Professional Documents
Culture Documents
terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam,
kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video,
membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA terbaru bahkan memiliki
tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak,
HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses
internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan
terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch
screen.7)
Perusahaan Apple Computer-lah yang pertama kali mengenalkan PDA model Newton
MessagePad di tahun1993. Setelah itu kemudian muncul beragam perusahaan yang menawarkan
produk serupa seperti yang terpopuler adalah PalmOne (Palm) yang mengeluarkan seri Palm
Pilots from Palm, Inc dan Microsoft Pocket PC (Microsoft). Palm menggunakan Palm Operating
System (OS) dan melibatkan beberapa perusahaan seperti Handspring, Sony, and TRG dalam
produksinya . Microsoft Pocket PC lebih banyak menggunakan MS produk, yang banyak
diproduksi oleh Compaq/Hewlett-Packard and Casio. 9) Bahkan saat ini juga telah muncul Linux
PDA, dan smart phone. Coba klik : http://www.mobiletechreview.com/. Di masa yang akan
datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance
(PDA). Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses
data pasien serta informasi perawatan terakhir. Aplikasi klinis yang banyak digunakan selama
ini adalah referensi tentang obat/drug reference.
Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA
semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data
pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat
medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di
mana pun kapan pun, dengan bandwidth ponsel yang diperluas atau jaringan institusional
internet nirkabel kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien atau
gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset,
demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Meski demikian, PDA tidak akan dapat
menggantikan komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan memberikan kemudahan
tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana saja.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat mengakses secara cepat
informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV
fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data
dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan
intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan; PDA dapat menyimpan
daftar nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk program
pembelajaran keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat. Apabila
pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat mutahir dapat
diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien
(telenursing). PDA dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang berguna untuk
kepentingan riset dalam bidang keperawatan. Sudah selayaknya institusi pendidikan keperawatan
sebaiknya memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya, untuk mulai mengaplikasikan
touch over tech (sentuhan tehnologi dalam bidang keperawatan). Sehingga saat si perawat
tersebut telah lulus, mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas,
mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien,
dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat. Sebagian besar perawat secara umum masih
gaptek tehnologi, termasuk PDA. Kita bisa memulai bergabung dengan grup penggermar PDA
dan masuk dalam kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter, membuka
website tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah terbiasa
menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti agenda harian, organizer,
mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri. Namun
sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan,
agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di
negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari
institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi
belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa
di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat
langsung akses browser internet.
Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang
Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai organizer, dan smart
phone dapat membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap kegiatan
rapat, pengambilan keputusan, penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses
segera melalui PDA. Setiap data yang ada di RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa riset
keperawatan, masukkan untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi
informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network (jaringan
keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan program kesehatan
secara online tanpa mengenal batas geografis.
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan bersinggungan
dan berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan
keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak berkembang pesat.
Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di ruang rawat semisal medikal pada pasien
jantung koroner/MI, yang dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data
base pasien, dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan
dimonitor melalui komputer menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui. Hingga ada
saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi beban kerja perawat, dan
meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat
minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan faktor
penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika
khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum
terintegrasinya sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam parktek keperawatan di klinik.
Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan
institusi pelyanan kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen
berbasis IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa menyulitkan dan
membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program tersebut. Namun setelah terbiasa
terasa sangat membantu perawat sehingga mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan
keperawatan. Seperti contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs
pasien (dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke
komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu diisikan, sekarang
cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan keperawatan)
Perangkat aplikasi adalah program praktis yang digunakan untuk membantu pelaksanaan
tugas yang spesifik seperti menulis, membuat lembar kerja, membuat presentasi, mengelola
database dan lain sebagainya.
Rekam medis berbasis komputer adalah penggunaan database untuk mencatat semua data
medis, demografis serta setiap event dalam manajemen pasien di rumah sakit
Tujuan pengembangan sistem informasi ini tak lain adalah untuk :
1. Mengembangkan dan memperbaiki sistem yang telah ada sehingga memberikan suatu nilaitambah
bagi manajemen
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam rangka pengelolaan rumah sakit
3.
Memberikan dasar pengawasan bagi manajemen yang kuat dalam bentuk suatu struktur
pengendalian intern didalam sistem yang dikembangkan.
instalasi farmasi di rumah sakit dalam mempercepat proses inventori. penggunaan barcode juga
dapat digunakan sebagai penanda unik pada kartu dan rekam medis pasien.
4. RFID (radio frequency identifier)
Teknologi penanda unik yang sekarang semakin populer adalah RFID (radio frequency
identifier) yang memungkinkan pengidentifikasikan identitas melalui radio frekuensi. Jika
menggunakan barcode, rumah sakit masih memerlukan barcode reader, maka penggunaan RFID
akan mengeliminasi penggunaan alat tersebut. Setiap barang (misalnya obat ataupun berkas
rekam medis) yang disertai dengan RFID akan mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam
database komputer. Sehingga pengidentifikasian akan berjalan secara otomatis.
5. Teknologi nirkabel
Pemanfaatan jaringan computer dalam dunia medis sebenarnya sudah dirintis sejak hampir 40
tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital dan Walter Reed Army
Hospital mengembangkan local area network (LAN) yang memungkinkan pengguna dapat log
on ke berbagai komputer dari satu terminal di nursing station. Saat itu, media yang digunakan
masih berupa kabel koaxial. Saat ini, jaringan nir kabel menjadi primadona karena pengguna
tetap tersambung ke dalam jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan
nir kabel, dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggun
mobilitasnya.
pengetahuan yang diperlukan yang semuanya ada di materi pembelajaran. Sesuai dengan yang
dikemukakan Suroso ( dalam DeAmicis, 1997; Harrington & Walker, 2003; Rouse, 1999),
Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu pengambilan
keputusan secara cepat.
Menghimpun berbagai data klinis pasien tentang hasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat
diagnosisi (EKG, radiologi, dll), konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi
klinis.
Catatan yang siap sedia. Rekam medis pasien telah siap sedia untuk digunakan dan waktu untuk
mengambilnya sedikit.
Megurangi dokumentasi yang berlebihan
Mencetak instruksi pemulangan
Ketersediaan data
Mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat.
Mempermudah penetapan biaya.
Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan
mengembangkan sistem informasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peran teknologi informasi kini telah mencakup hampir di semua bidang ilmu,
tidak terkecuali di bidang ilmu kedokteran. Saat ini perkembangan dunia teknologi
sangat berkembang pesat terutama dalam dunia IT (Informatic Technology).
Perkembangan dunia IT berimbas pada perkembangan berbagai macam aspek
kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan dunia IT
adalah kesehatan.
Dewasa ini dunia kesehatan modern telah memanfaatkan perkembangan
teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan.
Diharapkan dengan berkembangnya teknologi di bidang kedokteran dan kesehatan
serta semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi (ICT), akses untuk
masyarakat
umum
mendapatkan
informasi
menjadi
sangat
terbuka
luas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian TI dalam Dunia Medis
Sebelum mengetahui apa pengertian TI dalam dunia medis ada baiknya terlebih
dahulu kita mengetahu pengertian TI secara umum. Berikut ini adalah pengertian TI
oleh beberapa ahli.
1. Haag dan Keen (1996)
TI adalah seperangkat alat yg membantu anda bekerja dengan informasi dan
melakukan tugas tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi.
2.
Martin (1999)
TI tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (software & hardware) yang
digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga teknologi
komunikasi untuk mengirimkan informasi.
3.
Williams & Sawyer (2003)
TI adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan dan jalur
komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.
Dari pendapat para ahli diatas kami menyimpulkan bahwa TI dalam dunia medis
adalah teknologi informasi dan komunikasi yang diaplikasikan dalam dunia medis
yang berhubungan dengan juru medis, pasien dan karyawan. Sebagai contoh sistem
informasi digunakan untuk mencatat rekaman medis pasien secara elektronik.
Manfaat perkembangan TI dalam dunia medis terutama di rumah sakit yaitu :
a. Memudahkan penyebaran informasi & koordinasi bagi paramedis.
b. Melepaskan dimensi ruang & waktu bagi paramedis.
c. Memudahkan monitoring pasien secara on-line.
2.2 Aplikasi Perkembangan TI dalam dunia medis
Saat ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat terutama
dalam dunia IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia IT berimbas pada
perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang
terkena efek perkembangan dunia IT adalah kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan
modern telah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi
serta efektivitas di dunia kesehatan.
Aplikasi TI dalam dunia kesehatan yaitu :
1. CT scan
2. USG
3. Sensor Untuk Alat Pendeteksi Golongan Darah
4. PDA
5. Smartcard Kesehatan
6. Video Conference
7. Penyimpanan gambar / image atau hasil sensor / telemetri
8. Monitor jarak jauh untuk pasien di ICU.
2.2.1 CT Scan (Computer Tomography Scanning)
Ketepatan suatu diagnosa akan sangat membantu dalam penanganan terapi
suatu penyakit, oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas yang dapat menunjang
radang
otak,
hydrocephalus
dan
kelainan-kelainan
congenital.
B. Pemeriksaan bagian lain kepala di luar otak
Bagian-bagian lain diluar otak yang dapat diperiksa
dengan CT Scan adalah Orbita, Nasopharynx, dan Larynx.
C. Pemeriksaan pada abdomen baik atas maupun bawah
Dengan CT Scan dapat dilihat penyakit-penyakit yang ada
di organ intraabdominal maupun yang ada di retroperitoneal:
Pada hepar dapat dilihat tumor hepar, radang hepar,
dan kelainan pada sistem billier dan kista.
Pada pancreas dapat dilihat tumor pancreas, radang
pancreas dan cysta pancreas
Pada limpa dapat dilihat tumor limpa dan kista limpa
Pada usus dapat dilihat tumor usus
Pada ginjal dapat dilihat tumor ginjal dan batu ginjal
Pada kandung kemih dapat dilihat tumor dan batu
Pada uterus dapat dilihat tumor
Rekonstruksi
Bagian terakhir dari CT Scanner adalah rekonstruksi. Banyak metode yang
dapat digunakan untuk merekonstruksi gambar tomografi, mulai dari
projection sampai konvolusi.
Metode back projection banyak digunakan dalam bidang kedokteran.
back
ini
menggunakan pembagian pixel-pixel yang kecil dari suatu irisan melintang. Pixel
didasarkan pada nilai absorbsi linier. Kemudian pixel-pixel ini disusun menjadi
sebuah profil dan terbentuklah sebuah matrik. Rekonstruksi dilakukan dengan jalan
saling menambah antar elemen matrik.
Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih baik, maka digunakan
metode konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat dinyatakan dalam
bentuk matematik yaitu transformasi Fourier. Dengan menggunakan konvolusi dan
transformasi Fourier, maka bayangan radiologi dapat dimanipulasi dan dikoreksi
sehingga dihasilkan gambar yang lebih baik.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami pengurangan
intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan
intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam
bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis
bahan dan energi radiasi yang dipancarkan. Dalam CT scan, untuk menghasilkan
citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang
obyek dari berbagai sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh detektor untuk
kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian diolah
menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu metode yang
disebut sebagai rekonstruksi.
Proses pengumpulan data intensitas radiasi terusan pada bidang irisan obyek
untuk berbagai sudut dinamakan scanning atau pemayaran. Terdapat berbagai
macam cara pemayaran, bergantung pada "generasi" CT scan yang digunakan.
Istilah "generasi" menggambarkan tipe komersial yang tersedia yang mengacu
pada perbedaan geometris gerak pemayaran, waktu pemayaran, bentuk berkas
radiasi perunut, dan sistem detektor yang berbeda-beda antara satu generasi dan
generasi lain. Untuk lebih jelasnya, skema dasar CT scan dapat dilihat pada Gambar
1 untuk CT scan generasi ke-2. Walaupun terdapat perbedaan antara berbagai
"generasi", secara umum CT scan terdir atas empat bagian pokok, yaitu sumber
radiasi, sistem deteksi, manipulator mekanis, dan
Fungsi sumber radiasi adalah menghasilkan radiasi, sumber ini dapat berupa
generator sinar X atau radioisotop yang menghasilkan radiasi X. Sistem deteksi
ditentukan berdasarkan jenis radiasi yang digunakan, salah satu contoh detektor
yang biasa digunakan dalam CT scan salah adalah kristal natrium iodida yang
"dikotori" dengan talium (kristal NaI(Tl). Manipulator mekanis yang digunakan
berfungsi
menentukan
geometris
gerak
pemayaran
yang
bergantung
pada
elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam
bentuk gambar.
2.Monitor
Monitor yang digunakan dalam USG.
3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah
data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG
sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU
pada PC.
Cara USG Merubah Gelombang Menjadi Gambar
Pada dasarnya tubuh manusia, 75% adalah molekul air, dimana atom
hidrogen adalah salah satu komponen penyusun molekul air. Karena tiap atom
hidrogen secara alami berputar (spinning), sehingga menghasilkan momen magnet
yang dapat dibayangkan seperti batang magnet yang kecil. Tetapi karena orientasi
yang acak, sehingga total dari momen magnet tersebut tidak menghasilkan
informasi yang dapat dimanfaatkan. Dalam medan magnet yang relative kuat, kirakira lebih dari 20 ribu kali dari kuat medan magnet bumi, momen magnet tiap atom
hidrogen dapat dibuat sejajar dengan arah medan magnet yang digunakan. Untuk
membuat suatu citra jaringan sel yang diinginkan, pulsa dalam radio frequency (RF)
ditrasmisikan dari antena khusus, untuk memaksa orientasi momen magnet yang
telah sejajar berubah dari posisi awal. Kemudian setelah pengaruh pulsa (RF)
hilang, orientasi momen magnet dari atom hidrogen berbondong- bondong kembali
ke posisi awal (sejajar dengan medan magnet), sambil meng-emisi-kan sinyal radio
yang lemah pada frequency tertentu. Kemudian dengan coil, sinyal radio itu
dideteksi dan dianalisa serta diolah dengan komputer digital untuk menghasilkan
suatu citra.
2.2.3 Sensor untuk Alat Pendeteksi Golongan Darah
Prinsip kerja dari sensor ini memanfaatkan komponen opto elektronik yaitu
LED dan LDR. Dimana LED berfungsi sebagai sumber cahaya yang menyinari test
area yang kemudian akan diterima oleh LDR.. Dan LDR yang berfungsi sebagai
receiver mendeteksi intensitas cahaya yang mengalami absorbansi oleh darah
melalui test area.
2.2.4 PDA
Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang
sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah
teknologi PDA ( personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan
kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA).
Perawat, dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta
informasi perawatan terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah
alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain
sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA
memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses,
mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan,
sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA memiliki kelebihan hanya
menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7). Bahkan sebuah PDA
dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA semacam ini
memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data
pasien
guna
mengakses
rekam
medis
mereka,
seperti
obat
yang
tengah
pasien,
membuat
grafik/table,
mengefisiensikan
data
dan
berguna
untuk
program
pembelajaran
keperawatan;
meningkatkan
menonjolkan
peran
tatap
muka
hubungan
interaksi
perawat-pasien
(telenursing). PDA dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang
berguna untuk kepentingan riset dalam bidang keperawatan.
2.2.5 SmartCard Kesehatan
Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan, dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada
pasien pada sarana pelayanan pasien. Dalam meningkatkan pelayanan pasien
sistem smartcard adalah salah satu aplikasi yang dapat digunakan karena
kemudahan pengaksesan data, keamanan penyimpanan data, perlindungan data
dari pihak-pihak yang tidak berwenang, serta mengurangi waktu pasien dalam
menyelesaikan masalah administrasi di rumah sakit.
Hasil yang diperoleh mampu meningkatkan pelayananan rekam medis untuk sistem
antrian, tingkat kerahasiaan rekam medis lebih terjamin dibandingkan sistem
manual dengan penggunaan autentifikasi dan verifikasi kartu secara login password
pasien, admin, dan dokter, sistem keamanan jaringan menggunakan Linux
menjamin sekuritas terhadap akses data rekam medis yang berhak saja, serta
sistem mampu dikembangkan secara online.
melihat
gambar
ada
baiknya
dilanjutkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan makalah kami di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. TI dalam dunia medis adalah teknologi informasi dan komunikasi yang
diaplikasikan dalam dunia medis yang berhubungan dengan juru medis, pasien dan
karyawan.
2. Aplikasi TI dalam dunia kesehatan yaitu :
CT scann
USG
Sensor Untuk Alat Pendeteksi Golongan Darah
PDA
Smartcard Kesehatan
Video Conference
Penyimpanan gambar / image atau hasil sensor / telemetri
Monitor jarak jauh untuk pasien di ICU.
3. Kelebihan aplikasi TI dalam dunia medis
Karena menggunakan system digital maka alat-alat TI pada dunia medis ini
dapat mengidentifikasi penyakit yang sulit dideteksi secara manual, mengetahui
data-data yang berhubungan dengan pasien dengan mudah tanpa harus mencaricari kembali arsip.
4.Kekurangan aplikasi TI dalam dunia medis
Pengambilan gambar dengan sinar X dapat menimbulkan penyakit kanker.
Karena
praktikal.
Manajer-manajer perawat perlu mengenal komputer, yang mencakup mengenal
istilah umum yang digunakan komputer. Pada masa depan dapat diharapkan bahwa
semua pekerjaan perawat akan dipengaruhi oleh komputer, dan beberapa posisi
baru akan dikembangkan bagi perawat-perawat di bidang komputer.
C. Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK)
Sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK) merupakan paket perangkat
lunak yang dikembangkan secara khusus untuk divisi pelayanan keperawatan. Paket
perangkat lunak ini mempunyai program-program atau modul-modul yang dapat
membentuk berbagai fungsi manajemen keperawatan. Kebanyakan SIMK
mempunyai modul-modul untuk :
1. Mengklasifikasikan pasien
2. Pambentukan saraf
3. Penjadwalan
4. Catatan personal
5. Laporan bertahap
6. Pengembangan anggaran
7. Alokasi sumber dan pengendalian biaya
8. Analisa kelompok diagnosa yang berhubungan
9. Pengendalian mutu
10. Catatan pengembangan staf
11. Model dan simulasi untuk pengembilan keputusan
12. Rencana strategi
13. Rencana permintaan jangka pendek dan rencana kerja
14. Evolusi program
Modul SIMK untuk klasifikasi pasien, pengaturan staf, catatan personal, dan laporan
bertahap sering berhubungan. Pasien diklasifikasikan menurut kriterianya. Informasi
klasifikasi pasien dihitung berdasarkan formula beban kerja. Juga susunan pegawai
yang dibutuhkan dan susunan pegawai yang sebenarnya dapat dibuat.
SIMK dan komputer dapat membuat perawatan pasien lebih efektif dan ekonomis.
Perawat-perawat klinis menggunakannya untuk mengatur perawatan pasien,
termasuk di dalamnya sejarah pasien, rencana perawatan, pemantauan psikologis
dan tidak langsung, catatan kemajuan perawatan dan peta kemajuan. Hal ini dapat
dilakukan di semua kantor/ruang perawat.
Perawat-perawat klinis dapat menggunakan SIMK untuk mengganti sistem manual
pada pencatatan data. Hal ini dapat mengurangi biaya sekaligus memungkinkan
peningkatan kualitas dari perawatan. Dengan sistem informasi usia, manajer
perawat dapat merencanakan karier untuk mereka sendiri dan perawat klinis
mereka. Karier baru di SIMK mungkin satu jawaban untuk perawat.
D. Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Model dalam Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
1) Metode Kasus
2) Metode Fungsional
3) Metode Perawatan Tim
4) Metode Perawatan Primer
5) Metode Keperawatan Modular
6) Metode Manajemen Kasus
2. Issue-issue dalam Manajemen Asuhan Keperawatan
Ada banyak issue-issue yang berkembang dalam manajemen asuhan keperawatan
dimasa yang akan datang, beberapa diantaranya adalah :
1) Robotik
Robot akan membnatu perawat dalam menjelaskan beberapa tugas. Hal yang
paling praktis dengan menggunakan robot yaitu penggunaan kartu elektronik,
dimana digunakan untuk penyimpanan dan transpor obat-obatan, kain-kain dan
persediaan-persediaan lain. Contoh lain yaitu tangan robot yang dapat digunakan
untuk mengangkat yang berat. Kemungkinan aplikasi dimasa yang akan datang
termasuk prosedur-prosedur yang tidak dapat untuk dibentuk seperti mata, otak,
atau perbedaan tulang belakang atau prosedur dimana kontak secara langsung
merupakan kontra indikasi untuk bahaya kesehatan. Seperti seorang pasien dengan
tidak ada sistem kekebalan.
2) Komunikasi Suara
Komunikasi suara akan membantu perawat untuk berbicara dengan komputer
mereka. Keyboard dan pembaca bar code tidak akan dibutuhkan untuk
memasukkan atau mendapatkan kembali informasi komputer akan diminta untuk
menampilkan informasi atau untuk mencatatnya dengan perintah suara.
3) Sistem Ahli dan Inteligensia Buatan
Kecenderungan masa depan lainnya adalah sistem ahli dan inteligensia buatan.
Manajer perawat mempunyai akses ke kuantitas informasi yang besar yang
memungkinkan mebantu mereka dalam membuat keputusan setiap hari. Dengan
sistem ahli, manajer perawat dapat mengidentifikasi situasi manajemen, kriteria
pendefinisian masalah, dan tujuan dari penanganan situasi. Manajer perawat
kemudian mengevaluasi alternatif dan membuat keputusan.
Sistem ahli membuat kode pengetahuan yang relevan dan pengalaman dari ahli-ahli
dan untuk memungkinkannya ada pada orang yang kurang berpengetahuan dan
kurang berpengalaman. Suatu contoh dimana diperlukannya pengetahuan dan
pengalaman total dari spesialis perawat klinis dibidang keperawatan ilmu neurologi,
hal ini kemudian dikodekan dalam program komputer, dan dimungkinkannya ada
untuk perawat melaksanakan klinis di area ilmu neurologi. Mereka akan
mengkonsultasikannya untuk memecahkan masalah asuhan keperawatan.
3. Sistem Klasifikasi Pasien
Dalam menentukan kebutuhan tenaga di ruang rawat, perawat perlu memantau
klasifikasi klien. Sistem klasifikasi pasien adalah pengelompokan pasien
berdasarkan kebutuhan perawatan yang secara klinis dapat diobservasikan oleh
perawat. Pada dasarnya sistem klasifikasi pasien ini mengelompokkan pasien sesuai
dengan ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk memberi asuhan keperawatan yang dibutuhkan.
Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk
mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang
dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien
adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan
menentukan nilai produktivitas.
Sistem klasifikasi pasien oleh Swanburg (1999) adalah sebagai berikut :
1) Kategori I : Self care
Biasanya membutuhkan waktu : 2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24
jam.
2) Kategori II : Minimal care
Biasanya membutuhkan 3 4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24 jam.
3) Kategori III : Moderate care atau Intermediate care
Biasanya membutuhkan 5 6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam/24 jam.
4) Kategori IV : Extensive care atau Modified Intensive care
Biasanya membutuhkan 7 8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam/24 jam.
5) Kategori V : Intensive care
Biasanya membutuhkan 10 14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24 jam.
4. Jenis kegiatan dalam asuhan keperawatan
Beban kerja seorang perawat pelaksana juga ditentukan oleh jenis kegiatan yang
harus dilakukannya. Dalam memberikan pelayanan keperawatan Gillies (1994) ada
tiga jenis bentuk kegiatan yaitu:
1) Kegiatan perawatan langsung
Adalah aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara
khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis dan spiritual pasien. Kebutuhan ini
meliputi: komunikasi, pemberian obat, pemberian makan dan minum, kebersihan
diri, serah terima pasien dan prosedur tindakan, seperti: mengukur tanda vital
merawat luka, persiapan operasi, melaksanakan observasi, memasang dan
observasi infus, memberikan dan mengontrol pemasangan oksigen.
2) Kegiatan perawatan tidak langsung
Adalah kegiatan tidak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan untuk menyusun
rencana perawatan, menyiapkan/memasang alat, melakukan konsultasi dengan
anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan/perawatan, melaporkan
kondisi pasien, melaksanakan tindak lanjut dan melakukan koordinasi.
3) Kegiatan pengajaran/penyuluhan
Adalah kegiatan penyuluhan kesehatan yang diberikan pada pasien dan bersifat
individual. Hal ini dimaksudkan agar materi pengajaran/penyuluhan sesuai dengan
diagnosa, pengobatan yang ditetapkan, dan keadaan pola hidup pasien. Umumnya
pasien memerlukan arahan yang meliputi tingkat aktivitas, pengobatan serta tindak
lanjut perawatan dan dukungan masyarakat/keluarga.
baik pada Puskesmas dalam melayani masyarakat. Dalam waktu kurang lebih
setahun semenjak itu, Simpus berbasis web telah digunakan oleh beberapa
Puskesmas.
Simpus merekam data rekam medis pasien-pasien yang berkunjung di
Puskesmas. Tidak hanya itu, Simpus juga membantu Puskesmas dalam menyusun
laporan-laporan rutin bulanan, baik untuk keperluan internal Puskesmas, ataupun
untuk pelaporan ke Dinas Kesehatan.
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian utama kami dalam
mengembangkan Simpus berbasis web ini:
1. Kemudahan dalam pengoperasian. Dari pengalaman sejauh ini, dengan
pelatihan dua hari, yang dilakukan selepas jam kerja Puskesmas, kebanyakan
pengguna sudah memahami alur Simpus dan cara menggunakannya.
2. Kecepatan proses pengisian data. Sudah sejak lama kami menyadari bahwa
pengisian data melalui tampilan berbasis web cenderung lebih lama, bila
dibandingkan dengan pengisian data melalui tampilan aplikasi desktop. Kami
berupaya meminimalkan waktu pengisian data dengan menyederhanakan
alur, tanpa mengurangi kelengkapan data yang diisikan. Pengisian data pada
semua titik (ruang pendaftaran, ruang pelayanan medis, dll) secara rata-rata
dilakukan dalam waktu 1-2 menit.
3. Dukungan bantuan kepada pengguna. Kami menyadari bahwa belum banyak
petugas Puskesmas yang terbiasa dengan penggunaan aplikasi berbasis web.
Proses pembiasaan tentu saja akan membutuhkan waktu, dan dalam proses
tersebut mungkin akan ada kendala-kendala yang dijumpai. Dengan
dukungan dari petugas setempat, kami selalu berupaya memberikan bantuan
untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.
Saat ini, Puskesmas yang telah menggunakan Simpus kami adalah:
Terbangunnya suatu perangkat lunak yang dapat digunakan dengan mudah oleh
puskesmas, dengan persyaratan yang seminimal mungkin dari segi perangkat keras
maupun dari segi sumber daya manusia yang akan menggunakan perangkat lunak
tersebut.
Terbangunnya
suatu
sistem
database
untuk
tingkat
kabupaten,
dengan
Terjaganya data informasi dari puskesmas dan Dinas Kesehatan sehingga dapat
dilakukan analisa dan evaluasi untuk berbagai macam penelitian.
Banyak puskesmas yang hanya memiliki satu atau dua komputer, dan biasanya
untuk pemakaian sehari-hari di puskesmas sudah kurang mencukupi. Sudah mulai
banyak pelaporan-pelaporan yang harus ditulis dengan komputer. Komputer lebih
berfungsi sebagai pengganti mesin ketik semata. Selain itu kendala dari sisi sumber
daya listrik juga sering menjadi masalah. Puskesmas di daerah-daerah tertentu
sudah biasa menjalani pemadaman listrik rutin sehingga pengoperasian komputer
menjadi terganggu. Dari segi keamanan, banyak gedung puskesmas yang kurang
aman, sering terjadi puskesmas kehilangan perangkat komputer.
2. Kendala di bidang Manajemen
Masih jarang sekali ditemukan satu orang staf atau petugas atau bahkan unit kerja
yang khusus menangani bidang data/komputerisasi. Hal ini dapat dijumpai dari
tingkat puskesmas ataupun tingkat dinas kesehatan di kabupaten/kota. Pada kondisi
seperti ini nantinya akan menjadi masalah untuk menentukan siapa yang
bertanggung jawab atas data-data yang akan ada, baik dari segi pengolahan dan
pemeliharaan data, maupun dari segi koordinasi antar bagian.
3. Kendala di bidang Sumber Daya Manusia
Kendala di bidang SDM ini yang paling sering ditemui di puskesmas. Banyak staf
puskesmas yang belum maksimal dalam mengoperasikan komputer. Biasanya
kemampuan operasional komputer didapat secara belajar mandiri, sehingga tidak
maksimal. Belum lagi dengan pemakaian komputer oleh staf yang kadang-kadang
tidak pada fungsi yang sebenarnya.
APLIKASI SIMPUS
Dengan
melihat
berbagai
tujuan
dan
berbagai
kendala
diatas,
SIMPUS
adalah
program
aplikasi
yang
dikembangkan
khusus
dari
SIMPUS adalah aplikasi yang bersifat single user atau hanya dapat diaplikasikan
hanya oleh satu orang pada saat itu. SIMPUS bukan aplikasi multi user yang
memungkinkan satu database diolah bersama-sama oleh beberapa staf, dari
beberapa ruang pelayanan yang ada di puskesmas.
Dengan luasnya lingkup pekerjaan di puskesmas, maka SIMPUS nantinya akan
dikembangkan secara modular, atau terpisah antara program kerja yang satu
dengan program kerja yang lain.
Beberapa hal mengenai SIMPUS antara lain :
Menggunakan Sistem Operasi Windows, menampilkan tampilan secara grafis dan
mudah digunakan. Untuk proses keluaran data bahkan hampir semua tampilan bisa
di akses dengan menggunakan tetikus (mouse).
Menyimpan informasi riwayat kunjungan dari pasien dengan akurat. Penomoran Index
yang tepat dan benar akan lebih mempermudah dalam proses pencarian data
pasien tertentu.
Input data yang cepat, dengan sumber data dari kartu registrasi pasien. Desain
masukkan data yang dikembangkan dengan mengacu pada pengalaman di
puskesmas menjadi pertimbangan utama untuk membuat proses entry harus cepat.
Dalam kondisi normal hanya butuh waktu dibawah 1 menit untuk memasukkan satu
data pasien.
Dapat menampilkan rekapitulasi data pasien dan obat, serta membuat pelaporan LB1
dan LPLPO dengan cepat. Periode keluaran data dapat ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan, dari data harian, periode harian, mingguan, bulanan atau tahunan.
Dapat menampilkan data 10 Besar / 20 Besar penyakit dengan cepat.
Menampilkan data-data keluaran secara tabel maupun secara grafik dengan cepat.
Dapat digunakan untuk melakukan filter data kunjungan dengan cepat dan mudah,
sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
METODOLOGI PENGEMBANGAN
Langkah-langkah
pengembangan
dapat
berupa
program
pra-
Evaluasi, dilakukan untuk mencari masukkan dan juga memberi masukkan kepada
semua pihak yang terkait dalam pengembangan SIMPUS.
BIAYA PENGEMBANGAN
Biaya pengembangan sistem informasi tergantung dari banyaknya puskesmas di
tingkat kabupaten beserta kelengkapan fasilitas dari program aplikasi untuk tingkat
kabupaten.
Harga program SIMPUS sebesar Rp. 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).
Harga belum termasuk pembuatan peta wilayah untuk puskesmas. Harga dasar bisa
berubah tergantung dari lokasi puskesmas.
Harga program SIM Dinkes sebesar Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), harga
termasuk pembuatan gambar peta wilayah untuk pengembangan program sampai
fungsi pemetaan penyakit.
Untuk pelatihan petugas operator program SIMPUS, biaya per puskesmas adalah Rp.
1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) untuk Simpus Single User, Rp.
2.000.000,00 (dua juta rupiah) untuk Simpus Web based. Setiap puskesmas dapat
mengirimkan dua calon operator.
Harga belum termasuk transportasi Yogyakarta-daerah tujuan, akomodasi, penginapan
beserta Lumpsum untuk trainer sebesar Rp. 750.000,00 (Pulau Jawa) atau Rp. 1
500.000,00 (Luar Pulau Jawa) per hari.
Apabila dikehendaki, dapat dilakukan kunjungan untuk evaluasi dan supervisi per
puskesmas, dengan menambah biaya transportasi, akomodasi dan lumpsum.
Perkiraan harga komputer dan printer dengan spesifikasi yang layak untuk digunakan
software SIMPUS : Rp. 3 500 000,00 Rp. 4 500 000,00
SPESIFIKASI KOMPUTER SIMPUS
Spesifikasi minimal komputer yang digunakan untuk menjalankan Program SIMPUS
dengan baik :
Prosesor : Pentium III atau di atasnya
A. Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai
sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan
B. 3. Teknologi nirkabel
Pemanfaatan jaringan computer dalam dunia medis sebenarnya sudah dirintis sejak
hampir 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital
dan Walter Reed Army Hospital mengembangkan local area network (LAN) yang
memungkinkan pengguna dapat log on ke berbagai komputer dari satu terminal di
nursing station. Saat itu, media yang digunakan masih berupa kabel koaxial. Saat
ini, jaringan nir kabel menjadi primadona karena pengguna tetap tersambung ke
dalam jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan nir kabel,
dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggun
mobilitasnya.
Rekam medis elektronis telah diterapkan untuk mendukung pelayanan rawat inap,
rawat jalan maupun rawat darurat. Berbagai hasil pemeriksaan laboratoris baik
berupa teks, angka maupun gambar (seperti patologi, radiologi, kedokteran nuklir,
kardiologi sampai ke neurologi sudah tersedia dalam format elektronik. Disamping
itu, catatan klinis pasien yang ditemukan oleh dokter maupun perawat juga telah
dimasukkan ke alam komputer baik secara langsung (dalam bentuk teks bebas atau
terkode) maupun menggunakan dictation system. Sedangkan pada bagian rawat
intensif, komputer akan mengcapture data secara langsung dari berbagai monitor
dan peralatan elektronik. Sistem pendukung keputusan (SPK) juga sudah diterapkan
untuk membantu dokter dan perawat dalam menentukan diagnosis, pemberitahuan
riwayat alergi, pemilihan obat serta mematuhi protokol klinik. Dengan kelengkapan
fasilitas elektronik, dokter secara rutin menggunakan komputer untuk menemukan
pasien, mencari data klinis serta memberikan instruksi klinis. Namun demikian,
bukan berarti kertas tidak digunakan. Dokter masih menggunakannya untuk
mencetak ringkasan data klinis pasien rawat inap sewaktu melakukan visit. Di
bagian rawat jalan, ringkasan klinis tersebut dicetak oleh staf administratif terlebih
dahulu.
Meskipun menggunakan pendekatan, jenis aplikasi serta pengalaman yang
berbeda-beda, namun secara umum ada kesamaan faktor yang faktor yang
menentukan keberhasilan mereka dalam menerapkan rekam medis berbasis
komputer, yaitu:
Leadership, komitmen dan visi organisasi
Leadership dari pimpinan rumah sakit merupakan faktor terpenting. Hal ini ditandai
dengan komitmen jangka panjang serta visi sangat jelas. Seringkali klinisi senior
yang menjadi leader dalam komputerisasi dan menjalin kerjasama dengan ahli
informatika. Selanjutnya komitmen tersebut direalisasikan secara finansial maupun
sumber daya manusia.
Bertujuan untuk meningkatkan proses klinis dan pelayanan pasien.
Kunci keberhasilan kedua pengembangan sistem merupakan investasi untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses klinis dan pelayanan pasien. Saat ini, seiring
dengan isyu medical error dan patient safety, kebutuhan pengembangan IT menjadi
semakin dominan.
Melibatkan klinisi dalam perancangan dan modifikasi sistem.
Di kelima rumah sakit tersebut, berbagai upaya dilakukan, baik formal maupun non
formal untuk melibatkan dokter dan dalam perancangan dan modifikasi sistem.
Dokter, perawat maupun tenaga kesehatan lain yang memiliki pengalaman
informatik dilibatkan sebagai penghubung antara klinisi dan sistem informasi. Hal
ini terutama sangat penting dalam merancangn sistem pendukung keputusan klinis.
Salah satu manajer IT mengatakan bahwa We had over 530 people involved, and
doctors hired to help us design screens and everything. The doctors were very much
part of the effort.
Menjaga dan meningkatkan produktivitas klinis
Meskipun diakui bahwa penggunaan komputer menambah beban bagi dokter, tetapi
rumah sakit menyediakan fasilitas yang sangat mendukung. Jaringan nir kabel
disediakan agar dokter tetap dapat mengakses data secara mobile. Demikian juga,
fasilitas Internet memungkinkan mereka memantau perkembangan pasien dari
rumah. Komputer juga tersedia secara merata, untuk rawat jalan perbandingan
tempat tidur dengan komputer antara 1:3-5, bahkan di LDS 1:1. Sedangkan di unit
rawat jalan 1 ruang 1 komputer.
Menjaga momentum dan dukungan terhadap klinisi.
Salah satu dokter mengatakan bahwa ..We demonstrated and talked about it and
evangelized the clinical staff that this was something good, something sexy, high
tech and innovative and it was going to be expected to be utilized. Karena
kesemuanya adalah rumah sakit pendidikan, setiap residen diharuskan
menggunakan komputer untuk mencatat perkembangan pasien. Akan tetapi,
memelihara momentum agar dokter dapat menggunakan komputer secara
langsung bervariasi, dari 3 tahunan hingga satu dekade.
Pengalaman di atas mengungkapkan bahwa penerapan IT untuk rekam medis
merupakan effort yang luar biasa yang tercermin mulai dari leadership pimpinan,
komitmen finansial dan SDM, tujuan organisasi, proses perancangan yang
melelahkan, networking antara tenaga medis, non medis dan informatik hingga
menjaga momentum.
E. Menerapkan aplikasi
Bagaimana memilih dan menerapkan aplikasi teknologi informasi untuk manajemen
kesehatan di rumah sakit?
Ini merupakan pertanyaan krusial yang harus dijawab. Melihat pada pengalaman di
atas, kita harus mengembalikan kepada komitmen, visi dan leadership dari
organisasi. Apakah ini hanya karena ikut-ikutan atau memang sudah tertuang dalam
rencana stratejik rumah sakit? Selain itu, bagaimana implikasi biaya dan sumber
daya manusia? Bagaimana menjalin kerjasama antar berbagai komponen di rumah
sakit, baik tenaga medis maupun non medis?
Jika pertanyaan tersebut sudah dijawab, kita dapat memilih aplikasi yang sesuai
dengan kemampuan organisasi. Langkah yang paling penting adalah
pengembangan sistem informasi transaksional (data administratif dan klinis
sederhana). Selanjutnya, pengembangan level kedua, yaitu sistem informasi
manajemen dan sistem sistem informasi eksekutif(sistem pendukung keputusan)
dapat dilakukan kemudian. Aplikasi SMS sebagai reminder bagi ibu hamil untuk
memeriksakan secara tepat waktu juga meruapakan salah satu model SPK bagi
pasien. Demikian juga model serupa agar jadwal imunisasi bagi balita tidak
terlambat. Investasi yang diperlukan cukup dengan komputer yang telah diisi
dengan database klinik pasien, nomer HP serta rule mengenai penjadwalan
imunisasi. Penerapan jaringan wireless saat ini juga bukan investasi yang mahal.
Dan masih seabreg inovasi lain yang dapat dikembangkan.
Dari konteks teknologi informasi dan komunikasi, dapat dikatakan bahwa pelbagai
aplikasi sangat potensial sekali diterapkan di dunia medis. Akan tetapi kita harus
memperhatikan bahwa hingga saat ini secara kultural, dunia medis, termasuk yang
sudah menerapkan infrastruktur elektronik secara canggih sebagian besar transaksi
informasi klinis masih berjalan secara face to face. Sehingga tidak salah bila ada
yang mengatakan bahwa keberhasilan sistem informasi di rumah sakit 90%
merupakan masalah sosial kultural dan hanya 10% saja yang merupakan masalah
informatika.
demikian, komunitas rekam medis akan memiliki wawasan yang luas mengenai
prospek teknologi informasi serta mampu menjembatani klinisi (pengguna dan
penyedia utama informasi kesehatan) dengan para ahli komputer (informatika) yang
bertujuan merancang desain aplikasi dan sistem agar dapat menghasilkan produk
aplikasi manajemen informasi kesehatan di rumah sakit yang lebih efektif dan
efisien.
Perkembangan teknologi computer (informasi) yang begitu pesat telah merambah
ke berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis)
merupakan bidang yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi
komputer relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara
elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan,
sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan
pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi
yang padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi informasi masih
merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran
kesehatan maupun teknologi informasi komputer, rumah sakit rata-rata hanya
menginvestasinya 2% untuk teknologi informasi.
Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi komputer merupakan
salah satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian)
masalah derasnya arus informasi. Teknologi informasi dan komunikasi komputer
saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia medis, dengan
perkembangan pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel
terbaru di jurnal kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal
jika tidak memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru.
Selain memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI
mampu menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara
manual. Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data
kesehatan di-share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki
karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul
produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan
kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru.
Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen informasi
kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel ini secara
besar. Pada umumnya manula juga memerlukan layanan kesehatan yang lebih
besar dibandingkan usia produktif.
Bagi pemerintah di tingkat lokal maupun pusat juga mendapat tantangan untuk
menanggulangi meningkatkan biaya pelayanan kesehatan, meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan. Selain itu, mereka juga bertanggungjawab terhadap
pemantauan kesehatan umum dan kemungkinan penyebaran penyakit menular
tertentu.
Mengembangkan layanan e-Health akan membantu pihak-pihak penyedia layanan
kesehatan termasuk pemerintah untuk mencapai hal tersebut di atas. E-Health akan
memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk melakukan kolaborasi,
pengumpulan dan analisa data kesehatan yang melampaui batasan fisik dan waktu.
Sebagai contoh, e-Health dapat diterapkan untuk membantu pemerintah
mengembangkan program yang membantu dokter, perawat, dan tenaga kesehatan
lainnya saling bertukar infomasi secara elektronik, mengambil data rekam medis
pasien kapan dan dimana diperlukan, dan melakukan kolaborasi dengan memberi
layanan jasa kesehatan lainnya secara real time melalui internet. Layanan
kesehatan seperti ini akan memberikan banyak sekali penghematan dari sisi biaya
dokumen dan administrasi layanan dan memberikan keuntungan pemberian
keputusan layanan kesehatan yang terbaik kepada pasien dengan lebih cepat.
Pemberi layanan jasa kesehatan, seperti dokter dan rumah sakit, juga dapat
mengembangkan layanan jasa kesehatan berbasis internet. Program Dokter
Keluarga yang tengah diperkenalkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) misalnya;
berupaya untuk mengembangkan konsep dokter sebagai pengelola data kesehatan
masyarakat. Tujuan program dokter keluarga adalah memberikan peranan lebih
besar kepada dokter untuk menjaga kesehatan masyarakat, ketimbang untuk
mengobati. Dengan memanfaatkan basis data kesehatan masyarakat yang
dilayaninya, seorang dokter keluarga dapat menentukan program kesehatan apa
yang paling tepat untuk masyakarat tersebut. Karena dengan melakukan analisa
data kesehatan masyakarat, dapat diketahui pola dan kecenderungan penyakit
yang mungkin terjadi dan dapat dilakukan analisa sebab dan akibat. Untuk itulah
dalam program dokter keluarga, komputer dikatakan sebagai stetoskop kedua para
dokter.
Data kesehatan masyarakat dalam kelompok-kelompok kecil dapat dikumpulkan
dan dianalisa menjadi data kesehatan masyarakat yang lebih luas untuk
yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel terbaru di jurnal kedokteran
dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak
memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru. Selain
memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI mampu
menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara manual.
Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data kesehatan
di-share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki
karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul
produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan
kapasitas
penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru.
Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen informasi
kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel ini
secara khusus akan membahas perkembangan teknologi informasi untuk
mendukung
manajemen rekam medis secara lebih efektif dan efisien. Tulisan ini akan
dimulai dengan berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor yang
mempengaruhi keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis.
Seiring
dengan
pengetahuan
globalisasi,
masyarakat
perkembangan
tentang
pengetahuan
kesehatan
juga
dan
mulai
teknologi,
berkembang.
Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya.
Saat ini masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang
dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Selain itu banyak pihak menyebutkan
kurangnya dokumentasi juga disebabkan karena banyak yang tidak tahu data apa
saja yang yang harus dimasukkan, dan bagaimana cara mendokumentasi yang
benar.( Hariyati, RT., 2002)
form
pengisian tidak lagi menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah
maju seluruh dokumentasi yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi
asuhan keperawatan telah dimasukkan dalam komputer. Dengan informasi yang
berbasis dengan komputer diharapkan waktu pengisian form tidak terlalu lama,
lebih murah, lebih mudah mencari data yang telah tersimpan dan resiko hilangnya
data dapat dikurangi serta dapat menghemat tempat karena dapat tersimpan
dalam ruang yang kecil yang berukuran 10 cm x 15 cm x 5 cm . Sistem ini sering
dikenal dengan Sistem informasi manjemen.
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan
ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses
pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan asuhan keperawatan (Gravea & Cococran,1989)
informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu
organisasi.
Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga masih sangat
minim di rumah sakit Indonesia. Padahal sistem Informasi manajemen asuhan
keperawatan mempunyai banyak keuntungan jika dilihat dari segi efisien, dan
produktifitas.
Selain itu
Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia, 2003: beberapa
institusi kesehatan yang menerapkan system komputer, setiap perawat dalam
tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30 menit waktu
dokmuntasi
dalam
keperawatan
dan
meningkat
keakuratan
dokumentasi
keperawatan.
Kendala SIM yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu harddisk. Pada kondisi tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan
hukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undangundang ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa
lembaran kertas, namun sesuai perkembangan tehnologi, lembaran yang sangat
penting dapat dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD
ROM dapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke
CD ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak
terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.
Dokumentasi keperawatan juga merupakan salah satu bentuk upaya membina dan
mempertahankan akontabilitas perawat dan keperawatan (Webster New World
Dictionary dalam Marelli (1996).
Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan juga sebagai salah satu alat ukur
untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan
keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit (Fisbach, 1991).
Sayang, dokumentasi ini pun sering kali terbengkalai. Sebagian perawat melengkapi
dokumentasi ketika pasien sudah pulang. Atau tidak semua kaidah dokumentasi
dipatuhi sehingga kualitas dokumentasi keperawatan buruk. Hariyati (1999) dalam
penelitian yang berjudul "Hubungan antara pengetahuan aspek hukum dari perawat
dan karakteristik perawat terhadap kualitas dokumentasi keperawatan di RS X"
menyimpulkan bahwa masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa
tindakan yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan dan banyak pihak yang
menyebutkan bahwa kurangnya dokumentasi disebabkan karena tidak tahu apa
yang harus dimasukkan (dicatat) dan bagaimana dokumentasi yang benar.
Kondisi tersebut barangkali dialami oleh sebagian besar perawat. Padahal konsep
tentang mekanisme tanggung jawab dan tanggung gugat dalam keperawatan
sudah termasuk dalam kurikulum pendidikan keperawatan, termasuk ilmu
dokumentasi keperawatan. Disamping itu, dokumentasi keperawatan seringkali
membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyaknya informasi yang harus
ditulis dan adanya pengulangan-pengulangan penulisan informasi yang sama.
Kesulitan tersebut barangkali tidak perlu terjadi saat kita mempunyai solusi dan
menyadari pentingnya dokumentasi keperawatan. Dokumentasi keperawatan
mempunyai makna penting ditinjau dari aspek hukum, kualitas pelayanan,
komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian dan akreditasi (Nursalam, 2008).
Singkatnya, banyak informasi yang bisa didapat dengan melaksanakan
dokumentasi keperawatan yang benar, misalnya data penyakit pasien, angka
morbiditas, angka mortalitas, lama hari rawat (length of stay/LOS), BOR, angka
nosokomial, budget keperawatan dan informasi statistik lainnya yang sangat
bermanfaat bagi manajer keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
profesionalisme keperawatan.
Dewasa ini telah berkembang dokumentasi keperawatan berbasis komputer
(Computer Based Nursing Documentation) yang menjadi pengganti Paper Based
Documentation. Paper based documentation, disamping kelebihannya, mempunyai
banyak kelemahan, diantaranya butuh motivasi yang kuat untuk menulis,
kualitasnya rendah dan banyak keterbatasan (Ammenwerth, at all, 2003).
Sementara dokumentasi keperawatan berbasis komputer mempunyai lebih banyak
keunggulan. (Lyden, 2008) dalam papernya yang berjudul "From Paper to Computer
Documentation : One Easy Step?" menuliskan pengalamannya bahwa dokumentasi
keperawatan berbasis komputer yang diterapkan di ICU dengan nama "The eICU
system" mempunyai beberapa keuntungan diantaranya adalah lebih akurat, komplit
(lengkap), legibel (dapat dipertanggungjawabkan) dan membutuhkan waktu yang
lebih singkat.
Senada dengan Lyden, Menke, at all (2001) dalam penelitian yang berjudul
"Computerized Clinical Documentation System (CDS) in the Pediatric Intensive Care
EHR yang dirancang dengan baik akan mendukung ototnomi yang dapat
dipertanggung jawabkan
Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah dan
cepat diketahui