalam pengembangan SIMPUS.
BIAYA PENGEMBANGAN
Biaya pengembangan sistem informasi tergantung dari banyaknya puskesmas di
tingkat kabupaten beserta kelengkapan fasilitas dari program aplikasi untuk tingkat
kabupaten.
Harga program SIMPUS sebesar Rp. 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).
Harga belum termasuk pembuatan peta wilayah untuk puskesmas. Harga dasar bisa
berubah tergantung dari lokasi puskesmas.
Harga program SIM Dinkes sebesar Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), harga
termasuk pembuatan gambar peta wilayah untuk pengembangan program sampai
fungsi pemetaan penyakit.
Untuk pelatihan petugas operator program SIMPUS, biaya per puskesmas adalah Rp.
1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) untuk Simpus Single User, Rp.
2.000.000,00 (dua juta rupiah) untuk Simpus Web based. Setiap puskesmas dapat
mengirimkan dua calon operator.
Harga belum termasuk transportasi Yogyakarta-daerah tujuan, akomodasi, penginapan
beserta Lumpsum untuk trainer sebesar Rp. 750.000,00 (Pulau Jawa) atau Rp. 1
500.000,00 (Luar Pulau Jawa) per hari.
Apabila dikehendaki, dapat dilakukan kunjungan untuk evaluasi dan supervisi per
puskesmas, dengan menambah biaya transportasi, akomodasi dan lumpsum.
Perkiraan harga komputer dan printer dengan spesifikasi yang layak untuk digunakan
software SIMPUS : Rp. 3 500 000,00 Rp. 4 500 000,00
SPESIFIKASI KOMPUTER SIMPUS
Spesifikasi minimal komputer yang digunakan untuk menjalankan Program SIMPUS
dengan baik :
Prosesor : Pentium III atau di atasnya

RAM : 128 Mb atau lebih


VGA : 4 Mb atau lebih
Hard disk : Minimal 10 Gb
Spesifikasi minimal untuk komputer yang digunakan sebagai pengolah data di Dinas
Kesehatan
Prosesor : Pentium IV
RAM : 512 Mb atau lebih
VGA : 4 Mb atau lebih
Hard disk : Minimal 40 Gb
Tentunya dengan kondisi perkembangan teknologi komputer dewasa ini, bukan
masalah yang berat untuk mengadakan komputer dengan spesifikasi tersebut.
Apabila memungkinkan bahkan dapat digunakan masing-masing dua komputer atau
lebih di puskesmas untuk lebih mempercepat proses pengetikan data ke dalam
SIMPUS. Untuk transfer data di puskesmas, selain menggunakan disket atau flash
disk, juga dapat dihubungan dengan jaringan komputer.

3. PERAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG


MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

A. Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai
sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan

bidang yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi


relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah
menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah
sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system.
Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya,
tetapi investasi teknologi informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS, negara
yang relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi informasinya,
rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi informasi.
Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi merupakan
salah satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian)
masalah derasnya arus informasi. Teknologi informasi (dan komunikasi) saat ini
adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia medis, dengan
perkembangan pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel
terbaru di jurnal kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal
jika tidak memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru.
Selain memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI
mampu menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara
manual. Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data
kesehatan di-share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki
karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul
produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan
kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru.
Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen informasi
kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel ini secara
khusus akan membahas perkembangan teknologi informasi untuk mendukung
manajemen rekam medis secara lebih efektif dan efisien. Tulisan ini akan dimulai
dengan berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis.

B. Aplikasi teknologi informasi untuk mendukung


manajemen informasi kesehatan
Secara umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk

perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur. Perangkat keras meliputi


perangkat input (keyboard, monitor, touch screen, scanner, mike, camera digital,
perekam video, barcode reader, maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke
digital). Perangkat keras ini bertujuan untuk menerima masukan data/informasi ke
dalam bentuk digital agar dapat diolah melalui perangkat komputer. Selanjutnya,
terdapat perangkat keras pemroses lebih dikenal sebagai CPU (central procesing
unit) dan memori komputer. Perangkat keras ini berfungsi untuk mengolah serta
mengelola sistem komputer dengan dikendalikan oleh sistem operasi komputer.
Selain itu, terdapat juga perangkat keras penyimpan data baik yang bersifat tetap
(hard disk) maupun portabel (removable disk). Perangkat keras berikutnya adalah
perangkat outuput yang menampilkan hasil olahan komputer kepada pengguna
melalui monitor, printer, speaker, LCD maupun bentuk respon lainnya.
Selanjutnya dalam perangkat lunak dibedakan sistem operasi (misalnya Windows,
Linux atau Mac) yang bertugas untuk mengelola hidup matinya komputer,
menhubungkan media input dan output serta mengendalikan berbagai perangkat
lunak aplikasi maupun utiliti di komputer. Sedangkan perangkat aplikasi adalah
program praktis yang digunakan untuk membantu pelaksanaan tugas yang spesifik
seperti menulis, membuat lembar kerja, membuat presentasi, mengelola database
dan lain sebagainya. Selain itu terdapat juga program utility yang membantu sistem
operasi dalam pengelolaan fungsi tertentu seperti manajemen memori, keamanan
komputer dan lain-lain.
Pada aspek infrastruktur, kita mengenal ada istilah jaringan komputer baik yang
bersifat terbatas dan dalam kawasan tertentu (misalnya satu gedung) yang dikenal
dengan nama Local Area Network maupun jaringan yang lebih luas, bahkan bisa
meliputi satu kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide Area Network
(WAN). Saat ini, aspek infrastruktur dalam teknologi informasi seringkali disatukan
dengan perkembangan teknologi komunikasi. Sehingga muncul istilah konvergensi
teknologi informasi dan komunikasi. Perangkat PDA (personal digital assistant) yang
berperan sebagai komputer genggam tetapi sarat dengan fungsi komunikasi (baik
Wi-Fi, bluetooth maupun GSM) merupakan salah satu contoh diantaranya.
Perangkat keras (baik input, pemroses, penyimpan, maupun output), perangkat
lunak serta infrastruktur, ketiga-tiganya memiliki potensi besar untuk meningkatkan

efektivitas maupun efisiensi manajemen informasi kesehatan. Beberapa contoh


penting yang akan diulas adalah (1)rekam medis berbasis komputer, (2) teknologi
penyimpan portabel seperti smart card,(3) teknologi nirkabel dan (4) komputer
genggam.

B.1. Rekam medis berbasis komputer (Computer based patient


record)
Salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi di
rumah sakit adalah penerapan rekam medis medis berbasis komputer. Dalam
laporan resminya, Intitute of Medicine mencatat bahwa hingga saat ini masih sedikit
bukti yang menunjukkan keberhasilan penerapan rekam medis berbasis komputer
secara utuh, komprehensif dan dapat dijadikan data model bagi rumah sakit lainnya
Pengertian rekam medis berbasis komputer bervariasi, akan tetapi, secara prinsip
adalah penggunaan database untuk mencatat semua data medis, demografis serta
setiap event dalam manajemen pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis
komputer akan menghimpun berbagai data klinis pasien baik yang berasal dari hasil
pemeriksaan dokter, digitasi dari alat diagnosisi (EKG, radiologi, dll), konversi hasil
pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi klinis. Rekam medis berbasis
komputer yang lengkap biasanya disertai dengan fasilitas sistem pendukung
keputusan (SPK) yang memungkinkan pemberian alert, reminder, bantuan diagnosis
maupun terapi agar dokter maupun klinisi dapat mematuhi protokol klinik.
Gambar 1. Alert tentang permintaan lab yang berlebihan dalam salah satu model
aplikasi rekam medis berbasis komputer

B.2. Teknologi penyimpan data portable


Salah satu aspek penting dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan
pendekatan rujukan (referral system) adalah continuity of care. Dalam konsep ini,
pelayanan kesehatan di tingkat primer memiliki tingkat konektivitas yang tinggi
dengan tingkat rujukan di atasnya. Salah satu syaratnya adalah adanya komunikasi
data medis secara mudah dan efektif. Beberapa pendekatan yang dilakukan
menggunakan teknologi informasi adalah penggunaan smart card (kartu cerdas
yang memungkinkan penyimpanan data sementara). Smart card sudah digunakan
di beberapa negara Eropa maupun AS sehingga memudahkan pasien, dokter
maupun pihak asuransi kesehatan. Dalam smart card tersebut, selain data

demografis, beberapa data diagnosisi terakhir juga akan tercatat. Teknologi


penyimpan portabel lainnya adalah model web based electronic health record yang
memungkinkan pasien menyimpan data sementara kesehatan mereka di Internet.
Data tersebut kemudian dapat diakses oleh dokter atau rumah sakit setelah
diotorisasi oleh pasien. Teknologi ini merupakan salah satu model aplikasi
telemedicine yang tidak berjalan secara real time.
Aplikasi penyimpan data portabel sederhana adalah bar code (atau kode batang).
Kode batang ini sudah jamak digunakan di kalangan industri sebagai penanda unik
merek datang tertentu. Hal ini jelas sekali mempermudah supermarket dan gudang
dalam manajemen retail dan inventori. Food and Drug Administration (FDA) di AS
telah mewajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk menggunakan barcode sebagai
penanda obat. Penggunaan bar code juga akan bermanfaat bagi apotik dan instalasi
farmasi di rumah sakit dalam mempercepat proses inventori. Selain itu,
penggunaan barcode juga dapat digunakan sebagai penanda unik pada kartu dan
rekam medis pasien.
Teknologi penanda unik yang sekarang semakin populer adalah RFID (radio
frequency identifier) yang memungkinkan pengidentifikasikan identitas melalui
radio frekuensi. Jika menggunakan barcode, rumah sakit masih memerlukan
barcode reader, maka penggunaan RFID akan mengeliminasi penggunaan alat
tersebut. Setiap barang (misalnya obat ataupun berkas rekam medis) yang disertai
dengan RFID akan mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam database komputer.
Sehingga pengidentifikasian akan berjalan secara otomatis.

B. 3. Teknologi nirkabel
Pemanfaatan jaringan computer dalam dunia medis sebenarnya sudah dirintis sejak
hampir 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital
dan Walter Reed Army Hospital mengembangkan local area network (LAN) yang
memungkinkan pengguna dapat log on ke berbagai komputer dari satu terminal di
nursing station. Saat itu, media yang digunakan masih berupa kabel koaxial. Saat
ini, jaringan nir kabel menjadi primadona karena pengguna tetap tersambung ke
dalam jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan nir kabel,
dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggun
mobilitasnya.

B. 4. Komputer genggam (Personal Digital Assistant)


Saat ini, penggunaan komputer genggam (PDA) menjadi hal yang semakin lumrah
di kalangan medis. Di Kanada, limapuluh persen dokter yang berusia di bawah 35
tahun menggunakan PDA. PDA dapat digunakan untuk menyimpan berbagai data
klinis pasien, informasi obat, maupun panduan terapi/penanganan klinis tertentu.
Beberapa situs di Internet memberikan contoh aplikasi klinis yang dapta digunakan
di PDA seperti epocrates. Pemanfaatan PDA yang sudah disertai dengan jaringan
telepon memungkinkan dokter tetap dapat memiliki akses terhadap database
pasien di rumahs akit melalui jaringan Internet. Salah satu contoh penerapan
teknologi telemedicine adalah pengiriman data radiologis pasien yang dapat
dikirimkan secara langsung melalui jaringan GSM. Selanjutnya dokter dapat
memberikan interpretasinya secara langsung PDA dan memberikan feedback
kepada rumah sakit.

C. Apa faktor keberhasilan penerapan rekam medis


berbasis komputer?
Memang, hingga saat ini tidak ada satu rumah sakit di dunia yang dapat
menerapkan konsep rekam medis elektronik yang ideal. Namun demikian, beberapa
penelitian melaporkan karakteristik dan pengalaman rumah sakit dalam
menerapkan rekam medis elektronik. Doolan, Bates dan James mempublikasikan
suatu studi tentang keberhasilan penerapan 5 rumah sakit utama di AS yang
menerapkan rekam medis berbasis komputer dan mendapatkan penghargaan
Computer-Based Patient Record Institute Davies Award. Kelimanya adalah :
1. LDS Hospital, Salt Lake City (LDSH) pada 1995
2. Wishard Memorial Hospital, Indianapolis (WMH) tahun 1997
3. Brigham and Womens Hospital, Boston (BWH) tahun 1996
4. Queens Medical Center, Honolulu (QMC) in1999
5. Veterans Affairs Puget Sound Healthcare System, Seattle and Tacoma (VAPS)
tahun 2000
Kelima rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan dengan jumlah
tempat tidur bervariasi (dari 246-712 TT). Berdasarkan kepemilikan, 3 diantaranya
merupakan rumah sakit swasta non profit (no 1, 3 dan 4), 1 merupakan rumah sakit
daerah (nomer 2) dan 1 rumah sakit tentara (nomer 5).

Rekam medis elektronis telah diterapkan untuk mendukung pelayanan rawat inap,
rawat jalan maupun rawat darurat. Berbagai hasil pemeriksaan laboratoris baik
berupa teks, angka maupun gambar (seperti patologi, radiologi, kedokteran nuklir,
kardiologi sampai ke neurologi sudah tersedia dalam format elektronik. Disamping
itu, catatan klinis pasien yang ditemukan oleh dokter maupun perawat juga telah
dimasukkan ke alam komputer baik secara langsung (dalam bentuk teks bebas atau
terkode) maupun menggunakan dictation system. Sedangkan pada bagian rawat
intensif, komputer akan mengcapture data secara langsung dari berbagai monitor
dan peralatan elektronik. Sistem pendukung keputusan (SPK) juga sudah diterapkan
untuk membantu dokter dan perawat dalam menentukan diagnosis, pemberitahuan
riwayat alergi, pemilihan obat serta mematuhi protokol klinik. Dengan kelengkapan
fasilitas elektronik, dokter secara rutin menggunakan komputer untuk menemukan
pasien, mencari data klinis serta memberikan instruksi klinis. Namun demikian,
bukan berarti kertas tidak digunakan. Dokter masih menggunakannya untuk
mencetak ringkasan data klinis pasien rawat inap sewaktu melakukan visit. Di
bagian rawat jalan, ringkasan klinis tersebut dicetak oleh staf administratif terlebih
dahulu.
Meskipun menggunakan pendekatan, jenis aplikasi serta pengalaman yang
berbeda-beda, namun secara umum ada kesamaan faktor yang faktor yang
menentukan keberhasilan mereka dalam menerapkan rekam medis berbasis
komputer, yaitu:
Leadership, komitmen dan visi organisasi
Leadership dari pimpinan rumah sakit merupakan faktor terpenting. Hal ini ditandai
dengan komitmen jangka panjang serta visi sangat jelas. Seringkali klinisi senior
yang menjadi leader dalam komputerisasi dan menjalin kerjasama dengan ahli
informatika. Selanjutnya komitmen tersebut direalisasikan secara finansial maupun
sumber daya manusia.
Bertujuan untuk meningkatkan proses klinis dan pelayanan pasien.
Kunci keberhasilan kedua pengembangan sistem merupakan investasi untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses klinis dan pelayanan pasien. Saat ini, seiring
dengan isyu medical error dan patient safety, kebutuhan pengembangan IT menjadi
semakin dominan.
Melibatkan klinisi dalam perancangan dan modifikasi sistem.

Di kelima rumah sakit tersebut, berbagai upaya dilakukan, baik formal maupun non
formal untuk melibatkan dokter dan dalam perancangan dan modifikasi sistem.
Dokter, perawat maupun tenaga kesehatan lain yang memiliki pengalaman
informatik dilibatkan sebagai penghubung antara klinisi dan sistem informasi. Hal
ini terutama sangat penting dalam merancangn sistem pendukung keputusan klinis.
Salah satu manajer IT mengatakan bahwa We had over 530 people involved, and
doctors hired to help us design screens and everything. The doctors were very much
part of the effort.
Menjaga dan meningkatkan produktivitas klinis
Meskipun diakui bahwa penggunaan komputer menambah beban bagi dokter, tetapi
rumah sakit menyediakan fasilitas yang sangat mendukung. Jaringan nir kabel
disediakan agar dokter tetap dapat mengakses data secara mobile. Demikian juga,
fasilitas Internet memungkinkan mereka memantau perkembangan pasien dari
rumah. Komputer juga tersedia secara merata, untuk rawat jalan perbandingan
tempat tidur dengan komputer antara 1:3-5, bahkan di LDS 1:1. Sedangkan di unit
rawat jalan 1 ruang 1 komputer.
Menjaga momentum dan dukungan terhadap klinisi.
Salah satu dokter mengatakan bahwa ..We demonstrated and talked about it and
evangelized the clinical staff that this was something good, something sexy, high
tech and innovative and it was going to be expected to be utilized. Karena
kesemuanya adalah rumah sakit pendidikan, setiap residen diharuskan
menggunakan komputer untuk mencatat perkembangan pasien. Akan tetapi,
memelihara momentum agar dokter dapat menggunakan komputer secara
langsung bervariasi, dari 3 tahunan hingga satu dekade.
Pengalaman di atas mengungkapkan bahwa penerapan IT untuk rekam medis
merupakan effort yang luar biasa yang tercermin mulai dari leadership pimpinan,
komitmen finansial dan SDM, tujuan organisasi, proses perancangan yang
melelahkan, networking antara tenaga medis, non medis dan informatik hingga
menjaga momentum.

D. Hambatan dan kendala


Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa masih banyak kendala dalam penerapan
teknologi informasi untuk manajemen kesehatan di rumah sakit. Jika masih dalam

taraf pengembangan sistem informasi transaksi (misalnya data administratif,


keuangan dan demografis) problem sosiokltural tidak terlalu kentara. Namun
demikian, jika sudah sampai aspek klinis, tantangan akan semakin besar. Di sisi
lain, persoalan kesiapan SDM seringkali menjadi pengganjal. Pemahaman tenaga
kesehatan di rumah sakit terhadap potensi TI kadang menjadi lemah karena
pemahaman yang keliru. Oleh karena itu penguatan pada aspek pengetahuan dan
ketrampilan merupakan salah satu kuncinya. Disamping itu, tentu saja adalah
masalah finansial. Tanpa disertai dengan bantuan tenaga ahli yang baik, terkadang
investasi TI hanya akan memberikan pemborosan tanpa ada nilai lebihnya. Yang
terakhir adalah kecurigaan terhadap lemahnya aspek security, konfidensialitas dan
privacy data medis.

E. Menerapkan aplikasi
Bagaimana memilih dan menerapkan aplikasi teknologi informasi untuk manajemen
kesehatan di rumah sakit?
Ini merupakan pertanyaan krusial yang harus dijawab. Melihat pada pengalaman di
atas, kita harus mengembalikan kepada komitmen, visi dan leadership dari
organisasi. Apakah ini hanya karena ikut-ikutan atau memang sudah tertuang dalam
rencana stratejik rumah sakit? Selain itu, bagaimana implikasi biaya dan sumber
daya manusia? Bagaimana menjalin kerjasama antar berbagai komponen di rumah
sakit, baik tenaga medis maupun non medis?
Jika pertanyaan tersebut sudah dijawab, kita dapat memilih aplikasi yang sesuai
dengan kemampuan organisasi. Langkah yang paling penting adalah
pengembangan sistem informasi transaksional (data administratif dan klinis
sederhana). Selanjutnya, pengembangan level kedua, yaitu sistem informasi
manajemen dan sistem sistem informasi eksekutif(sistem pendukung keputusan)
dapat dilakukan kemudian. Aplikasi SMS sebagai reminder bagi ibu hamil untuk
memeriksakan secara tepat waktu juga meruapakan salah satu model SPK bagi
pasien. Demikian juga model serupa agar jadwal imunisasi bagi balita tidak
terlambat. Investasi yang diperlukan cukup dengan komputer yang telah diisi
dengan database klinik pasien, nomer HP serta rule mengenai penjadwalan
imunisasi. Penerapan jaringan wireless saat ini juga bukan investasi yang mahal.
Dan masih seabreg inovasi lain yang dapat dikembangkan.

Dari konteks teknologi informasi dan komunikasi, dapat dikatakan bahwa pelbagai
aplikasi sangat potensial sekali diterapkan di dunia medis. Akan tetapi kita harus
memperhatikan bahwa hingga saat ini secara kultural, dunia medis, termasuk yang
sudah menerapkan infrastruktur elektronik secara canggih sebagian besar transaksi
informasi klinis masih berjalan secara face to face. Sehingga tidak salah bila ada
yang mengatakan bahwa keberhasilan sistem informasi di rumah sakit 90%
merupakan masalah sosial kultural dan hanya 10% saja yang merupakan masalah
informatika.

F. Penutup: refleksi bagi komunitas rekam medis


Mengingat pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cukup
pesat, komunitas rekam medis perlu memahami berbagai konsep serta aplikasi
medical informatics (informatika kedokteran). Informatika kedokteran (kadang
disebut juga informatika kesehatan) adalah disiplin yang terlibat erat dengan
komputer dan komunikasi serta pemanfaatannya di lingkungan kedokteran dikenal
sebagai informatika kedokteran (medical informatics)[4]. Dalam pengertian yang
lebih rinci, Shortliffe mendefinisikan informatika kedokteran sebagai berikut:
Disiplin ilmu yang berkembang dengan cepat yang berurusan dengan
penyimpanan, penarikan dan penggunaan data, informasi, serta pengetahuan
(knowledge) biomedik secara optimal untuk tujuan problem solving dan
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informatika kedokteran bersentuhan
dengan semua ilmu dasar dan terapan dalam kedokteran dan terkait sangat erat
dengan teknologi informasi modern, yaitu komputer dan komunikasi. Kehadiran
informatika kedokteran sebagai disiplin baru yang terutama disebabkan oleh
pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan komputer, menimbulkan kesadaran
bahwa pengetahuan kedokteran secara esensial tidak akan mampu terkelola
(unmanageable) oleh metode berbasis kertas (paper-based methods). Lingkup
kajian informatika kedokteran meliputi teori dan terapan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa informatika kedokteran merupakan disiplin ilmu tersendiri.
Secara terapan, aplikasi informatika kedokteran meliputi rekam medik elektronik,
sistem pendukung keputusan medik, sistem penarikan informasi kedokteran, hingga
pemanfaatan internet dan intranet untuk sektor kesehatan, termasuk merangkaikan
sistem informasi klinik dengan penelusuran bibliografi berbasis internet. Dengan

demikian, komunitas rekam medis akan memiliki wawasan yang luas mengenai
prospek teknologi informasi serta mampu menjembatani klinisi (pengguna dan
penyedia utama informasi kesehatan) dengan para ahli komputer (informatika) yang
bertujuan merancang desain aplikasi dan sistem agar dapat menghasilkan produk
aplikasi manajemen informasi kesehatan di rumah sakit yang lebih efektif dan
efisien.
Perkembangan teknologi computer (informasi) yang begitu pesat telah merambah
ke berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis)
merupakan bidang yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi
komputer relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara
elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan,
sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan
pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi
yang padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi informasi masih
merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran
kesehatan maupun teknologi informasi komputer, rumah sakit rata-rata hanya
menginvestasinya 2% untuk teknologi informasi.
Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi komputer merupakan
salah satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian)
masalah derasnya arus informasi. Teknologi informasi dan komunikasi komputer
saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia medis, dengan
perkembangan pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel
terbaru di jurnal kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal
jika tidak memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru.
Selain memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI
mampu menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara
manual. Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data
kesehatan di-share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki
karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul
produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan
kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru.
Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen informasi
kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel ini secara

khusus akan membahas perkembangan teknologi informasi untuk mendukung


manajemen rekam medis secara lebih efektif dan efisien. Tulisan ini akan dimulai
dengan berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis.
Komputer banyak berperan membantu di dunia kesehatan antara lain :
- adminstrasi
- obat-obatan
- penyakit diagnostik, terapi, perawatan (monitoring status pasien)
- Penelitian
Pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) komputer,
atau yang biasa disebut sebagai e-Health, tengah mendapat banyak perhatian
dunia. Terutama disebabkan oleh janji dan peluang bahwa teknologi mampu
meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Tulisan ini mencoba mengulas
bagaimana sebenarnya e-Health tersebut dan bagaimana implikasi teknologi dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan.
Pengertian e-Health sendiri secara luas dapat bermakna bidang pengetahuan baru
yang merupakan persilangan dari informasi medis, kesehatan public, dan usaha,
berkaitan dengan jasa pelayanan dan informasi kesehatan yang dipertukarkan atau
ditingkatkan melalui saluran internet dan teknologi berkaitan dengannya (Gunter
Eysenbach, J Med Internet Res 2001; 3(2): e20).
Dalam pengertian lebih luas, e-Health dapat diartikan sebagai tidak hanya
pengembangan teknologi pelayanan kesehatan, namun juga mencakup
pengembangan sikap, perilaku, komitmen, dan tata cara berpikir untuk
mengembangkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi.
Mengapa e-Health perlu dilaksanakan?
Di seluruh dunia, terjadi peningkatan biaya pelayanan kesehatan. Banyak orang
tidak mendapat kesempatan bagi pelayanan kesehatan yang lebih baik. Catatan
kesehatan yang masih mengandalkan dokumen kertas banyak menimbulkan
kesalahan dan mengurangi produktivitas layanan.
Walau demikian, patut diakui terdapat juga kenaikan pelayanan kesehatan di
masyarakat, yang memberikan peluang kehidupan yang lebih baik, namun juga
berarti terdapatkan golongan masyarakat manula (manusia usia lanjut) yang lebih

besar. Pada umumnya manula juga memerlukan layanan kesehatan yang lebih
besar dibandingkan usia produktif.
Bagi pemerintah di tingkat lokal maupun pusat juga mendapat tantangan untuk
menanggulangi meningkatkan biaya pelayanan kesehatan, meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan. Selain itu, mereka juga bertanggungjawab terhadap
pemantauan kesehatan umum dan kemungkinan penyebaran penyakit menular
tertentu.
Mengembangkan layanan e-Health akan membantu pihak-pihak penyedia layanan
kesehatan termasuk pemerintah untuk mencapai hal tersebut di atas. E-Health akan
memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk melakukan kolaborasi,
pengumpulan dan analisa data kesehatan yang melampaui batasan fisik dan waktu.
Sebagai contoh, e-Health dapat diterapkan untuk membantu pemerintah
mengembangkan program yang membantu dokter, perawat, dan tenaga kesehatan
lainnya saling bertukar infomasi secara elektronik, mengambil data rekam medis
pasien kapan dan dimana diperlukan, dan melakukan kolaborasi dengan memberi
layanan jasa kesehatan lainnya secara real time melalui internet. Layanan
kesehatan seperti ini akan memberikan banyak sekali penghematan dari sisi biaya
dokumen dan administrasi layanan dan memberikan keuntungan pemberian
keputusan layanan kesehatan yang terbaik kepada pasien dengan lebih cepat.
Pemberi layanan jasa kesehatan, seperti dokter dan rumah sakit, juga dapat
mengembangkan layanan jasa kesehatan berbasis internet. Program Dokter
Keluarga yang tengah diperkenalkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) misalnya;
berupaya untuk mengembangkan konsep dokter sebagai pengelola data kesehatan
masyarakat. Tujuan program dokter keluarga adalah memberikan peranan lebih
besar kepada dokter untuk menjaga kesehatan masyarakat, ketimbang untuk
mengobati. Dengan memanfaatkan basis data kesehatan masyarakat yang
dilayaninya, seorang dokter keluarga dapat menentukan program kesehatan apa
yang paling tepat untuk masyakarat tersebut. Karena dengan melakukan analisa
data kesehatan masyakarat, dapat diketahui pola dan kecenderungan penyakit
yang mungkin terjadi dan dapat dilakukan analisa sebab dan akibat. Untuk itulah
dalam program dokter keluarga, komputer dikatakan sebagai stetoskop kedua para
dokter.
Data kesehatan masyarakat dalam kelompok-kelompok kecil dapat dikumpulkan
dan dianalisa menjadi data kesehatan masyarakat yang lebih luas untuk

mencerminkan pola kesehatan secara regional maupun nasional.


Peranan komputer dalam mengelola dan melakukan pertukaran data kesehatan
melalui internet menjadi sangat vital dalam menyelenggarakan e-Health. Karena
data kesehatan tidak hanya berupa teks, bahkan bisa merupakan data gambar,
suara, dan multimedia lainnya. Diperlukan komputer yang memiliki kemampuan
proses yang tinggi untuk dapat mengolah data yang ada menjadi informasi yang
berharga bagi suatu keputusan layanan kesehatan. Komputer dengan multi-inti dan
ukuran cache yang besar, seperti yang berbasis pada prosesor Intel Core 2 Duo
adalah antara lain yang disarankan sebagai komputer bagi penyedia jasa layanan
kesehatan.
Pertukaran jasa layanan kesehatan melalui internet juga harus didukung oleh
infrastruktur komunikasi pita lebar. Sekali lagi alasannya karena data yang
dipertukarkan tidak hanya berupa teks, tetapi berupa data multimedia.
Pada akhirnya, pelayanan jasa kesehatan dengan TIK, atau e-Health memerlukan
komitmen dari penyelenggara jasa kesehatan untuk melakukan modernisasi dari
perangkat dan infrastruktur yang digunakannya. Dalam tahapan awal, memang hal
tersebut akan merupakan investasi dari sisi biaya, namun dalam tahapan
berkelanjutan, penerapan e-Health akan memberikan keuntungan dari
penghematan biaya-biaya.
Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah
menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah
sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system.
Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya,
tetapi investasi teknologi informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS,
negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi
informasinya, rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi
informasi.Di
sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi merupakan salah
satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah
derasnya arus informasi. Teknologi informasi (dan komunikasi) saat ini adalah
bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia medis, dengan
perkembangan pengetahuan

yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel terbaru di jurnal kedokteran
dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak
memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru. Selain
memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI mampu
menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara manual.
Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data kesehatan
di-share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki
karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul
produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan
kapasitas
penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru.
Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen informasi
kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel ini
secara khusus akan membahas perkembangan teknologi informasi untuk
mendukung
manajemen rekam medis secara lebih efektif dan efisien. Tulisan ini akan
dimulai dengan berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor yang
mempengaruhi keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis.

4. Pemanfaatan Teknologi Informasi Pada Riset Keperwatan

Perkembangan teknologi informasi merupakan salah satu perkembangan peradaban


manusia mengenai penyampaian informasi. Perkembangan ini dimulai sejak zaman
pra sejarah sampai sekarang. Salah satu peran perawat adalah sebagai peneliti.
Untuk itu, perawat perlu melakukan riset yang berhubungan isu-isu keperawatan,
antara lain: praktik keperawtan, pendidikan keperawatan, dan administrasi
keperawatan guna meningkatkan kemampuannya. Untuk memudahkan riset yang
dilakukan maka perawat perlu memanfaatkan perkembangan teknologi informasi
yang sudah ada baik dalam hal pengolahan data, penulisan, penyimpanan, atau
pun publikasi hasil riset yang telah perawat lakukan.

Perkembangan teknologi informasi mulai merambah dunia keperawatan. Kebutuhan


layanan kesehatan juga termasuk keperawatan yang cepat, efisien dan efektif
menjadi tuntutan masyarakat modern saat ini. Dengan perkembangan teknologi
yang semakin pesat, istilah telemedicine, telehealth dan telenursing menjadi
popular sebagai salah satu model layanan kesehatan.
Teknologi informasi dapat dimanfaatkan dalam bidang perkembangan riset
keperawatan berbasis informatika kesehatan. Dapat juga digunakan dikampus
dengan video conference, pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning.
Pengolahan data dalam riset keperawatan perlu ketelitian, dengan perhitungan
menggunakan teknologi informasi yang sudah ada maka kesalahan dalam
perhitungan dapat diminimalkan agar dasar-dasar keilmuan yang nantinya akan
menjadi landasan dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan menejemen
keperawatan dapat diperkuat.
Penggunaan teknologi informasi dalam riset keperawatan juga untuk
pendokumentasian hasil riset yang telah dilakukan. Setelah itu, perlu
mempublikasikan hasil riset keperawatan sebagai ilmu untuk perawat lain dan
masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan isu keperawatan. Semua proses
yang dibutuhkan dalam melakukan riset keperawtan pun akan lebih mudah dan
efektif.
Seiring dengan pesatnya kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi, perawat
juga perlu berpartisipasi memanfaatkan teknologi yang sudah ada agar kegiatan
yang dilakukan menjadi lebih efisien, salah satunya untuk riset keperawatan.
Penggunaan teknologi informasi dalam riset keperawatan dapat digunakan untuk
pengolahan data, penulisan hasil riset, penyimpanan, metode baru dalam
pendokumentasian, peningkatan akses informasi, pengembangkan kemampuan
pengambilan keputusan yang dapat membantu melakukan perubahan dalam
profesionalisasi perawat serta publikasi hasil riset keperawatan.
Sebagai perawat yang mampu mengikuti perkembangan zaman, guna
meningkatkan profesionalisme dan kemampuan maka pemanfaatan teknologi harus
benar-benar digunakan untuk kegiatan yang dilakukan oleh perawat termasuk
melakukan riset.

5. Sistem informasi keperawatan berbasis komputer

Seiring

dengan

pengetahuan

globalisasi,

masyarakat

perkembangan

tentang

pengetahuan

kesehatan

juga

dan

mulai

teknologi,

berkembang.

Perkembangan pengetahuan masyarakat membuat masyarakat lebih menuntut


pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.

Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya.

Pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting yang dapat


menunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu
dokumentasi keperawatan merupakan bukti akontabilitas tentang apa yang telah
dilakukan oleh seorang perawat kepada pasiennya. Dengan adanya
pendokumentasian yang benar maka bukti secara profesional dan legal dapat
dipertanggung jawabkan

Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan


asuhan keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan
keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan
keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang lengkap.( Hariyati, RT., th
1999)

Saat ini masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang
dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Selain itu banyak pihak menyebutkan
kurangnya dokumentasi juga disebabkan karena banyak yang tidak tahu data apa
saja yang yang harus dimasukkan, dan bagaimana cara mendokumentasi yang
benar.( Hariyati, RT., 2002)

Kondisi tersebut di atas membuat perawat mempunyai potensi yang besar


terhadap proses terjadinya kelalaian pada pelayanan kesehatan pada umumnya
dan pelayanan keperawatan pada khususnya. Selain itu dengan tidak ada kontrol
pendokumentasian yang benar maka pelayanan yang diberikan kepada pasien
akan cenderung kurang baik, dan dapat merugikan pasien

Pendokumentasian asuhan keperawatan yang berlaku di beberapa rumah


sakit di Indonesia umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis.
Pendokumentasian tertulis ini sering membebani perawat karena perawat harus
menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan waktu
banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul adalah biaya
pencetakan form mahal sehingga sering form pendokumentasian tidak tersedia

Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan


yaitu sering hilang. Pendokumentasian yang berupa lembaran-lembaran kertas
maka dokumentasi asuhan keperawatan sering terselip. Selain itu
pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat penyimpanan dan akan
menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu pendokumentasian
tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang penyimpanan
akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi bukti legal jika terjadi
suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada pada posisi yang lemah
dan rentan terhadap gugatan hukum.

Di luar negri kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya

form

pengisian tidak lagi menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah
maju seluruh dokumentasi yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi
asuhan keperawatan telah dimasukkan dalam komputer. Dengan informasi yang
berbasis dengan komputer diharapkan waktu pengisian form tidak terlalu lama,
lebih murah, lebih mudah mencari data yang telah tersimpan dan resiko hilangnya
data dapat dikurangi serta dapat menghemat tempat karena dapat tersimpan
dalam ruang yang kecil yang berukuran 10 cm x 15 cm x 5 cm . Sistem ini sering
dikenal dengan Sistem informasi manjemen.

Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen


dalam organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran
informasi. Sistem Informasi mempunyai komponen- komponen yaitu proses,
prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier,
dan rekanan. (Eko,I. 2001).

Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan
ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses
pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan asuhan keperawatan (Gravea & Cococran,1989)

Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995) system informasi keperawatan


berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, informasi
dan pengetahuan tentang standar dokumentasi , komunikasi, mendukung proses
pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan
baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan
memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan.
Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan
antar komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu

informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu
organisasi.

Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di luar


negri sekitar tahun 1992, di mana pada bulan September 1992, sistem informasi
diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya pada pencatatan
pasien. (Liaw, T.,1993).

Pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem informasi


kesehatan nasional yaitu Informasi kesehatan andal 2010(Reliable Health
Information 2010 ). (Depkes, 2001). Pada Informasi kesehatan andal tersebut telah
direncanakan untuk membangun system informasi di pelayanan kesehatan dalam
hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan di masyarakat, namun
pelaksanaannya belum optimal.

Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga masih sangat
minim di rumah sakit Indonesia. Padahal sistem Informasi manajemen asuhan
keperawatan mempunyai banyak keuntungan jika dilihat dari segi efisien, dan
produktifitas.

Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan data


dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap. Data yang telah disimpan juga
dapat lebih efektive dan dapat menjadi sumber dari penelitian, dapat melihat
kelanjutan dari

edukasi ke pasien, melihat epidemiologi penyakit serta dapat

memperhitungkan biaya dari pelayanan kesehatan.(Liaw,T. 1993).

Selain itu

dokumentasi keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman. Akses untuk


mendapat data yang telah tersimpan dapat dilaksanakan lebih cepat dibandingkan
bila harus mencari lembaran kertas yang bertumpuk di ruang penyimpanan.

Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia, 2003: beberapa
institusi kesehatan yang menerapkan system komputer, setiap perawat dalam
tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30 menit waktu

yang dipakai untuk

dokmuntasi

dalam

keperawatan

dan

meningkat

keakuratan

dokumentasi

keperawatan.

Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputer seyogyanya


mengikuti prinsip-prinsip pendokumentasian, serta sesuai dengan standar
pendokumentasian internasional seperti: ANA, NANDA,NIC (Nursing Interventions
Classification, 2000).

Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung


pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan di keperawatan/Decision
Support System dan Executive Information System.(Eko,I. 2001) Informasi asuhan
keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang berbasis komputer dapat
digunakan

dalam menghitung pemakaian tempat tidur /BOR pasien, angka

nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan sebagainya. Dengan adanya


data yang akurat pada keperawatan maka data ini juga dapat digunakan untuk
informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem Informasi asuhan keperawatan juga
dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara khususnya dan
riset kesehatan pada umumnya.

(Udin,and Martin, 1997)

Sistem Informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya,


namun pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen di Indonesia masih banyak
mengalami kendala. Hal ini mengingat komponen-komponen yang ada dalam
sistem informasi yang dibutuhkan dalam keperawatan masih banyak
kelemahannya.

Kendala SIM yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu harddisk. Pada kondisi tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan
hukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undangundang ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa
lembaran kertas, namun sesuai perkembangan tehnologi, lembaran yang sangat
penting dapat dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD
ROM dapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke
CD ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak
terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.

Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis


komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah.
Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu
struktur organisasi keperawatan di Indonesia, kemampuan sumber daya
keperawatan, sumber dana, proses dan prosedur informasi serta penggunaan dan
pemanfaatan bagi perawat dan tim kesehatan lain.

Bagaimana SIM keperawatan di Indonesia ? Sampai saat ini implementasi


sistem informasi manajemen baik di rumah sakit maupun di masyarakat masih
sangat minim, bahkan masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem
informasi manajemen keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Namun
seiring dengan perkembangan pengetahuan dan ilmu pengetahuan maka beberapa
rumah sakit di Jakarta dan kota lain sudah menerapkan system informasi
keperawatan yang berbasis komputer.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia juga mempunyai kontribusi


dalam pengembangan system informasi keperawatan. Fakultas ilmu keperawatan
telah mempunyai soft-ware system informasi asuhan keperawatan dan system
informasi dalam manajemen untuk manajer perawat. Media ini sangat berguna
dalam menyokong proses pembelajaran yang menyiapkan peserta didik dalam

menyongsong era globalisasi. Dengan mengikuti pembelajaran tersebut peserta


didik diharapkan mampu bersaing , namun tentunya tak cukup hanya dalam proses
proses pembelajaran di kuliah. Peserta didik harus terus belajar agar dapat
mengikuti perkembangan ilmu dan tehnogi keperawatan. Bagaimana dengan anda,
siapkah anda memasuki era tehnologi dan era globalisasi ?
Dunia keperawatan di Indonesia terus berkembang, seiring dengan
meningkatnya strata pendidikan keperawatan di Indonesia, disamping akses
informasi yang sangat cepat di seluruh dunia. Hal itu membawa efek pada
kemajuan yang cukup berarti di keperawatan (Jasun, 2006). Tenaga perawat
sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan
kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang
perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu
dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi.
Keperawatan juga berkewajiban untuk menyediakan pelayanan/asuhan
keperawatan yang didasarkan pada kaedah-kaedah suatu profesi termasuk adanya
bukti pertanggung jawaban melalui sistem informasi yang tepat yang ditunjukkan
oleh sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik. Namun pada
realitanya dilapangan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan
masih bersifar manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat
teknolgi yang memadai, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap
proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Selain itu dalam pelaksanaan
dokumentasi keperawatan, perawat sering mengeluh terhadap dokumentasi yang
memakan waktudan terlalu banyak perawat belum sepenuhnya faham
menuliskannya.
Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan,
maka perlu dibuat suatu mekanisme pendokumentasian yang mudah dan cepat
berkaitan dengan dokumentasi proses keperawatan.
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat
dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan
keperawatan yang lebih baik. Metode pendokumentasian asuhan keperawatan
saat sudah mulai menunjukkan perkembangan, dari yang sebelumnya manual,

bergeser kearah komputerisasi. Metode pendokumentasian tersebut dengan


menggunakan Sistem Informasi Manajemen.
Sistem informasi manajemen berbasis komputer tidak hanya bermanfaat
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, namun juga dapat menjadi
pendukung pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan di
keperawatan/Decision Support System dan Executive Information System (Eko,I.
2001). Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang
berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur
/BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan
sebagainya. Dengan adanya data yang akurat pada keperawatan maka data ini juga
dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem Informasi
asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset
keperawatan secara khususnya dan riset kesehatan pada umumnya.
(Udin,and Martin, 1997). Oleh karena itu system sistem informasi manajemen
berbasis komputer ini sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh manajemen
rumah sakit, dimana aktifitas perawatan dapat termonitor dalam sebuah data base
rumah sakit.
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari sistem informasi yang berbasis
komputer ini ialah system ini sangat praktis karena mampu menyimpan data yang
sangat banyak penuh dalam sebuah kotak kecil / hard disk yang berukuran hanya
15x10x 5 cm. Sistem informasi berbasis komputer juga dirancang untuk mengikuti
era globalisasi sehingga perawat di Indonesia tidak tertinggal dengan perawat yang
diluar negeri.

6. Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer

Pengertian Dokumentasi Keperawatan


Potter (2005) mendefenisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang tercetak
atau tertulis yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu
yang berwenang .

Dokumentasi keperawatan juga merupakan salah satu bentuk upaya membina dan
mempertahankan akontabilitas perawat dan keperawatan (Webster New World
Dictionary dalam Marelli (1996).
Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan juga sebagai salah satu alat ukur
untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan
keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit (Fisbach, 1991).

Tujuan Dokumentasi Keperawatan


Dokumentasi keperawatan yang lengkap adalah prasyarat dalam melaksanakan
perawatan yang baik dan untuk efesiensi dari kerjasama dan komunikasi antar
profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan professional. Dokumentasi
keperawatan yang lengkap dan akurat akan memudahkan disiplin ilmu lain untuk
menggunakan informasi di dalamnya. Dokumentasi diperlukan untuk memudahkan
alur dan koordinasi dalam perawatan pasien ( Brunt/Serangan et al. 1999 dalam
Gapko dawn). Dokumentasi keperawatan yang akurat dan lengkap telah sesuatu
yang penting ketika berhadapan dengan pembayaran dan kwalitas pelayanan.
Griffiths dan Hutchings ( 1999 dalam Gapko dawn yang diakses dari
http://www.hhdev.psu.edu/nurs/).) menuliskan bahwa perawat merasakan bahwa
dokumentasi tertulis mereka tidak dihargai. termasuk komunikasi verbal dengan
profesi lain. karena komunikasi lisan yang tidak tertulis pada dokumentasi juga tidak
dibayar. Alasan yang lain terhadap pentingnya dokumentasi ilmu perawatan yang
akurat dan lengkap adalah berkaitan dengan urusan pengadilan.

Dokumentasi Keperawatan Berbasis


Komputer.
Betulkah perawat adalah sebuah profesi?.. barangkali pertanyaan ini patut kita
ajukan manakala melihat sebagian besar perawat hanya bekerja mengikuti rutinitas
semata. Datang, baca laporan, lihat pasien, memberi obat, ambil sampel
labolatorium, kirim pasien ke radiologi, setelah selesai duduk dan ngobrol sesama
teman. Lebih miris saat perawat tidak tahu kondisi pasiennya ketika ada dokter atau
tim kesehatan lain yang membutuhkan informasi tentang pasien. Atau untuk
mencari informasi tersebut, perawat harus mencari-cari catatan pasiennya.... Kalau
seperti ini kapan perawat akan maju?
Kita sudah sepakat bahwa keperawatan adalah sebuah pelayanan profesional,
artinya ada kaidah yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah bukti fisik pelayanan
keperawatan yang sesuai dengan standar. Bukti fisik ini berbentuk dokumentasi
keperawatan yang juga sekaligus menjadi bukti akuntabilitas perawat terhadap
asuhan yang telah diberikan kepada pasiennya.

Sayang, dokumentasi ini pun sering kali terbengkalai. Sebagian perawat melengkapi
dokumentasi ketika pasien sudah pulang. Atau tidak semua kaidah dokumentasi
dipatuhi sehingga kualitas dokumentasi keperawatan buruk. Hariyati (1999) dalam
penelitian yang berjudul "Hubungan antara pengetahuan aspek hukum dari perawat
dan karakteristik perawat terhadap kualitas dokumentasi keperawatan di RS X"
menyimpulkan bahwa masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa
tindakan yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan dan banyak pihak yang
menyebutkan bahwa kurangnya dokumentasi disebabkan karena tidak tahu apa
yang harus dimasukkan (dicatat) dan bagaimana dokumentasi yang benar.
Kondisi tersebut barangkali dialami oleh sebagian besar perawat. Padahal konsep
tentang mekanisme tanggung jawab dan tanggung gugat dalam keperawatan
sudah termasuk dalam kurikulum pendidikan keperawatan, termasuk ilmu
dokumentasi keperawatan. Disamping itu, dokumentasi keperawatan seringkali
membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyaknya informasi yang harus
ditulis dan adanya pengulangan-pengulangan penulisan informasi yang sama.
Kesulitan tersebut barangkali tidak perlu terjadi saat kita mempunyai solusi dan
menyadari pentingnya dokumentasi keperawatan. Dokumentasi keperawatan
mempunyai makna penting ditinjau dari aspek hukum, kualitas pelayanan,
komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian dan akreditasi (Nursalam, 2008).
Singkatnya, banyak informasi yang bisa didapat dengan melaksanakan
dokumentasi keperawatan yang benar, misalnya data penyakit pasien, angka
morbiditas, angka mortalitas, lama hari rawat (length of stay/LOS), BOR, angka
nosokomial, budget keperawatan dan informasi statistik lainnya yang sangat
bermanfaat bagi manajer keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
profesionalisme keperawatan.
Dewasa ini telah berkembang dokumentasi keperawatan berbasis komputer
(Computer Based Nursing Documentation) yang menjadi pengganti Paper Based
Documentation. Paper based documentation, disamping kelebihannya, mempunyai
banyak kelemahan, diantaranya butuh motivasi yang kuat untuk menulis,
kualitasnya rendah dan banyak keterbatasan (Ammenwerth, at all, 2003).
Sementara dokumentasi keperawatan berbasis komputer mempunyai lebih banyak
keunggulan. (Lyden, 2008) dalam papernya yang berjudul "From Paper to Computer
Documentation : One Easy Step?" menuliskan pengalamannya bahwa dokumentasi
keperawatan berbasis komputer yang diterapkan di ICU dengan nama "The eICU
system" mempunyai beberapa keuntungan diantaranya adalah lebih akurat, komplit
(lengkap), legibel (dapat dipertanggungjawabkan) dan membutuhkan waktu yang
lebih singkat.
Senada dengan Lyden, Menke, at all (2001) dalam penelitian yang berjudul
"Computerized Clinical Documentation System (CDS) in the Pediatric Intensive Care

Unit" mengatakan bahwa dibandingkan dengan paper based documentation, CDS


lebih dapat dipertanggungjawabkan (legibel), lebih lengkap (komplit) dan
memerlukan waktu yang lebih singkat. Disamping itu juga memperbanyak waktu
untuk merawat pasien, menurunkan "medical errors", meningkatkan kualitas
dokumentasi dan meningkatkan kesinambungan pelayanan.
Tentunya dokumentasi keperawatan berbasis komputer juga mempunyai
kelemahan, diantaranya adalah kemampuan perawat dalam melaksanakan proses
keperawatan dan keterampilan perawat menggunakan komputer (Ammenthwerth,
at all, 2003).
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer telah berkembang di beberapa
negara seperti australia dan amerika. Beberapa rumah sakit di Jakarta dan kotakota lainnya juga telah menerapkan dokumentasi keperawatan yang termasuk ke
dalam sistem informasi keperawatan berbasis komputer. RS Banyumas contohnya,
aplikasi sistem informasi keperawatan telah berdampak positif berupa
meningkatnya penghargaan terhadap perawat. Tentunya ini adalah sebuah prestasi
yang membanggakan sekaligus meningkatkan prestise (citra) perawat di mata
profesi lain.
Pengertian Computerized nursing documentation adalah suatu modul keperawatan
yang dikombinasikan dengan sistem komputer rumah sakit ke staf perawat.Dengan
sistem yang terkomputerisasi ini perawat dapat melakukan akses ke laboratorium,
radiologi, fisioterapi, dan disiplin yang lain, seperti ahli gizi, fisioterapi, dan disiplin
ilmu lain seperti ahli gizi, fisioterapis, occupational therapies. Pemikiran tentang
dokumentasi keperawatan yang terkomputerisasi di buat dalam rangka
memudahkan dan mempercepat pendoukmentasian asuhan keperawatan yang
dibuat. Dengan sistem ini perawat lebih dapat menghemat waktu dan perawat akan
lebih sering berada di samping pasien. Dengan dokumentasi yang terkomputerisasi
ini pencatatan dapat dilakukan akurat dan lengkap,( Gapko dawn yang diakses dari
http://www.hhdev.psu.edu/ nurs/) .
Pendokumentasian keperawatan yang tertulis (paper-based documentation) saat ini
dilaporkan mutunya sangat rendah dan ini juga berdampak terhadap penerimaan
publik termasuk profesi kesehatan yang lain terhadap profesinalisasi keperawatan
di Indonesia. Menurut Griffiths dan Hutchings (1999 dalam Gapko Dawn yang
diakses dari http://www.hhdev.psu.edu/nurs/), perawat yang menyatakan alasan
terhadap dokumentasi yang kurang akurat dan kurang lengkap dihubungkan
dengan permasalahan seperti kekurangan staf, sensus yang tinggi, lembur kerja,
dan juga kurangya pengetahuan tentang apa yang dituliskan dalam dokumentasi.

Manfaat Dokumentasi keperawatan yang


terkomputerisasi

Suatu studi idiselenggarakan di University Medical Center Heidelberg selama 18


bulan. Hasil dari studi menunjukkan adanya suatu peningkatan yang penting
tentang kwantitas dan kwalitas dokumentasi. Aspek positif meliputi kelengkapan
dari dokumentasi keperawatan, Aspek yang formal dan peningkatan kwalitas
hubungan antar perawat. Aspek yang negatif adalah berkaitan dengan contens dari
rencana keperawatan (Cornelia,et all ,2007).
Electronik health Record dilaporkan memiliki manfaat sebagai berikut

Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan,

Tidak perlu gudang yang besar dalam penyimpanan arsip

Penyimpanan data (Record) pasien menjadi lebih lama

EHR yang dirancang dengan baik akan mendukung ototnomi yang dapat
dipertanggung jawabkan

Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu


dalam pengambilan keputusan yang cepat

Meningkatkan produktivitas bekerja

Mengurangi kesalahan dalam menginterprestasikan pencatatan. (Gurley L,


Advantages and Disadvantages of the Electronic Medical Record , diakses
dari http://www.aameda.org/memberservices/Exec/Articles/pada tanggal 13
maret 2008

Sedangkan menurut Holmas (2003, dalam Sitorus 2006) terdapat beberapa


keuntungan utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu:

Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah dan
cepat diketahui

Kualitas, meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan


waktu perawat berfokus pada pemberian asuhan

You might also like